Anda di halaman 1dari 34

PAJAK PENGHASILAN PASAL 24

Fauzan Misra

PAJAK PENGHASILAN PASAL 24


PENGERTIAN
Adalah pajak penghasilan yang terutang atau dibayarkan di luar negeri
atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri yang
dikreditkan terhadap pajak penghasilan yang terutang atas seluruh
penghasilan wajib pajak dalam negeri.

DASAR HUKUM
Pasal 24 UU PPh (Terakhir No 36/2008)
KMK No. 164/KMK.03/2002 tentang Kredit Pajak Luar Negeri

SYARAT PENGKREDITAN
Pengkredit pajak yang terutang atau dibayar diluar negeri tersebut
dilakukan dalam tahun pajak digabungkannya penghasilan dari luar
negeri tesebut dengan penghasilan di Indonesia.

CARA MENGGABUNGKAN PENGHASILAN


a. Untuk penghasilan dari usaha dilakukan dalam tahun
pajak diperolehnya penghasilan tersebut (Accrual
Basis)
b. Untuk penghasilan lainnya dilakukan dalam tahun
pajak diterimanya penghasilan tersebut (Cash Basis)
c. Untuk penghasilan berupa deviden yang diperoleh
Wajib Pajak Dalam Negeri atas penyertaan modal
sekurang-kurangnya sebesar 50% dari jumlah saham
yang disetor, atau secara bersama-sama dengan WP
Dalam Negeri lainnya sekurang-kurangnya sebesar
50% dari jumlah saham yang disetor pada badan
usaha di luar negeri yang sahamnya tidak
diperdagangkan di Bursa Efek, dilakukan dalam tahun
pajak pada saat perolehan dividen tersebut ditetapkan
sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan.
3

Saat diperolehnya dividen tersebut ditentukan sebagai


berikut :
1. Pada bulan keempat setelah berakhirnya batas waktu
kewajiban penyampaian SPT Tahun Pajak penghasilan
badan usaha di luar
negeri
tersebut untuk tahun
pajak yang bersangkutan, atau,
2. Apabila tidak ada ketentuan batas waktu
penyampaian SPT Tahunan Pajak
Penghasilan, atau
tidak ada kewajiban penyampaian SPT Tahunan Pajak
Penghasilan, maka saat diperolehnya dividen adalah
pada bulan ketujuh
setelah tahun pajak berakhir.

Contoh
PT. Citra di Jakarta dalam tahun pajak 1997
menerima dan memperoleh penghasilan neto dari
sumber di luar negeri sebagai berikut :
a. Hasil usaha di Singapura dalam tahun pajak 1997
sebesar Rp.
80.000.000,b. Dividen atas pemilikan saham pada Jersey Ltd di
Australia sebesar Rp. 200.000.000,- yaitu berasal
dari keuntungan tahun 1995 yang ditetapkan dalam
rapat pemegang saham 1996 dan baru dibayarkan
dalam tahun 1997

c. Dividen atas penyertaan saham sebanyak 70% pada


Kelly Corporation di Hongkong yang sahamnya
tidak diperdagangkan di Bursa Efek sebesar Rp.
75.000.000,- yaitu berasal dari keuntungan saham
1996 yang berdasarkan keputusan Menteri Keuangan
ditetapkan diperoleh tahun 1997
d. Bunga kwartal IV tahun 1997 sebesar Rp.
100.000.000,- dari Z Sdn Bhd di Kuala Lumpuryang
baru akan diterima bulan Mei
1998

PENENTUAN SUMBER PENGHASILAN


a. Penghasilan dari saham dan sekuritas lainnya
adalah negara tempat badan yang menerbitkan
saham atau sekuritas tersebut bertempat
kedudukan
b. Penghasilan berupa bunga; royalty; dan sewa
sehubungan dengan penggunaan harta gerak
adalah negara tempat pihak yang membayar atau
dibebani bunga, royalty, atau sewa tersebut
bertempat kedudukan atau berada
c. Penghasilan berupa sewa sehubungan dengan
penggunaan harta tak gerak adalah negara
tempat harta tersebut terletak

d. Penghasilan berupa imbalan sehubungan dengan


jasa, pekerjaan, dan
kegiatan adalah negara tempat
pihak yang membayar atau dibebani
imbalan
tersebut bertempat kedudukan atau berada
e. Penghasilan untuk usaha tetap adalah negara tempat
bentuk usaha tetap
tersebut menjalankan usaha
atau melakukan kegiatan
Contoh
A sebagai WP dalam negeri memiliki sebuah rumah di
Singapura dan dalam tahun 1998 rumah tersebut dijual.
Keuntungan yang diperoleh penjualan rumah tersebut
merupakan penghasilan yang bersumber di Singapura,
karena rumah tersebut terletak di Singapura.
8

