Disusun oleh:
Kelompok 10 Perbankan Syariah 3C
1. Kunazatul Shima (12401193118)
2. Reka Indriani (12401193132)
3. Desy Shafa Salsabila (12401193140)
4. Tasya Priscillya Kristanti (12401193141)
SEMESTER III
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH 3C
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
SEPTEMBER 2020
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena telah
memberikan kelancaran dan kemurahan-Nya terhadap kami, sehingga dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah “Pengantar Bisnis Syariah” dalam bentuk
makalah, Sholawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada
junjungan kita Nabiyullah Muhammad SAW.
Makalah ini penulis susun guna memenuhi tugas mata kuliah “Pengantar
Bisnis Syariah”. Sehubungan dengan terselsaikannya penulisan makalah ini
maka penulis ini mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Maftukhin, M.Ag., selaku Rektor Institut Agama Islam
Negeri Tulungagung.
2. Bapak Dr.H. Dede Nurohman, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Islam.
3. Bapak M. Aqim Adlan, M.E.I., selaku ketua jurusan Perbankan Syariah.
4. Ibu Ayuk Wahdanfiari Adibah, S.E.Sy., M.H., selaku dosen pengampu
mata kuliah Pengantar Bisnis Syariah.
5. Semua pihak yang telah membantu terselsaikannya penulisan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari bahwa sesuai dengan
kemampuan dan pengetahuan yang terbatas, maka makalah yang berjudul
“Kedudukan Produsen dan Konsumen dalam Bisnis Syariah” ini, masih jauh
dari kata sempurna. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami
harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini, kami berharap dari
makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi
kami maupun pembaca. Amin.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan perekonomian di Indonesia, khususnya dibidang industri
dan perdagangan telah membawa manfaat yang sangat besar bagi semua pelaku
ekonomi, terutama bagi konsumen. Dengan banyaknya pilihan produk barang
dan jasa yang ditawarkan sangat memberi kemudahan bagi para pemakai
(konsumen). Adanya kemajuan teknologi dan informasi telah memperluas dan
mempermudah pergerakan arus transaksi barang dan jasa. Kondisi ini membuat
konsumen mempunyai kebebasan untuk memilih barang dan jasa yang seperti
diinginkannya dengan mudah.
Akan tetapi, disisi lain konsumen dijadikan objek atau sasaran utama
bagi para pelaku usaha untuk mengambil keuntungan yang sebesar-besarnya,
baik melalui promosi ataupun penjualan yang sering kali merugikan para
konsumen. Hal ini perlu disadari bahwa kedudukan konsumen untuk saat ini
sangat lemah, dikarenakan tingkat kesadaran dan pendidikan konsumen yang
relatif rendah, disamping itu juga pemahaman terhadap kegiatan ekonomi dan
etos kerja rendah.
Melihat akan permasalahan yang ada tersebut, pemerintah akhirnya
mengeluarkan kebijakan berupa Undang-undang tentang Perlindungan
Konsumen. Hal ini dilakukan agar para konsumen bisa melaksanakan haknya
sebagai konsumen, dan untuk produsn atau pelaku usaha bisa melaksanakan
kewajibannya sebagai pelaku usaha tanpa ada kesenjangan sosial. Tingginya
kesadaran konsumen dan pelaku usaha akan mewujudkan kesejahteraan untuk
semuanya.
Salah satu hal penting yang perlu ditelaah adalah masalah perlindungan
konsumen dalam prespektif syariah. Hal ini penting karena mayoritas penduduk
Indonesia beragama islam, dengan demikian seharusnya nilai-nilai ajaran islam
mendasari semua peraturan yang mengatur kegiatan ekonomi yang nantinya
akan mempengaruhi pola perilaku masyarakat tersebut.
1
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan konsumen dalam islam?
