Anda di halaman 1dari 16

PERPAJAKAN

PERTEMUAN XIII
BENNY HIDAYAT, SE
DYNASTY BUSINESS COLLEGE
Pajak Penghasilan Pasal 24

Pengertian PPh Pasal 24

Pajak Penghasilan Pasal 24 pada dasarnya adalah sebuah peraturan


yang mengatur hak wajib pajak untuk memanfaatkan kredit
pajak mereka di luar negeri, untuk mengurangi nilai pajak
terhutang yang dimiliki di Indonesia. Sehingga, jumlah pajak yang
harus dibayar di Indonesia dapat dikurangi dengan jumlah pajak
yang telah mereka bayar di luar negeri, asalkan nilai kredit pajak
di luar negeri tidak melebihi hutang pajak yang ingin dibayar di
Indonesia.
Pajak Penghasilan Pasal 24

Objek Sumber Penghasilan Kena Pajak

Sumber penghasilan kena pajak yang dapat digunakan untuk


memotong hutang pajak Indonesia adalah sebagai berikut:
1) pendapatan dari saham dan surat berharga lainnya, serta
keuntungan dari pengalihan saham dan surat berharga lainnya;
2) penghasilan berupa bunga, royalti, dan sewa yang berkaitan
dengan penggunaan harta-benda bergerak;
3) penghasilan berupa sewa yang berkaitan dengan
penggunaan harta-benda tidak bergerak;
Pajak Penghasilan Pasal 24

Objek Sumber Penghasilan Kena Pajak

4) penghasilan berupa imbalan yang berhubungan dengan jasa,


pekerjaan, dan kegiatan;
5) pendapatan dari Bentuk Usaha Tetap (BUT) di luar negeri;
6) penghasilan dari pengalihan sebagian atau seluruh hak
penambangan atau tanda keikutsertaan dalam pembiayaan atau
pemanfaatan di sebuah perusahaan pertambangan;
7) keuntungan dari pengalihan aset tetap;
8) Keuntungan dari pengalihan aset yang merupakan bagian dari
suatu bentuk usaha tetap (BUT)
Pajak Penghasilan Pasal 24

Syarat Permohonan

Untuk melaksanakan peng-kreditan pajak LN (luar Negeri), WP


wajib menyampaikan permohonan kepada DJP dengan
melampirkan:
 Laporan Keuangan dari penghasilan yang berasal diluar negeri
 Foto copy SPT yang disampaikan diluar negeri.
 Dokumen pembayaran pajak luar negeri
Pajak Penghasilan Pasal 24

Penggabungan Penggabungan Pajak

Untuk menghitung pajak penghasilan yang terutang atas seluruh


penghasilan yang diterima oleh WP baik dari dalam negeri maupun
luar negeri, maka seluruh penghasilan wajib pajak tersebut
digabungkan. Yang digabungkan:

 Dari hasil usaha diluar negeri dilakukan dalam tahun


diperolehnya penghasilan tersebut. (Accrual Basis)
 Penghasilan lainnya dilakukan dalam tahun pajak diterimanya
penghasilan tersebut (Cash Basis)
 Penghasilan deviden dilakukan pada tahun diterimanya deviden
tersebut
Pajak Penghasilan Pasal 24

Jumlah Pajak Luar Negeri Yang dapat dikreditkan

 Hanya atas pajak yang langsung dikenakan atas penghasilan


yang diterima atau diperoleh wajib pajak diluar negeri.
 Setinggi-tingginya sama dengan jumlah pajak yang terhutang
 Diambil yang terendah antara pnghasilan yang diperoleh diluar
negeri terhadap penghasilan kena pajak dikalikan dengan pajak
yang terhutang atas penghasilan kena pajak.
Pajak Penghasilan Pasal 24

