Anda di halaman 1dari 6

NPM : 51622120065

Nama : Muhammad Bayu Rachmadi


Kelas : Reguler B Kelas A
Fakultas : Sekolah Pasca Sarjana / Magister Akuntansi
Kuis : Manajemen Perpajakan
Dosen : Dyah Purnamasari,Dr.,S.E.,M.Si.,Ak.,C.A.
Jawaban :

1.

Keterangan Perserorangan CV PT

Laba 360.000.000.00 720.000.000.00 720.000.000.00

PTKP (K/2) 67.500.000.00 - -

Biaya Jabatan 6.000.000.00

Laba Kena Pajak 286.500.000.00 720.000.000.00 720.000.000.00


PKP

0-60.000.000 3.000.000.00 - -

60.000.000 - 250.000.000 28.500.000.00 - -


250.000.000 -
500.000.000 9.125.000.00 - -

Tarif Pasal 17 - 79.200.000.00 79.200.000.00

Pajak Terhutang 40.625.000.00 79.200.000.00 79.200.000.00


Pajak Terutang jika
mengguakan PP 23
(0,5%) 1.800.000.00 3.600.000.00 3.600.000.00
Berdasarkan Simulasi yang saya buat dari tiga alternatif bentuk
usaha tersebut jika berdasarkan Pajak Terutang nya saya mengusulkan Tn
Stafrizal, dkk menggunakan Badan Usaha Perorangan karena
berdasarakan simulasi perhitungan menggunakan tarif pajak Pasal 17 UU
PPh (progresif) nilai pajak terutangnya adalah Rp. 40.625.000,- , Karena
ada nilai PTKP dan Biaya jabatan yang dapat sebagai pengurang yang tidak
ada dalam bentuk usaha lain.
jika memanfaatkan Fasilitas PP 23 Tahun 2018 (UMKM/Final)
Nilai Pajak terutang nya Rp.1.800.000 bahkan jika peredaran brutonya
selama setahun tidak mencapai Rp. 500.000.000,- tidak ada pajak terutang
yang dibayar kan. Namun fasilitas PP 23 Tahun 2018 untuk orang pribadi
hanya bisa dimanfaatkan selama 7 Tahun, jika sudah melebihi 7 tahun harus
berubah menjadi bentuk usaha yg lebih tinggi baik itu CV atau PT
Nilai Pajak terutang jauh lebih kecil dibandingankan Jika Tn
Syafrizal memilih bentuk usaha CV atau PT yang dimana berdasarkan
simulasi perhitungan saya untuk CV & PT yaitu Rp. 79.000.000,-
Berdasarkan tarif Pasal 31Undang-Undang PPh bahwa jika Peredaran bruto
tidak melebihi 4,8 M, maka mendapat fasilitas pengurangan Tarif 50%
menjadi 11%.
Jika memanfatkan Tarif PP 23 Tahun 2018 maka untuk jenis badan
usaha CV dan PT pajak terutangnya adalah Rp 3.600.000 (Asumsi Laba =
Omset) masih lebih besar pajak terutangnya dibandingkan dengan memilih
bentuk usaha perorangan, untuk memanfaatkan fasilitas tersebut jika CV itu
maksimal 4 tahun dan PT itu 3 Tahun.
Ada pertimbangan lain jika memilih bentuk usaha CV ketika
penghasilan tersebut didistribusikan kepada Wajib Pajak dalam bentuk
prive, tidak akan dikenakan PPh lagi Beda halnya dengan PT, pengenaan
pajak PT dikenakan dua kali yakni tarif PPh 25 dan juga pada saat
penghasilan tersebut didistribusikan kepada pemegang saham dalam bentuk
dividen, maka dikenakan pajak lagi atas dividen tersebut sebesar 10% (PPh
Final) untuk WPOP (Wajib Pajak Orang Pribadi). Dengan demikian, usaha
dalam bentuk Perorangan bisa memberikan penghematan pajak yang jauh
lebih besar daripada bentuk badan usaha lainnya kurang lebih 19%.
2. A.Modal Sendiri / Laba ditahan
Tidak adanya perpajakan lain selain perpajakan PPh badan yang
akan muncul dalam aktifitas perpajakannya, karena Ketika laba ditahan
masuk kedalam modal perusahaan ini biasanya akan meningkatkan
operainya atau menambah asset yang jangka pendek akan menambah biaya
di perusahaan tersebut namun dalam jangka Panjang akan meningkatkan
pendapatan perusahaan tersebut.

