(02)
(09)
(16)
(23)
(30)
(37)
Undang-undang
1.
UU No.6/1983 sttd UU No.1/2013 (KUP)
2.
UU No.7/1983 sttd UU No.36/2008 (PPh)
PP
1.
PP No. 68/2009 (tarif pajak penghasilan PPh 21 )
2.
PP No. 74/2011 (Per.Pelaksanaan KUP)
Peraturan Menteri Keuangan
1.
No. 252/PMK.03/2008 (Petunjuk pelaksanaan pemotongan Pajak atas
Penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan Kegiatan Orang
Pribadi)
2.
No. 242/2014 (tata cara pembayaran & pelaporan
3.
No.122/2015 (Penyesuaian besaran PTKP)
4.
No.152/2015 (PTKP untuk Pegawai Harian dan Mingguan)
Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Subjek
Penerima penghasilan
yang dipotong PPh 21
1. Pegawai
a. Tetap
b. Tidak tetap
2. Penerima uang
pesangon, pensiun atau
uang manfaat pensiun,
tunjangan hari tua, atau
jaminan hari tua,
termasuk ahli warisnya
3. Bukan pegawai
4. Peserta kegiatan
Eg : peserta rapat,
peserta lomba, dll.
Penerima penghasilan
tidak dipotong
PPh
1.yang
Pejabat
perwakilan
21 dan konsulat
diplomatik
atau pejabat lain dari
negara asing, dgn syarat
:
a. Bukan WNI
b. Tidak
memperoleh
penghasilan
lain
diluar jabatannya di
indonesia
c. Negara
ybs
memberikan
perlakukan
timbal
balik
2. Pejabat
perwakilan
organisasi
internasional
yang
ditetapkan
oleh
Keputusan MenKeu.
Objek
Penghasilan yang
dipotong
PPh 21
1. Penghasilan
yang diterima
2.
3.
4.
5.
6.
11
Peraturan Direktur Jendela Pajak Nomor : PER-32/PJ/2015 Pasal 9 ayat (1) huruf a, b, c, dan d
Peraturan Direktur Jendela Pajak Nomor : PER-32/PJ/2015 Pasal 10 ayat (2) huruf b dan c
Bukan Pegawai
Memperoleh pengurangan berupa PTKP sepanjang
yang bersangkutan :
1. Memiliki NPWP
2. Hanya memperoleh penghasilan dari hubungan kerja
dengan satu Pemotong PPh pasal 21 dan/atau PPh pasal
26 serta tidak memperoleh pengasilan lainnya. (Peraturan Direktur
Jendela Pajak Nomor : PER-32/PJ/2015 Pasal 13 ayat (1) )
5%
Sesuai
Pasal 17 ayat
(1) huruf a
UU PPh
15%
25%
30%
Penghasilan Sehari
Penghasilan Kumulatif
Sebulan
< Rp 300.000
< Rp 3.000.000
Tidak dilakukan
pemotongan PPh 21
> Rp 300.000
< Rp 3.000.000
5% x ( Upah Rp
300.000)
> Rp 3.000.000
5% x (upah PTKP /
360)
> Rp 8.200.000
Tarif pasal 17 x
Jumlah PKP yang
disetahunkan
(Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : PER-32/PK/2015 pasal 15 ayat (1) dan (2) )
1.
PPh Pasal 21
Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja
Lepas
Pada hari ke-11 jumlah kumulatif upah yang diterima melebihi Rp3.000.000,00, maka PPh
Pasal 21 terutang dihitung berdasarkan upah setelah dikurangi PTKP yang sebenarnya.
Upah s.d hari ke-11 (Rp300.000,00 X 11)
Rp 3.300.000,00
PTKP Sebenarnya:
11 X (Rp36.000.000,00 / 360)
Rp 1.100.000,00
Rp 2.200.000,00
PPh Pasal 21 terutang s.d. hari ke-11
5% X Rp2.200.000,00
Rp
110.000,00
PPh Pasal 21 yang telah dipotong s.d. hari ke-10 Rp
0,00
PPh Pasal 21 yang harus dipotong pada hari ke-11
Rp
110.000,00
Sehingga pada hari ke-11, upah bersih yang diterima Nurcahyo sebesar:
Rp 300.000,00 - Rp 110.000,00= Rp 190.000,00
Misalkan Nurcahyo bekerja selama 12 hari, maka penghitungan PPh Pasal 21 yang harus
dipotong pada hari ke - 12 adalah sebagai berikut :
Upah sehari
Rp
300.000,00
PTKP sehari:
- untuk WP sendiri (Rp36.000.000,00 / 360)
Rp
100.000,00
Rp
200.000,00
PPh Pasal 21 terutang s.d. hari ke-12
5% X Rp200.000,00
Rp
10.000,00
Sehingga pada hari ke-12, Nurcahyo menerima upah bersih sebesar:
Rp 300.000,00 - Rp 10.000,00 = Rp 290.000,00
Pembahasan :
Upah sehari di atas Rp 300.000,00 adalah:
(Rp500.000,00 - Rp300.000,00)
Rp
200.000,00
PPh Pasal 21:
5% X Rp200.000,00
Rp
10.000,00
Pada hari ke-7 dalam bulan kalender yang bersangkutan, Nanang
Hermawan telah
menerima penghasilan sebesar Rp3.500.000,00, sehingga telah melebihi
Rp3.000.000,00.