PAJAK YANG BOLEH DIKREDITKAN


Jumlah kredit pajak di luar negeri yang boleh dikreditkan
hanya atas pajak yang langsung dikenakan atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dari
luar negeri.
Contoh
PT. Agung Sakti di Indonesia merupakan pemegang saham
tunggal dari Z Inc. di Amerika Serikat. Z Inc. tersebut
dalam tahun 2009 memperoleh keuntungan sebesar US$
100,000.00. Pajak Penghasilan yang berlaku di Amerika
Serikat adalah 48% dan Pajak Dividen 38%. Perhitungan
pajak atas dividen tersebut adalah sebagai berikut :
Keuntungan Z Inc.
PPh 48% (Corporate Income Tax)
Pajak atas Dividen 38%
Yang dikirim ke Indonesia
9

US$ 100,000.00
US$ 48,000.00 (-)
US$ 52,000.00
US$ 19,760.00 (-)
US$ 32,240,00

Batas maksimum kredit pajak diambil yang


terendah dari 3 unsur perhitungan berikut ini:
1. Jumlah pajak yang terutang atau dibayar diluar
negeri
2. Penghasilan diluar negeri
x seluruh PPh
terutang
Seluruh Penghasilan Kena Pajak
3. Jumlah pajak yang terutang untuk Seluruh
Penghasilan Kena Pajak
(dalam hal Penghasilan
Kena Pajak lebih kecil dari pada penghasilan luar
negeri).

10

BATAS MAKSIMUM KREDIT PAJAK BILA


PENGHASILAN DIPEROLEH DARI SATU NEGARA
DILUAR NEGERI
1. Penghasilan diperoleh dari satu negara di
luar negeri
Contoh Perhitungan
PT. RINDUN di Jakarta memperoleh penghasilan
neto dalam tahun
2009 sebagai berikut :
Penghasilan dalam negeri
Rp. 300.000.000,00
Penghasilan luar negari
Rp. 100.000.000,00
(dengan tarif
pajak 20%)

11

Penghitungan jumlah maksimum kredit pajak luar


negeri adalah :
a. Penghasilan luar negeri
Rp. 100.000.000
Penghasilan dalam negeri Rp. 300.000.000 (+)
Jumlah penghasilan neto
Rp. 400.000.000
b. Apabila jumlah penghasilan neto sama dengan
Penghasilan Kena Pajak, maka sesuai dengan tarif pasal 17,
Pajak Penghasilan yang terutang adalah :

25% x Rp.
100.000.000

12

400.000.000= Rp

Batas maksimum kredit pajak luar negeri adalah :


1. Pajak dibayar di luar negeri
Rp. 100.000.000,00 x 20% = Rp. 20.000.000,00
2. Rp. 100.000.000,00 x Rp. 100.000.000,00 = Rp. 25.000.000,00
Rp. 400.000.000,00
3. Jumlah seluruh pajak terutang = Rp. 100.000.000,00

Dari ketiga perhitungan diatas, yang terendah adalah perhitungan


ke 1, maka jumlah kredit pajak luar negeri yang diperkenankan
adalah sebesar Rp. 20.000.000,00. Dengan demikian seluruh pajak
yang dibayar di luar negeri dapat dikreditkan.

13

2.

Dalam hal Wajib Pajak memperoleh penghasilan yang


dikenakan Pajak yang bersifat final
Bila wajib pajak memperoleh peghasilan yang bersifat final atau
dikenakan pajak penghasilan yang dikenakan pajak tersendiri, maka
atas penghasilan tersebut bukan merupakan faktor penambah
penghasilan pada saat penghitungan Penghasilan Kena Pajak.

