Anda di halaman 1dari 25

Nilda Tartil

http://nildatartilla.wordpress.com/2013/02/09/contoh-
kasus-pelanggaran-etika-bisnis-oleh-pt-megasari-
makmur/
nildatartilla.blogspot.com

Menu
Skip to content

 Home

Contoh Kasus Pelanggaran Etika Bisnis


oleh PT.Megasari Makmur
Posted on February 9, 2013 by nilda tartilla

Perjalanan obat nyamuk bermula pada tahun 1996, diproduksi oleh PT Megasari Makmur
yang terletak di daerah Gunung Putri, Bogor, Jawa Barat. PT Megasari Makmur juga
memproduksi banyak produk seperti tisu basah, dan berbagai jenis pengharum ruangan. Obat
nyamuk HIT juga mengenalkan dirinya sebagai obat nyamuk yang murah dan lebih tangguh
untuk kelasnya. Selain di Indonesia HIT juga mengekspor produknya ke luar Indonesia.

Obat anti-nyamuk HIT yang diproduksi oleh PT Megarsari Makmur dinyatakan ditarik dari
peredaran karena penggunaan zat aktif Propoxur dan Diklorvos yang dapat mengakibatkan
gangguan kesehatan terhadap manusia. Departemen Pertanian, dalam hal ini Komisi
Pestisida, telah melakukan inspeksi di pabrik HIT dan menemukan penggunaan pestisida
yang menganggu kesehatan manusia seperti keracunan terhadap darah, gangguan syaraf,
gangguan pernapasan, gangguan terhadap sel pada tubuh, kanker hati dan kanker lambung.

HIT yang promosinya sebagai obat anti-nyamuk ampuh dan murah ternyata sangat berbahaya
karena bukan hanya menggunakan Propoxur tetapi juga Diklorvos (zat turunan Chlorine yang
sejak puluhan tahun dilarang penggunaannya di dunia). Obat anti-nyamuk HIT yang
dinyatakan berbahaya yaitu jenis HIT 2,1 A (jenis semprot) dan HIT 17 L (cair isi ulang).
Selain itu, Lembaga Bantuan Hukum Kesehatan melaporkan PT Megarsari Makmur ke
Kepolisian Metropolitan Jakarta Raya pada tanggal 11 Juni 2006. Korbannya yaitu seorang
pembantu rumah tangga yang mengalami pusing, mual dan muntah akibat keracunan, setelah
menghirup udara yang baru saja disemprotkan obat anti-nyamuk HIT.
ANALISIS :

Dalam perusahaan modern, tanggung jawab atas tindakan perusahaan sering didistribusikan
kepada sejumlah pihak yang bekerja sama. Tindakan perusahaan biasanya terdiri atas
tindakan atau kelalaian orang-orang berbeda yang bekerja sama sehingga tindakan atau
kelalaian mereka bersama-sama menghasilkan tindakan perusahaan. Jadi, siapakah yang
bertanggung jawab atas tindakan yang dihasilkan bersama-sama itu?

Pandangan tradisional berpendapat bahwa mereka yang melakukan secara sadar dan bebas
apa yang diperlukan perusahaan, masing-masing secara moral bertanggung jawab.

Lain halnya pendapat para kritikus pada pandangan tradisional, yang menyatakan bahwa
ketika sebuah kelompok terorganisasi seperti perusahaan bertindak bersama-sama, tindakan
perusahaan mereka dapat dideskripsikan sebagai tindakan kelompok, dan konsekuensinya
tindakan kelompoklah, bukan tindakan individu, yang mengharuskan kelompok bertanggung
jawab atas tindakan tersebut.

Kaum tradisional membantah bahwa, meskipun kita kadang membebankan tindakan kepada
kelompok perusahaan, fakta legal tersebut tidak mengubah realitas moral dibalik semua
tindakan perusahaan itu. Individu manapun yang bergabung secara sukarela dan bebas dalam
tindakan bersama dengan orang lain, yang bermaksud menghasilkan tindakan perusahaan,
secara moral akan bertanggung jawab atas tindakan itu.

Namun demikian, karyawan perusahaan besar tidak dapat dikatakan “dengan sengaja dan
dengan bebas turut dalam tindakan bersama itu” untuk menghasilkan tindakan perusahaan
atau untuk mengejar tujuan perusahaan. Seseorang yang bekerja dalam struktur birokrasi
organisasi besar tidak harus bertanggung jawab secara moral atas setiap tindakan perusahaan
yang turut dia bantu, seperti seorang sekretaris, juru tulis, atau tukang bersih-bersih di sebuah
perusahaan. Faktor ketidaktahuan dan ketidakmampuan yang meringankan dalam organisasi
perusahaan birokrasi berskala besar, sepenuhnya akan menghilangkan tanggung jawab moral
orang itu.

Kita mengetahui bahwa Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral
yang benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan
dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis. Etika bisnis merupakan studi standar formal
dan bagaimana standar itu diterapkan ke dalam system dan organisasi yang digunakan
masyarakat modern untuk memproduksi dan mendistribusikan barang dan jasa dan diterapkan
kepada orang-orang yang ada di dalam organisasi.

Dari kasus diatas terlihat bahwa perusahaan melakukan pelanggaran etika bisnis terhadap
prinsip kejujuran perusahaan besarpun berani untuk mmengambil tindakan kecurangan untuk
menekan biaya produksi produk. Mereka hanya untuk mendapatkan laba yang besar dan
ongkos produksi yang minimal. Mengenyampingkan aspek kesehatan konsumen dan
membiarkan penggunaan zat berbahaya dalam produknya . dalam kasus HIT sengaja
menambahkan zat diklorvos untuk membunuh serangga padahal bila dilihat dari segi
kesehatan manusia, zat tersebut bila dihisap oleh saluran pernafasan dapat menimbulkan
kanker hati dan lambung.

Dan walaupun perusahaan sudah meminta maaf dan juga mengganti barang dengan
memproduksi barang baru yang tidak mengandung zat berbahaya tapi seharusnya perusahaan
jugamemikirkan efek buruk apa saja yang akan konsumen rasakan bila dalam penggunaan
jangka panjang. Sebagai produsen memberikan kualitas produk yang baik dan aman bagi
kesehatan konsumen selain memberikan harga yang murah yang dapat bersaing dengan
produk sejenis lainnya.

