Disusun Oleh :
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan
Hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah mata kuliah kewirausahaan ini yang
berjudul: “Legalitas Usaha dan Perlindungan Konsumen”.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah kewirausahaan di
Program Studi Ekonomi Pembangunan UPN “Veteran” Yogyakarta. Kami berharap makalah
ini dapat berguna bagi kami dan pembaca serta bagi yang mempelajari makalah ini semoga
pembaca dapat lebih tertarik dan dapat termotivasi dalam memulai suatu wirausaha.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu,
sudilah kiranya para pembaca untuk memberikan masukan dan saran sehingga isi laporan ini
dapat lebih sempurna.
Akhirnya, kami berharap semoga isi makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
siapa saja yang memerlukannya dimasa sekarang dan yang akan datang.
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................................1
KATA PENGANTAR............................................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................................3
BAB 1. PENDAHULUAN......................................................................................................4
1.1 Latar Belakang....................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................4
1.3 Tujuan Masalah..................................................................................................................4
BAB 2. PEMBAHASAN.........................................................................................................5
2.1 Pengertian Legalitas Perusahaan........................................................................................5
2.2 Cara Memperoleh Legalitas Perusahaan............................................................................9
2.3 Pentingnya Legalitas Perusahaan.....................................................................................10
2.4 Asas Serta Tujuan Termasuk Hak dan Kewajiban Perlindungan Pelaku Usaha..............11
BAB 3. PENUTUP................................................................................................................15
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................15
3.2 Saran.................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................16
3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
a. Untuk mengetahui terkait legalitas perusahaan
b. Memberikan pengetahuan terkait cara memperoleh legalitas perusahaan
c. Dapat memberi pemahaman terkait pentingnya legalitas perusahaan
4
d. Mengetahui asas serta tujuan termasuk hak dan kewajiban perlindungan pelaku usaha
BAB II
PEMBAHASAN
5
kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda, dan digunakan dalam
kegiatan perdagangan barang atau jasa.”
Merek dagang terdapat dalam Pasal 1 butir 2 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001
disebutkan “Merek dagang adalah merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan
oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk
membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya.”. Contoh merek dagang Sedap untuk
mie, kecap, minyak goreng yang diproduksi oleh PT. Wingsfood Indonesia dan Lifeboy
untuk sabun dan sampo yang diproduksi oleh PT. Unilever Indonesia.
Sedangkan Merek Jasa terdapat dalam Pasal 1 butir 3 Undang-Undang Nomor 15
Tahun 2001, “Merek jasa adalah merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh
seseorang, atau beberapa orang secara bersama-sama, atau badan hukum untuk membedakan
dengan jasa-jasa sejenis lainnya.” Contoh merek jasa adalah Lion Air untuk jasa angkutan
udara, Bagaya Taylor untuk jasa jahitan busana atau Nina Beaty Salon untuk jasa kecantikan.
Sebagai salah satu bentuk karya intelektual, merek mempunyai peran sangat penting.
Ada berbagai macam bentuk merek yang dapat digunakan, antara lain merek berbentuk
lukisan atau gambar, merek dapat berbentuk kata, merek dapat berbentuk huruf atau angka,
merek dapat berbentuk nama, merek dapat berbentuk kombinasi antara gambar dan kata.
3. Akta Pendirian
Di dalam akta pendirian tersebut memuat anggaran dasar perusahaan, yaitu seperangkat
peraturan yang menjadi dasar berdiri dan beroperasinya perusahaan menurut hukum.
4. Surat Izin Tempat Usaha (SITU)
Merupakan surat izin yang diberikan kepada setiap pengusaha yang mendirikan tempat
usaha maupun menempati tempat usaha yang disediakan oleh pemerintah dalam melakukan
usaha yang dilaksanakan secara teratur dalam bidang usaha tertentudengan maksud mencari
keuntungan atau laba.
5. Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
Setiap perusahaan yang telah memperoleh TDP dalam jangka waktu tiga bulan terhitung
mulai tanggal diterbitkannya TDP wajib mendaftarkan perusahaannya dalam daftar
perusahaan sesuai dengan ketentuan UU No. 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan.
Namun, tidak semua perusahaan diwajibkan memiliki TDP, perusahaan yang dibebaskan dari
kewajiban memperoleh TDP diantaranya:
1. Cabang perusahaan yang dalam menjalankan kegiatan usaha perdagangan
menggunakan TDP perusahaan pusat.