2. Bagaimana dengan hukum ekonomi islam dan perlindungan konsumen?
3. Ada berapa macam hak konsumen dan produsen?
4. Bagaimana dengan harta dan pembagiannya?
5. Apakah kepemilikan itu?
6. Bagaimana dengan teori perjanjian (Nadhariyyat al-„Aqd) dalam islam?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian konsumen dalam islam.
2. Untuk mengetahui hukum ekonomi islam dan perlindungan konsumen.
3. Untuk mengetahui macam-macam hak konsumen dan produsen.
4. Untuk mengetahui harta dan pembagiannya.
5. Untuk mengetahui kepemilikan.
6. Untuk mengetahui teori perjanjian (Nadhariyyat al-„Aqd) dalam islam.
BAB II
PEMBAHASAN
1
Imamudin Yuliadi, Ekonomi Islam Sebuah Pengantar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2001), hal. 178
2
Dede Nurohman, Memahami Dasar-dasar Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Teras, 2011),
hal. 95
3
4
3
Andri Soemitra, Hukum Ekonomi Syariah dan Fiqh Muamalah, (Jakarta Timur:
Prenadamedia, Cet. Ke-1, 2019), hal. 1
5
4
Ibid.,hal. 9.
5
Faisal, Hukum Ekonomi Islam, (Sulawesi: Unimal Press, 2015), hal.54.
6
Hal ini penting karena penduduk Indonesia mayoritas beragama Islam, dengan
demikian seharusnya nilai-nilai ajaran Islam mendasari peraturan perundang-
undangan yang mengatur kegiatan perekonomian masyarakat, sehingga pada
akhirnya akan mempengaruhi perilaku masyarakat dalam berbagai bidang.
Oleh sebab itu, perlu ditelaah apakah Islam memberikan rambu-rambu
mengenai perlindungan konsumen dan apakah rambu-rambu (ketentuan)
tersebut sudah sesuai dengan nilai-nilai hukum bisnis Islam (bisnis syari'ah).
Seperti yang telah kita dengar, bahwa Rasulullah SAW juga mengajarkan
prinsip bisnis mengandung nilai-nilai perlindungan terhadap hak-hak
konsumen. Karena itu, kejujuran, keadilan dan transparansi merupakan pondasi
ajaran Islam dalam berbisnis. Bahwasannya sebelum bangsa Barat dan dunia
modern mengenal perlindungan konsumen, Islam telah mengimplementasikan
nilai-nilai dan prinsip-prinsip perlindungan konsumen tersebut dalam tataran
praktis.
Di Indonesia, untuk menjamin dan melindungi kepentingan konsumen
atas produk barang dan/atau jasa yang dibeli, pada tanggal 20 Apri 1999
Pemerintah Republik Indonesia memberlakukan UndangUndang Nomor 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang dimuat dalam Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3821. Undang-Undang Perlindungan
Konsumen ini berlaku efektif pada tanggal 20 April 2000, yang merupakan
awal pengakuan perlindungan konsumen secara legitimasi formal yang menjadi
sarana dan kekuatan hukum bagi konsumen dan tanggung jawab pelaku usaha
sebagai penyedia/pembuat produk bermutu.
Undang-Undang Perlindungan Konsumen ini memuat aturan-aturan yang
dijadikan sebagai payung hukum bagi peraturan perundang-undangan lain yang
menyangkut konsumen, dan sekaligus mengintegrasikannya sehingga dapat
memperkuat penegakan hukum di bidang perlindungan konsumen. Perlu
diperhatikan, bahwa Undang-undang Perlindungan Konsumen ini bukan
merupakan awal dan akhir dari hukum yang mengatur tentang perlindungan
8
6
Nurhalis, “Perlindungan Konsumen dalam Perspektif Hukum Islam dan Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1999” dalam http://www.jurnalius.ac.id, diakses 18 September 2020
7
Ibid., hal. 530.
