nmqwertyuiopasdfghjklzxc
vbnmqwertyuiopasdfghjklz
xcvbnmqwertyuiopasdfghj
STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN
klzxcvbnmqwertyuiopasdfg
PUBLIK (SPAP)
hjklzxcvbnmqwertyuiopasd
BUKTI AUDIT
fghjklzxcvbnmqwertyuiopa
SA 500, SA 501, SA 505, SA 510, SA 520, SA 530, SA 540,
SA 550, SA 560, SA 270, SA 580
sdfghjklzxcvbnmqwertyuio
pasdfghjklzxcvbnmqwertyu
iopasdfghjklzxcvbnmqwert
yuiopasdfghjklzxcvbnmqwe
rtyuiopasdfghjklzxcvbnmq
wertyuiopasdfghjklzxcvbn
mqwertyuiopasdfghjklzxcv
bnmqwertyuiopasdfghjklzx
cvbnmqwertyuiopasdf
SA 500
Bukti Audit
PENDAHULUAN
Ruang Lingkup
Standar Perikatan Audit (SPA) ini menjelaskan tentang hal yang merupakan bukti audit dalam
suatu audit laporan keuangan, dan berkaitan dengan tanggung jawab auditor untuk merancang
dan melaksanakan prosedur audit untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk
memungkinkan penarikan kesimpulan memadai yang menjadi basis opini auditor.
SPA ini berlaku untuk semua bukti audit yang diperoleh selama pelaksanaan audit. SPA lain
mengatur aspek-aspek spesifik audit. Bukti audit yang harus diperoleh untuk hal-hal tertentu,
prosedur spesifik untuk memperoleh bukti audit, dan penilaian apakah bukti audit yang cukup
dan tepat telah diperoleh.
Tanggal Berlaku Efektif
SPA ini berlaku efektif untuk audit laporan keuangan untuk periode dimulai pada atau setelah
1 Januari 2013.
TUJUAN
Tujuan auditor adalah untuk merancang dan melaksanakan prosedur audit sedemikian rupa
untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk dapat menarik kesimpulan
memadai sebagai basis opini auditor.
DEFINISI
Untuk tujuan SPA, istilah-istilah di bawah ini memiliki makna sebagai berikut:
a) Catatan akuntansi Catatan entri akuntansi awal dan catatan pendukungnya (seperti,
cek dan catatan transfer dana elektronik; faktur; kontrak; buku besar dan buku
pembantu, entri jurnal dan penyesuaian lainnya atas laporan keuangan yang tidak
tercermin dalam entri jurnal; dan catatan seperti worksheet dan spreadsheet yang
mendukung alokasi biaya, perhitungan, rekonsiliasi, dan pengungkapan.
b) Ketepatan (bukti audit) Ukuran tentang kualitas bukti audit. Bukti audit dianggap
berkualitas jika bukti tersebut relevan dan andal dalam mendukung kesimpulan yang
dijadikan basis opini auditor.
c) Bukti audit Informasi yang digunakan oleh auditor dalam menarik kesimpulan
sebagai basis opini auditor. Bukti audit mencakup baik informasi yang terkandung
dalam catatan akuntansi yang mendasari laporan keuangan maupun informasi lain.
d) Pakar manajemen Individu atau organisasi yang memiliki keahlian di bidang selain
akuntansi atau audit, yang hasil pekerjaannya digunakan oleh entitas untuk membantu
2
entitas dalam menyusun laporan keuangan. Kuantitas bukti audit yang diperlukan
dipengaruhi oleh penilaian auditor atas resiko kesalahan penyajian material dan juga
kualitas bukti audit tersebut.
KETENTUAN
Bukti Audit yang Cukup dan Tepat
Auditor harus merancang dan melaksanakan prosedur audit yang tepat sesuai dengan
keadaan untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat.
Informasi yang Digunakan sebagai Bukti Audit
Pada
waktu
merancang
dan
melaksanakan
prosedur
audit,
auditor
harus
mempertimbangkan relevansi dan keandalan informasi yang digunakan sebagai bukti audit.
Jika informasi yang digunakan sebagai bukti audit telah disusun dengan menggunakan
pekerjaan pakar manajemen, auditor, sejauh diperlukan, harus mempertimbangkan signifikasi
pekerjaan pakar tersebut untuk tujuan auditor, dengan:
a) Mengevaluasi kompetensi, kapabilitas, dan objektivitas pakar tersebut.
b) Memperoleh pemahaman atas pekerjaan pakar, dan
c) Mengevaluasi kesesuaian pekerjaan pakar tersebut sebagai bukti audit untuk asersi
yang relevan
Pada waktu menggunakan informasi yang dihasilkan oleh suatu entitas, auditor harus
mengevaluasi apakah informasi tersebut andal untuk tujuan auditor, termasuk, jika relevan,
dalam situasi untuk:
a) Memperoleh bukti audit tentang akurasi dan kelengkapan informasi, dan
b) Mengevaluasi apakah informasi tersebut cukup tepat dan rinci untuk memenuhi tujuan
auditor
Pemilihan Unsur untuk Pengujian dalam Memperoleh Bukti Audit
Ketika merancang pengujian pengendalian dan pengujian rinci, auditor harus menentukan
cara pemilihan unsur untuk pengujian yang efektif dalam mencapai tujuan prosedur audit.
Inkonsistensi Atau Kerugian Atas Ketidakandalan Bukti Audit
Jika:
a. Bukti audit yang diperoleh dari suatu sumber bertentangan dengan bukti audit yang
diperoleh dari sumber lain; atau manajemen menolak untuk mengoreksi beberapa atau
semua kesalahan penyajian yang dikomunikasikan oleh auditor, auditor harus
memperoleh pemahaman tentang alasan manajemen untuk tidak membuat koreksi dan
harus memperhitungkan pemahamannya tersebut pada waktu mengevaluasi apakah
laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian material.
b. Auditor memiliki keraguan atas keandalan informasi yang digunakan sebagai bukti
audit, auditor harus menentukan modifikasi atau tambahan prosedur audit yang
diperlukan untuk menyelesaikan masalah tersebut, dan mempertimbangakan
dampaknya, jika ada, terhadap aspek lain audit.
MATERI PENERAPAN DAN PENJELASAN LAIN
Bukti Audit yang Cukup dan Tepat
A1. Bukti audit diperlukan untuk mendukung opini dan laporan auditor. Bukti audit
memiliki sifat kumulatif dan terutama diperoleh dari prosedur audit yang dilaksanakan
selama proses audit. Bukti audit juga dapat mencakup informasi yang diperoleh dari
sumber lain di luar entitas dan catatan akuntansi entitas. Informasi yang digunakan
sebagai bukti audit mungkin telah disiapkan oleh pakar manajemen dan mengenai
ketiadaan informasi juga dapat dipergunakan oleh auditor sebagai bukti audit.
A2. Sebagian besar pekerjaan auditor dalam merumuskan opini auditor terdiri dari
pemerolehan (inspeksi, observasi, konfirmasi, penghitungan kembali, pelaksanaan
ulang, dan prosedur analitis) dan pengevaluasian bukti audit. Meskipun permintaan
keterangan dapat memberikan bukti audit yang cukup penting, namun itu tidak dapat
digunakan untuk mendeteksi kesalahan penyajian material pada tingkat asersi maupun
efektivitas operasi pengendalian.
A3. Keyakinan memadai diperoleh ketika auditor telah memperoleh bukti audit yang
cukup dan tepat dalam rangka menurunkan resiko audit sampai ke tingkat yang dapat
diterima.
A4. Kecukupan dan ketepatan bukti audit saling berkaitan satu dengan yang lainnya.
Kuantitas bukti audit dipengaruhi oleh penilaian auditor atas resiko kesalahan
penyajian material dan kualitas bukti audit. Pemerolehan bukti audit yang banyak
tidak dapat mengompensasi buruknya kualitas bukti audit tersebut.
A5. Ketepatan merupakan ukuran kualitas bukti audit. Keandalan bukti audit dipengaruhi
oleh sumber dan sifatnya, serta berhgantung pada masing-masing kondisi bukti audit
yang diperoleh.
A6. SPA 330 mewajibkan auditor untuk menyimpulkan apakah bukti audit yang cukup dan
tepat telah diperoleh . Kecukupan dan ketepatan bukti audit yang telah diperoleh
untuk menurunkan risiko audit sampai pada tingkat yang dapat diterima, dan dengan
demikian memungkinkan auditor untuk mengambil kesimpulan yang memadai
sebagai basis bagi opini auditor, merupakan suatu pertimbangan profesional.
Sumber Bukti Audit
4
A7 (bukti audit diperoleh dari serrangkaian prosedur audit, dengan melakukan ini
auditor dapat menentukan bahwa catatan akuntansi internal konsisten dengan laporan
keuangan), A8 (keyakinan diperoleh dari konsistensi antara bukti audit dengan
sumber-sumber bukti),
A9 (informasi dari bukti audit dapat diperoleh dari pihak ketiga, laporan analis, dan
data pesaing).
Prosedur Audit untuk Memperoleh Bukti Audit
A10 (bukti audit untuk menarik kesimpulan memadai sebagai basis opini auditor
dapat diperoleh dengan melaksanakan prosedur penilaian risiko; prosedur audit
lanjutan; pengujian pengendalian; dan prosedur substantif),
A11 (prosedur audit dapat dipilih sesuai dengan konteks yang diterapkan oleh auditor.
Bukti audit yang diperoleh dari audit sebelumnya dapat memberikan bukti audit yang
tepat apabila telah melakukan prosedur audit yang berkelanjutan),
A12 (sifat dan saat prosedur audit yang digunakan dapat dipengaruhi oleh fakta
bahwa beberapa data akuntansi dan informasi lainnya mungkin hanya tersedia dalam
bentuk data elektronik),
A13 (beberapa informasi elektronik mungkin tidak dapat diperoleh kembali setelah
jangka waktu tertentu. Dengan demikian, auditor perlu meminta entitas untuk
menyimpan beberapa informasi untuk ditelaah).
Inspeksi
A14. Inspeksi mencakup pemeriksaan atas catatan atau dokumen, baik internal maupun
eksternal, dalam bentuk kertas, elektronik, atau media lain, atau pemeriksaan fisik atas
suatu aset.
A15. Beberapa dokumen menunjukkan bukti keberadaan aset secara langsung. Namun,
inspeksi atas dokumen semacam ini mungkin tidak dapat memberikan bukti audit
tentang kepemilikan atau nilai.
A16. Inspeksi atas aset berwujud dapat memberikan bukti audit yang andal dalam
hubungannya dengan keberadaannya, namun tidak dapat digunakan untuk
membuktikan asersi hak dan kewajiban suatu entitas, atau penilaian atas aset tersebut.
Observasi
A17. Observasi terdiri dari melihat langsung suatu proses atau prosedur yang dilakukan
oleh orang lain. Observasi memberikan bukti audit tentang pelaksanaan suatu proses
5
atau prosedur, namun hanya terbatas pada titik waktu tertentu pada saat observasi
dilaksanakan.
Konfirmasi Eksternal
A18. Konfirmasi eksternal merupakan bukti audit yang diperoleh auditor sebagai respons
langsung tertulis dari pihak ketiga (pihak yang mengonfirmasi), dalam bentuk kertas,
atau secara elektronik, atau media lain. Prosedur konfirmasi eksternal seringkali
relevan untuk mencapai asersi yang berhubungan dengan saldo akun tertentu dan
unsur-unsurnya. Namun, konfirmasi eksternal tidak perlu dibatasi untuk saldo akun
saja.
Penghitungan Ulang
A19. Penghitungan ulang terdiri dari pengecekan akurasi penghitungan matematis dalam
dokumen atau catatan. Penghitungan ulang dapat dilakukan secara manual atau secara
elektronik.
Pelaksanaan Kembali
A20. Pelaksanakan kembali adalah pelaksanaan prosedur atau pengendalian secara
independen oleh auditor yang semula merupakan bagian pengendalian intern entitas.
Prosedur Analitis
A21. Prosedur analitis terdiri dari pengevaluasian atas informasi keuangan yang dilakukan
dengan menelaah hubungan yang dapat diterima antara data keuangan dengan data
non keuangan. Prosedur analitis juga meliputi investigasi atas fluktuasi yang telah
diidentifikasi, hubungan yang tidak konsisten antara satu informasi dengan informasi
lainnya, atau data keuangan yang menyimpang secara signifikan dari jumlah yang
telah diprediksi sebelumnya.
Permintaan Keterangan
A22. Permintaan keterangan terdiri dari pencarian informasi atas orang yang memiliki
pengetahuan, baik keuangan maupun non keuangan, di dalam atau di luar entitas.
Permintaan keterangan digunakan secara luas sepanjang audit sebagai tambahan untuk
prosedur audit lainnya.
A23. Respons atas permintaan keterangan dapat memberikan informasi yang sebelumnya
tidak dimiliki oleh auditor atau menguatkan bukti audit. Di sisi lain, respons dapat
memberikan informasi yang secara signifikan berbeda dari informasi yang telah
diperoleh auditor.
A24. Walaupun proses pemerolehan bukti pendukung melalui permintaan keterangan
seringkali begitu penting, dalam hal permintaan keterangan tentang maksud
manajemen, informasi yang tersedia untuk mendukung maksud manajemen tersebut
mungkin terbatas.
A25. Dalam beberapa hal, auditor dapat mempertimbangkan perlunya untuk memperoleh
representasi tertulis dari manajemen dan, jika relevan, pihak yang bertanggung jawab
atas tata kelola untuk mengonfirmasi respons terhadap permintaan keterangan secara
lisan.
Informasi yang Digunakan sebagai Bukti Audit
Relevansi dan Keandalan
A26 (bukti audit juga dapat diperoleh dari luar prosedur audit , termasuk informasi
yang diperoleh dari sumber lain. Kualitas semua bukti audit dipengaruhi oleh
relevansi dan keandalan basis informasi yang digunakan).
Relevansi
A27 (relevansi berkaitan dengan hubungan logis dengan tujuan prosedur audit dan
jika relevan, dengan asersi yang dipertimbangkan. Relevansi informasi yang
digunakan sebagai bukti audit mungkin dipengaruhi oleh arah pengujian),
A28 (suatu set prosedur audit tertentu dapat memberikan bukti audit yang relevan
untuk beberapa asersi. Di lain pihak, bukti audit dari sumber yang berbeda atau bukti
audit yang berbeda mungkin dapat menjadi relevan pada asersi yang sama),
A29 (pengujian pengendalian digunakan untuk mengevaluasi efektivitas operasi
pengendalian dalam mencegah, mendeteksi, atau mengoreksi kesalahan penyajian
material dalam asersi),
A30 (prosedur substantif dirancang untuk mendeteksi kesalahan penyajian pada
tingkat asersi. Prosedur ini terdiri dari engujian rinci dan prosedur analitis substantif
yang mencakup pengidentifikasian kondisi yang relevan dengan tujuan pengauditan).
Keandalan
A31 (generalisasi mengenai keandalan berbagai informasi yang digunakan sebagai
bukti audit masih tergantung pada beberapa pengecualian penting. Meskipun diakui
A41 (berbagai tindakan pencegahan melalui struktur eksternal dan internal kerja pakar
maanajemen yang mengancam kondisi objektivitas),
A42 (ancaman dapat menjadi berkurang jika pakar tersebut terikat dengan kontrak
oleh entitas bila dibandingkan jika pakar tersebut dipekerjakan oleh entitas, dan
efektivitas pencegahan dapat lebih besar),
A43 (ketika mengevaluasi objektivitas seorang pakar yang diikat dengan kontrak
entitas adalah relevan bagi auditor untuk membahasnya dengan manajemen dan pakar
tersebut agar hubungan yang tercipta tidak menimbulkan ancaman di kemudian hari).
Pemerolehan Pemahaman atas Pekerjaan Pakar Manajemen
A44 (suatu pemahaman atas pekerjaan pakar yang dipekerjakan oleh manajemen
mencakup pemahaman tentang bidang keahlian yang relevan dan dikuasi oleh pakar
tersebut),
A45 (menjelaskan beberapa pemahaman mengenai aspek tentang bidang keahlian
pakar manajemen yang relevan dengan kepentingan auditor),
A46 (dalam kasus pakar manajemen yang diikat kontrak dengan entitas, biasanya
terdapat surat perikatan atau bentuk persetujuan tertulis lainnya antara entitas dan
pakar tersebut),
A47 (dalam kasus pakar manajemen merupakan karyawan entitas, kecil kemungkinan
terdapat suatu perjanjian tertulis. Permintaan keterangan kepada pakar dan anggota
manajemen lainnya merupakan cara yang paling tepat bagi auditor untuk memperoleh
pemahaman yang diperlukan),
A48 (terdapat beberapa pertimbangan yang harus dipikirkan pada saat mengevaluasi
kesesuaian pekerjaan pakar manajemen dengan bukti audit untuk asersi yang relevan).
Informasi yang Dihasilkan oleh Entitas dan Digunakan untuk Tujuan Auditor
A49 (untuk memperoleh bukti audit yang andal, informasi yang dihasilkan oleh
entitas yang akan digunakan untuk melaksanakan proedur audit harus cukup lengkap
dan akurat),
A50 (pemerolehan bukti audit yang berkaitan dengan akurasi dan kelengkapan
informasi dapat dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan prosedur audit jika
proses pemerolehan bukti audit merupakan bagian terpadu dari prosedur audit atau
mungkin juga dengan cara menguji pengendalian atas penyusunan dan pemeliharaan
informasi dan juga dapat melakukan prosedur audit tambahan jika diperlukan),
9
A51 (dalam beberapa kasus, auditor dapat menggunakan informasi yang dihasilkan
oleh entitas untuk tujuan audit lainnya, tetapi harus ada kesesuaian bukti audit apakah
informasi tersebut cukup rinci untuk tujuan auditor atau tidak).
Pemilihan Unsur untuk Pengujian dalam Memperoleh Bukti Audit
A52. Cara-cara yang digunakan auditor untuk memilih unsur pengujian adalah: a) memilih
semua unsur dengan pemeriksaan 100%; b) memilih unsur tertentu; c) sampling audit.
