Anda di halaman 1dari 3

PASAL 4 AYAT 1 UU PPh

Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan
ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari
Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau
untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan
dalam bentuk apa pun, termasuk:

a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima
atau diperoleh

Contoh : gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang


pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam
Undang-undang ini;

b. hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan;

Contoh : Kopu Kasbi Oke menyelenggarakan penarikan hadiah undian atas


kupon-kupon yang telah dikirimkan oleh para pelanggannya, dengan hadiah
senilai Rp. 100.000.000,-. Dalam penarikan undian tersebut nama Yance
Rumbrapuk yang muncul sebagai penerima hadiah undian. Penghitungan
Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) atas hadiah undian yang harus dipotong
oleh PT Kopu Kasbi Oke adalah sebagai berikut: 25% X Rp. 100.000.000,- =
Rp. 25.000.000,-

c. laba usaha;
d. keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk:
1. keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan
badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal;

contoh : Tuan Addin dan Tuan Djaya sepakat untuk mendirikan CV yang
bergerak di bidang usaha perdagangan besar. Tuan Addin menyerahkan
rumah toko (ruko) yang dimilikinya sebagai tempat usaha dan Tuan Djaya
menyerahkan persediaan awal. Pada saat penyerahan, harga pasar ruko
tersebut adalah Rp1 miliar, padahal harga perolehannya cuma Rp400 juta.
Sementara Tuan Djaya menyerahkan persediaan senilai Rp500 juta. Maka
atas keuntungan sebesar Rp600 juta yang diperoleh Tuan Addin
merupakan penghasilan. Namun, karena penghasilan dari pengalihan hak
atas tanah dan bangunan merupakan objek pajak PPh yang bersifat final,
maka atas penghasilan tersebut dikenakan PPh Final Pasal 4 ayat (2) UU
PPh sebesar 5% dari nilai tertinggi antara NJOP atau harga pasar.
2. keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu,
atau anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya;

contoh : Karena satu dan lain hal, PT ABC menjual sebidang tanah yang
dimilikinya kepada salah seorang pemegang sahamnya, yaitu Tuan Andri.
Tanah tersebut dicatat di neraca PT ABC dengan nilai buku sebesar
Rp200juta, sementara harga pasar wajar dan harga pengalihan yang
dilakukan sebesar Rp1 miliar. Maka atas keuntungan karena pengalihan
tanah tersebut sebesar Rp800 juta harus diakui oleh PT ABC sebagai
keuntungan.

3. keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,


pemecahan, pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan nama dan
dalam bentuk apa pun;
4. keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau
sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus satu derajat dan badan keagamaan, badan pendidikan,
badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang
menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan
dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-
pihak yang bersangkutan; dan
5. keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak
penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan
dalam perusahaan pertambangan;

e. penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya


dan pembayaran tambahan pengembalian pajak;

Contoh : pembayaran PBB [pajak bumi dan bangunan]. Kita dapat


mengajukan keberatan atas jumlah PBB yang kita bayar karena alasan
tertentu. Tetapi, keberatan tersebut tidak menjadikan petugas kehilangan hak
untuk menagih. PBB kita bayar lunas, kemudian minta keringanan
pembayaran PBB ke kantor pajak, dan PBB tersebut tentu saja dibiayakan.
Nah, jika permintaan keringanan pembayaran PBB kita dikabulkan, maka
pengembalian PBB tersebut menjadi penghasilan.
f. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang;

contoh : Pada tanggal 1 Juli 2014, PT. B memberikan pinjaman kepada PT. A
(anak perusahaan) sebesar 1 Milyar dengan tingkat suku bunga 5 %, tingkat
suku bunga yang wajar adalah 10%. Jatuh tempo Pembayaran setiap tanggal 1
Juli. Maka pada saat tanggal 1 Juli 2015, PT. A memotong PPh Pasal 23 atas
Bunga pinjaman sebesar : 15 % X (10% X 1 Milyar) = Rp. 15.000.000 Jumlah
pajak tersebut harus disetor pada tanggal 10 Agustus 2015, jika terlambat
menyetor akan dikenakan bunga sebesar 2% per bulan.

g. dividen, (dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari
perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha
koperasi);

contoh : pada akhir tahun 2007 PT Yasindo membayar dividen kepada Duhita
salah satu pemegang saham senilai Rp 100.000.000 dipotong PPh pasal 23
sebesar 15%. Penghasilan yang diakui oleh Duhaita adalah sbesar Rp
100.000.000 sedangkan PPh pasal 23 sebesar Rp 15.000.000 yang dipotong
oleh PT Yasindo bagi Duhita merupakan kredit pajak

h. royalti atau imbalan atas penggunaan hak;

Contoh :

 hak atas harta tak berwujud, misalnya hak pengarang, paten, merk
dagang, formula, atau rahasia perusahaan;
 hak atas harta berwujud, misalnya hak atas alat-alat industri,
komersial, dan ilmu pengetahuan. Yang dimaksud dengan alat-alat
industri, komersial dan ilmu pengetahuan adalah setiap peralatan yang
mempunyai nilai intelektual, misalnya peralatan-peralatan yang
digunakan di beberapa industri khusus seperti anjungan pengeboran
minyak (drilling rig), dan sebagainya;
 informasi, yaitu informasi yang belum diungkapkan secara umum,
walaupun mungkin belum dipatenkan, misalnya pengalaman di bidang
industri, atau bidang usaha lainnya. Ciri informasi dimaksud adalah
bahwa informasi tersebut telah tersedia sehingga pemiliknya tidak
perlu lagi melakukan riset untuk menghasilkan informasi tersebut.
 Tidak termasuk dalam pengertian informasi di sini adalah informasi
yang diberikan oleh misalnya akuntan publik, ahli hukum, atau ahli
teknik sesuai dengan bidang keahliannya, yang dapat diberikan oleh
setiap orang yang mempunyai latar belakang disiplin ilmu yang sama.

Anda mungkin juga menyukai