9
b. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau
jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang
dijanjikan.
c. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa.
d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang
digunakan.
e. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian
sengketa perlindungan konsumen secara patut.
f. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen.
g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif.
h. Hak untuk mendapatkan komnpensasi, ganti rugi dan/atau penggantian,
apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian
atau tidak sebagaimana mestinya.
i. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
lainnya.
Adapun hak konsumen ini berjalan berdampingan dengan kewajiban
konsumen sebagaimana ditentukan dalam Pasal 5 Undang-Undang Perlindungan
Konsumen, yang meliputi:
1) Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau
pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan.
2) Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa.
3) Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati.
4) Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen
secara patut.
Menyeimbangi hak yang dimiliki konsumen sebagiamana diatur dalam
Undang-undang Perlindungan Konsumen, maka Pasal 6 menentukan pula hak
yang dimiliki oleh pelaku usaha, meliputi:
a. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai
kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan.
11
Selain harta, hal penting dalam bahasan syariah islam yaitu tentang
kepemilikan harta itu sendiri. kepemilikan (al-milkiyyah) adalah istilah hukum
Islam yang menandakan hubungan antara manusia dan harta yang menjadikan
harta itu secara khusus melekat padanya. Berdasarkan definisi ini, perolehan
properti oleh seorang individu, dengan cara yang sah, memberikan hak
kepadanya untuk memiliki hubungan eksklusif dengan properti itu,
menggunakan atau menanganinya selama tidak ada hambatan hukum untuk
berurusan seperti itu.
Pada dasarnya menurut firman Allah SWT sesungguhnya seluruh harta
atau kekayaan adalah milik Allah SWT seperti firmannya pada Ayat alquran
surat Al-maidah ayat 20:
“Dan ingatlah ketika musa berkata kepada kaumnya: hai kaumku,
ingatlah nikmat allah atasmu keika ia mengangkat nabi-nabi diantaramu, dan
dijadikannya kamu orang-orang yang merdeka, dan diberikannya kepadamu
apa-apa yang belum pernah diberikan kepada seseorangpun diantara umat
umat yang lain.”
Dalam Islam kepemilikan harta dibagia atas kepemilikan pribadi atau
individu, kepemilikan bersama atau komunal/umum dan kepemilkan milik
negara.
E. Kepemilikan
Kepemilikan merupakan aset dalam sebuah aktivitas ekonomi. Misalnya
kepemilikan terhadap suatu benda. Kepemilikan ini disebut kegiatan ekonomi
sebab dengan aset kepemilikan roda ekonomi dapat dijalankan dan sudah
menjadi hal yang pasti bagi manusia dalam menjalani sebuah perekonomian,
dengan kepemilikannya tersebut, maka akan berusaha mendapatkan untung dari
harta yang menjadi miliknya. Bisa dibilang mendapatkan laba.
Menurut Ahmad Azhar Basyir, yang dimaksud dengan milik adalah
penguasa terhadap sesuatu, yang penguasanya tersebut bisa dilakukan sendiri.
Tindakan-tindakan terhadap sesuatu yang di kuasainya itu dan dapat di nikmati
16
manfaatnya apabila tidak ada halangan syara‟. Dalam pembagiannya, hak milik
itu dibagi menjadi dua, yaitu:9
1. Hak milik yang sempurna,
maksutnya hak milik yang dimiliki penguasanya terhadap bendanya dan
manfaatnya secara kesesluruhan. Pembatasan terhadap penguasanya hanya di
dasarkan kepada pembatasan yang di tentukan oleh syara‟.
Ciri-ciri hak milik sempurna tidak dibatasi dengan waktu tertentu dan
pemiliknya mempunyai kebebasan menggunakan, memungut hasilnya, dan
melakukan tindakan terhadap hak miliknya sesuai keinginannya.
2. Hak milik yang kurang sempurna
Maksutnya kepemilikan tersebut hanya meliputi bendanya saja atau
manfaatnya saja. Tidak bisa menerima keduanya antara benda dan
manfaatnya.
