Anda di halaman 1dari 6

 Latar Belakang

Kegagalan besar Enron memotivasi reformasi tata kelola dan etika serta kegagalan
Arthur Andersen yang terjadi, kegagalan besar ini menciptakan krisis kredibilitas yang serius
terhadap proses akuntansi, pelaporan dan tata kelola perusahaan sehingga politisi Amerika
menciptakan kerangka kerja akuntabilitas dan tata kelola yang baru dengan melahirkan
Sarbanes-Oxley Act untuk memulihkan kepercayaan yang memadai agar memungkinkan pasar
modal kembali berfungsi dengan normal/efektif.

Urutan Waktu Kejadian dalam Reformasi Tata Kelola

Kemarahan Publik Tumbuh, Mengakibatkan Kredibilitas


Pemerintahan Jatuh

Peraturan SEC (Securities and


Kebangkrutan Enron pada Penyajian Kembali WorldCom pada
Exchange Commission)
tanggal 02 Desember 2001 tanggal 25 Juni 2002
Pedoman Bursa Saham

Kasus Pengadilan Arthur Andersen Sarbanes-Oxley Act ditandatangani


pada tahun 2002 pada tanggal 30 Juli 2002

Sebagian besar pengamat setuju bahwa masalah Enron disebabkan oleh kegagalan
Dewan Direksi dalam menjalankan pegawasan yang memadai. Hal ini mungkin karena adanya
penyalahgunaan entitas yang memiliki tujuan khusus. Arthur Andersen sebagai perusahaan
yang mengaudit Enron pada dasarnya telah hancur.
Sepanjang akhir periode 1990-an, saham Enron naik secara perlahan dengan rentang
perdagangan $20-$40 yang tercatat di NYSE (New York Stock Exchange), NYSE ini
merupakan salah satu bursa saham terbesar di dunia. Lalu dalam beberapa awal bulan milenium
baru harga saham Enron melonjak menjadi $70, yang didasarkan pada daya apung keseluruhan
pasar saham secara umum, penilaian menguntungkan yang diberikan kepada perusahaan oleh
analis, serta laporan laba rugi dan proses Enron.
Selama tahun 2000 saham Enron diperdagangankan dalam kisaran $60-$90 dan
mencapai puncaknya pada bulan Agustus dengan harga $90,56 serta menutup tahun dengan
harga saham mendekati $80. Pada tahun 2001 tren tersebut menurun secara drastis hingga satu
titik dimana saham Enron yang sebenarnya tidak berharga. Kabar keruntuhan Enron beredar
selama berbulan-bulan.
Setelah tertunda cukup lama dan diberitakan perusahaan audit Enron – Arthur Andersen
LLP (AA), perusahaan audit terbesar kelima di Amerika Serikat dan salah satu yang terbesar
di dunia, dituduh melakukan obstruksi keadilan karena melakukan pemusnahan dokumen yang
diduga penting bagi penyelidikan yang dilakukan oleh instansi pemerintah pada tanggal 07
Maret 2002. Atas tuduhan ini, SEC (Securities and Exchange Commission) membatasi layanan
Arthur Andersen (AA) kepada perusahaan yang terdaftar di SEC (Securities and Exchange
Commission) sehingga membahayakan kelangsungan hidup Arthur Andersen (AA) sebagai
perusahaan.
Pada akhirnya, Arthur Andersen (AA) hancur dan pasarnya sedikit demi sedikit diambil
alih oleh para pesaing. Kesulitan yang dihadapi Arthur Andersen (AA) dan kurang dari 100
karyawan Arthur Andersen (AA) bertanggungjawab atas bencana yang menghancurkan
perusahaan yang dulunya dihormati diseluruh dunia yang memperkerjakan 85.000 karyawan
dari seluruh dunia. Selain itu, kerangka peraturan diri yang digunakan oleh profesi tersebut
semakin terkikis.

 Apa yang terjadi? Dan siapa yang disalahkan?


