Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH MATAKULIAH KEWIRAUSAHAAN

“Legalitas Usaha dan Perlindungan Konsumen”

Disusun Oleh :

Annisya Dwi Anjarsari 143180133

Ikrar EL Jaya Pertama 143180127

Elsa Tiodora 143180136

Ilyasin Aditya Rahman 143180143

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKLUTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan
Hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah mata kuliah kewirausahaan ini yang
berjudul: “Legalitas Usaha dan Perlindungan Konsumen”.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah kewirausahaan di
Program Studi Ekonomi Pembangunan UPN “Veteran” Yogyakarta. Kami berharap makalah
ini dapat berguna bagi kami dan pembaca serta bagi yang mempelajari makalah ini semoga
pembaca dapat lebih tertarik dan dapat termotivasi dalam memulai suatu wirausaha.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu,
sudilah kiranya para pembaca untuk memberikan masukan dan saran sehingga isi laporan ini
dapat lebih sempurna.
Akhirnya, kami berharap semoga isi makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
siapa saja yang memerlukannya dimasa sekarang dan yang akan datang.

Yogyakarta, 08 November 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................................1
KATA PENGANTAR............................................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................................3
BAB 1. PENDAHULUAN......................................................................................................4
1.1 Latar Belakang....................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................4
1.3 Tujuan Masalah..................................................................................................................4
BAB 2. PEMBAHASAN.........................................................................................................5
2.1 Pengertian Legalitas Perusahaan........................................................................................5
2.2 Cara Memperoleh Legalitas Perusahaan............................................................................9
2.3 Pentingnya Legalitas Perusahaan.....................................................................................10
2.4 Asas Serta Tujuan Termasuk Hak dan Kewajiban Perlindungan Pelaku Usaha..............11
BAB 3. PENUTUP................................................................................................................15
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................15
3.2 Saran.................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................16

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Meningkatknya pembangunan nasional menyebabkan perkembangan yang pesat pada
dunia usaha dan perusahaan. Suatu perusahaan perlu adanya legalitas perusahaan yang
merupakan informasi resmi untuk pihak-pihak yang berkepentingan mengenai identitas dan
hal-hal lain yang menyangkut dunia usaha dan perusahaan yang berdiri. Legalitas suatu
perusahaan merupakan unsur yang terpenting, karena legalitas merupakan jati diri yang
melegalkan atau mengesahkan suatu badan usaha sehingga diakui oleh masyarakat. Dengan
begitu, legalitas perusahaan harus sah menurut undang-undang dan peraturan, di mana
perusahaan tersebut dilindungi atau dipayungi dengan berbagai dokumen hingga sah di mata
hukum pada pemerintahan yang berkuasa saat itu.
Dalam menjalankan kegiatan bisnis dalam tatanan hukum bisnis di Indonesia dikenal
tiga jenis badan usaha, yaitu badan usaha swasta, badan usaha milik negara dan koperasi.
Yang
dikatakan dengan badan usaha atau perusahaan menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 3
Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan adalah: “setiap bentuk usaha yang menjalankan
setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan terus menerus dan yang didirikan, bekerja serta
berkedudukan.dalam wilayah Negara Republik Indonesia, untuk tujuan memperoleh
keuntungan dan atau laba.”
Seiring berkembangan kegiatan bisnis di Indonesia, banyak kalangan pengusaha tidak
lagi bertindak sendiri dalam menjalankan perusahaannya, melainkan bersama-sama
mendirikan persekutuan dan perseroan diantaranya adalah persekutuan perdata, firma,
persekutuan komonditer, perseroan terbatas, dan koperasi. Perusahaan selalu terhubung
dengan pihak ketiga dan ingin melindungi perusahaan yang dijalankan secara jujur ("te
goeder trouw"), maka sangat penting arti legalitas suatu perusahaan dalam kegiatan bisnis.
Dokumen legalitas perusahaan diantaranya adalah akta pendirian perusahaan, Nomor Pokok
Wajib Pajak (NPWP), Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP), Surat Ijin Tempat Usaha
(SITU), Tanda Daftar Perusahaan (TDP) dan masih banyak lagi tergantung dari setiap jenis
usahanya masing-masing.

1.2. Rumusan Masalah


a. Apa yang dimaksud dengan legalitas perusahaan?
b. Bagaimana cara memperoleh legalitas perusahaan?
c. Apa pentingnya legalitas perusahaan?
d. Apa asas serta tujuan termasuk hak dan kewajiban perlindungan pelaku usaha?

