TENTANG RIBA
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Tafsir Ayat Ekonomi
yang Diampu Oleh :
Moh. Nadhir Mu’ammar, S.Th.I., M.Ud
Di Susun Oleh:
Kelompok 5
Cecep Abdul Salam 192001007
Ding Aisyah Fabillah 192001008
Salma Azmilah 192001019
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Tafsir ayat
ekonomi“ayat-ayat al-quran tentang riba”. Semoga makalah ini dapat memberikan
wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca
khususnya para Mahasiswa/i Sekolah Tinggi Agama Islam Manggala.
Saya sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna. Untuk itu, kepada dosen pengampu kami meminta masukannya demi
perbaikan pembuatan makalah saya di masa yang akan datang dan
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................4
A. Pengertian dan Macam-Macam Riba....................................................................4
B. Ayat-Ayat Al-Qur’an tentang Riba.......................................................................7
C. Cara Menghindari Riba dalam Kehidupan..........................................................12
BAB III PENUTUP........................................................................................................14
A. Kesimpulan.........................................................................................................14
B. Saran....................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULLUAN
A. Latar Belakang
Ekonomi Islam secara jelas membedakan antara uang (money) dengan modal
(capital). Dalam konsep Islam, uang adalah flow concept, sedangkan capital
adalah stock concept. Dalam perekonomian, semakin cepat uang berputar akan
berdampak pada semakin baiknya tingkat ekonominya. Dalam kerangka pikir
inilah, Islam menganjurkan qardh dan sedekah yang secara makro akan
mempercepat perputaran uang dalam perekonomian.[CITATION Adi01 \p 24 \l 1057 ]
Dalam konsep ekonomi Islam tidak dikenal motif kebutuhan uang untuk
spekulasi, karena spekulasi tidak dibolehkan. Kebalikan dari sistem ekonomi
konvensional yang memberikan bunga atas modal. Ekonomi Islam malah
menjadikan modal sebagai objek zakat. Dalam ekonomi Islam, uang adalah
barang public, sedangkan capital adalah barang pribadi. Karenanya, penimbunan
uang (dibiarkan tidak produktif) berarti mengurangi jumlah uang yang beredar.
Bila diibaratkan darah, perekonomian akan kekurangan darah alias kelesuan
ekonomi alias stagnasi. Berkembangnya bank-bank syariah di negeri-negeri Islam
berpengaruh ke Indonesia, pada awal periode 1980-an. Diskusi tentang ekonomi
syariah sebagai pilar ekonomi Islam mulai dilakukan, para tokoh yang terlibat
1
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan macam-macam riba?
2. Apa saja ayat-ayat al-Quran yang membahas tentang riba?
3. Bagaimana cara menghindari riba dalam kehidupan?
3
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang pengertian dan macam-macam riba.
2. Untuk mengetahui tentang ayat-ayat Al-Quran yang membahas riba.
3. Untuk mengetahui tentang cara menghindari riba dalam kehidupan.
BAB II
PEMBAHASAN
4
5
c. Kamalludin bin Al-Hammam dari Hanafiah riba adalah kelebihan yang sunyi
(tidak disertai) dengan imbalan yang disyaratkan dalam jual beli.
d. Syafi’iyah riba adalah akad atas ‘iwadh (penukaran) tertentu yang tidak
diketahui persamaannya dalam ukuran syara’ pada waktu akad atau dengan
mengakhirkan (menunda) kedua penukaran tersebut atau salah satunya.
2) Riba Jahiliyyah
Adanya tambahan nilai hutang karena adanya tambahan tempo
pembayaran hutang disebabkan peminjam tidak mampu membayar hutang
pada waktunya. Praktik riba seperti ini banyak diterapkan pada masa
jahiliyah. Contohnya pemberi hutang berkata kepada pihak penerima hutang
saat jatuh tempo, “kamu lunasi hutang sekarang sesuai jumlah kamu
5
Pertukaran atau jual beli barang ribawi dengan kuantitas, kualitas, atau
kadar takaran yang berbeda. Barang ribawi itu sendiri disebutkan dalam
hadits sebagai emas, perak, gandum, gandum merah, garam, dan kurma.
Dalam hadits lain disebutkan sebagai emas, perak, dan bahan makanan.
Sehingga dalam Islam, untuk barang barang tersebut pertukaran yang
dilakukan harus lah memenuhi jumlah dan kualitas yang sama.
Contoh praktik riba fadhl misalnya seseorang menukar 10 gram emas (20
karat) dengan 11 gram emas (19 karat). Contoh lainnya 2 kilo gandum
berkualitas baik ditukar dengan 3 kilo gandum berkualitas buruk.
2) Riba Nasi’ah
Penangguhan penyerahan atau penerimaan jenis barang ribawi dengan
jenis barang ribawi lainnya. Riba ini mirip dengan riba fadhl hanya saja ada
perbedaan pada serah terima barang jual beli.