Pemilihan ini tergantung dari keadaan pada saat melakukan audit.
Memilih Semua Unsur
A53 (pemeriksaan 100% tepat digunakan jika: a) populasi terdiri dari sejumlah kecil
unsur yang masing-masing memiliki nilai besar; b) terdapat suatu resiko signifikan
dan cara lain tidak memberikan bukti audit yang layak; c) sifat pengulangan dari
perhitungan membuat pemeriksaan 100% menjadi efektif dari segi biaya).
Pemilihan Unsur-unsur Spesifik
A54 (faktor yang mungkin relevan dalam pengambilan keputusan ini mencakup
pemahaman auditor atas entitas, resiko atas kesalahan penyajian material, dan
karakteristik populasi yang diuji. Pemilihan berdasarkan pertimbangan unsur spesifik
tetap memiliki resiko non-sampling),
A55 (hasil prosedur audit yang diterapkan melalui cara pemeriksaan secara selektif
atas unsur spesifik suatu golongan transaksi atau saldo akun tidak dapat diproyeksikan
untuk keseluruhan populasi; oleh karena itu, pemeriksaan secara selektif unsur-unsur
spesifik tidak memberikan bukti audit atas sisa populasi yang tidak diperiksa).
Sampling Audit
A56 (sampling audit dirancang agar auditor mampu menarik kesimpulan tentang
keseluruhan populasi berdasarkan atas pengujian suatu sampel),
Inkonsistensi dalam, atau Keraguan Keandalan terhadap, Bukti Audit
A57
Pemerolehan bukti audit dari sumber dan sifat yang berbeda dapat mengindikasikan
ketidakandalan suatu unsur bukti audit dapat terjadi apabila terdapat inkonsistensi dari
respons atas permintaan keterangan dari manajemen, auditor internal dan pihak
lainnya, atau bila respons atas permintaan keterangan dari pihak yang bertanggung
jawab atas tata kelola inkonsisten dengan respons dari manajemen.
10
SA 501
Bukti Audit Pertimbangan Spesifik Atas Unsur Pilihan
PENDAHULUAN
Ruang Lingkup
Standar Perikatan Audit ini berhubungan dengan penggunaan prosedur konfirmasi eksternal
oleh auditor untuk memperoleh bukti audit berdasarkan persyaratan SPA 330 dan SPA 500
dan SPA-SPA lainnya yang relevan, berkaitan dengan aspek tertentu atas persediaan, litigasi
dan klaim yang melibatkan entitas, serta informasi segmen dalam suatu audit atas laporan
keuangan.
Tanggal Berlaku Efektif
SPA ini berlaku efektif untuk audit laporan keuangan untuk periode dimulai pada atau setelah
1 Januari 2013.
TUJUAN
Tujuan auditor adalah untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat berkaitan dengan:
a. Eksistensi dan kondisi persediaan.
b. Kelengkapan informasi tentang litigasi dan klaim yang melibatkan entitas.
c. Penyajian dan pengungkapan informasi segmen sesuai dengan kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku.
KETENTUAN
Persediaan
Jika persediaan berjumlah materialdalam laporan keuangan, auditor harus memperoleh
bukti audit yang cukup dan tepat tentang eksistensi dan kondisi persediaan dengan :
a. Menghadiri perhitungan fisik persediaan, kecuali jika tidak praktis untuk :
i. Mengevaluasi instruksi dan prosedur manajemen untuk mencatat dan
mengendalikan hasil perhitungan persediaan fisik.
ii. Mengobservasi pelaksanaan prosedur perhitungan yang dilakukan oleh
manajemen.
iii. Menginspeksi persediaan.
iv. Menguji perhitungan fisik.
b. Melaksanakan prosedur audit atas catatan persediaan final untuk menentukan apakah
catatan tersebut mencerminkan hasil perhitungan fisik aktual.
11
Jika perhitungan fisik persedian dilaksanakan pada suatu tanggal selain tanggal laporan
keuangan, auditor harus, sebagai tambahan prosedur yang diharuskan oleh paragraf di atas,
melaksanakan prosedur audit untuk memperoleh bukti audit tentang apakah perubahan
persediaan di antara tanggal perhitungan fisik dengan tanggal laporan keuangan telah dicatat
dengan semestinya.
Jika auditor tidak dapat menghadiri perhitungan fisik persediaan karena kondisi yang tidak
diperkirakan sebelumnya, auditor
perhitungan fisik pada suatu tanggal alternatif, dan melaksanakan prosedur audit terhadap
transaksi yang terjadi dalam periode diantara dua tanggal tersebut.
Jika kehadiran pada penghitungan persediaan fisik tidak praktis, auditor harus
melaksanakan prosedur audit alternatif untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat
tentang eksistensi dan kondisi persediaan. Jika tidak mungkin melakukan hal itu, auditor
harus memodifikasi opini dalam laporan auditor berdasarkan SPA 705.
Jika persediaan yang disimpan dan dikendalikan oleh pihak ketiga bernilai material dalam
laporan keuangan, auditor harus memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang
eksistensi dan kondisi persediaan tersebut dengan melaksanakan satu atau kedua prosedur
berikut ini :
(a) Meminta konfirmasi dari pihak ketiga tentang kuantitas dan kondisi persediaan yang
disimpan atas nama entitas.
(b) Melaksanakan inspeksi atau prosedur auditlainnya yang tepat sesuai dengan keadaan.
Litigasi Dan Klaim
Auditor harus merancang dan melaksanakan prosedur audit untuk mengidentifikasi litigasi
dan klaim yang melibatkan entitas yang dapat menimbulkan suatu risiko kesalahan penyajian
material, termasuk:
a. Meminta keterangan dari manajemen, dan jika relevan, pihak lain dalam entitas,
termasuk penasihat hukum internal.
b. Menelaah risalah rapat pihak-pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola dan
korespondensi antara entitas dan penasihat hukum eksternal.
c. Menelaah akun biaya hukum
Jika auditor menilai bahwa sutu risiko kesalahan penyajian tentang litigasi atau klaim yang
telah diidentifikasi, atau jika prosedur audit yang dilaksanakan menunjukkan bahwa litigasi
atau klaim lain mungkin ada, auditor harus, sebagai tambahan prosedur yang diwajibkan oleh
SPA lain, melakukan komunikasi langsung dengan penasihat hukum eksternal entitas. Auditor
harus melakukan hal ini melalui suatu surat permintaan keterangan, yang dibuat ole
manajemen dan dikirim oleh auditor, yang meminta penasihat hukum eksternal entitas untuk
12
13
(jika
sistem
persediaan
perpetual
diselenggarakan,
manajemen
dapat
15
A21 (komunikasi ini dapat membantu auditor dalam memperoleh bukti audit yang
cukup dan tepat tentang apakah litigasi dan klaim diketahui dan estimasi manajemen
atas dampak keuangan masuk akal),
A22 (auditor dapat melakukan komunikasi langsung dengan penasehat hukum
eksternal entitas melalui surat permintaan keterangan yang umum),
A23 (jika penasehat hukum eksternal entitas tidak mungkin merespons dengan
semestinya terhadap surat permintaan keterangan umum, auditor dapat melakukan
komunikasi langsung melalui surat permintaan keterangan spesifik),
A24 (dalam kondisi tertentu, auditor menentukan perlunya diadakan pertemuan
dengan penasehat hukum eksternal entitas untuk mendiskusikan kemungkinan hasil
litigasi atau klaim. Umumnya, pertemuan ini memerlukan izin manajemen dan
diselenggarakan dengan kehadiran wakil manajemen),
A25 (berdasarkan SPA 700, auditor diwajibkan untuk memberikan tanggal laporan
auditor tidak lebih awal dari tanggal dimana auditor telah memperoleh bukti yang
cukup. Bukti audit tentang litigasi dan klaim dapat diperoleh dengan meminta
keterangan dari manajemen, termasuk penasehat hukum internal entitas, yang
bertanggungjawab atas hal-hal relevan).
Informasi Segmen
A26. Tanggung jawab auditor tentang penyajian dan pengungkapan informasi segmen
berkaitan dengan laporan keuangan secara keseluruhan. Oleh karenanya, auditor tidak
diharuskan melaksanakan prosedur audit yang diperlukan untuk menyatakan suatu
opini atas informasi segmen yang disajikan atas basis tersendiri.
Pemahaman atas Metode yang Digunakan oleh Manajemen
A27 (hal-hal yang mungkin relevan pada waktu memperoleh pemahaman atas metode
yang digunakan oleh manajemen dalam menentukan informasi segmen dan apakah
metode tersebut akan menghasilkan pengungkapan yang sesuai dengan kerangka
laporan keuangan yang berlaku).
SA 505
16
Konfirmasi Eksternal
PENDAHULUAN
Ruang Lingkup
Standar perikatan audit (SPA) ini berhubungan dengan penggunaan prosedur konfirmasi
eksternal oleh auditor untuk memperoleh bukti audit berdasarkan persyaratan SPA 330 dan
SPA 500. Hal ini tidak ditujukan untuk meminta keterangan tentang litigasi dan klaim yang
dibahas dalam SPA 501.
Prosedur Konfirmasi Eksternal Untuk Memperoleh Bukti Audit
SPA 500 mengindikasikan bahwa keandalan bukti audit dipengaruhi oleh sumber dan sifatnya
dan ini tergantung pada kondisi individual yang dari satu bukti audit tersebut diperoleh. SPA
juga mencakup generalisasi berikut yang relevan terhadap bukti audit.
a. Bukti audit lebih andal ketika diperoleh dari sumber independen diluar entitas.
b. Bukti audit yang diperoleh secara langsung oleh auditor lebih andal dari pada bukti
audit yang diperoleh secara tidak langsung atau oleh kesimpulan sendiri
c. Bukti audit lebih andal dalam bentuk format dokumen, baik dalam bentuk kertas,
elektronik atau media lainnya
Oleh karena itu, tergantung pada kondisi audit, bukti audit dalam bentuk konfirmasi eksternal
yang diperoleh auditor secara langsung dari pihak yang dikonfirmasi dapat lebih andal
dibandingkan dengan bukti audit dari pihak internal entitas. SA ini bertujuan untuk
membantu auditor dalam mendesain dan melakukan prosedur konfirmasi eksternal untuk
memperoleh bukti audit yang relevan dan andal.
Dalam hal ini SA lainnya juga mengakui pentingnya konfirmasi eksternal sebagai bukti audit,
sebagai contoh SA 330 membahas tanggungjawab auditor untuk mendesain dan
mengemplementasikan respons secara keseluruhan terhadap risiko kesalahan penyajian
material yang telah ditentukan pada tingkat laporan keuangan, dan untuk mendesain dan
melaksanakan prosedur audit lanjutan yang sifat, saat dan luasnya didasarkan pada, da
responsif terhadap risiko kesalahan penyajian material yang telah ditentukan pada tingkat
asersi.
Di samping itu, SA 330 mensyaratkan bahwa, telepas dari risiko kesalahan penyajian material
yang telah ditentukan, auditor mendesain dan melaksanakan prosedur substantive untuk
setiap golongan transaksi, saldo akun, dan pengungkapan material. Auditor juga disyaratkan
untuk mempertimbangkan apakah prosedur konfirmasi eksternal harus dilakukan sebagai
prosedur audit substantif.
Pada SA 500 juga mengindikasikan bahwa informasi pendukung diproleh dari suatu sumber
independen, seperti konfirmasi eksternal dapat menambah tingkat keyakinan auditor
dibandingkan bukti yang ada dalam catatan akuntansi atau dari representasi manajemen.
17
dikonfirmasi.
e) Penyimpangan: suatu repons yang menununjukan perbedaan antara informasi yang
diminta untuk dikonfirmasikan yang terdapat dalam catatan entitas dengan informasi
yang di sediakan oleh pihak yang dikonfirmasi.
KETENTUAN
Prosedur konfirmasi eksternal
Pengguna menggunakan prosedur konfirmasi eksternal, auditor harus tetap menjaga
pengendalian atas permintaan konfirmasi eksternal, termasuk :
a) Menetukan informasi yang dikonfirmasi atau yang diminta.
b) Memilih pihak yang tepat untuk di konfirmasi.
c) Mendesain permintaan konfirmasi, termasuk menentukan apakah permintaan telah
dialamatkan dengan tepat dan berisi iformasi jawaban untuk dikirimkan seccara
langsung kepada auditor.
18
Tanpa respons
-
Dalam kasus tanpa respons, auditor harus melakukan prosedur audit alternatif untuk
memperoleh bukti audit yang relevan dan andal
Bila respons terhadap konfirmasi positif diperlukan untuk memperoleh bukti audit yang
cukup dan tepat
-
Jika auditor telah menentukan bahwa respons terhadap permintaan konfirmasi positif
diperlukan untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan layak. Prosedur audit
19
alternatif tidak akan menyediakan bukti audit yang diperlukan auditor. Jika auditor
tidak memperoleh konfirmasi seperti itu, maka auditor harus menentukan implikasi
tersebut atas audit dan pendapat auditor berdasarkan SPA 705.
Penyimpangan
-
Auditor harus melakukan investigasi penyimpangan untuk menentukan apakah hal itu
merupakan indikasi adanya kesalahan penyajian.
Konfirmasi negatif
Konfirmasi negatif merupaka bukti audit yang kurang meyakinkan dibandingkan
konfirmasi positif. Oleh karena itu auditor harus tidak menggunakan permintaan konfirmasi
negatif sebagai prosedur audit substantif tunggal untuk yang ditujukan untuk suatu risiko
yang ditentukan kesalahan penyajian material pada tingkat asersi kecuali jika terdapat semua
hal berikut :
a) Auditor telah menentukan risiko kesalahan penyajian material adalah rendah dan telah
memperoleh bukti audit cukup dan layak tentang efektivitas operasi pengendalia
yangg relevan dengan asersi.
b) Populasi unsur-unsur yang diterapi prosedur konfirmasi negatif terdiri dari sejumlah
besar saldo akun, transaksi, atau kondisi yang kecil dan homogeny.
c) Diharapkan suatu tingkat penyimpangan sangat rendah dan
d) Auditor tidak menyadari keadaan atau kondisi yang akan menyebabkan penerima
permintaan konfirmasi negatif mengabaikan permintaan konfirmasi.
Pengevaluasian bukti yang diperoleh
Auditor harus mengevaluasi apakah hasil prosedur konfirmasi eksternal merupakan bukti
audit yang relevan dan andal atau apakah bukti audit lebih lanjut diperlukan.
MATERI PENERAPAN DAN PENJELASAN LAIN
Prosedur Konfirmasi Eksternal
Menentukan Informasi yang akan Dikonfirmasi atau Diminta
A1 (prosedur konfirmasi eksternal dilakukan untuk mengonfirmasi atau meminta
informasi tentang saldo akun beserta unsurnya dan mengonfirmasi ketentuan dalam
perjanjian, kontrak atau transaksi antara entitas dengan pihak lain, atau untuk
mengonfirmasi tidak adanya kondisi tertentu seperti perjanjian tambahan (side
agreement)).
Memilih Pihak yang Tepat untuk Dikonfirmasi
20
A2 (respons atas permintaan konfirmasi merupakan bukti audit yang lebih relevan dan
andal bila permintaan konfirmasi dikirimkan kepada pihak yang dikonfirmasi, yang
diyakini oleh auditor mengetahui tentang informasi yang dikonfirmasi).
Mendesain Permintaan Konfirmasi
A3 (format permintaan konfirmasi dapat secara langsung memengaruhi tingkat
respons konfirmasi, keandalan dan sifat dari bukti audit yang diperoleh dari repons),
A4 (faktor yang dipertimbangkan saat mendesain permintaan konfirmasi mencakup
asersi yang ingin dituju, risiko kesalahan penyajian material yang teridentifikasi
spesifik, termasuk risiko kecurangan, susunan dan penyajian permintaan konfirmasi,
pengalaman sebelumnya tentang audit atau perikatan serupa, metode komunikasi,
otorisasi manajemen atau dorongan kepada pihak yang dikonfirmasi untuk merespons
kepada auditor, kemampuan pihak yang dikonfirmasi untuk merespons atau
menyediakan informasi yang diminta),
A5 (permintaan konfirmasi eksternal positif meminta pihak yang di konfirmasi untuk
menjawab kepada auditor dalam semua kasus, dengan menunjukkan persetujuan
pihak yang dikonfirmasi dengan informasi yang diberikan, atau dengan menanyakan
pihak yang dikonfirmasikan untuk menyediakan informasi. Respons terhadap sebuah
permintaan konfirmasi positif biasanya diharapkan sebagai bukti audit yang andal),
A6 (penentuan bahwa permintaan telah dialamatkan secara tepat termasuk memeriksa
validitas beberapa atau semua yang dituju oleh permintaan konfirmasi sebelum
konfirmasi dikirimkan).
Menindaklanjuti Permintaan Konfirmasi
A7 (auditor dapat mengirimkan permintaan konfirmasi tambahan bila jawaban untuk
permintaan sebelumnya belum diterima dalam waktu yang wajar).
Penolakan Manajemen untuk Mengizinkan Auditor dalam Mengirimkan Permintaan
Konfirmasi Kewajaran atas Penolakan Manajemen
A8 (penolakan oleh manajemen untuk mengizinkan auditor mengirimkan permintaan
konfirmasi merupakan pembatasan atas bukti audit yang diharapkan untuk peroleh
auditor. Auditor diharuskan untuk menanyakan alasan pembatasan tersebut. Suatu
alasan umum yang dikemukakan adalah adanya sengketa hukum atau proses negosiasi
dengan pihak yang dimaksudkan untuk dikonfirmasi, oleh karena itu dapat
menyebabkan permintaan konfirmasi tidak tepat waktu. Auditor harus mencari bukti
audit atas validitas dan kewajaran alasan tersebut karena risiko penolakan manajemen
21
A14 (auditor diharuskan oleh SPA 500 untuk menentukan apakah memodifikasi atau
menambah prosedur untuk menyelesaikan keraguan terhadap keandalan informasi
yang digunakan sebagai bukti audit. Auditor dapat memilih untuk melakukan
verifikasi atas sumber dan isi respons permintaan konfirmasi dengan menghubungi
pihak yang dikonfirmasi),
A15 (dengan sendirinya, suatu respons lisan terhadap suatu permintaan konfirmasi
tidak memenuhi definisi sebagai konfirmasi eksternal karena bukan merupakan
respons tertulis secara langsung kepada auditor. Namun, pada waktu memeroleh
respons lisan atas permintaan konfirmasi, auditor mungkin dapat, tergantung keadaan,
meminta pihak yang dikonfirmasi untuk merespons secara tertulis langsung kepada
auditor. Jika respon tidak diterima, sesuai dengan paragraf 12, auditor mencari bukti
audit lainnya untuk mendukung informasi dalam respons lisan tersebut),
A16 (suatu respons terhadap permintaan konfirmasi dapat berisi bahasa yang bersifat
membatasi terkait dengan penggunaannya. Pembatasan tersebut tidak perlu
mengurangi keandalan respons tersebut sebagai bukti audit).
