Anda di halaman 1dari 50

PPh Pemotongan

dan Pemungutan
MEKANISME PEMBAYARAN PPh

SELF ASSESMENT WITHOLDING SYSTEM

MENGHITUNG PAJAK TERUTANG DIHITUNG


MENYETOR MELAPOR DIPOTONG/DIPUNGUT
SENDIRI PAJAK DISETORKAN & DILAPORKAN
YANG TERUTANG PIHAK LAIN

PPh PASAL 21
PPh PASAL 22
PPH PASAL 25/29 PPh PASAL 23/26
PPh PASAL 15
PPh PASAL 4 (2)
UU No.7 Th 1983
Jo

UU No. 36 Th 2008
PPh Pasal 21/26
PMK No. 252/PMK.03/2008

PER-16/PJ/2016

Pedoman teknis tata cara pemotongan,


penyetoran dan pelaporan
PPh Ps. 21/26
Pengertian PPh Pasal 21/26
Pajak Penghasilan
Sehubungan Dengan

• Pekerjaan atau jabatan


• Jasa dan
• Kegiatan
Yang Dilakukan Subjek Pajak Orang Pribadi

Atas Penghasilan Berupa:


Gaji, Upah, Honorarium, Tunjangan, dan Pembayaran lain dengan
nama/bentuk apapun

Subjek Pajak DN Subjek Pajak LN

PPh Pasal 21 PPh Pasal 26


Pemotong PPh Pasal 21/26

• pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi dan


badan
• Bendahara atau pemegang kas pemerintah
• dana pensiun, badan penyelenggara Jaminan Sosial
Tenaga Kerja dan badan-badan lain
• Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas serta badan
• Penyelenggara kegiatan
Tidak Termasuk Pemberi Kerja Sebagai
Pemotong PPh Pasal 21/26

• Kantor perwakilan negara asing


• Organisasi-organisasi internasional yang ditetapkan
Menteri Keuangan (PMK-215/PMK.03/2008 dan
perubahannya)
• Pemberi kerja orang pribadi yang tidak melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang semata-mata
memperkerjakan orang pribadi untuk melakukan
pekerjaan rumah tangga atau pekerjaan bukan dalam
rangka melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
Penerima Penghasilan Yang Dipotong PPh Pasal 21/26

• Pegawai
• Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, THT, JHT, termasuk ahli
warisnya
• Bukan pegawai :
– Tenaga ahli
– Seniman/pekerja seni, pembawa acara
– Olahragawan
– Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh dan moderator
– Pengarang, peneliti, penerjemah
– Pemberi jasa dalam segala bidang
– Agen iklan
– Pengawas dan pengelola proyek
– Pembawa pesanan/yang menemukan langganan/perantara
– Petugas penjaja barang dagangan
– Petugas dinas luar asuransi
– Distributor MLM, Direct Selling
• Peserta kegiatan
– Peserta perlombaan
– Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, kunjungan kerja
– Peserta/anggota kepanitiaan
– Peserta pendidikan, pelatihan dan magang
– Peserta kegiatan lainnya
Tidak Termasuk Penerima Penghasilan
Yang Dipotong PPh Pasal 21/26

• Pejabat Perwakilan diplomatik dan Konsulat atau


pejabat lain dari negara lain. Tms orag diperbantukan
kpd mrk Tinggal bersama mereka.
Syarat : bukan WNI dan tdk menerima pengh.lain,
serta asas timbal balik

• Pejabat Perwakilan Organisasi Internasional


Syarat : tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau
pekerjaan lain utk peroleh pengh.

• WNI yang bekerja sebagai Official Pada Badan-Badan


Internasional dari PBB ( SE-57/PJ./2009 )
Penghasilan Yang Dipotong PPh Pasal 21/26

• Penghasilan Pegawai Tetap baik teratur maupun tidak teratur


• Penghasilan Penerima Pensiun secara teratur
• Penghasilan sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja
dan sehubungan pensiun yang diterima sekaligus
• Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja
• Imbalan kepada bukan pegawai
• Imbalan kepada peserta kegiatan

TERMASUK
Natura/Kenikmatan dari :

Wajib Pajak PPh Final


Wajib Pajak Norma Penghitungan Khusus
Tidak Termasuk Penghasilan Yang Dipotong PPh Pasal 21

