Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH BANK DAN LKNB SYARI’AH

(BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH )

Dosen Pembimbing : Yuliani, Ma


Mata Kuliah : Bank Dan LKNB Syari’ah
Jurusan / Semester : Akhwal Syahkshiyan VII

Disusun Oleh :
Kelompok II

1. Riyan Juliantoro
2. Muhammad Refli Reynaldi
3. Lili Zuliawati

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


JAMA’IYAH MAHMUDIYAH
TANJUNG PURA KABUPATEN LANGKAT

2021
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa


atas ridho dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah
ini dengan penuh keyakinan serta usaha maksimal. Semoga dengan
terselesaikannya tugas ini dapat memberi pelajaran positif bagi kita semua.
Selanjutnya penulis juga ucapkan terima kasih kepada Ibu Yiliana
M.Eyang telah memberikan tugas Makalah ini kepada kami sehingga dapat
memicu motifasi kami untuk senantiasa belajar lebih giat dan menggali ilmu lebih
dalam khususnya mengenai “Bank Pembiayaan Rakyat Syariah ” sehingga
dengan kami dapat menemukan hal-hal baru yang belum kami ketahui.
Terima kasih juga kami sampaikan atas petunjuk yang di berikan sehingga
kami dapat menyelasaikan tugas Makalah ini dengan usaha semaksimal mungkin.
Terima kasih pula atas dukungan para pihak yang turut membantu
terselesaikannya laporan ini, ayah bunda, teman-teman serta semua pihak yang
penuh kebaikan dan telah membantu penulis.
Terakhir kali sebagai seorang manusia biasa yang mencoba berusaha
sekuat tenaga dalam penyelesaian Makalah ini,  tetapi tetap saja tak luput dari
sifat manusiawi yang penuh khilaf dan salah, oleh karena itu segenap saran
penulis harapkan dari semua pihak guna perbaikan tugas-tugas serupa di masa
datang.

Tanjung Pura, Oktober 2021

Tim Penyusun
Kelompok 2 ( Dua)

DAFTAR IS

i
KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................1

C. Tujuan Pembahasan......................................................................................1

BAB II......................................................................................................................2

PEMBAHASAN......................................................................................................2

A. Pengertian BPR Syariah................................................................................2

B. Dasar Pemikiran Beroperasinya BPR Syariah..............................................2

C. Landasan Hukum..........................................................................................3

D. Tujuan Didirikan Bpr Syariah.......................................................................4

E. Kegiatan Usaha BPRS..................................................................................5

F. Produk-Produk BPR Syariah........................................................................6

G. Kendala Perkembangan BPR Syariah...........................................................8

H. Perbedaan BPR Syariah Dengan BPR Konvensional.................................10

BAB III..................................................................................................................11

PENUTUP..............................................................................................................11

A. Kesimpulan.................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Perkembangan ekonomi syariah cukup pesat beberapa tahun belakangan


terutama pada sektor perbankan. Gagasan adanya lembaga perbankan yang
beroperasi berdasarkan prinsip syariah Islam berkaitan erat dengan gagasan
terbentuknya ekonomi Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al-hadits.
Larangan terutama berkaitan dengan kegiatan-kegiatan bank yang dapat
diklasifikasikan sebagai riba. Perbedaan utama antara kegiatan bank berdasarkan
prinsip syariah dengan bank konvensional pada dasarnya terletak pada sistem
pemberian imbalan atau jasa dari dana.

Bank Pembiayaan Rakyat merupakan salah satu bidang perbankan yang


mulai menerapkan sistem ekonomi syariah. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS) adalah salah satu lembaga keuangan perbankan syariah, yang pola
operasionalnya mengikuti prinsip-prinsip syariah ataupun muamalah Islam. BPR
Syariah didirikan sebagai langkah aktif dalam restrukturisasi perekonomian
Indonesia yang dituangkan dalam berbagai paket kebijaksanaan keuangan,
moneter, dan perbankan secara umum, dan secara khusus mengisi peluang
terhadap kebijaksanaan Bank Konvensional dalam penetapan tingkat suku bunga
(rate of interest). Selanjutnya BPR Syariah secara luas dikenal sebagai sistem
perbankan bagi hasil atau sistem perbankan Islam.

