Disusun oleh:
Aryo Dwi Laksono NIM. 17804241037 Angkatan 2017
Vina Mathlaul Ilma NIM. 17804241038 Angkatan 2017
Maulidya Irani NIM. 17804244006 Angkatan 2017
Ahmad Fathur R NIM. 17804244008 Angkatan 2017
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................2
METODE PENULISAN............................................................................................................4
Jenis Penulisan........................................................................................................................4
Kerangka Berpikir...................................................................................................................5
PEMBAHASAN........................................................................................................................6
Nilai-Nilai Pancasila...............................................................................................................6
Konsepsi Musyawarah............................................................................................................8
PENUTUP................................................................................................................................10
Kesimpulan...........................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................11
LAMPIRAN.............................................................................................................................11
1
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Alur Penulisan Laporan.....................................................................................4
Gambar 2. Bagan Analisis Data..........................................................................................5
Gambar 3. Kerangka Berpikir Karya...................................................................................5
2
PENDAHULUAN
Pancasila merupakan falsafah bangsa Indonesia, Philosofiche grondslag,
weltanschauung, fundamen, filsafat, pikiran yang sedalam-dalamnya, dan jiwa hasrat
sebagaimana dinyatakan Sukarno pada tanggal 1 Juni 1945 serta pancasila merupakan sebuah
rumusan filosofis, rumusan pemikiran, jiwa dan roh kemerdekaan [ CITATION And121 \l 1033 ].
Nilai-nilai pancasila sudah seharusnya melekat dalam diri setiap manusia karena pancasila
sudah menjadi landasan berkehidupan di negara Indonesia. Pancasila merupakan kumpulan
lima nilai unidimensional yang dijadikan acuan tingkah laku bangsa Indonesia. Kelima nilai
yang terkandung dalam Pancasila adalah ketuhanan (sila 1), kemanusiaan (sila 2), patriotisme
(sila 3), demokrasi (sila 4), dan keadilan sosial (sila 5). Merujuk pada sejarah jauh sebelum
Soekarno menggali nilai Pancasila yang dikenal saat ini, konsep Pancasila sudah lebih dahulu
terdokumentasi dalam kitab Sutasoma milik Mpu Tantular. Kitab tersebut merumuskan lima
karma, yaitu tidak boleh melakukan kekerasan, tidak boleh mencuri, tidak boleh berjiwa
dengki, tidak boleh berbohong, dan tidak boleh mabuk minuman keras (Daroeso, 1989 dalam[
CITATION Eko16 \l 1033 ].
METODE PENULISAN
Jenis Penulisan
Penulisan dalam laporan ini menggunakan metode library research (studi pustaka).
Library research merupakan metode penulisan dengan menggunakan objek kajian
penulisan yang berfokus pada pustaka dan hasil observasi termutakhir/ terbaru yang
relevan, baik cetak maupun elektronik yang kesemuanya itu diterapkan dengan interpretasi
yang diterapkan dalam metode analisis data. Pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan deskriptif kualitatif dengan menganalisis fakta-fakta yang ada di lapangan
mengenai musyawarah pada mahasiswa. Kemudian dari analisis fakta-fakta tersebut dicari
solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Alur penulisan laporan ini dapat dijelaskan oleh bagan sebagai berikut.
Identifikasi
masalah
Rumusan
masalah
Pengumpula
n data dan
Pengolahan
data
Pembahasan
Simpulan
dan saran
Gambar 1 Alur penulisan laporan
4
Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penulisan kualitatif dilakukan pada saat dan setelah
pengumpulan data berlangsung. Dalam penulisan laporan ini, penulis menggunakan model
analisis interaktif (Miles dan Habermen: 1979), meliputi empat komponen yaitu
pengumpulan data, reduksi data (reduction), sajian data (display), dan verifikasi data atau
penarikan kesimpulan (conclusion drawing).
Pada penulisan laporan ini dilakukan proses reduksi data melalui proses pemilihan
konsep musyawarah muafakat dalam pengambilan keputusan. Kemudian dilakukan
analisis data terhadap data yang sudah diperoleh hingga didapatkan sebuah kesimpulan
mengenai penerapan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk mencapai mufakat.
Dengan analisis semacam ini diharapkan dapat memilah dan memilih data dari
berbagai bahan pustaka yang ada dan searah dengan objek kajian yang dimaksud dan dapat
menghasilkan deskripsi yang lebih objektif dan sistematis.
Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dari laporan ini dapat diliat pada bagan berikut ini:
Gambar 3
Kerangka
5
PEMBAHASAN
Nilai-Nilai Pancasila
Sebagai suatu filsafat Negara maka sila-sila Pancasila merupakan suatu system nilai,
oleh karena itu sila-sila Pancasila itu pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan. Pancasila
memiliki serangkaian nilai, yaitu ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, keadilan.
Bersifat objektif, artinya, nilai-nilai tersebut dapat diakui dan diterima oleh Negara lain.
Bersifat subjektif, artinya, nilai-nilai tersebut melekat pada masyarakat, Bangsa, dan Negara
Indonesia.
Nilai-nilai Pancasila juga merupakan suatu pandangan hidup Bangsa Indonesia.
Pancasila juga merupakan nilai-nilai yang sesuai dengan hati nurani Bangsa Indonesia.
Karena, bersumber pada kepribadian Bangsa. Pancasila menjadi landasan dasar, serta
motivasi atas perbuatan baik dalam kehidupan sehari-hari dan dalam kenegaraan. Dengan
adanya Pancasila dalam suatu peraturan maka dapat menuntun masyarakat untuk bersikap
sesuai dengan aturan yang berlaku.
a. Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa
Sila pertama Pancasila ini menjiwai sila-sila yang lainnya. Di dalam sistem
pendidikan nasional dijelaskan bahwa pendidikan nasional adalah pendidikan yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Repulik Indonesia Tahun 1945
yang berakar pada nilai nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap
terhadap tuntutan perubahan zaman. Dengan sila pertama ini, maka hasil proses
pendidikan diharapkan dapat menjadi manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, yang juga merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional. Hal ini karena sesuai
dnegan tujuan pendidikan nasional yaitu untuk menjadikan manusia yang beriman
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karenanya dalam lingkungan yang memungkinkan
proses pendidikan berlangsung yaitu di keluarga, sekolah dan di masyarakat ditanamkan
nila nilai keagamaan dan Pancasila.
Dalam aspek praksis maka dikembangkan sejumlah maka pelajaran yang menunjang
pencapaian tujuan pada bagian yaitu melalui pelajaran Agama serta Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan. Mata pelajaran ini harus mampu terceminkan dari sikap anak
didik yang harus memiliki kepercayaan terhadap Tuhan, menghormati antar pemeluk
agama, yang semuanya harus tercermin dalma kehidupan sehari-hari.
[CITATION Agu15 \l 1033 ]
6
b. Sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan beradab
Manusia yang ada dibumi ini memiliki harkat dan martabat yang sama yang
diperlakukan sesuai dengan nilai nilai Pancasila dan fitrahnya sebagai Hamba Allah
(Darmoharjo, 1988:40). Oleh karenanya penddikan tidak membedakan usia, agama dan
tingkat social budaya untuk menuntut ilmu. Setiap manusia memiliki kebebbasan dalam
menuntut ilmu, mendapat perlakuan yang sama, kecuali tingkat ketakwaan seseorang..
dan oleh karena yang dibangun adalah masyarakat Pancasila, maka pendidikan harus
dijiwai Pancasila sehingga akan melahirkan masyarakat yang susila, bertanggung jawab,
adil dan makmur baik spirirtual maupun material (Jalaludin, 2007: 174). Untuk itu
sekolah harus mencerminkan sila sila dari Pancasila.
[CITATION Agu15 \l 1033 ]
c. Sila ketiga, Persatuan Indonesia
Persatuan merupakan nilai dasar yang penting dalam menunjang eksistensi bangsa
Indonesia. Persatuan bangsa ini akan mampu mengikis semangat kedaerahan atau
kelompok. Pancasila dan UUD 1945erta semangat nasionalisme terhadap bangsa
Indonesia akan dapat mneghapus perasaan primordialisme yang sempit dan merugikan
bangsa. Sila ketiga Pancasila ini tidak membatasi golongan tertentu untuk memperoleh
pendidikan. Semua golongan harus dapat menerima pendidikan yang baik, hingga
setinggi-tingginya sampai dengan batasan kemampuan berfikir yang dimilikinya
sebagaimana tejamin dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1[CITATION Agu15 \l 1033 ]
d. Sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Perwakilan
Salah satu fakta Indonesia yang disadari Soekarno adalah pluralitas dalam suku,
agama, golongan, dan daerah. Kesadaran itu mewarnai pergaulanya delama masa
pergerakan perjuangan mencapai kemerdekaan Indonesia. Kesadaran dan pengalaman
yang sama juga mewarnai interaksi dan dialog politiknya yang mengedepankan
demokrasi.
Soekarno menyadari kehinekaan adalah kekuatan atau modal sosial untuk
membangun sebuah negara yang kuat. Selain itu, tata kelola sebuah negara juga
menentukan bagi kuatnya sebuag negara. Dalam kinteks itu, soekarno menegaskan
demikian: “saya yakin, bahwa syarat yang mutlak untuk kuatnya Negara Indonesia ialah
permusyawaratan, perwakilan”,. Pernyataan Soekarno ini menunjukan kehendaknya agar
7
negara Indonesia bhinneka dikelola dengan syarat-syarat yang menjurus pada demokrasi
atau kedaulatan rakyat.
Menurut Soekarno, demokrasi atau kedaulatan rakyat untuk Indonesia tidak perlu
identik dengan yang berlaku di negara-negara lain. Demokrasi di Indonesia hendak
dimaksudkan untuk mewujudkan satu masyarakat keasilan sosial. Soekarno menekankan
pentingnya bangsa Indonesia mengejar demokrasi politik ekonomi. Kata Soekarno,;
demokrasi yang kita kejar janganlah hanya demokrasi politik saja, tetapi kita harus
mengejar pula demokrasi ekonomi”.
