Anda di halaman 1dari 18

KONSEP DASAR DAN

TATA CARA PERHITUNGAN PPh


POTONGAN/PUNGUTAN PASAL 21, 22, 23, 24, 26
DAN PPh FINAL PASAL 4 AYAT 2
Nama
Kelompok 01 Kadek Eliska Insani Artha Pratiwi
1807531116

Ida Bagus Brahmanda Kumala Diva


02 1807531141

Ni Putu Indah Juliyanti


03 1807531152

I Dewa Gede Agrasamdhani Oki Prameswara


04 1807531204
PERPAJAKAN

Pengertian dan Konsep Dasar PPh Potongan / Pungutan

Sistem pemungutan pajak di Indonesia dapat dilakukan dengan penyetoran sendiri oleh Wajib
Pajak (self-assessment system) atau melalui pemotongan atau pemungutan pajak penghasilan oleh pihak
ketiga. Pemotongan dan pemungutan pajak penghasilan oleh pihak ketiga merupakan penerapan dari
sistem pemungutan pajak With Holding System.

With Holding System adalah sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada
pihak ketiga untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak sesuai dengan peraturan
perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Pihak ketiga berkewajiban memotong atau memungut
pajak dari penerima penghasilan, menyetorkan pajak tersebut ke Kas Negara melalui Bank Persepsi atau
Kantor Pos dan melaporkannya ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP).

Berdasarkan pasal 20 Undang-Undang PPh, Pajak yang diperkirakan akan terutang dalam suatu
tahun pajak, dilunasi oleh Wajib Pajak dalam tahun pajak berjalan melalui pemotongan dan pemungutan
pajak oleh pihak lain, serta pembayaran pajak oleh Wajib Pajak sendiri.
PERPAJAKAN

Pengertian dan Konsep Dasar PPh Potongan / Pungutan

Agar pelunasan pajak dalam tahun pajak berjalan mendekati jumlah pajak yang akan terutang untuk
tahun pajak yang bersangkutan, maka pelaksanaannya dilakukan melalui:
Pemotongan pajak oleh pihak lain dalam hal diperoleh penghasilan oleh wajib pajak dari pekerjaan, jasa atau
kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 Undang-undang PPh, pemungutan pajak atas penghasilan dari
usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 Undang-Undang PPh dan pemotongan pajak atas penghasilan
dari modal, jasa dan kegiatan tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 Undang-Undang PPh

Pembayaran oleh wajib pajak sendiri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 Undang-Undang PPh.
Sesuai ketentuan dalam Undang-Undang PPh dan Undang-Undang PPN dan PPnBM, pajak yang
dipotong/dipungut terdiri dari PPh Pasal 21, PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, PPh Pasal 24, PPh Pasal 26, dan PPh
final Pasal 4 Ayat (2). Berikut adalah penjelasan secara singkat pajak yang dipotong/dipungut :
6. PPh PASAL 4 AYAT 2

1. PPh PASAL 21 5. PPh PASAL 26

2. PPh PASAL 22 4. PPh PASAL 24

3. PPh PASAL 23
Dasar hukum PPh potongan/pungutan, yaitu:

Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata


CaraPerpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang No. 28
Tahun 2007.
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah
diubah terakhir denganlih Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008.
Peraturan Pemerintah Nomor 48 tahun 1994 tentang Pembayaran Pajak Penghasilan
Atas Penghasilan dari Pengalihan Hak Atas Tanah dan atau Bangunan sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintahan Nomor 71
tahun 2008.
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 541/KMK.04/2000
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor 184/PMK.03/2007 tentang Penentuan Tanggal
Jatuh Tempo Pembayaran dan Penyeroran Pajak, Penentuan Tempat Pembayaran
Pajak, dan Tata Cara Pembayaran, Penyetoran dan Pelaporan Pajak, serta Tata DASAR HUKUM
Cara Pengangsuran dan Penundaan Pembayaran Pajak.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-254/PMK.03/2008 tentang Penetapan PPh
Bagian Penghasilan Sehubungan Dengan Pekerjaan dari Pegawai Harian dan
Mingguan serta Pegawai Tidak Tetap Lainnya yang Tidak Dikenakan Pemotongan Potongan/Pungutan
Pajak Penghasilan.
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2009 sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-57/PJ/2009 tentang
Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak
Penghasilan Pasal 21/26.
Variabel - Variabel dalam Perhitungan
PPh Potongan/Pungutan
1. PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak)