Oleh karena itu, pemaparan makalah ini dimaksudkan untuk mengenal


lebih jauh lagi tentang BPR Syariah.

B. Rumusan Masalah

a. Apa pengertian Bank Pembiayaan Rakyat Syariah?


b. Apa tujuan, Dasar, Latar Belakang Pemikiran BPR Syariah ?
c. Apa Perbedaan BPR Syariah dan BPR Konvensional ?

1
C. Tujuan Pembahasan

a. Untuk mengetahui pengertian Bank Pembiayaan Rakyat Syariah


b. Untuk mengetahui tujuan, Dasar, Latar Belakang Pemikiran BPR Syariah
c. Untuk mengetahui Perbedaan BPR Syariah dan BPR Konvensional

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian BPR Syariah

Menurut (Pasal 1 ayat 3) Undang-undang (UU) Perbankan No.7 Tahun


1992, Bank Pembiayaan Syari’ah adalah lembaga keuangan yang menerima
simpanan uang hanya dalam bentuk deposito berjangka tabungan, dan atau bentuk
lainnya yang dipersamakan dalam bentuk itu dan menyalurkan dana sebagai usaha
BPR. Sedangkan menurut (pasal 1 ayat 4) No. 10 tahun 1998, disebutkan bahwa
BPR adalah lembaga keuangan bank yang melaksanakan kegiatan usahanya

2
secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah. Dengan demikian, Bank
Perkreditan Rakyat Syari’ah dapat didefinisikan sebagai sebuah lembaga
keuangan sebagaimana Bank Perkreditan Rakyat yang konvensional, yang
operasionalnya memakai prinsip-prinsip syariah.

B. Dasar Pemikiran Beroperasinya BPR Syariah

Berdirinya BPR Islam di Indonesia selain didasari oleh tuntutan


bermuamalah secara Islam yang merupakan keinginan kuat dari sebagian besar
umat Islam di Indonesia, juga sebagai langkah aktif dalam rangka restrukturisasi
perekonomian Indonesia yang dituangkan dalam berbagai paket kebijaksanaan
keuangan, moneter, perbankan secara umum. Secara khusus adalah mengisi
peluang terhadap kebijaksanaan yang membebaskan bank dalam penetapan
tingkat suku bunga (rate interest), yang kemudian dikenal dengan bank tanpa
bunga.1

C. Landasan Hukum

Pada dasarnya, pendirian BPR Syariah mempunyai tujuan yang utama.


Yang pertama yaitu menghindari riba; dan yang kedua yaitu mengamalkan
prinsip-prinsip syariah dalam perbankan khususnya Bank Perkreditan Rakyat
untuk tujuan kemaslahatan.

Di dalam Al-Qur’an, beberapa ayat yang menyinggung tentang pelarangan


riba, di antaranya QS Ar-Rum [30]:39, QS. Al-Baqarah [2]:275, QS. Al-Baqarah
[4]:130, QS. An-Nisa[4]: 146, QS. Al-Baqarah [2]:276, dan QS. Al-Baqarah
[2]:278.

Selanjutnya, banyak hadits yang terkait dengan pelarangan riba. Salah


satunya yaitu:

1
Warkum Sumitro, (2004), Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait, Raja
Grafindo Persada, Jakarta, hal. 129

3
“Rasulullah SAW melaknat orang yang memakan riba, orang yang member
makan riba, penulis dan saksi riba. Kemudian mereka bersabda: mereka semua
adalah sama (HR.Muslim)

Untuk pengamalan prinsip-prinsip syariah, hal ini merupakan kewajiban


bagi kita untuk menuangkannya ke semua aspek kehidupan, termasuk di dalam
perbankan.ketentuan ini mengacu pada kaidah fiqih, yang artinya ‘apabila hukum
syara’ dilaksanakan, maka pastilah akan tercipta kemaslahatan.2

Bank syariah berdiri pertama kali di Indonesia sekitar tahun 1992


didasarkan pada Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagai landasan hukum
bank dan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1992 tentang Bank Umum
berdasarkan prinsip bagi hasil sebagai landasan hokum Bank Umum Syariah dan
Peraturan Pemerintah Nomor 73 tentang Bank Perkreditan Rakyat berdasarkan
prinsip bagi hasil sebagai landasan hokum Bank Perkreditan Rakyat Syariah.
Sesuai dengan perkembangan perbankan maka Undang-undang Nomor 7 tahun
1992 tentang perbankan disempurnakan dengan Undang-undang Nomor 10 tahun
1998 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 7 tahun1992 tentang perbankan
dan juga tercakup hal-hal yang berkaitan dengan perbankan syariah.