2. Perusahaan yang telah mendapatkan izin usaha yang setara dari departemen teknis
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Perusahaan produksi yang didirikan dalam rangka Undang-Undang Nomor 6 tahun
1986 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri.
4. Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah.
6
5. Perusahaan kecil perorangan yang tidak berbentuk badan hukum atau persekutuan,
diurus, dijalankan, atau dikelola sendiri olek pemiliknya atau dengan memperkerjakan
anggota keluarganya yang terdekat, pedagang keliling, pedagang pinggir jalan.
a. Penundaan, Penolakan, dan Penggantian TDP:
Jika terjadi kesalahan, perusahaan wajib melakukan perbaikan dan melengkapi
persyaratan paling lambat lima hari kerja terhitung sejak di terima surat penundaan. Setelah
melebihi jangka waktu yang ditentukan, perusahaan tidak dapat memenuhi persyaratan yang
di tentukan, Kakandep (Kepala Dinas Perindag Kabupaten atau Kota) atau Kakanwil (Kepala
Dinas Perindag Provinsi) dapat menolak permintaan TDP.
Namun, perusahaan tadi dapat mengajukan lagi permintaan TDP baru. Apabila TDP
yang telah diperoleh perusahaan hilang atau rusak tidak terbaca, perusahaan yang dapat
mengajukan permintaan penggantian TDP secara tertulis kepada Kakandep atau Kakanwil
yang berwenang mengeluarkan TDP. Permohonan permintaan penggantian itu di ajukan
menurut ketentuan Pasal 9 bagi TDP dengan melampirkan surat keterangan hilang dari
kepolisian setempat atau TDP asli yang rusak. Selambat-lambatnya lima hari kerja terhitung
sejak di terimanya surat permintaan penggantian, Kakandep atau Kakanwil yang
bersangkutan mengeluarkan TDUP dengan menggunakan Formulir Model B (Pasal 18).
b. Pembekuan dan Pencabutan TDUP Serta Sanksi Pidana :
Apabila perusahaan tidak mengindahkan peringatkan atau sedang diperiksa disidang
pengadilan karena didakwa melakukan pelanggaran hak kekayaan intelektual atau melakukan
tindak pidana lainnya, TDP perusahaan yang bersangkutan dibekukan. Selama pembekuan
tersebut perusahaan dilarang melakukan kegiatan usaha perdagangan. Pembekuan ini
berlangsung selama enam bulan terhitung sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan TDP
atau bagi perusahaan yang sedang diperiksa di muka sidang pengadilan sampai adanya
keputusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Namun, TDP dapat
dicabut apabila:
1. Diperoleh keterangan atau data yang tidak benar atau palsu dari perusahaan yang
bersangkutan atau tidak sesuai dengan permohonan permintaan TDP atau dokumen-
dokumen yang diwajibkan, atau melakukan usaha yang tidak sesuai dengan TDP.
2. Perusahaan yang bersangkutan tidak melakukan perbaikan setelah melampaui batas
waktu pembekuan.
3. Perusahaan yang bersangkutan telah dijatuhi hukuman pelanggaran hak kekayaan
intelektual atau pidana berdasarkan keputusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan.
c. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
Merupakan jatidiri yang dipakai oleh perusahaan atau badan usaha untuk menjalankan
usahanya secara sah. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dilihat dari segi besar modalnya
ada beberapa jenis perusahaan, yaitu:
7
a. Perusahaan Kecil, adalah perusahaan yang mempunyai modal atau kekayaan bersih
kurang dari 25 (dua puluh lima) juta rupiah. Maka dari itu, perusahaan kecil tidak
diharuskan untuk memiliki SIUP tersebut
b. Perusahaan Menegah, adalah perusahaan yang mempunyai modal atau kekayaan
bersih berkisar antara 25 (dua puluh lima) juta rupiah sampai 100 (seratus) juta
rupiah. Perusahaan menengah diharuskan memiliki SIUP dengan mengajukan
permohonan ke Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten. SIUP berlaku
sampai masa berdirinya perusahaan menegah tersebut.