Contoh
PT. Delta di Jakarta dalam tahun 2009 memperoleh penghasilan
sebagai berikut :
1. Penghasilan dari Negara Zimbabwe Rp 2.000.000.000,00 ( tarif
pajak 30%)
2. Penghasilan Dalam Negeri Rp 3.500.000.000,00 (Penghasilan
Dalam Negeri
ini termasuk penghasilan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (2) Undangundang Pajak Penghasilan
sebesar Rp500.000.000,00)

14

Penghitungan jumlah maksimum kredit pajak luar negeri


adalah :
a. Penghasilan luar negeri (Negara Z)
Rp. 2.000.000.000,00
Penghasilan dalam negeri
Rp. 3.500.000.000,00
Penghasilan menurut Pasal 4 ayat 2
Rp. (500.000.000,00)
Jumlah penghasilan neto Rp. 5.000.000.000,00
b. Apabila jumlah penghasilan neto sama dengan Penghasilan Kena
Pajak, maka sesuai dengan tarif pasal 17, Pajak Penghasilan yang
terutang adalah :

25% x Rp. 5.000.000.000,00 = Rp


1.250.000.000,00

15

Batas maksimum kredit pajak luar negeri adalah :


1. Pajak dibayar di luar negeri
Rp. 2.000.000.000,00 x 30% = Rp. 600.000.000,2. Rp.2.000.000.000 x Rp 1.250.000.000 = Rp 500.000.000,00
Rp 5.000.000.000
3. Jumlah seluruh pajak terutang = Rp. 1.250.000.000,00

Dari ketiga perhitungan diatas, yang terendah adalah


perhitungan ke 2, maka jumlah kredit pajak luar negeri
yang diperkenankan adalah sebesar Rp.
500.000.000,00. Dengan demikian tidak seluruh pajak
yang dibayar di luar negeri dapat dikreditkan.

16

BATAS MAKSIMUM KREDIT PAJAK BILA PENGHASILAN


DIPEROLEH DARI BEBERAPA NEGARA DILUAR NEGERI
Apabila penghasilan luar negeri berasal dari beberapa negara,
maka penghitungan batas maksimum kredit pajak dilakukan
untuk masing-masing negara karena Indonesia menganut
metode perkreditan terbatas (ordinary Credit Method) dengan
menerapkan Per Country Limitation
Contoh perhitungan
PT. Antokan memperoleh penghasilan neto dalam tahun 2012
sebagai berikut :
1.Penghasilan dari Singapura 100.000.000 (tarif pajak 30%)
2.Penghasilan dari Malaysia 200.000.000 (tarif pajak 25%)
3.Penghasilan dari dalam negeri Rp. 200.000.000,00

17

Penghitungan jumlah maksimum kredit pajak luar negeri


adalah :
a. Penghasilan dari Singapura
Rp. 100.000.000,00
Penghasilan dari Malaysia
Rp. 200.000.000,00
Penghasilan dalam negeri
Rp. 200.000.000,00 (+)
Jumlah penghasilan neto
Rp. 500.000.000.00

b. Apabila jumlah penghasilan neto sama dengan Penghasilan


Kena Pajak, maka sesuai dengan
tarif Pasal 17, Pajak Penghasilan
yang terutang adalah :

25% x Rp 500.000.000,00
125.000.000,00

18

= Rp

Batas maksimum kredit pajak luar negeri adalah :


A. Untuk Singapura
1. Pajak dibayar di Singapura
Rp. 100.000.000,00 x 30% = Rp. 30.000.000,00
2. Rp. 100.000.000 x Rp. 125.000.000 = Rp. 25.000.000
Rp. 500.000.000
3. Jumlah seluruh pajak terutang = Rp. 140.000.000,00

Dari ketiga perhitungan diatas, yang terendah


adalah perhitungan ke 2, maka jumlah kredit pajak
luar negeri untuk Singapura yang diperkenankan
adalah sebesar Rp. 25.000.000,00

19

B. Untuk Malaysia
1. Pajak dibayar di Malaysia
Rp. 200.000.000,00 x 25% = Rp. 50.000.000,00
2. Rp. 200.000.000 x Rp. 125.000.000 = Rp. 50.000.000,00
Rp. 500.000.000
3. Jumlah seluruh pajak terutang = Rp. 125.000.000,00
Dari ketiga perhitungan diatas, yang terendah adalah
perhitungan ke 1, maka jumlah wajib pajak luar negeri untuk
Singapura yang diperkenankan adalah sebesar