1.3. Tujuan
a. Untuk mengetahui terkait legalitas perusahaan
b. Memberikan pengetahuan terkait cara memperoleh legalitas perusahaan
c. Dapat memberi pemahaman terkait pentingnya legalitas perusahaan

4
d. Mengetahui asas serta tujuan termasuk hak dan kewajiban perlindungan pelaku usaha

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Legalitas Perusahaan


Legalitas Perusahaan atau badan usaha adalah merupakan unsur terpenting,
dikarenakan legalitas merupakan jati diri yang melegalkan atau mengesahkan suatu badan
usaha sehingga diakui oleh masyarakat. Dalam hal ini legalitas perusahaan harus sah menurut
undang-undang dan peraturan yang mana perusahaan dilindungi dan dipayungi dengan
berbagai dokumen hingga sah dimata hokum pada pemerintahan yang berkuasa saat itu.
Keberlangsungan suatu usaha dipengaruhi oleh berbagai factor, salah satunya adalah
keberadaan unur legalitas dari usaha tersebut. Dalam suatu ushaa, factor legalitas ini
berwujud pada kepemilikan izin usaha yang dimiliki. Dengan memiliki izin maka kegiatan
usaha yang dijalankan tidak disibukkan dengan isu-isu penerbitan atau pembongkaran.
Berikut ada beberapa jenis jati diri yang melegalkan badan usaha diantaranya yaitu:
1. Nama Perusahaan
Dalam memberi nama pada sebuah perusahaan, dilarang memakai nama perusahaan
yang sudah ada sebelumnya, walaupun sedikit ada perbedaan. Sebagai Contoh, PT Indah
dengan PT Indiah, sebaiknya tidak dilakukan karena dapat membingungkan masyarakat.
Namun, belum ada peraturan perundang-undangan yang mengatur nama perusahaan, karena
dalam pelaksanaannya diakui bahwa nama perusahaan sebagai hak objektif atau hak yang
melekat pada harta kekayaan. Dengan demikian, siapa yang melanggar hak atas nama
perusahaan yang sudah dimiliki terancam sanksi hukum karena melakukan kecurangan atau
melanggar hak orang lain. Dapat dituntut dengan Pasal 1365 KUH perdata (perbuatan
melawan hukum) dan Pasal 393 KUHP (perbuatan curang).
Setiap nama perusahaan harus disahkan, dimulai sejak dibuatnya akta pendirian
didepan notaris diumumkan dalam Berita Negara dan didaftarkan dalam daftar perusahaan.
Apabila tidak ada pihak lain yang menyangkal atau keberatan atas pemakaian nama
perusahaan tersebut, maka nama tersebut sudah diakui serta legal atau sah untuk
dipergunakan oleh perusahaan. Sebaliknya, apabila ada pihak yang menyangkal atau
membantah, pihak tersebut dapat mengajukan keberatan secara tertulis kepada Menteri
Perdagangan atas nama yang didaftarkan dengan menyebut alasannya. Keberatan ini
diberitahukan kepada pengusaha yang bersangkutan dan kantor tempat pendaftaran
perusahaan. Menteri akan memberikan putusan, jika ternyata beralasan, maka menteri dapat
membatalkan pendaftaran, sehingga nama perusahaan tersebut dianggap tidak sah. Hal ini
menurut Pasal 27 UU No. 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan.
2. Merek Perusahaan
Menurut Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 bahwa “Merek adalah
tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau

5
kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda, dan digunakan dalam
kegiatan perdagangan barang atau jasa.”
Merek dagang terdapat dalam Pasal 1 butir 2 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001
disebutkan “Merek dagang adalah merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan
oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk
membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya.”. Contoh merek dagang Sedap untuk
mie, kecap, minyak goreng yang diproduksi oleh PT. Wingsfood Indonesia dan Lifeboy
untuk sabun dan sampo yang diproduksi oleh PT. Unilever Indonesia.
Sedangkan Merek Jasa terdapat dalam Pasal 1 butir 3 Undang-Undang Nomor 15
Tahun 2001, “Merek jasa adalah merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh
seseorang, atau beberapa orang secara bersama-sama, atau badan hukum untuk membedakan
dengan jasa-jasa sejenis lainnya.” Contoh merek jasa adalah Lion Air untuk jasa angkutan
udara, Bagaya Taylor untuk jasa jahitan busana atau Nina Beaty Salon untuk jasa kecantikan.
Sebagai salah satu bentuk karya intelektual, merek mempunyai peran sangat penting.
Ada berbagai macam bentuk merek yang dapat digunakan, antara lain merek berbentuk
lukisan atau gambar, merek dapat berbentuk kata, merek dapat berbentuk huruf atau angka,
merek dapat berbentuk nama, merek dapat berbentuk kombinasi antara gambar dan kata.
3. Akta Pendirian
Di dalam akta pendirian tersebut memuat anggaran dasar perusahaan, yaitu seperangkat
peraturan yang menjadi dasar berdiri dan beroperasinya perusahaan menurut hukum.
4. Surat Izin Tempat Usaha (SITU)
Merupakan surat izin yang diberikan kepada setiap pengusaha yang mendirikan tempat
usaha maupun menempati tempat usaha yang disediakan oleh pemerintah dalam melakukan
usaha yang dilaksanakan secara teratur dalam bidang usaha tertentudengan maksud mencari
keuntungan atau laba.
5. Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
Setiap perusahaan yang telah memperoleh TDP dalam jangka waktu tiga bulan terhitung
mulai tanggal diterbitkannya TDP wajib mendaftarkan perusahaannya dalam daftar
perusahaan sesuai dengan ketentuan UU No. 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan.
Namun, tidak semua perusahaan diwajibkan memiliki TDP, perusahaan yang dibebaskan dari
kewajiban memperoleh TDP diantaranya:
1. Cabang perusahaan yang dalam menjalankan kegiatan usaha perdagangan
menggunakan TDP perusahaan pusat.
2. Perusahaan yang telah mendapatkan izin usaha yang setara dari departemen teknis
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Perusahaan produksi yang didirikan dalam rangka Undang-Undang Nomor 6 tahun
1986 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri.
4. Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah.

6
5. Perusahaan kecil perorangan yang tidak berbentuk badan hukum atau persekutuan,
diurus, dijalankan, atau dikelola sendiri olek pemiliknya atau dengan memperkerjakan
anggota keluarganya yang terdekat, pedagang keliling, pedagang pinggir jalan.
a. Penundaan, Penolakan, dan Penggantian TDP:
Jika terjadi kesalahan, perusahaan wajib melakukan perbaikan dan melengkapi
persyaratan paling lambat lima hari kerja terhitung sejak di terima surat penundaan. Setelah
melebihi jangka waktu yang ditentukan, perusahaan tidak dapat memenuhi persyaratan yang
di tentukan, Kakandep (Kepala Dinas Perindag Kabupaten atau Kota) atau Kakanwil (Kepala
Dinas Perindag Provinsi) dapat menolak permintaan TDP.
Namun, perusahaan tadi dapat mengajukan lagi permintaan TDP baru. Apabila TDP
yang telah diperoleh perusahaan hilang atau rusak tidak terbaca, perusahaan yang dapat
mengajukan permintaan penggantian TDP secara tertulis kepada Kakandep atau Kakanwil
yang berwenang mengeluarkan TDP. Permohonan permintaan penggantian itu di ajukan
menurut ketentuan Pasal 9 bagi TDP dengan melampirkan surat keterangan hilang dari
kepolisian setempat atau TDP asli yang rusak. Selambat-lambatnya lima hari kerja terhitung
sejak di terimanya surat permintaan penggantian, Kakandep atau Kakanwil yang
bersangkutan mengeluarkan TDUP dengan menggunakan Formulir Model B (Pasal 18).
b. Pembekuan dan Pencabutan TDUP Serta Sanksi Pidana :
Apabila perusahaan tidak mengindahkan peringatkan atau sedang diperiksa disidang
pengadilan karena didakwa melakukan pelanggaran hak kekayaan intelektual atau melakukan
tindak pidana lainnya, TDP perusahaan yang bersangkutan dibekukan. Selama pembekuan
tersebut perusahaan dilarang melakukan kegiatan usaha perdagangan. Pembekuan ini
berlangsung selama enam bulan terhitung sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan TDP
atau bagi perusahaan yang sedang diperiksa di muka sidang pengadilan sampai adanya
keputusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Namun, TDP dapat
dicabut apabila:
1. Diperoleh keterangan atau data yang tidak benar atau palsu dari perusahaan yang
bersangkutan atau tidak sesuai dengan permohonan permintaan TDP atau dokumen-
dokumen yang diwajibkan, atau melakukan usaha yang tidak sesuai dengan TDP.
2. Perusahaan yang bersangkutan tidak melakukan perbaikan setelah melampaui batas
waktu pembekuan.
3. Perusahaan yang bersangkutan telah dijatuhi hukuman pelanggaran hak kekayaan
intelektual atau pidana berdasarkan keputusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan.
c. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
Merupakan jatidiri yang dipakai oleh perusahaan atau badan usaha untuk menjalankan
usahanya secara sah. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dilihat dari segi besar modalnya
ada beberapa jenis perusahaan, yaitu:

7
a. Perusahaan Kecil, adalah perusahaan yang mempunyai modal atau kekayaan bersih
kurang dari 25 (dua puluh lima) juta rupiah. Maka dari itu, perusahaan kecil tidak
diharuskan untuk memiliki SIUP tersebut
b. Perusahaan Menegah, adalah perusahaan yang mempunyai modal atau kekayaan
bersih berkisar antara 25 (dua puluh lima) juta rupiah sampai 100 (seratus) juta
rupiah. Perusahaan menengah diharuskan memiliki SIUP dengan mengajukan
permohonan ke Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten. SIUP berlaku
sampai masa berdirinya perusahaan menegah tersebut.
c. Perusahaan Besar, adalah perusahaan yang mempunyai modal atau kekayaan bersih di
atas 100 (seratus) juta rupiah. Perusahaan besar harus memiliki SIUP dengan harus
mengajukan permohonan ke Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten. Jangka
waktu SIUP untuk perusahaan jenis ini adalah 5 tahun, dan dapat diperpanjang
Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) harus diajukan oleh pendiri badan usaha atau
penanggung jawab ke pihak yang berwenang dengan tata cara dan prosedur sebagai berikut :
1) Si Pemohon harus mengisi dan menandatangani surat permohonan izin dengan
melampirkan dokumen-dokumen :
a. Salinan/fotokopi akta pendirian badan usaha, dan salian/fotokopi pengesahan dari
Dapartemen Kehakiman bagi badan usaha yang berbadan hukum.
b. Salinan/fotokopi akta pendirian badan usaha yang dibuat didepan notaris yang
telah didaftarkan di Pengadilan Negeri bagi badan usaha yang berbentuk
persekutuan.
c. Salinan/fotokopi Surat Izin Tempat Usaha (SITU) dari Pemerintah Daerah tempat
badan usaha tersebut didirikan.
d. Salinan/fotokopi Surat Tanda Penduduk (KTP) pemilik/penanggung jawab badan
usaha yang mengajukan izin.
e. Pasfoto pemilik/penanggung jawab badan usaha yang mengajukan izin.
f. Salinan/fotokopi bukti pembayaran uang jaminan dan biaya administrasi badan
usaha.
2) Permohonan dan dokumen yang dilampirkan akan diteliti kebenaran pengisiannya dan
kelengkapan syarat-syarat oleh pejabat yang berwenang di bidang perizinan atau
pejabat yang ditunjukkan oleh departemen yang bersangkutan.
3) Dikeluarkan surat perintah untuk membayar uang jaminan perusahaan dan biaya
administrasi perusahan untuk disetorkan pada bank yang ditunjuk
4) Diteruskan kepada Departemen Perdagangan dengan surat pengantar dari Kepala
Kantor Perdagangan dan Perindustrian Provinsi untuk diterbitkan Surat Izin Usaha
Perdagangan (SIUP).
5) Apabila Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) perusahaan besar sudah ditandatangani
oleh Kepala kantor Dinas Perdagangan dan Perindustrian Provinsi atas nama Menteri
Perdagangan, atau pejabat yang mewakilinya, dan diberi nomor kemudian segera
dikirimkan dengan surat pengantar Kepala Kantor Dinas Perdagangan dan
Perindustrian Kabupaten di tempat kedudukan perusahaan untuk disampaikan kepada
pemilik/penaggung jawab perusahaan yang mengajukan permohonan. Sedangkan
untuk perusahaan menengah, Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) diterbitkan dan