Masih banyak pasal lain yang mengatur tentang perbankan syariah oleh
karena dalam undang-undang nomor 10 tahun 1998 telah dibahas bank syariah,
pemerintah mencabut dua peraturan pemerintah tersebut diatas dengan peraturan
pemerintah nomor 30 tahun 1998. Sebagai peraturan pelaksanaannya Bank
Indanesia mulai tahun 1999 banyak mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia yang
mengatur bank syariah. Ketentuan-ketentuan ini yang merupakan landasan hukum
berdirinya Bank Perkreditan Rakyat Syariah dan Bank Umum Syariah seperti
Bank Syariah Mandiri, Bank Mega Syariah dan beberapa cabang syariah dari
bank konvensional, seperti BRI Syariah, BNI Syariah, BTN Syariah, Bank Jabar
Syariah dsb.

2
Burhanuddin Susanto, Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, UII Press, Yogyakarta, hal.31

4
Pada tahun-tahun berikutnya, Bank Indonesia (BI) merevisi aturan Bank
Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS). Ketentuan baru ini dibuat untuk memberikan
landasan hukum yang lebih jelas mengenai syarat dan tata cara pendirian BPRS.
Aturan baru ini tertuang dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/23/PBI/2009
tentang Bank Pembiayaan Rakyat Syariah, yang mulai berlaku 1 Juli 2009.

D. Tujuan Didirikan Bpr Syariah

Tujuan didirikannya BPR Syariah adalah:3

1. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat Islam terutama kelompok


masyarakat lemah yang pada umumnya berada di daerah pedesaan.
2. Menambah lapangan kerja terutama di tingkat kecamatan, sehingga dapat
mengurangi arus urbanisasi.
3. Membina ukhuwah Islamiyah melalui kegiatan ekonomi dalam rangka
peningkatan pendapatan per kapita menuju kualitas hidup yang memadai.

Djazuli dan Yadi Janwari menjabarkan tiga tujuan diatas menjadi lima tujuan,
yaitu (Djazuli, 2002: 108)

1. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat Islam, terutama masyarakat


golongan ekonomi lemah yang pada umumya berada di daerah pedesaan.

2. Meningkatkan pendapatan per kapita

3. Menambah lapangan kerja terutama di tingkat kecamatan.

4. Mengurangi urbanisasi.

5. Membina semangat Ukhuwah Islamiyah melalui kegiatan ekonomi.

3
Warkum Sumitro, (2004), Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait, Raja
Grafindo Persada, Jakarta, h.129-130

5
E. Kegiatan Usaha BPRS

Berdasarkan UU Perbankan No. 10 tahun 1998, kegiatan usaha BPRS


melingkupi:4

1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa


deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan
dengan itu.

2. Memberikan kredit.

3. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip


syariah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan pemerintah.

4. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI),


deposito berjangka, sertifikat deposito, dan atau tabungan pada bank lain.

Pembatasan usaha BPRS syariah secara tegas dijelaskan dalam pasal 27


SK Direktur BI No. 32/36.KEP/DIR/1999. Menurut surat keputusan ini, kegiatan
operasional BPR syariah adalah:

1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan yang meliputi:


a) Tabungan berdasarkan prinsip wadiah atau mudharabah.
b) Deposito berjangka berdasarkan prinsip mudharabah.
c) Bentuk lain yang menggunakan prinsip wadiah atau mudharabah.
2. Melakukan penyaluran dana melalui:
a) Transaksi jual-beli berdasarkan prinsip:
 Mudharabah
 Istishna
 Ijarah
4
Burhanuddin Susanto, Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, UII Press, Yogyakarta, h.197-
198

6
 Salam
 Jual beli lainnya.
b) Pembiayaan bagi hasil berdasarkan prinsip:
 Mudharabah
 Musyarakah
 Bagi hasil lainnya
c) Pembiayaan lain berdasarkan prinsip:
 Rahn
 Qardh
3. Melakukkan kegiatan lain yang lazim dilakukan BPR Syariah sepanjang
disetujui oleh Dewan Syariah Nasional.