The Power Report disiapkan oleh tiga orang subkomite dari Dewan Enron, yang
ditetapkan pada tanggal 26 Oktober 2002, dengan mandate untuk menyelidiki transaksi-
transaksi pihak terkait yang mengejutkan Dewan (Direksi) dan menghasilkan beberapa
penyajian kembali laporan keuangan yang bermasalah berserta dengan lampirannya.
Setelah penyelidikan, The Power Report menyediakan berbagai temuan dalam bagian
Summary od Findings. Lalu The Senate Subcommittee Report merilis laporannya pada tanggal
08 Juli 2002, diantaranya sebagai berikut :
1. Kegagalan fidusia
2. Risiko akuntansi tinggi
3. Konflik kepentingan yang tidak pantas
4. Pengungkapan kegiatan-kegiatan penghilangan dokumen transaksi keuangan yang
luas
5. Kompensasi berlebihan
6. Kurangnya kebebasan
Kegagalan Direksi untuk mengawasi atau mengelola Enron secara memadai, Dewan Direksi
beroperasi dibawah Undang-Undang Negara yang membebankan tugas fidusia kepada mereka
untuk bertindak dengan itikad baik, sewajarnya dan dalam kepentingan terbaik dari perusahaan
dan pemegang saham.

 Dewan Direksi dari Enron Diorganisasi


Pada tahun 2001, Dewan Direksi Enron beranggotakan 15 orang, dikelompokkan
menjadi 5 (lima) komite :
1. Komite Eksekutif (Executive Committee)
2. Komite Keuangan (Finance Committee)
3. Komite Audit dan Ketaatan (Audit and Compliance Committee)
4. Komite Pembayaran Kompensasi (Compensation committee)
5. Komite Penghargaan (Nominating Committee)
Dewan Direksi mengadakan 5 (lima) pertemuan rapat secara rutin setiap tahunnya,
dengan pertemuan khusus tambahan yang diperlukan. Rapat Dewan biasanya berlangsung
selama 2 (dua) hari, hari yang pertama dikhususkan untuk rapat komite dan perjamuan Dewan
dan hari kedua dikhususkan untuk rapat Dewan penuh.
Dalam rapat komite, manajemen Enron pada umumnya memberikan presentasi
mengenai kinerja perusahaan, pengendalian internal, bisnis ventura baru, transaksi yang
spesifik atau topik lain yang menarik.

 Transaksi Enron yang dipertanyakan


Sifat dari transaksi Enron dipertanyakan merupakan dasar untuk memahami mengapa
Enron mengalami kegagalan. Enron menggunakan apa yang secara khusus dibuat oleh
perusahaan, yaitu entitas bertujuan khusus (SPE). Akan tetapi, rangkaian kejadian membawa
anggota Enron dalam realisasi bahwa SPE dapat digunakan secara tidak etis dan illegal.

 Peran Arthur Andersen


Arthur Andersen (disingkat menjadi AA) adalah auditor dari Enron, seharusnya
bertindak sebagai fidusia professional untuk menjaga kepentingan pemegang saham Enron dan
perwakilan mereka, Dewan Direksi Enron. Namun, mereka tidak melakukannya karena mereka
melewatkan atau mengabaikan manipulasi yang besar dan kemudian tertangkap ketika
memusnahkan dokumen audit Enron.
 Mengubah Kepribadian dan Budaya
Sepanjang sejarah, Arthur Andersen (disingkat menjadi AA) berdiri untuk integritas
dan kompetensi teknis, dimana perusahaan melakukan investasi yang besar dalam program-
program pelatihan dan fasilitas pelatihan di St. Charles, di selatan Chicago,
mengembangkannya hingga memiliki lebih dari 3.000 tempat tidur untuk residen dan computer
dan fasilitas kelas yang canggih.
Ironisnya, AA ini adalah perusahaan pertama yang mengakui kebutuhan bagi para
akuntan profesional untuk mempelajari akuntansi bisnis dan professional secara resmi.
Beberapa akuntan profesional tidak mengerti apakah mereka harus melayani kepentingan para
pemegang saham atau apakah melayani kepentingan publik. Etika perilaku dalam suatu
organisasi seharusnya dipandu oleh budaya etika organisasi tersebut, oleh norma-norma dan
kode professional yang relevan, terutama oleh suatu konsep yang muncul dalam standar tata
kelola baru dan teladan dari eksekutif puncak.