8
ditandatangani oleh Kepala Kantor Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten
atas nama Menteri Perdagangan atau pejabat yang ditunjuk mawakili berdasarkan
bentuk dan tempat kedudukan perusahaan di wilayah kerjan
6) Penyerahan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dilakukan kepada pemilik atau
penanggung jawab perusahaan yang mengajukan permohonan di Kantor Dinas
Perdagangan dan Perindustrian setempat atau dikirim melalui pos dengan disertai
tanda terima. Proses penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dalam jangka
waktu 7 (tujuh) hari terhitung sejak Pejabat yang berwenang menerbitkan Surat Izin
Usaha Perdagangan (SIUP) membubuhkan tanggal persetujuannya pada surat
permohonan izin.
Pembekuan dan Pencabutan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dapat dilakukan jika:

 SIUP tidak memenuhi ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan atau melakukan


pelanggaran kewajiban.
 Yang bersangkutan sedang diperiksa di Pengadilan karena disangka telah
melakukan tindak pidana dibidang ekonomi, atau perbuatan yang berkaitan
dengan kegiatan bisnisnya yang didasarkan atas adanya bukti pemeriksaan di
Pengadilan.
Pembekuan dapat juga dilakukan apabila telah mendapatkan peringatan tertulis sebanyak 3
(tiga) karena melanggar ketentuan-ketentuan:
1. Tidak melaporkan tentang penghentian kegiatan usahanya/penutupan
perusahaannya, termasuk kantor cabang/perwakilan perusahannya;
2. Tidak melaporkan pembukaan kantor cabang/perwakilan perusahaan; Tidak
memberikan data/informasi tentang kegiatan usahanya sesuai dengan ketentuan
yang berlaku;
3. Tidak memenuhi pajak pebada pemerintah sesuai dengan ketentuan yang berlalu
yang didasarkan atas permintaan tertulis dari Kantor Inspeksi Pajak

2.2. Cara Memperoleh Legalitas Perusahaan


Pengalaman spesifik suatu usaha dengan yang lain bisa jadi berbeda, namun pada
umumnya, dokumen legalitas sudah mulai diminta untuk pinjaman di atas Rp 25 juta –
setidaknya berupa NPWP atau Surat Keterangan Usaha dari Kelurahan atau kecamatan
setempat. Sementara terkait pengadaan barang dan jasa (procurement), umumnya nominal
transaksi Rp 50 Juta ke bawah masih bisa diberikan kepada penyedia jasa perseorangan; tapi
di atas itu, umumnya sudah harus berbadan usaha, baik yang belum berstatus badan hukum
seperti CV; atau yang sudah berbadan hukum seperti PT, Koperasi, dan Yayasan.
Adapun melihat konteks di Indonesia, bentuk legalitas badan usaha (bisnis) paling
umum digunakan oleh perusahaan besar (korporasi dengan aset triliunan) adalah Perseroan
Terbatas (PT) lalu Korporasi. Hal ini dimungkinkan karena status badan hukum dari kedua
jenis badan usaha tersebut, sehingga di mata hukum, PT maupun Koperasi adalah subjek
hukum tersendiri layaknya manusia dewasa yang dapat bertindak, bertransaksi, memiliki aset,
dan bertanggung jawab atas namanya sendiri, tidak bergantung pada siapa pemiliknya, karena

9
pemilik PT atau Koperasi dapat saja berganti-ganti. Hal ini yang membuat para pihak lebih
nyaman untuk bekerjasama dengan suatu bisnis yang sudah berstatus badan hukum.
Status badan hukum juga memberi kenyamanan kepada para pemilik perusahaan. Jadi
jika suatu saat sebuah PT atau Koperasi mengalami kebangkrutan dan kesulitan membayar
hutang, pihak bank tidak dapat ikut menyita harta pribadi para pemilik PT. Pengorbanan
pemilik hanya sampai merelakan uangnya yang sudah ditanamkan sebagai modal perusahaan
tidak dapat kembali saja.