Wajib Pajak tidak kawin Wajib Pajak kawin

Uraian Status PTKP Uraian Status PTKP

Wajib Pajak TK0 54.000.000,- WP Kawin K0 58.500.000,-

Tanggungan 1 TK1 58.500.000,- Tanggungan 1 K1 63.000.000,-

Tanggungan 2 TK2 63.000.000,- Tanggungan 2 K2 67.500.000,-

Tanggungan 3 TK3 67.500.000,- Tanggungan 3 K3 72.000.000,-

Wajib Pajak kawin, penghasilan suami istri digabung


Uraian Status PTKP

WP Kawin K/I/0 112.500.000,-

Tanggungan 1 K/I/1 117.000.000,-

Tanggungan 2 K/I/2 121.500.000,-

Tanggungan 3 K/I/3 126.000.000,-


Biaya Jabatan

Biaya jabatan merupakan salah satu pengurang dalam menghitung


PPh pasal 21 untuk pegawai tetap sebagaimana diatur dalam
pasal 21 ayat (3) Undang-Undang Pajak Penghasilan. Jadi,
setiap pegawai tetap bentuk untuk mendapat pengurangan ini.
Istilah “jabatan” tidak merujuk pada pengertian jabatan formal
tertentu dalam perusahaan atau instansi. Dari staf biasa sampai
Direktur utama berhak mendapatkan pengurang biaya jabatan ini.
Biaya Pensiun
Berdasarkan Pasal 21 ayat (3) Undang-undang Pajak
Penghasilan, PPh Pasal 21 yang dipotong bagi pensiunan adalah
jumlah penghasilan bruto dikurangi dengan biaya pensiun dan
Pengahsilan Tidak Kena Pajak. Dalam pengertian pensiunan
termasuk juga penerima tunjangan hari tua atau tabungan hari
tua.
Seperti biaaya jabatan bagi pegawai tetap besarnya biaya pensiun
juga diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 250/PMK
03/2008 tentang besarnya Biaya Jabatan Atau Biaya Pensiunan
Yang dapat dikurangkan penghasilan Bruto atau Pensiunan
Penghasilan Bruto

Penghasilan kotor (Bruto) jenis penghasilan yang dikenakan


pemotongan pajak sebagaimana diatur sesuai/PPh pasal 26 dapat
dikelompokkan sebagai berikut:

Penghasilan Bruto (Berkala)

Pengahasilan tidak rutin (Tahunan)

Penerimaan Natura

Premi Asuransi
,
Perhitungan, Penyetoran, dan
Pelaporan PPh Potongan/Pungutan
PPh Pasal 21

PPh Pasal 21 merupakan cara pelunasan PPh dalam tahun


berjalan melalui pemotongan pajak atas penghasilan yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri
sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan.
Pemotongan PPh Pasal 21 antara lain dilakukan oleh:
Pemberi kerja, termasuk cabang, perwakilan, atau unit yang
melakukan sebagian atau seluruh administrasi yang terkait dengan
pembayaran penghasilan,
Bendahara pemerintah,
Dana pensiun yang membayarkan uang pensiun, dan
Penyelenggara kegiatan.
Perhitungan, Penyetoran, dan
Pelaporan PPh Potongan/Pungutan
PPh Pasal 21 Bagi Bukan Pegawai
Penghitungan PPh Pasal 21 bagi penerima kategori bukan pegawai
dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu:

a.Menerima atau memperoleh penghasilan yang tidak bersifat


berkesinambungan;
b.Menerima atau memperoleh penghasilan semata-mata dari satu
pemberi penghasilan yang bersifat berkesinambungan;
c.Menerima atau memperoleh penghasilan yang bersifat
berkesinambungan dan mempunyai penghasilan lain.