Rp 50.000.000,00

Dengan demikian total kredit pajak luar negeri yang


diperbolehkan adalah Rp. 25.000.000,00 + Rp

50.000.000,00 = Rp 75.000.000,00
20

BATAS MAKSIMUM KREDIT PAJAK BILA TERJADI RUGI


USAHA DI LUAR NEGERI
Dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak tidak dihitung
kerugian yang diderita di luar negeri.
Contoh perhitungan
PT. Batako Modern memperoleh penghasilan neto dalam tahun
2009 sebagai berikut :
1. Penghasilan dari Singapura Rp. 100.000.000,00 (tarif
pajak 30%)
2. Penghasilan dari Malaysia Rp. 200.000.000,00 (tarif
pajak 25%)
3. Rugi Usaha di Bangkok Rp. 400.000.000,00 (tarif pajak
10%)
4. Penghasilan dari dalam negeri
Rp 200.000.000,00

21

Penghitungan jumlah maksimum kredit pajak luar negeri


adalah :
a. Penghasilan dari Singapura
Rp. 100.000.000,00
Penghasilan dari Malaysia
Rp. 200.000.000,00
Rugi usaha dibangkok
Rp.
Penghasilan dalam negeri
Rp. 200.000.000,00 (+)
Jumlah penghasilan neto
Rp. 500.000.000.00
b. Apabila jumlah penghasilan neto sama dengan Penghasilan
Kena Pajak, maka sesuai
dengan tarif Pasal 17, Pajak
Penghasilan yang terutang adalah :
28% x Rp. 500.000.000,00
= Rp. 140.000.000,00

22

Batas maksimum kredit pajak luar negeri adalah :


A. Untuk Singapura
1. Pajak dibayar di Singapura
Rp. 100.000.000,00 x 30% = Rp.
30.000.000,00
2. Rp. 100.000.000 x Rp. 140.000.000 = Rp. 28.000.000
Rp. 500.000.000,00
3. Jumlah seluruh pajak terutang = Rp. 140.000.000,00

Dari ketiga perhitungan diatas, yang terendah


adalah perhitungan ke 2, maka jumlah wajib pajak
luar negeri untuk Singapura yang diperkenankan
adalah sebesar Rp. 28.000.000,00

23

B. Untuk Malaysia
1. Pajak dibayar di Malaysia
Rp. 200.000.000,00 x 25% = Rp. 50.000.000,00
2. Rp. 200.000.000 x Rp. 140.000.000 = Rp. 56.000.000,00
Rp. 500.000.000,00
3. Jumlah seluruh pajak terutang = Rp. 140.000.000,00

Dari ketiga perhitungan diatas, yang terendah adalah perhitungan ke 1,


maka jumlah wajib pajak luar negeri untuk malaysia yang diperkenankan
adalah sebesar Rp 50.000.000,00

C. Untuk Bangkok tidak ada kredit pajak, karena perusahaan mengalami


kerugian, sehingga tidak ada pajak yang dibayar ataupun terutang.

Dengan demikian total kredit pajak luar negeri yang diperbolehkan


adalah

Rp. 28.000.000,- + Rp. 50.000.000,- = Rp


78.000.000,24

BATAS MAKSIMUM KREDIT PAJAK BILA TERJADI RUGI


USAHA DI DALAM NEGERI
Dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak, rugi usaha yang
terjadi di dalam negeri akan mengurangi Penghasilan Kena
Pajak. Sehingga kerugian yang terjadi di dalam negeri akan
mengurangi penghasilan neto, Penghasilan Kena Pajak dan
Pajak Penghasilan yang terutang.

