Anda di halaman 1dari 13

ETIKA BISNIS DALAM BERBAGAI PRESPEKTIF

Rangga Fakhrurriza
210901502014

A. PENDAHULUAN
Etika bisnis adalah hal yang sangat penting dalam dunia bisnis karena berkaitan
dengan nilai moral dan etis dalam pengambilan keputusan bisnis. Etika bisnis memiliki
beberapa perspektif yang berbeda, salah satunya adalah perspektif Islam dan Barat.
Perspektif Islam memandang etika bisnis sebagai konsep yang harus dibangun
dengan prinsip-prinsip Islam dan nilai-nilai moral yang terkandung dalam Al-Quran
dan Hadis Nabi Muhammad SAW (Hafidz, 2018). Beberapa nilai yang menjadi pijakan
dalam etika bisnis Islam meliputi kejujuran, keadilan, tanggung jawab sosial, serta
kebijakan dan aturan bisnis yang mempertimbangkan kesejahteraan umum. Di sisi lain,
perspektif Barat berangkat dari pemikiran para filsuf Barat seperti Aristotle, Kant, dan
Mill. Beberapa nilai yang dijunjung dalam etika bisnis Barat meliputi kebebasan,
keadilan, kewajiban moral, serta prinsip-prinsip filosofis yang lebih universal.
Di Indonesia, etika bisnis semakin penting dan banyak dibicarakan di kalangan
akademisi dan praktisi bisnis. Studi kasus tentang etika bisnis dalam perspektif Islam
dan Barat juga banyak ditemukan di Indonesia. Penerapan prinsip-prinsip Islam dalam
pengambilan keputusan bisnis dapat membantu meningkatkan etika bisnis (Hamidah,
2018). Etika bisnis dalam perspektif Barat didasarkan pada nilai-nilai universal yang
bersifat objektif, seperti kebebasan, keadilan, dan kewajiban moral. Etika bisnis Barat
juga berfokus pada upaya menciptakan keuntungan finansial yang maksimal bagi
perusahaan, tetapi tidak dengan mengorbankan nilai-nilai moral dan etika (Mufidah,
2019).
Dalam makalah ini, akan dibahas tentang etika bisnis dalam berbagai perspektif,
seperti prespektif Islam dan Barat. Diharapkan makalah ini dapat memberikan
pemahaman yang lebih mendalam tentang etika bisnis serta membantu pembaca untuk
menerapkan nilai-nilai etis dan moral dalam pengambilan keputusan bisnis yang
bertanggung jawab dan berdampak positif bagi masyarakat.

B. PEMBAHASAN
1. Etika Bisnis Dalam Perspektif Islam
Etika bisnis dalam perspektif Islam adalah serangkaian nilai, prinsip, dan norma
yang berlandaskan ajaran agama Islam. Etika bisnis Islam menekankan pentingnya

