Anda di halaman 1dari 8

LATIHAN SOAL AKUNTANSI PERPAJAKAN

“PENDAPATAN, PENGHASILAN, DAN PENJUALAN”


Dosen Pengampu: Fajriani Azis, S.Pd., M.Si

DISUSUN OLEH
Kelas A
Aqila Nasira 210901502009
Rangga Fakhrurriza 210901502014
Nur Nisya Asis 210901502017
Fadillah Shivasah Posangi 210901502020
Putri Nadilah Sofyan 210901502023

PROGRAM STUDI AKUNTANSI S1


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2023
LATIHAN SOAL

1. Jelaskan penyimpangan yang terjadi dalam pengakuan penghasilan menurut akuntansi.


Jawaban:
Ada beberapa jenis penyimpangan yang bisa terjadi dalam pengakuan penghasilan menurut
akuntansi, di antaranya:
1) Overstating revenue (menginflasi pendapatan): Ini terjadi ketika perusahaan melaporkan
pendapatan yang lebih tinggi daripada seharusnya. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
merekayasa laporan keuangan atau menunda pengakuan pendapatan hingga periode berikutnya.
2) Understating revenue (mengurangi pendapatan): Sebaliknya, ini terjadi ketika perusahaan
melaporkan pendapatan yang lebih rendah daripada yang seharusnya. Ini dapat dilakukan
dengan cara menunda pengakuan pendapatan atau dengan cara memanipulasi jumlah
pengeluaran atau biaya-biaya yang diperlukan untuk memperoleh pendapatan.
3) Recognition of revenue prematurely (pengakuan pendapatan secara prematur): Ini terjadi ketika
perusahaan mengakui pendapatan sebelum transaksi benar-benar selesai atau barang atau jasa
telah disampaikan atau diterima. Hal ini dapat dilakukan dengan cara merekayasa faktur atau
kontrak atau dengan cara mengabaikan syarat dan ketentuan kontrak.
4) Recognition of revenue too late (pengakuan pendapatan terlambat): Sebaliknya, ini terjadi
ketika perusahaan menunda pengakuan pendapatan hingga periode berikutnya. Ini dapat
dilakukan dengan cara merekayasa waktu pengiriman barang atau jasa atau dengan cara
menunda penyelesaian transaksi.

Semua jenis penyimpangan tersebut dapat menyebabkan laporan keuangan perusahaan menjadi
tidak akurat dan menghasilkan informasi yang salah. Oleh karena itu, sangat penting bagi
perusahaan untuk mematuhi standar akuntansi yang berlaku dan memastikan bahwa pengakuan
pendapatan dilakukan dengan benar dan tepat waktu.

2. Jelaskan perhitungan PPh untuk interest bearing debt securities dan non-interest bearing debt
securities. Dan siapakah yang memotong interest bearing debt securities dan non-interest bearing
debt securities?
Jawaban:
Perhitungan PPh
Besarnya Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1):
a) Atas bunga Obligasi dengan kupon (interest bearing debt securities) sebesar:
1) 15% (lima belas persen), bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap.
2) 20% (dua puluh persen) atau sesuai dengan tarif berdasarkan Persetujuan Penghindaran
Pajak Berganda bagi Wajib Pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap, dari jumlah bruto
bunga sesuai dengan masa kepemilikan (holding period) Obligasi.
b) Atas diskonto Obligasi dengan kupon (interest bearing debt securities) sebesar:
1) 15% (lima belas persen), bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap.
2) 20% (dua puluh persen) atau sesuai dengan tarif berdasarkan PersetujuanPenghindaran
Pajak Berganda bagi Wajib Pajak luar negeri selain bentuk usahatetap, dari selisih lebih
harga jual pada saat transaksi atau nilai nominal pada saatjatuh tempo Obligasi di atas harga
perolehan Obligasi, tidak termasuk bungaberjalan (accrued interest).
c) Atas diskonto Obligasi tanpa bunga (non-interest bearing debt securities) sebesar:
1) 15% (lima belas persen), bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap.
2) 20% (dua puluh persen) atau sesuai dengan tarif berdasarkan PersetujuanPenghindaran
Pajak Berganda bagi Wajib Pajak luar negeri selain bentuk usahatetap, dari selisih lebih
harga jual pada saat transaksi atau nilai nominal pada saatjatuh tempo Obligasi di atas harga
perolehan Obligasi.
Pemotong PPH
Pemotongan PPh pada interest bearing debt securities dan non-interest bearing debt securities
dilakukan oleh perusahaan yang menerbitkan obligasi atau pihak yang ditunjuk oleh perusahaan
tersebut. Perusahaan tersebut bertanggung jawab untuk menyetorkan PPh tersebut ke Kantor Pajak.
Sedangkan, investor akan menerima pembayaran bersih setelah PPh dipotong.

