Pasal 21
by : Wahyu Fitriani, SE., M. Ak
Materi Pajak Penghasilan Pasal 21
3. Hak dan Kewajiban Pemotong Pajak 8. Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21 Final
4. Penerima Penghasilan PPh Pasal 21 9. Tata Cara Perhitungan Pemotongan PPh Pasal 21
Pembayaran PPh ini dilakukan dalam tahun berjalan melalui pemotongan oleh
pihak-pihak tertentu, yakni pemberi kerja, bendaharawan pemerintah, dana
pensiun, badan, perusahaan, dan penyelenggara kegiatan.
Definisi PPh Pasal 21
5) Penghasilan Lainnya
Pemotong PPh Pasal 21
Pemotong PPh Pasal 21 adalah Wajib Pajak orang pribadi atau badan
termasuk Bentuk Usaha Tetap yang mempunyai kewajiban melakukan
pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan
kegiatan.
Pemotong PPh Pasal 21 sesuai dengan Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-
16/PJ/2016 sebagai berikut :
Pemotong PPh Pasal 21
2. Bendahara atau pemegang kas pemerintah termasuk Pemerintah Pusat termasuk institusi TNI/POLRI,
Pemerintah Daerah, instansi atau lembaga pemerintah, lembaga-lembaga negara lainnya, dan
Kedutaan Besar RI di luar negeri yang membayarkan gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan,
jasa, dan kegiatan;
Pemotong PPh Pasal 21
3. Dana pensiun, badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja, dan badan-badan lain yang membayar uang
pensiun dan tunjangan hari tua atau jaminan hari tua;
4. Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta badan yang membayar honorarium
:
a. honorarium, komisi, fee, atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan kegiatan dan jasa
yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status Subjek Pajak dalam negeri maupun Subjek Pajak luar
negeri,
b. honorarium, komisi, fee, atau imbalan lain kepada peserta Pendidikan, pelatihan, dan pegawai magang;
5. Penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah, organisasi yang bersifat nasional dan internasional,
perkumpulan, orang pribadi serta lembaga lainnya yang menyelenggarakan kegiatan, yang membayar
honorarium, hadiah, atau penghargaan dalam bentuk apapun kepada Wajib Pajak orang pribadi berkenaan
dengan suatu kegiatan.
Pemotong PPh Pasal 21
Dalam Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-16/PJ/2016 yang tidak termasuk sebagai pemberi
kerja yang mempunyai kewajiban untuk melakukan pemotongan pajak adalah :
1. Kantor perwakilan negara asing;
2. Organisasi-organisasi internasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf c UU PPh,
yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan;
3. Pemberi kerja orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang
semata-mata memperkerjakan orang pribadi untuk melakukan pekerjaan rumah tangga atau
pekerjaan bukan dalam rangka melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas;
4. Jika organisasi internasional tidak memenuhi ketentuan tersebut, organisasi internasional dimaksud
merupakan pemberi kerja yang berkewajiban melakukan pemotongan pajak.
Hak dan Kewajiban Pemotong PPh
Pasal 21
Yang tidak termasuk dalam pengertian penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21
adalah :
1) Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara asing, dan orang-orang
yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama mereka,
dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh
penghasilan lain di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut, serta negara yang bersangkutan
memberikan perlakuan timbal balik
2) Pejabat perwakilan organisasi internasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf c
Undang-Undang Pajak Penghasilan, yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dengan syarat
bukan warga negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain
untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia
Hak dan Kewajiban Wajib
Pajak
4) Imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi, fee, dan
imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan yang dilakukan;
5) Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang representasi,
uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk
apapun, dan imbalan sejenis dengan nama apa pun;
6) Penghasilan berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, atau
jaminan hari tua yang dibayarkan sekaligus, yang pembayarannya melewati jangka
waktu 2 (dua) tahun sejak pegawai berhenti bekerja;
Penghasilan yang Dipotong PPh
Pasal 21
7) Penghasilan berupa honorarium atau imbalan yang bersifat tidak teratur yang
diterima atau diperoleh anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak
merangkap sebagai pegawai tetap pada perusahaan yang sama;
8) Penghasilan berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus, atau imbalan lain yang
bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh mantan pegawai;
9) Penghasilan berupa penarikan dana pensiun oleh peserta program pensiun yang
masih berstatus sebagai pegawai dari dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan.
Penghasilan yang Dipotong PPh
Pasal 21 Final
PPh bersifat final artinya seluruh pajak yang telah dipotong/dipungut oleh
pihak pemotong/pemungut dianggap final (telah selesai) tanpa harus
menunggu perhitungan dari pihak fiskus atau dapat dikatakan bahwa pajak yang
telah dipotong atau dibayar dianggap telah selesai perhitungannya walaupun
surat ketetapan pajak belum ada.