 Kesalahan Nyata Arthur Andersen dalam Kasus Enron


Isu-isu signifikan yang ditanyakan kepada Arthur Andersen dalam pengadilan, sebagai
berikut :
1. AA disetujui sebagai auditor dan konsultan beberapa SPE yang digunakan untuk
menghasilkan keuntungan palsu, menyembunyikan kerugian, menjaga pembiayaan
dari laporan keuangan konsolidasi Enron dan gagal untuk memenuhi ekuitas
berisiko dibawah 3% atas investor luar serta kriteria pengendalian keputusan untuk
nonkonsolidasi.
2. AA (Arthur Andersen) gagal untuk mengetahui GAAP (Generally Accepted
Accounting Principles) yang melarang pencatatan saham yang diterbitkan sebagai
peningkatan ekuitas pemegang saham, kecuali diterbitkan untuk uang tunai bukan
untuk wesel tagih.
3. AA (Arthur Andersen) tidak menyarankan komite audit Enron, yakni CFO Enron
dan pembantunya terlibat dalam situasi konflik kepentingan yang signifikan tanpa
alternatif yang memadai sebagai sarana manajemen konflik tersebut.
4. AA (Arthur Andersen) tidak menyarankan kepada komite audit Enron bahwa
kebijakan dan pengendalian internal Enron tidak cukup untuk melindungi
kepentingan para pemegang saham, meskipun AA telah mengambil fungsi audit
internal Enron.
5. Banyak transaksi Antara Enron dan SPE tidak untuk kepentingan para pemegang
saham Enron.
6. AA (Arthur Andersen) tampaknya tidak cukup mempertimbangkan saran mitra
pengendali kualitas, yakni Carl Bass.
7. AA (Arthur Andersen) tampaknya tidak menemukan bukti-bukti audit yang
signifikan atau tidak bertindak berdasarkan bukti yang ditemukan.

 Kesalahan-kesalahan Arthur Andersen yang sangat jelas


Kesalahan yang disebut logis, mempunyai penjelasan yang masuk akal dan mungkin
biasanya didukung oleh ahli akuntansi dan audit, dengan begitu kesalahhan yang tampak jelas
ini mungkin telah dibuat untuk beberapa alasan, sebagai berikut :
1. Ketidakmampuan
2. Kesalahan penilaian akan pentingnya setiap temuan audit
3. Kurangnya informasi
4. Tekanan waktu
5. Sebuah keinginan untuk mengambil sikap konfrontasi
6. Kegagalan kebijakan internal Arthur Andersen
7. Pemahaman yang salah tentang peranan fidusia yang dibutuhkan oleh seorang
auditor
Oleh karena itu Arthur Andersen sekarang telah hancur, rasanya tidak mungkin bahwa
penyebab kekurangan audit yang spesifik dapat diketahui. Akan tetapi, wajar untuk
menganggap bahwa semua penyebab yang terdaftar mempunyai person dalam beberapa
kesalahan yang terlihat jelas dan yang pernah dilakukan.

 Dampak pada Tren Etika Bisnis


Kasus Enron dan Arthur Andersen memeberikan kesadaran yang jauh lebih besar dari
masalah-masalah dan tren etika yang sedang berjalan, termasuk konflik kepentingan dan
kontrol kepentingan pribadi.
Etika budaya tersebut harus didasarkan pada kejujuran, keadilan, belas kasihan,
integritas, kemampuan meramalkan, tanggung jawab dan terfokus pada pengembangan
kepercayaan serta respek untuk kepentingan pemangku kepentingan.
Kegagalan perushaan yang sangat dikenal luas juga menghasilkan kesadaran baru
bahwa etika dan reputasi menjadi lebih dikaitkan secara langsung, daripada sebelumnya. Hal
yang paling penting, konsep risiko waralaba telah dibawa pada realita yang sama sekali baru
semenjak kasus Arthur Andersen.
Strategi modern, pendekatan-pendekatan audit berbasis risiko harus memasukkan
risiko etika dan perkiraan yang lebih tinggi untuk waralaba risiko serta sistem pengendalian
internal perusahaan harus mencakup pemantauan resiko etika dan sistem baru harus didukung
untuk mengembangkannya.
Akhirnya, kebutuhan untuk bisnis dan pendidikan etika profesional yang digambarkan
melalui kasus Enron dan Arthur Andersen menunjukkan betapa pentingnya etika perusahaan
dan budaya perusahaan, serta kinerja para akuntan profesional yang kini semakin jelas.

Anda mungkin juga menyukai