3. Jelaskan perhitungan PPh untuk transaksi derivatif Siapakah yang memotong PPh untuk transaksi
derivatif tersebut?
Jawaban:
Perhitungan PPh
Atas penghasilan yang diterima dan/atau diperoleh orang pribadi atau badan dari transaksi derivatif
berupa kontrak berjangka yang diperdagangkan dibursa, Tarif pajak penghasilan pasal 4 ayat 2
untuk transaksi derivatif berupa kontrak berjangka panjang yang diperdagangkan di bursa sebesar
2,5% dari margin awal sebagaimana telah diatur PP No. 17 Tahun 2009.
Pemotong PPh
Pemotongan PPh pada transaksi derivatif dilakukan oleh pihak yang bertindak sebagai pemungut
pajak, yaitu perusahaan pialang atau lembaga kliring yang terlibat dalam transaksi derivatif.
Perusahaan pialang atau lembaga kliring harus memotong PPh Pasal 4 ayat (2) Final dan
menyetorkannya ke Kantor Pajak.

4. Jelaskan PPh atas penghasilan pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan?

Jawaban:

Perhitungan PPh
a) Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan biasa
Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan selain rumah sederhana atau rumah susun
sederhana yang dilakukan wajib pajak yang usaha pokoknya melakukan pengalihan hak atas
tanah dan/atau bangunan dikenakan tarif sebesar 2.5% dari jumlah bruto nilai pengalihan.
b) Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan berupa Rumah Sederhana dan Rumah Susun
Sederhana
Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan berupa Rumah sederhana atau rumah susun
sederhana yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang usaha pokoknya melakukan pengalihan hak
atas tanah dan/atau bangunan dikenakan tarif sebesar 1% dari jumlah bruto nilai pengalihan.
c) Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan kepada pemerintah
Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan kepada pemerintah dalam hal pembangunan
untuk kepentingan umum dikenakan tarif sebesar 0%.

Pemotong PPh
PPh atas penghasilan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan harus dibayar oleh pihak yang
memperoleh penghasilan, kecuali jika terdapat perjanjian yang menentukan bahwa pihak lain yang
bertanggung jawab untuk membayar pajak tersebut. Pada umumnya, PPh dibayar oleh pihak yang
melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan. Setelah PPh dihitung, penjual harus
membayar pajak tersebut dan melaporkan pembayaran PPh dalam SPT (Surat Pemberitahuan).