Sumber : ukmindonesi.id
Gambar 2.1. Tahapan Melengkapi Legalitas Usaha Di Indonesia
Berdasarkan Pasal 1 angka 8 PP 24/2018, Izin Usaha adalah izin yang diterbitkan oleh
Lembaga OSS untuk dan atas nama menteri, pimpinan lembaga, gubernur, atau bupati/wali
kota setelah pelaku usaha melakukan pendaftaran dan untuk memulai usaha dan/atau kegiatan
sampai sebelum pelaksanaan komersial atau operasional dengan memenuhi persyaratan dan/
atau komitmen.
2.3. Pentingnya Legalitas Perusahaan

10
Sebagai negara hukum, segala sesuatu yang ada di Indonesia sudah diatur dalam
peraturan – undangan yang berlaku. Salah satu tentang perusahaan, perusahaan agar disetujui
oleh pemerintah dan diproteksi, perusahaan ini harus memiliki izin usaha yang jelas.Tanpa
adanya legalitas atau izin usaha, sebuah perusahaan akan susah berkembang. hal ini karena
tidak ada kepercayaan orang, lembaga, atau perusahaan lain terhadap perusahaan
tersebut. Perusahaan yang disetujui izin juga menunjukkan pemilik perusahaan melawan
hukum yang berlaku di Indonesia. Beberapa Manfaat Legalitas Perusahaan, diantaranya :

1. Sarana Perlindungan Hukum


Perusahaan yang sudah memiliki izin usaha akan dilindungi oleh undang-undang,
karena semua sudah diatur sesuai dengan peraturan peundang–undangan yang ada di
Indonesia. Keberadaan perusahaan yang disetujui pemerintah akan memberikan kenyamanan
dan keamanan yang dimiliki perusahaan yang dimiliki.
2. Syarat Kegiatan yang Sifatnya Untuk Perkembangan Usaha
Pentingnya memiliki Izin Usaha adalah mengumpulkan Anda memerlukan modal untuk
mengembangkan usaha Anda agar lebih besar. Suntikan dana terbeut biasanya didapat dari
pinjaman perbankan. disinilah kepentingan legalitalitas sebagai salah satu persyaratan untuk
mengajukan pinjaman ke bank.
3. Sarana Pengembangan Usaha ke Level Internasional
Pemilik usaha lokal ingin melebarkan sayap pemasarannya ke tingkat
internasional. untuk melakukan proses ekspor-penting sebuah perusahaan harus memiliki
legalitas yang disetujui pemerintah. Selain itu, legalitas usaha sangat penting untuk
perusahaan Anda ingin melakukan hubungan dengan perusahaan lain secara internasional.
4. Ketentuan Mengikuti Tender dan Lelang
Untuk memulai upaya memulai bisnis dengan membuat rencana, kegiatannya dimulai
dengan tender, seperti tender, seperti yang dilakukan oleh tender. D tender tender, pastikan
bahwa karena itu buatlah dengan menggunakan buktis légаlіtаѕ. Lain kali kepemilikan sesuai
dengan yang Anda buat sebagai bukti izin yang besar yang akan ditampilkan. Penting.
5. Sarana Promosi dan Meningkatkan Kredibilitas Usaha
Meminta bantuan sesuai dengan permintaan saya harus dilakukan. Kredibilitas bisnis
dan juga meningkatkan produktivitas terbukti resmi, formal, mungkin akan membuat risiko
untuk membuat produk lebih baik / lebih baik. Sekarang ini sudah banyak penyedia layanan
untuk proses perijinan perusahaan, salah satunya arvahub. salah satu yang memberikan
layanan yang memberikan pemilik perusahaan untuk memiliki legalitas perusahaannya.