Contohnya dua orang saling bertukar emas. Satu orang memiliki emas 24
karat ingin ditukar dengan emas 24 karat dengan timbangan yang sama. Akan
tetapi emas 24 karat yang satunya baru diserahkan satu bulan setelah
perjanjian transaksi disetujui masing-massing pihak padahal harga emas bisa
saja berubah sewaktu-waktu.[CITATION Muh03 \p 41 \l 1057 ]
7
”Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah
pada harta manusia, Maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. dan
apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk
mencapai keridhaan Allah, Maka (yang berbuat demikian) Itulah orang-
orang yang melipat gandakan (pahalanya).”
Disini Allah menrangkan bahwa riba memang menambah harta orang
yang mengambilnya. Riba yang diperoleh dari tambahan atas
pengembalian pokok pinjaman dan pertukaran barang ribawi dengan nilai
yang berbeda benar-benar menambah hata orang yang menganbilnya.
Namun tidak menambah pahala di sisi Allah sebagaimana orang
bersedekah. Oleh karena itu, Allah langsung membandingkan dengan
zakat yang dapat menambah pahala di sisi Allah sekaligus membersihkan
harta manusia. Sebagaimana telah diterangkan bahwa Allah memusnahkan
riba dan menyuburkan shadakah ,”yamhaqullahur-riba wa yurbish-
shadaqati .” (QS. Al Baqarah: 276).
Perbandingan antara riba dan zakat menunjukkan bahwa riba terkesan
mengambil harta orang lain tanpa ada transaksi penyeimbang, sedangkan
7
melipat gandakan, riba melipat gandakan harta sedangkan zakat melipat gandakan
pahala.
karena itu, Allah telah menyediakan untuk orang-orang kafir dan berbuat
aniaya tersebut siksa yag pedih.
9
Ketiga, Barang yang Dijual Telah Memiliki Ijin. Dalam hal ini adalah
kondisi barang yang diperjualbelikan merupakan barang pribadi dan bukannya
milik orang lain. Adapun ketika barang tersebut merupakan milik orang lain,
hendaknya orang yang akan menjualnya telah mendapatkan ijin dari si pemilik.
Asal usul keberadaan barang harus jelas dan bukanlah barang hasil curian.
Terakhir, Barang Halal. Anda tidak boleh menjual barang haram yang
memberi dampak buruk bagi si penjual maupun pembeli. Beragam barang
haram yang tidak boleh diperjualbelikan adalah barang hasil curian, babi,
patung, minuman keras, anjing dan barang-barang haram lainnya.
3. Lakukan transaksi yang diperbolehkan
Transaksi yang diperbolehkan dalam Islam ada beberapa jenis transaksi,
dimana salah satunya adalah transaksi mudharabah. Transaksi yang satu ini
diperbolehkan untuk menghindari datangnya riba. Jenis transaksi lain yang
dapat dilakukan untuk menghindari riba yaitu dengan cara salam dan muajjal.
Transaksi salam adalah ketika jual beli dilakukan dengan cara melakukan
pembayaran terlebih dahulu sementara barang yang diinginkan akan diberikan
belakangan. Untuk transaksi muajjal, transaksi jenis ini dapat dilakukan dengan
cara menaikan harga saat berlangsungnya transaksi.
4. Berhutang pada lembaga khusus
Sekarang telah ada beberapa lembaga khusus yang menangani utang
piutang tanpa riba. Hal ini dilakukan dalam rangka mewujudkan solidaritas
antar umat. Selain masalah hutang piutang, maka bagi anda yang ingin
menyimpan uang sebaiknya tidak menggunakan bank yang memberi bunga di
dalamnya. Carilah bank syariah yang dijalankan dengan cara islami.
5. Saling membantu
Saling bantu merupakan hal baik yang dapat dilakukan untuk menghindari
riba. Perbanyak sedekah dan membantu orang fakir merupakan hal baik yang
tidak menyebabkan uang atau harta kita berkurang dan malah kebalikannya.
6. Menanamkan sifat qonaah pada diri sendiri
Sifat qonaah dapat dilakukan dengan senantiasa bersyukur atas apapun
yang diberikan kepada anda. Berhenti menatap keatas dan mulailah melihat
kebawah. Hal ini menghindarkan anda dari rasa kurang dan akan mulai
bersyukur anda tidak berada pada kondisi yang sangat kekurangan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
Adiwarman Karim. (2001). Ekonomi Islam suatu Kajian Kontemporer. Jakarta: Gema
Insani Press.
Antonio, M. S. (2003). Bank Syari’ah Dari Teori Ke Praktek. Jakarta: Gema Insani Press.
https://kaba12.co.id/2020/02/05/ingin-terhindar-dari-riba-ini-yang-perlu-dilakukan/.
(t.thn.). dikutip pada tanggal 07 Februari 2021 pukul 19:07
15