5. Sebutkan dan jelaskan jenis jenis saham dalam perseroan terbatas yang Anda ketahui!
Jawaban:
Perhitungan PPh
Tarif PPh Pasal 4 ayat terbaru Jasa Kontruksi diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) No 9 Tahun
2022 yang berlaku mulai 21 Februari 2022, adalah sebagai berikut:
1) 1,75% x nilai kontrak (tidak termasuk PPN): untuk pekerjaan konstruksi, dilakukan oleh
(kontraktor pelaksana) penyedia jasa yang memiliki sertifikat badan usaha kualifikasi kecil atau
sertifikat kompetensi kerja usaha orang perseorangan
2) 4% x nilai kontrak (tidak termasuk PPN): untuk pekerjaan konstruksi, dilakukan (kontraktor
pelaksana) penyedia jasa yang tidak memiliki sertifikat badan usaha atau sertifikat kompetensi
kerja untuk usaha perseorangan
3) 2,65% x nilai kontrak (tidak termasuk PPN): untuk pekerjaan konstruksi, dilakukan (kontraktor
pelaksana) penyedia jasa selain penyedia jasa sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b
(Pekerjaan konstruksi bersertifikat menengah dan besar)
4) 2,65% x nilai kontrak (tidak termasuk PPN): untuk pekerjaan konstruksi terintegrasi, dilakukan
penyedia jasa yang memiliki sertifikat badan usaha
5) 4% x nilai kontrak (tidak termasuk PPN): untuk pekerjaan konstruksi terintegrasi, dilakukan
penyedia jasa yang tidak memiliki sertifikat badan usaha
6) 3,5% x nilai kontrak (tidak termasuk PPN): untuk jasa konsultasi konstruksi, dilakukan
(kontraktor perencana/pengawas) penyedia jasa yang memiliki sertifikat badan usaha atau
sertifikat kompetensi kerja untuk usaha orang perseorangan
7) 6% x nilai kontrak (tidak termasuk PPN): untuk jasa konsultasi konstruksi, dilakukan
(kontraktor perencana/pengawas) penyedia jasa yang tidak memiliki badan usaha atau sertifikat
kompetensi kerja untuk usaha orang perseorangan.

Pemotong PPh
PPh atas penghasilan dari jasa usaha konstruksi harus dipotong oleh pihak yang membayar, baik
pemberi kerja atau pihak lain yang membayar langsung kepada Wajib Pajak. Pihak yang membayar
wajib melakukan pemotongan PPh sebelum melakukan pembayaran kepada Wajib Pajak, dan wajib
melaporkan pemotongan dan pembayaran PPh dalam Surat Setoran Pajak (SSP).

6. Objek PPh dalam UU PPh Nomor 36 Tahun 2009 adalah penghasilan. Apa yag dimaksud dengan
penghasilan menurut UU tersebut?
Jawaban:
Penghasilan menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan adalah
setiap tambahan kemampuan ekonomi yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal
dari dalam maupun luar negeri, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan
yang bersifat tetap.
Definisi penghasilan menurut UU PPh tersebut mencakup berbagai jenis penghasilan seperti
penghasilan dari pekerjaan, penghasilan dari usaha, penghasilan dari modal, penghasilan dari jasa,
dan penghasilan lainnya. Penghasilan juga dapat berasal dari dalam maupun luar negeri, termasuk
penghasilan yang diterima oleh Wajib Pajak dari sumber yang tidak dilaporkan atau tidak
dilaporkan dengan benar.

7. Sebutkan jenis penghasilan yang dikenakan pajak sesuai dengan pasal 4 Ayat (1) UU PPh.
Jawaban:
Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Pajak Penghasilan (UU PPh) mengatur bahwa yang menjadi objek
pajak penghasilan adalah penghasilan yang diterima atau diperoleh oleh orang pribadi atau badan
dalam bentuk apapun. Berikut adalah jenis penghasilan yang dikenakan pajak sesuai dengan Pasal
4 ayat (1) UU PPh:
1) Penghasilan dari pekerjaan, seperti gaji, upah, tunjangan, bonus, honorarium, dan lain
sebagainya.
2) Penghasilan dari usaha dan kegiatan yang dilakukan secara teratur atau tidak teratur, seperti
keuntungan usaha, keuntungan penjualan aset, hadiah, dan lain sebagainya.
3) Penghasilan dari modal, seperti bunga deposito, bunga obligasi, dividen, dan lain sebagainya.
4) Penghasilan dari sewa atau pengalihan hak atas properti, seperti sewa properti, royalti, dan lain
sebagainya.
5) Penghasilan lain yang diterima oleh orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang tidak
termasuk dalam kategori di atas, seperti uang pensiun, uang santunan, hadiah dari keluarga, dan
lain sebagainya.