Keterangan lebih lanjut tentang kegiatan usaha BPRS diatur dalam


Peraturan Bank Indonesia No. 6/17/PBI/2004. Namun pada dasarnya, kegiatan
operasional BPRS lebih terbatas jika dibanding dengan bank umum syariah. Hal
ini dapat dilihat dalam SK Direktur BI No. 32/36/KEP/DIR/1999. Sedangkan
kegiatan yang dilarang, berdasarkan pasal 14 UU No.17 tahun 1992, yaitu:

1. Menerima simpanan dalam bentuk giro dan ikut serta dalam lalu lintas
pembayaran

2. Melakukan kegiatan usaha dalam bentuk valuta asing

3. Melakukan penyertaan modal

4. Melakukan usaha perasuransian

5. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana disebutkan pada


kegiatan usaha yang boleh dilakukan oleh BPRS

7
F. Produk-Produk BPR Syariah

Pada dasarnya, konsep dasar operasional BPR Islam, sama dengan konsep
dasar operasional pada Bank Muamalat Indonesia, yaitu: 1) Sistem Simpanan
murni (al-wadiah), 2) Sistem bagi hasil, 3) sistem jual beli dan marjin
keuntungan, 4) sistem sewa, dan 5) sistem upah (fee).5

Untuk produk-produk6 yang ditawarkan BPR Syariah secara garis besar,


yaitu:

1. Mobilisasi Dana Masyarakat

Bank akan mengerahkan dana masyarakat dalam berbagai bentuk seperti


menerima simpanan wadi’ah, adanya fasilitas tabungan dan deposito berjangka.
Fasilitas ini dapat digunakan untuk menitip shadaqah, infaq, zakat, persiapan
ongkos naik haji (ONH), dll.

 Simpanan amanah

Bank menerima titipan amanah berupa dana infaq, shadaqah dan zakat.
Akan penerimaan titipan ini adalah wadi’ah yakni titipan yang tidak menanggung
resiko. Bank akan memberikan kadar profit dari bagi hasil yang didapat melalui
pembiayaan kepada nasabah.

 Tabungan wadi’ah

Bank menerima tabungan pribadi maupun badan usaha dalam bentuk


tabungan bebas. Akad penerimaan yang digunakan sama yakni wadi’ah. Bank
5
Warkum Sumitro, (2004), Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait, Raja
Grafindo Persada, Jakarta, h.129-130
6
Ada perbedaan pendapat dalam memberikan definisi. Bagi Warkum Sumitro, produk-produk
BPR Syariah adalah Kegiatan-kegitan, sedangkan menurut Heri Sunandar adalah Usaha-Usaha
BPR Syariah.

8
akan memberikan kadar profit kepada nasabah yang dihitung harian dan dibayar
setiap bulan. 

 Deposito wadi’ah / deposito mudharabah

Bank menerima deposito berjangka pribadi maupun badan usaha. Akad


penerimaannya wadi’ah atau mudharabah, dimana bank menerima dana yang
digunakan sebagai penyertaan sementara dalam jangka 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan,
12 bulan, dst. Deposan yang menggunakan akad wadi’ah mendapat nisbah bagi
hasil keuntungan lebih kecil dari mudharabah bagi hasil yang diterima dalam
pembiayaan nasabah setiap bulan.

2. Penyaluran Dana
 Pembiayaan mudharabah

Perjanjian antara pemilik dana (pengusaha) dengan pengelola dana (bank)


yang keuntungannya dibagi menurut rasio sesuai dengan kesepakatan. Jika
mengalami kerugian maka pengusaha menanggung kerugian dana, sedangkan
bank menanggung pelayanan materiil dan kehilangan imbalan kerja.

 Pembiayaan musyarakah

Perjanjian antara pengusaha dengan bank, dimana modal kedua pihak


digabungkan untuk sebuah usaha yang dikelola bersama-sama. Keuntungan dan
kerugian ditanggung bersama sesuai kesepakatan awal.