Dengan demikian PPh Pasal 21 atas penghasilan Nanang Hermawan pada
bulan Maret 2016
dihitung sebagai berikut:
Upah 7 hari kerja
Rp 3.500.000,00
PTKP :
7 X (Rp36.000.000,00/360)
Rp
700.000,00
Rp 2.800.000,00
Pembahasan :
Penghitungan PPh Pasal 21 :
Upah sehari (Rp2.400.000,00 : 6)
Upah di atas Rp300.000,00 sehari:
Rp400.000,00 - Rp300.000,00
Upah seminggu terutang pajak:
6 X Rp 100.000,00
PPh Pasal 21 (mingguan)
5% X Rp600.000,00
Rp 400.000,00
Rp
Rp
100.000,00
600.000,00
Rp
30.000,00
50 % x Ph Bruto
PTKP sebulan,
Dihitung secara
kumulatif
Berkesinambungan
Exc. Pasal 13 ayat (1)
(50 % x Ph Bruto)
Tidak
berkesinambungan
(50 % x Ph Bruto)
Dihitung secara
kumulatif
Pembahasan
a.Besarnya PPh Pasal 21 yang terutang adalah sebesar:
5% x 50% x Rp5.000.000 = Rp 125.000.00
b.Besarnya PPh Pasal 21 yang terutang adalah
120% x 5% x 50% x Rp 5.000.000 = Rp 150.000
Bulan
Januai
45.000.000
Februari
49.000.000
Maret
47.000000
April
40.000.000
Mei
44.000.000
Juni
52.000.000
Juli
40.000.000
Agustus
35.000.000
September
45.000.000
Oktober
44.000.000
Noivember
43.000.000
Desember
40.000.000
Jumlah
524.000.000
Bulan
Jasa
dokter
yang
dibayar
pasien
(Rupiah)
Dasar
pemoton
gan Pph
pasal 21
(Rupiah)
Dasar
pemoton
gan Pph
pasal 21
komulatif
(Rupiah)
Tarif
Pasal 17
ayat (1)
huruf a
UU Pph
Pph pasal
21
terutang
(Rupiah)
(1)
(2)
(3) = 50%
x (2)
(4)
(5)
(6) = (3) x
(5)
Januari
45.000.00
0
22.500.00
0
22.500.00
0
5%
1.125.000
Februari
49.000.00
0
24.500.00
0
47.000.00
0
5%
1.225.000
Maret
47.000.00
0
3.000.000
20.500.00
0
50.000.00
0
70.500.00
0
5%
15%
150.000
3.075.000
April
40.000.00
20.000.00
90.500.00
15%
3.000.000
3.375.000
Oktober
3.300.000
November
3.225.000
Desember
40.000.000 8.000.000
250.000.00 15%
12.000.000 0
25%
262.000.00
0
1.200.000
3.000.000
Jumlah
524.000.00 262.000.00
0
0
35.500.000
Apabila dr. Abdul Gopar Sp.JP tidak memiliki NPWP, maka PPh Pasal
21 terutang adalah sebesar 120% dari PPh Pasal 21 terutang
sebagaimana contoh di atas
Mantan Pegawai
honorarium atau
imbalan yang
bersifat tidak teratur
jasa produksi,
tantiem, gratifikasi,
bonus atau imbalan
lain yang bersifat
tidak teratur
Peserta program
Pensiun yang masih
Berstatus pegawai
penarikan dana
pensiun
CONTOH
PENGHITUNGAN
HONORARIUM KOMISARIS
SEBAGAI PEGAWAI TETAP.
PPH
YANG
PASAL
21
ATAS
TIDAK MERANGKAP
Rp
Rp
Rp
2.500.000,00
1.500.000,00
4.000.000,00
Pembahasan :
PPh Pasal 21 yang terutang adalah:
5% X Rp 50.000.000,00
Rp 2.500.000,00
15% X Rp 5.000.000,00
Rp
750.000,00
PPh Pasal 21 yang harus dipotong
Rp 3.250.000,00
Apabila dalam tahun kalender yang bersangkutan, dibayarkan penghasilan
kepada mantan pegawai lebih dari 1 (satu) kali, maka PPh Pasal 21 atas
pembayaran penghasilan yang berikutnya dihitung dengan menerapkan tarif
Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh atas jumlah penghasilan bruto kumulatifyang
diterima dengan memperhitungkan penghasilan yang telah diterima
sebelumnya.
Pembahasan :
Pph pasal 21 terutang :
5% x Rp. 50.000.000,15% x Rp. 5.000.000,Pph pasal 21 yang haru dipotong
3.250.000,-
Pembahasan
Atas Penarikan Rp 20.000.000 pada bulan April
PPh Pasal 21 sebesar 5% x Rp 20.000.000 = Rp
1.000.000
Atas Penarikan Rp 15.000.000 pada bulan Juni
PPh Pasal 21 sebesar 5% x Rp 15.000.000 = Rp 750.000
Atas Penarikan RP 25.000.000 pada bulan Oktober
PPh Pasal 21 sebesar
5% x Rp 15.000.000 = Rp 750.000
15% x Rp 10.000.000 = Rp 1.500.000
Total= Rp2.250.000