Anda di halaman 1dari 4

Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif

Ada dua pengujian utama, yakni pengujian pengendalian, dan pengujian substantif.
Pengujian pengendalian merupakan pengujian terhadap struktur pengendalian
intern. Pengujian substantif merupakan pengujian terhadap saldo akun dari laporan
keuangan.
Ada dua pengujian yang dapat dipilih auditor yaitu :
Primarily substantive approach
Ketika auditor memilih pendekatan ini maka ditekankan pada pengujian substantif.
Tahap-tahap dalam melakukan metode ini adalah:
1.
Menghimpun dan mendokumentasikan pemahaman struktur pengendalian
intern.
2.
Menetapkan risiko pengendalian berdasar pengujian pengenalian yang
dilakukan dalam menghimpun pemahaman struktur pengenalian intern.
3.
Menentukan kemunkinan dapat tidaknya dilakukan pengurangan lebih
terhadap tingkat resiko penegnalian yang telah dilakukan.
4.
Melaksanakan pengujian pengenalian tambahan untuk memperoleh bukti
tambahan.
5.
Melakukan revisi atau menetapkan kembali risiko pengenalian berdasar bukti
tembahan.
6.

Melakukan dikumentasi atas penetapan risiko pengendalian.

7.
Melakukan penilaian terhadap kemampuan tingkat risiko penegndalian yang
telah ditetapkan tersebut, untuk mendukung tingkat pengujian substantif yang
direncanakan auditor.
8.

Merancang pengujian substantif.

Lower assessed level of control risk approach


Bila auditor memilih lower assessed level of control risk approachmaka ditekankan
pada pengujian pengendalian. Ada beberapa tahap dalam pendekatan ini, yaitu:
1.
Menghimpun dan mendokumentasikan pemahaman struktur pengendalian
intern.
2.

Merencanakan dan melaksanakan pengujian pengendalian.

3.

Menetapkan risiko pengendalian.

4.

Melakukan dokumentasi atas penetapan risiko pengendalian.

5.
Melakukan penilaian terhadap kemampuan tingkat risiko pengendalian yang
telah ditetapkan trersebut, untuk mendukung tingkat pengujian substantif yuang
direncanakan auditor.

6.

Merancang pengujian substantif.

Pengujian pengendalian merupakan pengujian yang dilaksanakan terhadap


rancangan dan pelaksanaan suatu kebijakan atau prosedur struktur pengendalian
intern. Pengujian pengendalian ini memfokuskan diri pada tigas hal, yaitu (a).
Bagaimana pengendalian-pengendalian diterapkan? (b.) Sudahkan diterapkan
secara konsisten sepanjang tahun? (c). Siapa yang menerapkan pengujian
pengendalian?
Ada dua tipe pengujian pengendalian yaitu:
a.
Concurrent tests of control yaitu pengujian pengendalian yang dilaksanakan
auditor seiring dengan prosedur untuk memperoleh pemahaman mengenai struktur
pengendalian intern klien.
b.
Pengujian pengendalian tambahan atau yang direncanakan (additional or
planned tests of control) yaitu pengujian yang dilaksanakan auditor selama
pekerjaan lapangan.
Ada empat prosedur untuk melaksanakan pengujian pengendalian, yaitu:
1.

Pengajuan pertanyaan kepada para karyawan klien.

2.

Pengamatan terhadap karyawan klien dalam melaksanakan tugasnya.

Delapan prosedur untuk melaksanakan pengujian pengendalian substantif, yaitu:


a.
Pengujian pertanyaan kepada para karyawan berkaitan dengan kinerja tugas
mereka.
b.
Pengamatan atau observasi terhadap personel dalam melaksanakan tugas
mereka.
c.

Menginspeksi dokumen dan catatan.

d.

Melakukan penghitungan kembali atau reperforming.

e.

Konfirmasi

f.

Analisis

g.

Tracing atau pengusutan

h.

Vouching atau penelusuran.

Tipe pengujian substantif yangd apat digunakan, yaitu:


a.

Pengujian detail saldo

Metodologi perancangan pengujian detail saldo meliputi empat tahapan, yaitu:


1.

Menilai materialitas dan risiko bawaaan suatu akun

2.

Menetapkan sisiko pengendalian

3.

Merancang pengujian transaksi dan prosedur analitis

4.
Merancang pengujian detail saldo untuk memenuhi setiap tujuan spesifik audit
secara keseluruhan.
b.

Pengujian detail transaksi

Pengujian detail transaksi dilakukan untuk menentukan:


a.
b.

Ketepatan autorisasi transaksi akuntansi klien.


Kebenaran pencatatan dan peringkasan transasksi tersebut dalam jurnal

c.
Kebenaran pelaksanaan posting atas transaksi tersebut ke dalam buku besar
dan buku pembantu
Apabila auditor mempunyai keyakan bahwa transaksi tersebut telah dicatat dan
diposting secara tepat, maka auditor dapat menyakini bahwa saldo total buku besar
adalah tepat. Pengujian detail transaksi terutama dilakukan dengan tracing dan
voucing.
c.

Prosedur analitis

Ada empat kegunaan prosedur analitis, yaitu:


1.

Untuk memperoleh pemahaman menegnai bisnis dan industry klien.

2.
Untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menjaga kelangsungan
usahanya.
3.

Untuk mendeteksi ada tidaknya keslahan dalam laporan keuangan klien.

4.
Untuk menentukan dapat tidaknya dilakukan pengurangan atas pengujian
audit detail.
Auditor tidak perlu melakukan pengujian detail transaksi dan pengujian detail akun
apabila:
a.
b.

Hasil prosedur analitis sesuai dengan yang diharapkan auditor.


Tingkat risiko deteksi yang dapat diterima untuk suatu asersi adalah tinggi.

Efektivitas dan efisiensi yang anallistis dalam mendeteksi kemungkinan terjadi


salah saji material, tergantung pada faktor verikut:
a.
b.

Sifat asersi
Kelayakan dan kemampuan untuk memprediksi suatu hubungan

c.
Tersedianya dan keandalan data yang digunakan untuk mengembangkan
harapan.
d.

Ketepatan harapan.

Luas pengujian substantif

Semakin rendah tingkat resiko deteksi yang dapat diterima, semaki banyak bukti
yang diperlukan. Auditor dapat mengubah jumlah bukti yang harus dihimpun
dengan cara mengubah luas pengujian substantif yang dilakukan.
Dual-Purpose Test
Dual purpose test adalah suatu prosedur pengujian yang sekaligus dimaksudkan
untuk melakukan pengujian pengendalian dan pengujian subtanstif. Contoh dualpurpose test adalah reperformance.

Anda mungkin juga menyukai