Penghasilan

Pembayaran asuransi dr perusahaan asuransi kesehatan,


kecelakaan, jiwa, dwiguna dan bea siswa

Penerimaan natura & kenikmatan kecuali hal tertentu

Iuran pensiun pada DP dan Iuran THT/JHT


yang dibayar oleh pemberi kerja

Zakat yg diterima oleh Orang Pribadi yg berhak dari


Badan/Lembaga Amil Zakat

Beasiswa yang diatur dalam UU PPh pasal 4 ayat (3)


Huruf l
Penyetoran dan Pelaporan

Aktivitas Saat Penyetoran Dan Pelaporan

Penyetoran paling lama 10 hari setelah Masa Pajak berakhir.

Pelaporan paling lama 20 hari setelah Masa Pajak berakhir.

Bila tanggal jatuh tempo penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 21/26 bertepatan
dengan hari libur termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional, penyetoran dan
pelaporan dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.
TARIF BERDASARKAN
PASAL 17 AYAT (1) A UU

KETENTUAN BARU (Mulai tahun pajak 2009):

NO Lapisan Penghasilan Tarif


1. S.d. Rp 50.000.000 5%
2. Di atas Rp50.000.000 - s.d. Rp 250.000.000 15%

3. Di atas Rp250.000.000 - s.d.Rp500.000.000- 25%

4. Di atas Rp500.000.000 30%

JIKA WP TDK MEMILIKI NPWP MAKA


TARIFNYA 20% LEBIH TINGGI
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Kondisi ditentukan pada awal tahun

No PTKP 2016 PTKP 2015 Uraian


a. 54.000.000 36.000.000 untuk diri Wajib Pajak orang
pribadi
b. 4.500.000 3.000.000 tambahan untuk Wajib Pajak yang
kawin
c. 4.500.000 3.000.000 tambahan untuk setiap anggota
keluarga sedarah dan keluarga
semenda dalam garis keturunan
lurus serta anak angkat, yang
menjadi tanggungan sepenuhnya,
paling banyak 3 (tiga) orang untuk
setiap keluarga.
PTKP 2016 new

Status Wajib Pajak WP Kawin Tanggungan Total

K/- 54.000.000 4.500.000 0 58.500.000

K/1 54.000.000 4.500.000 4.500.000 63.000.000

K/2 54.000.000 4.500.000 9.000.000 67.500.000

K/3 54.000.000 4.500.000 13.500.000 72.000.000

TK/- 54.000.000 0 0 54.000.000

TK/1 54.000.000 0 4.500.000 58.500.000

TK/2 54.000.000 0 9.000.000 63.000.000

TK/3 54.000.000 0 13.500.000 67.500.000


PTKP KARYAWATI

STATUS KAWIN
SUAMI
STATUS TDK
STATUS KAWIN TDK MENERIMA/
KAWIN
MEMPEROLEH
PENGHASILAN

- UTK DIRI SENDIRI


- UTK DIRI SENDIRI
SEBAGAI WP
HANYA UNTUK SEBAGAI WP
- STATUS KAWIN
DIRI SENDIRI - TANGGUNGAN
- TANGGUNGAN
MAKS 3 ORANG
MAKS 3 ORANG

SYARAT:
MENUNJUKKAN KET. TERTULIS DARI
PEMERINTAH DAERAH SETEMPAT
SERENDAH-RENDAHNYA KECAMATAN
BAHWA SUAMI TIDAK MENERIMA/
MEMPEROLEH PENGHASILAN
PEGAWAI TETAP Skema Perhitungan PPh Pasal 21 secara Umum