Respons yang Tidak Dapat Diandalkan
A17 (bila auditor menyimpulkan bahwa suatu respons tidak dapat diandalkan, auditor
mungkin perlu untuk merevisi penentuan risiko kesalahan penyajian material pada
tingkat asersi dan memodifikasi prosedur audit yang direncanakan, sesuai dengan SPA
315).
Tidak Direspons
A18 (contoh prosedur audit alternatif yang dapat dilakukan oleh auditor mencakup:
untuk saldo akun piutang (memeriksa penerimaan kas khusus setelah tanggal neraca,
dokumen pengiriman, dan penjualan mendekati akhir periode), untuk saldo akun
utang (memeriksa pengeluaran kas setelah tanggal neraca atau korespondensi dengan
pihak ketiga, dan catatan lainnya, seperti catatan penerimaan barang),
A19 (sifat dan luas prosedur audit alternatif dipengaruhi oleh akun dan asersi
menimbulkan tanda tanya. Permintaan konfirmasi yang tidak dibalas dapat
menunjukkan
risiko
kesalahan
penyajian
material
yang
sebelumnya
tidak
teridentifikasikan. Dalam situasi ini, auditor mungkin perlu untuk merevisi penilaian
risiko kesalahan penyajian material pada tingkat asersi, dan memodifikasi prosedur
audit yang direncanakan, sesuai dengan SPA).
23
Bila Suatu Respons atas Permintaan Konfirmasi Positif Diperlukan untuk Memeroleh Bukti
Audit yang Cukup dan Tepat
A20 (dalam keadaan tertentu, auditor dapat mengidentifikasi risiko kesalahan
penyajian material yang telah ditentukan pada tingkat asersi yang untuk itu respons
terhadap permintaan konfirmasi positif diperlukan untuk memeroleh bukti audit yang
cukup dan tepat. Keadaan tersebut mencakup informasi yang tersedia untuk
menguatkan asersi manajemen yang hanya tersedia di luar entitas dan faktor risiko
kecurangan khusus, seperti risiko manajemen mengesampingkan pengendalian, atau
risiko kolusi yang dapat melibatkan karyawan dan/atau manajemen, mencegah auditor
untuk mengandalkan bukti dari entitas).
Penyimpangan
A21 (penyimpangan yang tercatat dalam respons terhadap permintaan konfirmasi
dapat menunjukkan kesalahan penyajian atau potensi kesalahan penyajian dalam
laporan keuangan. Bila suatu kesalahan penyajian diidentifikasi, auditor diharuskan
oleh SPA 240 untuk mengevaluasi apakah kesalahan penyajian mengindikasikan
adanya kecurangan. Penyimpangan mungkin menyediakan panduan terhadap kualitas
respons dari pihak yang dikonfirmasi atau untuk akun yang serupa. Penyimpangan
mungkin juga dapat menunjukkan suatu kekurangan, atau kekurangan-kekurangan
dalam pengendalian internal entitas atas pelaporan keuangan),
A22 (beberapa penyimpangan tidak mencerminkan kesalahan penyajian. Misalnya,
auditor dapat menyimpulkan bahwa perbedaan dalam respons terhadap permintaan
konfirmasi adalah disebabkan karena saat, pengukuran, atau kekeliruan teknis dalam
prosedur konfirmasi eksternal).
Konfirmasi Negatif
A23.
Kegagalan dalam menerima respons atas permintaan konfirmasi negatif tidak secara
eksplisit menunjukkan penerimaan oleh pihak yang dimaksud untuk dikonfirmasi
tentang permintaan konfirmasi atau verifikasi atas keakuratan informasi yang
terkandung dalam permintaan tersebut. Oleh karena itu, suatu kegagalan pihak yang
dikonfirmasi untuk merespons permintaan konfirmasi negatif menyediakan bukti
audit yang kurang meyakinkan daripada suatu respons terhadap permintaan
konfirmasi positif. Kemungkinan besar pihak yang dikonfirmasi juga merespons
24
A25. Pengevaluasian oleh auditor, bila dengan memerhitungkan prosedur audit lain yang
mungkin dilakukan oleh auditor dapat membantu auditor dalam menyimpulkan
apakah bukti audit yang cukup dan tepat telah diperoleh atau apakah bukti audit
diperlukan, seperti yang dituntut oleh SPA 330.
SA 510
Perikatan Audit Tahun Pertama Saldo Awal
PENDAHULUAN
Ruang Lingkup SPA
1. Standar Perikatan Audit (SPA) ini berkaitan dengan tanggung jawab auditor yang
berhubungan dengan saldo awal dalam perikatan audit tahun pertama. Selain, jumlah
dalam laporan keuangan, saldo awal mencakup hal-hal yang memerlukan
pengungkapan yang ada pada awal suatu periode, seperti kontijensi dan komitmen.
Tanggal Berlaku Efektif
2. SPA ini berlaku efektif untuk audit laporan keuangan untuk periode dimulai pada atau
setelah 1 Januari 2013.
TUJUAN
3. Dalam melaksanakan suatu perikatan audit tahun pertama, tujuan auditor yang
berkaitan dengan saldo awal adalah untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan
tepat tentang apakah:
a) Saldo awal mengandung kesalahan penyajian yang berdampak material
terhadap laporan keuangan periode berjalan; dan
b) Kebijakan akuntansi yang tepat yang tercermin dalam saldo awal telah
diterapkan secara konsisten dalam laporan keuangan periode berjalan, atau
perubahannya telah dicatat dengan tepat serta disajikan dan diungkapkan
25
berjalan. Jika auditor menyimpulkan bahwa kesalahan penyajian tersebut ada dalam
laporan keuangan periode berjalan, auditor harus mengkomunikasikan kesalahan
penyajian tersebut kepada tingkat manajemen yang semestinya dan pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola berdasarkan SPA 450.
transaksi dan pengungkapan, serta risiko atas kesalahan penyajian material dalam
laporan keuangan periode berjalan.Signifikansi saldo awal sehubungan dengan
laporan keuangan periode berjalan. Apakah laporan keuangan periode lalu telah
diaudit dan, jika demikian, apakah opini auditor pendahulu dimodifikasi.
A4. Jika laporan keuangan periode lalu diaudit oleh auditor pendahulu, auditor
mungkin dapat memperoleh bukti audit yang memadai dan tepat terkait dengan saldo
awal dengan mereviu kertas kerja auditor pendahulu. Apakah reviu tersebut
memberikan bukti audit yang cukup dan tepat dipengaruhi oleh kompetensi dan
independensi profesional auditor pendahulu.
A5. Ketentuan etika dan profesional yang relevan memandu komunikasi auditor
pengganti dengan auditor pendahulu.
A6. Untuk aset dan liabilitas lancar, beberapa bukti audit tentang saldo awal biasanya
diperoleh sebagai bagian dari prosedur audit tahun berjalan. Sebagai contoh,
penerimaan (pembayaran) dari saldo piutang (saldo utang) awal tahun dalam tahun
berjalan akan memberikan bukti audit tentang keberadaan, hak dan kewajiban,
kelengkapan dan penilaian yang terkandung dalam saldo awal akun-akun tersebut.
Dalam kasus sediaan, auditor mungkin mengalami kesulitan untuk memperoleh
keyakinan atas sediaan yang pada awal tahun. Oleh karena itu, tambahan prosedur
biasanya diperlukan, dan satu atau lebih dari prosedur berikut dapat memberikan bukti
audit yang memadai dan tepat: Observasi terhadap suatu penghitungan fisik sediaan
yang dilakukan saat ini dan rekonsiliasi hasilnya ke kuantitas sediaan pada awal
tahun.Pelaksanaaan prosedur audit atas penilaian unsur-unsur sediaan awal.
Pelaksanaan prosedur audit atas laba bruto dan pisah batas.
A7. Untuk aset dan liabilitas tidak lancar, seperti aset tetap, investasi, dan utang
jangka panjang, beberapa bukti audit dapat diperoleh dengan memeriksa catatan
akuntansi dan informasi lain yang mendasari saldo awal. Dalam kasus tertentu,
auditor mungkin memperoleh beberapa bukti audit tentang saldo awal melalui
konfimasi dengan pihak ketiga; sebagai contoh, untuk utang jangka panjang dan
investasi. Dalam kasus lainnya, auditor mungkin perlu melakukan berbagai prosedur
audit tambahan.
Kesimpulan dan Pelaporan Audit
Saldo Awal (Ref: Para. 10)
A8. SPA 705 menetapkan ketentuan dan memberikan panduan atas kondisi tertentu
yang dapat menyebabkan suatu modifikasi terhadap opini auditor atas laporan
29
keuangan, jenis opini yang semestinya untuk kondisi tersebut, dan isi laporan auditor
bila opini auditor dimodifikasi. Ketidakmampuan auditor untuk memperoleh bukti
audit yang cukup dan tepat atas saldo awal dapat mengakibatkan satu dari modifikasi
terhadap opini dalam laporan auditor berikut ini:
a) Opini wajar dengan pengecualian atau opini tidak menyatakan pendapat,
sesuai dengan kondisi yang bersangkutan, atau
b) Opini wajar dengan pengecualian atau opini tidak menyatakan pendapat, jika
tepat, atas hasil usaha dan arus kas, jika relevan, dan opini tanpa modifikasian
atas posisi keuangan, kecuali dilarang oleh peraturan perundang-undangan.
Lampiran Mencakup Ilustrasi Laporan Auditor
Modifikasi terhadap Opini dalam Laporan Auditor Pendahulu (Ref: Para. 13)
A9. Dalam beberapa situasi, modifikasi terhadap opini auditor pendahulu mungkin tidak
relevan dan material terhadap opini atas laporan keuangan periode berjalan. Sebagai contoh,
hal ini mungkin terjadi jika ada pembatasan ruang lingkup dalam periode lalu, tetapi masalah
yang menimbulkan pembatasan ruang lingkup tersebut telah diselesaikan dalam periode
berjalan
SA 520
Prosedur Analitis
PENDAHULUAN
Ruang Lingkup SPA
Standar Perikatan Audit (SPA) ini mengatur penggunaan prosedur analitis oleh auditor
sebagai pengujian substantif (prosedur analitis subtantif). SPA ini juga mengatur tanggung
jawab auditor untuk melakukan prosedur analitis pada tahap akhir audit yang akan membantu
auditor pada waktu merumuskan suatu kesimpulan keseluruhan atas laporan keuangan.
Tanggal Berlaku Efektif
SPA ini berlaku efektif untuk audit laporan keuangan untuk periode dimulai pada atau setelah
1 Januari 2013.
Tujuan
Tujuan auditor adalah:
(a) Untuk mendapatkan bukti audit relevan dan andal ketika menggunakan prosedur
analitis substantif;
30
(b) Untuk merancang dan melaksanakan prosedur analitis mendekati akhir audit yang
membantu auditor dalam merumuskan kesimpulan keseluruhan apakah laporan
keuangan konsisten dengan pemahaman auditor terhadap entitas.
DEFINISI
Untuk tujuan SPA, istilah prosedur analitis berarti pengevaluasian terhadap informasi
keuangan yang dilakukan melalui analisis hubungan antara data keuangan dan data
nonkeuangan. Prosedur analitis juga mencakup investigasi sebagaimana yang diperlukan atas
fluktuasi atau hubungan teridentifikasi yang tidak konsisten dengan informasi relevan lain.
(Ref: Para.A1-A3).
KETENTUAN
Prosedur Analitis Substantif
Pada waktu merancang dan melaksanakan prosedur analitis substantif, sendiri atau dalam
kombinasi dengan pengujian rinci, sebagai prosedur substantif berdasarkan SPA 330,3 auditor
harus: (Ref: Para. A4-A5).
(a) Menentukan kecocokan prosedur analitis substantif untuk asersi yang tersedia; (Ref:
Para. A6-A11)
(b) Mengevaluasi
keandalan
data
yang
dijadikan
dasar
oleh
auditor
untuk
mengembangkan ekspektasi atas jumlah tercatat atau rasio; (Ref: Para. A12-A14)
(c) Mengembangkan ekspektasi atas jumlah tercatat atau rasio dan mengevaluasi apakah
ekspektasi tersebut telah cukup tepat untuk mengidentifikasi kesalahan penyajian; dan
(Ref: Para. A15)
(d) Menentukan jumlah perbedaan antara jumlah tercatat dengan nilai yang diharapkan
yang dapat diterima tanpa memerlukan investigasi lebih lanjut seperti yang
disyaratkan oleh paragraf 7. (Ref: Para. A16)
Prosedur Analitis
yang
Membentuk
Kesimpulan
Keseluruhan
Auditor harus merancang dan melaksanakan prosedur analitis mendekati akhir audit yang
membantu auditor ketika membentuk kesimpulan keseluruhan tentang apakah laporan
keuangan telah disajikan konsisten dengan pemahaman auditor atas entitas.(Ref: Para. A17A19)
Jika prosedur analitis yang dilakukan berdasarkan SPA ini mengidentifikasi adanya fluktuasi
atau hubungan yang tidak konsisten dengan informasi relevan lainnya, maka auditor harus
menginvestigasi perbedaan tersebut dengan cara sebagai berikut:
31
(a) Meminta keterangan kepada manajemen dan memperoleh bukti audit yang tepat dan
relevan dengan respons manajemen; dan
(b) Melaksanakan prosedur audit lainnya yang diperlukan sesuai dengan kondisinya.
(Ref:Para. A20-A21)
MATERI PENERAPAN DAN PENJELASAN LAIN
Definisi Prosedur Analitis (Ref: Para. 4)
A1.
A2.
A3.
Berbagai metode dapat digunakan untuk melaksanakan prosedur analitis. Metodemetode tersebut berkisar dari melakukan perbandingan sederhana hingga melakukan
analisis yang kompleks dengan menggunakan teknik statistik yang mutakhir. Prosedur
analitis dapat diterapkan pada laporan keuangan konsolidasian, komponen, dan unsur
informasi secara individu.
Prosedur substantif yang dilakukan oleh auditor pada tingkat asersi dapat berupa
pengujian detail, prosedur analitis substantif, atau kombinasi keduanya. Keputusan
tentang prosedur audit mana yang dilakukan dibuat berdasarkan pertimbangan auditor
atas efektivitas dan efisiensi yang diharapkan dari prosedur audit yang tersedia.
A5.
Ketepatan Prosedur Analitis Tertentu untuk Asersi yang Ada (Ref: Para. 5(a))
A6.
Prosedur analitis substantif pada umumnya lebih dapat diterapkan pada transaksi
dengan volume besar yang cenderung dapat diprediksi sepanjang waktu. Penerapan
32
Dalam beberapa kasus, bahkan suatu model prediktif sederhana mungkin efektif
sebagai prosedur analitis. Penggunaan rasio perdagangan yang diakui secara luas
(seperti marjin laba untuk berbagai entitas ritel yang berbeda) seringkali dapat
digunakan secara efektif dalam prosedur analitis substantif untuk menyediakan bukti
yang mendukung kewajaran jumlah yang tercatat.
A8.
Jenis prosedur analitis yang berbeda menyediakan tingkat keyakinan yang berbeda.
Perhitungan dan perbandingan persentase laba bruto sebagai suatu cara untuk
mengonfirmasi jumlah pendapatan dapat menyediakan bukti yang kurang persuasif,
tetapi dapat menyediakan koroborasi yang berguna ketika digunakan bersama dengan
prosedur audit lainnya.
A9.
Penentuan ketepatan prosedur analitis substantif tertentu dipengaruhi oleh sifat asersi
dan penilaian auditor atas risiko kesalahan penyajian material.
A10. Prosedur analitis substantif tertentu dapat juga dianggap tepat ketika pengujian detail
dilakukan atas asersi yang sama.
Pertimbangan Spesifik terhadap Entitas Sektor Publik
A11.
34
meningkat, maka semakin menurun nilai perbedaan yang dapat diterima tanpa
investigasi lebih lanjut untuk mencapai tingkat keyakinan yang diinginkan
Prosedur Analitis yang Membantu dalam Membentuk Kesimpulan Keseluruhan (Ref:
Para. 6)
A17. Kesimpulan yang diperoleh dari hasil prosedur analitis yang dirancang dan
dilaksanakan sesuai dengan paragraf 6 dimaksudkan untuk menguatkan kesimpulan
yang dapat dibuat selama audit laporan keuangan individual komponen atau unsurunsur laporan keuangan. Hal ini membantu auditor untuk membentuk kesimpulan
yang layak sebagai dasar bagi opini auditor.
A18. Hasil prosedur analitis tersebut dapat mengidentifikasi risiko kesalahan penyajian yang
sebelumnya tidak disadari. Dalam kondisi ini, SPA 315 mengharuskan auditor untuk
mengubah penilaian risiko kesalahan penyajian material dan memodifikasi prosedur
audit yang telah direncanakan lebih lanjut sesuai dengan risiko tersebut.
A19. Prosedur analitis yang dilaksanakan berdasarkan paragraf 6 dapat sama dengan
prosedur yang akan digunakan dalam penilaian risiko.
Penginvestigasian Hasil Prosedur Analitis (Ref: Para. 7)
A20. Bukti audit yang relevan dengan respons manajemen dapat diperoleh dengan
mengevaluasi respons tersebut dengan memperhitungkan pemahaman auditor atas
entitas dan lingkungannya, serta dengan bukti audit lain yang diperoleh selama proses
pelaksanaan audit.