Yang termasuk Wajib Pajak orang pribadi kategori Bukan Pegawai


antara lain pengacara, arsitek, dokter, notaris, akuntan, aktuaris,
konsultan, olahragawan, pengajar, peneliti, penceramah, penyanyi,
bintang film, petugas dinas luar asuransi, dan lain-lain.
Perhitungan, Penyetoran, dan
Pelaporan PPh Potongan/Pungutan
PPh Pasal 22
Perhitungan PPh Pasal 22 atas impor barang
1.Pajak Penghasilan Pasal 22 atas impor barang, terutang dan dilunasi
bersamaan dengan saat pembayaran Bea Masuk.
2.Dalam hal pembayaran Bea Masuk ditunda atau dibebaskan dan tidak
termasuk dalam pengecualian dari pemungutan Pajak Penghasilan
Pasal 22, Pajak Penghasilan Pasal 22 terutang dan dilunasi pada saat
penyelesaian dokumen pemberitahuan pabean atas impor.
3.Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas impor barang
dilaksanakan dengan cara penyetoran oleh:
a. Importir yang bersangkutan; atau
b. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, ke kas negara melalui Kantor
Pos, bank devisa, atau bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.
Perhitungan, Penyetoran, dan
Pelaporan PPh Potongan/Pungutan
PPh Pasal 23

Cara menghitung PPh pasal 23 = 15% x Bruto untuk pengenaan


atas deviden, bunga, royalti, hadiah dll.

Cara menghitung PPh pasal 23 = 2% x Bruto untuk pengenaan


atas sewa dan penghasilan lain sehubungan penggunaan harta
imbalan sehubungan dengan jasa-jasa.

Pemotong PPh Pasal 23 wajib memberikan tanda bukti


pemotongan PPh Pasal 23 kepada orang pribadi atau badan yang
dipotong setiap melakukan pemotongan atau pemungutan. Bagi
penerima penghasilan, bukti pemotongan PPh Pasal 23 ini adalah bukti
pelunasan PPh terutang dalam tahun tersebut yang nantinya akan
dikreditkan dalam SPT Tahunannya.
Perhitungan, Penyetoran, dan
Pelaporan PPh Potongan/Pungutan
PPh Pasal 26

Pada prinsipnya pemotongan PPh Pasal 26 bersifat final, kecuali :

a.Pemotongan atas penghasilan kantor pusat dari usaha atau


kegiatan, penjualan barang, atau pemberian jasa di Indonesia yang
sejenis dengan yang dijalankan atau yang dilakukan oleh Bentuk Usaha
Tetap di Indonesia;
b.Pemotongan atas penghasilan yang dikenakan PPh Pasal 26 yang
diterima atau diperoleh kantor pusat, sepanjang terdapat hubungan
efektif antara Bentuk Usaha Tetap dengan harta atau kegiatan yang
memberikan penghasilan dimaksud.
c.Pemotongan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh orang
pribadi atau badan luar negeri yang berubah status menjadi Wajib Pajak
dalam negeri atau Bentuk Usaha Tetap.
Perhitungan, Penyetoran, dan
Pelaporan PPh Potongan/Pungutan
PPh Pasal 4(2)

Pemotongan atau pemungutan pajak penghasilan yang bersifat


final. Dalam ketentuan mengenai Pajak Penghasilan yang berlaku saat
ini, ada beberapa jenis penghasilan (objek pajak) yang dikenakan
pemungutan atau pemotongan PPh yang bersifat final tetap dilaporkan
dalam Surat Pemberitahuan (SPT) hanya saja jumlahya tidak
dijumlahkan dengan penghasilan lainnya. Pajak yang sudah dipotong
tidak diperhitungkan sebagai kredit pajak

PPh (Final) = 20% x bruto


SESI DISKUSI
Thank you
Insert your subtitle here

Anda mungkin juga menyukai