1
ETIKA BISNIS DALAM BERBAGAI PRESPEKTIF
Rangga Fakhrurriza
210901502014

keadilan, tanggung jawab, kasih sayang, kejujuran, dan berlaku baik dalam setiap
aspek bisnis. Selain itu, etika bisnis Islam juga memandang bisnis sebagai cara
untuk beribadah kepada Allah SWT, sehingga tindakan bisnis yang dilakukan harus
mengikuti ajaran agama dan mendapatkan ridha Allah SWT. Etika bisnis Islam juga
menekankan pentingnya pengelolaan bisnis yang berkelanjutan dan tidak
merugikan lingkungan, masyarakat, maupun pihak lain yang terlibat dalam bisnis.
a. Konsep Dasar Etika Bisnis dalam Perspektif Islam
Konsep dasar etika bisnis dalam perspektif Islam terdiri dari beberapa
hal, yaitu:
1) Tauhid (Keimanan kepada Allah SWT): Etika bisnis dalam Islam didasarkan
pada keyakinan bahwa seluruh tindakan bisnis harus dilakukan untuk
memperoleh ridha Allah SWT dan untuk mengikuti ajaran-Nya.
2) Adl (Keadilan): Keadilan adalah prinsip utama dalam etika bisnis Islam.
Semua pihak yang terlibat dalam bisnis harus diperlakukan dengan adil,
termasuk karyawan, konsumen, dan pihak lain yang terlibat dalam bisnis.
3) Ihsan (Kemurahan Hati): Etika bisnis dalam Islam juga menekankan
pentingnya sikap kemurahan hati dan kepedulian terhadap orang lain,
terutama dalam memperhatikan kesejahteraan karyawan dan masyarakat
sekitar.
4) Amanah (Tanggung Jawab): Etika bisnis dalam Islam menekankan
pentingnya tanggung jawab dan amanah dalam setiap aspek bisnis, termasuk
dalam pengelolaan keuangan, produk, dan pelayanan.
5) Maslahah (Kemaslahatan): Etika bisnis Islam juga memandang pentingnya
menciptakan kemaslahatan bagi masyarakat secara keseluruhan, baik dalam
hal ekonomi, sosial, maupun lingkungan.
6) Ma'ruf (Perbuatan yang Baik): Etika bisnis dalam Islam menuntut adanya
kegiatan yang baik dan halal serta mendorong tindakan-tindakan yang
berdampak positif bagi masyarakat.
b. Prinsip-Prinsip Dasar Etika Bisnis Islam
Secara teologis Islam menawarkan nilai-nilai dasar atau prinsip-prinsip
umum yang penerapannya dalam bisnis disesuaikan dengan perkembangan

2
ETIKA BISNIS DALAM BERBAGAI PRESPEKTIF
Rangga Fakhrurriza
210901502014

zaman dan mempertimbangkan dimensi ruang dan waktu, dimana prinsip-


prinsip dasar etika bisnis islam mencakup:
1) Kesatuan (Unity): Menekankan pentingnya kesatuan dalam semua aspek
kehidupan Muslim, baik di bidang ekonomi, politik, maupun sosial. Etika
bisnis Islam memadukan semua aspek tersebut agar terbentuk kesatuan yang
homogen, konsisten, dan teratur.
2) Keseimbangan (Equilibrium): Mendorong orang untuk berbuat adil dalam
berbisnis dan bekerja, termasuk kepada pihak yang tidak disukai.
Keseimbangan ini sejalan dengan ajaran Islam tentang menegakkan
kebenaran dan keadilan.
3) Kehendak Bebas (Free Will): Memberikan kebebasan pada individu untuk
berkarya dan bekerja tanpa batasan, namun harus tetap memperhatikan
kepentingan kolektif dan berkontribusi pada masyarakat melalui zakat,
infak, dan sedekah.
4) Tanggungjawab (Responsibility): Menegaskan bahwa kebebasan tanpa
batas tidak akan berhasil tanpa adanya pertanggungjawaban dan
akuntabilitas. Setiap individu bertanggungjawab atas tindakannya dan harus
memenuhi tuntunan keadilan dan kesatuan.
5) Kebenaran (Benevolence): kebajikan dan kejujuran. Prinsip kebenaran
dalam bisnis Islam mencakup niat, sikap, dan perilaku yang benar dalam
proses transaksi, pengembangan, dan upaya meraih keuntungan. Hal ini
mencegah kemungkinan adanya kerugian salah satu pihak dalam bisnis.
c. Praktek atau Penerapan Etika Dalam Perspektif Islam
Penerapan etika bisnis dalam perspektif Islam meliputi praktik-praktik
yang bertujuan untuk memastikan bahwa setiap tindakan bisnis yang dilakukan
sesuai dengan prinsip-prinsip moral dan hukum yang dijelaskan dalam Al-
Quran dan Hadis. Beberapa praktik etika bisnis dalam perspektif Islam
berdasarkan prinsip-prinsipnya meliputi:
1) Kesatuan (Unity)
Penerapan etika dalam perspektif islam berdasarkan prinsip kesatuan dapat
dilakukan dengan cara berikut:

3
ETIKA BISNIS DALAM BERBAGAI PRESPEKTIF
Rangga Fakhrurriza
210901502014

a) Tidak ada diskriminasi baik terhadap pekerja, penjual, pembeli, serta


mitra kerja lainnya (QS. 49:13).
b) Terpaksa atau dipaksa untuk menaati Allah SWT (QS. 6:163)
c) Meninggalkan perbuatan yang tidak beretika dan mendorong setiap
individu untuk bersikap amanah karena kekayaan yang ada merupakan
amanah Allah (QS. 18:46)
2) Keseimbangan (Equilibrium)
Penerapan etika dalam perspektif islam berdasarkan prinsip keseimbangan
dapat dilakukan dengan cara berikut:
a) Tidak ada kecurangan dalam takaran dan timbangan
b) Penentuan harga berdasarkan mekanisme pasar yang normal.
3) Kehendak Bebas (Free Will)
Penerapan etika dalam perspektif islam berdasarkan prinsip kehendak bebas
dapat dilakukan dengan cara berikut:
a) Konsep kebebasan dalam Islam lebih mengarah pada kerja sama, bukan
persaingan apalagi sampai mematikan usaha satu sama lain. Kalaupun
ada persaingan dalam usaha maka, itu berarti persaingan dalam berbuat
kebaikan atau fastabiq al-khairat (berlomba-lomba dalam kebajikan).
b) Menepati kontrak, baik kontrak kerja sama bisnis maupun kontrak kerja
dengan pekerja. “Wahai orang-orang yang beriman, penuhilah janji-
janji” (QS. 5:1).
4) Tanggung Jawab (Responsibility)
Penerapan etika dalam perspektif islam berdasarkan prinsip tanggung jawab
dapat dilakukan dengan cara berikut:
a) Upah harus disesuaikan dengan UMR (upah minimum regional).
b) Economic return bagi pemberi pinajam modal harus dihitung
berdasarkan perolehan keuntungan yang tidak dapat dipastikan
jumlahnya dan tidak bisa ditetapkan terlebih dahulu seperti dalam
sisitem bunga.
c) Islam melarang semua transaksi alegotoris seperti gharar, system ijon,
dan sebagainya.

4
ETIKA BISNIS DALAM BERBAGAI PRESPEKTIF
Rangga Fakhrurriza
210901502014

5) Kebenaran (Benevolence)
Penerapan etika dalam perspektif islam berdasarkan prinsip kebenaran dapat
dilakukan dengan cara berikut:
a) Memberikan zakat atau sedekah
b) Memberikan kelonggaran waktu pada pihak terutang dan bila perlu
mengurangi beban utangnya.
c) Menerima pengembalian barang yang telah dibeli.
d) Membayar utang sebelum penagihan datang.
e) Adanya sikap kesukarelaan antara kedua belah pihak yang melakukan
transaksi, kerja sama atau perjanjian bisnis.
f) Adanya sikap ramah, toleran, baik dalam menjual, membeli dan
menagih utang.
g) Jujur dalam setiap proses transaksi bisnis.
h) Memenuhi perjanjian atau transaksi bisnis.

2. Etika Bisnis Dalam Perspektif Barat


Dalam perspektif Barat, etika bisnis meliputi nilai-nilai seperti integritas,
keadilan, tanggung jawab sosial, transparansi, dan konsistensi. Etika bisnis dalam
perspektif Barat memberikan panduan bagi para pelaku bisnis dalam menjalankan
kegiatan bisnis yang mengedepankan moralitas dan keberlanjutan.
Banyak teori yang berkembang dalam perspektif etika bisnis Barat, seperti teori
teologi, teori hak, teori utilitarianisme, teori deontology, dan teori-teori lainnya.
Teori-teori tersebut memberikan pandangan yang berbeda mengenai bagaimana
prinsip-prinsip etika bisnis harus diterapkan dalam praktik bisnis. Berikut
penjelasan lebih lanjut terkait teori-teori etika bisnis dalam perspektif barat.
a. Teori Teologi
Teori teologi dalam perspektif Barat juga memberikan kontribusi penting
dalam pengembangan etika bisnis. Dalam teori teologi, etika bisnis dilihat
sebagai bagian dari tanggung jawab moral individu dan organisasi dalam
menjalankan kegiatan bisnis yang berlandaskan nilai-nilai keagamaan dan