Contoh perhitungan
PT. Batako memperoleh penghasilan neto dalam tahun 2001
sebagai berikut :
1. Penghasilan dari Singapura
Rp. 300.000.000,00 (tarif
pajak 30%)
2. Penghasilan dari Malaysia
Rp. 400.000.000,00 (tarif
pajak 25%)
3. Rugi Usaha di dalam negeri
Rp. 200.000.000,00

25

Penghitungan jumlah maksimum kredit pajak luar negeri


adalah :
a. Penghasilan dari Singapura
Rp. 300.000.000,00
Penghasilan dari Malaysia
Rp. 400.000.000,00
Rugi usaha di dalam negeri
Rp.(200.000.000,00 ) (+)
Jumlah penghasilan neto
Rp. 500.000.000.00

b. Apabila jumlah penghasilan neto sama dengan Penghasilan


Kena Pajak, maka sesuai dengan
tarif Pasal 17, Pajak Penghasilan
yang terutang adalah :
28% x Rp. 500.000.000,00
= Rp.
140.000.000,00

26

Batas maksimum kredit pajak luar negeri adalah :


A. Untuk Singapura
1. Pajak dibayar di Singapura
Rp. 300.000.000,00 x 30% = Rp.
90.000.000,00
2. Rp. 300.000.000 x Rp. 140.000.000 = Rp.84.000.000
Rp. 500.000.000
3. Jumlah seluruh pajak terutang = Rp. 140.000.000,00

Dari ketiga perhitungan diatas, yang terendah adalah


perhitungan ke 2, maka jumlah wajib pajak luar negeri untuk
Singapura yang diperkenankan adalah sebesar Rp.
84.000.000,00.

27

B. Untuk Malaysia
1. Pajak dibayar di Malaysia
Rp. 400.000.000,00 x 25% = Rp.
100.000.000,00
2. Rp. 400.000.000 x Rp. 140.000.000 = Rp. 112.000.000
Rp. 500.000.000
3. Jumlah seluruh pajak terutang = Rp. 140.000.000,00

Dari ketiga perhitungan diatas, yang terendah adalah


perhitungan ke 1, maka jumlah wajib pajak luar negeri untuk
Malaysia yang diperkenankan adalah sebesar Rp.
100.000.000,00.

Dengan demikian total kredit pajak luar negeri yang


diperbolehkan adalah Rp. 84.000.000,- + Rp. 100.000.000,- =
Rp. 184.000.000,28

PEMBETULAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN KARENA PERUBAHAN


PENGHASILAN DARI LUAR NEGERI
1.KOREKSI

YANG
PENGHASILAN

MENGAKIBATKAN

ADANYA

TAMBAHAN

Dalam hal koreksi fiskal adalah koreksi yang menyebabkan


adanya tambahan penghasilan yang mengakibatkan pajak
atas penghasilan terutang di luar negeri lebih besar dari yang
dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan, sehingga
pajak di luar negeri kurang dibayar, maka terdapat
kemungkinan Pajak Penghasilan di Indonesia juga kurang
dibayar. Sepanjang koreksi fiskal di luar negeri tersebut
dilaporkan sendiri oleh Wajib Pajak melalui pembetulan Surat
Pemberitahuan Tahunan, maka bunga yang terutang atas
pajak yang kurang dibayar tersebut tidak ditagih.
29

Contoh :
1. Penghasilan luar negeri (SPT) = Rp1.000.000.000,00
2. Penghasilan dalam negeri
= Rp2.000.000.000,00
3. Penghasilan luar negeri
(setelah dikoreksi di luar negeri)
Rp2.000.000.000,00
4. Pajak atas penghasilan yang terutang di luar negeri misalnya
dengan tarif 40%
5. PPh Pasal 25 yang dibayar = Rp 500.000.000,00

30

PPh terutang sebelum dan sesudah koreksi fiskal di luar negeri adalah sebagai berikut :

1.
2.
3.

Penghasilan luar negeri


Penghasilan dalam negeri
Penghasilan Kena Pajak

4.
5.

PPh terutang
Kredit Pajak Luar Negeri :
1.000.000.000,00 x Rp 840.000.000,00 =
3.000.000.000,00
PPh harus dibayar
PPh Pasal 25
PPh Pasal 29

6.
7.
8.

Penghasilan luar negeri


Penghasilan dalam negeri
Penghasilan Kena Pajak

4.
5.

PPh terutang
Kredit Pajak Luar Negeri :
2.000.000.000,00 x Rp 1.120.000.000,00 =
4.000.000.000,00
Harus bayar di Indonesia
PPh Pasal 25
PPh Pasal 29
Masih harus dibayar

Rp 1.000.000.000,00
Rp 2.000.000.000,00 +
Rp 3.000.000.000,00
=================
Rp 840.000.000,00

Rp 280.000.000Rp. 560.000.000,00
Rp. 500.000.000,00 Rp 60.000.000,00

SPTPEMBETULAN

1.
2.
3.