Penghasilan sebulan :
1 Gaji Pokok (sebulan) XXX
2 Tunjangan PPh XXX
3 Tunjangan Lain XXX
4 Premi Asuransi - JKK, JK, JPK (Yg dibayar Pemberi kerja) XXX Tari
- Jaminan Kecelakaan Kerja, J. Kematian, J. Pelayanan Kesehatan XXX +/+
5 Penghasilan Bruto sebulan XXX (Jml 1 s.d 4)
Pengurang Pengh. Bruto : 1
6 Biaya Jabatan / B. pensiun (5% x Pengh. Bruto) XXX 2
- max. 500.000/200,000 per bl atau 6.000,000/2.400.000 per th XXX 3
7 Iuran Pensiun, IHT (Yg Dibayar Sendiri Karyawan) XXX +/+
XXX -/-
8 Penghasilan Netto sebulan XXX
9 Penghasilan Netto setahun/disetahunkan XXX
Dikurangi PTKP :
10 PTKP setahun ( based per awal th) XXX -/-
11 Penghasilan Kena Pajak (PKP) setahun XXX (9-10)
12 PPh Pasal 21 setahun (Tarif Pasal 17 UU PPh) XXX
13 Ph Pasal 21 sebulan XXX (12/jml bl)
Nomor Urut 1
Nama Indradi
Status Perkawinan K/-
Gaji Sebulan 10.000.000
Tunjangan PPh 0
Tunjangan Lain 0
Premi asuransi dibayar pemberi kerja 0
Jumlah 10.000.000
Pengurangan
Biaya Jabatan 500.000
Iuran pensiun/THT/JHT 100.000
Jumlah 600.000
Penghasilan Neto Sebulan 9.400.000
Penghasilan Neto setahun 112.800.000
PTKP (K/-) 58.500.000
Penghasilan Kena Pajak 54.300.000
PPh Pasal 21 Terutang Setahun
Tarif Kena Pajak Pajak
5% 50.000.000 2.500.000
15% 4.300.000 645.000
25% 0 0
30% 0 0
3.145.000
PPh Pasal 21 Terutang Sebulan 262.083
PPh Pasal 21
Pegawai Tidak Tetap, Tenaga Kerja Lepas mulai tahun 2016

Upah/Uang Saku Harian,


Mingguan, Satuan, Borongan
Dibayarkan Bulanan

Upah/Uang Saku Harian


Dikali 12
≤ 450.000 > 450.000
Dikurangi PTKP Setahun
Tidak Dipotong Dikurangi 450.000
Penghasilan Kena Pajak
Dipotong 5%
Dikenakan Tarif Ps 17

Upah kumulatif > 4.500.000 sebulan PPh Ps 21 Setahun


Bila > 10.200.000 dihitung bulanan
Dibagi 12
Upah sehari dikurangi PTKP sehari
PPh Pasal 21 Sebulan
Tarif PPh 21 = 5%
PPh Pasal 21

DEWAN KOMISARIS PESERTA PROGRAM


MANTAN PEGAWAI
/ PENGAWAS BUKAN PENSIUN YANG
PEG. TETAP MASIH BERSTATUS
PEGAWAI

JASA PRODUKSI,
HONORARIUM TANTIEM, GRATIFIKASI
TANTIEM, BONUS ATAU DAN BONUS ATAU PENARIKAN DANA
IMBALAN LAIN YANG IMBALAN LAIN YANG PENSIUN
TIDAK TERATUR TIDAK TERATUR

Tarif PPh Pasal 17 UU PPh


(Kumulatif untuk 1 Tahun kalender) x Ph. Bruto
PENGHITUNGAN PPh PASAL 21:
BUKAN PEGAWAI

Berkesinambungan Berkesinambungan Tidak Berkesinambungan

50 % x Ph Bruto 50 % x Ph Bruto 50 % x Ph Bruto


- PTKP Bulanan Kumulatif
Kumulatif
Dalam hal berdasarkan
perjanjian/dokumen, dapat
Pihak yang Dipotong hanya diketahui bagian upah yang
memperoleh penghasilan dari dibayarkan kepada pekerja
kegiatannya saja, dan dan biaya material, maka
telah menyampaikan jumlah penghasilan bruto
adalah sebesar imbalan bruto
surat pernyataan
dikurangi bagian upah tenaga
kepada Pemotong. kerja dan biaya material
BUKAN PEGAWAI BERKESINAMBUNGAN
MENDAPAT PENGHASILAN DI TEMPAT LAIN