A21. Kebutuhan untuk melaksanakan prosedur audit lainnya dapat muncul bila manajemen
tidak mampu menyediakan penjelasan, atau penjelasan bersama dengan bukti audit
yang relevan dengan respons manajemen, dipandang oleh auditor tidak cukup.
SA 530
Sampling Audit
35
PENDAHULUAN
Ruang Lingkup SPA Ini
1. Standar Perikatan Audit (SPA) ini diterapkan ketika auditor telah memutuskan untuk
menggunakan sampling audit dalam pelaksanaan prosedur audit. Hal ini berkaitan dengan
penggunaan sampling statistik maupun nonstatistik.
2. SPA ini melengkapi SPA 5001 yang berkaitan dengan tanggung jawab auditor untuk
merancang dan melaksanakan prosedur audit untuk memperoleh bukti audit yang cukup
dan tepat sebagai dasar yang memadai untuk menarik kesimpulan yang dipakai sebagai
basis opini auditor.
Tanggal Berlaku Efektif
3. SPA ini berlaku efektif untuk audit laporan keuangan untuk periode dimulai pada atau
setelah 1 Januari 2013.
TUJUAN
4. Tujuan penggunaan sampling audit oleh auditor yakni memberikan basis yang memadai
bagi auditor untuk menarik kesimpulan mengenai populasi yang menjadi sumber
pemilihan sampel.
DEFINISI
5. Untuk tujuan SPA ini, istilah berikut memiliki makna sebagai berikut:
(a) Sampling audit (sampling)Penerapan prosedur audit terhadap kurang dari 100% unsur
dalam suatu populasi audit yang relevan sedemikian rupa sehingga semua unit sampling
memiliki peluang yang sama untuk dipilih bagi auditor untuk menarik kesimpulan.
(b) PopulasiKeseluruhan set data yang merupakan sumber dari suatu sampel yang dipilih
dan auditor berkeinginan untuk menarik kesimpulan dari keseluruhan set data tersebut.
(c) Risiko samplingRisiko bahwa kesimpulan auditor yang didasarkan pada suatu sampel
dapat berbeda dengan kesimpulan jika prosedur audit yang sama diterapkan pada
keseluruhan populasi. Dalam suatu pengujian pengendalian, pengendalian tersebut lebih
efektif daripada kenyataannya, atau dalam suatu pengujian rinci, suatu kesalahan
penyajian material tidak ada padahal dalam kenyataannya ada. Auditor lebih khawatir
dengan tipe kesimpulan salah ini karena kesalahan tersebut dapat mempengaruhi
efektifitas audit dan menyebabkan suatu opini audit yang tidak tepat. Jenis kesimpulan
salah semacam ini berdampak terhadap efisiensi audit yang biasanya akan menyebabkan
36
adanya pekerjaan tambahan untuk menetapkan bahwa kesimpulan semula adalah tidak
benar.
(d) Risiko nonsamplingRisiko bahwa auditor mencapai suatu kesimpulan yang salah
dengan alasan apapun yang tidak terkait dengan risiko sampling (Ref: Para A1)
(e) AnomaliSuatu kesalahan penyajian atau penyimpangan yang secara jelas tidak
mewakili kesalahan penyajian atau penyimpangan dalam suatu populasi.
(f) Unit samplingUnsur-unsur individual yang membentuk suatu populasi. (Ref: Para A2)
(g) Sampling statistikSuatu pendekatan sampling yang memiliki karakteristik sebagai
berikut:
(i) Pemilihan unsur-unsur sampel dilaksanakan secara acak; dan (ii) Penggunaan teori
probabilitas untuk menilai hasil sampel, termasuk untuk mengukur risiko sampling.
Pendekatan sampling yang tidak memiliki karakteristik-karakteristik dan dianggap
sebagai sampling nonstatistik.
(h) StratifikasiProses pembagian suatu populasi ke dalam sub-sub populasi.
(i) Salah saji yang dapat diterimasuatu jumlah moneter yang ditetapkan oleh auditor untuk
memperoleh suatu tingkat asurans yang tepat bahwa jumlah kesalahan penyajian yang
ditetapkan oleh auditor tidak melebihi kesalahan penyajian sesungguhnya di dalam
populasi. (Ref: Para A3)
(j) Tingkat penyimpangan yang dapat diterimasuatu tingkat penyimpangan dari prosedur
pengendalian internal yang telah ditetapkan yang ditentukan oleh auditor.
Ketentuan Perancangan, Ukuran dan Pemilihan Unsur-unsur Sampel untuk Diuji
6. Ketika merancang suatu sampel audit, auditor harus mempertimbangkan tujuan prosedur
audit dan karakteristik populasi yang menjadi sumber suatu sampel. (Ref: Para. A4-A9)
7. Auditor harus menentukan suatu ukuran sampel yang cukup untuk mengurangi risiko
sampling. (Ref: Para. A10-A11)
8. Auditor harus memilih unsur-unsur yang akan menjadi sampel sedemikian rupa.
(Ref:Para. A12-A13)
Auditor harus melaksanakan prosedur audit yang tepat untuk tujuan yang hendak
dicapai.
37
10. Jika prosedur audit tidak dapat diterapkan pada unsur pilihan, maka auditor harus
melaksanakan prosedur tersebut atas suatu unsur pengganti. (Ref: Para. A14)
11. Audit yang telah dirancang, atau prosedur alternatif lainnya yang sesuai, terhadap suatu
unsur pilihan, maka auditor harus menetapkan unsur tersebut sebagai suatu
penyimpangan dari pengendalian yang telah ditetapkan sebelumnya atau suatu kesalahan
penyajian. (Ref: Para. A15-A16)
Sifat dan Penyebab Penyimpangan dan Salah Saji
12. Auditor harus menginvestigasi sifat dan penyebab penyimpangan atau kesalahan
penyajian yang teridentifikasi serta menilai dampaknya terhadap tujuan prosedur audit.
(Ref: Para. A17)
13. Dalam keadaan tertentu, ketika auditor mempertimbangkan bahwa suatu kesalahan
penyajian atau penyimpangan yang ditemukan dalam suatu sampel adalah suatu anomali,
auditor harus memperoleh tingkat kepastian yang tinggi bahwa kesalahan penyajian atau
penyimpangan semacam itu bukanlah mewakili populasi yang bersangkutan.
Memproyeksikan Salah Saji
14. Auditor harus memproyeksikan kesalahan penyajian yang ditemukan dalam sampel ke
populasi. (Ref: Para. A18-A20)
Pengevaluasian Hasil Sampling Audit
15. Auditor harus menilai:
a. Hasil sampel; dan (Ref: Para. A21-A22)
b. Apakah sampling audit telah menyediakan basis yang wajar untuk penarikan
kesimpulan tentang populasi yang telah diuji. (Ref: Para. A23)
MATERI PENERAPAN DAN PENJELASAN LAIN
Definisi
Risiko Nonsampling (Ref: Para. 5(d))
A1.
Contoh risiko nonsampling mencakup penggunaan prosedur audit yang tidak tepat,
interpretasi yang salah terhadap bukti audit, dan kegagalan untuk mengakui suatu
kesalahan penyajian atau penyimpangan.
Salah saji yang dapat diterima adalah penerapan materialitas kinerja, seperti yang
dijelaskan dalam SPA 3202, terhadap suatu prosedur sampling tertentu. Salah saji
38
yang dapat diterima kemungkinan memiliki jumlah yang sama atau jumlah yang lebih
rendah daripada materialitas kinerja.
Perancangan, Ukuran dan Pemilihan Unsur-unsur Sampel untuk Diuji
Perancangan Sampel (Ref: Para. 6)
A4.
A5.
Ketika merancang suatu sampel audit, pertimbangan auditor mencakup tujuan spesifik
yang hendak dicapai dan kemungkinan kombinasi prosedur audit terbaik untuk dapat
mencapai tujuan tersebut.
A6.
A7.
A8.
A9.
Salah satu contoh ketika auditor perlu melakukan prosedur terhadap suatu unsur
pengganti adalah bila sebuah cek yang telah dibatalkan dipilih sebagai sampel dalam
pengujian atas bukti otorisasi pembayaran. Jika auditor meyakini bahwa cek tersebut
telah dibatalkan dengan tepat sedemikian rupa sehingga bukan merupakan suatu
penyimpangan, maka suatu sampel pengganti yang telah dipilih dengan tepat dapat
diperiksa.
A15. Salah satu contoh ketika auditor tidak dapat menerapkan prosedur audit yang telah
dirancang terhadap suatu unsur pilihan adalah ketika dokumentasi yang berkaitan
dengan unsur tersebut hilang.
A16. Contoh suatu prosedur alternatif yang cocok dapat berupa pemeriksaan terhadap
penerimaan kas di periode
Sifat dan Penyebab dari Penyimpangan dan Salah Saji (Ref: Para. 12)
A17. Dalam menganalisis penyimpangan dan kesalahan penyajian yang teridentifikasi,
auditor dapat mengobservasi bahwa banyak yang memiliki karakteristik umum,
sebagai contoh, jenis transaksi, lokasi, lini produksi atau periode waktu.
A18. Auditor disyaratkan untuk memproyeksikan kesalahan penyajian untuk suatu populasi
untuk mendapatkan pemahaman yang menyeluruh tentang skala kesalahan penyajian,
namun proyeksi ini tidak cukup untuk menentukan suatu jumlah yang harus
disesuaikan.
A19. Jika suatu salah saji telah ditetapkan sebagai suatu anomali, maka hal itu dapat
dikeluarkan ketika memproyeksikan kesalahan penyajian ke populasi. Namun,
pengaruh yang ditimbulkan dari kesalahan penyajian tersebut, jika tidak dikoreksi,
maka masih perlu dipertimbangkan selain proyeksi kesalahan penyajian yang
nonanomali.
A20. Untuk pengujian pengendalian, tidak diperlukan proyeksi penyimpangan secara
eksplisit karena tingkat penyimpangan sampel juga merupakan tingkat penyimpangan
proyeksian untuk populasi secara keseluruhan.
Pengevaluasian Hasil Sampling Audit (Ref: Para. 15)
40
A21. Untuk pengujian pengendalian, suatu tingkat penyimpangan sampel yang tinggi yang
tidak diharapkan dapat meningkatkan risiko kesalahan penyajian material yang telah
ditentukan, kecuali jika diperoleh bukti audit tambahan yang memperkuat penilaian
awal risiko tersebut. A22. Dalam pengujian rinci, kesalahan penyajian proyeksian
ditambah kesalahan penyajian yang bersifat anomali, jika ada, merupakan estimasi
kesalahan penyajian terbaik dalam populasi.
A23. Jika auditor menyimpulkan bahwa sampling audit belum dapat memberikan basis yang
wajar untuk penarikan kesimpulan tentang populasi yang diuji, auditor dapat: Meminta
manajemen untuk menginvestigasi kesalahan penyajian yang telah diidentifikasi dan
potensi terjadinya kesalahan penyajian lebih lanjut serta membuat penyesuaian yang
diperlukan.
SA 540
Audit Atas Estimasi Akuntansi, Termasuk Estimasi Akuntansi Nilai
Wajar, Dan Pengungkapan yang Bersangkutan
PENDAHULUAN
Ruang Lingkup SPA Ini
1. Standar Perikatan Audit (SPA) ini berkaitan dengan tanggung jawab auditor atas
estimasi akuntansi, termasuk estimasi akuntansi nilai wajar, dan pengungkapan yang
bersangkutandalam suatu audit atas laporan keuangan.
Sifat Estimasi Akuntansi
2. Beberapa unsur laporan keuangan tidak dapat diukur secara tepat, namun hanya dapat
diestimasi. Untuk tujuan SPA ini, unsur laporan keuangan seperti itu disebut
sebagaiestimasi akuntansi. Sifat dan keandalan informasi yang tersedia bagi
manajemen untuk mendukung pembuatan estimasi akuntansi bervariasi secara luas,
oleh karena itu berdampak terhadap derajat ketidakpastian estimasi yang berkaitan
dengan estimasi akuntansi.
3. Tujuan pengukuran estimasi akuntansi dapat bervariasi tergantung pada kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku dan unsur keuangan yang dilaporkan. Pada waktu
yang lalu atau di masa depan.
41
4. Perbedaan antara hasil suatu estimasi akuntansi dan jumlah yang semula diakui atau
diungkapkan dalam laporan keuangan tidak selalu merupakan kesalahan penyajian
dalam laporan keuangan.
.Tanggal Berlaku Efektif
5. SPA ini berlaku efektif untuk audit laporan keuangan untuk periode dimulai pada atau
setelah 1 Januari 2013.
TUJUAN
6. Tujuan auditor adalah untuk memperoleh bukti yang cukup dan tepat tentang apakah:
(e) estimasi akuntansi, termasuk estimasi akuntansi nilai wajar, dalam laporan
keuangan, baik yang diakui atau diungkapkan, adalah wajar; dan
(f) pengungkapan yang bersangkutan dalam laporan keuangan adalah memadai
dalamkonteks kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
DEFINISI
7. Untuk tujuan SPA ini, istilah berikut memiliki makna sebagai berikut:
(c) Estimasi akuntansi Suatu penaksiran atas suatu jumlah moneter ketika metode
pengukuran yang akurat tidak tersedia. Istilah ini digunakan untuk suatu jumlah
yang diukur pada nilai wajar ketika terdapat ketidakpastian estimasi dan untuk
jumlah lain yang memerlukan estimasi. Ketika SPA ini hanya mengatur estimasi
akuntansi yang melibatkan pengukuran pada nilai wajar, istilah estimasi
akuntansi nilai wajar digunakan.
(d) Estimasi tunggal auditor atau estimasi kisar auditor Jumlah, atau kisar jumlah,
yang masing-masing diperoleh dari bukti audit yang digunakan dalam
mengevaluasi estimasi tunggal manajemen.
(e) Ketidakpastian estimasi kerentanan
suatu
estimasi
akuntansi
dan
KETENTUAN
8. Prosedur Penilaian Risiko dan Kegiatan yang Bersangkutan
(a) Ketika pada waktu melaksanakan prosedur penilaian risiko dan kegiatan yang
bersangkutan untuk memperoleh suatu pemahaman atas entitas dan lingkungannya,
termasuk pengendalian internal entitas
(b) Bagaimana manajemen mengidentifikasi transaksi
(c) Bagaimana manajemen membuat estimasi akuntansi, dan suatu pemahaman atas
data yang dipakai sebagai dasar
9. Auditor harus menilai hasil estimasi akuntansi yang dicantumkan dalam laporan
keuangan periode lalu, atau, jika relevan, melakukan kembali estimasi dengan tujuan
untuk periode kini. Sifat dan luas reviu yang dilakukan auditor harus
mempertimbangkan sifat estimasi akuntansi, dan apakah informasi yang diperoleh
dari reviu tersebut relevan untuk mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan
penyajian material atas estimasi akuntansi yang dibuat dalam laporan keuangan
periode kini. Namun, reviu tersebut tidak dimaksudkan untuk mempertanyakan
pertimbangan yang dibuat dalam periode lalu yang didasarkan pada informasi yang
tersedia pada waktu itu. (Ref: Para. A39-A44)
Pengidentifikasian dan Penilaian Risiko Salah Saji Material
10. Dalam
mengidentifikasi
dan
menilai
risiko
kesalahan
penyajian
material,
(c) Jika relevan terhadap kewajaran dari asumsi signifikan yang digunakan oleh
manajemen atau penerapan dengan tepat kerangka pelaporan keuangan yang
berlaku, maksud manajemen untuk melaksanakan serangkaian kegiatan spesifik
dan kemampuan mereka untuk melaksanakan hal tersebut. (Ref: Para. A110)
Kriteria Pengakuan dan Pengukuran
13. Untuk estimasi akuntansi yang menimbulkan risiko signifikan, auditor harus
memperolehbukti audit yang cukup dan tepat tentang apakah:
(a) keputusan manajemen untuk mengakui, atau tidak mengakui, estimasi akuntansi
dalam laporan keuangan; dan (Ref: Para. A113-A114)
(b) dasar pengukuran yang dipilih untuk estimasi akuntansi, (Ref: Para. A115) adalah
sesuai dengan ketentuan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
Penilaian Kewajaran Estimasi Akuntansi, dan Penentuan Salah Saji
14. Auditor harus mengevaluasi, berdasarkan bukti audit, apakah estimasi akuntansi
dalam laporan keuangan adalah wajar dalam konteks kerangka pelaporan keuangan
yang berlaku, atau disajikan salah. (Ref: Para. A116-A119).
Pengungkapan yang Berkaitan dengan Estimasi Akuntansi
15. Auditor harus memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang apakah
pengungkapan dalam laporan keuangan yang berkaitan dengan estimasi akuntansi
telah sesuai dengan ketentuan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku. (Ref: Para.
A120-A121)
16. Untuk estimasi akuntansi yang menimbulkan risiko signifikan, auditor harus juga
mengevaluasi kecukupan pengungkapan ketidakpastian estimasi dalam laporan
keuangan dalam konteks kerangka pelaporan keuangan yang berlaku. (Ref: Para.
A122-A123)
Indikator Kemungkinan Keberpihakan Manajemen
17. Auditor harus mereviu pertimbangan dan keputusan yang dibuat oleh manajemen
dalam membuat estimasi akuntansi untuk mengidentifikasi apakah ada indikator
tentang kemungkinan keberpihakan manajemen. Indikator tentang kemungkinan
keberpihakan manajemen tidak dengan sendirinya merupakan kesalahan penyajian
untuk tujuan penarikan kesimpulan atas kewajaran estimasi akuntansi secara
individual. (Ref: Para. A124-A125)
Representasi Tertulis
18. Auditor harus memperoleh representasi tertulis dari manajemen dan, jika relevan,
pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola apakah mereka yakin bahwa asumsi
44
signifikan yang digunakan dalam membuat estimasi akuntansi adalah wajar. (Ref:
Para. A126-A127).