 Pembiayaan bai bitsaman ajil

9
Proses jual beli antara bank dan nasabah, dimana bank menalangi lebih
dulu pembelian suatu barang oleh nasabah, kemudian nasabah akan membayar
harga dasar barang dan keuntungan yang disepakati bersama.

 Pembiayaan murabahah

Perjanjian antara bank dan nasabah, dimana bank menyediakan


pembiayaan untuk pembelian bahan baku atau modal kerja yang dibutuhkan
nasabah, yang akan dibayar kembali oleh nasabah sebesar harga jual bank (harga
beli bank plus margin keuntungan saat jatuh tempo).

 Pembiayaan qardhul hasan

Perjanjian antara bank dan nasabah yang layak menerima pembiayaan


kebajikan, dimana nasabah yang menerima hanya membayar pokoknya dan
dianjurkan untuk memberikan ZIS.

 Pembiayaan Istishna’

Pembiayaan dengan prinsip jual beli, dimana BPRS akan membelikan


barang kebutuhan nasabah sesuai kriteria yang telah ditetapkan nasabah dan
menjualnya kepada nasabah dengan harga jual sesuai kesepakatan kedua belah
pihak dengan jangka waktu serta mekanisme pembayaran/pengembalian
disesuaikan dengan kemampuan/keuangan nasabah.

 Pembiayaan Al-Hiwalah

Penggambil alihan hutang nasabah kepada pihak ketiga yang telah jatuh
tempo oleh BPRS, dikarenakan nasabah belum mampu untuk membayar tagihan
yang seharusnya digunakan untuk melunasi hutangnya. Pembiayaan ini
menggunakan prinsip pengambil alihan hutang, dimana BPRS dalam hal ini akan

10
mendapatkan ujroh/ fee dari nasabah yang besar dan cara pembayarannya
berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.

 Jasa Perbankan Lainnya

Secara bertahap bank akan menyediakan jasa untuk memperlancar


pembayaran berupa proses transfer dan inkaso, pembayaran rekening air, listrik,
telepon, angsuran KPR, dll.

Bank juga mempersiapkan bentuk pelayanan berupa dana talang


berdasarkan pembiayaan bai salam.

G. Kendala Perkembangan BPR Syariah

1. Kiprah BPR Syariah kurang dikenal masyarakat sebagai BPR yang


berprinsipkan syariah. Bahkan masih ada anggapan bahwa BPR Syariah itu
sama saja dengan BPR konvensional.
2. Sulitnya meningkatkan profesionalitas karena terhalang oleh sumber daya
yang ada. Sehingga mengakibatkan lambatnya respon terhadap permasalahan
ekonomi yang muncul.
3. Kurang adanya koordinasi di antara BPR Syariah, demikian juga dengan bank
syariah dan BMT.
4. Aktivitas BPR syariah di bidang keuangan menyebabkan tidak tersedianya
waktu untuk melakukan aktivitas yang berhubungan dengan syiar islam.
Padahal syiar islam –selain di bidang keuangan- sangat penting bagi
kehidupan masyarakat secara umum.
5. Nama Bank Perkreditan Rakyat Syariah, masih menyisakan kesan sistem BPR
Syariah menggunakan sistem BPRS konvensional.7
Selain itu, kendala terjadi pada pengembangan produk syariah (secara
umum terjadi pada pengembangan perbankan syariah). Berikut tabel yang
menerangkan kendala-kendala tersebut:

7
Ibid. Hal. 99-100

11
Kendala bagi bank
Hukum syariah jika tetap
Produk syariah Hukum syariah
positif/perbankan berpegang kepada
produk syariah
 Mudharabah Dana (modal) tidak  Dijamin (liabilitas,  Bank harus menanggun
boleh dijamin deposito/tabungan) semua kewajiban
 musyarakah  Bank boleh meminta  tidak berbeda dengan
jaminan tergantung bank konvensional
resiko (asset)
murabahah  Bank menjual  Jika dilakukan jual  Bank akan terkena
kepada nasabah beli harus ada akta pajak pembelian
jual beli
 Tidak boleh  Harus ada bukti  Tanda terima barang
diwakilkan kepada penerimaan uang oleh oleh nasabah tidak bisa
nasabah yang nasabah dijadikan bukti
menganjukan
pembiayaaan untuk
membeli barang
Salam  Setelah dibayar,  Petani berhutang uang,  Resiko harga gabah yang
petani berhutang harus mengembalikan fluaktif akan merugikan
gabah yang akan uang bank
diantar kemudian
Istisna  Setelah dibayar  Penjual berhutang uang,  Jika barang itu pesanan
(sebagian), penjual harus mengembalikan bohir, bank beresiko
(nasabah berhutang uang tidak dibayar bila
barang yang akan terdapat cacat pada
diantar kemudian barang
Ijarah muntahia  Syariah hanya  Operating lease  Bank sulit
bittamlik mengenal operating adalah produk mengeluarkan nasabah
lease. perusahaan jasa. yang menyewa dari
Finance & capital rumahnya
lease adalah produk
perusahaan keuangan
 Jika ada opsi beli,  Opsi bersifat  Merugikan salah satu
maka itu hanya mengikat jika pihak bila opsi tidak
mengikat bila dimasukkan dalam dilaksanakan
diakadkan di akhir perjanjian
masa sewa (tidak
boleh dua
akad/kontrak
dijadikan satu)

H. Perbedaan BPR Syariah Dengan BPR Konvensional

Pada dasarnya aktivitas Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) tidak


jauh berbeda dengan BPR pada umumnya, perbedaannya terletak pada konsep
dasar operasionalnya yang berlandaskan pada ketentuan-ketentuan Islam. Hal
pokok yang menjadi faktor pembeda BPR Syariah dengan BPR konvensional

12
yaitu adanya insentif bunga pada BPR Konvensional dan insentif bagi hasil pada
BPR Syariah.

Selain itu, penyaluran dana pada BPR Konvensional ke masyarakat


disebut dengan “kredit” serta dalam menentukan harga atau cara penentuan
keuntungan yang akan diperoleh manajemen bank menggunakan prinsip bunga.
Sedangkan pada BPR Syariah, penyaluran dana ke masyarakat disebut dengan
“pembiayaan” serta menggunakan prinsip-prinsip yang sesuai dengan ajaran
agama islam. Prinsip-prinsip tersebut adalah prinsip bagi hasil (mudharabah).
Prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli barang dengan
memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal
berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah) atau dengan adanya
pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain
(ijarah wa iqtina).

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah dapat didefinisikan sebagai sebuah


lembaga keuangan sebagaimana Bank Perkreditan Rakyat yang konvensional,
yang operasionalnya memakai prinsip-prinsip syariah.

Sejak tahun 1992, yaitu pada saat diluncurkannya UU Perbankan No.


7/1992, operasi Perbankan di Indonesia diperkaya dengan bentuk oeperasi yang
berdasarkan pada Syariah Islam, yaitu sistem bagi-hasil (profit-sharing system).
UU perbankan yang baru No. 10/1998 semakin kondusif tumbuhnya bank syariah
dengan diperkenankannya bank konvensional beroperasi dengan dual system,
yaitu sistem konvensional dan sistem bagi-hasil. Namun demikian, sebagai bank
yang relatif baru dalam menggunakan sistem bagi-hasil, BPR Syariah menghadapi
banyak tantangan dan memiliki beberapa kelemahan di samping kesempatan dan
kekuatan yang dimilikinya, oleh karena itu manajemen yang profesional dan
amanah sangat diperlukan dalam mengoperasikannya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Burhanuddin Susanto, Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, UII Press,


Yogyakarta.

Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi dan Ilustrasi,
Yogyakarta: Ekonisia, 2008.

M. Luthfi Hamidi, Jejak-Jejak Ekonomi Syariah, Senayan Abadi Publishing,


Jakarta Selatan: 2003.
Muhammad. Bank Syariah, Analisis kekuatan, Peluang, Kelemahan dan
Ancaman. Yogyakarta, Ekonosia: 2006.
Warkum Sumitro, (2004), Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga
Terkait, Raja Grafindo Persada, Jakarta: 2004.
Zainul Arifin, Memahami Bank Syariah – Lingkup Peluang, Tantangan, dan
Prospek, AlvaBet, Jakarta: 2000.

15

Anda mungkin juga menyukai