c. Perusahaan Besar, adalah perusahaan yang mempunyai modal atau kekayaan bersih di
atas 100 (seratus) juta rupiah. Perusahaan besar harus memiliki SIUP dengan harus
mengajukan permohonan ke Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten. Jangka
waktu SIUP untuk perusahaan jenis ini adalah 5 tahun, dan dapat diperpanjang
Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) harus diajukan oleh pendiri badan usaha atau
penanggung jawab ke pihak yang berwenang dengan tata cara dan prosedur sebagai berikut :
1) Si Pemohon harus mengisi dan menandatangani surat permohonan izin dengan
melampirkan dokumen-dokumen :
a. Salinan/fotokopi akta pendirian badan usaha, dan salian/fotokopi pengesahan dari
Dapartemen Kehakiman bagi badan usaha yang berbadan hukum.
b. Salinan/fotokopi akta pendirian badan usaha yang dibuat didepan notaris yang
telah didaftarkan di Pengadilan Negeri bagi badan usaha yang berbentuk
persekutuan.
c. Salinan/fotokopi Surat Izin Tempat Usaha (SITU) dari Pemerintah Daerah tempat
badan usaha tersebut didirikan.
d. Salinan/fotokopi Surat Tanda Penduduk (KTP) pemilik/penanggung jawab badan
usaha yang mengajukan izin.
e. Pasfoto pemilik/penanggung jawab badan usaha yang mengajukan izin.
f. Salinan/fotokopi bukti pembayaran uang jaminan dan biaya administrasi badan
usaha.
2) Permohonan dan dokumen yang dilampirkan akan diteliti kebenaran pengisiannya dan
kelengkapan syarat-syarat oleh pejabat yang berwenang di bidang perizinan atau
pejabat yang ditunjukkan oleh departemen yang bersangkutan.
3) Dikeluarkan surat perintah untuk membayar uang jaminan perusahaan dan biaya
administrasi perusahan untuk disetorkan pada bank yang ditunjuk
4) Diteruskan kepada Departemen Perdagangan dengan surat pengantar dari Kepala
Kantor Perdagangan dan Perindustrian Provinsi untuk diterbitkan Surat Izin Usaha
Perdagangan (SIUP).
5) Apabila Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) perusahaan besar sudah ditandatangani
oleh Kepala kantor Dinas Perdagangan dan Perindustrian Provinsi atas nama Menteri
Perdagangan, atau pejabat yang mewakilinya, dan diberi nomor kemudian segera
dikirimkan dengan surat pengantar Kepala Kantor Dinas Perdagangan dan
Perindustrian Kabupaten di tempat kedudukan perusahaan untuk disampaikan kepada
pemilik/penaggung jawab perusahaan yang mengajukan permohonan. Sedangkan
untuk perusahaan menengah, Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) diterbitkan dan
8
ditandatangani oleh Kepala Kantor Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten
atas nama Menteri Perdagangan atau pejabat yang ditunjuk mawakili berdasarkan
bentuk dan tempat kedudukan perusahaan di wilayah kerjan
6) Penyerahan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dilakukan kepada pemilik atau
penanggung jawab perusahaan yang mengajukan permohonan di Kantor Dinas
Perdagangan dan Perindustrian setempat atau dikirim melalui pos dengan disertai
tanda terima. Proses penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dalam jangka
waktu 7 (tujuh) hari terhitung sejak Pejabat yang berwenang menerbitkan Surat Izin
Usaha Perdagangan (SIUP) membubuhkan tanggal persetujuannya pada surat
permohonan izin.
Pembekuan dan Pencabutan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dapat dilakukan jika:
9
pemilik PT atau Koperasi dapat saja berganti-ganti. Hal ini yang membuat para pihak lebih
nyaman untuk bekerjasama dengan suatu bisnis yang sudah berstatus badan hukum.
Status badan hukum juga memberi kenyamanan kepada para pemilik perusahaan. Jadi
jika suatu saat sebuah PT atau Koperasi mengalami kebangkrutan dan kesulitan membayar
hutang, pihak bank tidak dapat ikut menyita harta pribadi para pemilik PT. Pengorbanan
pemilik hanya sampai merelakan uangnya yang sudah ditanamkan sebagai modal perusahaan
tidak dapat kembali saja.
Sumber : ukmindonesi.id
Gambar 2.1. Tahapan Melengkapi Legalitas Usaha Di Indonesia
Berdasarkan Pasal 1 angka 8 PP 24/2018, Izin Usaha adalah izin yang diterbitkan oleh
Lembaga OSS untuk dan atas nama menteri, pimpinan lembaga, gubernur, atau bupati/wali
kota setelah pelaku usaha melakukan pendaftaran dan untuk memulai usaha dan/atau kegiatan
sampai sebelum pelaksanaan komersial atau operasional dengan memenuhi persyaratan dan/
atau komitmen.