Penyelesaian Masalah yang dilakukan PT.Megasari Makmur dan Tindakan


Pemerintah

Pihak produsen (PT. Megasari Makmur) menyanggupi untuk menarik semua produk HIT
yang telah dipasarkan dan mengajukan izin baru untuk memproduksi produk HIT Aerosol
Baru dengan formula yang telah disempurnakan, bebas dari bahan kimia berbahaya. HIT
Aerosol Baru telah lolos uji dan mendapatkan izin dari Pemerintah. Pada tanggal 08
September 2006 Departemen Pertanian dengan menyatakan produk HIT Aerosol Baru dapat
diproduksi dan digunakan untuk rumah tangga (N0. RI. 2543/9-2006/S).Sementara itu pada
tanggal 22 September 2006 Departemen Kesehatan juga mengeluarkan izin yang menyetujui
pendistribusiannya dan penjualannya di seluruh Indonesia.

Undang-undang

Jika dilihat menurut UUD, PT Megarsari Makmur sudah melanggar beberapa pasal, yaitu :

1. Pasal 4, hak konsumen adalah :

Ayat 1 : “hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang
dan/atau jasa”.

Ayat 3 : “hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan/atau jasa”.

PT Megarsari tidak pernah memberi peringatan kepada konsumennya tentang adanya zat-zat
berbahaya di dalam produk mereka.Akibatnya, kesehatan konsumen dibahayakan dengan
alasan mengurangi biaya produksi HIT.

1. Pasal 7, kewajiban pelaku usaha adalah :

Ayat 2 : “memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan”

PT Megarsari tidak pernah memberi indikasi penggunaan pada produk mereka, dimana
seharusnya apabila sebuah kamar disemprot dengan pestisida, harus dibiarkan selama
setengah jam sebelum boleh dimasuki lagi.

1. Pasal 8
Ayat 1 : “Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/atau
jasa yang tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan
ketentuan peraturan perundang-undangan”

Ayat 4 : “Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran pada ayat (1) dan ayat (2) dilarang
memperdagangkan barang dan/atau jasa tersebut serta wajib menariknya dari peredaran”

PT Megarsari tetap meluncurkan produk mereka walaupun produk HIT tersebut tidak
memenuhi standar dan ketentuan yang berlaku bagi barang tersebut.Seharusnya, produk HIT
tersebut sudah ditarik dari peredaran agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, tetapi
mereka tetap menjualnya walaupun sudah ada korban dari produknya.

1. Pasal 19 :

Ayat 1 : “Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan,
pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan/atau jasa yang
dihasilkan atau diperdagangkan”

Ayat 2 : “Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa pengembalian uang
atau penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan
kesehatan dan/atau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku”

Ayat 3 : “Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari setelah
tanggal transaksi”

Menurut pasal tersebut, PT Megarsari harus memberikan ganti rugi kepada konsumen karena
telah merugikan para konsumen.

Tanggapan :

PT. Megarsari Makmur sudah melakukan perbuatan yang sangat merugikan dengan
memasukkan 2 zat berbahaya pada produk mereka yang berdampak buruk pada konsumen
yang menggunakan produk mereka. Salah satu sumber mengatakan bahwa meskipun
perusahaan sudah melakukan permintaan maaf dan berjanji menarik produknya, namun
permintaan maaf itu hanyalah sebuah klise dan penarikan produk tersebut seperti tidak di
lakukan secara sungguh –sungguh karena produk tersebut masih ada dipasaran.

Pelanggaran Prinsip Etika Bisnis yang dilakukan oleh PT. Megarsari Makmur yaitu Prinsip
Kejujuran dimana perusahaan tidak memberikan peringatan kepada konsumennya mengenai
kandungan yang ada pada produk mereka yang sangat berbahaya untuk kesehatan dan
perusahaan juga tidak memberi tahu penggunaan dari produk tersebut yaitu setelah suatu
ruangan disemprot oleh produk itu semestinya ditunggu 30 menit terlebih dahulu baru
kemudian dapat dimasuki /digunakan ruangan tersebut.
Melakukan apa saja untuk mendapatkan keuntungan pada dasarnya boleh dilakukan asal
tidak merugikan pihak mana pun dan tentu saja pada jalurnya. Disini perusahaan seharusnya
lebih mementingkan keselamatan konsumen yang menggunakan produknya karena dengan
meletakkan keselamatan konsumen diatas kepentingan perusahaan maka perusahaan itu
sendiri akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar karena kepercayaan / loyalitas
konsumen terhadap produk itu sendiri.

Contoh Kasus para Pemain


Telekomunikasi
Written by Samuel Simanjuntak
Friday, 18 January 2013 12:50
Article Index
Contoh Kasus para Pemain Telekomunikasi
Page 2
Page 3
All Pages
Page 1 of 3

http://www.ilerning.com/index.php?option=com_content&view=article&id=3394:contoh-
kasus-para-pemain-telekomunikasi-di-indonesia&catid=75:industri-
telekomunikasi&Itemid=89

Pelanggaran Dalam Hal Etika

Dengan ketet nya persaingan yang terjadi yang terjadi di dunia telekomunikasi, maka banyak
para operator yang memanfaatkan media lain untuk dapat memasarkan produknya agar dapat
di lihat oleh orang banyak, yaitu dengan menggunakan Media komunikasi massa media
tersebut adalah audio (radio), audio visual (televisi), jaringan internet dan media cetak seperti
koran, majalah, tabloid, brosur, papan iklan dan lain-lain. Banyaknya media massa tersebut
menimbulkan persaingan di antara pengguna media yang ingin memasarkan produk dan
jasanya. Tetapi sekarang sering kali persaingan itu berujung tidak sehat. oleh karena itu
diperlukan ada-nya etika dalam menjalankan media komunikasi massa. oleh karena itu
diperlukan ada-nya etika dalam menjalankan media komunikasi massa. pengaruh dari
kegiatan komunikasi melalui media massa sangat lah kuat karena pesan – pesan di sebarkan
secara luas dan terus menerus,sehingga membuat khalayak sulit untuk menentukan pesan
mana yang harus di terima atau yang mana yang tidak.
Media cetak merupakan salah satu media massa yang berpengaruh di indonesia. media cetak
juga sering digunakan untuk mengiklankan barang dan jasa dari suatu instansi. dalam
makalah ini saya mengambil contoh kasus pelanggaran etika dalam media massa yaitu iklan
yang di produksi oleh telkomsel dengan bentuk papan iklan dengan judul ‘’Tetangga
Sebelah’’ dan iklan XL Bebas yang di produksi oleh PT.Excelcomindo dengan bentuk papan
iklan.

perang

Pelanggarannya adalah:
· Iklan XL Bebas yang berbentuk papan iklan yang di produksi oleh PT.Excelcomindo
melanggar EPI BAB IIIA No. 1.2.2 yang menyatakan bahwa iklan tidak boleh
menggunakan kata – kata superlatif seperti ‘’ paling ‘’, ‘’ nomor satu ‘’, ‘’ top ‘’ atau
kata – kata berawalan ‘’ter’’ dan atau bermakna sama, tanpa secara khas menjelaskan
keunggulan tersebut yang harus dapat di buktikan dengan pernyataan tertulis dari
sumber yang otentik. Karena di dalam papan iklan XL di temukan kata – kata
superlatif yaitu : Tarif ‘’Ter’’murah. yaitu Rp 0,1/detik.
· Pelanggaran juga dilakukan oleh Telkomsel, papan iklan yang berjudul ‘’Tetangga
Sebelah’’ melanggar EPI BAB IIIA No. 1.21 yang menyatakan bahwa iklan tidak
boleh merendahkan produk pesaing secara langsung maupun tidak langsung karena
papan iklan Telkomsel yang di pasang di samping papan iklan XL Bebas terdapat
gambar lelaki dengan jempol menunjuk ke arah papan iklan XL di sertai kata – kata
“Tetangga sebelah ngomongnya paling murah TERNYATA tarifnya ribet banget
jaringannya terbatas”. Kata – kata tersebut secara tidak langsung telah merendahkan
produk XL.