5
ETIKA BISNIS DALAM BERBAGAI PRESPEKTIF
Rangga Fakhrurriza
210901502014

moral. Beberapa teori teologi yang mempengaruhi perkembangan etika bisnis


dalam perspektif Barat adalah etika Kristen, etika Yahudi, dan etika Protestan.
1) Etika Kristen
Konsep tanggung jawab sosial dan cinta kasih dianggap sebagai prinsip
utama dalam etika bisnis. Para pengikut etika Kristen percaya bahwa
mereka harus bertanggung jawab dalam menjalankan kegiatan bisnis
dengan memperhatikan keberlangsungan lingkungan, kebutuhan
masyarakat, dan nilai-nilai moral yang ada.
2) Etika Yahudi
Menekankan pentingnya kejujuran, kesetiaan, dan integritas dalam
menjalankan bisnis. Etika Yahudi juga memperhatikan pentingnya menjaga
hubungan baik dengan mitra bisnis dan komunitas sekitar.
3) Etika Protestan, yang dipengaruhi oleh ajaran Martin Luther dan John
Calvin, memberikan pandangan yang berbeda mengenai etika bisnis. Etika
Protestan menekankan pentingnya kerja keras, disiplin, dan ketulusan dalam
menjalankan bisnis. Prinsip-prinsip etika Protestan kemudian menjadi dasar
bagi perkembangan kapitalisme modern.
Dengan memahami konsep-konsep etika bisnis dalam teori teologi, para
pelaku bisnis dapat menjalankan kegiatan bisnis dengan cara yang jujur, adil,
dan bertanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan.
b. Teori Deontologi
Teori deontologi dalam etika bisnis dalam perspektif Barat menekankan
pada kewajiban moral dan prinsip-prinsip yang harus diikuti dalam
menjalankan kegiatan bisnis. Deontologi merupakan teori etika yang menilai
tindakan berdasarkan kepatuhan terhadap aturan moral, kewajiban, dan hak.
Teori ini juga menganggap bahwa ada prinsip-prinsip moral yang universal dan
tidak dapat dilanggar, bahkan dalam situasi darurat sekalipun.
Dalam konteks bisnis, teori deontologi menekankan bahwa para pelaku
bisnis memiliki kewajiban moral untuk berperilaku jujur, adil, dan bertanggung
jawab terhadap masyarakat dan lingkungan. Selain itu, mereka juga memiliki

6
ETIKA BISNIS DALAM BERBAGAI PRESPEKTIF
Rangga Fakhrurriza
210901502014

kewajiban untuk menghormati hak asasi manusia, mematuhi peraturan, dan


menghindari tindakan yang merugikan orang lain.
c. Teori Utilitiarism
Teori utilitarianisme dalam etika bisnis dalam perspektif Barat menekankan
pada prinsip manfaat yang dapat dihasilkan oleh suatu tindakan atau keputusan
bisnis. Menurut teori ini, sebuah tindakan atau keputusan bisnis dianggap etis
jika menghasilkan manfaat yang lebih besar daripada kerugian atau dampak
negatifnya. Prinsip manfaat dalam teori utilitarianisme diterapkan dengan cara
mempertimbangkan dampak tindakan atau keputusan bisnis pada semua pihak
yang terlibat, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Dalam konteks bisnis, teori utilitarianisme dapat diaplikasikan dengan
mempertimbangkan manfaat dan dampak tindakan atau keputusan bisnis pada
para pemegang saham, karyawan, konsumen, masyarakat, dan lingkungan. Para
pelaku bisnis harus memastikan bahwa kegiatan bisnis mereka memberikan
manfaat yang sebesar-besarnya bagi semua pihak yang terlibat, sambil
menghindari dampak negatif yang berpotensi merugikan mereka.
d. Teori Personal Libertarianism
Teori Personal Libertarianism atau libertarianisme personal dalam etika
bisnis dalam perspektif Barat menekankan pada prinsip kebebasan individu
untuk mengambil keputusan tanpa campur tangan pihak lain, termasuk
pemerintah atau perusahaan. Menurut teori ini, setiap orang memiliki hak untuk
melakukan apa yang diinginkannya selama tidak merugikan orang lain atau
melanggar hak individu orang lain.
Dalam konteks bisnis, teori libertarianisme personal dapat diaplikasikan
dengan mempertimbangkan kebebasan individu dalam mengambil keputusan
bisnis dan bertransaksi dengan pihak lain tanpa adanya campur tangan dari
pihak lain, termasuk pemerintah atau perusahaan. Para pelaku bisnis harus
memastikan bahwa kegiatan bisnis mereka tidak melanggar hak individu lain
dan tetap memperhatikan prinsip keadilan.
Namun, beberapa kritik mengenai teori libertarianisme personal dalam
etika bisnis menyatakan bahwa prinsip kebebasan individu dapat merugikan