Dokumentasi
19. Auditor harus memasukkan dalam dokumentasi auditnya:8
(a)Dasar kesimpulan auditor tentang kewajaran estimasi
akuntansi
dan
Oleh karena ketidakpastian bawaan dalam kegiatan bisnis, beberapa unsur laporan
keuangan hanya dapat diestimasi. Di samping itu, karakteristik spesifik dari suatu
aset, liabilitas, atau komponen ekuitas, atau dasar atau metode pengukuran yang
ditetapkan oleh kerangka pelaporan keuangan dapat menimbulkan kebutuhan untuk
mengestimasi suatu unsur laporan keuangan. Beberapa kerangka pelaporan keuangan
menetapkan metode spesifik pengukuran dan pengungkapan yang harus dilakukan
dalam laporan keuangan, sementara kerangka pelaporan keuangan lain kurang begitu
spesifik. Lampiran SPA ini membahas pengukuran dan pengungkapan nilai wajar
menurut kerangka pelaporan keuangan yang berbeda.
A2.
A3.
Estimasi akuntansi yang berkaitan dengan hasil dari suatu tuntutan pengadilan.
Estimasi akuntansi nilai wajar untuk instrumen keuangan derivatif yang tidak
diperdagangkan di publik.
Estimasi akuntansi nilai wajar yang menggunakan suatu model yang dikembangkan
oleh entitas yang sangat tinggi spesialisasinya atau yang menggunakan asumsi
ataudata yang tidak dapat diobservasi di pasar.
A5.
Tidak semua unsur laporan keuangan yang memerlukan pengukuran pada nilai wajar,
melibatkan ketidakpastian estimasi. Sebagai contoh, hal ini dapat terjadi untuk
beberapa unsur laporan keuangan yang di dalamnya terdapat suatu pasar terbuka dan
aktif yang menyediakan informasi yang siap tersedia dan andal tentang harga pada
saat pertukaran sesungguhnya terjadi, dalam kasus tersebut keberadaan harga
penawaran yangdipublikasikan biasanya merupakan bukti audit terbaik untuk nilai
wajar. Namun demikian, ketidakpastian estimasi dapat terjadi meskipun metode
penilaian dan data telah ditetapkan dengan baik. Sebagai contoh, penilaian sekuritas
yang ditawarkan di suatu pasar terbuka dan aktif pada harga pasar di bursa
kemungkinan memerlukan penyesuaian jika kepemilikan adalah signifikan dalam
hubungannya dengan pasar atau terkena pembatasan dalam pemasarannya. Di
samping itu, keadaan ekonomi umum yang terjadi pada saat itu, sebagai contoh, pasar
tertentu yang tidak likuid dapat berdampak terhadap ketidakpastian estimasi.
Akun penyisihan piutang tidak tertagih.
Sediaan yang usang.
Kewajiban jaminan.
Metode depresiasi atau umur ekonomis aset.
Cadangan terhadap nilai tercatat investasi dimana terdapat ketidakpastian tentang nilai
yang dapat dipulihkan.
Hasil kontrak jangka panjang.
Beban yang timbul dari penyelesaian atau keputusan perkara pengadilan.
A7.
Contoh tambahan situasi dimana estimasi akuntansi nilai wajar mungkin diperlukan
mencakup:
Instrumen keuangan yang kompleks, yang tidak diperdagangkan di suatu pasar
terbuka dan aktif.
Pembayaran berbasis saham
Properti atau alat-alat yang tersedia untuk dijual.
46
Aset atau liabilitas tertentu yang diperoleh dalam suatu kombinasi bisnis termasuk
goodwill dan aset tak berwujud.
Transaksi yang melibatkan pertukaran aset atau liabilitas di antara pihak independen
tanpa adanya unsur moneter, sebagai contoh, suatu pertukaran tanpa moneter fasilitas
pabrik dalam lini bisnis yang berbeda.
A8.
Keberpihakan Manajemen
A9.
A10. Keberpihakan manajemen mungkin sulit untuk dideteksi pada suatu tingkat
akun.Keberpihakan tersebut mungkin hanya dapat diidentifikasi pada waktu auditor
mempertimbangkan agregasi kelompok estimasi akuntansi atau semua estimasi
akuntansi, atau pada waktu auditor mengobservasi beberapa periode akuntansi.
Meskipun beberapa bentuk keberpihakan manajemen merupakan bawaan dalam
keputusan subjektif, dalam melakukan pertimbangan tersebut kemungkinan tidak
terdapat kesengajaan oleh manajemen untuk menyesatkan pemakai laporan keuangan.
Namun, jika terdapat kesengajaan untuk menyesatkan pemakai laporan keuangan,
keberpihakan manajemen merupakan suatu kecurangan.
47
Entitas sektor publik kemungkinan memegang aset khusus yang untuk aset tersebut
tidak tersedia sumber informasi atau ada sumber informasi yang andal untuk tujuan
pengukuran aset tersebut pada nilai wajar atau dasar lain nilai kini, atau kombinasi di
antara keduanya. Seringkali aset khusus yang dimiliki tidak menghasilkan arus kas
dan tidak memiliki pasaryang aktif. Oleh karena itu, pengukuran pada nilai wajar
biasanya mengharuskan estimasi dan kemungkinan kompleks, dan dalam beberapa
kasus yang jarang terjadi mungkin pengukuran nilai wajar tersebut sama sekali tidak
dapat dilakukan.
49
SA 550
Pihak Berelasi
PENDAHULUAN
Ruang Lingkup SPA Ini
1. Standar Perikatan Audit (SPA) ini berkaitan dengan tanggung jawab auditor atas
hubungan dan transaksi pihak berelasi dalam suatu audit atas laporan keuangan.
Sifat Hubungan dan Transaksi Pihak Berelasi
2. Banyak transaksi pihak berelasi merupakan hal yang normal dalam bisnis. Dalam
keadaanseperti itu, transaksi tersebut kemungkinan tidak membawa risiko kesalahan
50
penyajian material yang lebih tinggi dalam laporan keuangan daripada transaksi sama
dengan pihaktidak-berelasi. Namun, sifat hubungan dan transaksi pihak berelasi,
dalam beberapakeadaan, menimbulkan risiko kesalahan penyajian material yang lebih
tinggi dalam laporan keuangan daripada transaksi dengan pihak tidak-berelasi.
Tanggung Jawab Auditor
3. Oleh karena pihak berelasi tidak independen satu dengan lainnya, banyak kerangka
pelaporan keuangan yang menetapkan ketentuan akuntansi dan pengungkapan
spesifik untuk hubungan, transaksi, dan saldo pihak berelasi untuk memungkinkan
pemakai laporan keuangan memahami sifat dan dampak aktual atau potensial
terhadap laporan keuangan. Bila kerangka pelaporan keuangan yang berlaku
menetapkan ketentuan seperti itu, auditor bertanggung jawab untuk melaksanakan
prosedur audit untuk mengidentifikasi, menilai, dan merespons risiko kesalahan
penyajian material yang timbul dari kegagalan entitas untuk secara tepat mencatat
atau mengungkapkan hubungan, transaksi, atau saldo pihak berelasi sesuai dengan
ketentuan kerangka tersebut.
4. Bahkan jika kerangka pelaporan keuangan menetapkan minimal atau tanpa ketentuan
pihak berelasi, auditor perlu memperoleh suatu pemahaman yang cukup tentang
hubungan transaksi pihak berelasi entitas.
5. pemahaman tentang hubungan dan transaksi pihak berelasi entitas adalah relevan
untuk pengevaluasian auditor terhadap apakah terdapat satu atau lebihrisiko
kecurangan.
6. Oleh karena keterbatasan inheren suatu audit, terdapat risiko yang tidak dapat
dihindari bahwa beberapa kesalahan penyajian material laporan keuangan
kemungkinan tidak dapat dideteksi. Manajemen mungkin tidak menyadari adanya
semua hubungan dan transaksi pihak berelasi, khususnya jika kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku tidak menetapkanketentuan pihak berelasi.
7. Perencanaan dan pelaksanaan audit dengan skeptisisme profesional diharuskan oleh
SPA 200,6 oleh karena itu terutama penting dalam konteks ini, jika terdapat hubungan
dan transaksi pihak berelasi yang tidak diungkapkan. Ketentuan dalam SPA ini
dirancang untuk membantu auditor dalam mengidentifikasi dan menilai risiko
kesalahan penyajian material yang berkaitan dengan hubungan dan transaksi pihak
berelasi, dan dalam merancang prosedur audit untuk merespons risiko yang telah
ditentukan tersebut.
Tanggal Berlaku Efektif
8. SPA ini efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode dimulai pada atau
setelah tanggal 1 Januari 2013.
51
TUJUAN
9. Tujuan auditor adalah:
(a) Terlepas apakah kerangka pelaporan keuangan yang berlaku menetapkan
ketentuan pihak berelasi, memperoleh suatu pemahaman tentang hubungan
dantransaksi pihak berelasi untuk dapat:
(i) Mengidentifikasi faktor-faktor risiko kecurangan, jika ada, yang timbul dari
hubungan dan transaksi pihak berelasi yang relevan dengan pengidentifikasian dan
penilaian risiko kesalahan penyajian material karena kecurangan; dan
(ii) Menyimpulkan, berdasarkan bukti audit yang diperoleh, apakah laporan keuangan,
sejauh ini dipengaruhi oleh hubungan dan transaksi pihak berelasi tersebut:
Mencapai penyajian wajar (untuk kerangka penyajian wajar); atau Tidak menyesatkan
(untuk kerangka kepatuhan); dan
(b) Di samping itu, jika kerangka pelaporan keuangan menetapkan ketentuan pihak
berelasi, memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang apakah hubungan dan
transaksi pihak berelasi telah dengan tepat diidentifikasi,dipertanggungjawabkan, dan
diungkapkan dalam laporan keuangan sesuai dengan kerangka tersebut.
DEFINISI
10. Untuk tujuan SPA ini, istilah berikut memiliki makna seperti di bawah ini:
(a) Transaksi wajar (arms length transactionSuatu transaksi yang dilaksanakan
berdasarkan syarat-syarat dan kondisi antara seorang pembeli yang bersedia dan
seorang penjual yang bersedia yang tidak berhubungan dan yang bertindak
secara independen satu dengan lainnya serta berusaha untuk mewujudkan
kepentingan terbaik mereka masing-masing.
(b) Pihak berelasiSuatu pihak yang berupa: (Ref: Para. A4-A7)
(i) Suatu pihak berelasi sebagaimana didefinisikan dalam kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku; atau (ii) Bilamana kerangka pelaporan keuangan yang
berlaku menetapkan minimal atau tidak ada ketentuan pihak berelasi:
a. Seorang individu atau entitas lain yang memiliki pengendalian atau
KETENTUAN
Penilaian Risiko dan Aktivitas Terkait
11. Sebagai bagian dari prosedur penilaian risiko dan aktivitas terkait yang SPA 315 dan
SPA 240 mengharuskan auditor untuk melaksanakannya selama audit,7 auditor harus
melaksanakan prosedur audit dan aktivitas terkait yang ditetapkan dalam paragraf 1217 untuk memperoleh informasi relevan guna mengidentifikasi risiko kesalahan
penyajian material yang berkaitan dengan hubungan dan transaksi pihak berelasi.
(Ref: Para. A8)
Pemahaman atas Hubungan dan Transaksi Pihak Berelasi Entitas
12. Pembahasan tim perikatan yang disyaratkan oleh SPA 315 dan SPA 2408 harus
mencakup pertimbangan spesifik tentang kerentanan laporan keuangan terhadap
kesalahan penyajian material karena kecurangan atau kesalahan yang dapat timbul
dari hubungan dan transaksi pihak berelasi entitas. (Ref: Para. A9-A10)
13. Audior harus meminta keterangan dari manajemen tentang:
(g) Identitas pihak berelasi entitas, termasuk perubahan dari periode sebelumnya;
(Ref:Para. A11-A14)
(h) Sifat hubungan antara entitas dan pihak berelasi tersebut; dan
(i) Apakah entitas melakukan transaksi dengan pihak berelasi ini selama periode
tersebut dan, jika demikian, jenis dan tujuan transaksi tersebut.
14. Auditor harus meminta keterangan dari manajemen dan pihak lain dalam entitas, dan
melaksanakan prosedur penilaian risiko lainnya yang dipandang tepat, untuk
memperoleh suatu pemahaman tentang pengendalian, jika ada, bahwa manajemen
telah menetapkan untuk: (Ref: Para. A15-A20)
(i) Mengidentifikasi, mencatat, dan mengungkapkan hubungan dan transaksi pihak
berelasi sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku;
53
(j) Mengotorisasi dan menyetujui transaksi dan pengaturan signifikan dengan pihak
berelasi.
(k) Mengotorisasi dan menyetujui transaksi dan pengaturan signifikan di luar bisnis
normal.
Menjaga Kewaspadaan Terhadap Informasi Pihak Berelasi Pada Waktu Mereviu Catatan
atau Dokumen
15. Selama audit, auditor harus tetap waspada, saat menginspeksi catatan atau dokumen,
untuk pengaturan atau informasi lain yang dapat menunjukkan adanya hubungan atau
transaksi pihak berelasi yang belum diidentifikasi dan diungkapkan sebelumnya oleh
manajemen kepada auditor. (Ref: Para. A22-A23) Khususnya, auditor harus
menginspeksi indikasi berikut tentang keberadaan hubungan atau transaksi pihak
berelasi yang belum diidentifikasi dan diungkapkan sebelumnya oleh manajemen
kepada auditor :
(a) Konfirmasi bank dan hukum yang diperoleh sebagai bagian prosedur auditor;
(b) Risalah rapat pemegang saham dan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola;
dan
(c) Catatan atau dokumen lain yang auditor memandang perlu sesuai dengan keadaan
entitas.
16. Jika auditor mengidentifikasi transaksi signifikan di luar bisnis normal entitas ketika
melaksanakan prosedur audit yang dituntut oleh paragraf 15 atau melalui prosedur
audit lain, auditor harus meminta keterangan dari manajemen tentang: (Ref: Para.
A24-A25) (a) Sifat transaksi tersebut; dan (Ref: Para. A26)
(b) Apakah melibatkan pihak berelasi. (Ref: Para. A27)
Berbagi Informasi Tentang Pihak Berelasi dengan Tim Perikatan
17. Auditor harus berbagi informasi relevan yang diperoleh tentang pihak berelasi entitas
dengan anggota lain tim perikatan. (Ref: Para. A28).
Pengidentifikasian dan Penilaian Risiko Kesalahan Penyajian Material yang
Berkaitandengan Hubungan dan Transaksi Pihak Berelasi
18. Dalam memenuhi ketentuan SPA 315 untuk mengidentifikasi dan menilai risiko
kesalahan penyajian material,9 auditor harus mengidentifikasi dan menilai risiko
kesalahan penyajian 9 SPA 315, paragraf 25. material yang berkaitan dengan
hubungan dan transaksi pihak berelasi dan menentukan apakah di antara risiko
tersebut merupakan risiko signifikan. Dalam membuat penentuan ini, auditor harus
memperlakukan transaksi signifikan pihak berelasi di luar kegiatan normal bisnis
entitas menimbulkan risiko signifikan.
19. Jika auditor mengidentifikasi faktor-faktor risiko kecurangan (termasuk keadaan yang
berhubungan dengan adanya suatu pihak berelasi dengan pengaruh yang dominan)
54
pada waktu melaksanakan proses penilaian risiko dan aktivitas yang berkaitan dalam
hubungannya dengan pihak berelasi, auditor harus mempertimbangkan informasi
tersebut pada waktu mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material
karena kecurangan berdasarkan SPA 240. (Ref: Para. A6 dan A29-A30)
Respons terhadap Risiko Kesalahan Penyajian Material yang Berhubungan dengan
Hubungan dan Transaksi Pihak Berelasi
20. Sebagai bagian dari ketentuan SPA 330 bahwa auditor merespons terhadap risiko
yang telah dinilai,10 auditor merancang dan melaksanakan prosedur audit lanjutan
untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang risiko kesalahan
penyajian material yang telah dinilai yang berkaitan dengan hubungan dan transaksi
pihak berelasi. Proseduraudit ini harus mencakup prosedur yang disyaratkan oleh
paragraf 21-24. (Ref: Para. A31-34).
Pengidentikasian Pihak Berelasi yang Sebelumnya Tidak Teridentifikasi atau Tidak
Diungkapkan atau Transaksi Pihak Berelasi yang Signifikan
21. Jika auditor mengidentifikasi pengaturan atau informasi yang menunjukkan adanya
hubungan atau transaksi pihak berelasi yang oleh manajemen tidak diidentifikasi atau
diungkapkan sebelumnya kepada auditor, auditor harus menentukan apakah keadaan
yang mendasarinya menegaskan adanya hubungan atau transaksi tersebut.
22. Jika auditor mengidentifikasi pihak berelasi atau transaksi signifikan pihak yang
memiliki hubungan istimewa yang tidak diidentifikasi atau diungkapkan sebelumnya
oleh manajemen kepada auditor, auditor harus:
(a) Segera mengkomunikasikan informasi relevan tersebut kepada anggota lain tim
perikatan; (Ref: Para. A35)
(b) Jika kerangka pelaporan keuangan yang berlaku menetapkan ketentuan pihak
berelasi:
(i) Meminta kepada manajemen untuk mengidentifikasi semua transaksi
dengan
(ii) Pihak berelasi yang baru diidentifikasi tersebut untuk dievaluasi lebih
lanjut oleh auditor; dan
(iii) Meminta keterangan tentang mengapa pengendalian entitas terhadap
transaksi pihak berelasi gagal untuk memungkinkan pengidentifikasian
atau pengungkapan hubungan atau transaksi pihak berelasi.
(c) Melaksanakan prosedur audit substantif yang tepat terhadap pihak berelasi yang
baru diidentifikasi tersebut atau transaksi pihak berelasi yang signifikan; (Ref:
Para. A36)
55
(d) Mempertimbangkan kembali risiko bahwa pihak berelasi atau transaksi pihak
berelasi signifikan lainnya kemungkinan ada yang tidak diidentifikasi atau
diungkapkan sebelumnya oleh manajemen kepada auditor, dan melaksanakan
prosedur audit tambahan yang diperlukan; dan 10 SPA 330, paragraf 5-6
(e) Jika tidak adanya pengungkapan tersebut tampak disengaja oleh manajemen (dan
oleh karena itu merupakan indikasi suatu risiko kesalahan penyajian yang
disebabkan oleh kecurangan), mengevaluasi implikasinya terhadap audit. (Ref:
Para. A37)
Transaksi Pihak Berelasi Signifikan Di Luar Kegiatan Normal Bisnis Entitas yang
Teridentifikasi
23. Untuk transaksi pihak berelasi signifikan di luar kegiatan normal bisnis entitas yang
teridentifikasi, auditor harus:
(a) Menginspeksi kontrak atau perjanjian yang melandasi, jika ada, dan
mengevaluasi apakah:
(i) Alasan bisnis (atau tidak ada alasan) transaksi tersebut menunjukkan bahwa
mereka melakukan pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan atau
untuk menyembunyikan penyalahgunaan aset.11 (Ref: Para. A38-A39)
(ii) Syarat-syarat transaksi adalah konsisten dengan penjelasan manajemen; dan
(iii) Transaksi tersebut telah dipertanggungjawabkan secara semestinya dan
diungkapkan sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku; dan
(b) Memperoleh bukti audit bahwa transaksi tersebut telah diotorisasi dan disetujui
dengan tepat. (Ref: Para. A40-A41))
Asersi bahwa Transaksi Pihak Berelasi Dilaksanakan atas Syarat-syarat yang Sama dengan
Transaksi Wajar
24. Jika manajemen telah membuat suatu asersi dalam laporan keuangan bahwa suatu
transaksi pihak berelasi dilaksanakan dengan syarat-syarat yang sama dengan syarat
syarat yang berlaku dalam transaksi yang wajar, auditor harus memperoleh bukti yang
cukup dan tepat tentang asersi tersebut. (Ref: Para. A42-A45)
Pengevaluasian terhadap Akuntansi untuk dan Pengungkapan tentang Hubungan dan
Transaksi Pihak Berelasi yang Teridentifikasi
25. Dalam merumuskan suatu opini atas laporan keuangan berdasarkan SPA 700,12
auditor harus mengevaluasi: (Ref: Para. A46)
(a) Apakah hubungan dan transaksi pihak berelasi yang teridentifikasi telah dicatat
dan diungkapkan sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku; dan
(Ref: Para. A47)
(b) Apakah dampak hubungan dan transaksi pihak berelasi:
56
Suatu kerangka pelaporan kuangan yang berlaku yang menetapkan ketentuan minimal
pihak berelasi adalah kerangka yang mendefinsikan makna pihak berelasi namun
memiliki ruang lingkup yang sebenarnya lebih sempit daripada definisi yang
ditetapkan dalam paragraf 10 (b) (ii) SPA ini, sehingga ketentuan dalam kerangka
tersebut untuk mengungkapkan hubungan dan transaksi pihak berelasi akan berlaku
untuk hubungandan transaksi pihak berelasi secara substansial lebih sedikit.
Dalam konteks kerangka pelaporan wajar,15 hubungan dan transaksi pihak berelasi
dapat menyebabkan laporan keuangan gagal mencapai penyajian wajar jika, sebagai
contoh, realitas ekonomi hubungan dan transaksi tersebut tidak secara tepat tercermin
dalam laporan keuangan. Sebagai contoh, penyajian wajar kemungkinan tidak dicapai
57
jika penjualan suatu properti oleh entitas kepada pemegang saham pengendali pada
suatu harga di atas atau di bawah nilai pasar wajar telah dicatat sebagai suatu transaksi
yang memengaruhi laba atau rugi bagi entitas bila hal itu merupakan suatu kontribusi
atau pengembalian modal atau pembayaran suatu dividen.
Kerangka Kepatuhan (Ref: Para. 4b)
A3.
Dalam konteks suatu kerangka kepatuhan, apakah hubungan dan transaksi pihak
berelasi menyebabkan laporan keuangan menyesatkan sebagaimana dibahas dalam
SPA 700 tergantung pada keadaan tertentu perikatan. Sebagai contoh, bahkan jika
tidak adanya pengungkapan transaksi pihak berelasi dalam laporan keuangan adalah
mematuhikerangka tersebut dan peraturan perundang-undangan, laporan keuangan
dapat menyesatkan jika entitas tersebut memperoleh bagian sangat besar
pendapatannya dari transaksi dengan pihak berelasi, dan bahwa kenyataan tersebut
tidak diungkapkan.
SA 560
Peristiwa Kemudian
PENDAHULUAN
Ruang Lingkup SPA Ini
1.
Standar Perikatan Audit (SPA) ini berhubungan dengan tanggung jawab auditor
berkaitan dengan peristiwa kemudian dalam suatu audit atas laporan keuangan. (Ref:
Para A1).
Peristiwa Kemudian
2.
Laporan keuangan mungkin dipengaruhi oleh peristiwa tertentu yang terjadi setelah
tanggal laporan keuangan. Banyak kerangka pelaporan keuangan secara khusus
merujuk pada peristiwa tersebut. 1 Kerangka pelaporan keuangan tersebut biasanya
mengidentifikasi dua jenis peristiwa:
(a) Peristiwa yang menyediakan bukti tentang kondisi yang ada pada tanggal
laporan keuangan; dan
(b) Peristiwa yang menyediakan bukti tentang kondisi yang terjadi setelah
tanggal laporan keuangan.
58
SPA ini berlaku efektif untuk audit laporan keuangan untuk periode dimulai pada
atau setelah 1 Januari 2013.
TUJUAN
4.
DEFINISI
5.
Untuk tujuan SPA ini, istilah berikut memiliki makna sebagai berikut:
(a) Tanggal laporan keuanganTanggal akhir dari periode terakhir yang dicakup
oleh laporan keuangan.
(b) Tanggal pengesahan laporan keuanganTanggal yang pada saat itu semua
laporan yang membentuk laporan keuangan, termasuk catatan atas laporan
keuangan yang bersangkutan, telah disusun dan pihak yang berwenang telah
menyatakan bertanggung jawab atas laporan keuangan tersebut (Ref: Para. A2).
(c) Tanggal laporan auditor Tanggal yang dicantumkan oleh auditor dalam
laporannya atas laporan keuangan berdasarkan SA 700. (Ref: Para. A3)
(d) Tanggal diterbitkannya laporan keuanganTanggal tersedianya laporan auditor
dan laporan keuangan auditan bagi pihak ketiga. (Ref: Para. A4-A5).
(e) Peristiwa kemudianPeristiwa yang terjadi di antara tanggal laporan keuangan
dan tanggal laporan auditor, dan fakta yang diketahui oleh auditor setelah
tanggal laporan auditor.
KETENTUAN
Peristiwa yang Terjadi antara Tanggal Laporan Keuangan dan Tanggal Laporan
Auditor
59
6.
7.
8.
dalam rapat tersebut yang risalah hasil rapatnya belum tersedia. (Ref: Para. A10)
(d) Membaca laporan keuangan interim terakhir entitas, jika ada
Auditor Jika, sebagai hasil prosedur yang dilakukan seperti yang disyaratkan oleh
paragraf 6 dan 7, auditor mengidentifikasi peristiwa yang mengharuskan
penyesuaian atau pengungkapan dalam laporan keuangan, auditor harus menentukan
apakah setiap peristiwa tersebut telah digambarkan dalam laporan keuangan secara
tepat dan sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
Representasi Tertulis
9.
Auditor harus meminta kepada manajemen dan, jika relevan, pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola, untuk memberikan suatu representasi tertulis
berdasarkan SPA 5803 yang menyatakan bahwa seluruh peristiwa yang terjadi
setelah tanggal laporan keuangan dan memerlukan penyesuaian atau pengungkapan
sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku telah disesuaikan atau
diungkapkan.
Fakta yang Diketahui oleh Auditor setelah Tanggal Laporan Auditor Namun Sebelum
Tanggal Laporan Keuangan Diterbitkan
60
10. Auditor tidak memiliki kewajiban untuk melakukan prosedur audit atas laporan
keuangan setelah tanggal laporan auditor. Namun, jika setelah tanggal laporan
auditor tetapi sebelum tanggal laporan keuangan diterbitkan, suatu fakta
diketemukan oleh auditor yang mungkin menyebabkan auditor mengubah laporan
auditnya jika fakta tersebut telah diketahui oleh auditor pada tanggal laporan auditor,
maka auditor harus: (Ref: Para. A11)
(a) Membahas hal tersebut dengan manajemen dan, jika relevan, dengan pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola.
(b) Menentukan apakah laporan keuangan tersebut memerlukan perubahan dan jika
demikian,
(c) Meminta keterangan bagaimana manajemen akan memperlakukan hal tersebut
dalam laporan keuangan.
11. Jika manajemen mengubah laporan keuangan, maka auditor harus:
(a) Melaksanakan prosedur audit yang diperlukan dalam kondisi atas perubahan
tersebut.
(b) Kecuali jika kondisi yang tertera dalam paragraf 12 terjadi:
(i). Memperluas prosedur audit yang disebutkan dalam paragraf 6 dan 7
sampai pada tanggal laporan auditor baru; dan
(ii). Menyediakan suatu laporan auditor baru atas laporan keuangan yang telah
diubah. Laporan auditor yang baru tidak dapat diberi tanggal lebih awal
daripada tanggal persetujuan atas perubahan laporan keuangan.
12. Bilamana peraturan perundang-undangan atau kerangka pelaporan keuangan tidak
melarang manajemen untuk membatasi perubahan atas laporan keuangan yang
disebabkan oleh pengaruh peristiwa kemudian atau peristiwa yang menyebabkan
perubahan dan pihak yang bertanggung jawab untuk menyetujui laporan keuangan
tidak dilarang untuk membatasi persetujuan terhadap perubahan yang bersangkutan,
maka auditor diizinkan untuk membatasi prosedur audit atas peristiwa kemudian
yang disyaratkan pada paragraf 11 (b) (i) berkaitan dengan perubahan tersebut.
Dalam kasus seperti ini, auditor tersebut harus:
(a) Mengubah laporan auditor dengan memasukkan suatu tanggal tambahan yang
dibatasi sampai dengan perubahan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa
prosedur auditor untuk peristiwa kemudian hanya dibatasi pada perubahan atas
laporan keuangan yang digambarkan dalam catatan atas laporan keuangan yang
relevan; atau (Ref: Para. A12)
(b) Menyajikan suatu laporan auditor baru atau laporan auditor yang diubah yang
meliputi suatu pernyataan dalam suatu paragraf penekanan suatu hal4 atau
paragraf hal lain yang menyampaikan bahwa prosedur audit atas peristiwa
61
kemudian hanya terbatas untuk perubahan pada laporan keuangan seperti yang
dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan yang relevan.
13. Dalam beberapa yurisdiksi, manajemen mungkin tidak disyaratkan oleh peraturan
perundangan-undangan atau kerangka pelaporan keuangan untuk menerbitkan
laporan keuangan yang diubah dan, oleh karena itu, auditor tidak perlu menyediakan
suatu laporan auditor yang diubah atau yang baru. Namun, jika manajemen tidak
mengubah laporan keuangan dalam kondisi yang auditor yakin bahwa laporan
keuangan tersebut perlu diubah, maka: (Ref. Para. A13-A14)
(a) Jika laporan auditor belum diserahkan kepada entitas, auditor harus mengubah
opininya seperti yang disyaratkan dalam SPA 7055 dan kemudian menyerahkan
laporan auditor tersebut; atau
(b) Jika laporan auditor telah diserahkan kepada entitas, auditor harus memberitahu
manajemen dan, kecuali jika semua pihak yang bertanggung jawab atas tata
kelola terlibat dalam pengelolaan entitas, pihak yang bertanggung jawab atas
tata kelola entitas, agar tidak menerbitkan laporan keuangan kepada pihak ketiga
sebelum perubahan yang diperlukan dibuat. Jika laporan keuangan diterbitkan
kemudian tanpa memasukkan perubahan yang diperlukan, auditor harus
mengambil tindakan yang tepat, untuk mencegah pemakai meletakkan
kepercayaan terhadap laporan auditor tersebut.
Fakta yang Diketahui oleh Auditor setelah Laporan Keuangan Diterbitkan
14. Setelah laporan keuangan diterbitkan, auditor tidak memiliki kewajiban untuk
melakukan prosedur audit atas laporan keuangan tersebut. Namun, jika, setelah
laporan keuangan diterbitkan, suatu fakta diketahui oleh auditor, yang jika fakta
tersebut diketahui oleh auditor pada tanggal laporan auditor, mungkin dapat
menyebabkan auditor mengubah laporan auditnya, maka auditor harus:
(a) Membahas hal tersebut dengan manajemen dan, jika relevan, dengan pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola.
(b) Menentukan apakah laporan keuangan memerlukan perubahan atau tidak
(c) Meminta keterangan bagaimana manajemen bermaksud untuk menyelesaikan
hal tersebut dalam laporan keuangan.
15. Jika manajemen mengubah laporan keuangan, maka auditor harus: (Ref: Para. A17)
(a) Melaksanakan prosedur audit yang diperlukan dalam kondisi atas perubahan
tersebut;
(b) Menelaah tahap-tahap yang dilakukan oleh manajemen untuk memastikan
bahwa setiap pihak yang menerima laporan keuangan yang diterbitkan
sebelumnya bersamaan dengan laporan auditor, diberi informasi tentang situasi
tersebut.
(c) Kecuali jika kondisi dalam paragraf 12 berlaku:
62
(i). Memperluas prosedur audit yang disebutkan dalam paragraf 6 dan 7 sampai
pada tanggal laporan auditor baru, dan tanggal laporan auditor baru tidak
lebih awal daripada tanggal persetujuan atas perubahan laporan keuangan;
dan
(ii). Menyerahkan laporan auditor baru atas laporan keuangan yang diubah.
(d) Ketika kondisi dalam paragraf 12 terjadi, ubah laporan auditor, atau serahkan
laporan auditor baru seperti yang disyaratkan oleh paragraf 12.
16. Auditor harus memasukkan dalam laporan auditor baru atau yang diubah, suatu
paragraf penekanan atas suatu hal atau paragraf hal-hal lain, dengan berpedoman
pada suatu catatan atas laporan keuangan yang lebih intensif membahas alasan
perubahan atas laporan keuangan yang diterbitkan sebelumnya dan laporan yang
diserahkan sebelumnya oleh auditor.
17. Jika manajemen tidak mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk
memastikan bahwa setiap pihak yang menerima laporan keuangan yang diterbitkan
sebelumnya sudah diberitahu tentang situasi tersebut dan juga tidak mengubah
laporan keuangan dalam kondisi yang auditor yakin bahwa laporan keuangan
tersebut perlu diubah, auditor harus memberitahu manajemen dan, kecuali jika
semua pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola terlibat dalam pengelolaan
entitas, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola, bahwa auditor akan berusaha
untuk mencegah pemakai meletakkan kepercayaan masa depan terhadap laporan
auditor tersebut. Jika, meskipun dengan pemberitahuan tersebut, manajemen atau
pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola tidak mengambil langkah-langkah
yang diperlukan tersebut, auditor harus mengambil tindakan yang tepat untuk
mencegah pemakai meletakkan kepercayaan terhadap laporan auditor.
Materi Penerapan dan Penjelasan Lain
14. Tanggal representasi tertulis harus sama dengan tanggal laporan auditor atas laporan
keuangan. Representasi tertulis harus mencakup seluruh laporan keuangan dan
periode yang dirujuk di dalam laporan auditor. (Ref: Para. A15-A18)
Bentuk Representasi Tertulis
15. Representasi tertulis harus disajikan dalam bentuk surat representasi yang ditujukan
kepada auditor. Jika peraturan perundang-undangan mensyaratkan manajemen untuk
membuat pernyataan publik yang tertulis mengenai tanggung jawabnya, dan auditor
menganggap bahwa pernyataan tersebut menyediakan beberapa atau seluruh
representasi yang ditentukan dalam paragraf 10 atau 11, maka hal-hal relevan yang
telah dicakup oleh pernyataan tersebut tidak perlu lagi dicantumkan di dalam surat
representasi. (Ref: Para. A19-A21)
63
Keraguan atas Keandalan Representasi Tertulis dan Representasi Tertulis yang Diminta
Tidak Diberikan
Keraguan atas Keandalan Representasi Tertulis
16. Jika auditor memiliki keraguan tentang kompetensi, integritas, nilai-nilai etik, atau
kesungguhan manajemen, atau komitmen mereka dalam menerapkan hal ini, auditor
harus menentukan dampak keraguan tersebut terhadap keandalan representasi (lisan
atau tulisan) dan bukti audit secara umum. (Ref: Para. A24-A25)
17. Secara khusus, jika representasi tertulis tidak konsisten dengan bukti audit lainnya,
auditor harus melaksanakan prosedur audit sebagai usaha untuk menyelesaikan hal
tersebut. Jika hal tersebut tetap tidak terselesaikan, auditor harus mempertimbangkan
kembali penilaian atas kompetensi, integritas, nilai-nilai etik, atau kesungguhan
manajemen, atau mengenai komitmen mereka dalam melaksanakan hal ini, dan
harus menentukan dampak yang mungkin ditimbulkan terhadap keandalan
representasi (lisan atau tertulis) dan bukti audit secara umum. (Ref: Para. A23)
18. Jika auditor menyimpulkan bahwa representasi tertulis tidak dapat diandalkan,
auditor harus mengambil langkah-langkah yang tepat, termasuk menentukan dampak
yang mungkin timbul terhadap opini di dalam laporan auditor berdasarkan SPA 705,
dengan memertimbangkan ketentuan dalam paragraf 20 SPA ini.
Representasi Tertulis yang Diminta Tidak Disediakan
19. Jika manajemen tidak memberikan satu atau lebih representasi tertulis yang diminta,
auditor harus:
a) Mendiskusikan masalah ini dengan manajemen;
b) Mengevaluasi ulang integritas manajemen dan mengevaluasi
dampak yang
mungkin timbul terhadap keandalan representasi (baik lisan maupun tertulis) dan
bukti audit secara umum; dan
c) Mengambil langkah yang tepat, termasuk menentukan dampak yang mungkin
timbul terhadap opini dalam laporan auditor sesuai dengan SPA 705, dengan tidak
mengabaikan ketentuan dalam paragraf 20 SPA ini.
Representasi Tertulis mengenai Tanggung Jawab Manajemen
20. Auditor tidak memberikan opini atas laporan keuangan sesuai dengan SPA 705 jika:
(Ref: Para. A26-A27)
a) Auditor menyimpulkan bahwa terdapat keraguan mengenai integritas manajemen
sehingga representasi tertulis seperti yang ditentukan dalam paragraf 10 dan 11
tidak dapat diandalkan; atau
64
A3.
Laporan auditor tidak dapat diberi tanggal lebih awal daripada tanggal yang pada saat
itu auditor telah memperoleh bukti yang cukup dan tepat sebagai basis opini atas
laporan keuangan, termasuk bukti bahwa semua laporan yang membentuk laporan
keuangan termasuk di dalamnya catatan atas laporan keuangan yang terkait, telah
disusun dan pihak yang berwenang telah menyatakan bahwa mereka bertanggung
jawab atas laporan keuangan tersebut. Sebagai konsekuensinya, tanggal laporan
auditor tidak dapat lebih awal dari tanggal pengesahan atas laporan keuangan seperti
yang didefinisikan dalam paragraf 5(b). Suatu periode waktu mungkin berlalu karena
masalah administratif antara tanggal laporan auditor sebagaimana yang didefinisikan
dalam paragraf 5(c) dan tanggal penyerahan laporan auditor kepada entitas.
Tanggal penerbitan laporan keuangan pada umumnya tergantung pada peraturan yang
berlaku dalam lingkungan yang menjadi tempat berusaha entitas. Dalam beberapa
kondisi, tanggal penerbitan laporan keuangan mungkin merupakan tanggal pada saat
laporan keuangan diserahkan kepada badan pengatur. Karena laporan keuangan
auditan tidak dapat diterbitkan tanpa laporan auditor, tanggal penerbitan laporan
keuangan auditan tidak seharusnya hanya pada atau setelah tanggal laporan auditor,
tetapi juga harus pada atau setelah laporan auditor tersebut diserahkan kepada entitas.
Dalam kasus sektor publik, tanggal penerbitan laporan keuangan mungkin sama
dengan tanggal laporan keuangan auditan dan laporan auditor atas laporan keuangan
tersebut disajikan ke badan pembuat undang-undang atau dengan cara lain
diumumkan kepada publik.
Peristiwa yang Terjadi antara Tanggal Laporan Keuangan dan Tanggal Laporan
Auditor (Ref: Para.6-9)
A6.
Tergantung pada penilaian risiko oleh auditor, prosedur audit yang disyaratkan dalam
paragraf 6 mungkin mencakup prosedur yang diperlukan untuk memperoleh bukti
audit yang cukup dan tepat, meliputi penelaahan atau pengujian atas catatan akuntansi
atau transaksi yang terjadi antara tanggal laporan keuangan dan tanggal laporan
auditor. Prosedur audit yang diharuskan oleh paragraf 6 dan 7 adalah tambahan
prosedur yang mungkin dilakukan oleh auditor untuk tujuan lain, dan mungkin
memberikan bukti mengenai peristiwa kemudian (sebagai contoh, untuk memperoleh
66
bukti audit untuk saldo akun pada tanggal laporan keuangan, seperti prosedur pisah
batas atau prosedur yang berhubungan dengan penerimaan kemudian akun piutang).
A7.
A8.
Sebagai tambahan terhadap prosedur audit yang disyaratkan oleh paragraf 7, auditor
dapat mempertimbangkan hal-hal berikut sebagai langkah yang diperlukan dan tepat
untuk:
Membaca bujet perusahaan terakhir yang tersedia, prakiraan arus kas, dan
laporan manajemen lain yang terkait untuk periode setelah tanggal laporan
keuangan;
Meminta keterangan, atau memperluas permintaan keterangan sebelumnya yang
dilakukan secara tertulis maupun lisan kepada penasihat hukum entitas tentang
proses litigasi dan klaim; atau
Mempertimbangkan apakah representasi tertulis yang mencakup peristiwa
kemudian tertentu mungkin diperlukan untuk mendukung bukti audit yang lain
dan dengan demikian dapat diperoleh bukti audit yang cukup dan tepat.
Permintaan Keterangan (Ref: Para. 7(b))
A9. Dalam meminta keterangan dari manajemen dan, jika relevan, pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola, tentang apakah ada peristiwa kemudian yang telah
terjadi yang mungkin mempengaruhi laporan keuangan, auditor dapat meminta
keterangan tentang status terkini unsur-unsur yang dipertanggunggjawabkan atas basis
data awal atau tidak bersifat konklusif dan meminta keterangan khusus tentang hal-hal
sebagai berikut:
Apakah komitmen baru, penarikan hutang, atau jaminan telah terjadi.
Apakah penjualan atau akusisi aset telah terjadi atau direncanakan
67
atau
kepada pemakai bahwa prosedur audit setelah tanggal tersebut terbatas pada
perubahan kemudian atas laporan keuangan. Berikut ini adalah sebuah ilustrasi
tentang tanggal tambahan tersebut:
(Tanggal laporan auditor), kecuali yang berkaitan dengan Catatan Y, yang bertanggal
(tanggal penyelesaian prosedur audit, terbatas untuk perubahan yang dijelaskan dalam
Catatan Y).
Tidak Ada Perubahan atas Laporan Keuangan oleh Manajemen (Ref: Para. 13)
A13. Dalam beberapa yurisdiksi, manajemen mungkin tidak disyaratkan oleh peraturan
perundang-undangan atau oleh kerangka pelaporan keuangan untuk menerbitkan
laporan keuangan yang sudah diubah. Hal ini seringkali terjadi ketika penerbitan
laporan keuangan untuk periode berikutnya semakin dekat, sepanjang pengungkapan
yang tepat dibuat dalam laporan tersebut.
Pertimbangan Khusus untuk Entitas Sektor Publik
A14. Dalam sektor publik, tindakan yang diambil yang sesuai dengan paragraf 13 ketika
manajemen tidak mengubah laporan keuangan dapat mencakup pelaporan secara
terpisah untuk badan pembuat undang-undang, atau badan lain yang relevan dalam
hirarki pelaporan, tentang implikasi peristiwa kemudian terhadap laporan keuangan
dan laporan auditor.
Tindakan Auditor dalam Mencari Cara untuk Mencegah Pemakai Mempercayai Laporan
Auditor (Ref: Para. 13(b))
A15. Auditor mungkin perlu memenuhi kewajiban hukum tambahan pada waktu auditor
telah memberitahu manajemen untuk tidak menerbitkan laporan keuangan dan
manajemen telah menyetujui permintaan tersebut.
A16. Jika manajemen telah menerbitkan laporan keuangan walaupun ada pemberitahuan
dari auditor untuk tidak menerbitkan laporan keuangan kepada pihak ketiga, tindakan
auditor untuk mencegah pemakai mempercayai laporan auditor atas laporan keuangan
tergantung pada hak dan kewajiban hukum auditor. Sebagai konsekuensinya, auditor
mungkin mempertimbangkan adalah tepat.
Fakta yang Diketahui oleh Auditor setelah Laporan Keuangan Diterbitkan
Representasi Tertulis Tambahan tentang Laporan Keuangan
Pertimbangan Spesifik terhadap Entitas Sektor Publik
A17. Dalam beberapa yurisdiksi, entitas dalam sektor publik mungkin dilarang oleh
peraturan perundang-undangan untuk menerbitkan laporan keuangan yang sudah
diubah. Dalam kondisi tersebut, tindakan yang tepat bagi auditor adalah untuk
melaporkan hal tersebut kepada badan statutori yang tepat.
Tindakan Auditor dalam Mencari Cara untuk Mencegah Pemakai Mempercayai Laporan
Auditor (Ref: Para. 17)
69
A18. Ketika auditor yakin bahwa manajemen, atau pihak yang bertanggung jawab atas tata
kelola, telah gagal untuk mengambil langkah-langkah yang perlu untuk mencegah
pemakai mempercayai laporan auditor atas laporan keuangan yang sebelumnya
diterbitkan oleh perusahaan walaupun ada pemberitahuan sebelumnya dari auditor
bahwa auditor akan mengambil tindakan dalam mencari cara untuk mencegah
pemakai mempercayai laporan tersebut, tindakan auditor tergantung pada hak dan
kewajiban
hukum
auditor.
Sebagai
konsekuensinya,
auditor
mungkin
SA 570
Kelangsungan Usaha
PENDAHULUAN
Ruang Lingkup SPA Ini
1.
Standar Perikatan Audit (SPA) ini mengatur tanggung jawab auditor dalam audit
atas laporan keuangan yang berkaitan dengan penggunaan asumsi kelangsungan
usaha oleh manajemen dalam penyusunan laporan keuangan.
usaha .Ketika
penggunaaan asumsi kelangsungan usaha tidak tepat, aset dan liabilitas dicatat atas
dasar entitas akan mampu untuk merealisasikan asetnya dan melunasi liabilitasnya
dalam kegiatan normal bisnisnya. (Ref: Para. A1)
Tanggung Jawab Penilaian atas Kemampuan Entitas untuk Mempertahankan
Kelangsungan Usahanya
3.
5.
Tingkat ketidakpastian yang terkaitan dengan hasil suatu peristiwa atau kondisi
meningkatkan secara signifikan hasil yang terjadi. Untuk alasan tersebut,
kebanyakan kerangka pelaporan keuangan yang mencantumkan secara eksplisit
adanya keharusan suatu penilaian oleh manajemen menyebutkan periode kapan
manajemen diharuskan untuk mempertimbangkan seluruh informasi yang
tersedia.
Ukuran dan kompleksitas entitas, sifat dan kondisi bisnisnya, serta tingkat
keterpengaruhannya oleh faktor eksternal, memengaruhi pertimbangan tentang
untuk
menyebabkan
keraguan
signifikan
atas
kemampuan
entitas
untuk
73
a) Jika manajemen belum melakukan suatu penilaian atas kemampuan entitas untuk
mempertahankan kelangsungan usahanya, maka auditor meminta manajemen
untuk melakukan penilaian tersebut;
b) Mengevaluasi rencana manajemen atas tindakan di masa depan yang berkaitan
dengan penilaian kelangsungan usaha entitas, apakah hasil rencana tersebut
kemungkinan memperbaiki situasi, dan apakah rencana manajemen layak
dilaksanakan sesuai dengan kondisinya. (Ref: Para. A16)
c) Jika entitas telah membuat suatu prakiraan arus kas, dan analisis atas prakiraan
tersebut merupakan suatu faktor yang signifikan dalam mempertimbangkan hasil
masa depan dari peristiwa atau kondisi dalam mengevaluasi rencana manajemen
atas tindakan di masa depan, maka auditor: (Ref: Para. A17-A18)
i.
Mengevaluasi keandalan data yang melandasi penyusunan prakiraan
ii.
tersebut; dan
Menentukan apakah terdapat dukungan yang cukup untuk asumsi yang
keraguan
signifikan
atas
kemampuan
entitas
untuk
yang
mengungkapkan halhal yang dirujuk dalam paragraf 18. (Lihat SPA 706.) (Ref:
Para. A21-A22)
20. Jika pengungkapan yang memadai tidak dicantumkan dalam laporan keuangan,
maka auditor harus menyatakan suatu opini wajar dengan pengecualian atau opini
tidak wajar, sesuai dengan kondisinya, berdasarkan SPA 705.6Auditor harus
menyatakan dalam laporan auditor bahwa terdapat suatu ketidakpastian material
yang dapat menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan entitas untuk
mempertahankan kelangsungan usahanya. (Ref: Para. A23-A24)
Penggunaan yang tidak Tepat atas Asumsi Kelangsungan Usaha
21. Jika laporan keuangan telah disusun berdasarkan suatu basis kelangsungan usaha,
tetapi menurut pertimbangan auditor, penggunaan asumsi kelangsungan usaha dalam
laporan keuangan oleh manajemen adalah tidak tepat, maka auditor harus
menyatakan suatu opini tidak wajar. (Ref: Para. A25-A26)
Keengganan Manajemen untuk Membuat atau Memperluas Penilaiannya
22. Jika manajemen tidak mau membuat atau memperluas penilaiannya bila diminta
untuk melakukan hal itu oleh auditor, maka
keraguan
signifikan
terhadap
kemampuan
entitas
dalam
75
Keuangan:
Posisi liabilitas bersih atau liabilitas lancar bersih.
Pinjaman dengan waktu pengembalian tetap mendekati jatuh temponya
tanpa prospek yang realistis atas pembaruan atau pelunasan; atau
pengandalan yang berlebihan pada pinjaman jangka pendek untuk
operasinya.
Hilangnya manajemen kunci tanpa pengggantian.
Hilangnya suatu pasar utama, pelanggan utama, wara laba, lisensi, atau
pemasok utama
Kesulitan tenaga kerja.
Kekurangan penyediaan barang/bahan.
Munculnya kompetitor yang sangat berhasil.
Lain-lain:
Ketidakpatuhan terhadap ketentuan permodalan atau ketentuan statutori
lainnya.
Perkara hukum yang dihadapi entitas yang jika berhasil dapat
mengakibatkan tuntutan kepada entitas yang kemungkinan kecil dapat
mempertahankan operasinya.
Kondisi dengan relevansi tertentu yang ada pada entitas kecil mencakup risiko bahwa
bank dan kreditur lainnya dapat menghentikan dukungannya terhadap entitas, serta
kemungkinan kehilangan pemasok utama, pelanggan utama, karyawan kunci, atau hak
untuk beroperasi di bawah suatu lisensi, waralaba, atau perjanjian hukum lainnya.
Tetap Waspada Selama Audit untuk Bukti Audit tentang Peristiwa atau Kondisi (Ref: Para.
11)
A6.
SPA 315 mengharuskan auditor untuk merevisi penilaian risiko auditor dan oleh
karena itu, memodifikasi prosedur audit lebih lanjut ketika bukti audit tambahan
diperoleh selama pelaksanaan audit yang memengaruhi penilaian risiko auditor. Jika
peristiwa atau kondisi yang dapat menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan
entitas untuk mempertahankan kelangsungan usahanya teridentifikasi setelah
penilaian risiko auditor dilakukan, sebagai tambahan atas pelaksanaan prosedur dalam
paragraf 16, penilaian auditor atas resiko kesalahan penyajian material kemungkinan
perlu direvisi. Keberadaan peristiwa atau kondisi tersebut juga dapat memengaruhi
sifat, waktu, dan luas prosedur audit lebih lanjut dalam merespons risiko yang dinilai.
SPA 330 menetapkan ketentuan dan menyediakan panduan atas isu ini.
Pengevaluasian Penilaian Manajemen
Penilaian dan Analisis Pendukung Manajemen, serta Pengevaluasian Auditor (Ref: Para.
12)
78
A7.
A8.
A9.
Oleh karena itu, ketentuan dalam paragraf 13 yang mengharuskan auditor untuk
meminta manajemen untuk memperluas penilaiannya dapat, sebagai contoh, dipenuhi
melalui diskusi, pengajuan pertanyaan, dan inspeksi terhadap dokumentasi
pendukung, sebagai contoh, pengevaluasian terhadap kelayakan atau keterdukungan
bukti atas pesanan yang diterima untuk pasokan di masa depan.
A12. Dukungan yang berkelanjutan oleh pemilik-pengelola seringkali penting bagi
kemampuan entitas yang lebih kecil untuk mempertahankan kelangsungan usahanya.
Ketika suatu entitas kecil sebagian besar didanai dengan suatu pinjaman dari pemilikpengelola, kemungkinan penting bahwa dana tersebut tidak ditarik oleh pemilikpengelola. Sebagai contoh, keberlanjutan suatu entitas kecil dalam kesulitan keuangan
mungkin bergantung pada dilakukannya subordinasi pinjaman entitas oleh pemilikpengelola yang menguntungkan pihak bank pemberi pinjaman atau kreditur lainnya,
atau dilakukannya penjaminan oleh pemilik-pengelola untuk mendukung pinjaman
dengan cara memberikan aset pribadinya sebagai jaminan. Dalam kondisi tersebut,
auditor dapat memperoleh bukti terdokumentasi atas subordinasi atau penjaminan
pinjaman oleh pemilik-pengelola. Ketika suatu entitas bergantung pada dukungan
tambahan dari pemilik-pengelola, auditor dapat mengevaluasi kemampuan pemilikpengelola dalam memenuhi kewajibannya berdasarkan pengaturan dukungan tersebut.
Selain itu, auditor dapat meminta konfirmasi tertulis tentang persyaratan dan kondisi
yang mendasari dukungan tersebut serta intensi atau pemahaman pemilik-pengelola
atas pengaturan dukungan tersebut.
Periode Setelah Penilaian Manajemen (Ref: Para. 15)
A13. Seperti yang diharuskan dalam paragraf 11, auditor tetap waspada terhadap
kemungkinan adanya peristiwa yang diketahui, baik yang terjadwal maupun yang
tidak terjadwal, atau kondisi yang akan terjadi setelah periode penilaian yang
digunakan oleh manajemen yang dapat menimbulkan pertanyaan tentang ketepatan
penggunaan asumsi kelangsungan usaha oleh manajemen dalam penyusunan laporan
keuangan. Oleh karena tingkat ketidakpastian yang terkait dengan hasil suatu
peristiwa atau kondisi meningkat seiring dengan berjalannya waktu, dalam
mempertimbangkan peristiwa atau kondisi lebih lanjut di masa depan, maka indikasi
atas isu-isu kelangsungan usaha perlu bersifat signifikan sebelum auditor perlu
mempertimbangkan untuk melakukan tindakan lebih lanjut. Jika peristiwa atau
kondisi teridentifikasi, maka auditor kemungkinan perlu untuk meminta manajemen
untuk mengevaluasi signifikansi potensial dari peristiwa atau kondisi tersebut
sehubungan
dengan
penilaian
manajemen
atas
kemampuan
entitas
untuk
80
menyebabkan
keraguan
signifikan
atas
kemampuan
entitas
untuk
dengan manajemen.