Penghasilan DPP PPh Terutang PPh Terutang


No Bulan DPP Tarif 120%
Bruto Kumulatif (Ber-NPWP) (Non NPWP)
1 Januari 45.000.000 22.500.000 22.500.000 5% 1.125.000 120% 1.350.000
2 Februari 49.000.000 24.500.000 47.000.000 5% 1.225.000 120% 1.470.000
3 Maret 47.000.000 3.000.000 50.000.000 5% 150.000 120% 180.000
20.500.000 70.500.000 15% 3.075.000 120% 3.690.000
4 April 40.000.000 20.000.000 90.500.000 15% 3.000.000 120% 3.600.000
5 Mei 44.000.000 22.000.000 112.500.000 15% 3.300.000 120% 3.960.000
6 Juni 52.000.000 26.000.000 138.500.000 15% 3.900.000 120% 4.680.000
7 Juli 40.000.000 20.000.000 158.500.000 15% 3.000.000 120% 3.600.000
8 Agustus 35.000.000 17.500.000 176.000.000 15% 2.625.000 120% 3.150.000
9 September 45.000.000 22.500.000 198.500.000 15% 3.375.000 120% 4.050.000
10 Oktober 44.000.000 22.000.000 220.500.000 15% 3.300.000 120% 3.960.000
11 Nopember 43.000.000 21.500.000 242.000.000 15% 3.225.000 120% 3.870.000
12 Desember 40.000.000 8.000.000 250.000.000 15% 1.200.000 120% 1.440.000
12.000.000 262.000.000 25% 3.000.000 120% 3.600.000
Jumlah 524.000.000 262.000.000 35.500.000 42.600.000
PPh Ps 21 PESERTA KEGIATAN

PPh Pasal 21 = Tarif Pasal 17 x Penghasilan Bruto

Objek PPh:
penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun yang
terutang atau diberikan kepada peserta kegiatan tertentu,
antara lain berupa uang saku, uang rapat, hadiah dan
penghasilan sejenis lainnya
PPh PASAL 21 FINAL
PPh PASAL 21 PENERIMA PESANGON
PENGHASILAN BRUTO TARIF
Sampai dengan Rp 50.000.000 0%
di atas Rp 50.000.000 s.d. Rp 100.000.000 5%
di atas Rp 100.000.000 s.d. Rp 500.000.000 15%
di atas Rp 500.000.000 25%

PENERIMA MANFAAT PENSIUN, JHT/THT


PENGHASILAN BRUTO TARIF
Sampai dengan Rp 50.000.000 0%
di atas Rp 50.000.000 5%

 bersifat FINAL
 jumlah kumulatif dibayarkan dalam jangka waktu
paling lama 2 tahun kalender
Tarif Final Penghasilan Atas Honorarium
Yang Bersumber dari APBN/APBD

NO. PENERIMA PENGHASILAN TARIF Ket

PNS Golongan I dan II


Anggota TNI dan Anggota POLRI Golongan 0% Dibuat Bukti
1.
Pangkat Tamtama dan Bintara, dan Pemotongan
Pensiunannya

PNS Golongan III 5%


Dibuat Bukti
Anggota TNI dan Anggota POLRI Golongan
2. Pemotongan
Pangkat Perwira Pertama, dan
pensiunannya

Golongan IV 15%
Dibuat Bukti
Anggota TNI dan Anggota POLRI Golongan
3. Pemotongan
Pangkat Perwira Menengah dan Perwira
Tinggi, dan Pensiunannya

25
PPh Pasal 22

DASAR HUKUM:
PMK nomor 107/PMK.010/2015
Jo
PMK nomor 16/PMK.010/2016
Jo
PMK nomor 34/PMK.010/2017
PMK nomor 110/PMK.010/2018 26
PPh PASAL 22 IMPOR

2,5 % x Nilai Impor 7,5 % x Nilai Impor


(API) (NON API)

7,5 % x Harga Lelang

SAAT PEMBAYARAN BEA MASUK/


SAAT TERUTANG PENYELESAIAN DOKUMEN
PPh PASAL 22 IMPOR

10 % x Nilai Impor 7,5 % x Nilai Impor


(barang tertentu
(barang tertentu
di Lamp. II PMK-107)
di Lamp. I PMK-107)
Jo Lamp. II PMK-34
Jo Lamp. I PMK-34

0,5 % x Nilai Impor


(kedelai, gandum, terigu)
Jo Lamp. III PMK-34

SAAT PEMBAYARAN BEA MASUK/


SAAT TERUTANG PENYELESAIAN DOKUMEN
KURS
MENKEU
NILAI IMPOR
COST, INSURANCE, FREIGHT (CIF) = XXXX
BEA MASUK (IMPORT DUTY) = XXXX
NILAI IMPOR = XXXX
PPN = XXXX
PPnBM = XXXX
PPh PASAL 22 = XXXX
PPh PASAL 22 EKSPOR