2.3. Pentingnya Legalitas Perusahaan
10
Sebagai negara hukum, segala sesuatu yang ada di Indonesia sudah diatur dalam
peraturan – undangan yang berlaku. Salah satu tentang perusahaan, perusahaan agar disetujui
oleh pemerintah dan diproteksi, perusahaan ini harus memiliki izin usaha yang jelas.Tanpa
adanya legalitas atau izin usaha, sebuah perusahaan akan susah berkembang. hal ini karena
tidak ada kepercayaan orang, lembaga, atau perusahaan lain terhadap perusahaan
tersebut. Perusahaan yang disetujui izin juga menunjukkan pemilik perusahaan melawan
hukum yang berlaku di Indonesia. Beberapa Manfaat Legalitas Perusahaan, diantaranya :
2.4. Asas Serta Tujuan Termasuk Hak Dan Kewajiban Perlindungan Pelaku Usaha
11
Perlindungan konsumen adalah keseluruhan peraturan dan hukum yang mengatur hak
serta kewajiban konsumen dan produsen yang timbul dalam usahanya untuk memenuhi
kebutuhannya dan mengatur upaya-upaya untuk menjamin terwujudnya perlindungan hukum
terhadap kepentingan konsumen (Sidobalok, 2014).
Hal ini dapat bersifat dalam segala transaksi jual beli, secara langsung maupun secara online
seperti yang kini kian marak. Walaupun adanya transaksi yang tidak melalui tatap muka,
konsumen tetap berhak untuk mendapatkan barang yang sesuai dengan pemberitahuan
sebelumnya atau barang yang sesuai dengan yang dijanjikan. Oleh karena itu, untuk
memberikan kepastian hukum pemerintah menerbitkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1999 tentang perlindungan konsumen. Menurut zulham dalam bukunya yang berjudul hukum
perlindungan konsumen tahun 2016 menjelaskan bahwa untuk memudahkan pemahaman
tentang cakupan perlindungan konsumen. Maka cakupan perlindungan konsumen dibedakan
menjadi dua aspek yaitu:
1. Perlindungan terhadap kemungkinan barang yang diserahkan kepada konsumen tidak
sesuai dengan apa yang telah disepakati.
2. Perlindungan terhadap diberlakukannya syarat-syarat yang tidak adil kepada
konsumen
Menurut Husini syawali dan neni sri imayanti dalam bukunya hukum perlindungan
konsumen tahun 2000, menjelaskan cara-cara pengaturan perlindungan konsumen yaitu:
1. Menciptakan system perlindungan konsumen yang mengandung unsur keterbukaan
akses informasi serta menjamin kepastian hukum.
2. Melindungi kepentingan konsumen pada khususnya dan kepentingan seluruh pelaku
usaha.
3. Meningkatkan perlindungan kepada konsumen dari praktik usaha yang menipu dan
menyesatkan.
4. Memadukan penyelenggaran, pengembangan dan pengaturan perlindungan konsumen
dengan bidang-bidang perlindungan pada bidang-bidang lainnya.
A. Asas Perlindungan Konsumen
Perlindungan konsumen menurut Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
tentang perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian
hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen. Dalam perlindungan konsumen
berlaku asas:
1. Asas manfaat : bahwa segala upaya dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen
harus memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan
pelaku usaha secara keseluruhan.
2. Asas keadilan : supaya partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan secara maksimal
dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh
haknya serta kewajibannya secara adil.
3. Asas keseimbangan : untuk memberikan keseimbangan antara kepentingan
konsumen, pelaku usaha dan pemerintah dalam arti materil serta spiritual.
12
4. Asas keamanan dan keselamatan konsumen : dimaksudkan untuk memberikan
jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan,
pemakaian serta pemanfaatan baran serta jasa yang dikonsumsi atau digunakan.
5. Asas kepastian hukum : supaya baik perilaku usaha maupun konsumen menaati
hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen
serta negara menjamin kepastian hukum.
13
6. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen.
7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif.
8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang
dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana
mestinya.
9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundangan lainnya.