Sejumlah operator seluler gencar beriklan dengan jargon tarif termurah / paling murah
dibandingkan operator lain. Iklan-iklan seperti ini : (1) melanggar pedoman kode etik
tatakrama periklanan Indonesia, bahwa ada ketentuan bahwa dilarang membuat iklan dengan
menggunakan kata superlarif, seperti termurah dan paling murah; (2) mengandung unsur
kebohongan publik. Kalau ada dua atau lebih operator yang mengklaim paling murah, hanya
ada satu operator yang termurah, sedangkan lainnya mengandung unsur kebohongan.

Tarif Beberapa Operator Di Indonesia

Sebenarnya dengan adanya perang tarif ini pelanggan akan diuntungkan, setidaknya tarif
bicara yang semula terasa masih sangat mahal sekarang mulai turun khususnya untuk
operator telepon selular berbasis GSM. Namun sebenarnya tarif murah ini sudah selayaknya
dinikmati oleh para pelanggan telepon selular di Indonesia, karena menurut perhitungan para
ahli di bidang telekomunikasi tarif telepon selular di Indonesia terhitung masih mahal.

Sebenarnya iklan-iklan dari para operator GSM ini kalau tidak dicermati bisa menyesatkan
karena semua tarif yang dikeluarkan oleh para operator GSM itu dikondisikan sedemikian
rupa dengan perhitungan-perhitungan yang sedikit agak rumit. Untuk itulah masyarakat
sebagai pengguna layanan operator telepon selular hendaknya bersikap bijaksana dengan
bersikap cermat terhadap ketentuan2 yang dikeluarkan oleh operator yang bersangkutan.

Agar tidak bias dalam menilai tarif suatu operator GSM, berikut ini saya sampaikan dalam
bentuk tarif ilustrasi percakapan 10 menit, 20 menit, 30 menit, 60 menit dan 90 menit baik
sesama operator maupun antar operator, tetapi di sini saya hanya akan mengambil sampling 3
kartu operator GSM yaitu, Simpati PD, XL Bebas dan Indosat IM3 yang saya nilai saat ini
tarifnya paling kompetitif, dengan ketentuan dan sarat yang dikeluarkan oleh operator yang
bersangkutan.

1. SIMPATI PEDE

Jenis Panggilan Lokal Non lokal

simPATI – Telkomsel 25/detik 25/detik

simPATI – operator lain 25/detik 60/detik

simPATI – PSTN 15/detik 35/detik

Tarif Rp 0,5 PER DETIK berlaku setelah 1 menit bicara ke seluruh pelanggan Telkomsel
se-Indonesia
Masa promosi tarif simPATI PeDe adalah sampai dengan tanggal 30 Maret 2008 ( Akhir
Maret 2008 )

2. XL BEBAS
Tarif termurah yang berlaku di Jabodetabek, Jawa Barat, Jawa Tengah (kecuali Semarang),
Yogyakarta, Jawa Timur, Bali dan Lombok.

3. INDOSAT IM3

SESAMA OPERATOR
OPERATOR 10 MENIT 20 MENIT 30 MENIT 60 MENIT 90 MENIT
SIMPATI 1,770.00 2,070.00 2,370.00 3,270.00 4,170.00
XL BEBAS 1,545.00 1,605.00 1,665.00 3,465.00 5,265.00
IM3 1,355.10 1,361.10 1,367.10 1,385.10 1,403.10

ANTAR OPERATOR
XL BEBAS 9,024.00 15,060.00 24,084.00 45,180.00 69,264.00
IM3 9,002.70 15,755.70 22,509.00 45,018.00 67,527.00
Catatan :

Dari Ilustrasi di atas untuk pembicaraan sesama operator IM3 jauh mengungguli Simpati
Pede maupun XL Bebas. Sedangkan untuk tarif bicara antar operator IM3 unggul tipis atas
XL.

Setelah mengetahu hasil dari ilustrasi di atas, silakan sekarang dinilai tarif operator selular
GSM manakah yang kira-kira paling menguntungkan, itu semua terserah kepada para
konsumen untuk menentukannya, meskipun kita tahu pelanggan tidak hanya
mempertimbangkan tarif termurah untuk memilih operator GSM mana yang akan dipilih,
tetapi juga berdasarkan luasnya jaringan dan kemudahan isi ulang.

Sumber lain terkait dengan tarif operator seluler

Hasil penelitian yang dikeluarkan Agustus 2007 itu menyebutkan, berdasar data Oktober
2006 PT Bakrie Telecom (Esia) adalah operator yang menerapkan harga murah (Rp50 per
menit antar pelanggan on-net-operator yang sama), dan Rp800 per menit untuk panggilan ke
pelanggan off-net (dengan operator lain).

Sedangkan untuk telepon bergerak, PT Mobile-8 (Fren) tarifnya Rp275 untuk menit pertama
dan Rp14 untuk tiap menit berikutnya untuk on-net, dan Rp800 per menit untuk panggilan
off-net.

“Jelas dapat dilihat bahwa kedua operator tersebut menggunakan strategi tarif murah untuk
menyaingi pesaingnya. Jadi dapat dilihat bahwa new comer (pendatang baru) menggunakan
tarif rendah untuk penetrasi pasar. Demikian juga pemain lama (incumbent) juga tidak mau
kalah, mereka menerapkan hal yang sama. Sehingga perang harga antar operator tak
terelakkan,” katanya.