8. Selain itu dalam pasal 4 Ayat (3) UU PPh diatur mengenai penghasilan-penghasilan tertentu yang
diterima oleh WP yang dikecualikan dari pengenaan PPh (bukan objek pajak). Sebutkan jenis
penghasilan yang tidak dikenakan PPh.

Jawaban:

Pasal 4 Ayat (3) UU PPh juga mengatur mengenai penghasilan tertentu yang tidak dikenakan PPh.
Berikut adalah beberapa jenis penghasilan yang tidak dikenakan PPh berdasarkan Pasal 4 Ayat (3)
UU PPh:
1) Tunjangan karyawan yang disediakan secara langsung oleh perusahaan untuk keperluan
karyawan dan keluarganya, seperti tunjangan kesehatan, tunjangan anak, dan tunjangan hari
raya.
2) Penghasilan dari investasi reksa dana yang telah dikenakan pajak penghasilan pada saat
penjualan oleh perusahaan efek.
3) Penghasilan yang diterima oleh badan amal, yayasan, atau lembaga keagamaan yang telah
diakui oleh pemerintah dan digunakan untuk kepentingan sosial, pendidikan, atau keagamaan.
4) Beasiswa yang diterima oleh pelajar atau mahasiswa dari pemerintah atau lembaga swasta
dalam negeri yang ditunjuk oleh pemerintah.
5) Penghasilan dari kegiatan penjualan sampah oleh masyarakat ke pengepul sampah yang bersifat
sederhana.
6) Penghasilan dari pertambangan emas rakyat dengan cara tradisional.
7) Penghasilan dari hasil pertanian, perikanan, dan kehutanan yang diperoleh langsung oleh
petani, nelayan, dan masyarakat adat di dalam hutan yang bersifat sederhana.
8) Jasa yang diberikan oleh pemulung yang bersifat sederhana.
9) Penghasilan dari kegiatan penjualan tanah atau bangunan milik sendiri yang digunakan untuk
tempat tinggal atau usaha.
Perlu dicatat bahwa meskipun jenis penghasilan di atas tidak dikenakan PPh, WP masih wajib
menyatakan penghasilan tersebut dalam Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak Tahunan.

9. PT Yani bergerak dalam bidang garmen, bermaksud untuk menghibahkan mesin jahit secara
fiskan dan akuntansi nilai bukunya telah habis kepada Yayasan Tarumanagara. Buatlah jurnal
penghibahan tersebut untuk kedua belah pihak.
Jawaban:

Jurnal PT Yani

Keterangan Debit Kredit


Penghapusan Akumulasi Penyusutan Mesin Jahit (biaya) Xyz
Mesin Jahit (aset) Xyz
Hibah (pendapatan) Xyz

Jurnal Yayasan Tarumanagara

Keterangan Debit Kredit


Mesin Jahit (aset) Xyz
Hibah (pendapatan) Xyz

Catatan: Nilai buku mesin jahit di PT Yani telah habis, sehingga tidak perlu mencatat nilai
pengurangan atas penghibahan. Dan tidak ada jurnal untuk PPh, karena hibah tidak termasuk ke
dalamobjek PPh sesuai dengan pasal 4 ayat (3) UU PPh Nomor 36 Tahun 2008.