[ CITATION Bar15 \l 1033 ]
e. Sila kelima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Tujuan Negara salah satunya adalah untuk mewujudkan keadilan social dan
kesejahteraan social bagi seluruh rakyat Indonesia sebagiamana termaktub dalam alinea
keempat Pembukaan UUD 1945. Keadilan yang hendak diwujudkan meliputi keadilan
dalam bidang material dan spiritual.
Dalam sistem pendidikan nasional maka maksud adil yang luas mencakup seluruh aspek
pendidikan yang ada, adil adlam hal ini adalah adil dalam melaksanakan pendidikan.
Adil dalam pendidikan yang berorientasi pada pembentukan ketakwaan kepada Tuhan
maupun pendidikan yang berorientasi pada keunggulan lahiriahnya yang terwakili dalam
kemampuan penguasaan ilmu dan teknologi.
Adil juga dimaknai sebagai sikap ataupun kebijakan yang memberikan kesempatan yang
sama bagi seluruh warga Negara untuk memperoleh pendidikan secara layak seta tidak
ada diskriminasi-diskriminasi apapun dalam bidang pendidikan yang telah menjadi hak
warga Negara ini.
[CITATION Agu15 \l 1033 ]
Konsepsi Musyawarah
Permusyawaratan mengisyaratkan diakuinyha kemerdekaan dan hak setiap pribadi untuk
berbicara dan mengeluarkan pendapat salam forum, kelompok diskusi, dan rapat. Proses
berdemokrasi tampak hidup dan ideal ketika terjadi musyawarah untuk mufakat. Proses
demikian diwarnai oleh adalnya argumentasi- argumentasi kritis dari setiap pribadi yang
terlibat didalamnya. Meskipun demikian, kerendahan hati, kesopanan, dan kebijaksanaan
tetap dijunung tinggi.
Sebagai proses demokrasi, nilai dasar permusyawaratan meminta adanya musyawarah
(merumuskan, merencanakan, dan mengusulkan gagasan gagasan) untuk kemudian secara
mufakat memutuskan perkara perkara yang penting untuk hidup ersama . prinsip musyawarah
8
untuk mufakat ini penting dibiasakan dalam konteks kehidupan sosial di Indonesia. Dalam
praksisnya, setiap pribadi membiasakan dirinya untuk berdiskusi dalam kelompok, belajar
membuka diri untuk pihak lain, mau saling mendengarkan, dan mau menerima perbedaan
pandangan dalam menentukan dan mengambil keputusan bersama.
Dalam konteks politik praktis, permusyawaratan menjadi mekanisme utama
pengambilan keputusan oleh para elit politik atau perwakilan rakyat agar memenangkan
kepentingan mayoritas rakyat Indonesia di atas kepentingan partai dan golongan. Manakala
terjadi kegagalan dalam proses musyawarah untuk mufakat maka pengambilan keputusan
dapat diambil dengan sistem voting (suara terbanyak adalah yang menentukan keputusan
bersama).
[ CITATION Bar15 \l 1033 ]
9
Pada saat musyawarah terjadi, banyak terjadi banyak perdebatan atau perbedaan
pandangan seperti halnya yang terjadi ketika pemilihan ketua karena setiap orang memiliki
pandangan masing masing terhadap calon ketua. Karena permasalahan inilah, hampir akan
dilaksanakan voting untuk memilih ketua. Namun voting tersebut tidak terjadi karena setiap
individu kesadaran pentingnya musyawarah untuk mencapai mufakat. Karena dengan
musyawarah anggota forum lain akan mempertimbangkan argumen dari anggora forum lain.
Menurut Suleman (2010:127) pelaksanaan demokrasi Pancasila bukan hanya untuk
kepentingan sendiri, melainkan pada permusyawaratan yang mencakup kebebasan dan
kebersamaan. Kata kuncinya adalah kebersamaan, demokrasi berdasarkan prinsip
musyawarah dan mufakat serta semangat gotong royong dalam memajukan kehidupan
bersama. Apabila musyawarah, mufakat, dan gotong royong berjalan dengan baik, akan
terwujudlah tatanan demokrasi [ CITATION Joh15 \l 1033 ].
PENUTUP
Kesimpulan
Musyawarah mufakat merupakan cara yang paling baik dalam mengambil keputusan
karena setiap orang akan tau apa yang menjadi pertimbangan orang tersebut untuk memilih.
Perselisihan dan perdebatan bukan hal yang perlu yang dihindari dalam musyawarah, justru
kedua hal itu yang membuat musyawarah tersebut mencapai mufakat.
10
DAFTAR PUSTAKA
Arianto, I. (1996). PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SLTA. Jakarta:
Balai Pustaka.
Pamungkas, J. (2015). Pelaksanaan Musyawarah untuk Mufakat dalam Rapat Karang Taruna.
Skripsi, 1.
Prof. Drs. C.S.T. Kansil, S. (2006). Modul Pancasila dan Kewarganegaraan. In S. Prof. Drs.
C.S.T. Kansil, Modul Pancasila dan Kewarganegaraan (p. 301). Jakarta: PT. Pradnya
Paramita.
LAMPIRAN
11