Selain itu tarif promosi juga banyak dilakukan oleh operator, di antaranya PT Excelcomindo
Pratama menurunkan tarifnya sebesar kira-kira Rp149 per 30 detik, sementara Simpati (PT
Telkomsel) memberlakukan tarif Rp300 per menit untuk pelanggan yang melakukan
panggilan antara pukul 23.00 hingga 07.00.
PT Indosat (Mentari) bahkan memberikan gratis kepada pelanggan yang melakukan
panggilan antara pukul 00.00 hingga 05.00. Gambaran tersebut mengindikasikan bahwa
industri telekomunikasi baik untuk jaringan tetap tanpa kabel dan seluler di Indonesia pada
saat ini telah memasuki situasi “perang tarif”, sementara para operator baru berusaha
memaksimalkan kapasitas jaringan yang dimilikinya.
Sabtu, 29 Desember 2012
Perusahaan Oligopoli berdasarkan sudut pandang etika bisnis

Selamat pagi, para pembaca pada artikel ini saya akan membahas apa itu pasar oligopoly dengan
contoh kasus perusahaan oligopoly dan analisa dari sudut pandang etika bisnis.

Pengertian:Pasar oligopoly adalah pasar yang didalamnya terdapat beberapa penjual terhadap 1
komoditi sehingga tindakan 1 penjual akan mempengaruhi tindakan penjual lainnya. Jika produknya
homogen disebut oligopoli murni (pure oligopoly). Jika produknya berbeda corak disebut oligopoli
beda corak (differentiated oligopoly).

Karakteristik pasar oligopoly : Hanya terdapat sedikit perusahaan dalam industry.


 Produknya homogen atau terdiferensiasi
 Pengambilan keputusan yang saling mempengaruhi.
 Kompetisi non harga.

Penyebab terbentuknya pasar oligopoly : Efisiensi skala besar di dalam efisiensi teknis
(teknologi) dan efisiensi ekonomi (biaya produksi). Profit hanya bisa tercipta apabila perusahaan
mampu mencapai tingkat efisiensi. Efisiensi teknis menyangkut pada penggunaan teknologi dalam
proses produksi. Kemampuan produsen dalam menempatkan sumber daya secara optimal. Efisiensi
ekonomi menyangkut pada biaya produksi. Bagaimana mengatur biaya pada komposisi yang tepat
sehingga harga yang dipasarkan merupakan harga yang bisa diterima pasar dan produsen.
 Kompleksitas manajemen (tingkat kerumitan). Tingkat kerumitan dalam manajemen
pengelolaan di suatu perusahaan.
Kelebihan : Terdapat sedikit penjual penjual , bagi produsen cukup menguntungkan karena pada
tingkat harga tertentudapat mengendalikan harga.Tetapi jika terjadi perang harga , konsumen akan
merasa diuntungkan .Kelemahannya :Produsen cenderung bersekutu ( kartel ) yang pada akhirnya
dapat merugikan konsumen ( bersekutu dalam hal negatif).
Contoh Kasus:“Temasek Holding (Pte) Ltd atau biasa disebut Temasek memiliki empat puluh satu
persen saham di PT Indosat Tbk dan tiga puluh lima persen di PT Telkomsel”Berdasarkan data
kepemilikan saham ini, maka tidak salah jika masyarakat berasumsi bahwa ada konflik kepentingan
dalam penanganan operasional manajemen di kedua perusahaan telekomunikasi tersebut, yang
cukup besar market share-nya di Indonesia. Ketika sebuah perusahaan didirikan dan selanjutnya
menjalankan kegiatannya, yang menjadi tujuan utama dari perusahaan tersebut adalah mencari
keuntungan setinggi-tingginya dengan prinsip pengeluaran biaya yang seminimum mungkin. Begitu
juga, dengan prinsip pemilikan saham. Pemilikan saham sama artinya dengan pemilikan perusahaan.
Kepemilikan perusahaan oleh seseorang atau badan atau lembaga korporasi tentunya bertujuan
bagaimana caranya kepemilikan tersebut dapat menghasilkan keuntungan terhadap diri si pemiliki
saham tersebut. Bicara keuntungan tentunya kita tidak hanya bicara tentang keuntungan financial,
tetapi juga tentang keuntungan non financial, seperti memiliki informasi penting, penguasaan
efektif, pengatur kebijakan, dan lain-lainnya.pada kasus pemilikan saham Temasek di PT Indosat,
Tbk., dan PT Telkomsel. Walaupun tidak ada perjanjian diantara PT Telkomsel dengan PT Indosat,
Tbk., tetapi persoalan oligopoli sebenarnya tidak boleh hanya dilihat dari sekedar apakah ada
perjanjian atau tidak? atau berapa persentase market share-nya?. Di dalam dunia telekomunikasi
Indonesia khususnya untuk provider GSM, hanya ada tiga perusahaan besar. Sehingga jelas jika
terbukti kedua perusahaan tersebut melakukan “kerjasama”, maka akan ada praktek oligopoli yang
kolusif. Sedikitnya perusahaan yang bergerak di sektor ini membuat mereka harus memiliki pilihan
sikap, koperatif atau non koperatif. Suatu pelaku usaha/perusahaan akan bersikap non koperatif jika
mereka berlaku sebagai diri sendiri tanpa ada perjanjian eksplisit maupun implisit dengan pelaku
usaha/perusahaan lainnya. Keadaan inilah yang menyebabkan terjadinya perang harga. Sedangkan
beberapa pelaku usaha/perusahaan beroperasi dengan model koperatif untuk mencoba
meminimalkan persaingan. Jika pelaku usaha dalam suatu oligopoli secara aktif bersikap koperatif
satu sama lain, maka mereka telibat dalam KOLUSI.
Pada kasus Temasek, jelas terlihat sebagai pemegang saham tentunya menginginkan keuntungan
yang sebesar-besarnya. Policy ‘mengeruk’ keuntungan ini tentunya dituangkan di seluruh aspek yang
menjadi unit bisnis usahanya, termasuk didalamnya adalah PT Telkomsel dan PT Indosat,
Tbk. Sehingga dengan status kepemilikan di dua perusahaan tersebut akan dapat mengoptimalkan
maksud dan tujuan Temasek tersebut. Caranya memaksimumkan keuntungan tersebut adalah kolusi
antara PT Telkomsel dan PT Indosat, Tbk., dengan mempertimbangkan saling ketergantungan
mereka, sehingga mereka menghasilkan output dan harga monopoli serta mendapatkan keuntungan
monopoli. Hal ini dapat terlihat dari penentuan tarif pulsa GSM antara PT Telkomsel dan PT Indosat,
Tbk., dimana boleh dikatakan tarif harga pulsa GSM di Indonesia adalah salah satu yang termahal di
dunia. Padahal, negara-negara tetangga sekitar sudah dapat menerapkan harga unit pulsa yang
sangat murah dan menguntungkan masyarakat serta tidak mematikan persaingan usaha. Apalagi
notabene-nya, di negara Temasek sendiri harga unit pulsa boleh dikatakan sangat murah. Lantas,
kenapa di Indonesia harga pulsa menjadi sangat mahal?. Padahal secara konsep teknologi,
dimungkinkan penggunaan untuk menekan harga unit pulsa menjadi sangat murah, contohnya
adalah pada teknologi CDMA Flexi dan Esia yang sering dihambat perkembangan oleh “pihak-pihak
tertentu” yang tidak menginginkan perkembangan bisnis usaha ini. Padahal jelas-jelas
menguntungkan masyarakat.