7
ETIKA BISNIS DALAM BERBAGAI PRESPEKTIF
Rangga Fakhrurriza
210901502014

kelompok yang kurang beruntung atau memiliki kekuatan tawar yang lebih
rendah. Sebagai contoh, praktik pemerasan atau penipuan yang dilakukan oleh
pihak yang lebih kuat dapat merugikan pihak yang lebih lemah.
e. Ethical Egoism
Teori ethical egoism dalam etika bisnis perspektif Barat menyatakan bahwa
tindakan etis adalah tindakan yang memaksimalkan keuntungan individu yang
melakukan tindakan tersebut. Dalam teori ini, kepentingan individu diutamakan
dan dianggap sebagai hal yang paling penting dalam mengambil keputusan,
bahkan jika keputusan tersebut merugikan pihak lain.
Dalam konteks bisnis, teori ethical egoism dapat diaplikasikan dengan
mempertimbangkan keuntungan dan kepentingan individu dalam mengambil
keputusan bisnis. Pelaku bisnis diharapkan mempertimbangkan keuntungan
pribadi dalam mengambil keputusan bisnis, tetapi tetap memperhatikan prinsip
keadilan dan memastikan bahwa kegiatan bisnis mereka tidak merugikan pihak
lain.
Namun, teori ethical egoism juga banyak dikritik karena dianggap
mengabaikan kepentingan dan hak individu lain, dan bisa menghasilkan
tindakan-tindakan yang tidak adil atau merugikan pihak lain.
f. Teori Existensialism
Teori existentialism dalam etika bisnis perspektif Barat menekankan pada
pentingnya kebebasan individu dalam mengambil keputusan dan bertanggung
jawab atas tindakan mereka. Dalam teori ini, individu dianggap sebagai subjek
yang memiliki kebebasan dan tanggung jawab dalam menjalankan kegiatan
bisnis mereka. Kebebasan individu dalam membuat keputusan bisnis tidak
boleh dibatasi oleh norma atau nilai-nilai yang ditetapkan oleh masyarakat atau
lembaga-lembaga lain.
Dalam konteks bisnis, teori existentialism menuntut para pelaku bisnis
untuk menjadi individu yang mandiri dan bertanggung jawab atas tindakan
mereka. Para pelaku bisnis diharapkan untuk mengambil keputusan berdasarkan
nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang mereka pegang sendiri, dan tidak hanya