2.4. Asas Serta Tujuan Termasuk Hak Dan Kewajiban Perlindungan Pelaku Usaha

11
Perlindungan konsumen adalah keseluruhan peraturan dan hukum yang mengatur hak
serta kewajiban konsumen dan produsen yang timbul dalam usahanya untuk memenuhi
kebutuhannya dan mengatur upaya-upaya untuk menjamin terwujudnya perlindungan hukum
terhadap kepentingan konsumen (Sidobalok, 2014).
Hal ini dapat bersifat dalam segala transaksi jual beli, secara langsung maupun secara online
seperti yang kini kian marak. Walaupun adanya transaksi yang tidak melalui tatap muka,
konsumen tetap berhak untuk mendapatkan barang yang sesuai dengan pemberitahuan
sebelumnya atau barang yang sesuai dengan yang dijanjikan. Oleh karena itu, untuk
memberikan kepastian hukum pemerintah menerbitkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1999 tentang perlindungan konsumen. Menurut zulham dalam bukunya yang berjudul hukum
perlindungan konsumen tahun 2016 menjelaskan bahwa untuk memudahkan pemahaman
tentang cakupan perlindungan konsumen. Maka cakupan perlindungan konsumen dibedakan
menjadi dua aspek yaitu:
1. Perlindungan terhadap kemungkinan barang yang diserahkan kepada konsumen tidak
sesuai dengan apa yang telah disepakati.
2. Perlindungan terhadap diberlakukannya syarat-syarat yang tidak adil kepada
konsumen
Menurut Husini syawali dan neni sri imayanti dalam bukunya hukum perlindungan
konsumen tahun 2000, menjelaskan cara-cara pengaturan perlindungan konsumen yaitu:
1. Menciptakan system perlindungan konsumen yang mengandung unsur keterbukaan
akses informasi serta menjamin kepastian hukum.
2. Melindungi kepentingan konsumen pada khususnya dan kepentingan seluruh pelaku
usaha.
3. Meningkatkan perlindungan kepada konsumen dari praktik usaha yang menipu dan
menyesatkan.
4. Memadukan penyelenggaran, pengembangan dan pengaturan perlindungan konsumen
dengan bidang-bidang perlindungan pada bidang-bidang lainnya.
A. Asas Perlindungan Konsumen
Perlindungan konsumen menurut Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
tentang perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian
hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen. Dalam perlindungan konsumen
berlaku asas:
1. Asas manfaat : bahwa segala upaya dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen
harus memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan
pelaku usaha secara keseluruhan.
2. Asas keadilan : supaya partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan secara maksimal
dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh
haknya serta kewajibannya secara adil.
3. Asas keseimbangan : untuk memberikan keseimbangan antara kepentingan
konsumen, pelaku usaha dan pemerintah dalam arti materil serta spiritual.

12
4. Asas keamanan dan keselamatan konsumen : dimaksudkan untuk memberikan
jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan,
pemakaian serta pemanfaatan baran serta jasa yang dikonsumsi atau digunakan.
5. Asas kepastian hukum : supaya baik perilaku usaha maupun konsumen menaati
hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen
serta negara menjamin kepastian hukum.

B. Tujuan Perlindungan Konsumen


Tujuan utama diterapkannya perlindungan konsumen adalah untuk menciptakan rasa
aman bagi konsumen dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya. Rasa aman perlu
diciptakan sebab hak untuk memenuhi kebutuhan hidup merupakan hak dasar yang dimiliki
setiap manusia. Berdasarkan asas-asas tersebut diatas, maka pasal 3 Undang-Undang Nomor
8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen menyebutkan bahwa perlindungan konsumen
bertujuan untuk:
1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi
diri.
2. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkan dari akses
negative pemakaian barang dan jasa.
3. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan dan menuntut
hak-haknya sebagai konsumen.
4. Menciptakan system perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian
hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi.
5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen
sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam usaha.
6. Meningkatkan kualitas barang dan jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi
barang dan jasa, Kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.
C. Hak Konsumen
Pemerintah mengatur yang menjadi hak konsumen dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen adalah:
1. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang
dan/atau jasa.
2. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa
tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan.
3. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang
dan/atau jasa.
4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang
digunakan.
5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa
perlindungan konsumen secara patut.

13
6. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen.
7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif.
8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang
dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana
mestinya.
9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundangan lainnya.
D. Kewajiban Konsumen
Diatur juga mengenai kewajiban konsumen dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen, yaitu:
1. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau
pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan.
2. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa.
3. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati.
4. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen
E. Hak Pelaku Usaha
Pasal 6 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen telah
disebutkan bahwa yang menjadi hak pelaku usaha adalah:
1. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi
dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan.
2. Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad
tidak baik.
3. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum
sengketa konsumen.
4. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian
konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang diperdagangkan.
5. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.
F. Kewajiban Pelaku Usaha
Adapun yang menjadi kewajiban pelaku usaha sebagaimana yang telah disebutkan dalam
Pasal 7 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen adalah:
1. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya.
2. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan
pemeliharaan.

14
3. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif.
4. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan
berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku.
5. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba barang
dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang dibuat
dan/atau yang diperdagangkan.
6. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat
penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan.
7. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa
yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Indonesia adalah negara hukum, dimana hukum dijunjung tinggi di Negara ini sebagai
alat pengatur kehidupan berbangsa dan bernegara. Konsekuensi dari hal tersebut adalah kita
sebagai warga negara Indonesia, harus taat dan patuh terhadap aturan-aturan hukum yang
berlaku tanpa terkecuali. Apabila hukum tidak ditaati tentu ada sanksi yang harus kita terima,
baik berupa sanksi moral, adat, pidana, maupun perdata.