Analisa:Dari kasus diatas dapat kita ketahui bahwa Temasek melakukan kolusi antara PT Telkomsel
dan PT Indosat, Tbk. Sehingga dengan status kepemilikan di dua perusahaan tersebut akan dapat
mengoptimalkan maksud dan tujuan Temasek tersebut. Hal ini jelas melanggar etika bisnis karena
harga tarif layanan yang ditetapkan pada kedua perusahaan tersebut terlalu mahal dibandingkan
dengan pesaing-pesaing dalam dan luar negeri. Selisih harga tarif pulsa antara produk PT Telkomsel
dan PT Indosat yang tidak begitu jauh. Selisih tarif yang sangat kecil ini mengindikasikan dugaan awal
terjadinya praktek Oligopoli Kolusif diantara mereka. Penentuan tarif harga yang sangat mahal ini,
jelas adalah pengeksploitasian ekonomi masyarakat dan boleh dikatakan sebagai Kolonialisme Gaya
Baru.Sumber:http://tuangkan.wordpress.com/2009/03/07/pasar-oligopoli-definisi-karakter-
karakter/http://mukhyi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/6938/Kasus+1.doc
Kasus Pelanggaran Etika
Kecurangan pada Perusahaan “Pembasmi Nyamuk HIT Mengandung Pestisida
Terlarang”

Liputan6.com, Jakarta: Inspeksi mendadak


Badan Pupuk dan Obat-obatan Departemen
Pertanian di PT. Megasari Makmur, Rabu (7/6),
menemukan produsen pembasmi nyamuk HIT
ini menggunakan pestisida berbahan aktif
klorpirifos dan diklorvos. Pihak manajemen
perusahaan di Gunung Putri, Bogor, Jawa Barat,
masih menggunakan kedua zat berbahaya
dengan alasan belum menerima izin baru dari Departemen Pertanian.

Deptan telah mengeluarkan larangan pemakaian klorpirifos dan diklorvos sejak April
2004.Namun, dengan dalih belum mendapat izin baru, perusahaan ini memproduksi obat
pembasmi nyamuk dengan zat berbahaya itu hingga awal tahun ini.Atas pelanggaran ini, PT
Megasari diminta menarik seluruh produknya dalam waktu dua bulan.

Deptan menerbitkan larangan pemakaian pestisida jenis klorpirifos dan diklorvos


sesuai surat edaran Komisi Pestisida Nomor 166 Tahun 2004. Kedua zat ini dapat
menimbulkan pengaruh negatif terhadap kesehatan manusia dan lingkungan hidup.

Walau pemerintah telah meminta PT Megasari Makmur, produsen HIT, untuk


menarik seluruh produknya, hingga Kamis (8/6) ini pembasmi nyamuk berbahan berbahaya
itu ternyata masih beredar di pasaran. Adapun pembasmi nyamuk HIT menggunakan bahan
klorpirifos dan diklorvos. Padahal kedua bahan pestisida ini telah dilarang digunakan oleh
Departemen Pertanian sesuai surat edaran Komisi Pestisida Nomor 166 Tahun 2004 [baca:
Pembasmi Nyamuk HIT Mengandung Pestisida Terlarang].

Ketua Yayasan Pemberdayaan Konsumen Kesehatan Indonesia (YPKKI) dokter


Marius Widjajarta menilai keputusan pemerintah agar PT Megasari Makmur menarik seluruh
produknya dalam waktu paling lambat dua bulan sangat beralasan.Sebab kedua bahan aktif
yang digunakan itu dapat mengakibatkan kanker hati bagi manusia yang
menghirupnya."Untuk membuktikannya memang harus dalam jangka panjang karena sifatnya
kumulatif.Mungkin satu orang baru setahun atau dua tahun baru ada gangguan," jelas Marius
di Jakarta, baru-baru ini.Adapun masyarakat tampaknya belum mengetahui dampak
penggunaan klorpirifos dan diklorvos.

Sementara itu, Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Husniah
Rubiana Thamrin Akib mengaku pihaknya hingga kini belum mengetahui laporan adanya
kandungan pestisida berbahaya pada obat nyamuk HIT. Ditemukannya penggunaan
klorpirifos dan diklorvos pada obat nyamuk HIT setelah Badan Pupuk dan Obat-obatan
Deptan melakukan inspeksi mendadak ke PT Megasari Makmur di kawasan Gunungputri,
Bogor, Jawa Barat. Dengan temuan tersebut, PT Megasari terancam sanksi berupa denda
sebesar Rp 2 miliar dan atau kurungan penjara lima tahun. (BOG/Tim Liputan 6 SCTV)

Pembahasan dan Analisis

1. Jenis pelanggaran etika?

Dalam kasus ini, PT. Megasari Makmur telah terjadi pelanggaran etika bisnis. Karena
didalam produk yang diproduksinya terdapat zat yang berbahaya untuk konsumen.

2. Siapa yang melakukannya?

Dalam kasus ini yang melakukan pelanggaran etika bisnis yaitu PT. Megasari Makmur.

3. Apa akibatnya?

Akibat yang terjadi adalah, dapat menganggu kesehatan manusia seperti keracunan terhadap
darah, gangguan syaraf, gangguan pernapasan, gangguan terhadap sel pada tubuh, kanker hati
dan kanker lambung.

4. Apa tindakan pemerintah terhadap pelaku?

Pemerintah telah meminta PT Megasari Makmur, produsen HIT, untuk menarik seluruh
produknya.

5. Melanggar UU pasal?

Jika dilihat menurut UUD, PT. Megasari Makmur telah melanggar beberapa pasal,
diantaranya:

1. Pasal 4, hak konsumen adalah:

Ayat 1: “hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang
dan/atau jasa”
Ayat 3: “hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang
dan/atau jasa”
- PT. Megasari tidak pernah memberi peringatan kepada konsumennya tentang adanya zat-zat
berbahaya di dalam produk mereka.Akibatnya, kesehatan konsumen dibahayakan dengan
alasan mengurangi biaya produksi HIT.

2. Pasal 7, kewajiban pelaku usaha adalah:

Ayat 2: “memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan”

- PT. Megasari tidak pernah memberi indikasi penggunaan pada produk mereka, dimana
seharusnya apabila sebuah kamar disemprot dengan pestisida, harus dibiarkan selama
setengah jam sebelum boleh dimasuki lagi.