D. Kewajiban Konsumen
Diatur juga mengenai kewajiban konsumen dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen, yaitu:
1. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau
pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan.
2. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa.
3. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati.
4. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen
E. Hak Pelaku Usaha
Pasal 6 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen telah
disebutkan bahwa yang menjadi hak pelaku usaha adalah:
1. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi
dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan.
2. Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad
tidak baik.
3. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum
sengketa konsumen.
4. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian
konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang diperdagangkan.
5. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.
F. Kewajiban Pelaku Usaha
Adapun yang menjadi kewajiban pelaku usaha sebagaimana yang telah disebutkan dalam
Pasal 7 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen adalah:
1. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya.
2. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan
pemeliharaan.
14
3. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif.
4. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan
berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku.
5. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba barang
dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang dibuat
dan/atau yang diperdagangkan.
6. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat
penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan.
7. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa
yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Indonesia adalah negara hukum, dimana hukum dijunjung tinggi di Negara ini sebagai
alat pengatur kehidupan berbangsa dan bernegara. Konsekuensi dari hal tersebut adalah kita
sebagai warga negara Indonesia, harus taat dan patuh terhadap aturan-aturan hukum yang
berlaku tanpa terkecuali. Apabila hukum tidak ditaati tentu ada sanksi yang harus kita terima,
baik berupa sanksi moral, adat, pidana, maupun perdata.
Tidak terkecuali bagi sebuah Perusahaan. Sebagai salah satu bentuk taat kepada hukum,
sebuah perusahaan harus melegalkan usahanya. Legalitas yang dimaksud adalah berupa izin
yang sah secara hukum terhadap segala kegiatan usaha yang dijalankan beserta semua elemen
yang terlibat di dalamnya. Izin dapat ditafsirkan sebagai dispensasi dari larangan, jadi kalau
tidak punya izin maka kegiatannya tidak legal.
Bagi perusahaan yang berbentuk mikro dan kecil, legalitas usaha sangat bermanfaat
bagi kemajuan usaha. Izin usaha bagi usaha mikro dan kecil disebut dengan IUMK (Izin
Usaha Mikro dan Kecil). Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 98 Tahun 2014,
tentang Perizinan untuk Usaha Mikro dan Kecil, Pasal 2 ayat 2 menyebutkan tujuan
pengaturan IUMK bagi pelaku usaha mikro dan kecil
3.2. Saran
Dalam menjalankan usaha atau berwirausaha legalitas merupakan hal yang sangat
penting dilakukan. Hal tersebut bertujuan agar produk yang dihasilkan dapat dikenal oleh
15
masyarakat dan nilai penjualan meningkat serta tidak ada masalah dikemudian hari. Untuk
melakukan legalitas dibutuhkan upaya yang baik dan dan terencana agar bisa mendapatkan
legalitas dan terstruktur para konsumen, apalagi produk yang dihasilkan itu merupakan
produk baru. Pada pengusaha yang baru terjun dalam bisnis atau berwirausaha harus
memperhatikan betul mengenai legalitas dan perlindungan konsumen karena legalitas yang
kurang tepat biasanya hanya akan membuat permasalahan dikemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
Topan, Rendra. 2019. Asas Dan Tujuan Perlindungan Konsumen Menurut Undang-Undang.
https://rendratopan.com/2019/04/02/asas-dan-tujuan-perlindungan-konsumen-
menurut-undang-undang/ Diakses pada tanggal 08 November 2021
Fitriani, R. (2017). Aspek Hukum Legalitas Perusahaan atau Badan Usaha dalam Kegiatan
Bisnis. Jurnal Hukum Samudra Keadilan, 12(1), 136-145.
16
UKM Indonesia. 2020. 7 Tahapan Melengkapi Legalitas Usaha Di Indonesia.
https://www.ukmindonesia.id/baca-artikel/291 Diakses pada tanggal 07 November
2021
Simaputang, Patricia. 2012. Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha, Perbuatan Yang Dilarang
Bagi Pelaku Usaha, Klausula Baku Dalam Perjanjian, Tanggung Jawab Pelaku
Usaha, Sanksi. https://patriciasimatupang.wordpress.com/2012/06/13/hak-dan-
kewajiban-pelaku-usaha-perbuatan-yang-dilarang-bagi-pelaku-usaha-klausula-
baku-dalam-perjanjian-tanggung-jawab-pelaku-usaha-sanksi/
17