Case 1 Contoh Perhitungan

PT. Baruna International di Cilacap memperoleh penghasilan neto


dalam tahun 2016 sebagai berikut, pengahasilan dalam negeri Rp.
400.000.000,-, sedangkan penghasilan dari luar negeri Rp.
200.000.000,- (tarif pajak 20%), bagaimana perhitungan PPh pasal
24?
Pajak Penghasilan Pasal 24

Case 1 Contoh Perhitungan

JAWAB
1. Menghitung Penghasilan kena pajak
Penghasilan Dalam Negeri  Rp. 400.000.000,-
Penghasilan dari LN Rp. 200.000.000,- +
Penghasilan neto              Rp. 600.000.000
Pajak Penghasilan Pasal 24

Case 1 Contoh Perhitungan

JAWAB
2. Menghitung Total PPh Terutang
10% x Rp. 50.000.000,- = Rp. 5.000.000,-
15% x Rp. 50.000.000,- = Rp. 7.500.000,-
30% x Rp. 500.000.000,- = Rp. 150.000.000,- +
Pajak Terhutang Rp. 162.500.000,-
Pajak Penghasilan Pasal 24

Case 1 Contoh Perhitungan

JAWAB
3. Menghitung PPh maksimum yang dapat dikreditkan
Rp. 200.000.000,- x Rp. 162.500.000,- = Rp. 54.166.666,61
Rp. 600.000.000,-

4. Menghitung PPh terutang dipotong di luar negeri


20% X Rp. 200.000.000,- = Rp. 40.000.000,-
Pajak Penghasilan Pasal 24

Case 2 Contoh Perhitungan

Dari perhitungan tersebut di atas kredit pajak LN yang diperbolehkan


adalah sebesar Rp 40.000.000 atau sebesar PPh yang terutang atau
dibayar di LN. Jumlah ini diperoleh dengan membandingkan
penghitungan PPh maksimum yang boleh dikreditkan dengan PPh
yang terutang atau dibayar di LN, kemudian dipilih jumlah yang
terendah.
Pajak Penghasilan Pasal 24

Case Contoh Perhitungan

Penghitungan PPh pasal 24 jika terjadi kerugian usaha di dalam negeri


PT. Arofatul Mulia Jaya berkedudukan di Indonesia memperoleh
penghasilan neto dalam tahun 2016 sebagai berikut:
 Di negara A memperoleh penghasilan berupa laba usaha
sebesar Rp. 600.000.000 (tarif pajak yang berlaku adalah 30%)
 Di dalam negeri menderita kerugian sebesar Rp. 200.000.000

Hitung PPh Pasal 24


Pajak Penghasilan Pasal 24

Case 2 Contoh Perhitungan

1. Menghitung total penghasilan kena pajak


penghasilan kena pajak dari negara A   Rp. 600.000.000
kerugian usaha dalam negeri    (Rp. 200.000.000) +
jumlah penghasilan neto             Rp. 400.000.000

2. Menghitung total PPh terutang:


10% x Rp   50.000.000  = Rp.    5.000.000
15% x Rp   50.000.000  = Rp.    7.500.000
30% x Rp 300.000.000  = Rp.  90.000.000 +
Jumlah pajak terutang         Rp. 102.500.000
Pajak Penghasilan Pasal 24

Case 2 Contoh Perhitungan

4. Menghitung PPh maksimum yang dapat dikreditkan


Rp. 600.000.000 x  Rp. 102.500.000 = Rp. 153.750.000
Rp. 400.000.000

5. Menghitung PPh yang dipotong/dibayar di LN


30% x Rp. 600.000.000 = Rp. 180.000.000
Pajak Penghasilan Pasal 24

Case 2 Contoh Perhitungan

Jadi Kredit pajak yang diperbolehkan (PPh pasal 24) adalah


Rp. 102.500.000,- jumlah ini diperoleh dengan
membandingkan perhitungan PPh maksimum yang dapat
dikreditkan dengan PPh yang sesungguhnya dibayarkan/terutang
di LN dan total pajak yang terutang.

Anda mungkin juga menyukai