3. Pasal 8

Ayat 1: “Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/atau


jasa yang tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan
ketentuan peraturan perundang-undangan”

Ayat 4: “Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran pada ayat (1) dan ayat (2) dilarang
memperdagangkan barang dan/atau jasa tersebut serta wajib menariknya dari peredaran”

- PT. Megasari tetap meluncurkan produk mereka walaupun produk HIT tersebut tidak
memenuhi standar dan ketentuan yang berlaku bagi barang tersebut. Seharusnya, produk HIT
tersebut sudah ditarik dari peredaran agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, tetapi
mereka tetap menjualnya walaupun sudah ada korban dari produknya.

4. Pasal 19
Ayat 1: “Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan,
pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan/atau jasa yang
dihasilkan atau diperdagangkan”

Ayat 2: “Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa pengembalian uang
atau penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan
kesehatan dan/atau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku”

Ayat 3 : “Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari setelah
tanggal transaksi”
- Menurut pasal tersebut, PT. Megasari harus memberikan ganti rugi kepada konsumen karena
telah merugikan para konsumen.

Kesimpulan

Etika bisnis sangat diperlukan dalam berbisnis. Etika bisnis adalah standard an pedoman bagi
seluruh karyawan termasuk manajemen dan menjadikan etika bisnis sebagai pedoman untuk
melaksanakan pekerjaan sehari-hari dengan dilandasi moral yang luhur, kejujuran, transparan
dan sikap yang professional. Dengan adanya etika di dalam berbisnis tentunya tidak akan
merugikan konsumen atau perusahaan tersebut. Tidak akan ada yang dirugikan dan tidak
akan ada yang menjadi korban. Dan hasilnya pun perusahaan akan mendapat kepercayaan
dari masyarakat. Inspeksi dadakan seperti ini sangat diperlukan, agar dapat mengetahui
kecurangan-kecurangan yang dilakukan oleh suatu perusahaan yang dapat merugikan
masyarakat, dan untuk pemerintah agar menghukum perusahaan yang telah melakuakan
kecurangan karena perusahaan tersebut dapat merugikan masyarakat dan masyarakatlah yang
akan menjadi korban.

Sumber:

http://news.liputan6.com/read/124136/pembasmi-nyamuk-hit-mengandung-pestisida-
terlarang

http://news.liputan6.com/read/124168/pembasmi-nyamuk-hit-masih-beredar-di-pasaran

http://ilerning.com/index.php?option=com_content&view=article&id=2840%3Aanalisi-
pelanggaran-etika-bisnis-ptmegasari&catid=50%3Ahukum-dan-etika-
bisnis&Itemid=78&showall=1
http://inibahrulum.blogspot.com/2013/02/kasus-pelanggaran-etika.html
Studi Kasus Iklan So Nice So Good
17 MARET 2010

Iklan TV Melanggar Etika Pariwara Indonesia

iklan yang tayang di televisi yaitu iklan So Nice "So Good", "Fakta Bicara" oleh Badan Pengawasan Periklanan,
Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI) diputuskan melanggar Etika Pariwara Indonesia (EPI).

Keputusan yang dikeluarkan oleh Badan Pengawasan Periklanan (BPP) PPPI telah disampaikan kepada Komisi
Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat.

Pada iklan TV So Nice "So Good", pelanggaran EPI terjadi pada pernyataan bahwa mereka yang mengkonsumsi
produk yang diiklankan akan tumbuh lebih tinggi daripada yang tidak. Menurut EPI BAB IIIA No. 1.7 menyatakan
bahwa: "Jika suatu iklan mencantumkan garansi atau jaminan atas mutu suatu produk, maka dasar-daasr
jaminannya harus dapat dipertanggungjawabkan.

KPI Pusat juga mengingatkan kepada para pembuat iklan dan televisi bahwa dalam Pasal 49 ayat (1) Standar
Program Siaran (SPS) KPI Tahun 2009 telah dinyatakan bahwa iklan wajib berpedoman kepada EPI.

Selanjutnya KPI Pusat meminta kepada semua stasiun TV untuk mematuhi Pedoman Perilaku Penyiaran dan
Standar Program Siaran (P3-SPS) Tahun 2009 dan EPI. (KPI)

Diposkan oleh Dunia TV di 20:00

ULASAN ;

Indonesia tidak dapat dipungkiri merupakan pasar yang menggiurkan tidak hanya di kawasan Asia tapi juga di
dunia. Jumlah penduduk negara kepulauan ini mencapai lebih dari 200 juta jiwa dan merupakan sebuah pasar
yang sangat menjanjikan bagi para pelaku industri yang ingin melebarkan bisnisnya. Menjangkau sasaran
pasarnya, bukanlah pekerjaan mudah bagi para pelaku bisnis ini, karena itu mereka membutuhkan para
profesional yang membantu mereka untuk berkomunikasi kepada konsumen dengan menggunakan media yang
tepat dan pesan yang efektif.

Di sinilah peranan industri periklanan di Indonesia yang menjembatani komunikasi antara produsen dan
konsumennya. Sejalan dengan semakin besarnya dunia pemasaran, maka semakin berkembang pula industri
periklanan di tanah air. Saat ini industri periklanan di Indonesia adalah salah satu yang terbesar di dunia. Hal ini
disebabkan konsumen Indonesia belum mengalami kejenuhan terhadap iklan seperti halnya yang terjadi di
negara lain. Industri iklan terus meroket dengan belanja iklan yang terus naik setiap tahunnya. Pada tahun 2006
saja belanja iklan Indonesia mencapai tujuh trilyun rupiah. Saat ini pemirsa Indonesia dikelilingi oleh jumlah iklan
terbanyak dari yang pernah terekam dalam sejarah industri ini di Indonesia. Pemirsa TV Indonesia, sebagai
contoh, menjadi sasaran 3.650.000 spot iklan TV setiap tahun, atau 10.000 spot setiap hari, atau setara dengan
42 spot setiap jam. Dengan kata lain, setiap dua menit acara ada satu menit iklan (Subramaniam, 2006: 39).