Penghasilan yang Dipotong PPh
Pasal 21 Final
Beberapa penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 yang bersifat final adalah
sebagai berikut :
1) Penghasilan berupa uang pesangon yang dibayar sekaligus oleh dana pensiun yang
pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan
2) Penghasilan berupa uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua,
yang dibayarkan sekaligus oleh Badan Penyelenggara Pensiun atau Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja
3) Penghasilan berupa honorarium
Pengenaan PPh Pasal 21
Tarif PTKP
• Perhitungan PPh Orang Pribadi diiterapkan atas penghasilan yang jumlahnya melebihi
batas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).
• Mulai Berlaku Tahun 2022
PEGAWAI
Termasuk pegawai adalah orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja, baik sebagai pegawai
tetap atau pegawai tidak tetap (tenaga kerja lepas) berdasarkan perjanjian atau kesepakatan kerja
baik secara tertulis maupun tidak tertulis.
PEGAWAI TETAP
PPh Pasal 21 = Tarif Pasal 17 x (Penghasilan Bruto – Biaya Jabatan – Iuran Pensiun – PTKP)
PENSIUN BERKALA
PPh Pasal 21 = Tarif Pasal 17 x (Penghasilan Bruto – Biaya Pensiun – PTKP)
BIAYA JABATAN
Disetahunkan
PPh Sebulan
Exp. Pegawai Tidak Tetap
Haryono bekerja pada perusahaan elektronik dengan dasar upah harian yang
dibayarkan bulanan. Dalam bulan Juni 2022, Haryono hanya bekerja 20 hari kerja dan
upah sehari adalah Rp 400.000. Haryomo berstatus K/0 dan mempunyai NPWP.
Koperasi ABC membayar upaj atau honor kepada beberapa tenaga kerja Jan 2020, Juli 2020 dan
Agustus 2020 sebagai berikut :
1. Tn. Asep A sebesar Rp 100.000,- per hari selama 10 hari Pada saat telah
Total sebulan Rp 1.000.000 < Rp 4.500.000 tetapi sehari Rp 100.000. melebihi Rp
PPh Pasal 21 per hari = 5% x (Rp 100.000 – Rp 450.000) = Rp 0,- 4.500.000 dalam satu
bulan kalender
2. Tn. Asep B sebesar Rp 460.000,- per hari selama 5 hari
Total sebulan Rp 2.300.000 < Rp 4.500.000 tetapi sehari Rp 460.000.
PPh Pasal 21 per hari = 5% x (Rp 460.000 – Rp 450.000)
= Rp 500 x 5 hari = Rp 2.500,- Dikurangi PTKP
Harian
3. Tn. Asep C (TK/0) sebesar Rp 3.100.000,- sebulan
Sebenarnya
Total sebulan Rp 3.100.000 < Rp 4.500.000
PPh Pasal 21 per bulan = 5% x (Rp 3.100.000 – PTKP sebulan)
= 5% x Rp 0 = Rp 0,-
BUKAN
PEGAWAI
Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas yang terdiri dari pengacara, akuntan, arsitek,
dokter, konsultan, notaris, penilai, dan akuntansi;
Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron, bintang
iklan, sutradara, foto model, pemain drama, penari, pemahat, pelukis, dan seniman lainnya;
Olahragawan;
Penasihat, pengajar, pelatih, penyuluh, dan moderator;
Pengarang, peneliti, dan penerjemah;
Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk Teknik, computer, dan system aplikasinya,
telekomunikasi, fotografi, dan pemberi jasa lainnya;
Agen iklan;
BUKAN
PEGAWAI
PPh Pasal 21 = Tarif Pasal 17 x (50% x Penghasilan Bruto)
Exp :
Dedi Lesmana, SE., BKP adalah seorang konsultan pajak, pada Maret 2020 menerima fee sebesar Rp
100.000.000 dari PT Serasi Jaya sebagai imbalan pemberian jasa yang dilakukannya. Pada bulan Juni
2020 menerima pelunasan sisa fee sebesar Rp 20.000.000.
PESERTA KEGIATAN
PPh Pasal 21 = Tarif Pasal 17 x Penghasilan Bruto
Peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan olahraga, seni, ketangkasan, ilmu
pengetahuan, Teknologi dan perlombaan lainnya;
Peserta rapat konferensi, sidang, pertemuan, kunjungan kerja;
Peserta atau anggota dalam suatu kepanitian sebagai penyelenggara kegiatan tertentu;
Peserta Pendidikan, pelatihan, dan magang;
Peserta kegiatan lainnya