3. Jumlah kredit pajak yang besarnya paling tinggi sama dengan pajak yang
dibiayai/terutang di Luar Negeri tetapi tidak boleh lebih dari jumlah
tertentu disebut
A. Gross up method
B. Ordinary Credit Method
C. Method
D. Acrual Basic Method
Essay
1. Siapa saja subjek pph pasal 24 ?
2. Siapa saja objek pph pasal 24?
3. Bagaimana mekanisme PPh pasal 24 jelaskan?
4. Apa saja yang dikenakan pph pasal 24?
5. PT Asma Barata memperoleh penghasilan neto dalam tahun 2009 sebagai berikut:
– Di negara A, memperoleh penghasilan (laba) Rp 4.000.000.000,00 dengan tarif
pajak 35%
– Di negara B, memperoleh penghasilan (laba) Rp 2.000.000.000,00 dengan tarif
pajak 20%
– Penghasilan di Indonesia Rp 5.000.000.000
Hitunglah kredit pajak luar negeri dari perusahaan Asma Barata ?
Kasus
Dari penghasilan tersebut, semua yang diterima oleh PT. Bagaskara dapat
digabungkan untuk mendapatkan Penghasilan Kena Pajak. Penghasilan Kena Pajak
PT. Bagaskara pada tahun 2008 adalah sebesar?
2. PT Aulia Zidny berlokasi di Jepara memperoleh penghasilan netto pada tahun 2020
sebagai berikut:
Penghitungan kredit pajak luar negeri yang diperbolehkan (PPh Pasal 24) adalah?
4. PT. Simpang Lima Semarang memperoleh penghasilan neto dalam tahun 2018 adalah
sebagai berikut:
Essay
1. Subjek PPh Pasal 24 yaitu wajib Pajak dalam negeri yang terutang pajak atas seluruh
penghasilan, termasuk penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri.
2. Objek PPh Pasal 24 adalah penghasilan yang berasal dari luar negeri.
3. PPh Pasal 24 dilakukan dalam tahun pajak digabungkannya penghasilan dari luar
negeri tersebut dengan penghasilan di Indonesia. Jumlah kredit pajak yang boleh
dikreditkan paling tinggi sama dengan jumlah pajak yang dibayar atau terutang di
luar negeri, tetapi tidak boleh melebihi jumlah tertentu.
4. 1. Penghasilan dari saham dan surat berharga lainnya, serta keuntungan dari
pengalihan saham dan surat berharga lainnya.
2. Penghasilan berupa bunga, royalti, dan sewa yang berkaitan dengan penggunaan
harta-benda bergerak.
b. Untuk negara B
(Rp 2.000.000.000 : Rp 11.000.000.000) x Rp 3.080.000.000 = Rp 560.000.000
Pajak terutang di negara B adalah Rp 400.000.000 maka maksimum kredit pajak yang
dapat dikreditkan adalah Rp 560.000.000
c. Jumlah kredit pajak luar negeri yan diperkenankan adalah:
1).
Penyelesaian:
Dari Penghasilan Kena Pajak tersebut, besarnya pajak terutang adalah sebagai berikut:
1. Singapura
Karena pajak yang terutang di Singapura lebih kecil dari batas maksimum kredit pajak
luar negeri maka Kredit Pajak Luar Negeri (KPLN) atau PPh Pasal 24 atas
penghasilan di Singapura adalah Rp 75.000.000 yaitu sebesar PPh terutang di
Singapura.
2. Filipina
Kredit pajak luar negeri PPh Pasal 24 atas penghasilan di Filipina adalah Rp
112.000.000 yaitu sebesar batas maksimum. Karena PPh yang terutang di Filipina
melebihi batas maksimum maka batas maksimal kredit pajak yang diperkenankan
lebih kecil dari PPh terutang di Filipina yang sebesar Rp 140.000.000
3. Malaysia
2).
Penyelesiannya:
Jumlah penghasilan neto sama dengan PKP karena tidak terdapat kompensasi
kerugian atau pengurangan yang lain.
5. Menghitung total PPh terutang Tarif PPh pasal 17 ayat 1
= 𝑅𝑝 1.000.000.000
𝑅𝑝 2.000.000.000 𝑥 𝑅𝑝 500.000.000 = 𝑅𝑝 250.000.000
7. Menghitung PPh yang dipotong atau dibayar di luar negeri Tarif pajak luar negeri x
penghasilan luar negeri
Penghitungan kredit pajak luar negeri yang diperbolehkan (PPh Pasal 24) adalah?
8. Menghitung Total PKP
Penghasilan dari dalam negeri Rp 500.000.000
Penghasilan dari luar negeri Rp 500.000.000 (+)
Jumlah penghasilan neto Rp 1.000.000.000
Jumlah penghasilan neto sama dengan PKP karena tidak terdapat kompensasi
kerugian atau pengurangan yang lain.
𝑅𝑝
500.000.000 𝑥 𝑅𝑝 250.000.000 = 𝑅𝑝 125.000.000
𝑅𝑝
1.000.000.000
4.
PT. Simpang Lima Semarang memperoleh penghasilan neto dalam tahun 2018 adalah
sebagai berikut: