Anda di halaman 1dari 6

1 Jelaskan pengertian PPh pasal 4 ayat (2) final 

Jawab : PPh Pasal 4 ayat 2 (Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat 2) atau disebut juga PPh final
adalah pajak yang dikenakan pada wajib pajak badan maupun wajib pajak pribadi atas beberapa
jenis penghasilan yang mereka dapatkan dan pemotongan pajaknya bersifat final.

2. Jelaskan pengertian dari PPh yeng bersifat “final” !

Jawab : Pajak final atau PPh final merupakan pajak yang dikenakan langsung saat wajib pajak
(WP) menerima penghasilan. Pajak final biasanya langsung disetorkan oleh WP. Karena sifat
pungutannya yang seketika, PPh final tidak lagi diperhitungkan dalam pelaporan SPT tahunan
meskipun nantinya tetap harus dilaporkan.

3. Sebutkan subjek pajak PPh pasak 4 ayat (2) final !

Jawab :
Subjek yang dikenakan PPh 4 ayat (2)/PPh Final
Jenis PPh Pasal 4 ayat (2) atau PPh Final ini dikenakan pada wajib pajak badan maupun
wajib pajak pribadi atas beberapa jenis penghasilan yang mereka dapatkan dan
pemotongan pajaknya bersifat final.
Objek penghasilan yang dipotong PPh Final atau pajak UKM adalah usaha dengan total
peredaran bruto (omzet) kurang dari hingga Rp4,8 miliar dalam setahun.
Subjek pemotong PPh 4 ayat (2)/PPh Final
Pemungutan jenis PPh Pasal 4 ayat (2) atau PPh Final dilakukan oleh pihak pemberi
penghasilan sehubungan dengan pembayaran untuk objek tertentu.
Pihak pemungut ini terdiri dari wajib pajak badan yang ditunjuk untuk memotong PPh Pasal
4 ayat (2) dan wajib padak orang pribadi yang merupakan pemungut PPh pasal 4 ayat (2)
tanpa ditunjuk, di antaranya:
Wajib Pajak Badan
Sebagai pemungut, wajib pajak badan ini ditunjuk untuk memotong jenis PPh Pasal 4 ayat
(2), di antaranya:

 Penerbit obligasi atau kustodian selaku agen pembayaran yang ditunjuk


 Perusahaan efek, dealer, atau bank, selaku pedagang perantara dan/atau pembeli
 Koperasi yang melakukan pembayaran bunga simpanan kepada anggota koperasi
orang pribadi
 Penyelenggara undian
 Pihak yang membayar atau pihak lain yang ditunjuk sekali pembayar dividen
 Pengusaha jasa pada saat pembayaran, dalam hal pengguna jasa merupakan
pemotong pajak

Wajib Pajak Orang Pribadi


Sebagai pemungut, wajib pajak orang Pribadi tidak ditunjuk untuk memotong PPh Pasal 4
ayat (2), di antaranya:

 Disetor sendiri oleh penyedia jasa, dalam hal pengguna jasa bukan merupakan
pemotong pajak
 Bendaharawan atau pejabat yang melakukan pembayaran atau pejabat yang
menyetujui tukar menukar untuk objek pajak pengalihan hak atas tanah/bangunan

Wajib pajak orang pribadi yang ditunjuk sebagai pemotong jenis PPh Pasal 4 ayat (2)
adalah:

 Akuntan, arsitek, notaris, PPAT (Pejabat Pembuat Akta Tanah) kecuali PPAT
tersebut adalah camat, pengacara, dan konsultan yang melakukan pekerjaan bebas
 Orang pribadi yang menjalankan usaha yang menyelenggarakan pembukuan, yang
telah terdaftar sebagai wajib pajak dalam negeri

4. Jelaskan penghasilan yang dikenakan PPh pasal 4 ayat (2) final !

Jawab :
Objek PPh Pasal 4 Ayat 2 (Pajak Penghasilan Pasal 4 Ayat 2) dikenakan pada jenis tertentu
dari penghasilan/pendapatan, dan berupa:

 Peredaran bruto (omzet penjualan) sebuah usaha di bawah Rp 4,8 miliar dalam 1 tahun
masa pajak;
 Bunga dari deposito dan jenis-jenis tabungan, bunga dari obligasi dan obligasi negara, dan
bunga dari tabungan yang dibayarkan oleh koperasi  kepada anggota masing-masing;
 Hadiah berupa lotere/undian;
 Transaksi saham dan surat berharga lainnya, transaksi derivatif perdagangan di bursa, dan
transaksi penjualan saham atau pengalihan ibukota mitra perusahaan yang diterima oleh
perusahaan modal usaha;
 Transaksi atas pengalihan aset dalam bentuk tanah dan/atau bangunan, usaha jasa
konstruksi, usaha real estate, dan sewa atas tanah dan/atau bangunan; dan
 Pendapatan tertentu lainnya, sebagaimana diatur dalam atau sesuai dengan Peraturan
Pemerintah.

5. Jelaskan kriteria pesangon, THT dan tebusan pengsiun yang terutang PPh pasal 4 ayat (2) final !

Jawab : Uang Pesangon adalah penghasilan yang dibayarkan oleh pemberi kerja termasuk
Pengelola Dana Pesangon Tenaga Kerja kepada pegawai, dengan nama dan dalam bentuk apapun,
sehubungan dengan berakhirnya masa kerja atau terjadi pemutusan hubungan kerja, termasuk
uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak.
Uang Manfaat Pensiun adalah penghasilan dari manfaat pensiun yang dibayarkan kepada orang
pribadi peserta dana pensiun secara sekaligus sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang dana pensiun oleh Dana Pensiun Pemberi Kerja atau Dana Pensiun Lembaga Keuangan
yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.
Tunjangan Hari Tua adalah penghasilan yang dibayarkan sekaligus oleh badan penyelenggara
tunjangan hari tua kepada orang pribadi yang telah mencapai usia pensiun.
Jaminan Hari Tua adalah penghasilan yang dibayarkan sekaligus oleh badan penyelenggara
jaminan sosial tenaga kerja kepada orang pribadi yang berhak dalam jangka waktu yang telah
ditentukan atau keadaan lain yang ditentukan.

6. Berapa tariff PPh pasal 4 ayat (2) final untuk penghasilan berupa dividen yang diterima wajib
pajak orang pribadi ?
Jawab : Dividen yang diterima/diperoleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri dikenai PPh
sebesar 10% dan bersifat final. Dividen adalah dividen dengan nama dan dalam bentuk apapun,
termasuk dividen dari perusahaan asuransi pada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha
koperasi pada anggota koperasi.

7. Berapa tariff PPh pasal 4 ayat (2) final untuk penghasilan berupa hadiah undian !

Jawab : tarif sebesar 25% untuk penghasilan berupa hadiah undian (PP No. 132 Tahun 2000).

8. Berapa tariff PPh pasal 4 ayat (2) final untuk penghasilan tertentu yang diatur oleh PP no. 23
tahun 2018  !

Jawab : Pengenaan Pajak Penghasilan atas bunga dari deposito dan tabungan serta diskonto
Sertifikat Bank lndonesia adalah sebagai berikut :
a.      dikenakan pajak final sebesar 20% (dua puluh persen) dari jumlah bruto, terhadap Wajib Pajak
dalam negeri dan bentuk usaha tetap.
b.     dikenakan pajak final sebesar 20% (dua puluh persen) dari jumlah bruto atau dengan tarif
berdasarkan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda yang berlaku, terhadap Wajib Pajak luar
negeri

9. Jelaskan pengertian dari tran!saksi deivatif !

Jawab : transaksi derivatif adalah sebuah kontrak bilateral atau sebuah perjanjian penukaran pembayaran
yang nilainya itu tergantung dari/pada – diturunkan dari – nilai aset, tingkat referensi atau juga indeks

10. Jelaskan perbedaan antara hadian undian dengan hadian penghargaan !

Jawab : Definisi Hadiah & Penghargaan

Sebelum mulai membahas mengenai perlakuan pajak penghasilan atas hadiah & penghargaan ada baiknya kita
mengenal dahulu apa itu hadiah undian, penghargaan ataupun hadiah dari kegiatan. Berikut ini adalah definisi
yang dikutip dari Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-395/PJ/2001:

1. Hadiah undian adalah hadiah dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diberikan melalui undian;
2. Hadiah atau penghargaan perlombaan adalah hadiah atau penghargaan yang diberikan melalui suatu
perlombaan atau adu ketangkasan;
3. Hadiah sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan lainnya adalah hadiah dengan nama dan
dalam bentuk apapun yang diberikan sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan yang  dilakukan
oleh penerima hadiah;
4. Penghargaan adalah imbalan yang diberikan sehubungan dengan prestasi dalam kegiatan tertentu.

1. Pajak Penghasilan atas Hadiah Undian


Pengertian Hadiah Undian
Jika kita melihat pada penjelasan dari Pasal 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 132 Tahun
2000 tentang Pajak Penghasilan atas Hadiah Undian, yang dimaksud dengan hadiah undian itu adalah adalah
hadiah dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diberikan melalui undian.
Perlakukan Pajak Penghasilan atas Hadiah Undian
Penghasilan berupa hadiah undian akan dikenakan pajak yang bersifat final sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 4 ayat 2 serta diatur pula dalam PP Nomor 132 Tahun
2002 Pasal 1.
Tarif Pajak Penghasilan atas Hadiah Undian
Adapun dalam PP Nomor 132 Tahun 2002 Pasal 2 diatur mengenai besarnya tarif pajak penghasilan yang
dikenakan atas hadiah undian tersebut yaitu sebesar 25% dari jumlah bruto nilai hadiah undian. Pengertian
nilai hadiah adalah nilai uang atau nilai pasar apabila hadiah tersebut diserahkan dalam bentuk natura misalnya
mobil.
Kewajiban Pemotongan atau Pemungutan Pajak Penghasilan atas Hadiah Undian
Pihak yang wajib memotong atau memungut pajak penghasilan atas hadiah undian adalah penyelenggara
undian baik penyelenggara tersebut orang pribadi, badan, kepanitiaan, organisasi (termasuk organisasi
internasional) ataupun penyelenggara lainnya termasuk pengusaha yang menjual barang atau jasa yang
memberikan hadiah dengan cara diundi sebagaimana diatur dalam PP Nomor 132 Tahun 2002 Pasal 3.
2. Pajak Penghasilan atas Penghargaan dan Hadiah Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa dan Kegiatan
Pengertian Penghargaan
Dalam penjelasan pasal 4 huruf d Undang-Undang Pajak Penghasilan nomor 36 Tahun 2008 yang disebut
penghargaan adalah imbalan yang diberikan sehubungan dengan kegiatan tertentu misalnya imbalan yang
diterima sehubungan dengan penemuan benda-benda purbakala.
Pengertian Penghargaan Perlombaan
Penghargaan Perlombaan adalah hadiah atau penghargaan yang diberikan ketika diadakannya suatu
perlombaan, atau adu ketangkasan.
Perlakukan Pajak Penghasilan atas Penghargaan, Penghargaan Perlombaan dan Hadiah Sehubungan
Dengan Pekerjaan, Jasa dan Kegiatan Lainnya
Pajak penghasilan yang dikenakan atas hadiah atau penghargaan perlombaan, penghargaan, dan hadiah
sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan lainnya diatur dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak
Nomor KEP-395/PJ/2001, perlakuan pajak penghasilan tersebut dibedakan menurut penerima hadiah itu.

11. Berapa tariff PPh pasal 4 ayat (2) final untuk pengalihan hak atas tanah atau bangunan !

Jawab : Tarif PPh Pasal 4 ayat 2 sebesar 5%, Tarif sebesar ini dikenakan pada pengalihan hak atas tanah atau
bangunan (dalam hal ini termasuk usaha real estate), seperti yang tercantum dalam PP No. 71 Tahun 2008.

12. Berikan contoh persewaan tanah atau bangunan yang dikecualikan dari objek PPh pasal 4 ayat (2) final !

Jawab : contoh persewaan tanah atau bangunan yang dikecualikan dari kewajiban pembayaran atau
pemungutan Pajak Penghasilan di atas adalah :

1. orang pribadi yang mempunyai penghasilan dibawah Penghasilan Tidak Kena Pajak yang melakukan
pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dengan jumlah bruto pengalihannya kurang dari Rp
60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah) dan bukan merupakan jumlah yang dipecah-pecah;
2. orang pribadi atau badan yang menerima atau memperoleh penghasilan dari pengalihan hak atas tanah
dan/atau bangunan kepada Pemerintah guna pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum
yang memerlukan persyaratan khusus;
3. orang pribadi yang melakukan pengalihan tanah dan/atau bangunan dengan cara hibah kepada
keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan
sosial termasuk yayasan, koperasi atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil yang
ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang hibah tersebut tidak
ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak yang
bersangkutan;
4. badan yang melakukan pengalihan tanah dan/atau bangunan dengan cara hibah kepada badan
keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan koperasi atau orang pribadi yang
menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri
Keuangan,sepanjang hibah tersebut tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau
penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan; atau
5. pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan karena warisan.

termasuk yang dikecualikan dari kewajiban pembayaran atau pemungutan Pajak Penghasilan di atas adalah
pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan yang tidak
termasuk subjek pajak.

13. Jelaskan tariff dan dasar pemotongan pajak untuk jasa konstruksi !

Jawab : Tarif PPh Jasa Konstruksi

Selanjutnya, kita akan mengulas tarif pajak yang dikenakan atas jasa kontruksi. Jika mengacu pada PP No 5
Tahun 2008, tarif jasa konstruksi dibagi menjadi lima yakni:

 2% untuk pelaksanaan konstruksi yang dilakukan oleh penyedia jasa yang memiliki kualifikasi usaha
kecil.
 4% untuk pelaksanaan konstruksi yang dilakukan oleh penyedia jasa yang tidak memiliki kualifikasi
usaha.
 3% untuk pelaksanaan konstruksi yang dilakukan oleh penyedia jasa selain penyedia jasa sebagaimana
dimaksud dalam poin a dan b.
 4% untuk perencanaan konstruksi atau pengawasan konstruksi yang dilakukan oleh penyedia jasa
yang memiliki kualifikasi usaha.
 6% untuk perencanaan konstruksi atau pengawasan konstruksi yang dilakukan oleh penyedia jasa
yang tidak memiliki kualifikasi usaha.

Dari penjelasan di atas, kita bisa melihat bahwa tarif yang dikenakan bervariasi tergantung pada kondisi
penyedia jasa konstruksi. Misalnya, jika penyedia jasa konstruksi memiliki kualifikasi usana kecil, maka tarif
yang dikenakan sebesar 2%.
Hal ini dilakukan oleh pemerintah untuk mendorong setiap penyedia jasa konstruksi agar berupaya
mengembangkan perusahaannya menjadi lebih baik lagi.

14. Bagaimana tata cara penyetoran PPh pasal 4 ayat (2) final !

Jawab : Pembayaran Pajak Penghasilan final ini dilakukan dengan dua cara atau mekanisme,
yaitu :

1. Mekanisme PemotonganMekanisme pemotongan di sini maksudnya adalah penyewa


harus memotong Pajak Penghasilan sebesar 10% dari uang sewa yang
dibayarkannya.Mekanisme dilakukan jika si penyewa adalah pihak-pihak yang disebut
sebagai pemotong pajak yaitu : badan pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri,
penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, kerjasama operasi, perwakilan perusahaan
luar negeri lainnya, dan orang pribadi yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
2. Mekanisme Pembayaran SendiriMekanisme pembayaran sendiri adalah mekanisme di
mana pajak final sebesar 10% dari uang sewa dibayarkan sendiri oleh pemilik
tanah/bangunan.Pada mekanisme ini, penyewanya bukan pihak-pihak yang disebutkan di
atas, maka pemilik tanah atau bangunan yang harus menyetorkan sendiri pajak finalnya.

15. Bagaimana tata cara pelaporan PPh pasal 4 ayat (2) final ! !

Jawab : Apabila Anda adalah pemilik tanah/bangunan, yang harus anda lakukan adalah:

1. Apabila anda bertransaksi dengan Wajib Pajak Bukan Pemotong Pajak maka Anda harus menyetor
sendiri PPh atas penghasilan yang Anda peroleh sebesar 10% dari jumlah bruto nilai persewaan tanah
dan/ atau bangunan.
2. Melakukan penyetoran PPh Pasal 4 ayat (2) dengan terlebih dahulu membuat kode billing (MAP-KJS
411128-403). Penyetoran dilakukan paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya.
3. Melakukan pelaporan PPh Pasal 4 ayat (2) dengan menggunakan aplikasi e-spt pph melalui layanan
elektronik DJP atau PJAP [Daftar Penyedia Jasa Aplikasi] paling lama tanggal 20 bulan berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai