Anda di halaman 1dari 96

Qwertyuiopasdfghjklzxcvb

nmqwertyuiopasdfghjklzxc
vbnmqwertyuiopasdfghjklz
xcvbnmqwertyuiopasdfghj
STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN
klzxcvbnmqwertyuiopasdfg
PUBLIK (SPAP)
hjklzxcvbnmqwertyuiopasd
BUKTI AUDIT
fghjklzxcvbnmqwertyuiopa
SA 500, SA 501, SA 505, SA 510, SA 520, SA 530, SA 540,
SA 550, SA 560, SA 270, SA 580
sdfghjklzxcvbnmqwertyuio
pasdfghjklzxcvbnmqwertyu
iopasdfghjklzxcvbnmqwert
yuiopasdfghjklzxcvbnmqwe
rtyuiopasdfghjklzxcvbnmq
wertyuiopasdfghjklzxcvbn
mqwertyuiopasdfghjklzxcv
bnmqwertyuiopasdfghjklzx
cvbnmqwertyuiopasdf
SA 500

Bukti Audit
PENDAHULUAN
Ruang Lingkup
Standar Perikatan Audit (SPA) ini menjelaskan tentang hal yang merupakan bukti audit dalam
suatu audit laporan keuangan, dan berkaitan dengan tanggung jawab auditor untuk merancang
dan melaksanakan prosedur audit untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk
memungkinkan penarikan kesimpulan memadai yang menjadi basis opini auditor.
SPA ini berlaku untuk semua bukti audit yang diperoleh selama pelaksanaan audit. SPA lain
mengatur aspek-aspek spesifik audit. Bukti audit yang harus diperoleh untuk hal-hal tertentu,
prosedur spesifik untuk memperoleh bukti audit, dan penilaian apakah bukti audit yang cukup
dan tepat telah diperoleh.
Tanggal Berlaku Efektif
SPA ini berlaku efektif untuk audit laporan keuangan untuk periode dimulai pada atau setelah
1 Januari 2013.
TUJUAN
Tujuan auditor adalah untuk merancang dan melaksanakan prosedur audit sedemikian rupa
untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk dapat menarik kesimpulan
memadai sebagai basis opini auditor.
DEFINISI
Untuk tujuan SPA, istilah-istilah di bawah ini memiliki makna sebagai berikut:
a) Catatan akuntansi Catatan entri akuntansi awal dan catatan pendukungnya (seperti,
cek dan catatan transfer dana elektronik; faktur; kontrak; buku besar dan buku
pembantu, entri jurnal dan penyesuaian lainnya atas laporan keuangan yang tidak
tercermin dalam entri jurnal; dan catatan seperti worksheet dan spreadsheet yang
mendukung alokasi biaya, perhitungan, rekonsiliasi, dan pengungkapan.
b) Ketepatan (bukti audit) Ukuran tentang kualitas bukti audit. Bukti audit dianggap
berkualitas jika bukti tersebut relevan dan andal dalam mendukung kesimpulan yang
dijadikan basis opini auditor.
c) Bukti audit Informasi yang digunakan oleh auditor dalam menarik kesimpulan
sebagai basis opini auditor. Bukti audit mencakup baik informasi yang terkandung
dalam catatan akuntansi yang mendasari laporan keuangan maupun informasi lain.
d) Pakar manajemen Individu atau organisasi yang memiliki keahlian di bidang selain
akuntansi atau audit, yang hasil pekerjaannya digunakan oleh entitas untuk membantu
2

entitas dalam menyusun laporan keuangan. Kuantitas bukti audit yang diperlukan
dipengaruhi oleh penilaian auditor atas resiko kesalahan penyajian material dan juga
kualitas bukti audit tersebut.

KETENTUAN
Bukti Audit yang Cukup dan Tepat
Auditor harus merancang dan melaksanakan prosedur audit yang tepat sesuai dengan
keadaan untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat.
Informasi yang Digunakan sebagai Bukti Audit
Pada

waktu

merancang

dan

melaksanakan

prosedur

audit,

auditor

harus

mempertimbangkan relevansi dan keandalan informasi yang digunakan sebagai bukti audit.
Jika informasi yang digunakan sebagai bukti audit telah disusun dengan menggunakan
pekerjaan pakar manajemen, auditor, sejauh diperlukan, harus mempertimbangkan signifikasi
pekerjaan pakar tersebut untuk tujuan auditor, dengan:
a) Mengevaluasi kompetensi, kapabilitas, dan objektivitas pakar tersebut.
b) Memperoleh pemahaman atas pekerjaan pakar, dan
c) Mengevaluasi kesesuaian pekerjaan pakar tersebut sebagai bukti audit untuk asersi
yang relevan
Pada waktu menggunakan informasi yang dihasilkan oleh suatu entitas, auditor harus
mengevaluasi apakah informasi tersebut andal untuk tujuan auditor, termasuk, jika relevan,
dalam situasi untuk:
a) Memperoleh bukti audit tentang akurasi dan kelengkapan informasi, dan
b) Mengevaluasi apakah informasi tersebut cukup tepat dan rinci untuk memenuhi tujuan
auditor
Pemilihan Unsur untuk Pengujian dalam Memperoleh Bukti Audit
Ketika merancang pengujian pengendalian dan pengujian rinci, auditor harus menentukan
cara pemilihan unsur untuk pengujian yang efektif dalam mencapai tujuan prosedur audit.
Inkonsistensi Atau Kerugian Atas Ketidakandalan Bukti Audit
Jika:
a. Bukti audit yang diperoleh dari suatu sumber bertentangan dengan bukti audit yang
diperoleh dari sumber lain; atau manajemen menolak untuk mengoreksi beberapa atau
semua kesalahan penyajian yang dikomunikasikan oleh auditor, auditor harus
memperoleh pemahaman tentang alasan manajemen untuk tidak membuat koreksi dan
harus memperhitungkan pemahamannya tersebut pada waktu mengevaluasi apakah
laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian material.

b. Auditor memiliki keraguan atas keandalan informasi yang digunakan sebagai bukti
audit, auditor harus menentukan modifikasi atau tambahan prosedur audit yang
diperlukan untuk menyelesaikan masalah tersebut, dan mempertimbangakan
dampaknya, jika ada, terhadap aspek lain audit.
MATERI PENERAPAN DAN PENJELASAN LAIN
Bukti Audit yang Cukup dan Tepat
A1. Bukti audit diperlukan untuk mendukung opini dan laporan auditor. Bukti audit
memiliki sifat kumulatif dan terutama diperoleh dari prosedur audit yang dilaksanakan
selama proses audit. Bukti audit juga dapat mencakup informasi yang diperoleh dari
sumber lain di luar entitas dan catatan akuntansi entitas. Informasi yang digunakan
sebagai bukti audit mungkin telah disiapkan oleh pakar manajemen dan mengenai
ketiadaan informasi juga dapat dipergunakan oleh auditor sebagai bukti audit.
A2. Sebagian besar pekerjaan auditor dalam merumuskan opini auditor terdiri dari
pemerolehan (inspeksi, observasi, konfirmasi, penghitungan kembali, pelaksanaan
ulang, dan prosedur analitis) dan pengevaluasian bukti audit. Meskipun permintaan
keterangan dapat memberikan bukti audit yang cukup penting, namun itu tidak dapat
digunakan untuk mendeteksi kesalahan penyajian material pada tingkat asersi maupun
efektivitas operasi pengendalian.
A3. Keyakinan memadai diperoleh ketika auditor telah memperoleh bukti audit yang
cukup dan tepat dalam rangka menurunkan resiko audit sampai ke tingkat yang dapat
diterima.
A4. Kecukupan dan ketepatan bukti audit saling berkaitan satu dengan yang lainnya.
Kuantitas bukti audit dipengaruhi oleh penilaian auditor atas resiko kesalahan
penyajian material dan kualitas bukti audit. Pemerolehan bukti audit yang banyak
tidak dapat mengompensasi buruknya kualitas bukti audit tersebut.
A5. Ketepatan merupakan ukuran kualitas bukti audit. Keandalan bukti audit dipengaruhi
oleh sumber dan sifatnya, serta berhgantung pada masing-masing kondisi bukti audit
yang diperoleh.
A6. SPA 330 mewajibkan auditor untuk menyimpulkan apakah bukti audit yang cukup dan
tepat telah diperoleh . Kecukupan dan ketepatan bukti audit yang telah diperoleh
untuk menurunkan risiko audit sampai pada tingkat yang dapat diterima, dan dengan
demikian memungkinkan auditor untuk mengambil kesimpulan yang memadai
sebagai basis bagi opini auditor, merupakan suatu pertimbangan profesional.
Sumber Bukti Audit
4

A7 (bukti audit diperoleh dari serrangkaian prosedur audit, dengan melakukan ini
auditor dapat menentukan bahwa catatan akuntansi internal konsisten dengan laporan
keuangan), A8 (keyakinan diperoleh dari konsistensi antara bukti audit dengan
sumber-sumber bukti),
A9 (informasi dari bukti audit dapat diperoleh dari pihak ketiga, laporan analis, dan
data pesaing).
Prosedur Audit untuk Memperoleh Bukti Audit
A10 (bukti audit untuk menarik kesimpulan memadai sebagai basis opini auditor
dapat diperoleh dengan melaksanakan prosedur penilaian risiko; prosedur audit
lanjutan; pengujian pengendalian; dan prosedur substantif),
A11 (prosedur audit dapat dipilih sesuai dengan konteks yang diterapkan oleh auditor.
Bukti audit yang diperoleh dari audit sebelumnya dapat memberikan bukti audit yang
tepat apabila telah melakukan prosedur audit yang berkelanjutan),
A12 (sifat dan saat prosedur audit yang digunakan dapat dipengaruhi oleh fakta
bahwa beberapa data akuntansi dan informasi lainnya mungkin hanya tersedia dalam
bentuk data elektronik),
A13 (beberapa informasi elektronik mungkin tidak dapat diperoleh kembali setelah
jangka waktu tertentu. Dengan demikian, auditor perlu meminta entitas untuk
menyimpan beberapa informasi untuk ditelaah).
Inspeksi
A14. Inspeksi mencakup pemeriksaan atas catatan atau dokumen, baik internal maupun
eksternal, dalam bentuk kertas, elektronik, atau media lain, atau pemeriksaan fisik atas
suatu aset.
A15. Beberapa dokumen menunjukkan bukti keberadaan aset secara langsung. Namun,
inspeksi atas dokumen semacam ini mungkin tidak dapat memberikan bukti audit
tentang kepemilikan atau nilai.
A16. Inspeksi atas aset berwujud dapat memberikan bukti audit yang andal dalam
hubungannya dengan keberadaannya, namun tidak dapat digunakan untuk
membuktikan asersi hak dan kewajiban suatu entitas, atau penilaian atas aset tersebut.
Observasi
A17. Observasi terdiri dari melihat langsung suatu proses atau prosedur yang dilakukan
oleh orang lain. Observasi memberikan bukti audit tentang pelaksanaan suatu proses
5

atau prosedur, namun hanya terbatas pada titik waktu tertentu pada saat observasi
dilaksanakan.
Konfirmasi Eksternal
A18. Konfirmasi eksternal merupakan bukti audit yang diperoleh auditor sebagai respons
langsung tertulis dari pihak ketiga (pihak yang mengonfirmasi), dalam bentuk kertas,
atau secara elektronik, atau media lain. Prosedur konfirmasi eksternal seringkali
relevan untuk mencapai asersi yang berhubungan dengan saldo akun tertentu dan
unsur-unsurnya. Namun, konfirmasi eksternal tidak perlu dibatasi untuk saldo akun
saja.
Penghitungan Ulang
A19. Penghitungan ulang terdiri dari pengecekan akurasi penghitungan matematis dalam
dokumen atau catatan. Penghitungan ulang dapat dilakukan secara manual atau secara
elektronik.
Pelaksanaan Kembali
A20. Pelaksanakan kembali adalah pelaksanaan prosedur atau pengendalian secara
independen oleh auditor yang semula merupakan bagian pengendalian intern entitas.
Prosedur Analitis
A21. Prosedur analitis terdiri dari pengevaluasian atas informasi keuangan yang dilakukan
dengan menelaah hubungan yang dapat diterima antara data keuangan dengan data
non keuangan. Prosedur analitis juga meliputi investigasi atas fluktuasi yang telah
diidentifikasi, hubungan yang tidak konsisten antara satu informasi dengan informasi
lainnya, atau data keuangan yang menyimpang secara signifikan dari jumlah yang
telah diprediksi sebelumnya.
Permintaan Keterangan
A22. Permintaan keterangan terdiri dari pencarian informasi atas orang yang memiliki
pengetahuan, baik keuangan maupun non keuangan, di dalam atau di luar entitas.
Permintaan keterangan digunakan secara luas sepanjang audit sebagai tambahan untuk
prosedur audit lainnya.

A23. Respons atas permintaan keterangan dapat memberikan informasi yang sebelumnya
tidak dimiliki oleh auditor atau menguatkan bukti audit. Di sisi lain, respons dapat
memberikan informasi yang secara signifikan berbeda dari informasi yang telah
diperoleh auditor.
A24. Walaupun proses pemerolehan bukti pendukung melalui permintaan keterangan
seringkali begitu penting, dalam hal permintaan keterangan tentang maksud
manajemen, informasi yang tersedia untuk mendukung maksud manajemen tersebut
mungkin terbatas.
A25. Dalam beberapa hal, auditor dapat mempertimbangkan perlunya untuk memperoleh
representasi tertulis dari manajemen dan, jika relevan, pihak yang bertanggung jawab
atas tata kelola untuk mengonfirmasi respons terhadap permintaan keterangan secara
lisan.
Informasi yang Digunakan sebagai Bukti Audit
Relevansi dan Keandalan
A26 (bukti audit juga dapat diperoleh dari luar prosedur audit , termasuk informasi
yang diperoleh dari sumber lain. Kualitas semua bukti audit dipengaruhi oleh
relevansi dan keandalan basis informasi yang digunakan).
Relevansi
A27 (relevansi berkaitan dengan hubungan logis dengan tujuan prosedur audit dan
jika relevan, dengan asersi yang dipertimbangkan. Relevansi informasi yang
digunakan sebagai bukti audit mungkin dipengaruhi oleh arah pengujian),
A28 (suatu set prosedur audit tertentu dapat memberikan bukti audit yang relevan
untuk beberapa asersi. Di lain pihak, bukti audit dari sumber yang berbeda atau bukti
audit yang berbeda mungkin dapat menjadi relevan pada asersi yang sama),
A29 (pengujian pengendalian digunakan untuk mengevaluasi efektivitas operasi
pengendalian dalam mencegah, mendeteksi, atau mengoreksi kesalahan penyajian
material dalam asersi),
A30 (prosedur substantif dirancang untuk mendeteksi kesalahan penyajian pada
tingkat asersi. Prosedur ini terdiri dari engujian rinci dan prosedur analitis substantif
yang mencakup pengidentifikasian kondisi yang relevan dengan tujuan pengauditan).
Keandalan
A31 (generalisasi mengenai keandalan berbagai informasi yang digunakan sebagai
bukti audit masih tergantung pada beberapa pengecualian penting. Meskipun diakui

adanya pengecualian, generalisasi terbukti mampu memberikan manfaat bagi


keandalan bukti audit),
A32 (SPA 520 memberikan panduan lebih lanjut berkaitan dengan keandalan data
yang digunakan untuk tujuan perancangan prosedur analitis sebagai prosedur
substantif),
A33 (SPA 240 berkaitan dengan kondisi auditor yang memiliki alasan untuk
mempercayai bahwa suatu dokumen mungkin tidak asli atau mungkin telah
dimodifikasi tanpa sepengatahuan auditor)
Keandalan Informasi yang Dihasilkan oleh Pakar Manajemen
A34 (penyusunan laporan keuangan entitas memerlukan keahlian lain di bidang
penghitungan aktuaria, penilaian, atau data teknik. Entitas dapat mengangkat pakar
sebgai karyawannya dan resiko kesalahannya adalah penyajian material),
A35 (bila informasi yang digunakan sebagai bukti audit telah disusun dengan
menggunakan hasil pekerjaan pakar manajemen, maka persyaratan dalam paragraf di
atas berlaku. Tapi, jika individu atau organisasi hanya memberikan data harga yang
berkaitan dengan transaksi privat, maka penggunaan informasi tersebut sebagai bukti
audit diatur dalam paragraf 7 SPA ini),
A36 (menjelaskan beberapa hal yang mempengaruhi sifat, saat, dan luas prosedur
audit dalam hubungannya dengan persyaratan dalam paragraf 8 di SPA).
Kompetensi, Kemampuan, dan Objektivitas Pakar Manajemen
A37 (kompetensi berhubungan dengan sifat dan keahlian pakar manajemen.
Kemampuan berhubungan dengan kecakapan pakar manajemen untuk melaksanakan
pekerjaan dalam berbagai keadaan. Objektivitas berhubungan dengan dampak yang
terjadi karena adanya keberpihakan, benturan kepentingan , atau pengaruh orang lain),
A38 (informasi tentang kompetensi, kapabilitas, dan objektivitas pakar yang
dipekerjakan oleh manajemen dapat diperoleh dari sumber-sember yang beragam),
A39 (hal-hal yang relevan untuk mengevaluasi kompetensi, kapabilitas, dan
objektivitas pakar diatur oleh standar pekerjaan teknis atau persyaratan standar
profesional. Atau industri lainnya),
A40 (hal-hal lain yang mungkin relevan adalah relevansi kompetensi pakar
manajemen dengan hal-hal yang memerlukan pekerjaan pakar, kompetensi pakar
manajemen sehubungan dengan persyaratan akuntansi relevan, dan ketika terjadi
peristiwa tidak terduga),

A41 (berbagai tindakan pencegahan melalui struktur eksternal dan internal kerja pakar
maanajemen yang mengancam kondisi objektivitas),
A42 (ancaman dapat menjadi berkurang jika pakar tersebut terikat dengan kontrak
oleh entitas bila dibandingkan jika pakar tersebut dipekerjakan oleh entitas, dan
efektivitas pencegahan dapat lebih besar),
A43 (ketika mengevaluasi objektivitas seorang pakar yang diikat dengan kontrak
entitas adalah relevan bagi auditor untuk membahasnya dengan manajemen dan pakar
tersebut agar hubungan yang tercipta tidak menimbulkan ancaman di kemudian hari).
Pemerolehan Pemahaman atas Pekerjaan Pakar Manajemen
A44 (suatu pemahaman atas pekerjaan pakar yang dipekerjakan oleh manajemen
mencakup pemahaman tentang bidang keahlian yang relevan dan dikuasi oleh pakar
tersebut),
A45 (menjelaskan beberapa pemahaman mengenai aspek tentang bidang keahlian
pakar manajemen yang relevan dengan kepentingan auditor),
A46 (dalam kasus pakar manajemen yang diikat kontrak dengan entitas, biasanya
terdapat surat perikatan atau bentuk persetujuan tertulis lainnya antara entitas dan
pakar tersebut),
A47 (dalam kasus pakar manajemen merupakan karyawan entitas, kecil kemungkinan
terdapat suatu perjanjian tertulis. Permintaan keterangan kepada pakar dan anggota
manajemen lainnya merupakan cara yang paling tepat bagi auditor untuk memperoleh
pemahaman yang diperlukan),
A48 (terdapat beberapa pertimbangan yang harus dipikirkan pada saat mengevaluasi
kesesuaian pekerjaan pakar manajemen dengan bukti audit untuk asersi yang relevan).

Informasi yang Dihasilkan oleh Entitas dan Digunakan untuk Tujuan Auditor
A49 (untuk memperoleh bukti audit yang andal, informasi yang dihasilkan oleh
entitas yang akan digunakan untuk melaksanakan proedur audit harus cukup lengkap
dan akurat),
A50 (pemerolehan bukti audit yang berkaitan dengan akurasi dan kelengkapan
informasi dapat dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan prosedur audit jika
proses pemerolehan bukti audit merupakan bagian terpadu dari prosedur audit atau
mungkin juga dengan cara menguji pengendalian atas penyusunan dan pemeliharaan
informasi dan juga dapat melakukan prosedur audit tambahan jika diperlukan),
9

A51 (dalam beberapa kasus, auditor dapat menggunakan informasi yang dihasilkan
oleh entitas untuk tujuan audit lainnya, tetapi harus ada kesesuaian bukti audit apakah
informasi tersebut cukup rinci untuk tujuan auditor atau tidak).
Pemilihan Unsur untuk Pengujian dalam Memperoleh Bukti Audit
A52. Cara-cara yang digunakan auditor untuk memilih unsur pengujian adalah: a) memilih
semua unsur dengan pemeriksaan 100%; b) memilih unsur tertentu; c) sampling audit.
Pemilihan ini tergantung dari keadaan pada saat melakukan audit.
Memilih Semua Unsur
A53 (pemeriksaan 100% tepat digunakan jika: a) populasi terdiri dari sejumlah kecil
unsur yang masing-masing memiliki nilai besar; b) terdapat suatu resiko signifikan
dan cara lain tidak memberikan bukti audit yang layak; c) sifat pengulangan dari
perhitungan membuat pemeriksaan 100% menjadi efektif dari segi biaya).
Pemilihan Unsur-unsur Spesifik
A54 (faktor yang mungkin relevan dalam pengambilan keputusan ini mencakup
pemahaman auditor atas entitas, resiko atas kesalahan penyajian material, dan
karakteristik populasi yang diuji. Pemilihan berdasarkan pertimbangan unsur spesifik
tetap memiliki resiko non-sampling),
A55 (hasil prosedur audit yang diterapkan melalui cara pemeriksaan secara selektif
atas unsur spesifik suatu golongan transaksi atau saldo akun tidak dapat diproyeksikan
untuk keseluruhan populasi; oleh karena itu, pemeriksaan secara selektif unsur-unsur
spesifik tidak memberikan bukti audit atas sisa populasi yang tidak diperiksa).
Sampling Audit
A56 (sampling audit dirancang agar auditor mampu menarik kesimpulan tentang
keseluruhan populasi berdasarkan atas pengujian suatu sampel),
Inkonsistensi dalam, atau Keraguan Keandalan terhadap, Bukti Audit
A57

Pemerolehan bukti audit dari sumber dan sifat yang berbeda dapat mengindikasikan
ketidakandalan suatu unsur bukti audit dapat terjadi apabila terdapat inkonsistensi dari
respons atas permintaan keterangan dari manajemen, auditor internal dan pihak
lainnya, atau bila respons atas permintaan keterangan dari pihak yang bertanggung
jawab atas tata kelola inkonsisten dengan respons dari manajemen.

10

SA 501
Bukti Audit Pertimbangan Spesifik Atas Unsur Pilihan
PENDAHULUAN
Ruang Lingkup
Standar Perikatan Audit ini berhubungan dengan penggunaan prosedur konfirmasi eksternal
oleh auditor untuk memperoleh bukti audit berdasarkan persyaratan SPA 330 dan SPA 500
dan SPA-SPA lainnya yang relevan, berkaitan dengan aspek tertentu atas persediaan, litigasi
dan klaim yang melibatkan entitas, serta informasi segmen dalam suatu audit atas laporan
keuangan.
Tanggal Berlaku Efektif
SPA ini berlaku efektif untuk audit laporan keuangan untuk periode dimulai pada atau setelah
1 Januari 2013.
TUJUAN
Tujuan auditor adalah untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat berkaitan dengan:
a. Eksistensi dan kondisi persediaan.
b. Kelengkapan informasi tentang litigasi dan klaim yang melibatkan entitas.
c. Penyajian dan pengungkapan informasi segmen sesuai dengan kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku.

KETENTUAN
Persediaan
Jika persediaan berjumlah materialdalam laporan keuangan, auditor harus memperoleh
bukti audit yang cukup dan tepat tentang eksistensi dan kondisi persediaan dengan :
a. Menghadiri perhitungan fisik persediaan, kecuali jika tidak praktis untuk :
i. Mengevaluasi instruksi dan prosedur manajemen untuk mencatat dan
mengendalikan hasil perhitungan persediaan fisik.
ii. Mengobservasi pelaksanaan prosedur perhitungan yang dilakukan oleh
manajemen.
iii. Menginspeksi persediaan.
iv. Menguji perhitungan fisik.
b. Melaksanakan prosedur audit atas catatan persediaan final untuk menentukan apakah
catatan tersebut mencerminkan hasil perhitungan fisik aktual.
11

Jika perhitungan fisik persedian dilaksanakan pada suatu tanggal selain tanggal laporan
keuangan, auditor harus, sebagai tambahan prosedur yang diharuskan oleh paragraf di atas,
melaksanakan prosedur audit untuk memperoleh bukti audit tentang apakah perubahan
persediaan di antara tanggal perhitungan fisik dengan tanggal laporan keuangan telah dicatat
dengan semestinya.
Jika auditor tidak dapat menghadiri perhitungan fisik persediaan karena kondisi yang tidak
diperkirakan sebelumnya, auditor

harus melakukan atau mengobservasi beberapa

perhitungan fisik pada suatu tanggal alternatif, dan melaksanakan prosedur audit terhadap
transaksi yang terjadi dalam periode diantara dua tanggal tersebut.
Jika kehadiran pada penghitungan persediaan fisik tidak praktis, auditor harus
melaksanakan prosedur audit alternatif untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat
tentang eksistensi dan kondisi persediaan. Jika tidak mungkin melakukan hal itu, auditor
harus memodifikasi opini dalam laporan auditor berdasarkan SPA 705.
Jika persediaan yang disimpan dan dikendalikan oleh pihak ketiga bernilai material dalam
laporan keuangan, auditor harus memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang
eksistensi dan kondisi persediaan tersebut dengan melaksanakan satu atau kedua prosedur
berikut ini :
(a) Meminta konfirmasi dari pihak ketiga tentang kuantitas dan kondisi persediaan yang
disimpan atas nama entitas.
(b) Melaksanakan inspeksi atau prosedur auditlainnya yang tepat sesuai dengan keadaan.
Litigasi Dan Klaim
Auditor harus merancang dan melaksanakan prosedur audit untuk mengidentifikasi litigasi
dan klaim yang melibatkan entitas yang dapat menimbulkan suatu risiko kesalahan penyajian
material, termasuk:
a. Meminta keterangan dari manajemen, dan jika relevan, pihak lain dalam entitas,
termasuk penasihat hukum internal.
b. Menelaah risalah rapat pihak-pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola dan
korespondensi antara entitas dan penasihat hukum eksternal.
c. Menelaah akun biaya hukum
Jika auditor menilai bahwa sutu risiko kesalahan penyajian tentang litigasi atau klaim yang
telah diidentifikasi, atau jika prosedur audit yang dilaksanakan menunjukkan bahwa litigasi
atau klaim lain mungkin ada, auditor harus, sebagai tambahan prosedur yang diwajibkan oleh
SPA lain, melakukan komunikasi langsung dengan penasihat hukum eksternal entitas. Auditor
harus melakukan hal ini melalui suatu surat permintaan keterangan, yang dibuat ole
manajemen dan dikirim oleh auditor, yang meminta penasihat hukum eksternal entitas untuk
12

berkomunikasi secara langsung dengan auditor. Jika peraturan perundang-undangan atau


organisasi profesional penasihat hukum melarang penasihat hukum eksternal entitas
berkomunikasi secara langsung dengan audito, maka auditor harus melaksanakan prosedur
audit alternatif.
Jika:
a. Manajemen menolak untuk memberikan izin kepada auditor untuk berkomunikasi
atau bertemu dengan

penasihat hukum eksternal entitas, atau penasihat hukum

eksternal entitas menolak untuk merespon surat permintaan keterangan dengan


semestinya, atau
b. Auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat melalui prosedur
audit alternatif, auditor harus memodifikasi opini dalam laporan auditor berdasarkan
SPA 705
Representasi Tertulis
Auditor harus meminta manajemen dan; jika relevan, pihak yang bertanggung jawab atas tata
kelola untuk memberikan representasi tertulis bahwa semua litigasi dan klaim yang aktual
dan telah diketahui atau yang mungkin terjadi yang dmpaknya harus dipertimbangkan dalam
penyusunan laporan keuangan telah diungkapkan kepada auditor dan dipertanggungjawabkan
serta diungkapkan sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
Informasi Segmen
Auditor harus memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang penyajian dan
pengungkapan informasi segmen sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku
dengan:
a. Memperoleh suatu pemahaman tentang metode yang digunakan oleh manajemen
dalam menentukan informasi segmen, dan:
i. Mengevaluasi apakah metode tersebut akan menghasilkan pengungkapan yang
sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
ii. Jika dianggap tepat, menguji penerapan metode tersebut
b. Melaksanakan prosedur analitis atau prosedur audit lainnya yang sesuai dengan
keadaan.
MATERI PENERAPAN DAN PENJELASAN LAIN
Persediaan
Menghadiri Penghitungan Fisik Persediaan

13

A1 (manajemen biasanya menetapkan prosedur dimana penghitungan persediaan fisik


harus dilakukan minimum sekali dalam setahun untuk memastikan keandalan sistem
persediaan perpetual entitas),
A2 (terdapat beberapa hal yang mencakup penghitungan fisik persediaan dan prosedur
ini berfungsi sebagai pengujian pengendalian atau prosedur substantif tergantung pada
penilaian resiko, pendekatan yang direncanakan, dan prosedur spesifik yang
dilaksanakan auditor),
A3 (terdapat beberapa hal yang relevan dalam merencanakan kehadiran pada
penghitungan fisik persediaan, misalnya risiko salah saji, sifat pengendalian internal,
saat penghitungan fisik persediaan, lokasi penyimpanan persediaan),
A4 (mengevaluasi instruksi dan prosedur manajemen untuk mencatat dan
mengendalikan penghitungan persediaan fisik),
A5 (mengobservasi pelaksanaan prosedur penghitungan yang dibuat oleh manajemen,
misalnya pergerakan persediaan sebelum, selama, dan setelah penghitungan. Selain
itu, auditor dapat memperoleh kopi informasi pisah batas untuk mambantu auditor
dalam melaksanakan prosedur audit di kemudian hari),
A6 (menginspeksi persediaanakan membantu auditor dalam memastikan eksistensi
persediaan dan dalam mengidentifikasi),
A7 (pengujian penghitungan fisik dan menyediakan bukti audit tentang kelengkapan
dan keakurasian catatan),
A8 (memperoleh catatan penghitungan fisik persediaan yang telah diselesaikan oleh
manajemen akan membantu auditor untuk melaksanakan prosedur audit selanjutnya).
Penghitungan Fisik Persediaan yang Dilaksanakan pada Suatu Tanggal Selain Tanggal
Laporan Keuangan
A9 (penghitungan fisik persediaan dapat dilaksanakan selain tanggal laporan
keuangan. Hal ini dapat dilaksanakan terlepas apakah manajemen menentukan
kauntitas persediaan dalam perhitungan fisik persediaan setiap tahun atau dengan
penyelenggaraan sistem persediaan perpetual),
A10

(jika

sistem

persediaan

perpetual

diselenggarakan,

manajemen

dapat

melaksanakan penghitungan fisik persediaan atau pengujian lain untuk memastikan


keandalan informasi kuantitas persediaan),
A11 (hal-hal relevan yang mencakup pertimbangan pada waktu merancang prosedur
audit untuk memperoleh bukti audit tentang apakah perubahan jumlah persediaan
antara tanggal perhitungan dengan catatan akhir persediaan sudah tepat).
14

Kehadiran pada Penghitungan Fisik Persediaan adalah Tidak Praktis


A12 (penghitungan fisik tidak praktis karena sifat dan lokasi persediaan. Namun, hal
yang berkaitan dengan ketidaknyamanan auditor secara umum tidak cukup untuk
mendukung keputusan auditor bahwa kehadiran pada penghitungan fisik persediaan
tidak praktis),
A13 (jika melakukan kegiatan observasi tidak praktis, maka dapat dipilih prosedur
audit alternatif yang dapat menyediakan bukti audit yang cukup dan tepat tentang
keberadaan dan kondisi persediaan),
A14 (jika auditor masih belum mendapatkan bukti audit jika melakukan prosedur
audit alternatif, maka auditor diharuskan untuk memodifikasi opininya dalam laporan
auditor sebagai pembatasan ruang lingkup audit).
Persediaan yang Disimpan dan Dikendalikan oleh Pihak Ketiga
A15 (SPA 505 menetapkan persyaratan dan memberikan panduan untuk
melaksanakan prosedur konfirmasi eksternal),
A16 (prosedur audit lain diperlukan jika informasi yang diperoleh menimbulkan
keraguan atas integritas dan objektivitas pihak ketiga).

Litigasi dan Klaim


Kelengkapan Litigasi dan Klaim
A17 (litigasi dan klaim yang melibatkan entitas dapat menimbulkan dampak yang
material terhadap laporan keuangan dan hal ini harus diungkapkan dan dicatat dalam
laporan keuangan),
A18 (ada beberapa prosedur lain yang digunakan untuk memperoleh pemahaman atas
entitas dan lingkungannya untuk membantu auditor mengetahui adanya litigasi dan
klaim yang melibatkan entitas),
A19 (bukti audit diperoleh untuk tujuan mengidentifikasi litigasi dan klaim yang
mungkin menimbulkan resiko kesalahan penyajian material dan menyediakan bukti
audit tentang pertimbangan lain yang relevan untuk litigasi dan klaim yang
memerlukan estimasi akuntansi),
A20 (auditor dapat memeriksa dokumen sumber yang berkaitan sebagai bagain
penelaahan auditor atas akun beban legal).
Komunikasi dengan Penasehat Hukum Eksternal Entitas

15

A21 (komunikasi ini dapat membantu auditor dalam memperoleh bukti audit yang
cukup dan tepat tentang apakah litigasi dan klaim diketahui dan estimasi manajemen
atas dampak keuangan masuk akal),
A22 (auditor dapat melakukan komunikasi langsung dengan penasehat hukum
eksternal entitas melalui surat permintaan keterangan yang umum),
A23 (jika penasehat hukum eksternal entitas tidak mungkin merespons dengan
semestinya terhadap surat permintaan keterangan umum, auditor dapat melakukan
komunikasi langsung melalui surat permintaan keterangan spesifik),
A24 (dalam kondisi tertentu, auditor menentukan perlunya diadakan pertemuan
dengan penasehat hukum eksternal entitas untuk mendiskusikan kemungkinan hasil
litigasi atau klaim. Umumnya, pertemuan ini memerlukan izin manajemen dan
diselenggarakan dengan kehadiran wakil manajemen),
A25 (berdasarkan SPA 700, auditor diwajibkan untuk memberikan tanggal laporan
auditor tidak lebih awal dari tanggal dimana auditor telah memperoleh bukti yang
cukup. Bukti audit tentang litigasi dan klaim dapat diperoleh dengan meminta
keterangan dari manajemen, termasuk penasehat hukum internal entitas, yang
bertanggungjawab atas hal-hal relevan).

Informasi Segmen
A26. Tanggung jawab auditor tentang penyajian dan pengungkapan informasi segmen
berkaitan dengan laporan keuangan secara keseluruhan. Oleh karenanya, auditor tidak
diharuskan melaksanakan prosedur audit yang diperlukan untuk menyatakan suatu
opini atas informasi segmen yang disajikan atas basis tersendiri.
Pemahaman atas Metode yang Digunakan oleh Manajemen
A27 (hal-hal yang mungkin relevan pada waktu memperoleh pemahaman atas metode
yang digunakan oleh manajemen dalam menentukan informasi segmen dan apakah
metode tersebut akan menghasilkan pengungkapan yang sesuai dengan kerangka
laporan keuangan yang berlaku).

SA 505
16

Konfirmasi Eksternal
PENDAHULUAN
Ruang Lingkup
Standar perikatan audit (SPA) ini berhubungan dengan penggunaan prosedur konfirmasi
eksternal oleh auditor untuk memperoleh bukti audit berdasarkan persyaratan SPA 330 dan
SPA 500. Hal ini tidak ditujukan untuk meminta keterangan tentang litigasi dan klaim yang
dibahas dalam SPA 501.
Prosedur Konfirmasi Eksternal Untuk Memperoleh Bukti Audit
SPA 500 mengindikasikan bahwa keandalan bukti audit dipengaruhi oleh sumber dan sifatnya
dan ini tergantung pada kondisi individual yang dari satu bukti audit tersebut diperoleh. SPA
juga mencakup generalisasi berikut yang relevan terhadap bukti audit.
a. Bukti audit lebih andal ketika diperoleh dari sumber independen diluar entitas.
b. Bukti audit yang diperoleh secara langsung oleh auditor lebih andal dari pada bukti
audit yang diperoleh secara tidak langsung atau oleh kesimpulan sendiri
c. Bukti audit lebih andal dalam bentuk format dokumen, baik dalam bentuk kertas,
elektronik atau media lainnya
Oleh karena itu, tergantung pada kondisi audit, bukti audit dalam bentuk konfirmasi eksternal
yang diperoleh auditor secara langsung dari pihak yang dikonfirmasi dapat lebih andal
dibandingkan dengan bukti audit dari pihak internal entitas. SA ini bertujuan untuk
membantu auditor dalam mendesain dan melakukan prosedur konfirmasi eksternal untuk
memperoleh bukti audit yang relevan dan andal.
Dalam hal ini SA lainnya juga mengakui pentingnya konfirmasi eksternal sebagai bukti audit,
sebagai contoh SA 330 membahas tanggungjawab auditor untuk mendesain dan
mengemplementasikan respons secara keseluruhan terhadap risiko kesalahan penyajian
material yang telah ditentukan pada tingkat laporan keuangan, dan untuk mendesain dan
melaksanakan prosedur audit lanjutan yang sifat, saat dan luasnya didasarkan pada, da
responsif terhadap risiko kesalahan penyajian material yang telah ditentukan pada tingkat
asersi.
Di samping itu, SA 330 mensyaratkan bahwa, telepas dari risiko kesalahan penyajian material
yang telah ditentukan, auditor mendesain dan melaksanakan prosedur substantive untuk
setiap golongan transaksi, saldo akun, dan pengungkapan material. Auditor juga disyaratkan
untuk mempertimbangkan apakah prosedur konfirmasi eksternal harus dilakukan sebagai
prosedur audit substantif.
Pada SA 500 juga mengindikasikan bahwa informasi pendukung diproleh dari suatu sumber
independen, seperti konfirmasi eksternal dapat menambah tingkat keyakinan auditor
dibandingkan bukti yang ada dalam catatan akuntansi atau dari representasi manajemen.
17

Tanggal Berlaku Efektif


SPA ini berlaku efektif untuk audit laporan keuangan untuk periode dimulai pada atau setelah
1 Januari 2013.
TUJUAN
Tujuan auditor, ketika menggunakan prosedur konfirmasi eksternal adalah untuk mendesain
dan melaksanakan prosedur tersebut unutk memperoleh bukti audit relevan dan andal.
DEFINISI
Untuk tujuan SPA ini , istilah berikut memiliki makna seperti dibawah ini
a) Konfirmasi eksternal: bukti audit yang diperoleh sebagai suatu respon tertulis
langsung kepada auditor dari pihak ketiga (pihak yangdikonfirmasi) baik dalam
bentuk kertas atau secara elektronik atau media lainnnya.
b) Permintaan konfirmasi positif: suatu permintaan konfirmasi kepada piak ketiga untuk
merespon secara langsung kepada auditor yang menunjukkan apakah pihak yang
dikonfirmasi tersebut setuju atau tidak setuju dengan informasi yang terdapat dalam
permintaan konfimasi atau menyediakan informasi yang diminta.
c) Permintaan konfirmasi negatif: suatu permintaan konfirmasi kepada pihak ketiga
untuk merespon secara langsung kepada auditor hanya jka pihak yang dikonfirmasi
tidak setuju dengan informasi yang terdapat dalam permintaan konfirmasi.
d) Tanpa respons: suatu kegagalan dari pihak yang dikonfirmasi untuk merespons
sebagian atau secara penuh, terhadap permintaan konfirmasi positif atau sebuah
permintaan

konfirmasi yang kembali karena tidak sampai ketangan pihak yang

dikonfirmasi.
e) Penyimpangan: suatu repons yang menununjukan perbedaan antara informasi yang
diminta untuk dikonfirmasikan yang terdapat dalam catatan entitas dengan informasi
yang di sediakan oleh pihak yang dikonfirmasi.
KETENTUAN
Prosedur konfirmasi eksternal
Pengguna menggunakan prosedur konfirmasi eksternal, auditor harus tetap menjaga
pengendalian atas permintaan konfirmasi eksternal, termasuk :
a) Menetukan informasi yang dikonfirmasi atau yang diminta.
b) Memilih pihak yang tepat untuk di konfirmasi.
c) Mendesain permintaan konfirmasi, termasuk menentukan apakah permintaan telah
dialamatkan dengan tepat dan berisi iformasi jawaban untuk dikirimkan seccara
langsung kepada auditor.
18

d) Mengirimkan permintaan termasuk permintaan tindak lanjut jika berlaku, kepada


pihak yang dikonfirmasi.
Penolakan manajemen untuk memperbolehkan auditor mengirimkan permintaan
konfirmasi
Jika manajemen menolak untuk memperbolehkan auditor mengirimkan permintaaan
konfirmasi, maka auditor harus melakukan hal berikut:
a) Meminta keterangan tentang alasan manajemen untuk menolak, dan mencari bukti
audit tentang validitas dan memadainya alasan tersebut.
b) Mengevaluasi implikasi penolakan manajemen atas penilaian auditor terhadap risiko
kesalahan penyajian material yang relevan, termasuk risiko kecurangan dan sifat,
waktu, dan luas prosedur audit lain lanjutan dan
c) Melakukan prosedur audit alternatif yang di desain untuk memperoleh bukti audit
yang relevan dan andal.
Jika auditor menyimpulkan bahwa penolakan manajemen untuk mengizinkan auditor
mengirimkan permintaan konfirmasi adalah tidak masuk akal atau auditor tidak dapat
memperoleh bukti audit yang relevan dan andal dari prosedur alternatif, auditor harus
mengomunikasikan hal tersebut dengan pihak yang bertanggung atas tata kelola berdasarkan
SPA 260. Auditor harus juga mempertimbangkan implikasi terhadap audit dan opini auditor
berdasarkan SPA 705.
Hasil prosedur konfirmasi eksternal
Keandalan respons terhadap permintaan konfirmasi
-

Jika auditor mengidentifikasi faktor yang menimbulkan keraguan atas keandalan


respons terhadap permintaan konfirmasi, auditor harus mendapatkan bukti audit

lanjutan untuk menghilangkan keraguan itu.


Jika auditor menentukan bahwa respons terhadap permintaan konfirmasi tidak dapat
diandalkan, maka auditor harus mengevaluasi implikasi tersebut atas penilaian risiko
kesalahan penyajian material yang relevan, termasuk risiko kecurangan, dan
sifat,waktu dan luas prosedur audit lain.

Tanpa respons
-

Dalam kasus tanpa respons, auditor harus melakukan prosedur audit alternatif untuk
memperoleh bukti audit yang relevan dan andal

Bila respons terhadap konfirmasi positif diperlukan untuk memperoleh bukti audit yang
cukup dan tepat
-

Jika auditor telah menentukan bahwa respons terhadap permintaan konfirmasi positif
diperlukan untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan layak. Prosedur audit
19

alternatif tidak akan menyediakan bukti audit yang diperlukan auditor. Jika auditor
tidak memperoleh konfirmasi seperti itu, maka auditor harus menentukan implikasi
tersebut atas audit dan pendapat auditor berdasarkan SPA 705.
Penyimpangan
-

Auditor harus melakukan investigasi penyimpangan untuk menentukan apakah hal itu
merupakan indikasi adanya kesalahan penyajian.

Konfirmasi negatif
Konfirmasi negatif merupaka bukti audit yang kurang meyakinkan dibandingkan
konfirmasi positif. Oleh karena itu auditor harus tidak menggunakan permintaan konfirmasi
negatif sebagai prosedur audit substantif tunggal untuk yang ditujukan untuk suatu risiko
yang ditentukan kesalahan penyajian material pada tingkat asersi kecuali jika terdapat semua
hal berikut :
a) Auditor telah menentukan risiko kesalahan penyajian material adalah rendah dan telah
memperoleh bukti audit cukup dan layak tentang efektivitas operasi pengendalia
yangg relevan dengan asersi.
b) Populasi unsur-unsur yang diterapi prosedur konfirmasi negatif terdiri dari sejumlah
besar saldo akun, transaksi, atau kondisi yang kecil dan homogeny.
c) Diharapkan suatu tingkat penyimpangan sangat rendah dan
d) Auditor tidak menyadari keadaan atau kondisi yang akan menyebabkan penerima
permintaan konfirmasi negatif mengabaikan permintaan konfirmasi.
Pengevaluasian bukti yang diperoleh
Auditor harus mengevaluasi apakah hasil prosedur konfirmasi eksternal merupakan bukti
audit yang relevan dan andal atau apakah bukti audit lebih lanjut diperlukan.
MATERI PENERAPAN DAN PENJELASAN LAIN
Prosedur Konfirmasi Eksternal
Menentukan Informasi yang akan Dikonfirmasi atau Diminta
A1 (prosedur konfirmasi eksternal dilakukan untuk mengonfirmasi atau meminta
informasi tentang saldo akun beserta unsurnya dan mengonfirmasi ketentuan dalam
perjanjian, kontrak atau transaksi antara entitas dengan pihak lain, atau untuk
mengonfirmasi tidak adanya kondisi tertentu seperti perjanjian tambahan (side
agreement)).
Memilih Pihak yang Tepat untuk Dikonfirmasi

20

A2 (respons atas permintaan konfirmasi merupakan bukti audit yang lebih relevan dan
andal bila permintaan konfirmasi dikirimkan kepada pihak yang dikonfirmasi, yang
diyakini oleh auditor mengetahui tentang informasi yang dikonfirmasi).
Mendesain Permintaan Konfirmasi
A3 (format permintaan konfirmasi dapat secara langsung memengaruhi tingkat
respons konfirmasi, keandalan dan sifat dari bukti audit yang diperoleh dari repons),
A4 (faktor yang dipertimbangkan saat mendesain permintaan konfirmasi mencakup
asersi yang ingin dituju, risiko kesalahan penyajian material yang teridentifikasi
spesifik, termasuk risiko kecurangan, susunan dan penyajian permintaan konfirmasi,
pengalaman sebelumnya tentang audit atau perikatan serupa, metode komunikasi,
otorisasi manajemen atau dorongan kepada pihak yang dikonfirmasi untuk merespons
kepada auditor, kemampuan pihak yang dikonfirmasi untuk merespons atau
menyediakan informasi yang diminta),
A5 (permintaan konfirmasi eksternal positif meminta pihak yang di konfirmasi untuk
menjawab kepada auditor dalam semua kasus, dengan menunjukkan persetujuan
pihak yang dikonfirmasi dengan informasi yang diberikan, atau dengan menanyakan
pihak yang dikonfirmasikan untuk menyediakan informasi. Respons terhadap sebuah
permintaan konfirmasi positif biasanya diharapkan sebagai bukti audit yang andal),
A6 (penentuan bahwa permintaan telah dialamatkan secara tepat termasuk memeriksa
validitas beberapa atau semua yang dituju oleh permintaan konfirmasi sebelum
konfirmasi dikirimkan).
Menindaklanjuti Permintaan Konfirmasi
A7 (auditor dapat mengirimkan permintaan konfirmasi tambahan bila jawaban untuk
permintaan sebelumnya belum diterima dalam waktu yang wajar).
Penolakan Manajemen untuk Mengizinkan Auditor dalam Mengirimkan Permintaan
Konfirmasi Kewajaran atas Penolakan Manajemen
A8 (penolakan oleh manajemen untuk mengizinkan auditor mengirimkan permintaan
konfirmasi merupakan pembatasan atas bukti audit yang diharapkan untuk peroleh
auditor. Auditor diharuskan untuk menanyakan alasan pembatasan tersebut. Suatu
alasan umum yang dikemukakan adalah adanya sengketa hukum atau proses negosiasi
dengan pihak yang dimaksudkan untuk dikonfirmasi, oleh karena itu dapat
menyebabkan permintaan konfirmasi tidak tepat waktu. Auditor harus mencari bukti
audit atas validitas dan kewajaran alasan tersebut karena risiko penolakan manajemen

21

mungkin mengindikasikan manajemen sedang mencoba untuk menolak akses auditor


ke bukti audit yang dapat mengungkapkan kecurangan atau kesalahan).
Implikasi untuk Penilaian Risiko Salah Saji Material
A9 (auditor dapat menyimpulkan dari evaluasi dalam paragraf 8(b) bahwa hal itu akan
tepat untuk merevisi penilaian risiko kesalahan penyajian material pada tingkat asersi
dan modifikasi prosedur audit yang telah direncanakan berdasarkan SPA 315).
Prosedur Audit Alternatif
A10 (prosedur audit alternatif yang dilakukan dapat saja serupa dengan prosedur
untuk konfirmasi yang tak dibalas yang ada dalam paragraf A18-A19 pada SPA ini.
Prosedur tersebut juga memerhitungkan hasil evaluasi auditor dalam paragraf 8(b)).

Hasil Prosedur Konfirmasi Eksternal


Keandalan Respons terhadap Permintaan Konfirmasi
A11 (SPA 500 menunjukkan bahwa meskipun bila bukti audit diperoleh dari berbagai
sumber eksternal entitas, keadaan mungkin ada yang berdampak pada keandalannya.
Semua respons konfirmasi membawa beberapa risiko dari intersepsi, perubahan, atau
kecurangan. Risiko tersebut ada terlepas apakah balasan diperoleh dalam bentuk
kertas, elektronik atau media lainnya. Faktor yang mungkin menunjukkan keraguan
atas keandalan respons mencakup diterima oleh auditor secara tidak langsung; atau
tidak berasal dari pihak yang aslinya dimaksudkan untuk dikonfirmasi),
A12 (respons yang diterima secara elektronik, mengandung risiko keandalan karena
pembuktian asal dan wewenang responden mungkin sulit untuk ditentukan serta
perubahannya mungkin sulit untuk dideteksi. Suatu proses yang digunakan oleh
auditor dan responden dalam membuat suatu lingkungan yang aman untuk respons
yang diterima secara elektronik dapat menurunkan risiko. Jika auditor puas bahwa
proses itu aman, keandalan balasan yang bersangkutan menjadi meningkat. Proses
konfirmasi elektronik dapat memasukkan berbagai teknik untuk validasi identitas
pengirim informasi dalam format elektronik tersebut),
A13 (Jika pihak yang dikonfirmasi menggunakan pihak ketiga untuk mengkoordinasi
dan menyediakan respons untuk permintaan konfirmasi, auditor dapat melaksanakan
prosedur yang ditujukan untuk risiko tersebut respons mungkin dapat berasal bukan
dari sumber yang benar; seorang responden mungkin bukan pihak yang berwenang
untuk merespons; dan integritas transmisi kemungkinan dikompromikan)
22

A14 (auditor diharuskan oleh SPA 500 untuk menentukan apakah memodifikasi atau
menambah prosedur untuk menyelesaikan keraguan terhadap keandalan informasi
yang digunakan sebagai bukti audit. Auditor dapat memilih untuk melakukan
verifikasi atas sumber dan isi respons permintaan konfirmasi dengan menghubungi
pihak yang dikonfirmasi),
A15 (dengan sendirinya, suatu respons lisan terhadap suatu permintaan konfirmasi
tidak memenuhi definisi sebagai konfirmasi eksternal karena bukan merupakan
respons tertulis secara langsung kepada auditor. Namun, pada waktu memeroleh
respons lisan atas permintaan konfirmasi, auditor mungkin dapat, tergantung keadaan,
meminta pihak yang dikonfirmasi untuk merespons secara tertulis langsung kepada
auditor. Jika respon tidak diterima, sesuai dengan paragraf 12, auditor mencari bukti
audit lainnya untuk mendukung informasi dalam respons lisan tersebut),
A16 (suatu respons terhadap permintaan konfirmasi dapat berisi bahasa yang bersifat
membatasi terkait dengan penggunaannya. Pembatasan tersebut tidak perlu
mengurangi keandalan respons tersebut sebagai bukti audit).
Respons yang Tidak Dapat Diandalkan
A17 (bila auditor menyimpulkan bahwa suatu respons tidak dapat diandalkan, auditor
mungkin perlu untuk merevisi penentuan risiko kesalahan penyajian material pada
tingkat asersi dan memodifikasi prosedur audit yang direncanakan, sesuai dengan SPA
315).
Tidak Direspons
A18 (contoh prosedur audit alternatif yang dapat dilakukan oleh auditor mencakup:
untuk saldo akun piutang (memeriksa penerimaan kas khusus setelah tanggal neraca,
dokumen pengiriman, dan penjualan mendekati akhir periode), untuk saldo akun
utang (memeriksa pengeluaran kas setelah tanggal neraca atau korespondensi dengan
pihak ketiga, dan catatan lainnya, seperti catatan penerimaan barang),
A19 (sifat dan luas prosedur audit alternatif dipengaruhi oleh akun dan asersi
menimbulkan tanda tanya. Permintaan konfirmasi yang tidak dibalas dapat
menunjukkan

risiko

kesalahan

penyajian

material

yang

sebelumnya

tidak

teridentifikasikan. Dalam situasi ini, auditor mungkin perlu untuk merevisi penilaian
risiko kesalahan penyajian material pada tingkat asersi, dan memodifikasi prosedur
audit yang direncanakan, sesuai dengan SPA).

23

Bila Suatu Respons atas Permintaan Konfirmasi Positif Diperlukan untuk Memeroleh Bukti
Audit yang Cukup dan Tepat
A20 (dalam keadaan tertentu, auditor dapat mengidentifikasi risiko kesalahan
penyajian material yang telah ditentukan pada tingkat asersi yang untuk itu respons
terhadap permintaan konfirmasi positif diperlukan untuk memeroleh bukti audit yang
cukup dan tepat. Keadaan tersebut mencakup informasi yang tersedia untuk
menguatkan asersi manajemen yang hanya tersedia di luar entitas dan faktor risiko
kecurangan khusus, seperti risiko manajemen mengesampingkan pengendalian, atau
risiko kolusi yang dapat melibatkan karyawan dan/atau manajemen, mencegah auditor
untuk mengandalkan bukti dari entitas).

Penyimpangan
A21 (penyimpangan yang tercatat dalam respons terhadap permintaan konfirmasi
dapat menunjukkan kesalahan penyajian atau potensi kesalahan penyajian dalam
laporan keuangan. Bila suatu kesalahan penyajian diidentifikasi, auditor diharuskan
oleh SPA 240 untuk mengevaluasi apakah kesalahan penyajian mengindikasikan
adanya kecurangan. Penyimpangan mungkin menyediakan panduan terhadap kualitas
respons dari pihak yang dikonfirmasi atau untuk akun yang serupa. Penyimpangan
mungkin juga dapat menunjukkan suatu kekurangan, atau kekurangan-kekurangan
dalam pengendalian internal entitas atas pelaporan keuangan),
A22 (beberapa penyimpangan tidak mencerminkan kesalahan penyajian. Misalnya,
auditor dapat menyimpulkan bahwa perbedaan dalam respons terhadap permintaan
konfirmasi adalah disebabkan karena saat, pengukuran, atau kekeliruan teknis dalam
prosedur konfirmasi eksternal).
Konfirmasi Negatif
A23.

Kegagalan dalam menerima respons atas permintaan konfirmasi negatif tidak secara
eksplisit menunjukkan penerimaan oleh pihak yang dimaksud untuk dikonfirmasi
tentang permintaan konfirmasi atau verifikasi atas keakuratan informasi yang
terkandung dalam permintaan tersebut. Oleh karena itu, suatu kegagalan pihak yang
dikonfirmasi untuk merespons permintaan konfirmasi negatif menyediakan bukti
audit yang kurang meyakinkan daripada suatu respons terhadap permintaan
konfirmasi positif. Kemungkinan besar pihak yang dikonfirmasi juga merespons
24

ketidaksetujuan mereka atas permintaan konfirmasi bila informasi dalam permintaan


tidak sesuai dengan keinginan mereka.
Pengevaluasian atas Bukti yang Diperoleh
A24.

Pada waktu mengevaluasi hasil permintaan konfirmasi eksternal secara individual,


auditor dapat menggolongkan hasil konfirmasi sebagai berikut: (a) Suatu respons dari
pihak tepat yang dikonfirmasi, menunjukkan persetujuan dengan informasi yang
disediakan dalam permintaan konfirmasi atau tanpa adanya penyimpangan; (b) Suatu
respons yang dianggap tidak dapat diandalkan; (c) Suatu permintaan konfirmasi yang
tidak direspons; atau (d) Suatu repons yang menunjukkan suatu penyimpangan.

A25. Pengevaluasian oleh auditor, bila dengan memerhitungkan prosedur audit lain yang
mungkin dilakukan oleh auditor dapat membantu auditor dalam menyimpulkan
apakah bukti audit yang cukup dan tepat telah diperoleh atau apakah bukti audit
diperlukan, seperti yang dituntut oleh SPA 330.

SA 510
Perikatan Audit Tahun Pertama Saldo Awal
PENDAHULUAN
Ruang Lingkup SPA
1. Standar Perikatan Audit (SPA) ini berkaitan dengan tanggung jawab auditor yang
berhubungan dengan saldo awal dalam perikatan audit tahun pertama. Selain, jumlah
dalam laporan keuangan, saldo awal mencakup hal-hal yang memerlukan
pengungkapan yang ada pada awal suatu periode, seperti kontijensi dan komitmen.
Tanggal Berlaku Efektif
2. SPA ini berlaku efektif untuk audit laporan keuangan untuk periode dimulai pada atau
setelah 1 Januari 2013.
TUJUAN
3. Dalam melaksanakan suatu perikatan audit tahun pertama, tujuan auditor yang
berkaitan dengan saldo awal adalah untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan
tepat tentang apakah:
a) Saldo awal mengandung kesalahan penyajian yang berdampak material
terhadap laporan keuangan periode berjalan; dan
b) Kebijakan akuntansi yang tepat yang tercermin dalam saldo awal telah
diterapkan secara konsisten dalam laporan keuangan periode berjalan, atau
perubahannya telah dicatat dengan tepat serta disajikan dan diungkapkan
25

secara memadai berdasarkan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.


DEFINISI
4. Untuk tujuan SPA ini, istilah berikut bermakna sebagaimana dijelaskan di bawah ini:
a) Perikatan audit tahun pertamaSuatu perikatan yang:
- Laporan keuangan untuk periode lalu tidak diaudit; atau
- Laporan keuangan untuk periode lalu diaudit oleh auditor pendahulu.
b) Saldo awalSaldo akun yang ada pada awal periode. Saldo awal didasarkan
pada saldo akhir periode lalu dan mencerminkan dampak transaksi dan
kejadian periode lalu dan kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam periode
lalu. Saldo awal juga mencakup hal-hal yang memerlukan pengungkapan yang
telah ada pada awal periode, seperti kontijensi dan komitmen.
c) Auditor pendahuluAuditor dari KAP lain, yang mengaudit laporan
keuangan suatu entitas dalam periode lalu dan telah digantikan oleh auditor
pengganti.
KETENTUAN PROSEDUR AUDIT
Saldo Awal
5. Auditor harus membaca laporan keuangan terkini, jika ada, dan laporan auditor
pendahulu, jika ada, untuk informasi yang relevan dengan saldo awal, termasuk
pengungkapan.
6. Auditor harus memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang apakah saldo
awal mengandung kesalahan penyajian material dan berdampak terhadap laporan
keuangan periode berjalan dengan:
a. Menentukan apakah saldo akhir periode lalu secara benar telah dipindahkan ke
periode berjalan atau, jika tepat, telah disajikan kembali;
b. Menentukan apakah saldo awal telah mencerminkan penerapan kebijakan
akuntansi yang semestinya; dan
c. Melakukan satu atau lebih hal berikut: (Ref: Para. A3-A7) (i) Mereviu kertas
kerja auditor pendahulu untuk memperoleh bukti yang terkait dengan saldo
-

awal, jika laporan keuangan tahun lalu telah diaudit;


Mengevaluasi apakah prosedur audit yang dilakukan dalam periode berjalan

menyediakan bukti yang relevan dengan saldo awal; atau


Melakukan prosedur audit spesifik untuk memperoleh bukti yang terkait

dengan saldo awal.


7. Jika auditor memperoleh bukti audit bahwa saldo awal mengandung kesalahan
penyajian yang dapat secara material berdampak terhadap laporan keuangan periode
berjalan, auditor harus melakukan prosedur audit tambahan yang diperlukan dalam
kondisi tersebut untuk menentukan dampaknya terhadap laporan keuangan periode
26

berjalan. Jika auditor menyimpulkan bahwa kesalahan penyajian tersebut ada dalam
laporan keuangan periode berjalan, auditor harus mengkomunikasikan kesalahan
penyajian tersebut kepada tingkat manajemen yang semestinya dan pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola berdasarkan SPA 450.

Konsistensi Kebijakan Akuntansi


8. Auditor harus memperoleh bukti audit kompeten yang cukup dan tepat tentang apakah
kebijakan akuntansi yang tercermin dalam saldo awal telah diterapkan secara
konsisten dalam laporan keuangan periode berjalan, dan apakah perubahan kebijakan
akuntansi telah dicatat dengan tepat serta disajikan dan diungkapkan secara memadai
sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
Informasi yang Relevan dalam Laporan Auditor Pendahulu
9. Jika laporan keuangan periode lalu telah diaudit oleh auditor pendahulu dan terdapat
modifikasi terhadap opini, auditor harus mengevaluasi dampak atas hal yang
menyebabkan modifikasi tersebut terhadap penilaian risiko kesalahan penyajian
material dalam laporan keuangan periode berjalan berdasarkan SPA 315.

Kesimpulan dan Pelaporan Audit


Saldo Awal
10. Jika auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat yang berkaitan
dengan saldo awal, auditor harus menyatakan opini wajar dengan pengecualian atau
5
opini tidak menyatakan pendapat berdasarkan SPA 705. (Ref: Para A8)
11. Jika auditor menyimpulkan bahwa saldo awal mengandung kesalahan penyajian yang
material terhadap laporan keuangan periode berjalan, dan dampak kesalahan
penyajian tersebut tidak dicatat dengan tepat, atau tidak disajikan atau diungkapkan
dengan memadai, maka auditor harus menyatakan opini wajar dengan pengecualian
atau opini tidak wajar, berdasarkan SPA 705.
Konsistensi Kebijakan Akuntansi
12. Jika auditor menyimpulkan bahwa:
a. kebijakan akuntansi periode berjalan tidak diterapkan secara konsisten dalam
kaitannya dengan saldo awal berdasarkan kerangka pelaporan keuangan yang
berlaku, atau
b. perubahan atas kebijakana akuntansi tidak dicatat dengan tepat, atau tidak
disajikan atau diungkapkan secara memadai, berdasarkan kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku, auditor harus memberikan opini wajar tanpa
27

pengecualian atau opini tidak wajar berdasarkan SPA 705.


Modifikasi terhadap Opini dalam Laporan Auditor Pendahulu
13. Jika opini auditor pendahulu atas laporan keuangan periode lalu berisi modifikasi
terhadap opini auditor masih relevan dan material terhadap laporan keuangan periode
berjalan, auditor harus memodifikasi opini atas laporan keuangan periode berjalan
berdasarkan SPA 705 dan SPA 710. (Ref: Para. A9)
MATERI PENERAPAN DAN PENJELASAN LAIN
Prosedur audit
Pertimbangan Spesifik terhadap Entitas Sektor Publik (Ref: Para. 6)
A1. Dalam sektor publik, mungkin saja terdapat pembatasan peraturan perundangundangan atas informasi yang dapat diperoleh auditor pengganti dari auditor
pendahulu. Sebagai contoh, jika suatu entitas sektor publik sebelumnya telah diaudit
oleh auditor yang ditunjuk berdasarkan peraturan perundang-undangan (sebagai
contoh, Auditor BPK atau pihak berkualifikasi lainnya yang ditunjuk atas nama
Auditor BPK) diprivatisasi, maka akses ke kertas kerja atau informasi lainnya yang
dapat disediakan oleh auditor yang ditunjuk berdasarkan peraturan perundangundangan kepada auditor yang baru ditunjuk, yang berada dalam sektor swasta,
mungkin dibatasi oleh peraturan perundang-undangan tentang kerahasian. Dalam
situasi yang di dalamnya komunikasi tersebut dibatasi, bukti audit mungkin perlu
diperoleh melalui cara lain dan, jika bukti audit yang cukup dan tepat tidak dapat
diperoleh, maka auditor perlu mempertimbangkan dampaknya terhadap opininya.
A2. Jika auditor yang ditunjuk menurut peraturan perundang-undangan melakukan
outsource suatu audit atas entitas sektor publik ke kantor akuntan publik, dan
menunjuk suatu kantor akuntan publik selain kantor akuntan publik yang mengaudit
laporan keuangan entitas sektor publik dalam periode lalu, hal ini tidak dianggap
sebagai perubahan auditor bagi auditor yang ditunjuk. Tergantung pada sifat
perjanjian outsourcing, suatu perikatan audit mungkin dipandang sebagai perikatan
audit tahun pertama dari perspektif auditor kantor akuntan publik dalam memenuhi
tanggung jawab mereka, dan oleh karena itu SPA ini berlaku.
Saldo Awal (Ref: Para. 6(c))
A3. Sifat dan lingkup prosedur audit yang diperlukan untuk memperoleh bukti audit
yang cukup dan tepat terkait dengan saldo awal tergantung pada hal-hal sebagai
berikut: Kebijakan akuntansi yang diterapkan oleh entitas.Sifat saldo akun, golongan
28

transaksi dan pengungkapan, serta risiko atas kesalahan penyajian material dalam
laporan keuangan periode berjalan.Signifikansi saldo awal sehubungan dengan
laporan keuangan periode berjalan. Apakah laporan keuangan periode lalu telah
diaudit dan, jika demikian, apakah opini auditor pendahulu dimodifikasi.
A4. Jika laporan keuangan periode lalu diaudit oleh auditor pendahulu, auditor
mungkin dapat memperoleh bukti audit yang memadai dan tepat terkait dengan saldo
awal dengan mereviu kertas kerja auditor pendahulu. Apakah reviu tersebut
memberikan bukti audit yang cukup dan tepat dipengaruhi oleh kompetensi dan
independensi profesional auditor pendahulu.
A5. Ketentuan etika dan profesional yang relevan memandu komunikasi auditor
pengganti dengan auditor pendahulu.
A6. Untuk aset dan liabilitas lancar, beberapa bukti audit tentang saldo awal biasanya
diperoleh sebagai bagian dari prosedur audit tahun berjalan. Sebagai contoh,
penerimaan (pembayaran) dari saldo piutang (saldo utang) awal tahun dalam tahun
berjalan akan memberikan bukti audit tentang keberadaan, hak dan kewajiban,
kelengkapan dan penilaian yang terkandung dalam saldo awal akun-akun tersebut.
Dalam kasus sediaan, auditor mungkin mengalami kesulitan untuk memperoleh
keyakinan atas sediaan yang pada awal tahun. Oleh karena itu, tambahan prosedur
biasanya diperlukan, dan satu atau lebih dari prosedur berikut dapat memberikan bukti
audit yang memadai dan tepat: Observasi terhadap suatu penghitungan fisik sediaan
yang dilakukan saat ini dan rekonsiliasi hasilnya ke kuantitas sediaan pada awal
tahun.Pelaksanaaan prosedur audit atas penilaian unsur-unsur sediaan awal.
Pelaksanaan prosedur audit atas laba bruto dan pisah batas.
A7. Untuk aset dan liabilitas tidak lancar, seperti aset tetap, investasi, dan utang
jangka panjang, beberapa bukti audit dapat diperoleh dengan memeriksa catatan
akuntansi dan informasi lain yang mendasari saldo awal. Dalam kasus tertentu,
auditor mungkin memperoleh beberapa bukti audit tentang saldo awal melalui
konfimasi dengan pihak ketiga; sebagai contoh, untuk utang jangka panjang dan
investasi. Dalam kasus lainnya, auditor mungkin perlu melakukan berbagai prosedur
audit tambahan.
Kesimpulan dan Pelaporan Audit
Saldo Awal (Ref: Para. 10)
A8. SPA 705 menetapkan ketentuan dan memberikan panduan atas kondisi tertentu
yang dapat menyebabkan suatu modifikasi terhadap opini auditor atas laporan
29

keuangan, jenis opini yang semestinya untuk kondisi tersebut, dan isi laporan auditor
bila opini auditor dimodifikasi. Ketidakmampuan auditor untuk memperoleh bukti
audit yang cukup dan tepat atas saldo awal dapat mengakibatkan satu dari modifikasi
terhadap opini dalam laporan auditor berikut ini:
a) Opini wajar dengan pengecualian atau opini tidak menyatakan pendapat,
sesuai dengan kondisi yang bersangkutan, atau
b) Opini wajar dengan pengecualian atau opini tidak menyatakan pendapat, jika
tepat, atas hasil usaha dan arus kas, jika relevan, dan opini tanpa modifikasian
atas posisi keuangan, kecuali dilarang oleh peraturan perundang-undangan.
Lampiran Mencakup Ilustrasi Laporan Auditor
Modifikasi terhadap Opini dalam Laporan Auditor Pendahulu (Ref: Para. 13)
A9. Dalam beberapa situasi, modifikasi terhadap opini auditor pendahulu mungkin tidak
relevan dan material terhadap opini atas laporan keuangan periode berjalan. Sebagai contoh,
hal ini mungkin terjadi jika ada pembatasan ruang lingkup dalam periode lalu, tetapi masalah
yang menimbulkan pembatasan ruang lingkup tersebut telah diselesaikan dalam periode
berjalan

SA 520
Prosedur Analitis
PENDAHULUAN
Ruang Lingkup SPA
Standar Perikatan Audit (SPA) ini mengatur penggunaan prosedur analitis oleh auditor
sebagai pengujian substantif (prosedur analitis subtantif). SPA ini juga mengatur tanggung
jawab auditor untuk melakukan prosedur analitis pada tahap akhir audit yang akan membantu
auditor pada waktu merumuskan suatu kesimpulan keseluruhan atas laporan keuangan.
Tanggal Berlaku Efektif
SPA ini berlaku efektif untuk audit laporan keuangan untuk periode dimulai pada atau setelah
1 Januari 2013.
Tujuan
Tujuan auditor adalah:
(a) Untuk mendapatkan bukti audit relevan dan andal ketika menggunakan prosedur
analitis substantif;
30

(b) Untuk merancang dan melaksanakan prosedur analitis mendekati akhir audit yang
membantu auditor dalam merumuskan kesimpulan keseluruhan apakah laporan
keuangan konsisten dengan pemahaman auditor terhadap entitas.
DEFINISI
Untuk tujuan SPA, istilah prosedur analitis berarti pengevaluasian terhadap informasi
keuangan yang dilakukan melalui analisis hubungan antara data keuangan dan data
nonkeuangan. Prosedur analitis juga mencakup investigasi sebagaimana yang diperlukan atas
fluktuasi atau hubungan teridentifikasi yang tidak konsisten dengan informasi relevan lain.
(Ref: Para.A1-A3).
KETENTUAN
Prosedur Analitis Substantif
Pada waktu merancang dan melaksanakan prosedur analitis substantif, sendiri atau dalam
kombinasi dengan pengujian rinci, sebagai prosedur substantif berdasarkan SPA 330,3 auditor
harus: (Ref: Para. A4-A5).
(a) Menentukan kecocokan prosedur analitis substantif untuk asersi yang tersedia; (Ref:
Para. A6-A11)
(b) Mengevaluasi

keandalan

data

yang

dijadikan

dasar

oleh

auditor

untuk

mengembangkan ekspektasi atas jumlah tercatat atau rasio; (Ref: Para. A12-A14)
(c) Mengembangkan ekspektasi atas jumlah tercatat atau rasio dan mengevaluasi apakah
ekspektasi tersebut telah cukup tepat untuk mengidentifikasi kesalahan penyajian; dan
(Ref: Para. A15)
(d) Menentukan jumlah perbedaan antara jumlah tercatat dengan nilai yang diharapkan
yang dapat diterima tanpa memerlukan investigasi lebih lanjut seperti yang
disyaratkan oleh paragraf 7. (Ref: Para. A16)
Prosedur Analitis

yang

Membantu Auditor Ketika

Membentuk

Kesimpulan

Keseluruhan
Auditor harus merancang dan melaksanakan prosedur analitis mendekati akhir audit yang
membantu auditor ketika membentuk kesimpulan keseluruhan tentang apakah laporan
keuangan telah disajikan konsisten dengan pemahaman auditor atas entitas.(Ref: Para. A17A19)
Jika prosedur analitis yang dilakukan berdasarkan SPA ini mengidentifikasi adanya fluktuasi
atau hubungan yang tidak konsisten dengan informasi relevan lainnya, maka auditor harus
menginvestigasi perbedaan tersebut dengan cara sebagai berikut:
31

(a) Meminta keterangan kepada manajemen dan memperoleh bukti audit yang tepat dan
relevan dengan respons manajemen; dan
(b) Melaksanakan prosedur audit lainnya yang diperlukan sesuai dengan kondisinya.
(Ref:Para. A20-A21)
MATERI PENERAPAN DAN PENJELASAN LAIN
Definisi Prosedur Analitis (Ref: Para. 4)
A1.

Prosedur analitis mencakup pertimbangan atas perbandingan informasi keuangan


entitas dengan, sebagai contoh: Informasi komparatif periode lalu. Hasil entitas yang
diantisipasi, seperti anggaran atau prakiraan, atau ekpektasi auditor, seperti estimasi
penyusutan.

A2.

Prosedur analitis juga mencakup pertimbangan atas hubungan-hubungan, sebagai


contoh: Di antara unsur-unsur informasi keuangan yang akan diharapkan sesuai
dengan suatu pola yang dapat diprediksi berdasarkan pengalaman entitas, seperti
persentase laba bruto. Antara informasi keuangan dan informasi nonkeuangan yang
relevan, seperti hubungan antara beban gaji dengan jumlah karyawan.

A3.

Berbagai metode dapat digunakan untuk melaksanakan prosedur analitis. Metodemetode tersebut berkisar dari melakukan perbandingan sederhana hingga melakukan
analisis yang kompleks dengan menggunakan teknik statistik yang mutakhir. Prosedur
analitis dapat diterapkan pada laporan keuangan konsolidasian, komponen, dan unsur
informasi secara individu.

Prosedur Analitis Substantif (Ref: Para. 5)


A4.

Prosedur substantif yang dilakukan oleh auditor pada tingkat asersi dapat berupa
pengujian detail, prosedur analitis substantif, atau kombinasi keduanya. Keputusan
tentang prosedur audit mana yang dilakukan dibuat berdasarkan pertimbangan auditor
atas efektivitas dan efisiensi yang diharapkan dari prosedur audit yang tersedia.

A5.

Auditor dapat meminta keterangan kepada manajemen tentang ketersediaan dan


keandalan informasi yang diperlukan untuk menerapkan prosedur analitis substantif,
dan hasil prosedur analitis yang dilakukan oleh entitas.

Ketepatan Prosedur Analitis Tertentu untuk Asersi yang Ada (Ref: Para. 5(a))
A6.

Prosedur analitis substantif pada umumnya lebih dapat diterapkan pada transaksi
dengan volume besar yang cenderung dapat diprediksi sepanjang waktu. Penerapan
32

prosedur analitis yang direncanakan dilakukan berdasarkan ekspektasi bahwa terdapat


hubungan nyata di antara data dan bahwa hubungan tersebut berlanjut dalam kondisi
ketika tidak terdapat kondisi sebaliknya yang diketahui. Namun, ketepatan prosedur
analitis tertentu akan bergantung pada penilaian auditor atas seberapa efektif prosedur
tersebut akan mendeteksi suatu kesalahan penyajian.
A7.

Dalam beberapa kasus, bahkan suatu model prediktif sederhana mungkin efektif
sebagai prosedur analitis. Penggunaan rasio perdagangan yang diakui secara luas
(seperti marjin laba untuk berbagai entitas ritel yang berbeda) seringkali dapat
digunakan secara efektif dalam prosedur analitis substantif untuk menyediakan bukti
yang mendukung kewajaran jumlah yang tercatat.

A8.

Jenis prosedur analitis yang berbeda menyediakan tingkat keyakinan yang berbeda.
Perhitungan dan perbandingan persentase laba bruto sebagai suatu cara untuk
mengonfirmasi jumlah pendapatan dapat menyediakan bukti yang kurang persuasif,
tetapi dapat menyediakan koroborasi yang berguna ketika digunakan bersama dengan
prosedur audit lainnya.

A9.

Penentuan ketepatan prosedur analitis substantif tertentu dipengaruhi oleh sifat asersi
dan penilaian auditor atas risiko kesalahan penyajian material.

A10. Prosedur analitis substantif tertentu dapat juga dianggap tepat ketika pengujian detail
dilakukan atas asersi yang sama.
Pertimbangan Spesifik terhadap Entitas Sektor Publik
A11.

Hubungan antara unsur-unsur laporan keuangan secara individu yang secara


tradisional dipertimbangkan dalam audit entitas bisnis belum tentu selalu relevan
dalam audit entitas pemerintahan atau entitas sektor publik nonbisnis. Selain itu,
karena pengeluaran untuk pembelian aset belum tentu dikapitalisasi, maka
kemungkinan tidak terdapat hubungan antara pengeluaran atas. Disamping itu, data
industri atau statistik untuk tujuan perbandingan belum tentu tersedia di sektor publik.
Namun, hubungan-hubungan lainnya kemungkinan relevan.

Keandalan Data (Ref: Para. 5(b))


A12. Keandalan data dipengaruhi oleh sumber dan sifatnya, serta bergantung pada kondisi
ketika data tersebut diperoleh. Oleh karena itu, hal-hal di bawah ini relevan ketika
menentukan apakah suatu data dapat diandalkan untuk tujuan perancangan prosedur
analitis substantif:
(a) Sumber informasi yang tersedia.
(b) Komparabilitas informasi yang tersedia.
33

(c) Sifat dan relevansi informasi yang tersedia; dan


(d) Pengendalian terhadap penyusunan informasi yang dirancang untuk memastikan
kelengkapan, keakurasian, dan kevaliditasan.
A13. Auditor dapat mempertimbangkan untuk menguji efektivitas operasi pengendalian,
jika relevan, terhadap penyiapan informasi entitas yang digunakan oleh auditor dalam
melakukan prosedur analitis substantif sebagai respons terhadap risiko yang dinilai.
Ketika pengendalian tersebut efektif, pada umumnya auditor memiliki keyakinan yang
lebih besar atas keandalan informasi dan, oleh karena itu, juga atas hasil prosedur
analitis. Keefektivitasan operasi pengendalian terhadap informasi nonkeuangan
seringkali dapat diuji bersamaan dengan pengujian pengendalian lainnya.
A14. Hal-hal yang dibahas dalam paragraf A12(a)-A12(d) adalah relevan tanpa
memperhatikan apakah auditor melaksanakan prosedur analitis substantif atas laporan
keuangan akhir periode entitas, atau pada suatu tanggal interim dan merencanakan
untuk melakukan prosedur analitis substantif untuk periode sisanya. SPA 330
menetapkan ketentuan dan menyediakan panduan atas prosedur substantif yang
dilakukan pada suatu tanggal interim.
Pengevaluasian tentang Apakah Ekspektasi telah Cukup Tepat (Ref: Para. 5(c))
A15. Hal-hal yang relevan dengan evaluasi auditor tentang apakah ekspektasi dapat
dikembangkan dengan cukup tepat untuk mengidentifikasi suatu kesalahan penyajian
yang, jika diagregasikan dengan kesalahan penyajian yang lain, mengakibatkan
laporan keuangan disajikan salah secara material, mencakup: Keakurasian prediksi
hasil yang diharapkan dari prosedur analitis substantive.
Tingkat informasi yang dapat diagregasi.
Ketersediaan informasi, baik informasi keuangan maupun informasi nonkeuangan.
Perbedaan antara Jumlah Tercatat dengan Nilai yang Diharapkan yang Dapat Diterima
(Ref: Para. 5(d)
A16. Penentuan auditor tentang jumlah perbedaan dari ekspektasi yang dapat diterima tanpa
investigasi lebih lanjut dipengaruhi oleh materialitas dan kekonsistensian dengan
tingkat keyakinan yang diinginkan, juga dengan memperhitungkan kemungkinan
bahwa kesalahan penyajian, baik secara individual atau ketika diagregasikan dengan
kesalahan penyajian yang lain, dapat menyebabkan laporan keuangan disajikan salah
secara material. SPA 330 mengharuskan auditor untuk memperoleh bukti audit yang
lebih persuasif ketika semakin tinggi penilaian risiko auditor. Jika risiko yang dinilai

34

meningkat, maka semakin menurun nilai perbedaan yang dapat diterima tanpa
investigasi lebih lanjut untuk mencapai tingkat keyakinan yang diinginkan
Prosedur Analitis yang Membantu dalam Membentuk Kesimpulan Keseluruhan (Ref:
Para. 6)
A17. Kesimpulan yang diperoleh dari hasil prosedur analitis yang dirancang dan
dilaksanakan sesuai dengan paragraf 6 dimaksudkan untuk menguatkan kesimpulan
yang dapat dibuat selama audit laporan keuangan individual komponen atau unsurunsur laporan keuangan. Hal ini membantu auditor untuk membentuk kesimpulan
yang layak sebagai dasar bagi opini auditor.
A18. Hasil prosedur analitis tersebut dapat mengidentifikasi risiko kesalahan penyajian yang
sebelumnya tidak disadari. Dalam kondisi ini, SPA 315 mengharuskan auditor untuk
mengubah penilaian risiko kesalahan penyajian material dan memodifikasi prosedur
audit yang telah direncanakan lebih lanjut sesuai dengan risiko tersebut.
A19. Prosedur analitis yang dilaksanakan berdasarkan paragraf 6 dapat sama dengan
prosedur yang akan digunakan dalam penilaian risiko.
Penginvestigasian Hasil Prosedur Analitis (Ref: Para. 7)
A20. Bukti audit yang relevan dengan respons manajemen dapat diperoleh dengan
mengevaluasi respons tersebut dengan memperhitungkan pemahaman auditor atas
entitas dan lingkungannya, serta dengan bukti audit lain yang diperoleh selama proses
pelaksanaan audit.
A21. Kebutuhan untuk melaksanakan prosedur audit lainnya dapat muncul bila manajemen
tidak mampu menyediakan penjelasan, atau penjelasan bersama dengan bukti audit
yang relevan dengan respons manajemen, dipandang oleh auditor tidak cukup.

SA 530
Sampling Audit
35

PENDAHULUAN
Ruang Lingkup SPA Ini
1. Standar Perikatan Audit (SPA) ini diterapkan ketika auditor telah memutuskan untuk
menggunakan sampling audit dalam pelaksanaan prosedur audit. Hal ini berkaitan dengan
penggunaan sampling statistik maupun nonstatistik.
2. SPA ini melengkapi SPA 5001 yang berkaitan dengan tanggung jawab auditor untuk
merancang dan melaksanakan prosedur audit untuk memperoleh bukti audit yang cukup
dan tepat sebagai dasar yang memadai untuk menarik kesimpulan yang dipakai sebagai
basis opini auditor.
Tanggal Berlaku Efektif
3. SPA ini berlaku efektif untuk audit laporan keuangan untuk periode dimulai pada atau
setelah 1 Januari 2013.
TUJUAN
4. Tujuan penggunaan sampling audit oleh auditor yakni memberikan basis yang memadai
bagi auditor untuk menarik kesimpulan mengenai populasi yang menjadi sumber
pemilihan sampel.
DEFINISI
5. Untuk tujuan SPA ini, istilah berikut memiliki makna sebagai berikut:
(a) Sampling audit (sampling)Penerapan prosedur audit terhadap kurang dari 100% unsur
dalam suatu populasi audit yang relevan sedemikian rupa sehingga semua unit sampling
memiliki peluang yang sama untuk dipilih bagi auditor untuk menarik kesimpulan.
(b) PopulasiKeseluruhan set data yang merupakan sumber dari suatu sampel yang dipilih
dan auditor berkeinginan untuk menarik kesimpulan dari keseluruhan set data tersebut.
(c) Risiko samplingRisiko bahwa kesimpulan auditor yang didasarkan pada suatu sampel
dapat berbeda dengan kesimpulan jika prosedur audit yang sama diterapkan pada
keseluruhan populasi. Dalam suatu pengujian pengendalian, pengendalian tersebut lebih
efektif daripada kenyataannya, atau dalam suatu pengujian rinci, suatu kesalahan
penyajian material tidak ada padahal dalam kenyataannya ada. Auditor lebih khawatir
dengan tipe kesimpulan salah ini karena kesalahan tersebut dapat mempengaruhi
efektifitas audit dan menyebabkan suatu opini audit yang tidak tepat. Jenis kesimpulan
salah semacam ini berdampak terhadap efisiensi audit yang biasanya akan menyebabkan

36

adanya pekerjaan tambahan untuk menetapkan bahwa kesimpulan semula adalah tidak
benar.
(d) Risiko nonsamplingRisiko bahwa auditor mencapai suatu kesimpulan yang salah
dengan alasan apapun yang tidak terkait dengan risiko sampling (Ref: Para A1)
(e) AnomaliSuatu kesalahan penyajian atau penyimpangan yang secara jelas tidak
mewakili kesalahan penyajian atau penyimpangan dalam suatu populasi.
(f) Unit samplingUnsur-unsur individual yang membentuk suatu populasi. (Ref: Para A2)
(g) Sampling statistikSuatu pendekatan sampling yang memiliki karakteristik sebagai
berikut:
(i) Pemilihan unsur-unsur sampel dilaksanakan secara acak; dan (ii) Penggunaan teori
probabilitas untuk menilai hasil sampel, termasuk untuk mengukur risiko sampling.
Pendekatan sampling yang tidak memiliki karakteristik-karakteristik dan dianggap
sebagai sampling nonstatistik.
(h) StratifikasiProses pembagian suatu populasi ke dalam sub-sub populasi.
(i) Salah saji yang dapat diterimasuatu jumlah moneter yang ditetapkan oleh auditor untuk
memperoleh suatu tingkat asurans yang tepat bahwa jumlah kesalahan penyajian yang
ditetapkan oleh auditor tidak melebihi kesalahan penyajian sesungguhnya di dalam
populasi. (Ref: Para A3)
(j) Tingkat penyimpangan yang dapat diterimasuatu tingkat penyimpangan dari prosedur
pengendalian internal yang telah ditetapkan yang ditentukan oleh auditor.
Ketentuan Perancangan, Ukuran dan Pemilihan Unsur-unsur Sampel untuk Diuji
6. Ketika merancang suatu sampel audit, auditor harus mempertimbangkan tujuan prosedur
audit dan karakteristik populasi yang menjadi sumber suatu sampel. (Ref: Para. A4-A9)
7. Auditor harus menentukan suatu ukuran sampel yang cukup untuk mengurangi risiko
sampling. (Ref: Para. A10-A11)
8. Auditor harus memilih unsur-unsur yang akan menjadi sampel sedemikian rupa.
(Ref:Para. A12-A13)

Pelaksanaan Prosedur Audit


9.

Auditor harus melaksanakan prosedur audit yang tepat untuk tujuan yang hendak
dicapai.
37

10. Jika prosedur audit tidak dapat diterapkan pada unsur pilihan, maka auditor harus
melaksanakan prosedur tersebut atas suatu unsur pengganti. (Ref: Para. A14)
11. Audit yang telah dirancang, atau prosedur alternatif lainnya yang sesuai, terhadap suatu
unsur pilihan, maka auditor harus menetapkan unsur tersebut sebagai suatu
penyimpangan dari pengendalian yang telah ditetapkan sebelumnya atau suatu kesalahan
penyajian. (Ref: Para. A15-A16)
Sifat dan Penyebab Penyimpangan dan Salah Saji
12. Auditor harus menginvestigasi sifat dan penyebab penyimpangan atau kesalahan
penyajian yang teridentifikasi serta menilai dampaknya terhadap tujuan prosedur audit.
(Ref: Para. A17)
13. Dalam keadaan tertentu, ketika auditor mempertimbangkan bahwa suatu kesalahan
penyajian atau penyimpangan yang ditemukan dalam suatu sampel adalah suatu anomali,
auditor harus memperoleh tingkat kepastian yang tinggi bahwa kesalahan penyajian atau
penyimpangan semacam itu bukanlah mewakili populasi yang bersangkutan.
Memproyeksikan Salah Saji
14. Auditor harus memproyeksikan kesalahan penyajian yang ditemukan dalam sampel ke
populasi. (Ref: Para. A18-A20)
Pengevaluasian Hasil Sampling Audit
15. Auditor harus menilai:
a. Hasil sampel; dan (Ref: Para. A21-A22)
b. Apakah sampling audit telah menyediakan basis yang wajar untuk penarikan
kesimpulan tentang populasi yang telah diuji. (Ref: Para. A23)
MATERI PENERAPAN DAN PENJELASAN LAIN
Definisi
Risiko Nonsampling (Ref: Para. 5(d))
A1.

Contoh risiko nonsampling mencakup penggunaan prosedur audit yang tidak tepat,
interpretasi yang salah terhadap bukti audit, dan kegagalan untuk mengakui suatu
kesalahan penyajian atau penyimpangan.

Unit Sampling (Ref: Para. 5(f))


A2.

Unit sampling dapat berupa unsur-unsur fisik atau unit moneter.

Salah Saji yang Dapat Diterima (Ref: Para. 5(i))


A3.

Salah saji yang dapat diterima adalah penerapan materialitas kinerja, seperti yang
dijelaskan dalam SPA 3202, terhadap suatu prosedur sampling tertentu. Salah saji
38

yang dapat diterima kemungkinan memiliki jumlah yang sama atau jumlah yang lebih
rendah daripada materialitas kinerja.
Perancangan, Ukuran dan Pemilihan Unsur-unsur Sampel untuk Diuji
Perancangan Sampel (Ref: Para. 6)
A4.

Sampling audit dapat dirancang dengan menggunakan pendekatan sampling secara


statistik atau nonstatistik.

A5.

Ketika merancang suatu sampel audit, pertimbangan auditor mencakup tujuan spesifik
yang hendak dicapai dan kemungkinan kombinasi prosedur audit terbaik untuk dapat
mencapai tujuan tersebut.

A6.

Pertimbangan auditor tentang tujuan prosedur audit, sebagaimana yang disyaratkan


oleh paragraf 6, mencakup suatu pemahaman yang jelas tentang apa yang merupakan
suatu penyimpangan atau kesalahan penyajian sehingga semua, dan hanya, kondisikondisi yang relevan dengan tujuan prosedur audit tersebutlah yang dimasukkan ke
dalam evaluasi terhadap penyimpangan atau pemproyeksian kesalahan penyajian.

A7.

Dalam mempertimbangkan karakteristik suatu populasi untuk pengujian pengendalian,


auditor melakukan suatu penilaian estimasi tingkat penyimpangan berdasarkan
pemahaman auditor tentang pengendalian-pengendalian yang relevan atau berdasarkan
pemeriksaan atas sejumlah kecil unsur dalam populasi.

A8.

Dalam mempertimbangkan karakteristik populasi yang menjadi sumber pengambilan


sampel, auditor mungkin menentukan bahwa stratifikasi atau pemilihan nilai
tertimbang (value-weighted selection) merupakan metode yang tepat.

A9.

Keputusan untuk menggunakan pendekatan statistik atau nonstatistik dalam sampling


membutuhkan pertimbangan auditor; namun, ukuran sampel bukan merupakan kriteria
yang tepat untuk membedakan antara pendekatan tersebut.

Ukuran Sampel (Ref: Para.7)


A10. Tingkat risiko sampling yang auditor bersedia untuk menerimanya berdampak terhadap
ukuran sampel yang diperlukan. Semakin kecil risiko yang auditor bersedia untuk
menerimanya, semakin besar ukuran sampel yang diperlukan.
A11. Ukuran sampel dapat ditentukan melalui penerapan suatu formula berbasis statistik
atau melalui pertimbangan profesional.
Pemilihan Unsur untuk Diuji (Ref: Para. 8)
A12. Dengan sampling statistik, unsur-unsur dipilih dengan suatu cara yang setiap unit
sampling memiliki suatu probabilitas yang diketahui untuk dipilih. Dengan sampling
39

nonstatistik, pertimbangan auditor digunakan untuk memilih unsur yang dijadikan


sampel.
A13. Metode utama pemilihan sampel adalah penggunaan pemilihan acak, pemilihan
sistematik dan pemilihan sembarang (haphazard selection).
Pelaksanaan Prosedur Audit (Ref: Para. 10-11)
A14.

Salah satu contoh ketika auditor perlu melakukan prosedur terhadap suatu unsur
pengganti adalah bila sebuah cek yang telah dibatalkan dipilih sebagai sampel dalam
pengujian atas bukti otorisasi pembayaran. Jika auditor meyakini bahwa cek tersebut
telah dibatalkan dengan tepat sedemikian rupa sehingga bukan merupakan suatu
penyimpangan, maka suatu sampel pengganti yang telah dipilih dengan tepat dapat
diperiksa.

A15. Salah satu contoh ketika auditor tidak dapat menerapkan prosedur audit yang telah
dirancang terhadap suatu unsur pilihan adalah ketika dokumentasi yang berkaitan
dengan unsur tersebut hilang.
A16. Contoh suatu prosedur alternatif yang cocok dapat berupa pemeriksaan terhadap
penerimaan kas di periode
Sifat dan Penyebab dari Penyimpangan dan Salah Saji (Ref: Para. 12)
A17. Dalam menganalisis penyimpangan dan kesalahan penyajian yang teridentifikasi,
auditor dapat mengobservasi bahwa banyak yang memiliki karakteristik umum,
sebagai contoh, jenis transaksi, lokasi, lini produksi atau periode waktu.
A18. Auditor disyaratkan untuk memproyeksikan kesalahan penyajian untuk suatu populasi
untuk mendapatkan pemahaman yang menyeluruh tentang skala kesalahan penyajian,
namun proyeksi ini tidak cukup untuk menentukan suatu jumlah yang harus
disesuaikan.
A19. Jika suatu salah saji telah ditetapkan sebagai suatu anomali, maka hal itu dapat
dikeluarkan ketika memproyeksikan kesalahan penyajian ke populasi. Namun,
pengaruh yang ditimbulkan dari kesalahan penyajian tersebut, jika tidak dikoreksi,
maka masih perlu dipertimbangkan selain proyeksi kesalahan penyajian yang
nonanomali.
A20. Untuk pengujian pengendalian, tidak diperlukan proyeksi penyimpangan secara
eksplisit karena tingkat penyimpangan sampel juga merupakan tingkat penyimpangan
proyeksian untuk populasi secara keseluruhan.
Pengevaluasian Hasil Sampling Audit (Ref: Para. 15)

40

A21. Untuk pengujian pengendalian, suatu tingkat penyimpangan sampel yang tinggi yang
tidak diharapkan dapat meningkatkan risiko kesalahan penyajian material yang telah
ditentukan, kecuali jika diperoleh bukti audit tambahan yang memperkuat penilaian
awal risiko tersebut. A22. Dalam pengujian rinci, kesalahan penyajian proyeksian
ditambah kesalahan penyajian yang bersifat anomali, jika ada, merupakan estimasi
kesalahan penyajian terbaik dalam populasi.
A23. Jika auditor menyimpulkan bahwa sampling audit belum dapat memberikan basis yang
wajar untuk penarikan kesimpulan tentang populasi yang diuji, auditor dapat: Meminta
manajemen untuk menginvestigasi kesalahan penyajian yang telah diidentifikasi dan
potensi terjadinya kesalahan penyajian lebih lanjut serta membuat penyesuaian yang
diperlukan.

SA 540
Audit Atas Estimasi Akuntansi, Termasuk Estimasi Akuntansi Nilai
Wajar, Dan Pengungkapan yang Bersangkutan
PENDAHULUAN
Ruang Lingkup SPA Ini
1. Standar Perikatan Audit (SPA) ini berkaitan dengan tanggung jawab auditor atas
estimasi akuntansi, termasuk estimasi akuntansi nilai wajar, dan pengungkapan yang
bersangkutandalam suatu audit atas laporan keuangan.
Sifat Estimasi Akuntansi
2. Beberapa unsur laporan keuangan tidak dapat diukur secara tepat, namun hanya dapat
diestimasi. Untuk tujuan SPA ini, unsur laporan keuangan seperti itu disebut
sebagaiestimasi akuntansi. Sifat dan keandalan informasi yang tersedia bagi
manajemen untuk mendukung pembuatan estimasi akuntansi bervariasi secara luas,
oleh karena itu berdampak terhadap derajat ketidakpastian estimasi yang berkaitan
dengan estimasi akuntansi.
3. Tujuan pengukuran estimasi akuntansi dapat bervariasi tergantung pada kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku dan unsur keuangan yang dilaporkan. Pada waktu
yang lalu atau di masa depan.

41

4. Perbedaan antara hasil suatu estimasi akuntansi dan jumlah yang semula diakui atau
diungkapkan dalam laporan keuangan tidak selalu merupakan kesalahan penyajian
dalam laporan keuangan.
.Tanggal Berlaku Efektif
5. SPA ini berlaku efektif untuk audit laporan keuangan untuk periode dimulai pada atau
setelah 1 Januari 2013.
TUJUAN
6. Tujuan auditor adalah untuk memperoleh bukti yang cukup dan tepat tentang apakah:
(e) estimasi akuntansi, termasuk estimasi akuntansi nilai wajar, dalam laporan
keuangan, baik yang diakui atau diungkapkan, adalah wajar; dan
(f) pengungkapan yang bersangkutan dalam laporan keuangan adalah memadai
dalamkonteks kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
DEFINISI
7. Untuk tujuan SPA ini, istilah berikut memiliki makna sebagai berikut:
(c) Estimasi akuntansi Suatu penaksiran atas suatu jumlah moneter ketika metode
pengukuran yang akurat tidak tersedia. Istilah ini digunakan untuk suatu jumlah
yang diukur pada nilai wajar ketika terdapat ketidakpastian estimasi dan untuk
jumlah lain yang memerlukan estimasi. Ketika SPA ini hanya mengatur estimasi
akuntansi yang melibatkan pengukuran pada nilai wajar, istilah estimasi
akuntansi nilai wajar digunakan.
(d) Estimasi tunggal auditor atau estimasi kisar auditor Jumlah, atau kisar jumlah,
yang masing-masing diperoleh dari bukti audit yang digunakan dalam
mengevaluasi estimasi tunggal manajemen.
(e) Ketidakpastian estimasi kerentanan

suatu

estimasi

akuntansi

dan

pengungkapan yang bersangkutan terhadap suatu ketiadaan ketepatan bawaan


dalam penyusunan informasi.
(f) Keberpihakan manajemen Ketiadaan netralitas manajemen dalam penyusunan
informasi. Anomali Suatu kesalahan penyajian atau penyimpangan yang secara
jelas tidak mewakili kesalahan penyajian atau penyimpangan dalam suatu
populasi.
(g) Estimasi tunggal manajemen Jumlah yang dipilih oleh manajemen untuk
mengakui atau mengungkapkan dalam laporan keuangan sebagai suatu estimasi
akuntansi.
(h) Hasil suatu estimasi akuntansi Jumlah moneter sesungguhnya yang merupakan
hasil dari penyelesaian transaksi yang mendasari, peristiwa, atau kondisi yang
dituju olehestimasi akuntansi.
42

KETENTUAN
8. Prosedur Penilaian Risiko dan Kegiatan yang Bersangkutan
(a) Ketika pada waktu melaksanakan prosedur penilaian risiko dan kegiatan yang
bersangkutan untuk memperoleh suatu pemahaman atas entitas dan lingkungannya,
termasuk pengendalian internal entitas
(b) Bagaimana manajemen mengidentifikasi transaksi
(c) Bagaimana manajemen membuat estimasi akuntansi, dan suatu pemahaman atas
data yang dipakai sebagai dasar
9. Auditor harus menilai hasil estimasi akuntansi yang dicantumkan dalam laporan
keuangan periode lalu, atau, jika relevan, melakukan kembali estimasi dengan tujuan
untuk periode kini. Sifat dan luas reviu yang dilakukan auditor harus
mempertimbangkan sifat estimasi akuntansi, dan apakah informasi yang diperoleh
dari reviu tersebut relevan untuk mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan
penyajian material atas estimasi akuntansi yang dibuat dalam laporan keuangan
periode kini. Namun, reviu tersebut tidak dimaksudkan untuk mempertanyakan
pertimbangan yang dibuat dalam periode lalu yang didasarkan pada informasi yang
tersedia pada waktu itu. (Ref: Para. A39-A44)
Pengidentifikasian dan Penilaian Risiko Salah Saji Material
10. Dalam

mengidentifikasi

dan

menilai

risiko

kesalahan

penyajian

material,

sebagaimana diharuskan oleh SPA 315 auditor harus mengevaluasi derajat


ketidakpastian estimasi yang bersangkutan dengan estimasi akuntansi. (Ref: Para.
A45-A46)
11. Auditor harus menentukan apakah, menurut pertimbangan auditor, estimasi akuntansi
yangtelah diidentifikasi mempunyai ketidakpastian yang tinggi, yang dapat
menimbulkan risiko signifikan. (Ref: Para. A47-A51)
Prosedur Substantif Lebih Lanjut untuk Merespons Risiko Signifikan
Ketidakpastian Estimasi
12. Untuk estimasi akuntansi yang menimbulkan risiko signifikan, sebagai tambahan
terhadap prosedur substantif yang dilaksanakan untuk memenuhi ketentuan SPA 330,7
auditor harus mengevaluasi hal-hal sebagai berikut:
(a) Bagaimana manajemen telah mempertimbangkan asumsi atau hasil alternatif, dan
alasan penolakan terhadap asumsi atau hasil alternatif tersebut, atau bagaimana
manajemen telah mempertimbangkan ketidakpastian estimasi dalam membuat
estimasi akuntansi. (Ref: Para A103-A104)
(b) Apakah suatu asumsi signifikan yang digunakan oleh manajemen adalah wajar.
(Ref:Para. A107-A109)
43

(c) Jika relevan terhadap kewajaran dari asumsi signifikan yang digunakan oleh
manajemen atau penerapan dengan tepat kerangka pelaporan keuangan yang
berlaku, maksud manajemen untuk melaksanakan serangkaian kegiatan spesifik
dan kemampuan mereka untuk melaksanakan hal tersebut. (Ref: Para. A110)
Kriteria Pengakuan dan Pengukuran
13. Untuk estimasi akuntansi yang menimbulkan risiko signifikan, auditor harus
memperolehbukti audit yang cukup dan tepat tentang apakah:
(a) keputusan manajemen untuk mengakui, atau tidak mengakui, estimasi akuntansi
dalam laporan keuangan; dan (Ref: Para. A113-A114)
(b) dasar pengukuran yang dipilih untuk estimasi akuntansi, (Ref: Para. A115) adalah
sesuai dengan ketentuan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
Penilaian Kewajaran Estimasi Akuntansi, dan Penentuan Salah Saji
14. Auditor harus mengevaluasi, berdasarkan bukti audit, apakah estimasi akuntansi
dalam laporan keuangan adalah wajar dalam konteks kerangka pelaporan keuangan
yang berlaku, atau disajikan salah. (Ref: Para. A116-A119).
Pengungkapan yang Berkaitan dengan Estimasi Akuntansi
15. Auditor harus memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang apakah
pengungkapan dalam laporan keuangan yang berkaitan dengan estimasi akuntansi
telah sesuai dengan ketentuan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku. (Ref: Para.
A120-A121)
16. Untuk estimasi akuntansi yang menimbulkan risiko signifikan, auditor harus juga
mengevaluasi kecukupan pengungkapan ketidakpastian estimasi dalam laporan
keuangan dalam konteks kerangka pelaporan keuangan yang berlaku. (Ref: Para.
A122-A123)
Indikator Kemungkinan Keberpihakan Manajemen
17. Auditor harus mereviu pertimbangan dan keputusan yang dibuat oleh manajemen
dalam membuat estimasi akuntansi untuk mengidentifikasi apakah ada indikator
tentang kemungkinan keberpihakan manajemen. Indikator tentang kemungkinan
keberpihakan manajemen tidak dengan sendirinya merupakan kesalahan penyajian
untuk tujuan penarikan kesimpulan atas kewajaran estimasi akuntansi secara
individual. (Ref: Para. A124-A125)
Representasi Tertulis
18. Auditor harus memperoleh representasi tertulis dari manajemen dan, jika relevan,
pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola apakah mereka yakin bahwa asumsi

44

signifikan yang digunakan dalam membuat estimasi akuntansi adalah wajar. (Ref:
Para. A126-A127).
Dokumentasi
19. Auditor harus memasukkan dalam dokumentasi auditnya:8
(a)Dasar kesimpulan auditor tentang kewajaran estimasi

akuntansi

dan

pengungkapannya yang menimbulkan risiko signifikan; dan


(b) Indikator kemungkinan keberpihakan manajemen, jika ada. (Ref: Para. A128)
MATERI PENERAPAN DAN PENJELASAN LAIN
Sifat Estimasi Akuntansi (Ref: Para.2)
A1.

Oleh karena ketidakpastian bawaan dalam kegiatan bisnis, beberapa unsur laporan
keuangan hanya dapat diestimasi. Di samping itu, karakteristik spesifik dari suatu
aset, liabilitas, atau komponen ekuitas, atau dasar atau metode pengukuran yang
ditetapkan oleh kerangka pelaporan keuangan dapat menimbulkan kebutuhan untuk
mengestimasi suatu unsur laporan keuangan. Beberapa kerangka pelaporan keuangan
menetapkan metode spesifik pengukuran dan pengungkapan yang harus dilakukan
dalam laporan keuangan, sementara kerangka pelaporan keuangan lain kurang begitu
spesifik. Lampiran SPA ini membahas pengukuran dan pengungkapan nilai wajar
menurut kerangka pelaporan keuangan yang berbeda.

A2.

Beberapa estimasi akuntansi melibatkan ketidakpastian estimasi yang secara relatif


rendah dan mungkin menimbulkan risiko kesalahan penyajian rendah, sebagai contoh:
Estimasi akuntansi yang timbul dalam entitas yang melakukan bisnis yang tidak
kompleks. Estimasi akuntansi yang sering dibuat atau diperbaharui karena estimasi
tersebut berhubungan dengan transaksi rutin. Estimasi akuntansi yang diperoleh dari
data yang tersedia, seperti tarif bunga yang dipublikasikan atau harga sekuritas yang
diperdagangkan di pasar modal. Data tersebut dapat disebut sebagai data yang dapat
diobservasi dalam konteks suatu estimasi akuntansi nilai wajar. Estimasi akuntansi
nilai wajar yang metode pengukurannya ditetapkan oleh kerangka pelaporan keuangan
yang berlaku adalah sederhana dan mudah diterapkan terhadap aset atau liabilitas
yang memerlukan pengukuran pada nilai wajar. Estimasi akuntansi nilai wajar yang
menggunakan model yang dikenal dan dapat diterima secara umum, dengan syarat
bahwa asumsi atau data yang dimasukan ke dalam model tersebut dapat diobservasi.

A3.

Namun, untuk beberapa estimasi akuntansi, mungkin terdapat ketidakpastian yang


relatif tinggi, terutama jika estimasi tersebut didasarkan pada asumsi signifikan,
sebagai contoh:
45

Estimasi akuntansi yang berkaitan dengan hasil dari suatu tuntutan pengadilan.
Estimasi akuntansi nilai wajar untuk instrumen keuangan derivatif yang tidak
diperdagangkan di publik.
Estimasi akuntansi nilai wajar yang menggunakan suatu model yang dikembangkan
oleh entitas yang sangat tinggi spesialisasinya atau yang menggunakan asumsi
ataudata yang tidak dapat diobservasi di pasar.
A5.

Tidak semua unsur laporan keuangan yang memerlukan pengukuran pada nilai wajar,
melibatkan ketidakpastian estimasi. Sebagai contoh, hal ini dapat terjadi untuk
beberapa unsur laporan keuangan yang di dalamnya terdapat suatu pasar terbuka dan
aktif yang menyediakan informasi yang siap tersedia dan andal tentang harga pada
saat pertukaran sesungguhnya terjadi, dalam kasus tersebut keberadaan harga
penawaran yangdipublikasikan biasanya merupakan bukti audit terbaik untuk nilai
wajar. Namun demikian, ketidakpastian estimasi dapat terjadi meskipun metode
penilaian dan data telah ditetapkan dengan baik. Sebagai contoh, penilaian sekuritas
yang ditawarkan di suatu pasar terbuka dan aktif pada harga pasar di bursa
kemungkinan memerlukan penyesuaian jika kepemilikan adalah signifikan dalam
hubungannya dengan pasar atau terkena pembatasan dalam pemasarannya. Di
samping itu, keadaan ekonomi umum yang terjadi pada saat itu, sebagai contoh, pasar
tertentu yang tidak likuid dapat berdampak terhadap ketidakpastian estimasi.
Akun penyisihan piutang tidak tertagih.
Sediaan yang usang.
Kewajiban jaminan.
Metode depresiasi atau umur ekonomis aset.
Cadangan terhadap nilai tercatat investasi dimana terdapat ketidakpastian tentang nilai
yang dapat dipulihkan.
Hasil kontrak jangka panjang.
Beban yang timbul dari penyelesaian atau keputusan perkara pengadilan.

A7.

Contoh tambahan situasi dimana estimasi akuntansi nilai wajar mungkin diperlukan
mencakup:
Instrumen keuangan yang kompleks, yang tidak diperdagangkan di suatu pasar
terbuka dan aktif.
Pembayaran berbasis saham
Properti atau alat-alat yang tersedia untuk dijual.

46

Aset atau liabilitas tertentu yang diperoleh dalam suatu kombinasi bisnis termasuk
goodwill dan aset tak berwujud.
Transaksi yang melibatkan pertukaran aset atau liabilitas di antara pihak independen
tanpa adanya unsur moneter, sebagai contoh, suatu pertukaran tanpa moneter fasilitas
pabrik dalam lini bisnis yang berbeda.
A8.

Estimasi melibatkan pertimbangan berdasarkan informasi yang tersedia pada waktu


laporan keuangan disusun. Untuk banyak estimasi akuntansi, estimasi mencakup
pembuatan asumsi tentang hal yang tidak pasti pada waktu estimasi dibuat. Auditor
tidakbertanggung jawab untuk memprediksi kondisi, transaksi, atau peristiwa masa
depan yang, jika diketahui pada saat audit, kemungkinan berdampak signifikan
terhadaptindakan manajemen atau asumsi yang digunakan oleh manajemen.

Keberpihakan Manajemen
A9.

Kerangka pelaporan keuangan seringkali menuntut netralitas, yaitu, bebas


darikeberpihakan. Namun, estimasi akuntansi adalah tidak tepat, dan dapat
dipengaruhi oleh pertimbangan manajemen. Pertimbangan tersebut mungkin
melibatkan keberpihakan manajemen yang tidak disengaja atau disengaja (sebagai
contoh, sebagai suatu akibat dari motivasi untuk mencapai hasil yang diharapkan).
Kerentanan suatu estimasi akuntansi terhadap keberpihakan manajemen meningkat
dengan subjektivitas yang terdapat pada waktu membuat estimasi tersebut.
Keberpihakan manajeman yang tidak disengaja dan keberpihakan manajemen yang
potensial disengaja merupakan bawaan dalam keputusan yang bersifat subjektif yang
seringkali diharuskan dalam pembuatan estimasi akuntansi. Untuk audit yang
berlanjut, indikator keberpihakan manajemen yang teridentifikasi selama periode
audit sebelumnya mempengaruhi perencanaan dan identifikasi resiko serta kegiatan
penilaian auditor dalam periode kini.

A10. Keberpihakan manajemen mungkin sulit untuk dideteksi pada suatu tingkat
akun.Keberpihakan tersebut mungkin hanya dapat diidentifikasi pada waktu auditor
mempertimbangkan agregasi kelompok estimasi akuntansi atau semua estimasi
akuntansi, atau pada waktu auditor mengobservasi beberapa periode akuntansi.
Meskipun beberapa bentuk keberpihakan manajemen merupakan bawaan dalam
keputusan subjektif, dalam melakukan pertimbangan tersebut kemungkinan tidak
terdapat kesengajaan oleh manajemen untuk menyesatkan pemakai laporan keuangan.
Namun, jika terdapat kesengajaan untuk menyesatkan pemakai laporan keuangan,
keberpihakan manajemen merupakan suatu kecurangan.
47

Pertimbangan Spesifik terhadap Entitas Sektor Publik


A11.

Entitas sektor publik kemungkinan memegang aset khusus yang untuk aset tersebut
tidak tersedia sumber informasi atau ada sumber informasi yang andal untuk tujuan
pengukuran aset tersebut pada nilai wajar atau dasar lain nilai kini, atau kombinasi di
antara keduanya. Seringkali aset khusus yang dimiliki tidak menghasilkan arus kas
dan tidak memiliki pasaryang aktif. Oleh karena itu, pengukuran pada nilai wajar
biasanya mengharuskan estimasi dan kemungkinan kompleks, dan dalam beberapa
kasus yang jarang terjadi mungkin pengukuran nilai wajar tersebut sama sekali tidak
dapat dilakukan.

Prosedur Penilaian Risiko dan Kegiatan yang Berkaitan (Ref: Para. 8)


A12. Prosedur penilaian risiko dan kegiatan yang berkaitan yang diharuskan oleh paragraf 8
SPA ini membantu auditor dalam mengembangkan suatu harapan tentang sifat dan
jenis estimasi akuntansi yang kemungkinan dimiliki oleh entitas. Pertimbangan utama
auditor adalah apakah pemahaman yang diperoleh cukup untuk mengidentifikasi dan
menilai risiko kesalahan penyajian material dalam hubungannya dengan estimasi
akuntansi, dan untuk merencanakan sifat, saat, dan luas prosedur audit lebih lanjut.
Pemerolehan Suatu Pemahaman tentang Ketentuan Kerangka Pelaporan Keuangan yang
Berlaku (Ref: Para. 8.a)
A13. Pemerolehan suatu pemahaman tentang ketentuan kerangka pelaporan keuangan yang
berlaku membantu auditor dalam menentukan apakah kerangka tersebut, sebagai
contoh:Menetapkan kondisi tertentu untuk pengakuan,9 atau metode untuk
pengukuran estimasi akuntansi. Menyebutkan kondisi tertentu yang memperbolehkan
atau mengharuskan pengukuran pada suatu nilai wajar, sebagai contoh, dengan
mengacu ke maksud manajemen untuk melaksanakan serangkaian kegiatan tertentu
yang berkaitan dengan aset atau liabilitas. Menyebutkan pengungkapan yang
diperbolehkan atau diharuskan. Pemerolehan pemahaman ini juga menyediakan suatu
dasar bagi auditor untuk melakukan pembahasan dengan manajemen tentang
bagaimana manajemen telah menerapkan ketentuan tersebut yang relevan dengan
estimasi akuntansi, dan penentuan oleh auditor tentang apakah manajemen telah
menerapkannya secara tepat.
A14. Kerangka pelaporan keuangan mungkin menyediakan panduan bagi manajemen untuk
menentukan estimasi tunggal dimana terdapat alternatif. Sebagai contoh, beberapa
kerangka pelaporan keuangan mengharuskan estimasi tunggal yang dipilih merupakan
48

alternatif yang mencerminkan pertimbangan manajemen tentang hasil yang paling


mungkin.10 Kerangka pelaporan keuangan lainnya mungkin mengharuskan, sebagai9
Hampir semua kerangkapelaporan keuangan mensyaratkan pencantuman unsur dalam
laporan posisi keuangan atau laporan laba rugi komprehensif yang memenuhi kriteria
untuk pengakuan. Pengungkapan kebijakan akuntansi atau penambahan catatan atas
laporan keuangan tidak mengoreksi suatu kegagalan untuk mengakui unsur tersebut,
termasuk estimasi akuntansi. 10 Kerangka pelaporan keuangan yang berbeda mungkin
menggunakan istilah yang berbeda untuk menggambarkan estimasi tunggal yang
ditentukan dalam cara ini. Contoh, penggunaan suatu discounted probability-weighted
expected value. Dalam beberapa kasus, manajemen mungkin dapat membuat suatu
estimasi tunggal yang andal hanya setelah mempertimbangkan asumsi atau hasil
alternatif, yang dari situ dapat ditentukan suatu estimasi tunggal.
A15.

Kerangka pelaporan keuangan mungkin mengharuskan pengungkapan informasi


tentang asumsi signifikan yang menjadi penyebab estimasi akuntansi secara khusus
sensitif. Di samping itu, jika terdapat ketidakpastian estimasi yang tinggi, beberapa
kerangka pelaporan keuangan tidak memperbolehkan suatu estimasi akuntansi diakui
dalam laporan keuangan, namun pengungkapan tertentu mungkin diharuskan dalam
catatan atas laporan keuangan.

Pemerolehan Pemahaman tentang Bagaimana Manajemen Mengidentifikasi Kebutuhan


untuk Estimasi Akuntansi
A16. Penyusunan laporan keuangan menuntut manajemen untuk menentukan apakah suatu
transaksi, peristiwa, atau kondisi menimbulkan kebutuhan untuk membuat estimasi
akuntansi, dan bahwa semua estimasi akuntansi yang diperlukan telah diakui, diukur
dan diungkapkan dalam laporan keuangan sesuai dengan kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku.
A17. Identifikasi manajemen atas transaksi, peristiwa, dan kondisi yang menimbulkan
kebutuhan untuk estimasi akuntansi kemungkinan didasarkan pada:Pengetahuan
manajemen tentang bisnis entitas dan industri yang di dalamnya entitas tersebut
beroperasi. Pengetahuan manajemen tentang pengimplementasian strategi bisnis
dalam periode kini.
A18. Pemahaman auditor tentang entitas dan lingkungannya yang diperoleh selama
pelaksanaan prosedur penilaian risiko, bersama dengan bukti audit lain yang diperoleh
selama pelaksanaan audit, membantu auditor dalam mengidentifikasi keadaan, atau

49

perubahan dalam keadaan, yang mungkin menimbulkan kebutuhan untuk suatu


estimasi akuntansi.
A19. Permintaan keterangan dari manajemen tentang perubahan dalam keadaan dapat
mencakup, sebagai contoh, permintaan keterangan apakah:
Entitas telah melakukan perikatan dalam suatu jenis transaksi baru yang mungkin
menimbulkan estimasi akuntansi.
Syarat transaksi yang menimbulkan estimasi akuntansi telah berubah.
Kebijakan akuntansi yang berhubungan dengan estimasi akuntansi telah berubah,
sebagai akibat dari perubahan ketentuan kerangka pelaporan keuangan yang
berlakuatau sebaliknya.
Peraturan atau perubahan lain di luar kendali manajemen telah terjadi yang mungkin
mengharuskan manajemen untuk merevisi atau membuat estimasi akuntansi yang
baru.
Kondisi atau peristiwa baru telah terjadi yang mungkin menimbulkan kebutuhan
untuk,estimasi akuntansi revisian atau baru.
A20. Selama audit, auditor mungkin mengidentifikasi transaksi, peristiwa, dan kondisi yang
menimbulkan kebutuhan untuk estimasi akuntansi yang manajemen gagal untuk
mengidentifikasi. SPA 315 berhubungan dengan keadaan yang di dalamnya auditor
mengidentifikasi risiko kesalahan penyajian material yang manajemen gagal untuk
mengidentifikasi, termasuk penentuan apakah terdapat suatu defisiensi signifikan
dalam pengendalian internal terhadap proses penilaian risiko entitas.

SA 550
Pihak Berelasi
PENDAHULUAN
Ruang Lingkup SPA Ini
1. Standar Perikatan Audit (SPA) ini berkaitan dengan tanggung jawab auditor atas
hubungan dan transaksi pihak berelasi dalam suatu audit atas laporan keuangan.
Sifat Hubungan dan Transaksi Pihak Berelasi
2. Banyak transaksi pihak berelasi merupakan hal yang normal dalam bisnis. Dalam
keadaanseperti itu, transaksi tersebut kemungkinan tidak membawa risiko kesalahan
50

penyajian material yang lebih tinggi dalam laporan keuangan daripada transaksi sama
dengan pihaktidak-berelasi. Namun, sifat hubungan dan transaksi pihak berelasi,
dalam beberapakeadaan, menimbulkan risiko kesalahan penyajian material yang lebih
tinggi dalam laporan keuangan daripada transaksi dengan pihak tidak-berelasi.
Tanggung Jawab Auditor
3. Oleh karena pihak berelasi tidak independen satu dengan lainnya, banyak kerangka
pelaporan keuangan yang menetapkan ketentuan akuntansi dan pengungkapan
spesifik untuk hubungan, transaksi, dan saldo pihak berelasi untuk memungkinkan
pemakai laporan keuangan memahami sifat dan dampak aktual atau potensial
terhadap laporan keuangan. Bila kerangka pelaporan keuangan yang berlaku
menetapkan ketentuan seperti itu, auditor bertanggung jawab untuk melaksanakan
prosedur audit untuk mengidentifikasi, menilai, dan merespons risiko kesalahan
penyajian material yang timbul dari kegagalan entitas untuk secara tepat mencatat
atau mengungkapkan hubungan, transaksi, atau saldo pihak berelasi sesuai dengan
ketentuan kerangka tersebut.
4. Bahkan jika kerangka pelaporan keuangan menetapkan minimal atau tanpa ketentuan
pihak berelasi, auditor perlu memperoleh suatu pemahaman yang cukup tentang
hubungan transaksi pihak berelasi entitas.
5. pemahaman tentang hubungan dan transaksi pihak berelasi entitas adalah relevan
untuk pengevaluasian auditor terhadap apakah terdapat satu atau lebihrisiko
kecurangan.
6. Oleh karena keterbatasan inheren suatu audit, terdapat risiko yang tidak dapat
dihindari bahwa beberapa kesalahan penyajian material laporan keuangan
kemungkinan tidak dapat dideteksi. Manajemen mungkin tidak menyadari adanya
semua hubungan dan transaksi pihak berelasi, khususnya jika kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku tidak menetapkanketentuan pihak berelasi.
7. Perencanaan dan pelaksanaan audit dengan skeptisisme profesional diharuskan oleh
SPA 200,6 oleh karena itu terutama penting dalam konteks ini, jika terdapat hubungan
dan transaksi pihak berelasi yang tidak diungkapkan. Ketentuan dalam SPA ini
dirancang untuk membantu auditor dalam mengidentifikasi dan menilai risiko
kesalahan penyajian material yang berkaitan dengan hubungan dan transaksi pihak
berelasi, dan dalam merancang prosedur audit untuk merespons risiko yang telah
ditentukan tersebut.
Tanggal Berlaku Efektif
8. SPA ini efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode dimulai pada atau
setelah tanggal 1 Januari 2013.
51

TUJUAN
9. Tujuan auditor adalah:
(a) Terlepas apakah kerangka pelaporan keuangan yang berlaku menetapkan
ketentuan pihak berelasi, memperoleh suatu pemahaman tentang hubungan
dantransaksi pihak berelasi untuk dapat:
(i) Mengidentifikasi faktor-faktor risiko kecurangan, jika ada, yang timbul dari
hubungan dan transaksi pihak berelasi yang relevan dengan pengidentifikasian dan
penilaian risiko kesalahan penyajian material karena kecurangan; dan
(ii) Menyimpulkan, berdasarkan bukti audit yang diperoleh, apakah laporan keuangan,
sejauh ini dipengaruhi oleh hubungan dan transaksi pihak berelasi tersebut:
Mencapai penyajian wajar (untuk kerangka penyajian wajar); atau Tidak menyesatkan
(untuk kerangka kepatuhan); dan
(b) Di samping itu, jika kerangka pelaporan keuangan menetapkan ketentuan pihak
berelasi, memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang apakah hubungan dan
transaksi pihak berelasi telah dengan tepat diidentifikasi,dipertanggungjawabkan, dan
diungkapkan dalam laporan keuangan sesuai dengan kerangka tersebut.
DEFINISI
10. Untuk tujuan SPA ini, istilah berikut memiliki makna seperti di bawah ini:
(a) Transaksi wajar (arms length transactionSuatu transaksi yang dilaksanakan
berdasarkan syarat-syarat dan kondisi antara seorang pembeli yang bersedia dan
seorang penjual yang bersedia yang tidak berhubungan dan yang bertindak
secara independen satu dengan lainnya serta berusaha untuk mewujudkan
kepentingan terbaik mereka masing-masing.
(b) Pihak berelasiSuatu pihak yang berupa: (Ref: Para. A4-A7)
(i) Suatu pihak berelasi sebagaimana didefinisikan dalam kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku; atau (ii) Bilamana kerangka pelaporan keuangan yang
berlaku menetapkan minimal atau tidak ada ketentuan pihak berelasi:
a. Seorang individu atau entitas lain yang memiliki pengendalian atau

pengaruh signifikan, secara langsung atau tidak langsung melalui satu


atau beberapa perantara, terhadap entitas pelapor.
b. Entitas lain yang terhadapnya entitas pelapor memiliki pengendalian atau
pengaruh signifikan, secara langsung atau tidak langsung melalui satu
atau lebih perantara; atauc. Entitas lain yang berada di bawah
pengendalian bersama dengan entitas pelapor melalui pemilikan:
52

i. Kepemilikan pengendalian bersama,


ii. Pemilik yang merupakan anggota keluarga dekat;
iii. Manajemen kunci bersama.
Namun, entitas yang berada di bawah pengendalian bersama oleh negara (yaitu pusat,
provinsi, atau kabupaten) tidak dipandang berelasi kecuali jika mereka melaksanakan
transaksi signifikan atau berbagi sumber daya sedemikian luas satu dengan lainnya.

KETENTUAN
Penilaian Risiko dan Aktivitas Terkait
11. Sebagai bagian dari prosedur penilaian risiko dan aktivitas terkait yang SPA 315 dan
SPA 240 mengharuskan auditor untuk melaksanakannya selama audit,7 auditor harus
melaksanakan prosedur audit dan aktivitas terkait yang ditetapkan dalam paragraf 1217 untuk memperoleh informasi relevan guna mengidentifikasi risiko kesalahan
penyajian material yang berkaitan dengan hubungan dan transaksi pihak berelasi.
(Ref: Para. A8)
Pemahaman atas Hubungan dan Transaksi Pihak Berelasi Entitas
12. Pembahasan tim perikatan yang disyaratkan oleh SPA 315 dan SPA 2408 harus
mencakup pertimbangan spesifik tentang kerentanan laporan keuangan terhadap
kesalahan penyajian material karena kecurangan atau kesalahan yang dapat timbul
dari hubungan dan transaksi pihak berelasi entitas. (Ref: Para. A9-A10)
13. Audior harus meminta keterangan dari manajemen tentang:
(g) Identitas pihak berelasi entitas, termasuk perubahan dari periode sebelumnya;
(Ref:Para. A11-A14)
(h) Sifat hubungan antara entitas dan pihak berelasi tersebut; dan
(i) Apakah entitas melakukan transaksi dengan pihak berelasi ini selama periode
tersebut dan, jika demikian, jenis dan tujuan transaksi tersebut.
14. Auditor harus meminta keterangan dari manajemen dan pihak lain dalam entitas, dan
melaksanakan prosedur penilaian risiko lainnya yang dipandang tepat, untuk
memperoleh suatu pemahaman tentang pengendalian, jika ada, bahwa manajemen
telah menetapkan untuk: (Ref: Para. A15-A20)
(i) Mengidentifikasi, mencatat, dan mengungkapkan hubungan dan transaksi pihak
berelasi sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku;
53

(j) Mengotorisasi dan menyetujui transaksi dan pengaturan signifikan dengan pihak
berelasi.
(k) Mengotorisasi dan menyetujui transaksi dan pengaturan signifikan di luar bisnis
normal.
Menjaga Kewaspadaan Terhadap Informasi Pihak Berelasi Pada Waktu Mereviu Catatan
atau Dokumen
15. Selama audit, auditor harus tetap waspada, saat menginspeksi catatan atau dokumen,
untuk pengaturan atau informasi lain yang dapat menunjukkan adanya hubungan atau
transaksi pihak berelasi yang belum diidentifikasi dan diungkapkan sebelumnya oleh
manajemen kepada auditor. (Ref: Para. A22-A23) Khususnya, auditor harus
menginspeksi indikasi berikut tentang keberadaan hubungan atau transaksi pihak
berelasi yang belum diidentifikasi dan diungkapkan sebelumnya oleh manajemen
kepada auditor :
(a) Konfirmasi bank dan hukum yang diperoleh sebagai bagian prosedur auditor;
(b) Risalah rapat pemegang saham dan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola;
dan
(c) Catatan atau dokumen lain yang auditor memandang perlu sesuai dengan keadaan
entitas.
16. Jika auditor mengidentifikasi transaksi signifikan di luar bisnis normal entitas ketika
melaksanakan prosedur audit yang dituntut oleh paragraf 15 atau melalui prosedur
audit lain, auditor harus meminta keterangan dari manajemen tentang: (Ref: Para.
A24-A25) (a) Sifat transaksi tersebut; dan (Ref: Para. A26)
(b) Apakah melibatkan pihak berelasi. (Ref: Para. A27)
Berbagi Informasi Tentang Pihak Berelasi dengan Tim Perikatan
17. Auditor harus berbagi informasi relevan yang diperoleh tentang pihak berelasi entitas
dengan anggota lain tim perikatan. (Ref: Para. A28).
Pengidentifikasian dan Penilaian Risiko Kesalahan Penyajian Material yang
Berkaitandengan Hubungan dan Transaksi Pihak Berelasi
18. Dalam memenuhi ketentuan SPA 315 untuk mengidentifikasi dan menilai risiko
kesalahan penyajian material,9 auditor harus mengidentifikasi dan menilai risiko
kesalahan penyajian 9 SPA 315, paragraf 25. material yang berkaitan dengan
hubungan dan transaksi pihak berelasi dan menentukan apakah di antara risiko
tersebut merupakan risiko signifikan. Dalam membuat penentuan ini, auditor harus
memperlakukan transaksi signifikan pihak berelasi di luar kegiatan normal bisnis
entitas menimbulkan risiko signifikan.
19. Jika auditor mengidentifikasi faktor-faktor risiko kecurangan (termasuk keadaan yang
berhubungan dengan adanya suatu pihak berelasi dengan pengaruh yang dominan)
54

pada waktu melaksanakan proses penilaian risiko dan aktivitas yang berkaitan dalam
hubungannya dengan pihak berelasi, auditor harus mempertimbangkan informasi
tersebut pada waktu mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material
karena kecurangan berdasarkan SPA 240. (Ref: Para. A6 dan A29-A30)
Respons terhadap Risiko Kesalahan Penyajian Material yang Berhubungan dengan
Hubungan dan Transaksi Pihak Berelasi
20. Sebagai bagian dari ketentuan SPA 330 bahwa auditor merespons terhadap risiko
yang telah dinilai,10 auditor merancang dan melaksanakan prosedur audit lanjutan
untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang risiko kesalahan
penyajian material yang telah dinilai yang berkaitan dengan hubungan dan transaksi
pihak berelasi. Proseduraudit ini harus mencakup prosedur yang disyaratkan oleh
paragraf 21-24. (Ref: Para. A31-34).
Pengidentikasian Pihak Berelasi yang Sebelumnya Tidak Teridentifikasi atau Tidak
Diungkapkan atau Transaksi Pihak Berelasi yang Signifikan
21. Jika auditor mengidentifikasi pengaturan atau informasi yang menunjukkan adanya
hubungan atau transaksi pihak berelasi yang oleh manajemen tidak diidentifikasi atau
diungkapkan sebelumnya kepada auditor, auditor harus menentukan apakah keadaan
yang mendasarinya menegaskan adanya hubungan atau transaksi tersebut.
22. Jika auditor mengidentifikasi pihak berelasi atau transaksi signifikan pihak yang
memiliki hubungan istimewa yang tidak diidentifikasi atau diungkapkan sebelumnya
oleh manajemen kepada auditor, auditor harus:
(a) Segera mengkomunikasikan informasi relevan tersebut kepada anggota lain tim
perikatan; (Ref: Para. A35)
(b) Jika kerangka pelaporan keuangan yang berlaku menetapkan ketentuan pihak
berelasi:
(i) Meminta kepada manajemen untuk mengidentifikasi semua transaksi
dengan
(ii) Pihak berelasi yang baru diidentifikasi tersebut untuk dievaluasi lebih
lanjut oleh auditor; dan
(iii) Meminta keterangan tentang mengapa pengendalian entitas terhadap
transaksi pihak berelasi gagal untuk memungkinkan pengidentifikasian
atau pengungkapan hubungan atau transaksi pihak berelasi.
(c) Melaksanakan prosedur audit substantif yang tepat terhadap pihak berelasi yang

baru diidentifikasi tersebut atau transaksi pihak berelasi yang signifikan; (Ref:
Para. A36)
55

(d) Mempertimbangkan kembali risiko bahwa pihak berelasi atau transaksi pihak
berelasi signifikan lainnya kemungkinan ada yang tidak diidentifikasi atau
diungkapkan sebelumnya oleh manajemen kepada auditor, dan melaksanakan
prosedur audit tambahan yang diperlukan; dan 10 SPA 330, paragraf 5-6
(e) Jika tidak adanya pengungkapan tersebut tampak disengaja oleh manajemen (dan
oleh karena itu merupakan indikasi suatu risiko kesalahan penyajian yang
disebabkan oleh kecurangan), mengevaluasi implikasinya terhadap audit. (Ref:
Para. A37)
Transaksi Pihak Berelasi Signifikan Di Luar Kegiatan Normal Bisnis Entitas yang
Teridentifikasi
23. Untuk transaksi pihak berelasi signifikan di luar kegiatan normal bisnis entitas yang
teridentifikasi, auditor harus:
(a) Menginspeksi kontrak atau perjanjian yang melandasi, jika ada, dan
mengevaluasi apakah:
(i) Alasan bisnis (atau tidak ada alasan) transaksi tersebut menunjukkan bahwa
mereka melakukan pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan atau
untuk menyembunyikan penyalahgunaan aset.11 (Ref: Para. A38-A39)
(ii) Syarat-syarat transaksi adalah konsisten dengan penjelasan manajemen; dan
(iii) Transaksi tersebut telah dipertanggungjawabkan secara semestinya dan
diungkapkan sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku; dan
(b) Memperoleh bukti audit bahwa transaksi tersebut telah diotorisasi dan disetujui
dengan tepat. (Ref: Para. A40-A41))
Asersi bahwa Transaksi Pihak Berelasi Dilaksanakan atas Syarat-syarat yang Sama dengan
Transaksi Wajar
24. Jika manajemen telah membuat suatu asersi dalam laporan keuangan bahwa suatu
transaksi pihak berelasi dilaksanakan dengan syarat-syarat yang sama dengan syarat
syarat yang berlaku dalam transaksi yang wajar, auditor harus memperoleh bukti yang
cukup dan tepat tentang asersi tersebut. (Ref: Para. A42-A45)
Pengevaluasian terhadap Akuntansi untuk dan Pengungkapan tentang Hubungan dan
Transaksi Pihak Berelasi yang Teridentifikasi
25. Dalam merumuskan suatu opini atas laporan keuangan berdasarkan SPA 700,12
auditor harus mengevaluasi: (Ref: Para. A46)
(a) Apakah hubungan dan transaksi pihak berelasi yang teridentifikasi telah dicatat
dan diungkapkan sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku; dan
(Ref: Para. A47)
(b) Apakah dampak hubungan dan transaksi pihak berelasi:
56

(i) Mencegah laporan keuangan dari pencapaian penyajian wajar (untuk


kerangka penyajian wajar); atau
(ii) Menyebabkan laporan keuangan menyesatkan (untuk kerangka kepatuhan).
Representasi Tertulis
26. Jika kerangka pelaporan keuangan menetapkan ketentuan pihak berelasi, auditor harus
memperoleh representasi tertulis dari manajemen dan jika relevan, pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola bahwa: (Ref: Para. A48-A49)
(a) Mereka telah mengungkapkan kepada auditor identitas pihak berelasi entitas dan
semua hubungan dan transaksi pihak berelasi tersebut, yang mereka ketahui; dan
(b) Mereka telah mencatat dan mengungkapkan hubungan dan transaksi tersebut
secara tepat sesuai dengan ketentuan kerangka yang berlaku.
Komunikasi dengan Pihak yang Bertanggung Jawab atas Tata Kelola
27. Kecuali semua yang bertanggung jawab atas tata kelola terlibat dalam pengelolaan
entitas,13 auditor harus mengomunikasikan hal-hal signifikan yang timbul selama
audit yang berkaitan dengan pihak berelasi entitas kepada pihak yang bertanggung
jawab atas tata kelola. (Ref: Para. A50).
Dokumentasi
28. Auditor harus mencantumkan dalam dokumentasi auditnya nama pihak berelasi yang
teridentifikasi dan sifat hubungan pihak berelasi tersebut.
MATERI PENERAPAN DAN PENJELASAN LAIN
Tanggung Jawab Auditor
Kerangka Pelaporan Keuangan yang Menetapkan Ketentuan Minimal Pihak Berelasi (Ref:
Para. 4)
A1.

Suatu kerangka pelaporan kuangan yang berlaku yang menetapkan ketentuan minimal
pihak berelasi adalah kerangka yang mendefinsikan makna pihak berelasi namun
memiliki ruang lingkup yang sebenarnya lebih sempit daripada definisi yang
ditetapkan dalam paragraf 10 (b) (ii) SPA ini, sehingga ketentuan dalam kerangka
tersebut untuk mengungkapkan hubungan dan transaksi pihak berelasi akan berlaku
untuk hubungandan transaksi pihak berelasi secara substansial lebih sedikit.

Kerangka Penyajian Wajar (Ref: Para. 4 (a))


A2.

Dalam konteks kerangka pelaporan wajar,15 hubungan dan transaksi pihak berelasi
dapat menyebabkan laporan keuangan gagal mencapai penyajian wajar jika, sebagai
contoh, realitas ekonomi hubungan dan transaksi tersebut tidak secara tepat tercermin
dalam laporan keuangan. Sebagai contoh, penyajian wajar kemungkinan tidak dicapai
57

jika penjualan suatu properti oleh entitas kepada pemegang saham pengendali pada
suatu harga di atas atau di bawah nilai pasar wajar telah dicatat sebagai suatu transaksi
yang memengaruhi laba atau rugi bagi entitas bila hal itu merupakan suatu kontribusi
atau pengembalian modal atau pembayaran suatu dividen.
Kerangka Kepatuhan (Ref: Para. 4b)
A3.

Dalam konteks suatu kerangka kepatuhan, apakah hubungan dan transaksi pihak
berelasi menyebabkan laporan keuangan menyesatkan sebagaimana dibahas dalam
SPA 700 tergantung pada keadaan tertentu perikatan. Sebagai contoh, bahkan jika
tidak adanya pengungkapan transaksi pihak berelasi dalam laporan keuangan adalah
mematuhikerangka tersebut dan peraturan perundang-undangan, laporan keuangan
dapat menyesatkan jika entitas tersebut memperoleh bagian sangat besar
pendapatannya dari transaksi dengan pihak berelasi, dan bahwa kenyataan tersebut
tidak diungkapkan.

SA 560
Peristiwa Kemudian
PENDAHULUAN
Ruang Lingkup SPA Ini
1.

Standar Perikatan Audit (SPA) ini berhubungan dengan tanggung jawab auditor
berkaitan dengan peristiwa kemudian dalam suatu audit atas laporan keuangan. (Ref:
Para A1).

Peristiwa Kemudian
2.

Laporan keuangan mungkin dipengaruhi oleh peristiwa tertentu yang terjadi setelah
tanggal laporan keuangan. Banyak kerangka pelaporan keuangan secara khusus
merujuk pada peristiwa tersebut. 1 Kerangka pelaporan keuangan tersebut biasanya
mengidentifikasi dua jenis peristiwa:
(a) Peristiwa yang menyediakan bukti tentang kondisi yang ada pada tanggal
laporan keuangan; dan
(b) Peristiwa yang menyediakan bukti tentang kondisi yang terjadi setelah
tanggal laporan keuangan.

58

SPA 700 menjelaskan bahwa tanggal laporan auditor menginformasikan kepada


pembaca bahwa auditor telah mempertimbangkan pengaruh atas peristiwa dan
transaksi yang diketahui oleh auditor dan yang terjadi sampai pada tanggal tersebut.
Tanggal Berlaku Efektif
3.

SPA ini berlaku efektif untuk audit laporan keuangan untuk periode dimulai pada
atau setelah 1 Januari 2013.

TUJUAN
4.

Tujuan auditor adalah untuk:


(a) Memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang apakah peristiwa yang
terjadi antara tanggal laporan keuangan dan tanggal laporan auditor yang
mengharuskan penyesuaian atau pengungkapan dalam laporan keuangan, secara
tepat telah digambarkan dalam laporan keuangan tersebut sesuai dengan
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku;
(b) Merespons secara tepat fakta yang diketahui oleh auditor setelah tanggal laporan
auditor, yang mana jika diketahui oleh auditor pada tanggal tersebut,
kemungkinan menyebabkan auditor mengubah laporan auditnya.

DEFINISI
5.
Untuk tujuan SPA ini, istilah berikut memiliki makna sebagai berikut:
(a) Tanggal laporan keuanganTanggal akhir dari periode terakhir yang dicakup
oleh laporan keuangan.
(b) Tanggal pengesahan laporan keuanganTanggal yang pada saat itu semua
laporan yang membentuk laporan keuangan, termasuk catatan atas laporan
keuangan yang bersangkutan, telah disusun dan pihak yang berwenang telah
menyatakan bertanggung jawab atas laporan keuangan tersebut (Ref: Para. A2).
(c) Tanggal laporan auditor Tanggal yang dicantumkan oleh auditor dalam
laporannya atas laporan keuangan berdasarkan SA 700. (Ref: Para. A3)
(d) Tanggal diterbitkannya laporan keuanganTanggal tersedianya laporan auditor
dan laporan keuangan auditan bagi pihak ketiga. (Ref: Para. A4-A5).
(e) Peristiwa kemudianPeristiwa yang terjadi di antara tanggal laporan keuangan
dan tanggal laporan auditor, dan fakta yang diketahui oleh auditor setelah
tanggal laporan auditor.
KETENTUAN
Peristiwa yang Terjadi antara Tanggal Laporan Keuangan dan Tanggal Laporan
Auditor
59

6.

Auditor harus melaksanakan prosedur audit yang dirancang untuk memperoleh


bukti audit yang cukup dan tepat, bahwa seluruh peristiwa yang terjadi antara
tanggal laporan keuangan dengan tanggal laporan auditor yang mengharuskan
penyesuaian atau pengungkapan dalam laporan keuangan, telah diidentifikasi.
Namun, auditor tidak diharapkan untuk melakukan prosedur audit tambahan atas
hal-hal yang mana prosedur audit yang sebelumnya diterapkan telah menyediakan

7.

kesimpulan yang memadai. (Ref: Para. A6)


Auditor harus melakukan prosedur yang disyaratkan oleh paragraf 6 sehingga
prosedur tersebut mencakup periode dari tanggal laporan keuangan sampai ke
tanggal laporan auditor, atau periode terdekat yang dapat dicapai. Auditor harus
mempertimbangkan penilaian risiko auditor dalam menetapkan sifat dan luas
prosedur audit, yang harus mencakup hal-hal sebagai berikut: (Ref: Para. A7-A8)
(a) Memperoleh suatu pemahaman tentang prosedur yang telah ditetapkan oleh
manajemen untuk memastikan bahwa peristiwa kemudian teridentifikasi.
(b) Meminta keterangan dari manajemen dan, jika relevan, pihak yang bertanggung
jawab atas tata kelola, tentang peristiwa kemudian yang telah terjadi yang
mungkin mempengaruhi laporan keuangan. (Ref: Para. A9)
(c) Membaca risalah rapat, bila ada, tentang pemilik, manajemen, dan pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola entitas, yang rapat tersebut diadakan setelah
tanggal laporan keuangan dan meminta keterangan tentang hal-hal yang dibahas

8.

dalam rapat tersebut yang risalah hasil rapatnya belum tersedia. (Ref: Para. A10)
(d) Membaca laporan keuangan interim terakhir entitas, jika ada
Auditor Jika, sebagai hasil prosedur yang dilakukan seperti yang disyaratkan oleh
paragraf 6 dan 7, auditor mengidentifikasi peristiwa yang mengharuskan
penyesuaian atau pengungkapan dalam laporan keuangan, auditor harus menentukan
apakah setiap peristiwa tersebut telah digambarkan dalam laporan keuangan secara
tepat dan sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.

Representasi Tertulis
9.

Auditor harus meminta kepada manajemen dan, jika relevan, pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola, untuk memberikan suatu representasi tertulis
berdasarkan SPA 5803 yang menyatakan bahwa seluruh peristiwa yang terjadi
setelah tanggal laporan keuangan dan memerlukan penyesuaian atau pengungkapan
sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku telah disesuaikan atau
diungkapkan.

Fakta yang Diketahui oleh Auditor setelah Tanggal Laporan Auditor Namun Sebelum
Tanggal Laporan Keuangan Diterbitkan
60

10. Auditor tidak memiliki kewajiban untuk melakukan prosedur audit atas laporan
keuangan setelah tanggal laporan auditor. Namun, jika setelah tanggal laporan
auditor tetapi sebelum tanggal laporan keuangan diterbitkan, suatu fakta
diketemukan oleh auditor yang mungkin menyebabkan auditor mengubah laporan
auditnya jika fakta tersebut telah diketahui oleh auditor pada tanggal laporan auditor,
maka auditor harus: (Ref: Para. A11)
(a) Membahas hal tersebut dengan manajemen dan, jika relevan, dengan pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola.
(b) Menentukan apakah laporan keuangan tersebut memerlukan perubahan dan jika
demikian,
(c) Meminta keterangan bagaimana manajemen akan memperlakukan hal tersebut
dalam laporan keuangan.
11. Jika manajemen mengubah laporan keuangan, maka auditor harus:
(a) Melaksanakan prosedur audit yang diperlukan dalam kondisi atas perubahan
tersebut.
(b) Kecuali jika kondisi yang tertera dalam paragraf 12 terjadi:
(i). Memperluas prosedur audit yang disebutkan dalam paragraf 6 dan 7
sampai pada tanggal laporan auditor baru; dan
(ii). Menyediakan suatu laporan auditor baru atas laporan keuangan yang telah
diubah. Laporan auditor yang baru tidak dapat diberi tanggal lebih awal
daripada tanggal persetujuan atas perubahan laporan keuangan.
12. Bilamana peraturan perundang-undangan atau kerangka pelaporan keuangan tidak
melarang manajemen untuk membatasi perubahan atas laporan keuangan yang
disebabkan oleh pengaruh peristiwa kemudian atau peristiwa yang menyebabkan
perubahan dan pihak yang bertanggung jawab untuk menyetujui laporan keuangan
tidak dilarang untuk membatasi persetujuan terhadap perubahan yang bersangkutan,
maka auditor diizinkan untuk membatasi prosedur audit atas peristiwa kemudian
yang disyaratkan pada paragraf 11 (b) (i) berkaitan dengan perubahan tersebut.
Dalam kasus seperti ini, auditor tersebut harus:
(a) Mengubah laporan auditor dengan memasukkan suatu tanggal tambahan yang
dibatasi sampai dengan perubahan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa
prosedur auditor untuk peristiwa kemudian hanya dibatasi pada perubahan atas
laporan keuangan yang digambarkan dalam catatan atas laporan keuangan yang
relevan; atau (Ref: Para. A12)
(b) Menyajikan suatu laporan auditor baru atau laporan auditor yang diubah yang
meliputi suatu pernyataan dalam suatu paragraf penekanan suatu hal4 atau
paragraf hal lain yang menyampaikan bahwa prosedur audit atas peristiwa
61

kemudian hanya terbatas untuk perubahan pada laporan keuangan seperti yang
dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan yang relevan.
13. Dalam beberapa yurisdiksi, manajemen mungkin tidak disyaratkan oleh peraturan
perundangan-undangan atau kerangka pelaporan keuangan untuk menerbitkan
laporan keuangan yang diubah dan, oleh karena itu, auditor tidak perlu menyediakan
suatu laporan auditor yang diubah atau yang baru. Namun, jika manajemen tidak
mengubah laporan keuangan dalam kondisi yang auditor yakin bahwa laporan
keuangan tersebut perlu diubah, maka: (Ref. Para. A13-A14)
(a) Jika laporan auditor belum diserahkan kepada entitas, auditor harus mengubah
opininya seperti yang disyaratkan dalam SPA 7055 dan kemudian menyerahkan
laporan auditor tersebut; atau
(b) Jika laporan auditor telah diserahkan kepada entitas, auditor harus memberitahu
manajemen dan, kecuali jika semua pihak yang bertanggung jawab atas tata
kelola terlibat dalam pengelolaan entitas, pihak yang bertanggung jawab atas
tata kelola entitas, agar tidak menerbitkan laporan keuangan kepada pihak ketiga
sebelum perubahan yang diperlukan dibuat. Jika laporan keuangan diterbitkan
kemudian tanpa memasukkan perubahan yang diperlukan, auditor harus
mengambil tindakan yang tepat, untuk mencegah pemakai meletakkan
kepercayaan terhadap laporan auditor tersebut.
Fakta yang Diketahui oleh Auditor setelah Laporan Keuangan Diterbitkan
14. Setelah laporan keuangan diterbitkan, auditor tidak memiliki kewajiban untuk
melakukan prosedur audit atas laporan keuangan tersebut. Namun, jika, setelah
laporan keuangan diterbitkan, suatu fakta diketahui oleh auditor, yang jika fakta
tersebut diketahui oleh auditor pada tanggal laporan auditor, mungkin dapat
menyebabkan auditor mengubah laporan auditnya, maka auditor harus:
(a) Membahas hal tersebut dengan manajemen dan, jika relevan, dengan pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola.
(b) Menentukan apakah laporan keuangan memerlukan perubahan atau tidak
(c) Meminta keterangan bagaimana manajemen bermaksud untuk menyelesaikan
hal tersebut dalam laporan keuangan.
15. Jika manajemen mengubah laporan keuangan, maka auditor harus: (Ref: Para. A17)
(a) Melaksanakan prosedur audit yang diperlukan dalam kondisi atas perubahan
tersebut;
(b) Menelaah tahap-tahap yang dilakukan oleh manajemen untuk memastikan
bahwa setiap pihak yang menerima laporan keuangan yang diterbitkan
sebelumnya bersamaan dengan laporan auditor, diberi informasi tentang situasi
tersebut.
(c) Kecuali jika kondisi dalam paragraf 12 berlaku:
62

(i). Memperluas prosedur audit yang disebutkan dalam paragraf 6 dan 7 sampai
pada tanggal laporan auditor baru, dan tanggal laporan auditor baru tidak
lebih awal daripada tanggal persetujuan atas perubahan laporan keuangan;
dan
(ii). Menyerahkan laporan auditor baru atas laporan keuangan yang diubah.
(d) Ketika kondisi dalam paragraf 12 terjadi, ubah laporan auditor, atau serahkan
laporan auditor baru seperti yang disyaratkan oleh paragraf 12.
16. Auditor harus memasukkan dalam laporan auditor baru atau yang diubah, suatu
paragraf penekanan atas suatu hal atau paragraf hal-hal lain, dengan berpedoman
pada suatu catatan atas laporan keuangan yang lebih intensif membahas alasan
perubahan atas laporan keuangan yang diterbitkan sebelumnya dan laporan yang
diserahkan sebelumnya oleh auditor.
17. Jika manajemen tidak mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk
memastikan bahwa setiap pihak yang menerima laporan keuangan yang diterbitkan
sebelumnya sudah diberitahu tentang situasi tersebut dan juga tidak mengubah
laporan keuangan dalam kondisi yang auditor yakin bahwa laporan keuangan
tersebut perlu diubah, auditor harus memberitahu manajemen dan, kecuali jika
semua pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola terlibat dalam pengelolaan
entitas, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola, bahwa auditor akan berusaha
untuk mencegah pemakai meletakkan kepercayaan masa depan terhadap laporan
auditor tersebut. Jika, meskipun dengan pemberitahuan tersebut, manajemen atau
pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola tidak mengambil langkah-langkah
yang diperlukan tersebut, auditor harus mengambil tindakan yang tepat untuk
mencegah pemakai meletakkan kepercayaan terhadap laporan auditor.
Materi Penerapan dan Penjelasan Lain
14. Tanggal representasi tertulis harus sama dengan tanggal laporan auditor atas laporan
keuangan. Representasi tertulis harus mencakup seluruh laporan keuangan dan
periode yang dirujuk di dalam laporan auditor. (Ref: Para. A15-A18)
Bentuk Representasi Tertulis
15. Representasi tertulis harus disajikan dalam bentuk surat representasi yang ditujukan
kepada auditor. Jika peraturan perundang-undangan mensyaratkan manajemen untuk
membuat pernyataan publik yang tertulis mengenai tanggung jawabnya, dan auditor
menganggap bahwa pernyataan tersebut menyediakan beberapa atau seluruh
representasi yang ditentukan dalam paragraf 10 atau 11, maka hal-hal relevan yang
telah dicakup oleh pernyataan tersebut tidak perlu lagi dicantumkan di dalam surat
representasi. (Ref: Para. A19-A21)
63

Keraguan atas Keandalan Representasi Tertulis dan Representasi Tertulis yang Diminta
Tidak Diberikan
Keraguan atas Keandalan Representasi Tertulis
16. Jika auditor memiliki keraguan tentang kompetensi, integritas, nilai-nilai etik, atau
kesungguhan manajemen, atau komitmen mereka dalam menerapkan hal ini, auditor
harus menentukan dampak keraguan tersebut terhadap keandalan representasi (lisan
atau tulisan) dan bukti audit secara umum. (Ref: Para. A24-A25)
17. Secara khusus, jika representasi tertulis tidak konsisten dengan bukti audit lainnya,
auditor harus melaksanakan prosedur audit sebagai usaha untuk menyelesaikan hal
tersebut. Jika hal tersebut tetap tidak terselesaikan, auditor harus mempertimbangkan
kembali penilaian atas kompetensi, integritas, nilai-nilai etik, atau kesungguhan
manajemen, atau mengenai komitmen mereka dalam melaksanakan hal ini, dan
harus menentukan dampak yang mungkin ditimbulkan terhadap keandalan
representasi (lisan atau tertulis) dan bukti audit secara umum. (Ref: Para. A23)
18. Jika auditor menyimpulkan bahwa representasi tertulis tidak dapat diandalkan,
auditor harus mengambil langkah-langkah yang tepat, termasuk menentukan dampak
yang mungkin timbul terhadap opini di dalam laporan auditor berdasarkan SPA 705,
dengan memertimbangkan ketentuan dalam paragraf 20 SPA ini.
Representasi Tertulis yang Diminta Tidak Disediakan
19. Jika manajemen tidak memberikan satu atau lebih representasi tertulis yang diminta,
auditor harus:
a) Mendiskusikan masalah ini dengan manajemen;
b) Mengevaluasi ulang integritas manajemen dan mengevaluasi

dampak yang

mungkin timbul terhadap keandalan representasi (baik lisan maupun tertulis) dan
bukti audit secara umum; dan
c) Mengambil langkah yang tepat, termasuk menentukan dampak yang mungkin
timbul terhadap opini dalam laporan auditor sesuai dengan SPA 705, dengan tidak
mengabaikan ketentuan dalam paragraf 20 SPA ini.
Representasi Tertulis mengenai Tanggung Jawab Manajemen
20. Auditor tidak memberikan opini atas laporan keuangan sesuai dengan SPA 705 jika:
(Ref: Para. A26-A27)
a) Auditor menyimpulkan bahwa terdapat keraguan mengenai integritas manajemen
sehingga representasi tertulis seperti yang ditentukan dalam paragraf 10 dan 11
tidak dapat diandalkan; atau
64

b) Manajemen tidak memberikan representasi tertulis seperti yang ditentukan dalam


paragraph 10 dan 11
MATERI PENERAPAN DAN PENJELASAN LAIN
Ruang Lingkup SPA ini (Ref: Para. 1)
A1. Bila laporan keuangan auditan dimasukkan dalam dokumen lain setelah penerbitan
laporan keuangan, auditor mungkin memiliki tanggung jawab tambahan yang
berhubungan dengan peristiwa kemudian yang perlu dipertimbangkan oleh auditor,
seperti persyaratan peraturan perundang-undangan yang melibatkan penawaran atas
sekuritas untuk publik dalam yurisdiksi tempat ditawarkannya sekuritas tersebut.
Contohnya, auditor mungkin diharuskan untuk melakukan prosedur audit tambahan
sampai pada tanggal dokumen penawaran terakhir. Prosedur-prosedur ini dapat
mencakup hal-hal yang tercantum dalam paragraf 6 dan 7 yang dilakukan sampai pada
atau mendekati tanggal berlaku efektif dokumen penawaran terakhir, dan membaca
dokumen penawaran tersebut untuk menganalisis apakah informasi lain dalam
dokumen penawaran konsisten dengan informasi keuangan yang terkait dengan
auditor.
Definisi
Tanggal Pengesahan Laporan Keuangan (Ref: Para.5(b))
A2.
Dalam beberapa yurisdiksi, peraturan perundang-undangan mengidentifikasi individuindividu atau badan-badan (sebagai contoh, manajemen atau pihak yang bertanggung
jawab atas tata kelola) yang bertanggung jawab untuk menyimpulkan bahwa semua
pernyataan yang membentuk laporan keuangan, termasuk di dalamnya catatan atas
laporan keuangan yang terkait, telah disusun, dan menetapkan proses persetujuan
yang diperlukan. Dalam yurisdiksi yang lain, proses persetujuan tidak ditentukan
dalam peraturan perundang-undangan dan entitas mengikuti prosedurnya sendiri
dalam menyusun dan menyelesaikan laporan keuangannya dalam kaca mata
manajemen dan struktur tata kelola yang ada. Dalam beberapa yurisdiksi, persetujuan
akhir oleh pemegang saham diperlukan. Dalam yuridiksi tersebut, persetujuan terakhir
oleh pemegang saham tidak diperlukan untuk auditor menyimpulkan bahwa bukti
audit yang cukup dan tepat, yang menjadi basis bagi opini auditor atas laporan
keuangan, telah diperoleh. Tanggal persetujuan laporan keuangan untuk tujuan SPA
ini adalah tanggal yang lebih awal yang pada saat itu pihak yang berwenang
menentukan bahwa seluruh pernyataan yang membentuk laporan keuangan, termasuk
di dalamnya catatan yang terkait, telah disusun dan pihak yang berwenang telah
menyatakan bahwa mereka bertanggung jawab atas laporan keuangan tersebut.
Tanggal Laporan Auditor (Ref: Para. 5(c))
65

A3.

Laporan auditor tidak dapat diberi tanggal lebih awal daripada tanggal yang pada saat
itu auditor telah memperoleh bukti yang cukup dan tepat sebagai basis opini atas
laporan keuangan, termasuk bukti bahwa semua laporan yang membentuk laporan
keuangan termasuk di dalamnya catatan atas laporan keuangan yang terkait, telah
disusun dan pihak yang berwenang telah menyatakan bahwa mereka bertanggung
jawab atas laporan keuangan tersebut. Sebagai konsekuensinya, tanggal laporan
auditor tidak dapat lebih awal dari tanggal pengesahan atas laporan keuangan seperti
yang didefinisikan dalam paragraf 5(b). Suatu periode waktu mungkin berlalu karena
masalah administratif antara tanggal laporan auditor sebagaimana yang didefinisikan
dalam paragraf 5(c) dan tanggal penyerahan laporan auditor kepada entitas.

Tanggal Penerbitan Laporan Keuangan (Ref: Para. 5(d))


A4.

Tanggal penerbitan laporan keuangan pada umumnya tergantung pada peraturan yang
berlaku dalam lingkungan yang menjadi tempat berusaha entitas. Dalam beberapa
kondisi, tanggal penerbitan laporan keuangan mungkin merupakan tanggal pada saat
laporan keuangan diserahkan kepada badan pengatur. Karena laporan keuangan
auditan tidak dapat diterbitkan tanpa laporan auditor, tanggal penerbitan laporan
keuangan auditan tidak seharusnya hanya pada atau setelah tanggal laporan auditor,
tetapi juga harus pada atau setelah laporan auditor tersebut diserahkan kepada entitas.

Pertimbangan Spesifik terhadap Entitas Sektor Publik


A5.

Dalam kasus sektor publik, tanggal penerbitan laporan keuangan mungkin sama
dengan tanggal laporan keuangan auditan dan laporan auditor atas laporan keuangan
tersebut disajikan ke badan pembuat undang-undang atau dengan cara lain
diumumkan kepada publik.

Peristiwa yang Terjadi antara Tanggal Laporan Keuangan dan Tanggal Laporan
Auditor (Ref: Para.6-9)
A6.

Tergantung pada penilaian risiko oleh auditor, prosedur audit yang disyaratkan dalam
paragraf 6 mungkin mencakup prosedur yang diperlukan untuk memperoleh bukti
audit yang cukup dan tepat, meliputi penelaahan atau pengujian atas catatan akuntansi
atau transaksi yang terjadi antara tanggal laporan keuangan dan tanggal laporan
auditor. Prosedur audit yang diharuskan oleh paragraf 6 dan 7 adalah tambahan
prosedur yang mungkin dilakukan oleh auditor untuk tujuan lain, dan mungkin
memberikan bukti mengenai peristiwa kemudian (sebagai contoh, untuk memperoleh
66

bukti audit untuk saldo akun pada tanggal laporan keuangan, seperti prosedur pisah
batas atau prosedur yang berhubungan dengan penerimaan kemudian akun piutang).
A7.

Paragraf 7 menjelaskan prosedur audit tertentu dalam konteks bahwa auditor


disyaratkan untuk melakukan prosedur menurut paragraf 6. Namun, prosedur
peristiwa kemudian yang dilakukan oleh auditor mungkin tergantung pada informasi
yang tersedia, dan khususnya, seberapa luas catatan akuntansi telah disiapkan sejak
tanggal laporan keuangan. Jika catatan akuntansi bukan yang terkini, dan oleh karena
itu, tidak terdapat laporan keuangan interim (baik untuk tujuan internal maupun
eksternal) yang disiapkan, atau risalah rapat manajemen atau pihak yang bertanggung
jawab atas tata kelola belum dibuat, prosedur audit yang relevan mungkin
menggunakan inspeksi atas buku dan catatan yang tersedia, termasuk rekening koran
bank. Paragraf A8 memberikan contoh beberapa hal tambahan yang dapat
dipertimbangkan oleh auditor dalam rangkaian permintaan keterangan ini.

A8.

Sebagai tambahan terhadap prosedur audit yang disyaratkan oleh paragraf 7, auditor
dapat mempertimbangkan hal-hal berikut sebagai langkah yang diperlukan dan tepat
untuk:
Membaca bujet perusahaan terakhir yang tersedia, prakiraan arus kas, dan
laporan manajemen lain yang terkait untuk periode setelah tanggal laporan
keuangan;
Meminta keterangan, atau memperluas permintaan keterangan sebelumnya yang
dilakukan secara tertulis maupun lisan kepada penasihat hukum entitas tentang
proses litigasi dan klaim; atau
Mempertimbangkan apakah representasi tertulis yang mencakup peristiwa
kemudian tertentu mungkin diperlukan untuk mendukung bukti audit yang lain

dan dengan demikian dapat diperoleh bukti audit yang cukup dan tepat.
Permintaan Keterangan (Ref: Para. 7(b))
A9. Dalam meminta keterangan dari manajemen dan, jika relevan, pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola, tentang apakah ada peristiwa kemudian yang telah
terjadi yang mungkin mempengaruhi laporan keuangan, auditor dapat meminta
keterangan tentang status terkini unsur-unsur yang dipertanggunggjawabkan atas basis
data awal atau tidak bersifat konklusif dan meminta keterangan khusus tentang hal-hal
sebagai berikut:
Apakah komitmen baru, penarikan hutang, atau jaminan telah terjadi.
Apakah penjualan atau akusisi aset telah terjadi atau direncanakan

67

Apakah telah terjadi peningkatan modal atau penerbitan instrumen hutang,


seperti penerbitan saham atau surat hutang baru, atau suatu perjanjian untuk
penggabungan atau likuidasi telah dilakukan atau direncanakan.
Apakah aset telah dialokasikan oleh pemerintah atau dimusnahkan, sebagai
contoh, oleh kebakaran atau banjir.
Apakah terdapat perkembangan yang berhubungan dengan kontijensi.
Apakah penyesuaian akuntansi yang tidak lazim telah dibuat

atau

dipertimbangkan secara mendalam.


Apakah suatu peristiwa telah terjadi atau mungkin akan terjadi yang akan
menimbulkan pertanyaan tentang ketepatan kebijakan akuntansi yang digunakan
dalam laporan keuangan, dalam kasus, sebagai contoh, jika peristiwa-peristiwa
tersebut menimbulkan pertanyaan tentang validitas atas asumsi kelangsungan
hidup perusahaan.
Apakah ada peristiwa yang telah terjadi yang relevan untuk pengukuran estimasi
atau provisi yang dibuat dalam laporan keuangan.
Apakah ada peristiwa yang telah terjadi yang relevan untuk pemulihan kembali
aset.
Membaca Risalah Rapat (Ref: Para. 7 (c))
Pertimbangan Spesifik terhadap Entitas Sektor Publik
A10. Dalam sektor publik, auditor dapat membaca catatan ofisial atas tindakan yang
relevan dengan badan legislatif dan meminta keterangan tentang hal-hal yang
berkaitan dengan tindakan tersebut dimana catatan ofisial belum tersedia.
Fakta yang Diketahui oleh Auditor setelah Tanggal Laporan Auditor namun sebelum
Tanggal Laporan Keuangan Diterbitkan
Tanggung jawab Manajamen terhadap Auditor (Ref: Para. 10)
A11. Seperti yang dijelaskan dalam SPA 210, syarat dalam perikatan audit mencakup
persetujuan manajemen untuk memberitahu auditor atas fakta-fakta yang mungkin
mempengaruhi laporan keuangan, yang mungkin diketahui oleh manajemen selama
periode dari tanggal laporan auditor sampai dengan tanggal laporan keuangan
diterbitkan.
Penggunaan Tanggal Ganda (Ref: Para. 12 (a))
A12. Dalam kondisi yang dijelaskan dalam paragraf A12(a), auditor mengubah laporan
auditor untuk memasukkan tanggal tambahan yang dibatasi untuk perubahan tersebut,
tanggal laporan auditor atas laporan keuangan sebelum perubahan kemudian oleh
manajemen tetap tidak berubah karena tanggal ini menginformasikan pembaca
tentang kapan pekerjaan audit atas laporan keuangan tersebut diselesaikan. Namun,
suatu tanggal tambahan dimasukkan dalam laporan auditor untuk menginformasikan
68

kepada pemakai bahwa prosedur audit setelah tanggal tersebut terbatas pada
perubahan kemudian atas laporan keuangan. Berikut ini adalah sebuah ilustrasi
tentang tanggal tambahan tersebut:
(Tanggal laporan auditor), kecuali yang berkaitan dengan Catatan Y, yang bertanggal
(tanggal penyelesaian prosedur audit, terbatas untuk perubahan yang dijelaskan dalam
Catatan Y).
Tidak Ada Perubahan atas Laporan Keuangan oleh Manajemen (Ref: Para. 13)
A13. Dalam beberapa yurisdiksi, manajemen mungkin tidak disyaratkan oleh peraturan
perundang-undangan atau oleh kerangka pelaporan keuangan untuk menerbitkan
laporan keuangan yang sudah diubah. Hal ini seringkali terjadi ketika penerbitan
laporan keuangan untuk periode berikutnya semakin dekat, sepanjang pengungkapan
yang tepat dibuat dalam laporan tersebut.
Pertimbangan Khusus untuk Entitas Sektor Publik
A14. Dalam sektor publik, tindakan yang diambil yang sesuai dengan paragraf 13 ketika
manajemen tidak mengubah laporan keuangan dapat mencakup pelaporan secara
terpisah untuk badan pembuat undang-undang, atau badan lain yang relevan dalam
hirarki pelaporan, tentang implikasi peristiwa kemudian terhadap laporan keuangan
dan laporan auditor.
Tindakan Auditor dalam Mencari Cara untuk Mencegah Pemakai Mempercayai Laporan
Auditor (Ref: Para. 13(b))
A15. Auditor mungkin perlu memenuhi kewajiban hukum tambahan pada waktu auditor
telah memberitahu manajemen untuk tidak menerbitkan laporan keuangan dan
manajemen telah menyetujui permintaan tersebut.
A16. Jika manajemen telah menerbitkan laporan keuangan walaupun ada pemberitahuan
dari auditor untuk tidak menerbitkan laporan keuangan kepada pihak ketiga, tindakan
auditor untuk mencegah pemakai mempercayai laporan auditor atas laporan keuangan
tergantung pada hak dan kewajiban hukum auditor. Sebagai konsekuensinya, auditor
mungkin mempertimbangkan adalah tepat.
Fakta yang Diketahui oleh Auditor setelah Laporan Keuangan Diterbitkan
Representasi Tertulis Tambahan tentang Laporan Keuangan
Pertimbangan Spesifik terhadap Entitas Sektor Publik
A17. Dalam beberapa yurisdiksi, entitas dalam sektor publik mungkin dilarang oleh
peraturan perundang-undangan untuk menerbitkan laporan keuangan yang sudah
diubah. Dalam kondisi tersebut, tindakan yang tepat bagi auditor adalah untuk
melaporkan hal tersebut kepada badan statutori yang tepat.
Tindakan Auditor dalam Mencari Cara untuk Mencegah Pemakai Mempercayai Laporan
Auditor (Ref: Para. 17)
69

A18. Ketika auditor yakin bahwa manajemen, atau pihak yang bertanggung jawab atas tata
kelola, telah gagal untuk mengambil langkah-langkah yang perlu untuk mencegah
pemakai mempercayai laporan auditor atas laporan keuangan yang sebelumnya
diterbitkan oleh perusahaan walaupun ada pemberitahuan sebelumnya dari auditor
bahwa auditor akan mengambil tindakan dalam mencari cara untuk mencegah
pemakai mempercayai laporan tersebut, tindakan auditor tergantung pada hak dan
kewajiban

hukum

auditor.

Sebagai

konsekuensinya,

auditor

mungkin

mempertimbangkan adalah tepat untuk mencari advis hukum.

SA 570
Kelangsungan Usaha
PENDAHULUAN
Ruang Lingkup SPA Ini
1.

Standar Perikatan Audit (SPA) ini mengatur tanggung jawab auditor dalam audit
atas laporan keuangan yang berkaitan dengan penggunaan asumsi kelangsungan
usaha oleh manajemen dalam penyusunan laporan keuangan.

Asumsi Kelangsungan Usaha


2.

Berdasarkan asumsi kelangsungan usaha, suatu entitas dipandang bertahan dalam


bisnis untuk masa depan yang dapat diprediksi. Laporan keuangan bertujuan umum
disusun atas suatu basis kelangsungan usaha, kecuali manajemen bermaksud untuk
melikuidasi entitas atau menghentikan operasinya, atau tidak memiliki alternatif
yang realistis selain melakukan tindakan tersebut di atas. Laporan keuangan
bertujuan khusus yang dapat atau belum tentu disusun sesuai dengan suatu kerangka
pelaporan keuangan yang relevan dengan basis kelangsungan

usaha .Ketika

penggunaaan asumsi kelangsungan usaha tidak tepat, aset dan liabilitas dicatat atas
dasar entitas akan mampu untuk merealisasikan asetnya dan melunasi liabilitasnya
dalam kegiatan normal bisnisnya. (Ref: Para. A1)
Tanggung Jawab Penilaian atas Kemampuan Entitas untuk Mempertahankan
Kelangsungan Usahanya
3.

Beberapa kerangka pelaporan keuangan mengandung suatu ketentuan eksplisit bagi


manajemen untuk membuat suatu penilaian spesifik atas kemampuan entitas untuk
mempertahankan kelangsungan usahanya, serta standar tentang hal-hal yang
70

dipertimbangkan dan pengungkapan yang akan dibuat dalam hubungannya dengan


kelangsungan usaha.
4.

Dalam kerangka pelaporan keuangan lain, kemungkinan tidak terdapat ketentuan


eksplisit bagi manajemen untuk membuat suatu penilaian spesifik tentang
kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan usahanya. Namun, karena
asumsi kelangsungan usaha merupakan suatu prinsip yang fundamental dalam
penyusunan laporan keuangan seperti yang dibahas dalam paragraf 2, penyusunan
laporan keuangan mengharuskan manajemen untuk menilai kemampuan entitas
dalam mempertahankan kelangsungan usahanya, bahkan ketika kerangka pelaporan
keuangan tidak mencakup suatu ketentuan eksplisit untuk melakukan hal tersebut.

5.

Penilaian manajemen atas kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan


usahanya melibatkan suatu pertimbangan, pada suatu waktu tertentu, tentang hasil
peristiwa atau kondisi masa depan yang tidak pasti secara inheren. Faktor-faktor
berikut ini adalah relevan dengan pertimbangan tersebut:

Tingkat ketidakpastian yang terkaitan dengan hasil suatu peristiwa atau kondisi
meningkatkan secara signifikan hasil yang terjadi. Untuk alasan tersebut,
kebanyakan kerangka pelaporan keuangan yang mencantumkan secara eksplisit
adanya keharusan suatu penilaian oleh manajemen menyebutkan periode kapan
manajemen diharuskan untuk mempertimbangkan seluruh informasi yang

tersedia.
Ukuran dan kompleksitas entitas, sifat dan kondisi bisnisnya, serta tingkat
keterpengaruhannya oleh faktor eksternal, memengaruhi pertimbangan tentang

hasil peristiwa atau kondisi.


Setiap pertimbangan tentang masa depan didasarkan atas informasi yang tersedia
ketika pertimbangan dilakukan. Peristiwa setelah tanggal pelaporan dapat
menghasilkan keluaran yang tidak konsisten dengan pertimbangan yang wajar

ketika pertimbangan tersebut dilakukan.


Tanggung Jawab Auditor
6. Tanggung jawab auditor adalah untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat
tentang ketepatan penggunaan asumsi kelangsungan usaha oleh manajemen dalam
penyusunan dan penyajian laporan keuangan, dan untuk menyimpulkan apakah
terdapat suatu ketidakpastian material
7.

tentang kemampuan entitas

untuk

mempertahankan kelangsungan usahanya


Namun, seperti yang dijelaskan dalam SPA 200, pengaruh potensial dari
keterbatasan inheren atas kemampuan auditor untuk mendeteksi kesalahan penyajian
material adalah lebih besar untuk peristiwa atau kondisi di masa depan yang dapat
71

menyebabkan suatu entitas untuk berhenti mempertahankan kelangsungan usahanya.


Auditor tidak dapat memprediksi peristiwa atau kondisi di masa depan tersebut.
Oleh karena itu, ketiadaan pengacuan pada ketidakpastian kelangsungan usaha
dalam suatu laporan auditor tidak dapat dipandang sebagai suatu jaminan atas
kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan usahanya.
Tanggal Berlaku Efektif
8. SPA ini berlaku efektif untuk audit laporan keuangan untuk periode dimulai pada
atau setelah 1 Januari 2013.
TUJUAN
9. Tujuan auditor adalah:
a) Untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang ketepatan
penggunaan
asumsi kelangsungan usaha oleh manajemen dalam penyusunan laporan
keuangan;
b) Untuk menyimpulkan, berdasarkan bukti audit yang diperoleh, apakah terdapat
suatu ketidakpastian material yang terkait dengan peristiwa atau kondisi yang
dapat menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan entitas untuk
mempertahankan
kelangsungan usahanya; dan
c) Untuk menentukan dampak terhadap laporan auditor
KETENTUAN
Prosedur Penilaian Risiko dan Aktivitas Terkait
10. Ketika melakukan prosedur penilaian risiko seperti yang diharuskan oleh SPA 315,
auditor harus mempertimbangkan apakah terdapat peristiwa atau kondisi yang dapat
menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan entitas untuk mempertahankan
kelangsungan usahanya. Dalam melakukan hal tersebut, auditor harus menentukan
apakah manajemen telah melakukan suatu penilaian awal atas kemampuan entitas
untuk mempertahankan kelangsungan usahanya, dan (Ref: Para. A2-A5)
a) Jika penilaian tersebut telah dilakukan, maka auditor harus mendiskusikan
penilaian tersebut dengan manajemen dan menentukan apakah manajemen telah
mengidentifikasi peristiwa atau kondisi yang, baik secara individual maupun
secara kolektif, dapat menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan entitas
dalam mempertahankan kelangsungan usahanya dan, jika demikian, rencana
manajemen untuk menghadapinya; atau
b) Jika penilaian tersebut belum dilakukan, maka auditor harus mendiskusikan
dengan manajemen basis penggunaan asumsi kelangsungan usaha yang
dimaksudkan, dan meminta keterangan kepada manajemen apakah terdapat
peristiwa atau kondisi yang, baik secara individual atau secara kolektif, dapat
72

menyebabkan

keraguan

signifikan

atas

kemampuan

entitas

untuk

mempertahankan kelangsungan usahanya.


11. Auditor harus tetap waspada selama audit terhadap bukti audit atas peristiwa atau
kondisi yang dapat menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan entitas unutk
mempertahankan kelangsungan usahanya. (Ref: Para. A6)
Pengevaluasian atas Penilaian Manajemen
12. Auditor harus mengevaluasi penilaian manajemen atas kemampuan entitas untuk
mempertahankan kelangsungan usahanya. (Ref: Para. A7-A9; A11-A12).
13. Dalam mengevaluasi penilaian manajemen atas kemampuan entitas untuk
mempertahankan kelangsungan usahanya, auditor harus mencakup periode yang
sama seperti yang digunakan oleh manajemen untuk membuat penilaiannya seperti
yang disyaratkan oleh kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, atau oleh
peraturan perundang-undangan jika periode yang dicakup merupakan suatu periode
yang lebih lama. Jika penilaian manajemen atas kemampuan entitas untuk
mempertahankan kelangsungan usahanya mencakup suatu periode yang kurang dari
dua belas bulan dari tanggal laporan keuangan sebagaimana yang didefinisikan
dalam SPA 560, maka auditor harus meminta manajemen untuk memperluas periode
penilaiannya menjadi sekurang-kurangnya dua belas bulan dari tanggal tersebut.
(Ref: Para. A10-A12)
14. Dalam mengevaluasi penilaian manajemen, auditor harus mempertimbangkan apakah
penilaian manajemen mencakup seluruh informasi relevan yang diketahui oleh
auditor berdasarkan hasil audit yang dilakukannya.
Periode Setelah Penilaian Manajemen
15. Auditor harus menanyakan kepada manajemen tentang pengetahuan manajemen atas
peristiwa atau kondisi setelah periode penilaian manajemen yang dapat
menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan entitas untuk mempertahankan
kelangsungan usahanya. (Ref: Para. A13-A14).
Prosedur Audit Tambahan Ketika Peristiwa atau Kondisi Teridentifikasi
16. Ketika peristiwa atau kondisi telah diidentifikasi yang dapat menyebabkan keraguan
signifikan atas kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan usahanya,
auditor harus memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk menentukan
apakah terdapat suatu ketidakpastian material melalui pelaksanaan prosedur audit
tambahan, termasuk pertimbangan atas faktor-faktor yang memitigasi. Prosedur
tersebut harus mencakup: (Ref: Para. A15)

73

a) Jika manajemen belum melakukan suatu penilaian atas kemampuan entitas untuk
mempertahankan kelangsungan usahanya, maka auditor meminta manajemen
untuk melakukan penilaian tersebut;
b) Mengevaluasi rencana manajemen atas tindakan di masa depan yang berkaitan
dengan penilaian kelangsungan usaha entitas, apakah hasil rencana tersebut
kemungkinan memperbaiki situasi, dan apakah rencana manajemen layak
dilaksanakan sesuai dengan kondisinya. (Ref: Para. A16)
c) Jika entitas telah membuat suatu prakiraan arus kas, dan analisis atas prakiraan
tersebut merupakan suatu faktor yang signifikan dalam mempertimbangkan hasil
masa depan dari peristiwa atau kondisi dalam mengevaluasi rencana manajemen
atas tindakan di masa depan, maka auditor: (Ref: Para. A17-A18)
i.
Mengevaluasi keandalan data yang melandasi penyusunan prakiraan
ii.

tersebut; dan
Menentukan apakah terdapat dukungan yang cukup untuk asumsi yang

melandasi prakiraan tersebut.


d) Mempertimbangkan apakah setiap fakta atau informasi tambahan telah tersedia
sejak tanggal dilakukannya penilaian tersebut oleh manajemen.
e) Meminta representasi tertulis dari manajemen dan, jika relevan, pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola, tentang rencana mereka untuk tindakan di
masa depan dan kelayakan rencana tersebut.
Kesimpulan Audit dan Pelaporan
17. Berdasarkan bukti audit yang diperoleh, auditor harus menyimpulkan apakah,
menurut pertimbangan auditor, terdapat suatu ketidakpastian material yang terkait
dengan peristiwa atau kondisi yang, baik secara individual maupun kolektif, dapat
menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan entitas dalam mempertahankan
kelangsungan usahanya. Suatu ketidakpastian material terjadi ketika signifikansi
dampak potensialnya dan kemungkinan terjadinya adalah sedemikian rupa yang,
menurut pertimbangan auditor, pengungkapan yang tepat atas sifat dan implikasi
ketidakpastian tersebut diperlukan untuk: (Ref: Para. A19)
a) Dalam hal kerangka penyajian laporan keuangan wajar: penyajian yang wajar
atas laporan keuangan, atau
b) Dalam hal kerangka kepatuhan: laporan keuangan tidak menyesatkan.
Penggunaan Asumsi Kelangsungan Usaha sudah Tepat, tetapi Terdapat suatu
Ketidakpastian Material
18. Jika auditor menyimpulkan bahwa penggunaan asumsi kelangsungan usaha sudah
tepat sesuai dengan kondisinya, tetapi terdapat suatu ketidakpastian material, maka
auditor harus menentukan apakah laporan keuangan:
74

a) Menjelaskan secara memadai peristiwa atau kondisi utama yang dapat


menyebabkan

keraguan

signifikan

atas

kemampuan

entitas

untuk

mempertahankan kelangsungan usahanya dan rencana manajemen untuk


menghadapi peristiwa atau kondisi tersebut; dan
b) Mengungkapkan secara jelas bahwa terdapat ketidakpastian material yang terkait
dengan peristiwa atau kondisi yang dapat menyebabkan keraguan signifikan atas
kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan usahanya dan, oleh
karena itu, entitas tersebut kemungkinan tidak mampu unutk merealisasikan
asetnya dan melunasi liabilitasnya dalam kegiatan bisnis normal. (Ref: Par. A20)
19. Jika pengungkapan yang memadai dicantumkan dalam laporan keuangan, maka
auditor harus menyatakan suatu opini tanpa modifikasian dan mencantumkan suatu
paragraf Penekanan Suatu Hal dalam laporan auditor untuk:
a) Menekankan keberadaan suatu ketidakpastian material yang berkaitan dengan
peristiwa atau kondisi yang dapat menyebabkan keraguan signifikan atas
kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan usahanya; dan
b) Mengarahkan perhatian pada catatan atas laporan keuangan

yang

mengungkapkan halhal yang dirujuk dalam paragraf 18. (Lihat SPA 706.) (Ref:
Para. A21-A22)
20. Jika pengungkapan yang memadai tidak dicantumkan dalam laporan keuangan,
maka auditor harus menyatakan suatu opini wajar dengan pengecualian atau opini
tidak wajar, sesuai dengan kondisinya, berdasarkan SPA 705.6Auditor harus
menyatakan dalam laporan auditor bahwa terdapat suatu ketidakpastian material
yang dapat menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan entitas untuk
mempertahankan kelangsungan usahanya. (Ref: Para. A23-A24)
Penggunaan yang tidak Tepat atas Asumsi Kelangsungan Usaha
21. Jika laporan keuangan telah disusun berdasarkan suatu basis kelangsungan usaha,
tetapi menurut pertimbangan auditor, penggunaan asumsi kelangsungan usaha dalam
laporan keuangan oleh manajemen adalah tidak tepat, maka auditor harus
menyatakan suatu opini tidak wajar. (Ref: Para. A25-A26)
Keengganan Manajemen untuk Membuat atau Memperluas Penilaiannya
22. Jika manajemen tidak mau membuat atau memperluas penilaiannya bila diminta
untuk melakukan hal itu oleh auditor, maka

auditor harus mempertimbangkan

implikasinya terhadap laporan auditor. (Ref: Par. A27)


Komunikasi dengan Pihak yang Bertanggung Jawab atas Tata Kelola
23. Kecuali jika semua pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola terlibat dalam
pengelolaan entitas, auditor harus mengomunikasikan dengan pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola, peristiwa atau kondisi yang mungkin
menimbulkan

keraguan

signifikan

terhadap

kemampuan

entitas

dalam
75

mempertahankan kelangsungan usahanya. Komunikasi seperti itu dengan pihak yang


bertanggung jawab atas tata kelola harus meliputi hal-hal berikut:
a) Apakah peristiwa atau kondisi merupakan suatu ketidakpastian material;
b)
Apakah penggunaan asumsi kelangsungan usaha sudah tepat dalam
penyusunan dan penyajian laporan keuangan; dan
c) Kecukupan pengungkapan terkait dalam laporan keuangan.
Penundaan Signifikan dalam Persetujuan atas Laporan Keuangan
24. Jika terjadi penundaan signifikan dalam persetujuan atas laporan keuangan oleh
manajemen atau pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola setelah tanggal
laporan keuangan, maka auditor harus menanyakan alasan penundaan tersebut. Jika
auditor meyakini bahwa penundaan tersebut mungkin terkait dengan peristiwa atau
kondisi yang berkaitan dengan penilaian kelangsungan usaha, maka auditor harus
melakukan prosedur audit tambahan, seperti yang dijelaskan dalam paragraf 16,
serta mempertimbangkan pengaruhnya terhadap kesimpulan auditor tentang
keberadaan suatu ketidakpastian material, seperti yang dijelaskan dalam paragraf 17.
MATERI PENERAPAN DAN PENJELASAN LAIN
Asumsi Kelangsungan Usaha (Ref: Para. 2)
Pertimbangan Spesifik atas Entitas Sektor Publik
A1. Penggunaan asumsi asumsi kelangsungan usaha oleh manajemen juga relevan bagi
entitas sektor publik. Sebagai contoh, Standar Akuntansi Sektor Publik 1 (SASP)
mengatur isu tentang kemampuan entitas sektor publik untuk mempertahankan
kelangsungan usahanya. Risiko kelangsungan usaha dapat timbul, tetapi tidak terbatas
pada, situasi yang di dalamnya entitas sektor publik beroperasi atas basis mencari
keuntungan, yang dukungan pemerintah mungkin dikurangi atau ditarik, atau dalam
hal privatisasi. Peristiwa atau kondisi dapat menyebabkan keraguan signifikan atas
kemampuan suatu entitas untuk mempertahankan kelangsungan usahanya dalam
sektor publik dapat mencakup situasi yang di dalamnya entitas sektor publik
mengalami kekurangan pendanaan untuk melanjutkan eksistensinya atau ketika
keputusan kebijakan dibuat yang memengaruhi layanan yang disediakan oleh entitas
sektor publik tersebut.
Prosedur Penilaian Risiko dan Aktivitas yang Terkait
Peristiwa atau Kondisi yang dapat Menyebabkan Keraguan tentang Asumsi Kelangsungan
Usaha
A2. Di bawah ini disajikan contoh-contoh peristiwa atau kondisi yang, baik secara
individual maupun secara kolektif, dapat menyebabkan keraguan signifikan tentang
asumsi kelangsungan usaha. Daftar tersebut bukan merupakan suatu daftar lengkap
dan satu atau lebih unsur-unsur di bawah ini tidak selalu menandakan terjadinya suatu
ketidakpastian material:
76

Keuangan:
Posisi liabilitas bersih atau liabilitas lancar bersih.
Pinjaman dengan waktu pengembalian tetap mendekati jatuh temponya
tanpa prospek yang realistis atas pembaruan atau pelunasan; atau
pengandalan yang berlebihan pada pinjaman jangka pendek untuk

mendanai aset jangka panjang.


Indikasi penarikan dukungan keuangan oleh kreditor
Arus kas operasi yang negatif, yang diindikasikan oleh laporan keuangan

historis atau prospektif.


Rasio keuangan utama yang buruk.
Kerugian operasi yang substansial atau penurunan signifikan dalam nilai

aset yang digunakan untuk menghasilkan arus kas.


Dividen yang sudah lama terhutang atau yang tidak berkelanjutan.
Ketidakmampuan untuk melunasi kreditur pada tanggal jatuh tempo.
Ketidakmampuan untuk mematuhi persyaratan perjanjian pinjaman.
Perubahan transaksi dengan pemasok, yaitu dari transaksi kredit menjadi

transaksi tunai ketika pengiriman.


Ketidakmampuan untuk memperoleh pendanaan untuk pengembangan

produk baru yang esensial atau investasi esensial lainnya.


Operasi:
Intensi manajemen untuk melikuidasi entitas atau untuk menghentikan

operasinya.
Hilangnya manajemen kunci tanpa pengggantian.
Hilangnya suatu pasar utama, pelanggan utama, wara laba, lisensi, atau

pemasok utama
Kesulitan tenaga kerja.
Kekurangan penyediaan barang/bahan.
Munculnya kompetitor yang sangat berhasil.
Lain-lain:
Ketidakpatuhan terhadap ketentuan permodalan atau ketentuan statutori

lainnya.
Perkara hukum yang dihadapi entitas yang jika berhasil dapat
mengakibatkan tuntutan kepada entitas yang kemungkinan kecil dapat

dipenuhi oleh entitas.


Perubahan dalam peraturan perundang-undangan atau kebijakan pemerintah

yang diperkirakan akan memberikan dampak buruk bagi entitas.


Kerusakan aset yang diakibatkan oleh bencana alam yang tidak

diasuransikan atau kurang diasuransikan.


Signifikansi peristiwa atau kondisi tersebut di atas seringkali dapat dimitigasi oleh
faktorfaktor lain. Sebagai contoh, pengaruh dari ketidakmampuan suatu entitas untuk
77

melunasi hutangnya secara hutang normal dapat diimbangi dengan rencana


manajemen untuk memelihara arus kas yang cukup melalui cara-cara alternatif,
seperti melalui penjualan aset, penjadwalan kembali pelunasan pinjaman, atau
pemerolehan modal tambahan. Sama halnya, hilangnya pemasok utama dapat
A3.

dimitigasi dengan ketersediaan sumber pasokan alternatif yang sesuai.


Prosedur penilaian risiko yang diharuskan dalam paragraf 10 membantu auditor
untuk menentukan apakah penggunaan asumsi kelangsungan usaha oleh manajemen
kemungkinan merupakan suatu isu penting dan dampaknya terhadap perencanaan
audit. Prosedur tersebut juga memungkinkan pembahasan dengan manajemen yang
lebih tepatwaktu, termasuk pembahasan tentang rencana manajemen dan resolusi

setiap isu kelangsungan usaha yang teridentifikasi.


Pertimbangan Spesifik bagi Entitas yang Lebih Kecil
A4. Ukuran suatu entitas dapat memengaruhi kemampuannya untuk melewati kondisi
buruk. Entitas kecil mungkin dapat merespons dengan cepat terhadap pemanfaatan
peluang, tetapi mungkin tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk
A5.

mempertahankan operasinya.
Kondisi dengan relevansi tertentu yang ada pada entitas kecil mencakup risiko bahwa
bank dan kreditur lainnya dapat menghentikan dukungannya terhadap entitas, serta
kemungkinan kehilangan pemasok utama, pelanggan utama, karyawan kunci, atau hak

untuk beroperasi di bawah suatu lisensi, waralaba, atau perjanjian hukum lainnya.
Tetap Waspada Selama Audit untuk Bukti Audit tentang Peristiwa atau Kondisi (Ref: Para.
11)
A6.

SPA 315 mengharuskan auditor untuk merevisi penilaian risiko auditor dan oleh
karena itu, memodifikasi prosedur audit lebih lanjut ketika bukti audit tambahan
diperoleh selama pelaksanaan audit yang memengaruhi penilaian risiko auditor. Jika
peristiwa atau kondisi yang dapat menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan
entitas untuk mempertahankan kelangsungan usahanya teridentifikasi setelah
penilaian risiko auditor dilakukan, sebagai tambahan atas pelaksanaan prosedur dalam
paragraf 16, penilaian auditor atas resiko kesalahan penyajian material kemungkinan
perlu direvisi. Keberadaan peristiwa atau kondisi tersebut juga dapat memengaruhi
sifat, waktu, dan luas prosedur audit lebih lanjut dalam merespons risiko yang dinilai.

SPA 330 menetapkan ketentuan dan menyediakan panduan atas isu ini.
Pengevaluasian Penilaian Manajemen
Penilaian dan Analisis Pendukung Manajemen, serta Pengevaluasian Auditor (Ref: Para.
12)

78

A7.

Penilaian manajemen atas kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan


usahanya merupakan suatu bagian utama dari pertimbangan auditor atas penggunaan

A8.

asumsi kelangsungan usaha oleh manajemen.


Bukan merupakan tanggung jawab auditor untuk mengoreksi kekurangan analisis
yang dilakukan oleh manajemen. Namun, dalam beberapa kondisi, kekurangan
analisis detail oleh manajemen untuk mendukung penilaiannya belum tentu dapat
mencegah auditor dalam menyimpulkan apakah penggunaan asumsi kelangsungan
usaha oleh manajemen sudah tepat sesuai dengan kondisinya. Sebagai contoh, ketika
terdapat suatu riwayat usaha yang menghasilkan laba dan suatu akses yang tersedia
terhadap sumber daya keuangan, manajemen dapat melakukan penilaiannya tanpa
analisis detail. Dalam hal ini, pengevaluasian auditor atas ketepatan penilaian
manajemen dapat dilakukan tanpa melakukan prosedur pengevaluasian detail jika
prosedur audit lebih lanjut sudah cukup untuk memungkinkan auditor dalam
menyimpulkan apakah penggunaan asumsi kelangsungan usaha oleh manajemen

A9.

dalam penyusunan laporan keuangan sudah tepat sesuai dengan kondisinya.


Dalam kondisi lain, pengevaluasian terhadap penilaian oleh manajemen atas
kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan usahanya, sebagaimana
yang diharuskan oleh paragraf 12, dapat mencakup suatu evaluasi atas manajemen
proses yang dilakukan setelah proses penilaian, asumsi yang mendasari penilaian
tersebut dan rencana manajemen atas tindakan di masa depan, dan apakah rencana

manajemen tersebut layak sesuai dengan kondisinya.


Periode Penilaian Manajemen (Ref: Para. 13)
A10. Kebanyakan kerangka pelaporan keuangan yang mengharuskan suatu penilaian
manajemen yang eksplisit menyebutkan periode kapan manajemen diharuskan untuk
memperhitungkan seluruh informasi yang tersedia.11
Pertimbangan Spesifik Bagi Entitas yang Lebih Kecil (Ref: Para. 12-13)
A11. Dalam banyak kasus, manajemen entitas yang lebih kecil belum tentu telah
menyiapkan suatu penilaian detail atas kemampuan entitas untuk mempertahankan
kelangsungan usahanya, tetapi sebagai penggantinya, kemungkinan manajemen
mengandalkan pengetahuannya yang mendalam tentang bisnis dan prospek di masa
depan yang diantisipasi. Namun, berdasarkan ketentuan SPA ini, auditor perlu untuk
mengevaluasi penilaian manajemen atas kemampuan entitas untuk mempertahankan
kelangsungan usahanya. Bagi entitas yang lebih kecil, kemungkinan tepat bagi auditor
untuk mendiskusikan pendanaan jangka menengah dan jangka panjang entitas dengan
manajemen, selama argumen manajemen dapat dikoroborasi oleh bukti yang dapat
didokumentasi secara memadai dan konsisten dengan pemahaman auditor atas entitas.
79

Oleh karena itu, ketentuan dalam paragraf 13 yang mengharuskan auditor untuk
meminta manajemen untuk memperluas penilaiannya dapat, sebagai contoh, dipenuhi
melalui diskusi, pengajuan pertanyaan, dan inspeksi terhadap dokumentasi
pendukung, sebagai contoh, pengevaluasian terhadap kelayakan atau keterdukungan
bukti atas pesanan yang diterima untuk pasokan di masa depan.
A12. Dukungan yang berkelanjutan oleh pemilik-pengelola seringkali penting bagi
kemampuan entitas yang lebih kecil untuk mempertahankan kelangsungan usahanya.
Ketika suatu entitas kecil sebagian besar didanai dengan suatu pinjaman dari pemilikpengelola, kemungkinan penting bahwa dana tersebut tidak ditarik oleh pemilikpengelola. Sebagai contoh, keberlanjutan suatu entitas kecil dalam kesulitan keuangan
mungkin bergantung pada dilakukannya subordinasi pinjaman entitas oleh pemilikpengelola yang menguntungkan pihak bank pemberi pinjaman atau kreditur lainnya,
atau dilakukannya penjaminan oleh pemilik-pengelola untuk mendukung pinjaman
dengan cara memberikan aset pribadinya sebagai jaminan. Dalam kondisi tersebut,
auditor dapat memperoleh bukti terdokumentasi atas subordinasi atau penjaminan
pinjaman oleh pemilik-pengelola. Ketika suatu entitas bergantung pada dukungan
tambahan dari pemilik-pengelola, auditor dapat mengevaluasi kemampuan pemilikpengelola dalam memenuhi kewajibannya berdasarkan pengaturan dukungan tersebut.
Selain itu, auditor dapat meminta konfirmasi tertulis tentang persyaratan dan kondisi
yang mendasari dukungan tersebut serta intensi atau pemahaman pemilik-pengelola
atas pengaturan dukungan tersebut.
Periode Setelah Penilaian Manajemen (Ref: Para. 15)
A13. Seperti yang diharuskan dalam paragraf 11, auditor tetap waspada terhadap
kemungkinan adanya peristiwa yang diketahui, baik yang terjadwal maupun yang
tidak terjadwal, atau kondisi yang akan terjadi setelah periode penilaian yang
digunakan oleh manajemen yang dapat menimbulkan pertanyaan tentang ketepatan
penggunaan asumsi kelangsungan usaha oleh manajemen dalam penyusunan laporan
keuangan. Oleh karena tingkat ketidakpastian yang terkait dengan hasil suatu
peristiwa atau kondisi meningkat seiring dengan berjalannya waktu, dalam
mempertimbangkan peristiwa atau kondisi lebih lanjut di masa depan, maka indikasi
atas isu-isu kelangsungan usaha perlu bersifat signifikan sebelum auditor perlu
mempertimbangkan untuk melakukan tindakan lebih lanjut. Jika peristiwa atau
kondisi teridentifikasi, maka auditor kemungkinan perlu untuk meminta manajemen
untuk mengevaluasi signifikansi potensial dari peristiwa atau kondisi tersebut
sehubungan

dengan

penilaian

manajemen

atas

kemampuan

entitas

untuk
80

mempertahankan kelangsungan usahanya. Dalam kondisi tersebut, prosedur dalam


paragraf 16 berlaku.
A14. Selain menanyakan kepada manajemen, auditor tidak memiliki tanggung jawab untuk
melakukan prosedur audit lainnya untuk mengidentifikasi peristiwa atau kondisi yang
dapat

menyebabkan

keraguan

signifikan

atas

kemampuan

entitas

untuk

mempertahankan kelangsungan usahanya setelah periode yang dinilai oleh


manajemen, yang, sebagaimana dibahas dalam paragraf 13, mencakup sekurangkurangnya 12 bulan sejak tanggal laporan keuangan.
Prosedur Audit Tambahan Ketika Peristiwa atau Kondisi Teridentifikasi (Ref: Para.16)
A15. Prosedur audit yang relevan dengan ketentuan dalam paragraf 16 dapat mencakup halhal sebagai berikut:
Menganalisis dan membahas arus kas, laba, dan prakiraan relevan lainnya

dengan manajemen.
Menganalisis dan membahas laporan keuangan interim terakhir entitas yang

tersedia.
Membaca persyaratan perjanjian pinjaman dan menentukan apakah terdapat

pelanggaran persyaratan tersebut.


Membaca risalah rapat pemegang saham, pihak yang bertanggung jawab
atas tata kelola, dan komite-komite yang relevan untuk mengetahui adanya

kesulitan pendanaan.
Menanyakan penasihat hukum entitas tentang keberadaan litigasi dan
klaim, serta kewajaran penilaian oleh manajemen tentang hasil dan estimasi

dampak keuangan dari litigasi dan klaim tersebut.


Mengonfirmasi keberadaan, legalitas, dan kemampuan penegakan dari
pengaturan untuk menyediakan atau memelihara dukungan keuangan dari
pihak berelasi dan pihak ke tiga, serta menilai kemampuan keuangan dari

pihak-pihak tersebut dalam menyediakan dan tambahan.


Mengevaluasi rencana entitas untuk menghadapi pesanan pelanggan yang

tidak dapat dipenuhi.


Melakukan prosedur audit atas peristiwa yang terjadi setelah tanggal
pelaporan untuk mengidentifikasi peristiwa-peristiwa yang memitigasi atau
memengaruhi kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan

usahanya.
Mengonfirmasi eksistensi, persyaratan, dan kecukupan fasilitas pinjaman.
Memperoleh dan mereviu laporan-laporan tentang tindakan badan pengatur.
Menentukan kecukupan bukti pendukung atas penghapusan aset yang

direncanakan.
Pengevaluasian atas Rencana Manajemen untuk Tindakan di Masa Depan (Ref: Para. 16b)
81

A16. Pengevaluasian atas rencana manajemen untuk tindakan di masa depan dapat
mencakup pengajuan pertanyaan kepada manajemen tentang rencana manajemen
untuk tindakan di masa depan, termasuk, sebagai contoh, rencana untuk melikuidasi
aset, meminjam dana

atau merestrukturisasi hutang, mengurangi atau menunda

pembelanjaan, atau meningkatkan permodalan.


Periode Penilaian Manajemen (Ref: Para. 16(c))
A17. Sebagai tambahan atas prosedur yang diharuskan dalam paragraf 16(c), auditor dapat
membandingkan:
Informasi keuangan prospektif untuk periode lalu terkini dengan hasil

historis; dan
Informasi keuangan prospektif untuk periode kini dengan hasil yang telah

dicapai sampai dengan tanggal dilakukannya prosedur ini.


A18. Ketika asumsi manajemen mencakup dukungan yang berkelanjutan dari pihak ketiga,
baik melalui subordinasi pinjaman, komitmen untuk memelihara atau menyediakan
pendanaan tambahan, atau penjaminan, dan dukungan tersebut penting bagi
kemampuan suatu entitas untuk mempertahankan kelangsungan usahanya, auditor
mungkin perlu mempertimbangkan untuk meminta konfirmasi tertulis (termasuk
persyaratan dan kondisi) dari pihak ketiga tersebut dan untuk memperoleh bukti
tentang kemampuan pihak ketiga tersebut dalam menyediakan dukungan tersebut.
Kesimpulan Audit dan Pelaporan (Ref: Para. 17)
A19. Frasa ketidakpastian material digunakan dalam Standar Akuntansi Keuangan No. 1
(Revisi 2009), Penyajian Laporan Keuangan dalam membahas ketidakpastian yang
terkait dengan peristiwa atau kondisi yang dapat menyebabkan keraguan signifikan
atas kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan usahanya yang harus
diungkapkan dalam laporan keuangan. Dalam beberapa kerangka pelaporan keuangan
lain, frasa ketidakpastian signifikan digunakan dalam kondisi serupa.
Penggunaan Asumsi Kelangsungan Usaha sudah Tepat, tetapi Terdapat suatu
Ketidakpastian Material
Kecukupan Pengungkapan Ketidakpastian Material (Ref: Para. 18)
A20. Penentuan kecukupan pengungkapan laporan keuangan dapat melibatkan penentuan
apakah informasi tersebut secara eksplisit membawa perhatian pembaca pada
kemungkinan bahwa entitas tidak dapat merealisasikan asetnya dan melunasi
liabilitasnya dalam kegiatan bisnis normal.
Pelaporan Audit ketika Pengungkapan Ketidakpastian Material Sudah Memadai (Ref:
Para.19)
A21. Berikut ini merupakan suatu ilustrasi paragraf penekanan ketika auditor meyakini
bahwa pengungkapan dalam laporan keuangan sudah memadai:
Paragraf Penekanan Suatu Hal
82

Tanpa menyatakan pengecualian atas pendapat kami, kami membawa perhatian


Saudara pada Catatan X atas laporan keuangan yang mengindikasikan bahwa
Perusahaan mengalami rugi bersih sebesar Rpxx untuk tahun yang berakhir pada
tanggal 31 Desember 20X1 dan, pada tanggal tersebut, liabilitas lancar Perusahaan
melampaui total asetnya sebesar Rpyy. Kondisi tersebut, bersama dengan hal-hal lain
sebagaimana

dijelaskan

dalam

Catatan

X,

mengindikasikan

adanya

suatu

ketidakpastian material yang dapat menyebabkan keraguan signifikan atas


kemampuan Perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan usahanya
A22. Dalam situasi yang melibatkan ketidakpastian material multipel yang signifikan
terhadap laporan keuangan secara keseluruhan, auditor dapat menganggapnya sebagai
hal yang tepat dalam kondisi yang sangat jarang untuk tidak menyatakan pendapat,
dan tidak menggunakan paragraf penekanan. SPA 705 menyediakan panduan tentang
hal ini.
Pelaporan Audit Bila Pengungkapan Ketidakpastian Material Tidak Memadai (Ref: Para.20)
A23. Berikut ini disajikan suatu ilustrasi tentang paragraf-paragraf yang relevan bila suatu
opini wajar dengan pengecualian dinyatakan:
Basis untuk Opini Wajar dengan Pengecualian
Perjanjian pendanaan Perusahaan telah jatuh tempo dan jumlah yang terhutang harus
dilunasi pada tanggal 19 Maret 20X1. Perusahaan masih belum mampu untuk
menegosiasi

kembali

atau

memperoleh

pendanaan

pengganti.

Situasi

ini

mengindikasikan adanya suatu ketidakpastian material yang dapat menyebabkan


keraguan

signifikan

atas

kemampuan

Perusahaan

untuk

mempertahankan

kelangsungan usahanya, dan oleh karena itu, Perusahaan kemungkinan tidak dapat
merealisasikan asetnya dan melunasi liabilitasnya dalam kegiatan bisnis normal.
Laporan keuangan (dan catatan atas laporan keuangan terkait) tidak mengungkapan
fakta tersebut sepenuhnya.
Opini Wajar dengan Pengecualian
Menurut pendapat kami, kecuali untuk pengungkapan yang tidak lengkap atas
informasi yang dirujuk dalam paragraf Basis untuk Opini Wajar dengan Pengecualian,
laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi
keuangan Perusahaan tanggal 31 Desember 20X0, serta kinerja keuangan dan arus kas
terkait untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai dengan Standar
Akuntansi Keuangan di Indonesia.
A24. Berikut ini disajikan suatu ilustrasi tentang paragraf-paragraf yang relevan bila suatu
opini tidak wajar dinyatakan:
Basis untuk Opini Tidak Wajar
83

Perjanjian pendanaan Perusahaan sudah jatuh tempo dan jumlah yang terhutang harus
dilunasi pada tanggal 31 Desember 20X0. Perusahaan masih belum mampu untuk
menegosiasi

kembali

atau

memperoleh

pendanaan

pengganti,

dan

sedang

mempertimbangkan untuk menyatakan pailit. Peristiwa tersebut mengindikasikan


adanya suatu ketidakpastian material yang dapat menyebabkan keraguan signifikan
atas kemampuan Perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan usahanya, dan
oleh karena itu, Perusahaan kemungkinan tidak dapat merealisasikan asetnya dan
melunasi lialibilitasnya dalam kegiatan bisnis normal. Laporan keuangan (dan catatan
atas laporan keuangan terkait) tidak mengungkapkan fakta tersebut.
Opini Tidak Wajar
Menurut pendapat kami, karena tidak diungkapkannya informasi yang dirujuk dalam
paragraf Basis untuk Opini Tidak Wajar, laporan keuangan tidak menyajikan secara
wajar posisi keuangan Perusahaan tanggal 31 Desember 20X0, serta kinerja keuangan
dan arus kas terkait untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai dengan
Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia
Penggunaan Asumsi Kelangsungan Usaha yang tidak Tepat (Ref: Para. 21)
A25. Jika laporan keuangan telah disusun dengan menggunakan basis kelangsungan usaha
tetapi, menurut pertimbangan auditor, penggunaan asumsi kelangsungan usaha dalam
laporan keuangan oleh manajemen tidak tepat, maka ketentuan dalam paragraf 21
berlaku bagi auditor untuk menyatakan suatu opini tidak wajar, tanpa memperhatikan
apakah laporan keuangan mencantumkan atau tidak mencantumkan pengungkapan
tentang ketidaktepatan pengggunaan asumsi kelangsungan usaha oleh manajemen.
A26. Jika manajemen entitas diharuskan, atau memilih, untuk menyusun laporan keuangan
ketika penggunaan asumsi kelangsungan usaha tidak tepat dengan kondisinya, maka
laporan keuangan disusun dengan menggunakan suatu basis alternatif (sebagai contoh,
basis likuidasi). Auditor dapat melaksanakan audit atas laporan keuangan tersebut
selama auditor menentukan bahwa basis alternatif tersebut merupakan suatu kerangka
pelaporan keuangan yang dapat diterima dalam kondisi tersebut. Auditor juga dapat
menyatakan suatu opini tanpa modifikasian atas laporan keuangan tersebut selama
terdapat pengungkapan yang memadai dalam laporan keuangan tersebut, tetapi dapat
mempertimbangkan sebagai suatu hal yang tepat atau perlu untuk mencantumkan
suatu paragraf penekanan dalam laporan auditor untuk membawa perhatian pengguna
laporan keuangan pada basis alternatif tersebut dan alasan penggunaannya.
Manajemen Tidak Bersedia untuk Membuat atau Memperluas Penilaiannya (Ref:
Para. 22)
84

A27. Dalam kondisi tertentu, auditor dapat meyakini bahwa perlu meminta manajemen
untuk membuat atau memperluas penilaiannya. Jika manajemen tidak bersedia untuk
melakukan hal tersebut, maka auditor dapat menyatakan suatu opini wajar dengan
pengecualian atau opini tidak menyatakan pendapat dalam laporan auditor, karena
tidak mungkin bagi auditor untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat
tentang penggunaan asumsi kelangsungan usaha dalam penyusunan laporan keuangan.

SA 580
Representasi Tertulis
PENDAHULUAN
Ruang Lingkup SPA Ini
1.

Standar Perikatan Audit (SPA) ini berkaitan dengan tanggung jawab auditor untuk
memperoleh representasi tertulis dari manajemen dan, jika relevan, pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola dalam audit atas laporan keuangan.

2.

Lampiran 1 memuat daftar SPA lain yang berisi hal pokok tentang persyaratan
spesifik untuk representasi tertulis. Persyaratan spesifik untuk representasi tertulis
dalam SPA lain tersebut tidak membatasi penerapan SPA ini.

Representasi Tertulis sebagai Bukti Audit


3.

Bukti audit adalah informasi yang digunakan oleh auditor dalam mengambil
kesimpulan yang mendasari opini auditor. Representasi tertulis adalah informasi
yang perlu diperoleh auditor dalam hubungannya dengan audit atas laporan
keuangan entitas. Oleh karena itu, serupa dengan respons atas permintaan
keterangan, representasi tertulis juga merupakan bukti audit. (Ref: Para. A1)

4.

Meskipun representasi tertulis menyediakan bukti audit yang dibutuhkan,


representasi tersebut tidak menyediakan bukti audit yang cukup dan tepat, tentang
hal-hal yang terdapat di dalamnya. Di samping itu, fakta bahwa manajemen telah
menyediakan representasi tertulis yang andal, tidak memengaruhi sifat maupun luas
bukti audit lain yang diperoleh auditor tentang pemenuhan tanggung jawab
manajemen, atau mengenai asersi spesifik.

Tanggal Berlaku Efektif


5.

SPA ini berlaku efektif untuk audit laporan keuangan untuk periode dimulai pada
atau setelah 1 Januari 2013.
85

TUJUAN
6.

Tujuan auditor adalah:


a) Untuk memperoleh representasi tertulis dari manajemen dan, jika relevan, pihak
yang bertanggung jawab atas tata kelola tentang keyakinan bahwa mereka telah
memenuhitanggung jawab mereka untuk menyusun laporan keuangan dan untuk
kelengkapan informasi yang disediakan bagi auditor;
b) Untuk mendukung bukti audit lain yang relevan dengan laporan keuangan atau
asersi spesifik dalam laporan keuangan melalui representasi tertulis jika
ditetapkan perlu oleh auditor atau diharuskan oleh SPA yang lain; dan
c) Untuk merespons secara tepat representasi tertulis yang disediakan oleh
manajemen dan, jika relevan, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola, atau
jika manajemen atau, jika relevan, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola
tidak menyediakan representasi tertulis yang diminta oleh auditor.

DEFINISI
7.

Untuk tujuan SPA, istilah di bawah ini memiliki makna sebagai berikut:
Representasi tertulisSuatu pernyataan tertulis yang diberikan oleh manajemen
kepada auditor untuk mengkonfirmasi mengenai hal-hal tertentu atau untuk
mendukung bukti audit lain. Representasi tertulis dalam konteks ini tidak termasuk
laporan keuangan, asersi yang terdapat di dalamnya, atau buku dan catatan yang
mendukung laporan keuangan tersebut.

8.

Untuk tujuan SPA ini, istilah manajemen harus dibaca sebagai manajemen dan,
jika relevan, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola. Selanjutnya, dalam hal
kerangka penyajian yang wajar, manajemen bertanggung jawab atas penyusunan dan
penyajian wajar laporan keuangan sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang
berlaku

KETENTUAN
Manajemen yang diminta untuk Memberikan Representasi Tertulis
9. Auditor harus meminta representasi tertulis dari manajemen yang memiliki tanggung
jawab yang semestinya atas laporan keuangan dan pengetahuan atas hal-hal yang
dipandang penting. (Ref: Para. A2-A6)
Representasi Tertulis Tentang Tanggung Jawab Manajemen
Penyusunan Laporan Keuangan
86

10. Auditor harus meminta manajemen untuk menyediakan representasi tertulis bahwa
mereka telah memenuhi tanggung jawab mereka dalam menyusun laporan keuangan
sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, termasuk, apabila
relevan, penyajian yang wajar, seperti yang ditetapkan dalam persyaratan perikatan
audit. (Ref: Para. A7-A9, A14, A22)
Informasi yang Disediakan dan Kelengkapan Transaksi
11. Auditor harus meminta manajemen untuk menyediakan representasi tertulis bahwa:
a) Mereka telah menyediakan bagi auditor semua informasi relevan dan akses sesuai
dengan yang disetujui dalam persyaratan perikatan audit, dan
b) Semua transaksi telah dicatat dan dicerminkan dalam laporan keuangan. (Ref:
Para. A7-A9, A14, A22)
Penjelasan Tentang Tanggung Jawab Manajemen dalam Representasi Tertulis
12. Tanggung jawab manajemen harus dijelaskan dalam representasi tertulis seperti yang
ditentukan dalam paragraf 10 dan 11, sesuai dengan tanggung jawab yang terdapat di
dalam persyaratan perikatan audit.
Representasi Tertulis Lainnya
13. SPA lain mengharuskan auditor untuk meminta representasi tertulis. Jika, sebagai
tambahan representasi yang diminta tersebut, auditor mempertimbangkan bahwa
satu atau lebih representasi tertulis dibutuhkan untuk mendukung bukti audit lain
yang relevan dengan laporan keuangan atau satu atau lebih asersi spesifik di dalam
laporan keuangan, auditor harus meminta representasi tertulis lainnya tersebut. (Ref:
Para. A10-A13, A14, A22)
Tanggal dan Periode yang Dicakup oleh Representasi Tertulis
14. Tanggal representasi tertulis harus sama dengan tanggal laporan auditor atas laporan
keuangan. Representasi tertulis harus mencakup seluruh laporan keuangan dan
periode yang dirujuk di dalam laporan auditor. (Ref: Para. A15-A18)
Bentuk Representasi Tertulis
15. Representasi tertulis harus disajikan dalam bentuk surat representasi yang ditujukan
kepada auditor. Jika peraturan perundang-undangan mensyaratkan manajemen untuk
membuat pernyataan publik yang tertulis mengenai tanggung jawabnya, dan auditor
menganggap bahwa pernyataan tersebut menyediakan beberapa atau seluruh
representasi yang ditentukan dalam paragraf 10 atau 11, maka hal-hal relevan yang
telah dicakup oleh pernyataan tersebut tidak perlu lagi dicantumkan di dalam surat
representasi. (Ref: Para. A19-A21)
87

Keraguan atas Keandalan Representasi Tertulis dan Representasi Tertulis yang Diminta
Tidak Diberikan
Keraguan atas Keandalan Representasi Tertulis
16. Jika auditor memiliki keraguan tentang kompetensi, integritas, nilai-nilai etik, atau
kesungguhan manajemen, atau komitmen mereka dalam menerapkan hal ini, auditor
harus menentukan dampak keraguan tersebut terhadap keandalan representasi (lisan
atau tulisan) dan bukti audit secara umum. (Ref: Para. A24-A25)
17. Secara khusus, jika representasi tertulis tidak konsisten dengan bukti audit lainnya,
auditor harus melaksanakan prosedur audit sebagai usaha untuk menyelesaikan hal
tersebut. Jika hal tersebut tetap tidak terselesaikan, auditor harus mempertimbangkan
kembali penilaian atas kompetensi, integritas, nilai-nilai etik, atau kesungguhan
manajemen, atau mengenai komitmen mereka dalam melaksanakan hal ini, dan
harus menentukan dampak yang mungkin ditimbulkan terhadap keandalan
representasi (lisan atau tertulis) dan bukti audit secara umum. (Ref: Para. A23)
18. Jika auditor menyimpulkan bahwa representasi tertulis tidak dapat diandalkan,
auditor harus mengambil langkah-langkah yang tepat, termasuk menentukan dampak
yang mungkin timbul terhadap opini di dalam laporan auditor berdasarkan SPA 705,
dengan memertimbangkan ketentuan dalam paragraf 20 SPA ini.
Representasi Tertulis yang Diminta Tidak Disediakan
19. Jika manajemen tidak memberikan satu atau lebih representasi tertulis yang diminta,
auditor harus:
a) Mendiskusikan masalah ini dengan manajemen;
b) Mengevaluasi ulang integritas manajemen dan mengevaluasi

dampak yang

mungkin timbul terhadap keandalan representasi (baik lisan maupun tertulis) dan
bukti audit secara umum; dan
c) Mengambil langkah yang tepat, termasuk menentukan dampak yang mungkin
timbul terhadap opini dalam laporan auditor sesuai dengan SPA 705, dengan tidak
mengabaikan ketentuan dalam paragraf 20 SPA ini.
Representasi Tertulis mengenai Tanggung Jawab Manajemen
20. Auditor tidak memberikan opini atas laporan keuangan sesuai dengan SPA 705 jika:
(Ref: Para. A26-A27)
a) Auditor menyimpulkan bahwa terdapat keraguan mengenai integritas manajemen
sehingga representasi tertulis seperti yang ditentukan dalam paragraf 10 dan 11
tidak dapat diandalkan; atau
88

b) Manajemen tidak memberikan representasi tertulis seperti yang ditentukan dalam


paragraph 10 dan 11

MATERI PENERAPAN DAN PENJELASAN LAIN


Representasi Tertulis sebagai Bukti Audit (Ref: Para. 3)
A1. Representasi tertulis merupakan sumber bukti audit yang penting. Jika manajemen
memodifikasi atau tidak memberikan representasi tertulis yang diminta, hal tersebut
dapat mengindikasikan kemungkinan akan adanya satu atau lebih isu yang signifikan.
Di samping itu, permintaan untuk memperoleh representasi tertulis, dibandingkan
dengan

lisan,

dalam

banyak

kasus

dapat

mendorong

manajemen

untuk

mempertimbangkan permasalahan dengan lebih teliti, sehingga dapat meningkatkan


kualitas representasi yang diberikan.
Manajemen yang Diminta untuk Memberikan Representasi Tertulis (Ref: Para. 9)
A2. Representasi tertulis diminta dari pihak yang bertanggung jawab atas penyusunan dan
penyajian laporan keuangan. Individu-individu tersebut bervariasi tergantung pada
struktur tata kelola entitas yang bersangkutan, dan peraturan perundang-undangan
yang relevan. Oleh karena itu, representasi tertulis dapat diminta dari direktur utama
dan direktur keuangan entitas, atau orang lain di dalam entitas yang memiliki jabatan
A3.

yang setara dalam hal entitas tidak menggunakan istilah jabatan tersebut.
Berkaitan dengan tanggung jawab untuk menyusun dan menyajikan laporan
keuangan, serta tanggung jawab untuk menjalankan bisnis entitas, manajemen
diharapkan memiliki pengetahuan yang cukup mengenai proses yang dilakukan oleh
entitas dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan beserta asersi-asersi terkait

A4.

di dalamnya yang akan menjadi basis dalam pembuatan representasi tertulis.


Namun, dalam beberapa kasus, manajemen dapat memutuskan untuk meminta
keterangan dari pihak lain yang berpartisipasi dalam menyusun dan menyajikan
laporan keuangan beserta asersi-asersi yang terkait, termasuk individu-individu yang
memiliki pengetahuan tertentu mengenai hal-hal yang dimintakan representasi tertulis.
Individuindividu tersebut dapat termasuk:
Aktuaris yang bertanggung jawab untuk perhitungan aktuarial yang digunakan

dalam pengukuran akuntansi.


Staf insinyur yang memiliki tanggung jawab dan pengetahuan khusus mengenai

pengukuran liabilitas terhadap lingkungan.


Penasihat hukum internal yang dapat menyediakan

informasi penting untuk

provisi atas tuntutan hukum.


Pertimbangan Spesifik bagi Entitas yang Lebih Kecil
89

A4.

Ukuran suatu entitas dapat memengaruhi kemampuannya untuk melewati kondisi


buruk. Entitas kecil mungkin dapat merespons dengan cepat terhadap pemanfaatan
peluang, tetapi mungkin tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk

A5.

mempertahankan operasinya.
Dalam beberapa kasus, manajemen dapat memasukkan kata-kata penekanan dalam
representasi tertulis yang menunjukkan bahwa representasi telah dibuat berdasarkan
pengetahuan dan keyakinan terbaik manajemen. Auditor dapat menerima penggunaan
kata-kata tersebut jika auditor yakin bahwa representasi telah dibuat oleh pihak yang
memiliki tanggung jawab dan pengetahuan yang tepat mengenai permasalahan yang

A6.

dicakup dalam representasi.


Untuk menekankan kembali perlunya manajemen untuk membuat representasi yang
informatif, auditor dapat meminta kepada manajemen untuk memasukkan konfirmasi
dalam representasi tertulis bahwa manajemen telah meminta keterangan yang
dianggap tepat yang dapat menempatkan mereka dalam posisi untuk membuat
representasi tertulis yang diminta. Permintaan keterangan semacam itu tidak
diharapkan untuk melibatkan proses internal yang formal di luar yang telah ditetapkan

oleh entitas.
Representasi Tertulis Mengenai Tanggung Jawab Manajemen (Ref: Para. 10-11)
A7. Bukti audit yang diperoleh selama audit bahwa manajemen telah memenuhi tanggung
jawab yang dirujuk dalam paragraf 10 dan 11 tidaklah cukup tanpa adanya konfirmasi
dari manajemen mengenai keyakinan mereka bahwa mereka telah memenuhi
tanggung jawab tersebut. Hal ini disebabkan auditor tidak dapat menilai hanya
berdasarkan bukti audit lain mengenai apakah manajemen telah menyusun dan
menyajikan laporan keuangan dan menyediakan informasi kepada auditor dengan
dasar bahwa manajemen sepakat mengakui dan mengerti tanggung jawabnya. Sebagai
contoh: auditor tidak dapat menarik kesimpulan bahwa manajemen telah memberikan
semua informasi yang relevan sesuai dengan yang disetujui di dalam ketentuan
perikatan audit tanpa menanyakan apakah, dan menerima konfirmasi bahwa,
A8.

informasi semacam itu telah diberikan.


Representasi tertulis yang ditentukan dalam paragraf 10 dan 11 menggambarkan
pengakuan dan pemahaman yang telah disepakati manajemen tentang tanggung
jawabnya berdasarkan syarat-syarat perikatan audit dengan meminta konfirmasi
bahwa mereka telah memenuhi hal tersebut. Auditor juga dapat meminta manajemen
untuk mengkonfirmasi ulang pengakuan dan pemahaman mereka terhadap tanggung
jawab tersebut dalam representasi tertulis. Hal ini biasa terjadi dalam yurisdiksi
tertentu, namun dalam peristiwa apa pun mungkin tepat ketika:
90

Pihak yang menandatangani syarat-syarat perikatan audit atas nama entitas,

sudah tidak lagi memiliki tanggung jawab yang relevan;


Syarat-syarat perikatan audit disiapkan pada tahun sebelumnya;
Terdapat indikasi bahwa manajemen salah memahami tanggung jawab

tersebut; atau
Perubahan keadaan yang membuat hal tersebut menjadi tepat untuk

dilakukan.
Konsisten dengan ketentuan dalam SPA 210, konfirmasi ulang atas pengakuan dan
pemahaman manajemen tentang tanggung jawabnya tersebut tidak dibuat atas
pengetahuan dan keyakinan terbaik manajemen (sebagaimana yang telah dibahas
dalam paragraf A5 SPA ini).
Pertimbangan Khusus untuk Entitas Sektor Publik
A9. Mandat untuk audit atas laporan keuangan entitas sektor publik mungkin lebih luas
dengan entitas lainnya. Sebagai hasilnya, dasar pemikiran, terkait dengan tanggung
jawab manajemen, yang mana audit atas laporan keuangan entitas sektor publik
dilakukan dapat menyebabkan perlunya representasi tertulis tambahan. Ini dapat
mencakup representasi tertulis yang mengkonfirmasikan bahwa transaksi dan
peristiwa telah dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan atau
otoritas lainnya.
Representasi Tertulis Lainnya (Ref: Para. 13)
Representasi Tertulis Tambahan tentang Laporan Keuangan
A10. Selain representasi tertulis yang ditentukan dalam paragraf 10, auditor dapat
mempertimbangkan untuk meminta representasi tertulis lainnya yang berhubungan
dengan laporan keuangan. Representasi tertulis semacam ini dapat sebagai tambahan,
namun bukan merupakan bagian dari, representasi tertulis yang diminta dalam
paragraf 10. Representasi tambahan ini dapat meliputi representasi berikut ini:
Apakah pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi sudah tepat; dan
Apakah hal-hal berikut ini, jika relevan dengan kerangka pelaporan keuangan
yang berlaku, telah diketahui, diukur, disajikan atau diungkapkan sesuai dengan
kerangka tersebut:
- Rencana atau maksud yang dapat memengaruhi nilai tercatat atau klasifikasi
-

aset dan liabilitas;


Liabilitas, baik yang aktual maupun yang kontinjen
Hak terhadap, atau pengendalian atas aset, hak gadai atas aset, dan aset yang

digadaikan sebagai jaminan; dan


Berbagai aspek peraturan perundang-undangan, dan kontrak perjanjian yang

dapat memengaruhi laporan keuangan, termasuk ketidakpatuhan.


Representasi Tertulis Tambahan tentang Informasi yang Disediakan untuk Auditor

91

A11.

Sebagai tambahan representasi tertulis yang dintentukan dalam paragraf 11, auditor
dapat mempertimbangkan untuk meminta kepada manajemen untuk menyediakan
representasi tertulis bahwa mereka telah mengomunikasikan semua defisiensi dalam

pengendalian internal yang mereka ketahui kepada auditor.


Representasi Tertulis tentang Asersi Spesifik
A12. Ketika memperoleh bukti tentang, atau mengevaluasi, pertimbangan dan maksud,
auditor dapat mempertimbangkan satu atau lebih hal berikut:
Riwayat masa lalu entitas dalam melaksanakan maksud yang telah dinyatakan;
Alasan entitas dalam memilih suatu tindakan tertentu;
Kemampuan entitas untuk melaksanakan suatu rangkaian tindakan spesifik.
Keberadaan atau tidak adanya informasi lain yang diperoleh selama audit yang
mungkin tidak konsisten dengan pertimbangan atau maksud manajemen.
A13. Di samping itu, auditor dapat mempertimbangkan bahwa perlu untuk meminta
manajemen untuk memberikan representasi tertulis tentang asersi spesifik dalam
laporan keuangan; khususnya untuk mendukung pemahaman yang telah diperoleh
auditor melalui bukti audit lainnya tentang pertimbangan atau maksud manajemen
dalam hubungannya dengan, atau kelengkapan tentang, suatu asersi spesifik. Sebagai
contoh, jika maksud manajemen adalah penting untuk basis penilaian suatu investasi,
adalah tidak mungkin untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tanpa
adanya representasi tertulis dari manajemen tentang maksud mereka. Walaupun
representasi tertulis tersebut menyediakan bukti audit yang diperlukan, representasi
tersebut tidak memberikan bukti audit yang cukup dan tepat untuk asersi tersebut
apabila representasi tersebut sebagai satu-satunya bukti audit.
Pengomunikasian Suatu Jumlah Ambang Batas (Ref: Para. 10-11, 13)
A14. SPA 450 mengharuskan auditor untuk mengakumulasikan kesalahan penyajian yang
teridentifikasi selama audit, di luar hal-hal yang dianggap tidak penting. Auditor dapat
Menentukan suatu jumlah ambang batas yang di atas jumlah tersebut,
kesalahanpenyajian tidak dapat dikategorikan sebagai hal yang tidak penting. Dengan
cara yang sama, auditor dapat mengomunikasikan tentang suatu ambang batas
kepadamanajemen dalam kaitannya dengan representasi tertulis yang diminta.
Tanggal dan Periode yang Dicakup oleh Representasi Tertulis (Ref: Para. 14)
A15. Karena representasi tertulis merupakan bukti audit yang diperlukan, maka opini
auditor tidak dapat dinyatakan, dan laporan auditor tidak dapat diberi tanggal,
sebelum tanggal representasi tertulis. Di samping itu, karena auditor memandang
penting peristiwa yang terjadi sampai dengan tanggal laporan auditor yang mungkin
membutuhkan penyesuaian atas atau pengungkapan dalam laporan keuangan, tanggal
92

dalam representasi tertulis harus dibuat sedekat mungkin dengan, tetapi tidak setelah,
tanggal laporan auditor atas laporan keuangan.
A16. Dalam beberapa keadaan, mungkin saja tepat bagi auditor untuk mendapatkan
representasi tertulis tentang asersi spesifik dalam laporan keuangan selama
pelaksanaan audit. Dalam hal ini, auditor mungkin perlu meminta suatu representasi
tertulis yang dimutakhirkan.
A17. Representasi tertulis berlaku untuk semua periode yang dirujuk dalam laporan auditor
karena manajemen perlu menyatakan kembali bahwa representasi tertulis yang
dibuatnya untuk periode sebelumnya masih tepat. Auditor dan manajemen dapat
menyetujui suatu bentuk representasi tertulis yang akan memutakhirkan representasi
tertulis periode sebelumnya dengan mempertimbangkan apakah terdapat perubahan
dalam representasi tertulis tersebut, dan jika ada, apa saja perubahannya.
A18. Suatu keadaan dapat terjadi yang di dalamnya manajemen sekarang tidak menjabat
dalam keseluruhan periode yang dirujuk dalam laporan auditor. Individu-individu
tersebut dapat menyatakan bahwa mereka bukanlah individu yang tepat untuk
menyediakan sebagian atau keseluruhan representasi tertulis karena mereka tidak
menjabat selama periode yang dimaksud. Namun, fakta ini tidak mengurangi
tanggung jawab individu tersebut terhadap laporan keuangan secara keseluruhan. Oleh
karena itu, keharusan auditor untuk meminta representasi tertulis dari mereka yang
mencakup seluruh periode yang relevan tetap berlaku.
Bentuk Representasi Tertulis (Ref: Para. 15)
A19. Representasi tertulis harus dicantumkan dalam surat representasi yang ditujukan
kepada auditor. Namun, dalam beberapa yurisdiksi, manajemen mungkin diharuskan
oleh peraturan perundang-undangan untuk membuat pernyataan publik tertulis
tentangtanggung jawabnya. Meskipun pernyataan tersebut merupakan representasi
kepada para pengguna laporan keuangan, atau kepada otoritas yang relevan, auditor
dapat memutuskan pernyataan tersebut sebagai suatu bentuk representasi tertulis yang
tepat sesuai dengan sebagian atau seluruh representasi yang diharuskan dalam
paragraf 10 atau 11. Oleh karena itu, hal-hal relevan yang sudah dicakup oleh
pernyataan tersebut tidak perlu dicantumkan lagi ke dalam surat representasi. Faktorfaktor yang mungkin mempengaruhi keputusan auditor mencakup:
Apakah pernyataan tersebut mencantumkan konfirmasi tentang pemenuhan

tanggung jawab sesuai dengan yang dirujuk ke dalam paragraf 10 dan 11.
Apakah pernyataan tersebut telah diberikan atau disetujui oleh pihak yang
diminta oleh auditor untuk memberikan representasi tertulis yang relevan.
93

Apakah suatu kopi pernyataan tersebut telah disediakan untuk auditor sedekat
mungkin, tetapi tidak setelah, tanggal laporan auditor di dalam laporan keuangan

(lihat paragraf 14).


A20. Pernyataan formal tentang kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, atau
tentang persetujuan atas laporan keuangan, bukanlah merupakan informasi yang dapat
memuaskan auditor bahwa seluruh representasi yang dibutuhkan telah dengan sadar
dibuat. Pernyataan tentang tanggung jawab manajemen terhadap peraturan
perundangundangan juga bukan merupakan sebuah pengganti untuk representasi
tertulis yang diminta.
A21. Lampiran 2 menyediakan suatu ilustrasi tentang surat representasi.
Komunikasi dengan Pihak-pihak yang Bertanggung Jawab atas Tata Kelola (Ref: Para.
10-11, 13)
A22. SPA 260 mensyaratkan auditor untuk mengomunikasikan representasi tertulis yang
diminta oleh auditor dari manajemen kepada pihak-pihak yang bertanggung jawab
atas tata kelola.
Keraguan atas Keandalan Representasi Tertulis dan Representasi Tertulis yang Diminta
Tidak Diberikan
Keraguan atas Keandalan Representasi Tertulis (Ref: Para. 16-17)
A23. Untuk kasus yang di dalamnya terjadi inkonsistensi antara satu atau lebih representasi
tertulis dengan bukti audit yang diperoleh dari sumber lain, auditor dapat
mempertimbangkan apakah penilaian risiko yang dilakukan masih tepat dan, jika
tidak, merevisi penilaian risiko tersebut dan menentukan sifat, saat, dan luas prosedur
audit lebih lanjut untuk merespons risiko yang telah dinilai.
A24. Pertimbangan tentang kompetensi, integritas, nilai-nilai etik, atau ketaatan
manajemen, atau komitmen mereka dalam menerapkan hal tersebut, dapat
menyebabkan auditor menyimpulkan adanya risiko representasi yang keliru atas
laporan keuangan yang sangat signifikan sehingga audit tidak dapat dilaksanakan.
Dalam kasus semacam ini, auditor dapat mempertimbangkan untuk menarik diri dari
perikatan, bila penarikan diri dimungkinkan oleh peraturan perundang-undangan yang
berlaku, kecuali jika pihak-pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola dapat
melakukan tindakan perbaikan yang tepat. Namun, cara-cara semacam itu, mungkin
tidak cukup bagi auditor untuk menerbitkan opini tanpa modifikasian.
A25. SPA 230 mengharuskan auditor untuk mendokumentasikan hal-hal signifikan yang
timbul selama audit, kesimpulan yang diambil terkait dengan hal tersebut, dan
pertimbangan profesional signifikan yang digunakan dalam mengambil kesimpulan
tersebut. Auditor dapat mengidentifikasikan hal-hal signifikan terkait dengan
94

kompetensi, integritas, nilainilai etik, atau ketaatan manajemen, atau komitmen


mereka dalam menerapkan hal tersebut, namun tetap menyimpulkan bahwa
representasi tertulis masih dapat diandalkan. Dalam kasus semacam ini, hal-hal
signifikan tersebut didokumentasikan berdasarkan SPA 230.
Representasi Tertulis tentang Tanggung Jawab Manajemen (Ref: Para. 20)
A26. Seperti dijelaskan dalam paragraf A7, auditor tidak dapat memutuskan hanya
berdasarkan bukti audit lainnya bahwa manajemen telah memenuhi tanggung jawab
yang dirujuk dalam paragraf 10 dan 11. Oleh karena itu, jika, seperti yang dijelaskan
dalam paragraf 20(a), auditor menyimpulkan bahwa representasi tertulis tentang hal
ini tidak dapat diandalkan, atau jika manajemen tidak memberikan representasi
tertulis tersebut, maka auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan
tepat. Pengaruh yang mungkin terjadi pada laporan keuangan berkenaan dengan
ketidakmampuan tersebut tidak terbatas pada unsur, akun atau pos spesifik dalam
laporan keuangan dan dengan demikian bersifat menyeluruh (pervasive). SPA 705
mengharuskan auditor untuk tidak menyatakan opini atas laporan keuangan dalam
kondisi semacam itu.
A27. Suatu representasi tertulis yang telah dimodifikasi dari yang diminta oleh auditor
bukan berarti bahwa manajemen tidak menyediakan representasi tertulis. Namun,
alasan yang mendasari perubahan tersebut dapat mempengaruhi opini dalam laporan
auditor. Sebagai contoh:
Representasi tertulis tentang pemenuhan tanggung jawab manajemen untuk
menyusun dan menyajikan laporan keuangan dapat menyatakan bahwa
manajemen percaya bahwa, kecuali untuk ketidakpatuhan material terhadap
persyaratan tertentu di dalam kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, laporan
keuangan telah disusun dan disajikan sesuai dengan kerangka tersebut. Ketentuan
dalam paragraf 20 tidak berlaku karena auditor menyimpulkan bahwa manajemen
telah menyediakan representasi tertulis yang andal. Namun, auditor harus
mempertimbangkan pengaruh ketidakpatuhan tersebut terhadap opini dalam

laporan auditor berdasarkan SPA 705.


Representasi tertulis tentang tanggung jawab manajemen untuk memberikan
semua informasi relevan yang telah disetujui di dalam persyaratan perikatan audit
kepada auditor dapat menyatakan bahwa manajemen percaya bahwa, kecuali
untuk informasi yang hilang karena kebakaran, mereka telah menyediakan
informasi tersebut kepada auditor. Ketentuan dalam paragraf 20 tidak berlaku
karena auditor menyimpulkan bahwa manajemen telah menyediakan representasi
tertulis yang andal. Namun, auditor harus mempertimbangkan luasnya pengaruh
95

informasi yang hilang dalam kebakaran terhadap laporan keuangan dan


dampaknya terhadap opini dalam laporan auditor berdasarkan SPA 705.

Sumber: www.iapi.go.id

96

Anda mungkin juga menyukai