Besarnya jumlah uang yang berputar di industri iklan bagaikan manisnya gula yang terus memancing datangnya
“semut-semut” baru untuk terjun di dalam industri ini. Banyak perusahaan-perusahaan iklan (advertising agency)
global yang membuka kantornya di Indonesia bersama dengan ratusan perusahaan iklan lokal memperebutkan
kue iklan yang sangat besar itu.
Karena besarnya jumlah uang yang di raup dalam setiap penayangan iklan, tidak sedikit pula perusahaan yang
tidak memperhatikan etika dalam periklanan seperti contoh kasus iklan “ so nice so good “, dalam iklan tersebut
terselip kata persuasive “akan lebih tinggi dari pada yang tidak makan sosis “untuk mempengaruhi customer
mengkonsumsi product sosis mereka. Kebenaran dalam iklan berkaitan dengan fungsi informative.Hal ini
menunjukkan adanya manipulasi makna karena kata–kata tersebut adalah hal yang tidak dapat
dipertanggungjawabjkan dalam etika periklanan.

http://kebaya-factory.blogspot.com/2011/11/studi-kasus-iklan-so-nice-so-good.html

Sebagai contoh kasus iklan minuman berenergi (Kuku bima vs Exra joss) merupakan iklan yang tidak
beretika dalam dunia bisnis. Karena dalam 2 iklan tersebut saling menjatuhkan dengan sindiran-
sindiran. Kuku bima energi memiliki slogan “Kuku Bima Energi Roso” yang artinya memiliki banyak
rasa dalam setiap pilihan minuman tersebut yakni original, anggur, jambu, jeruk, kopi, dan teh.
Sedangkan dalam iklan Extra Joss hanya menampilkan 1 rasa yakni rasa original, dan Ektra Joss
membuat slogan “Laki kok minum yang rasa-rasa”, secara tidak langsung ini merupakan bisnis yang
tidak beretika. Membuat sindiran-sindiran yang ingin menarik minat konsumen atau melakukan
promosi seperti itu. Seperti yang dijelaskan sebelumnya dalam menciptakan etika yang berbisnis
harus dengan persaingan yang sehat. Seharusnya dalam berbisnis sebaiknya jangan saling
menjatuhkan namun bersainglah secara sehat, karena dengan saling menjatuhkan malah akan
membuat image juga buruk dan konsumen pun tidak akan berminat atau percaya memilih produk
tersebut.

http://h3ndr0-metalbong.blogspot.com/2012/10/contoh-bisnis-yg-tidak-beretika.html

Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain
adalah:

1. Pengendalian diri
2. Pengembangan tanggung jawab social (social responsibility)
3. Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh
pesatnya perkembangan informasi dan teknologi
4. Menciptakan persaingan yang sehat
5. Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan”
6. Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi, dan Komisi)
7. Mampu menyatakan yang benar itu benar
8. Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan
pengusaha ke bawah
9. Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama
10. Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah
disepakati
11. Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hokum positif
yang berupa peraturan perundang-undang

PERMASALAH
Kasus Indomie yang mendapat larangan untuk beredar di Taiwan karena disebut mengandung
bahan pengawet yang berbahaya bagi manusia dan ditarik dari peredaran. Zat yang
terkandung dalam Indomie adalah methyl parahydroxybenzoate dan benzoic acid (asam
benzoat). Kedua zat tersebut biasanya hanya boleh digunakan untuk membuat kosmetik, dan
pada Jumat (08/10/2010) pihak Taiwan telah memutuskan untuk menarik semua jenis
produk Indomie dari peredaran. Di Hongkong, dua supermarket terkenal juga untuk
sementara waktu tidak memasarkan produk dari Indomie.

Kasus Indomie kini mendapat perhatian Anggota DPR dan Komisi IX akan segera
memanggil Kepala BPOM Kustantinah. "Kita akan mengundang BPOM untuk menjelaskan
masalah terkait produk Indomie itu, secepatnya kalau bisa hari Kamis ini," kata Ketua Komisi
IX DPR, Ribka Tjiptaning, di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (12/10/2010). Komisi
IX DPR akan meminta keterangan tentang kasus Indomie ini bisa terjadai, apalagi pihak
negara luar yang mengetahui terlebih dahulu akan adanya zat berbahaya yang terkandung di
dalam produk Indomie.

A Dessy Ratnaningtyas, seorang praktisi kosmetik menjelaskan, dua zat yang terkandung di
dalam Indomie yaitu methyl parahydroxybenzoate dan benzoic acid (asam benzoat) adalah
bahan pengawet yang membuat produk tidak cepat membusuk dan tahan lama. Zat berbahaya
ini umumnya dikenal dengan nama nipagin. Dalam pemakaian untuk produk kosmetik sendiri
pemakaian nipagin ini dibatasi maksimal 0,15%.
Ketua BPOM Kustantinah juga membenarkan tentang adanya zat berbahaya bagi manusia
dalam kasus Indomie ini. Kustantinah menjelaskan bahwa benar Indomie mengandung
nipagin, yang juga berada di dalam kecap dalam kemasam mie instan tersebut. tetapi kadar
kimia yang ada dalam Indomie masih dalam batas wajar dan aman untuk dikonsumsi, lanjut
Kustantinah.

Tetapi bila kadar nipagin melebihi batas ketetapan aman untuk di konsumsi yaitu 250 mg per
kilogram untuk mie instan dan 1.000 mg nipagin per kilogram dalam makanan lain kecuali
daging, ikan dan unggas, akan berbahaya bagi tubuh yang bisa mengakibatkan muntah-
muntah dan sangat berisiko terkena penyakit kanker.
Menurut Kustantinah, Indonesia yang merupakan anggota Codex Alimentarius Commision,
produk Indomie sudah mengacu kepada persyaratan Internasional tentang regulasi mutu, gizi
dan kemanan produk pangan. Sedangkan Taiwan bukan merupakan anggota Codec.
Produk Indomie yang dipasarkan di Taiwan seharusnya untuk dikonsumsi di Indonesia. Dan
karena standar di antara kedua negara berbeda maka timbulah kasus Indomie ini.
LANDASAN TEORI
Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah. Studi
ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan
perilaku bisnis (Velasquez, 2005).

Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain adalah:
1.Pengendalian diri
2.Pengembangan tanggung jawab social (social responsibility)
3.Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya
perkembangan informasi dan teknologi
4.Menciptakan persaingan yang sehat
5.Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan”
6.Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi, dan Komisi)
7. Mampu menyatakan yang benar itu benar
8. Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan
pengusaha ke bawah
9. Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama
10. Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah disepakati
11. Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hokum positif yang
berupa peraturan perundang-undangan.
http://pelangianggita.blogspot.com/2012/01/contoh-pelanggaran-kasus-kode-etik.html