1,5 % x Nilai Ekspor


(barang tertentu
di Lamp. III PMK-107)
Jo Lamp IV PMK-34

SAAT PELUNASAN/
SAAT TERUTANG PENYELESAIAN DOKUMEN EKSPOR
PPh PASAL 22 BENDAHARA/BUMN

Atas setiap pembelian barang


Wajib dipungut PPh Pasal 22

Oleh : - Bendaharawan Pusat/D


- BUMN

Sebesar
1,5 % x Harga pembelian

SIFAT TIDAK FINAL


SAAT TERUTANG SAAT PEMBAYARAN
BADAN USAHA INDUSTRI

PENJUALAN HASIL PRODUKSI


DI DALAM NEGERI KE DISTRIBUTOR

INDUSTRI BAJA 0,3% x DPP PPN

INDUSTRI KERTAS 0,1% x DPP PPN

INDUSTRI SEMEN 0,25% x DPP PPN

INDUSTRI OTOMOTIF 0,45% x DPP PPN

INDUSTRI FARMASI 0,3% x DPP PPN

SIFAT TIDAK FINAL


SAAT TERUTANG SAAT PENJUALAN
ATPM, APM, IMPORTIR

PENJUALAN KENDARAAN BERMOTOR


DI DALAM NEGERI

PPh Pasal 22 0,45% x DPP PPN

SIFAT TIDAK FINAL


SAAT TERUTANG SAAT PENJUALAN
PRODUSEN ATAU IMPORTIR
(Pertamina dan selain Pertamina)

JENIS SPBU/AGEN SELAIN


PRODUKSI PERTAMINA PERTAMINA

BBM 0,25% X PENJUALAN 0,3% X PENJUALAN

BBG, PELUMAS 0,3% X PENJUALAN 0,3% X PENJUALAN

DILUNASI SENDIRI OLEH WP


SEBELUM DO DITEBUS
INDUSTRI ATAU EKSPORTIR DI BIDANG
PERTANIAN, PERKEBUNAN, PERHUTANAN,
DAN PERIKANAN

PEMBELIAN BAHAN – BAHAN UNTUK


KEPENTINGAN INDUSTRI/EKSPOR

PPh PASAL 22 = 0,25% x NILAI PEMBELIAN

SIFAT TIDAK FINAL


SAAT TERUTANG SAAT PEMBELIAN
INDUSTRI/BADAN USAHA

Pembelian komoditas
batubara, mineral logam, dan
mineral bukan logam
dari pemegang izin usaha pertambangan