B. Hutang

Apabila kita permodalan melalui hutang akan ada biaya pajak atas
Bunga pinjaman yang kita peroleh dan atas hutang yang dipinjam akan ada
kewajiban melunasi pinjaman yang dimana akan mengurangi kemampuan
suatu entitas, selain itu ada DER yang menjadi batas atas hutang tersebut
dalam jangka pendek pajak badan akan kecil karena adanya biaya bunga
didalam laporan Laba Rugi perusahaan , namun secara jangka Panjang pajak
akan meningkat karena biaya Bungan akan habis dan pajak meningkat untuk
di PPh Badan

3. Investasi offshore merupakan strategi investasi memanfaatkan


berbagai keuntungan (seperti bebas pajak dan data nasabah dirahasiakan)
yang ditawarkan di luar negara asal investor. Dan hal-hal yang menjadi
analisis saya mengapa memilih offshore dilihat dari aspek perpajakan :
a. Penghindaran pajak adalah industri yang sedang berkembang pesat
yurisdiksi seperti Kepulauan Cayman dan Bermuda yang
tidak memungut pajak penghasilan, pajak atas keuntungan, PPN,
pajak penjualan, pajak kekayaan atau korporat, masih menarik
banyak sekali bisnis. alasannya sederhana. Setiap dana atau
transaksi, atau pesawat terbang atau yacht, atau apa pun apa saja
yang ingin orang daftarkan di Cayman atau Bermuda, tidak kena
pajak. Dan itu tersembunyi dari pandangan publik.
b. Kerahasiaan unggul karena ‘trust’
Walau ada banyak regulasi baru, Paradise Papers menunjukkan
bahwa siapa pun yang ingin menyembunyikan urusan mereka dari
para pesaing, sekutu, pemerintah, atau publik masih bisa melakukan
itu dengan sangat mudah

Onshore financing adalah pembiayaan yang dananya berasal dari


dalam negeri dan dapat diberikan dalam bentuk rupiah atau valuta asing.
Perusahaan onshore adalah perusahaan yang terdaftar di negara yang tidak
memberikan perlindungan pajak (non tax haven country) yang biasanya di
negara berkembang yang mengenakan tarif pajak yang tinggi. Beberapa
karakteristik khas perusahaan onshore antara lain ialah dapat memicu sektor
keuangan menjadi sektor yang maju dan kuat dengan berbagai perjanjian
pajak antara negara-negara terkait.
a. Kelebihan Perusahaan Onshore
- disukai sebagian besar pebisnis
- sebagian besar aktivitas bisnis beroperasi di dalam negara yang
tergabung, meneliti dan beradaptasi dengan kebiasaan
- peraturan dan regulasi lebih mudah dipahami dan dipatuhi
b. Kekurangan Perusahaan Onshore
- Tagihan yang lebih tinggi seperti pada biaya perekrutan.
- Terkait pajak yang diwajibkan oleh hukum terkait untuk mematuhi
kontrol otoritas dan seperangkat aturan lokal.
- Kurang control terkait rahasia karena perusahaan dikendalikan
oleh pihak berwenang yang hampir setiap informasi tentang
pemilik manfaat dapat diakses oleh publik.
4. Dampak perpajakan terhadap aktiva Ketika melakukan marger :
a. Pajak Penghasilan Final atas Pengalihan Harta berupa Tanah dan
Bangunan