Akhir – akhir ini sangat banyak iklan – iklan yang saling menjatuhkan satu sama lain.
Banyak iklan yang mempromosikan produk mereka dengan cara membandingkannya dengan
produk saingannya. Ada beberapa iklan yang dianggap mengejek produk lain yang sejenis
dengan produk mereka dengan cara menyindir (berupa kata-kata), menampilkan gambar
produk lain(dengan sedikit disamarkan), merendahkan iklan produk saingannya(dangan cara
mengutip kata-kata dari iklan produk tersebut). Bahkan ada beberapa iklan yang
merendahkan produk sainggannya secara terang – terangan dengan menampilkan produk,
logo atau merk produk saingannya secara jelas pada iklan mereka. Sebaiknya
perusahaan/orang yang akan membuat iklan dapat memikirkan ide yang lebih kreatif untuk
mempromosikan produk/jasa mereka tanpa harus menjatuhkan produk/jasa saingannya.
Beberapa konsumenpun ketika melihat iklan yang saling menjatuhkan, terkadang mereka
malah mencelanya, bukannya malah bersimpati. Sebenernya tanpa saling menjatuhkanpun,
iklan yang menarik dan pas porsinyapun konsumen justru malah menjadi penasaran dan ingin
membelinya. Dan jika iklannya lebih beretika dan memandang norma yang ada di Indonesia
ini, perusahaan dan produk pun malah terlihat tidak norak dan berwibawa. Justru iklan-iklan
yang saling menjatuhkan terkadang malah mendapat pandangan negatif yang sebenarnya
malah merugikan perusahaan itu sendiri. Kecenderungan makin banyaknya pelanggaran etika
bisnis membuat keprihatinan banyak pihak. Pengabaian etika bisnis dirasakan akan
membawa kerugian tidak saja buat masyarakat, tetapi juga bagi tatanan ekonomi nasional.
Disadari atau tidak, para pengusaha yang tidak memperhatikan etika bisnis akan
menghancurkan nama mereka sendiri dan negara.

Salah satu contok iklan ditelevisi yang menurut saya melanggar etika bisnis adalah iklan
permen kopi ekspresso. Didalam iklan tersebut dibintangi oleh dua orang bintang iklan si “A”
yang memakan permen kopi “kosong” terlihat sangat bodoh karena tidak dapat menjawab
pertanyaan dari temannya si “B” yang memberikan pertanyaan aneh “Kenapa superman
jubahnya di belakang ?”. Lalu si “B” menepuk pundak si “A” dan jatuhlah permen kopi
“kosong” tersebut dengan bunyi yang nyaring, lalu si “B” berkata “Pantesan makannya
permen kopi-ko song sih..! Nih yang berisi Permen kopi pake isi”.

Kalau melihat dari iklan itu nampak sekali suatu nilai emosional yang ditonjolkan dan tidak
menampakkan nilai etika dan edukasi sama sekali. Berikut di jabarkan “Permen kopi-ko
song” : Nampaknya kalimat tersebut jelas ingin menyindir saingan produk mereka, dari cara
penyebutan dan pemenggalan serta pengucapan kata “kopi kosong” saja jelas kita dapat
mengetahui merk apa yang mereka maksud. Pertanyaan aneh yang tidak bisa dijawab : ini
seolah-olah seseorang terlihat bodoh karena memakan produk “permen kopi kosong”,
padahal tidak ada hubungannya antara orang tersebut bisa menjawab atau tidak dengan
permen yang ia makan. Dan bunyi yang nyaring ketika permen itu jatuh : Kejadian ini seolah
menjelaskan poin diatas bahwa tong kosong nyaring bunyinya, artinya produk yang mereka
maksud tidak memberikan sesuatu manfaat apapun bagi konsumennya. Dari ketiga poin
diatas nampak sekali kalo nilai nilai emosi yang sangat ditonjolkan dalam iklan tersebut.
Sehingga, dimana fungsi iklan sebagai informasi terhadap masyarakat tidak nampak dan tidak
memberikan nilai edukasi apalagi hiburan.
Didalam dunia perbisnisan terdapat bisnis yang beretika dan bisnis yang tidak beretika .
Pengertian dari etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar
dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam
kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis (Velasquez, 2005).

http://aimanbloger.blogspot.com/2012/11/bisnis-yang-tidak-beretika.html

Contoh kasus nyata perusahaan atau produk yang melakukan kecurangan dan
solusinya.
Contoh kasus yang melakukan kecurangan dalam berbisnis adalah pada salah satu pihak
(produsen) dendeng sapi manis yang ternyata dicampur dengan olahan daging babi. Saat
diwawancarai, ternyata produsen menjelaskan hal ini dilakukan untuk menekan biaya
produksi karena ia merasakan apabila dendeng sapi manis hanya dibuat dengan olahan daging
sapi, maka membutuhkan modal yang sangat besar dan jarang dibeli oleh konsumen karena
tingginya harga jual yang ia tawarkan. Kemudian ia menyiasati olahannya dengan
mencampurkan olahan daging sapi dengan daging babi hutan yang berkeliaran di dekat
rumahnya. Dengan cara ini, harga jual tidak terlalu tinggi sehingga hasil produksinya dapat
dinikmati oleh para konsumen dengan harga yang terjangkau.
Sangat miris melihat kasus diatas, seharusnya sebagai produsen, kita harus mementingkan
kepuasan konsumen dalam berbagai aspek. Apabila daging babi diolah dengan daging sapi,
berarti secara tidak langsung (tanpa mengetahui) para konsumen telah menikmati makanan
yang tidak halal dan jelas sekali ini sangat merugikan konsumen. Produsen sebagai pelaku
bisnis sebaiknya benar-benar menjaga kualitas makanan (produksi) yang dihasilkannya.
Apabila harga pokok dari bahan makanan terasa mahal, maka solusi yang seharusnya diambil
adalah dengan menaikan harga jual. Atau fatalnya produsen mau tidak mau mencari produk
lain untuk dijual (apabila memang modal pas-pasan). Jangan sampai karena kepentingan
produsen, keselamatan dan kenyamanan konsumen menjadi di nomerduakan.
http://riyan1990.blogspot.com/2012/11/pelanggaran-etika-bisnis-dan.html

 Tiket gratis dari Bouraq


http://initugasku.wordpress.com/2010/03/03/%E2%80%9Cperiklanan-dan-
etika%E2%80%9D/

Pada tanggal 11 dan 18 Mei 1992, maskapai Penerbangan Bouraq memasang iklan di sebuah
harian yang berbunyi : “tukarkan 10 lembar tiket bekas penerbangan Bouraq dengan sebuah
tiket gratis di perwakilan Bouraq setempat”. Tidak diberi penjelasan lain. Lalu seorang
pengusaha di Banjarmasin kebetulan menyimpan 50 tiket bekas dan berencana
menukarkannya dengan harapan memperoleh 5 tiket gratis.

Ia mendapat keterangan dari petugas bahwa yang bisa ditukarkan hanyalah tiket 5 Agustus
1992 ke atas. Keterangan ini tidak dimuat dalam iklan dan juga tidak disebut bahwa
konsumen bisa memperoleh informasi lebih lanjut di kantor perwakilan Bouraq. Karena itu,
boleh diandaikan saja bahwa informasi dalam iklan itu lengkap.

Pembahasan :

Anda mungkin juga menyukai