8
ETIKA BISNIS DALAM BERBAGAI PRESPEKTIF
Rangga Fakhrurriza
210901502014

mengikuti norma-norma atau nilai-nilai yang ditetapkan oleh masyarakat atau


lembaga-lembaga lain.
Namun, teori existentialism juga banyak dikritik karena dianggap
mengabaikan nilai-nilai sosial yang penting dalam menjalankan kegiatan bisnis,
seperti tanggung jawab sosial dan lingkungan.
g. Teori Relativism
Teori relativisme dalam etika bisnis perspektif Barat menganggap bahwa
nilai-nilai etis tidak absolut dan tergantung pada konteks dan budaya di mana
mereka diaplikasikan. Dalam teori ini, tidak ada satu set nilai etis yang benar
atau salah secara universal, dan setiap budaya atau individu memiliki kebebasan
untuk menentukan nilai-nilai etis yang mereka anut.
Dalam konteks bisnis, teori relativisme menuntut para pelaku bisnis untuk
mempertimbangkan norma-norma budaya dan nilai-nilai lokal dalam membuat
keputusan bisnis. Para pelaku bisnis diharapkan untuk memahami dan
menghormati budaya dan nilai-nilai setempat, serta menghindari perilaku yang
dapat dianggap tidak etis atau melanggar norma-norma lokal.
Namun, teori relativisme juga dikritik karena dianggap dapat menjustifikasi
perilaku-perilaku yang tidak etis atau melanggar hak asasi manusia, hanya
karena perilaku tersebut diterima secara budaya.
h. Teori Hak (Right)
Teori hak atau right dalam etika bisnis perspektif Barat berfokus pada
pemahaman hak-hak individu dalam konteks bisnis dan bagaimana hak-hak
tersebut harus dihormati dan dijaga oleh para pelaku bisnis. Menurut teori ini,
setiap individu memiliki hak-hak dasar, seperti hak atas kebebasan, hak atas
privasi, hak atas kesehatan, dan hak atas kesetaraan, yang harus diakui dan
dijaga oleh para pelaku bisnis.
Dalam konteks bisnis, teori hak atau right menuntut para pelaku bisnis
untuk mempertimbangkan hak-hak individu dan melindungi hak-hak tersebut
dalam kegiatan bisnis mereka. Para pelaku bisnis harus memastikan bahwa
tindakan mereka tidak melanggar hak-hak individu atau membatasi kebebasan
individu untuk memilih, berbicara, atau berpikir.

9
ETIKA BISNIS DALAM BERBAGAI PRESPEKTIF
Rangga Fakhrurriza
210901502014

Namun, teori hak atau right juga menghadapi kritik, karena dianggap
terkadang hak-hak individu saling bertentangan dan dapat menghasilkan konflik
antara individu dan perusahaan. Selain itu, terkadang sulit untuk menentukan
mana hak individu yang lebih penting dan harus diutamakan dalam situasi-
situasi yang kompleks.

C. RANGKUMAN MATERI

Pada perspektif Islam, praktik etika bisnis didasarkan pada prinsip-prinsip moral
dan hukum yang dijelaskan dalam Al-Quran dan Hadis. Praktek etika bisnis dalam
Islam menekankan pentingnya integritas, kejujuran, tanggung jawab sosial, dan
keadilan dalam setiap tindakan bisnis yang dilakukan. Praktik ini juga melibatkan
pengambilan keputusan bisnis yang mempertimbangkan kepentingan semua pihak yang
terlibat, termasuk pelanggan, karyawan, dan masyarakat secara keseluruhan.

Etika bisnis dalam perspektif Barat, di sisi lain, memiliki beberapa teori yang
berbeda seperti teori teologi, deontologi, utilitarianism, personal libertarianism,
existentialism, ethical egoism, right, dan relativism. Masing-masing teori ini
menawarkan pandangan yang berbeda tentang bagaimana etika harus diterapkan dalam
bisnis. Etika bisnis dalam perspektif Barat mempertimbangkan aspek moral dan etika
dalam setiap keputusan bisnis. Namun, pandangan ini seringkali berbeda dengan
pandangan dalam perspektif Islam karena perbedaan akar pemikiran dan sumber nilai.
Oleh karena itu, para pengusaha dan pemimpin bisnis harus mempertimbangkan nilai-
nilai yang sesuai dengan perspektif dan nilai-nilai yang dianut.

D. SOAL PERTANYAAN
1) Apa saja prinsip-prinsip etika bisnis dalam perspektif Islam, dan bagaimana prinsip-
prinsip tersebut diimplementasikan dalam praktek bisnis sehari-hari?
2) Jelaskan mengenai konsep dasar etika bisnis dalam perspektif islam!
3) Apa saja teori-teori dalam perspektif barat yang digunakan untuk mengembangkan
etika bisnis, dan bagaimana pengaruh teori-teori tersebut dalam praktek bisnis
sehari-hari?

10
ETIKA BISNIS DALAM BERBAGAI PRESPEKTIF
Rangga Fakhrurriza
210901502014

4) Bagaimana teori deontologi dalam perspektif barat memandang etika bisnis, dan
bagaimana cara mengimplementasikan prinsip-prinsip deontologi dalam bisnis?
5) Apa saja prinsip-prinsip etika bisnis dalam perspektif utilitarianisme, dan
bagaimana prinsip-prinsip tersebut diimplementasikan dalam praktek bisnis sehari-
hari?