Ciri-ciri hak milik yang kurang sempurna, hanya memiliki bendanya saja
tanpa manfaatnya dan sebaliknya.
Kepemilikan dalam konsep hukum Islam dapat diperoleh dengan
beberapa cara, yakni:
1. Pertama, dengan cara ihrazul mubahat yakni memiliki sesuatu benda yang
memang dapat dan boleh dijadikan sebagai objek kepemilikan, seperti
contohnya berburu, membuka tanah baru yang belum ada pemiliknya,
mengusahakan pertambangan
2. Kedua, disebabkan karena adanya akad, yakni mengadakan perjanjian
dengan seseorang atau lebih untuk mengikat diri terhadap sesuatu yang
diperjanjikan.
3. Ketiga, disebabkan oleh khalafiyah, yakni bertempatnya seseorang atau
sesuatu yang baru di tempat yang lama yang telah hilang pada berbagai
macam rupa hak.
4. Keempat, disebabkan oleh attawalludu minal mamluk, yakni pemilikan atau
hak yang tidak dapat di gugat dan merupakan dasar-dasar yang telah tetap
(seperti susu lembu merupakan hak bagi pemilik lembu).
9
Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah: Dalam Perspektif Kewenangan Peradilan
Agama, (Jakarta: Prenadamedia, 2016), hal. 47-49.
17
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa konsumen menurut Undang-
undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dijelaskan konsumen
adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam
masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun
makhluk hidup lain.
Hukum ekonomi islam merupakan kumpulan peraturan yang berkaitan
dengan aktivitas ekonomi, seperti jual beli, perdagangan, dan perniagaan yang
didasarkan pada hukum Islam. Sumber dari hukum ekonomi islam adalah Al-
Qur‟an dan As-sunnah. lemahnya kedudukan konsumen di dalam perekonomian
memunculkan sebuah undang-undang yang mengatur tentang perlindungan
konsumen. Tujuannya agar konsumen bisa memiliki kebebasan atas hak-hakya
sebagai konsumen.
Hak yang dimiliki oleh konsumen yang sudah diatur dalam Undang-
undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Hak konsumen
berada pada pasal 4 dan kewajibannya ada pada pasal 5. Sedangkan, untuk hak
produsen atau pelaku usaha ada pada pasal 6. konsumen harus menyadari akan
hak-haknya sebagai seorang konsumen sehingga dapat melakukan pengawasan
sosial (social control) terhadap perbuatan dan perilaku pengusaha dan
pemerintah.
Harta merupakan sesuatu yang dapat dimiliki dan disimpan untuk
keperluan tertentu dan hal itu terutama menyangkut yang kongkrit. Pembagian
harta ada beberapa jenis, yaitu harta mutaqawwim dan harta ghair al-
mutaqawwim, mal mitsli dan mal qimi, mal istihlak dan mal isti‟mal, Mal
Manqul dan mal ghair al-manqul, harta „ain dan dayn, harta nafi‟i, Harta
mamluk, mubah dan mahjur, harta dapat dibagi dan tidak dapat dibagi, harta
pokok dan hasil, harta khas dan „am. Dalam Islam kepemilikan harta dibagi atas
kepemilikan pribadi atau individu, kepemilikan bersama atau komunal/umum
dan kepemilkan milik negara.
20
21
B. Saran
Demikianlah yang dapat kami uraikan tentang kedudukan
produsen dan konsumen dalam bisnis syariah, kami menyarankan
kepada para pembaca makalah ini yang ingin mengetahui lebih dalam
lagi tentang kedudukan produsen dan konsumen untuk mencari
referensi melalui berbagai media yang ada. Karena dalam penulisan
makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan dan kesalahan, baik
dari segi penulisan maupun segi penyusunan kalimatnya. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kepada para pembaca makalah ini agar
memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun.
DAFTAR RUJUKAN
22