Menganalisis dan membahas laporan keuangan interim terakhir entitas yang
tersedia.
Membaca persyaratan perjanjian pinjaman dan menentukan apakah terdapat
kesulitan pendanaan.
Menanyakan penasihat hukum entitas tentang keberadaan litigasi dan
klaim, serta kewajaran penilaian oleh manajemen tentang hasil dan estimasi
usahanya.
Mengonfirmasi eksistensi, persyaratan, dan kecukupan fasilitas pinjaman.
Memperoleh dan mereviu laporan-laporan tentang tindakan badan pengatur.
Menentukan kecukupan bukti pendukung atas penghapusan aset yang
direncanakan.
Pengevaluasian atas Rencana Manajemen untuk Tindakan di Masa Depan (Ref: Para. 16b)
81
A16. Pengevaluasian atas rencana manajemen untuk tindakan di masa depan dapat
mencakup pengajuan pertanyaan kepada manajemen tentang rencana manajemen
untuk tindakan di masa depan, termasuk, sebagai contoh, rencana untuk melikuidasi
aset, meminjam dana
historis; dan
Informasi keuangan prospektif untuk periode kini dengan hasil yang telah
dijelaskan
dalam
Catatan
X,
mengindikasikan
adanya
suatu
kembali
atau
memperoleh
pendanaan
pengganti.
Situasi
ini
signifikan
atas
kemampuan
Perusahaan
untuk
mempertahankan
kelangsungan usahanya, dan oleh karena itu, Perusahaan kemungkinan tidak dapat
merealisasikan asetnya dan melunasi liabilitasnya dalam kegiatan bisnis normal.
Laporan keuangan (dan catatan atas laporan keuangan terkait) tidak mengungkapan
fakta tersebut sepenuhnya.
Opini Wajar dengan Pengecualian
Menurut pendapat kami, kecuali untuk pengungkapan yang tidak lengkap atas
informasi yang dirujuk dalam paragraf Basis untuk Opini Wajar dengan Pengecualian,
laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi
keuangan Perusahaan tanggal 31 Desember 20X0, serta kinerja keuangan dan arus kas
terkait untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai dengan Standar
Akuntansi Keuangan di Indonesia.
A24. Berikut ini disajikan suatu ilustrasi tentang paragraf-paragraf yang relevan bila suatu
opini tidak wajar dinyatakan:
Basis untuk Opini Tidak Wajar
83
Perjanjian pendanaan Perusahaan sudah jatuh tempo dan jumlah yang terhutang harus
dilunasi pada tanggal 31 Desember 20X0. Perusahaan masih belum mampu untuk
menegosiasi
kembali
atau
memperoleh
pendanaan
pengganti,
dan
sedang
A27. Dalam kondisi tertentu, auditor dapat meyakini bahwa perlu meminta manajemen
untuk membuat atau memperluas penilaiannya. Jika manajemen tidak bersedia untuk
melakukan hal tersebut, maka auditor dapat menyatakan suatu opini wajar dengan
pengecualian atau opini tidak menyatakan pendapat dalam laporan auditor, karena
tidak mungkin bagi auditor untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat
tentang penggunaan asumsi kelangsungan usaha dalam penyusunan laporan keuangan.
SA 580
Representasi Tertulis
PENDAHULUAN
Ruang Lingkup SPA Ini
1.
Standar Perikatan Audit (SPA) ini berkaitan dengan tanggung jawab auditor untuk
memperoleh representasi tertulis dari manajemen dan, jika relevan, pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola dalam audit atas laporan keuangan.
2.
Lampiran 1 memuat daftar SPA lain yang berisi hal pokok tentang persyaratan
spesifik untuk representasi tertulis. Persyaratan spesifik untuk representasi tertulis
dalam SPA lain tersebut tidak membatasi penerapan SPA ini.
Bukti audit adalah informasi yang digunakan oleh auditor dalam mengambil
kesimpulan yang mendasari opini auditor. Representasi tertulis adalah informasi
yang perlu diperoleh auditor dalam hubungannya dengan audit atas laporan
keuangan entitas. Oleh karena itu, serupa dengan respons atas permintaan
keterangan, representasi tertulis juga merupakan bukti audit. (Ref: Para. A1)
4.
SPA ini berlaku efektif untuk audit laporan keuangan untuk periode dimulai pada
atau setelah 1 Januari 2013.
85
TUJUAN
6.
DEFINISI
7.
Untuk tujuan SPA, istilah di bawah ini memiliki makna sebagai berikut:
Representasi tertulisSuatu pernyataan tertulis yang diberikan oleh manajemen
kepada auditor untuk mengkonfirmasi mengenai hal-hal tertentu atau untuk
mendukung bukti audit lain. Representasi tertulis dalam konteks ini tidak termasuk
laporan keuangan, asersi yang terdapat di dalamnya, atau buku dan catatan yang
mendukung laporan keuangan tersebut.
8.
Untuk tujuan SPA ini, istilah manajemen harus dibaca sebagai manajemen dan,
jika relevan, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola. Selanjutnya, dalam hal
kerangka penyajian yang wajar, manajemen bertanggung jawab atas penyusunan dan
penyajian wajar laporan keuangan sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang
berlaku
KETENTUAN
Manajemen yang diminta untuk Memberikan Representasi Tertulis
9. Auditor harus meminta representasi tertulis dari manajemen yang memiliki tanggung
jawab yang semestinya atas laporan keuangan dan pengetahuan atas hal-hal yang
dipandang penting. (Ref: Para. A2-A6)
Representasi Tertulis Tentang Tanggung Jawab Manajemen
Penyusunan Laporan Keuangan
86
10. Auditor harus meminta manajemen untuk menyediakan representasi tertulis bahwa
mereka telah memenuhi tanggung jawab mereka dalam menyusun laporan keuangan
sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, termasuk, apabila
relevan, penyajian yang wajar, seperti yang ditetapkan dalam persyaratan perikatan
audit. (Ref: Para. A7-A9, A14, A22)
Informasi yang Disediakan dan Kelengkapan Transaksi
11. Auditor harus meminta manajemen untuk menyediakan representasi tertulis bahwa:
a) Mereka telah menyediakan bagi auditor semua informasi relevan dan akses sesuai
dengan yang disetujui dalam persyaratan perikatan audit, dan
b) Semua transaksi telah dicatat dan dicerminkan dalam laporan keuangan. (Ref:
Para. A7-A9, A14, A22)
Penjelasan Tentang Tanggung Jawab Manajemen dalam Representasi Tertulis
12. Tanggung jawab manajemen harus dijelaskan dalam representasi tertulis seperti yang
ditentukan dalam paragraf 10 dan 11, sesuai dengan tanggung jawab yang terdapat di
dalam persyaratan perikatan audit.
Representasi Tertulis Lainnya
13. SPA lain mengharuskan auditor untuk meminta representasi tertulis. Jika, sebagai
tambahan representasi yang diminta tersebut, auditor mempertimbangkan bahwa
satu atau lebih representasi tertulis dibutuhkan untuk mendukung bukti audit lain
yang relevan dengan laporan keuangan atau satu atau lebih asersi spesifik di dalam
laporan keuangan, auditor harus meminta representasi tertulis lainnya tersebut. (Ref:
Para. A10-A13, A14, A22)
Tanggal dan Periode yang Dicakup oleh Representasi Tertulis
14. Tanggal representasi tertulis harus sama dengan tanggal laporan auditor atas laporan
keuangan. Representasi tertulis harus mencakup seluruh laporan keuangan dan
periode yang dirujuk di dalam laporan auditor. (Ref: Para. A15-A18)
Bentuk Representasi Tertulis
15. Representasi tertulis harus disajikan dalam bentuk surat representasi yang ditujukan
kepada auditor. Jika peraturan perundang-undangan mensyaratkan manajemen untuk
membuat pernyataan publik yang tertulis mengenai tanggung jawabnya, dan auditor
menganggap bahwa pernyataan tersebut menyediakan beberapa atau seluruh
representasi yang ditentukan dalam paragraf 10 atau 11, maka hal-hal relevan yang
telah dicakup oleh pernyataan tersebut tidak perlu lagi dicantumkan di dalam surat
representasi. (Ref: Para. A19-A21)
87
Keraguan atas Keandalan Representasi Tertulis dan Representasi Tertulis yang Diminta
Tidak Diberikan
Keraguan atas Keandalan Representasi Tertulis
16. Jika auditor memiliki keraguan tentang kompetensi, integritas, nilai-nilai etik, atau
kesungguhan manajemen, atau komitmen mereka dalam menerapkan hal ini, auditor
harus menentukan dampak keraguan tersebut terhadap keandalan representasi (lisan
atau tulisan) dan bukti audit secara umum. (Ref: Para. A24-A25)
17. Secara khusus, jika representasi tertulis tidak konsisten dengan bukti audit lainnya,
auditor harus melaksanakan prosedur audit sebagai usaha untuk menyelesaikan hal
tersebut. Jika hal tersebut tetap tidak terselesaikan, auditor harus mempertimbangkan
kembali penilaian atas kompetensi, integritas, nilai-nilai etik, atau kesungguhan
manajemen, atau mengenai komitmen mereka dalam melaksanakan hal ini, dan
harus menentukan dampak yang mungkin ditimbulkan terhadap keandalan
representasi (lisan atau tertulis) dan bukti audit secara umum. (Ref: Para. A23)
18. Jika auditor menyimpulkan bahwa representasi tertulis tidak dapat diandalkan,
auditor harus mengambil langkah-langkah yang tepat, termasuk menentukan dampak
yang mungkin timbul terhadap opini di dalam laporan auditor berdasarkan SPA 705,
dengan memertimbangkan ketentuan dalam paragraf 20 SPA ini.
Representasi Tertulis yang Diminta Tidak Disediakan
19. Jika manajemen tidak memberikan satu atau lebih representasi tertulis yang diminta,
auditor harus:
a) Mendiskusikan masalah ini dengan manajemen;
b) Mengevaluasi ulang integritas manajemen dan mengevaluasi
dampak yang
mungkin timbul terhadap keandalan representasi (baik lisan maupun tertulis) dan
bukti audit secara umum; dan
c) Mengambil langkah yang tepat, termasuk menentukan dampak yang mungkin
timbul terhadap opini dalam laporan auditor sesuai dengan SPA 705, dengan tidak
mengabaikan ketentuan dalam paragraf 20 SPA ini.
Representasi Tertulis mengenai Tanggung Jawab Manajemen
20. Auditor tidak memberikan opini atas laporan keuangan sesuai dengan SPA 705 jika:
(Ref: Para. A26-A27)
a) Auditor menyimpulkan bahwa terdapat keraguan mengenai integritas manajemen
sehingga representasi tertulis seperti yang ditentukan dalam paragraf 10 dan 11
tidak dapat diandalkan; atau
88
lisan,
dalam
banyak
kasus
dapat
mendorong
manajemen
untuk
yang setara dalam hal entitas tidak menggunakan istilah jabatan tersebut.
Berkaitan dengan tanggung jawab untuk menyusun dan menyajikan laporan
keuangan, serta tanggung jawab untuk menjalankan bisnis entitas, manajemen
diharapkan memiliki pengetahuan yang cukup mengenai proses yang dilakukan oleh
entitas dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan beserta asersi-asersi terkait
A4.
A4.
A5.
mempertahankan operasinya.
Dalam beberapa kasus, manajemen dapat memasukkan kata-kata penekanan dalam
representasi tertulis yang menunjukkan bahwa representasi telah dibuat berdasarkan
pengetahuan dan keyakinan terbaik manajemen. Auditor dapat menerima penggunaan
kata-kata tersebut jika auditor yakin bahwa representasi telah dibuat oleh pihak yang
memiliki tanggung jawab dan pengetahuan yang tepat mengenai permasalahan yang
A6.
oleh entitas.
Representasi Tertulis Mengenai Tanggung Jawab Manajemen (Ref: Para. 10-11)
A7. Bukti audit yang diperoleh selama audit bahwa manajemen telah memenuhi tanggung
jawab yang dirujuk dalam paragraf 10 dan 11 tidaklah cukup tanpa adanya konfirmasi
dari manajemen mengenai keyakinan mereka bahwa mereka telah memenuhi
tanggung jawab tersebut. Hal ini disebabkan auditor tidak dapat menilai hanya
berdasarkan bukti audit lain mengenai apakah manajemen telah menyusun dan
menyajikan laporan keuangan dan menyediakan informasi kepada auditor dengan
dasar bahwa manajemen sepakat mengakui dan mengerti tanggung jawabnya. Sebagai
contoh: auditor tidak dapat menarik kesimpulan bahwa manajemen telah memberikan
semua informasi yang relevan sesuai dengan yang disetujui di dalam ketentuan
perikatan audit tanpa menanyakan apakah, dan menerima konfirmasi bahwa,
A8.
tersebut; atau
Perubahan keadaan yang membuat hal tersebut menjadi tepat untuk
dilakukan.
Konsisten dengan ketentuan dalam SPA 210, konfirmasi ulang atas pengakuan dan
pemahaman manajemen tentang tanggung jawabnya tersebut tidak dibuat atas
pengetahuan dan keyakinan terbaik manajemen (sebagaimana yang telah dibahas
dalam paragraf A5 SPA ini).
Pertimbangan Khusus untuk Entitas Sektor Publik
A9. Mandat untuk audit atas laporan keuangan entitas sektor publik mungkin lebih luas
dengan entitas lainnya. Sebagai hasilnya, dasar pemikiran, terkait dengan tanggung
jawab manajemen, yang mana audit atas laporan keuangan entitas sektor publik
dilakukan dapat menyebabkan perlunya representasi tertulis tambahan. Ini dapat
mencakup representasi tertulis yang mengkonfirmasikan bahwa transaksi dan
peristiwa telah dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan atau
otoritas lainnya.
Representasi Tertulis Lainnya (Ref: Para. 13)
Representasi Tertulis Tambahan tentang Laporan Keuangan
A10. Selain representasi tertulis yang ditentukan dalam paragraf 10, auditor dapat
mempertimbangkan untuk meminta representasi tertulis lainnya yang berhubungan
dengan laporan keuangan. Representasi tertulis semacam ini dapat sebagai tambahan,
namun bukan merupakan bagian dari, representasi tertulis yang diminta dalam
paragraf 10. Representasi tambahan ini dapat meliputi representasi berikut ini:
Apakah pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi sudah tepat; dan
Apakah hal-hal berikut ini, jika relevan dengan kerangka pelaporan keuangan
yang berlaku, telah diketahui, diukur, disajikan atau diungkapkan sesuai dengan
kerangka tersebut:
- Rencana atau maksud yang dapat memengaruhi nilai tercatat atau klasifikasi
-
91
A11.
Sebagai tambahan representasi tertulis yang dintentukan dalam paragraf 11, auditor
dapat mempertimbangkan untuk meminta kepada manajemen untuk menyediakan
representasi tertulis bahwa mereka telah mengomunikasikan semua defisiensi dalam
dalam representasi tertulis harus dibuat sedekat mungkin dengan, tetapi tidak setelah,
tanggal laporan auditor atas laporan keuangan.
A16. Dalam beberapa keadaan, mungkin saja tepat bagi auditor untuk mendapatkan
representasi tertulis tentang asersi spesifik dalam laporan keuangan selama
pelaksanaan audit. Dalam hal ini, auditor mungkin perlu meminta suatu representasi
tertulis yang dimutakhirkan.
A17. Representasi tertulis berlaku untuk semua periode yang dirujuk dalam laporan auditor
karena manajemen perlu menyatakan kembali bahwa representasi tertulis yang
dibuatnya untuk periode sebelumnya masih tepat. Auditor dan manajemen dapat
menyetujui suatu bentuk representasi tertulis yang akan memutakhirkan representasi
tertulis periode sebelumnya dengan mempertimbangkan apakah terdapat perubahan
dalam representasi tertulis tersebut, dan jika ada, apa saja perubahannya.
A18. Suatu keadaan dapat terjadi yang di dalamnya manajemen sekarang tidak menjabat
dalam keseluruhan periode yang dirujuk dalam laporan auditor. Individu-individu
tersebut dapat menyatakan bahwa mereka bukanlah individu yang tepat untuk
menyediakan sebagian atau keseluruhan representasi tertulis karena mereka tidak
menjabat selama periode yang dimaksud. Namun, fakta ini tidak mengurangi
tanggung jawab individu tersebut terhadap laporan keuangan secara keseluruhan. Oleh
karena itu, keharusan auditor untuk meminta representasi tertulis dari mereka yang
mencakup seluruh periode yang relevan tetap berlaku.
Bentuk Representasi Tertulis (Ref: Para. 15)
A19. Representasi tertulis harus dicantumkan dalam surat representasi yang ditujukan
kepada auditor. Namun, dalam beberapa yurisdiksi, manajemen mungkin diharuskan
oleh peraturan perundang-undangan untuk membuat pernyataan publik tertulis
tentangtanggung jawabnya. Meskipun pernyataan tersebut merupakan representasi
kepada para pengguna laporan keuangan, atau kepada otoritas yang relevan, auditor
dapat memutuskan pernyataan tersebut sebagai suatu bentuk representasi tertulis yang
tepat sesuai dengan sebagian atau seluruh representasi yang diharuskan dalam
paragraf 10 atau 11. Oleh karena itu, hal-hal relevan yang sudah dicakup oleh
pernyataan tersebut tidak perlu dicantumkan lagi ke dalam surat representasi. Faktorfaktor yang mungkin mempengaruhi keputusan auditor mencakup:
Apakah pernyataan tersebut mencantumkan konfirmasi tentang pemenuhan
tanggung jawab sesuai dengan yang dirujuk ke dalam paragraf 10 dan 11.
Apakah pernyataan tersebut telah diberikan atau disetujui oleh pihak yang
diminta oleh auditor untuk memberikan representasi tertulis yang relevan.
93
Apakah suatu kopi pernyataan tersebut telah disediakan untuk auditor sedekat
mungkin, tetapi tidak setelah, tanggal laporan auditor di dalam laporan keuangan
Sumber: www.iapi.go.id
96