6.
7.
8.
9.

31

SPT

Rp 2.000.000.000,00
Rp 2.000.000.000,00 +
Rp 4.000.000.000,00
=================
Rp 1.120.000.000,00

Rp 560.000.000,00 Rp 560.000.000,00
Rp 500.000.000,00
Rp 60.000.000,00Rp
0,00

2. Dalam hal terjadi koreksi fiskal di luar negeri yang menyebabkan


penghasilan dan pajak atas penghasilan terutang di luar negeri lebih
kecil dari yang dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan,
sehingga pajak di luar negeri lebih dibayar. Koreksi fiskal di luar
negeri tersebut akan mengakibatkan Pajak Penghasilan terutang di
Indonesia juga menjadi lebih kecil, sehingga Pajak Penghasilan
menjadi lebih dibayar. Kelebihan bayar pajak tersebut dapat
dikembalikan kepada Wajib Pajak setelah diperhitungkan dengan
utang pajak yang lain.
Contoh :
1. Penghasilan luar negeri (SPT)
2. Penghasilan dalam negeri

Rp 1.000.000.000,00
Rp 2.000.000.000,00

3. Penghasilan luar negeri


(setelah koreksi di luar negeri)

Rp500.000.000,00

4. Pajak atas penghasilan yang terutang di luar negeri misalnya


40%
5. PPh Pasal 25 yang dibayar
32

Rp 500.000.000,00

PPh terutang sebelum dan sesudah koreksi fiskal di luar negeri adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.

Penghasilan luar negeri


Penghasilan dalam negeri
Penghasilan Kena Pajak

4.
5.

PPh terutang
Kredit Pajak Luar Negeri :
1.000.000.000,00 x Rp 840.000.000,00 =
3.000.000.000,00
Harus dibayar di Indonesia
PPh Pasal 25
PPh Pasal 29

6.
7.
8.

SPT

Rp

Rp 1.000.000.000,00
Rp 2.000.000.000,00 +
Rp 3.000.000.000,00
=================
Rp 840.000.000,00
280.000.000Rp. 560.000.000,00
Rp. 500.000.000,00 Rp. 60.000.000,00
SPTPEMBETULAN

1.
2.
3.

Penghasilan luar negeri


Penghasilan dalam negeri
Penghasilan Kena Pajak

4.
5.

PPh terutang
Kredit Pajak Luar Negeri :
500.000.000,00 x Rp 700.000.000,00 =
2.500.000.000,00
Harus bayar di Indonesia
PPh Pasal 25
Kurang bayar
PPh Pasal 29 telah dibayar
Lebih bayar

6.
7.
8.
9.
10.

33

Rp 500.000.000,00
Rp 2.000.000.000,00 +
Rp 2.500.000.000,00
=================
Rp 700.000.000,00
Rp 140.000.000,00 Rp
Rp
Rp
Rp.
Rp

560.000.000,00
500.000.000,00 60.000.000,00
60.000.000,000,00

Jika terdapat Pajak Penghasilan yang lebih dibayar , maka atas junlah tersebut dapat diminta kembali setelah diperhitungkan
dengan utang pajak yang lain.

PENGURANGAN/PENGEMBALIAN
LUAR NEGERI

PAJAK

PENGHASILAN

Apabila terjadi pengurangan atau pengembalian pajak atas penghasilan yang


dibayar di luar negeri, sehingga besarnya pajak yang dapat dikreditkan di
Indonesia menjadi lebih kecil dari besarnya perhitungan semula, maka
selisihnya ditambahkan pada pajak penghasilan terutang pada tahun
diterimanya pengurangan atau pengembalian tersebut.
Misalnya,
Dalam tahun 1996, wajib pajak mendapat pengurangan pajak atas penghasilan
luar negeri tahun 1995 sebesar Rp. 5.000.000,00, yang semula telah termasuk
dalam jumlah pajak yang dikreditkan terhadap pajak yang terutang untuk tahun
pajak 1995, maka jumlah sebesar Rp. 5.000.000,00 tersebut ditambahkan pada
pajak penghasilan yang terutang dalam tahun pajak 1996.

34

Anda mungkin juga menyukai