Tidak terkecuali bagi sebuah Perusahaan. Sebagai salah satu bentuk taat kepada hukum,
sebuah perusahaan harus melegalkan  usahanya. Legalitas yang dimaksud adalah berupa izin
yang sah secara hukum terhadap segala kegiatan usaha yang dijalankan beserta semua elemen
yang terlibat di dalamnya. Izin dapat ditafsirkan sebagai dispensasi dari larangan, jadi kalau
tidak punya izin maka kegiatannya tidak legal.

Bagi perusahaan yang berbentuk mikro dan kecil, legalitas usaha sangat bermanfaat
bagi kemajuan usaha. Izin usaha bagi usaha mikro dan kecil disebut dengan IUMK (Izin
Usaha Mikro dan Kecil). Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 98 Tahun 2014,
tentang Perizinan untuk Usaha Mikro dan Kecil, Pasal 2 ayat 2 menyebutkan tujuan
pengaturan IUMK bagi pelaku usaha mikro dan kecil

3.2. Saran
Dalam menjalankan usaha atau berwirausaha legalitas merupakan hal yang sangat
penting dilakukan. Hal tersebut bertujuan agar produk yang dihasilkan dapat dikenal oleh

15
masyarakat dan nilai penjualan meningkat serta tidak ada masalah dikemudian hari. Untuk
melakukan legalitas dibutuhkan upaya yang baik dan dan terencana agar bisa mendapatkan
legalitas dan terstruktur para konsumen, apalagi produk yang dihasilkan itu merupakan
produk baru. Pada pengusaha yang baru terjun dalam bisnis atau berwirausaha harus
memperhatikan betul mengenai legalitas dan perlindungan konsumen karena legalitas yang
kurang tepat biasanya hanya akan membuat permasalahan dikemudian hari.

DAFTAR PUSTAKA

Topan, Rendra. 2019. Asas Dan Tujuan Perlindungan Konsumen Menurut Undang-Undang.
https://rendratopan.com/2019/04/02/asas-dan-tujuan-perlindungan-konsumen-
menurut-undang-undang/ Diakses pada tanggal 08 November 2021

Dsla. 2020. Perlindungan Konsumen Aman Oleh UU Perlindungan Konsumen.


https://www.dslalawfirm.com/id/perlindungan-konsumen/ Diakses pada tanggal 04
November 2021

Zulham.2020. Konsep Perlindungan Konsumen.


https://www.kompas.com/skola/read/2020/12/31/141130469/konsep-perlindungan-
konsumen Diakses pada tanggal 05 November 2021

Anonim. 2020. Pentingnya Legalitas Perusahaan Untuk Pengembangan Bisnis.


https://arvahub.com/legalitas-perusahaan/ Diakses pada tanggal 06 November
2021

Fitriani, R. (2017). Aspek Hukum Legalitas Perusahaan atau Badan Usaha dalam Kegiatan
Bisnis. Jurnal Hukum Samudra Keadilan, 12(1), 136-145.

Rojikin. 2020. Pengertian Legalitas Perusahaan dan Bentuk Legalitas Perusahaan.


https://rojikin.id/pengertian-legalitas-perusahaan/ Diakses pada tanggal 08
November 2021

16
UKM Indonesia. 2020. 7 Tahapan Melengkapi Legalitas Usaha Di Indonesia.
https://www.ukmindonesia.id/baca-artikel/291 Diakses pada tanggal 07 November
2021

Topan, Rendra. 2019. Hak dan Kewajiban Konsumen Berdasarkan Undang-Undang


Perlindungan Konsumen. https://rendratopan.com/2019/04/03/hak-dan-kewajiban-
konsumen-berdasarkan-undang-undang-perlindungan-konsumen/

Simaputang, Patricia. 2012. Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha, Perbuatan Yang Dilarang
Bagi Pelaku Usaha, Klausula Baku Dalam Perjanjian, Tanggung Jawab Pelaku
Usaha, Sanksi. https://patriciasimatupang.wordpress.com/2012/06/13/hak-dan-
kewajiban-pelaku-usaha-perbuatan-yang-dilarang-bagi-pelaku-usaha-klausula-
baku-dalam-perjanjian-tanggung-jawab-pelaku-usaha-sanksi/

17

Anda mungkin juga menyukai