Pengalihan aktiva berupa tanah dan bangunan yang terjadi pada saat
proses merger merupakan objek PPh final sebagaimana tercantum
dalam Undang-Undang PPh Pasal 4 ayat (2) huruf d. Besarnya tarif
Pajak Penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan
ditetapkan dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a PP Nomor 34 Tahun 2016
sebagai berikut

i. 2,5% (dua koma lima persen) dari jumlah bruto nilai


pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan selain
pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan berupa Rumah
Sederhana atau Rumah Susun Sederhana yang dilakukan
oleh Wajib Pajak yang usaha pokoknya melakukan
pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan;
ii. 1% (satu persen) dari jumlah bruto nilai pengalihan hak atas
tanah dan/atau bangunan berupa Rumah Sederhana dan
Rumah Susun Sederhana yang dilakukan oleh Wajib Pajak
yang usaha pokoknya melakukan pengalihan hak atas tanah
dan/atau bangunan;atau
iii. 0% (nol persen) atas pengalihan hak atas tanah dan/atau
bangunan kepada pemerintah, badan usaha milik negara
yang mendapat penugasan khusus dari Pemerintah, atau
badan usaha milik daerah yang mendapat penugasan khusus
dari kepala daerah, sebagaimana dimaksud dalam undang-
undang yang mengatur mengenai pengadaan tanah bagi
pembangunan untuk kepentingan umum.

Selain itu, atas transaksi pengalihan harta berupa tanah dan


bangunan juga terutang BPHTB dengan tarif paling tinggi 5% dari
nilai jual kena pajak, yaitu selisih antara nilai pasar dengan nilai jual
objek pajak tidak kena pajak. (Pasal 87 ayat (2) huruf k dan Pasal 88
ayat (1) Undang-Undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah). Saat
terutangnya pajak BPHTB adalah sejak tanggal dibuat dan
ditandatanganinya akta untuk penggabungan usaha.

b. Pajak Pertambahan Nilai atas Pengalihan Barang Kena Pajak


Pengalihan BKP dalam rangka penggabungan, peleburan,
pemekaran, pemecahan dan pengambilalihan usaha dengan syarat
pihak yang melakukan pengalihan dan yang menerima pengalihan
adalah PKP tidak termasuk dalam pengertian penyerahan Barang
Kena Pajak sehingga tidak terutang PPN. Namun, apabila
penggabungan dilakukan oleh bukan PKP maka atas pengalihan
Barang Kena Pajak tersebut terutang PPN dengan tarif 10%. Apabila
terdapat Pajak Masukan atas pengalihan BKP dalam rangka
penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, dan
pengambilalihan usaha yang belum dikreditkan oleh PKP yang
mengalihkan, PM tersebut tetap dapat dikreditkan oleh PKP yang
menerima pengalihan, sepanjang Faktur Pajaknya diterima setelah
terjadinya pengalihan dan PM tersebut belum dibebankan sebagai
biaya atau dikapitalisasi (Pasal 9 ayat (14) Undang-Undang PPN).
Namun ada fasilitas yang dapat dimanfaat kan WP terkait
aktiva atau harta yang akan dilakukan merger yaitu Pasal 2 PMK
Nomor 52 Tahun 2017 mengatur mengenai syarat WP yang dapat
menggunakan nilai buku atas pengalihan atau penerimaan
pengalihan harta dalam rangka penggabungan, peleburan,
pemekaran, atau pengambilalihan usaha.
5. Jika dilihat dari angka kenaikan yang ada mengartikan iklim usaha di negara
kita dan negara luar sedang baik, namun peningkatan penanaman modal
SPLN di Indonesia kenaikan masih rendah dibandingkan Penanaman SPDN
di luar negri, mungkin ada beberapa factor yang dapat mempengaruhi hal
tersebut salah satunya bisa disebabkan oleh pajak, karena jika tarif pajak
tinggi akan menyebabkan menurunnya minat investasi di Indonesia,
mengakibatkan akan menurunya penerimaan pajak kita terhdap Outbond tax
income dan ini berdampak ke dunia usaha dimana penerimaan pajak badan
pun akan menurun dengan tidak adanya sokongan modal ,
Dari sisi inbound banyak nya pemodalan yg ditempatkan diluar
negri memang meningkatkan Inbound tax income, namun sercar jangaka
Panjang Perpajak badan akan menurun karena modal yang banyak di larikan
ke negara lain.

Anda mungkin juga menyukai