1,5% x HARGA BELI

SIFAT TIDAK FINAL


SAAT TERUTANG SAAT PEMBELIAN
Produsen emas batangan

PENJUALAN EMAS BATANGAN

0,45% x HARGA JUAL

SIFAT TIDAK FINAL


SAAT TERUTANG SAAT PENJUALAN
WP BADAN YANG MELAKUKAN
PENJUALAN BARANG SANGAT MEWAH

PPh PASAL 22 = 5% x HARGA PENJUALAN

PESAWAT /HELIKOPTER PRIBADI

KAPAL PESIAR, YACHT

SEDAN, JEEP, SUV, MPV, MINIBUS Hrg. jual > 2M or kaps. silinder > 3000 cc

MOTOR RODA DUA DAN TIGA Hrg. jual > 300 jt or kap silinder > 250 cc

SIFAT TIDAK FINAL


SAAT TERUTANG SAAT PENJUALAN
WP BADAN YANG MELAKUKAN
PENJUALAN BARANG SANGAT MEWAH
PMK 92/PMK.03/2019

PPh PASAL 22 = 1% x HARGA PENJUALAN

RUMAH BESERTA TANAHNYA Hrg. jual > 30 M or L. bangunan > 400 m2

APARTEMEN, KONDOMINIUM Hrg. jual > 30 M or L. bangunan > 150 m2

SIFAT TIDAK FINAL


SAAT TERUTANG SAAT PENJUALAN
Tidak dikenakan
` PPh Pasal 22
• Impor yg dibebaskan dari Bea Masuk & PPN
• Impor sementara yg untuk di ekspor kembali
• Pembayaran oleh Bendahara yg jumlahnya maks Rp 2
juta
• Pembayaran oleh BUMN yg jumlahnya maks Rp 10
juta
• Pembayaran oleh industri sektor pertanian,
perkebunan, perikan, kehutaan yg jumlahnya maks Rp
20 juta
• Pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, air
minum/PDAM dan benda-benda pos oleh
Bendahara/BUMN
• Penjualan emas batangan oleh badan usaha yang
memproduksi emas batangan kepada Bank Indonesia.
• Pembayaran dana BOS
• Ketentuan lainnya di PMK-107/PMK.010/2015
CASE STUDY…
PT ABC melakukan impor 1000 unit komputer
dengan nilai CIF per unit us$ 750, komputer tersebut
dikenai bea masuk sebesar 25%, PPN 10%, PPnBM
20%. Kurs tengah BI sebesar Rp 13.350 dan kurs
Menkeu Rp 13.500.
Beberapa saat kemudian semua komputer tersebut
dijual ke Dirjen Pajak dengan nilai sebesar Rp 16,5
milyar (termasuk PPN).
Berapa PPh Psl 22 terutang apabila diketahui PT ABC
sudah mempunyai API?
TARIF PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN

Jenis Pot/Put Tarif Non-NPWP


P dibandingkan
O Tarif NPWP
T
/ Pasal 21 20% lebih tinggi
P
U Pasal 22 100% lebih tinggi
T
Pasal 23 100% lebih tinggi

42
PPh Pasal 23
Obyek PPh Pasal 23

Klasifikasi obyek PPh Ps 23 berdasarkan


tarif:
Obyek yang dikenakan
1. tarif 15 % dari jumlah bruto;
2. tarif 2 % dari jumlah bruto
Paling lama tanggal 10 (sepuluh) bulan
Penyetoran
berikutnya setelah Masa Pajak berakhir

Paling lama 20 (dua puluh) hari setelah Masa


Pelaporan
Pajak berakhir
sebesar 15% dari jumlah bruto atas :

1. dividen, dengan nama dan dalam bentuk


apapun
2. bunga termasuk premium, diskonto, dan
imbalan karena jaminan pengembalian
utang;
3. royalti;
4. hadiah dan penghargaan selain yang telah
dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21
sebesar 2% (dua persen) dari jumlah bruto atas
:

1. sewa dan penghasilan lain sehubungan


dengan penggunaan harta, selain sewa
atas tanah dan atau bangunan;
2. imbalan sehubungan dengan jasa teknik,
jasa manajemen, jasa konstruksi,
3. jasa konsultan, dan jasa lain selain
penghasilan yang dibayarkan atau jasa
yang telah dipotong PPh pasal 21.
Penghasilan yang tidak dipotong PPh Pasal 23 :

a. penghasilan yang dibayar atau terutang kepada


bank;
b. sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan
dengan sewa guna usaha dengan hak opsi;
c. dividen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat
(3) huruf f dan dividen yang diterima oleh orang
pribadi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat
(2c);
d. bagian laba sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
ayat (3) huruf i;
e. sisa hasil usaha koperasi yang dibayarkan oleh
koperasi kepada anggotanya;
f. penghasilan yang dibayar atau terutang kepada
badan usaha atas jasa keuangan yang berfungsi
PPh Pasal 26

20% Final

PENGHASILAN BRUTO

MEMPERHATIKAN KETENTUAN
P3B/TAX TREATY
PPh Pasal 15

Penyetoran Paling lama tanggal 10 (sepuluh) bulan


PEMOTONG berikutnya setelah Masa Pajak berakhir
Penyetoran
Paling lama tanggal 15 (lima belas) bulan
SETOR berikutnya setelah Masa Pajak berakhir
SENDIRI
Paling lama 20 (dua puluh) hari setelah Masa
Pelaporan
Pajak berakhir
49
PPh Final Pasal 15
TARIF DAN OBYEK PEMOTONGAN

Tarif 1,8% x Jumlah Bruto dari perjanjian charter bagi


Perusahaan Penerbangan Dalam Negeri (Tidak Final)

Tarif 1,2% x Peredaran Bruto bagi Perusahaan Pelayaran


Dalam Negeri (Final)

Tarif 2,64% x Peredaran Bruto bagi Perusahaan Pelayaran /


Penerbangan Luar Negeri (Final)

Tarif 0,44% x Nilai Ekspor Bruto bagi Kantor Perwakilan


Dagang Asing (Final)

Anda mungkin juga menyukai