10. Dalam penghasilan lain-lain terdapat transaksi sebagai berikut.


• Bunga deposito dan jasa giro masing-masing sebesar Rp25.432.000 dan Rp2.750.000 jumlah
tersebut merupakan jumlah neto setelah dipotong pajak oleh bank
• Penghasilan bunga sebesar Rp7.543.000 dari CV Maju, salah satu vendor-nya atas pemberian
pinjaman untuk operasional. CV Maju tidak memotong PPh 23 atas bunga tersebut.
• Penjualan investasi saham yang dimilikinya yaitu PT Tata Tbk sebesar Rp80.819.000 Jumlah
tersebut sudah dikurangkan biaya pajak sebesar Rp81.000 dan biaya transaksi sebesar
Rp100.000.000 di bursa efek. Pada saat penjualan dicatat dengan mendebit bank dan
mengkredit penghasilan lain-lain sebesar Rp80.819.000, Harga perolehan salam tersebut
sebesar Rp75.000.000.
• Penghasilan berupa dividen sebesar Rp6.456.000 yang berasal dari penyertaan sebesar 30%
pada PT Baba.
Dari data di atas, berapakah jumlah penghasilan lain-lain yang merupakan objek pajak yang akan
dikenai pajak dengan tarif progresif?
Jawaban:
Untuk menghitung jumlah penghasilan lain-lain yang akan dikenai pajak dengan tarif progresif,
perlu diketahui terlebih dahulu besaran pajak yang harus dibayar atas penghasilan-penghasilan
tersebut.
1) Penghasilan bunga deposito dan jasa giro
Jumlah neto yang diterima setelah dipotong pajak oleh bank adalah sebesar Rp25.432.000 dan
Rp2.750.000, sehingga untuk menghitung penghasilan bruto sebelum dipotong pajak, dapat
menggunakan rumus berikut:
Penghasilan bruto = Penghasilan neto / (100% - Tarif pajak)
Tarif pajak yang digunakan untuk bunga deposito dan jasa giro adalah 20%, sehingga
penghasilan bruto untuk kedua penghasilan tersebut adalah:
Bunga deposito = Rp25.432.000 / (100% - 20%)
= Rp31.790.000
Jasa giro = Rp2.750.000 / (100% - 20%)
= Rp3.437.500
2) Penghasilan bunga dari CV Maju
Penghasilan bruto sebelum dipotong pajak adalah Rp7.543.000. Karena CV Maju tidak
memotong PPh 23, maka pajak yang harus dibayar atas penghasilan ini adalah sebesar:
2% x Rp7.543.000 = Rp150.860.
3) Penjualan investasi saham di PT Tata Tbk
Untuk menghitung pajak yang harus dibayar atas penghasilan dari penjualan saham,
= Rp80.819.000 - (Rp75.000.000 + Rp81.000)
= Rp5.738.000
Karena laba dari penjualan saham ini kurang dari Rp50 juta, maka pajak yang harus dibayar
adalah sebesar 0,1% x Rp5.738.000 = Rp5.738.
4) Penghasilan dividen dari PT Baba
Pajak yang harus dibayar atas penghasilan dividen adalah sebesar:
10% x Rp6.456.000 = Rp645.600.
Dari keempat jenis penghasilan tersebut, hanya penghasilan dari penjualan saham yang tidak dikenai
tarif pajak progresif, sehingga total penghasilan lain-lain yang menjadi objek pajak progresif adalah:
• Bunga deposito = Rp31.790.000
• Jasa giro = Rp3.437.500
• Penghasilan bunga dari CV Maju = Rp150.860
• Penghasilan dividen = Rp6.456.000
Jadi, total penghasilan lain-lain yang menjadi objek pajak progresif adalah Rp42.834.360.
LAMPIRAN

No. Nama Kegiatan Foto Kegiatan

Mengerjakan
Latihan Soal
Rangga
1. Nomor 1-3 dan
Fakhrurriza
Merangkum seluruh
Materi

Mengerjakan
Fadillah Shivasah
2. Latihan Soal
Posangi
Nomor 4-6

Mengerjakan
Putri Nadilah
3. Latihan Soal
Sofyan
Nomor 7&8

Mengerjakan
4. Aqila Nasira Latihan Soal
Nomor 9

Mengerjakan
5. Nur Nisya Asis Latihan Soal
Nomor 10

Anda mungkin juga menyukai