NIM : 51622120027
1. Tn. Syafrial (k/2) Pada Tahun 2022 menjalankan usaha perorangan dan
memperoleh laba bersih Rp. 360.000.000,-. Kemudian Tn Syafrial bersama
temannya Tn. Daff bekerjasama untuk membentuk usaha CV dan laba
usaha yang dihasilkan Rp. 720.000.000,-. Diasumsikan Tn Syafrial dan Tn.
Daff membentuk PT, laba yang dihasilkan Rp. 720.000.000,-. Dari data
tersebut berikan ilustrasi perhitungannya dan berikan analisis saudara
terhadap tiga alternatif pemilihan bentuk usaha tersebut dibandingkan
dengan besarnya beban pajak penghasilan yang harus ditanggung oleh wajib
pajak.
Jawaban :
Laba Bersih usaha Perorangan 360.000.000
Laba Usaha CV 720.000.000
Laba Usaha PT 720.000.000
Analis Pajak Penghasilan :
1) Penghasilan Perorangan
Laba Bersih 360.000.000
PTKP (K/2) 67.500.000 -
Penghasilan Kena Pajak 292.500.000
Tarif Pajak Penghasilan s/d 60 Jt = 5.000.000
Tarif Pajak Penghasilan 60 Jt s/d 250 Jt = 34.875.000 +
Total Pajak Penghasilan = 39.875.000
2) Penghasilan Badan CV sebagai UMKM Peredaran Bruto 4,8 M/tahun
Laba Bersih 1 Tahun 720.000.000
DPP (Fasilitas Pajak 50%) 360.000.000
Tarif Pajak Badan 22% 79.200.000
Kesimpulan : dari hasil perhitungan diatas dapat dilihat bahwa pajak yang
harus di tanggung lebih rendah saat menjadi perorangan, namun dari sisi
pengembangan usaha terbatas, begitupun antara CV dan PT secara pajak
lebih rendah CV karena mendapatakan fasilitas perhitungan pajak, namun
secara pengembangan usaha lebih leluasa menjadi PT
2. Keputusan manajemen perusahaan dalam memilih struktur modal bagi
perusahaan akan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan yang tentunya
akan berpengaruh pula terhadap pajak terutang perusahaan. Bagaimana
dampaknya bagi perusahaan jika pendanaannya melalui :
a. modal & distribusi laba {equity & distributing devidend}
b. Hutang {debt Financing}.
Jawaban :
a. Dampak pendanaan modal & distribusi laba (equity & distributing
devidend) :
Jawaban :
Dasar hukum terkait perpajakan atas marger adalah Perdirjen Pajak nomor
28/PJ/2008 tentang Penggunaan Nilai Buku atas Pengalihan Harta dalam
rangka Penggabungan, Peleburan, atau Pemekaran Usaha.
Perlakuan Pajak atas aktiva perusahan yang di merger adalah :
1) Harta yang dimiliki oleh Wajib Pajak yang menerima harta setelah
terjadinya merger atau pemekaran usaha tidak dipindah tangankan oleh
Wajib Pajak yang menerima harta paling singkat 2 (dua) tahun setelah
tanggal efektif merger atau pemekaran usaha;
2) Paling lama 1 (satu) tahun setelah memperoleh persetujuan Direktur
Jenderal Pajak untuk melakukan pengalihan harta dengan
menggunakan nilai buku, Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 1 ayat (6) yang akan menjual sahamnya di bursa efek harus sudah
mengajukan pernyataan pendaftaran kepada Badan Pengawas Pasar
Modal-Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) dalam rangka penawaran
umum perdana (Initial Public Offering) dan pernyataan pendaftaran
tersebut telah menjadi efektif;
3) Apabila setelah lewat jangka waktu 3 (tiga) tahun sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) Wajib Pajak belum dapat
melaksanakan penawaran umum perdana (Initial Public Offering), jangka
waktu tersebut dapat diperpanjang paling lama 1 (satu) tahun setelah
mendapar persetujuan dari Direktur Jenderal Pajak; dan
4) Apabila dalam jangka waktu 5 (lima) tahun Direktur Jenderal Pajak
melalui penelitian atau pemeriksaan menemukan bukti bahwa merger
atau pemekaran usaha tidak memenuhi persyaratan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dan/atau Pasal 6, nilai
pengalihan harta dalam rangka merger atau pemekaran usaha
berdasarkan nilai buku dihitung kembali berdasarkan nilai pasar.