11
ETIKA BISNIS DALAM BERBAGAI PRESPEKTIF
Rangga Fakhrurriza
210901502014

DAFTAR PUSTAKA

Aziz, A. (2013). Etika Bisnis Perspektif Islam: Implementasi Etika Islami untuk Dunia Usaha.
Bandung: Alfabeta.

Beauchamp, T. L., Bowie, N. E., & Arnold, D. G. (2018). Ethical Theory and Business.
London: Pearson.

Boatright, J., (2017). Ethics and the Conduct of Business. Boston: Pearson

Donaldson, T., (2017). Ties that bind in business ethics: Social contracts and why they matter.
Journal of Business Ethics, 142(4), 571-585.

Ernawan, E. (2011). Etika Profesi. Bandung: Alfabeta.

Hafidz, M. A. (2018). Etika Bisnis Dalam Perspektif Islam dan Barat. Yogyakarta: Penerbit
Ombak.

Hamidah. (2018). Etika Bisnis dalam Perspektif Islam: Implikasi terhadap Pengambilan
Keputusan Bisnis. Jurnal Studi Islam, 17(2), 227–252.

Hidayat, R. (2018). Islamic Business Ethics: A Literature Review. Internasional Journal of


Business and Management Invention, 7(7), 53-58.

Mubarok, H. (2016). Business Ethics in Islam: An Analysis of Its Foundations and Its
Relevance to Contemporary Business. Journal of Islamic Business and Management,
6(2), 1-16.

Mufidah, N. (2019). Penerapan Etika Bisnis dalam Perspektif Barat (Studi Kasus Perusahaan
Multinasional). Jurnal Ilmiah Manajemen Bisnis Dan Terapan, 3(2), 38–47.

Nawatmi, S. (2010). Etika Bisnis Dalam Perspektif Islam. Jurnal Ekonomi, 9(1), 50-58.

Velasquez, M. G. (2017). Business Ethics: Concepts and Cases. Harlow: Pearson.

12
ETIKA BISNIS DALAM BERBAGAI PRESPEKTIF
Rangga Fakhrurriza
210901502014

GLOSARIUM

Alegotoris : Transaksi yang dapat merugikan salah satu pihak


Deontologi : Teori etika yang menekankan bahwa tindakan itu harus
dipandu oleh prinsip-prinsip moral yang rasional dan
universal, tidak tergantung pada akibat atau konsekuensi yang
dihasilkan dari tindakan tersebu
Economic Return : Pengembalian atau keuntungan finansial yang diperoleh dari
investasi atau bisnis
Equilibrium : Keseimbangan dalam konteks ekonomi
Existensialism : Pemikiran yang menganggap bahwa individu harus
menciptakan arti atau makna hidup mereka sendiri
Free Will : Kemampuan seseorang untuk membuat keputusan atau
tindakan tanpa adanya tekanan atau paksaan dari luar
Gharar : Ketidakpastian, ketidakjelasan, atau spekulasi dalam suatu
transaksi perdagangan atau keuangan
Ma’ruf : Perbuatan atau tindakan yang baik, benar, dan diterima oleh
masyarakat secara umum
Personal Libertariarism : Kebebasan individu untuk mengejar kepentingan pribadinya
dalam bisnis, tanpa campur tangan dari pihak luar, termasuk
pemerintah
Relativism : Pandangan bahwa nilai atau kebenaran suatu hal bersifat relatif
dan tergantung pada konteks, budaya, atau pandangan individu
System ijon : Suatu praktik yang tidak etis dan melanggar hukum di mana
seorang pihak memberikan pinjaman uang dengan bunga yang
tinggi dan memaksa pihak lain untuk mengembalikan
pinjaman tersebut dengan cara-cara yang tidak sehat atau
merugikan pihak lain
Teologi : Ketuhanan
Utilitiarism : Tindakan yang benar adalah tindakan yang menghasilkan
kebahagiaan yang paling banyak bagi orang yang terlibat

13

Anda mungkin juga menyukai