DISUSUN OLEH :
DEVITA WULANDARI
DIAH AYU LESTARI
ERICA DELLA ROSA
DOSEN PENGAMPU :
1
KATA PENGANTAR
Penulis
2
DAFTAR ISI
COVER..................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang...........................................................................................1
2. Rumusan Masalah……………………………………………………......2
3. Tujuan…………………………………………………………………….2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian……………………………………………………………….. 3
B. Dasar Pemikiran Beroprasinya BPR Syariah…………………………….…..3
C. Landasan Hukum………………………………………………………....3
D. Sejaran berdirinya BPRS…………………………………………………4
E. Tujuan didirikan BPRS………………………………………………...…5
F. Strategi oprasional………………………………………………………...5
G. Kegiatan usaha BPRS…………………………………………………….6
H. Produk-produk BORS………………………………………………...…7
I. Badan-badan pengembang BPRS………………………………………...9
J. Perbedaan BPRS dan BPRK…………………………………………….13
K. Pengaruh BPRS di perekonomian………………………………………..13
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ekonomi syariah cukup pesat beberapa tahun belakangan
terutama pada sektor perbankan. Gagasan adanya lembaga perbankan yang
beroperasi berdasarkan prinsip syariah Islam berkaitan erat dengan gagasan
terbentuknya ekonomi Islam yangbersumber dari AlQur’an dan Al-hadits.
Larangan terutama berkaitan dengan kegiatan-kegiatan bank yang dapat
diklasifikasikan sebagai riba. Perbedaan utama antara kegiatanbank berdasarkan
prinsip syariah dengan bank konvensional pada dasarnya terletak padasistem
pemberian imbalan atau jasa dari dana (Sri, 2005).
Bank perkreditan Rakyat merupakan salah satu bidang perbankan yang
mulai menerapkan sistem ekonomi syariah. Bank perkreditan rakyat Syariah
(BPRS) adalah salahsatu lembaga keuangan perbankan syariah, yang pola
operasionalnya mengikuti prinsip-prinsip syariah ataupun muamalah Islam. BPR
Syariah didirikan sebagai langkah aktif dalam restrukturisasi perekonomian
Indonesia yang dituangkan dalam berbagai paket kebijaksanaankeuangan,
moneter, dan perbankan secara umum, dan secara khusus mengisi
peluangterhadap kebijaksanaan Bank Konvensional dalam penetapan tingkat suku
bunga (rate ofinterest). Selanjutnya BPR Syariah secara luas dikenal sebagai
sistem perbankan bagi hasilatau sistem perbankan Islam. Oleh karena itu,
pemaparan makalah ini dimaksudkan untuk mengenal lebih jauh lagitentang BPR
Syariah.
4
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Bank Perkreditan Rakyat Syari’ah?
2. Bagaimana dasar pemikiran beroperasinya BPRSyar’ah?
3. Apa Landasan hukum BPRS?
4. Bagaimana sejarah BPRS?
5. Apa tujuan di dirikannya BPRS?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian BPRS.
2. Untuk mengetahui dasar pemikiran beroperasinya BPRSyar’ah.
3. Dapat Mengetahui Landasan hukum BPRS.
4. Mengetahui sejarah BPRS.
5. Dapat mengetahui tujuan di dirikannya BPRS.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Menurut (Pasal 1 ayat 3) Undang-undang (UU) Perbankan No.7
Tahun 1992, Bank Perkereditan Syari’ah adalah lembaga keuangan yang
menerima simpanan uang hanya dalam bentuk deposito berjangka
tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dalam bentuk itu
dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR.
Sedangkan menurut (pasal 1 ayat 4) No. 10 tahun 1998, disebutkan
bahwa BPR adalah lembaga keuangan bank yang melaksanakan kegiatan
usahanya secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah.
Dengan demikian, Bank Perkreditan Rakyat Syari’ah dapat
didefinisikan sebagai sebuah lembaga keuangan sebagaimana Bank
Perkreditan Rakyat yang konvensional, yang operasionalnya memakai
prinsip-prinsip syariah.
B. DASAR PEMIKIRAN BEROPERASINYA BPR Syariah
Berdirinya BPR Islam di Indonesia selain didasari oleh tuntutan
bermuamalah secara Islam yang merupakan keinginan kuat dari sebagian
5
besar umat Islam di Indonesia, juga sebagai langkah aktif dalam rangka
restrukturisasi perekonomian Indonesia yang dituangkan dalam berbagai
paket kebijaksanaan keuangan, moneter, perbankan secara umum. Secara
khusus adalah mengisi peluang terhadap kebijaksanaan yang
membebaskan bank dalam penetapan tingkat suku bunga (rate interest),
yang kemudian dikenal dengan bank tanpa bunga.
C. LANDASAN HUKUM
Pada dasarnya, pendirian BPR Syariah mempunyai tujuan yang utama.
Yang pertamayaitu menghindari riba; dan yang kedua yaitu mengamalkan
prinsip-prinsip syariah dalamperbankan khususnya Bank Perkreditan
Rakyat untuk tujuan kemaslahatan.
Di dalam Al-Qur’an, beberapa ayat yang menyinggung tentang pelarangan
riba, diantaranya QS Ar-Rum [30]:39, QS. Al-Baqarah [2]:275, QS. Al-
Baqarah [4]:130, QS. AnNisa[4]: 146, QS. Al-Baqarah [2]:276, dan QS.
Al-Baqarah [2]:278.
Selanjutnya, banyak hadits yang terkait dengan pelarangan riba. Salah
satunya yaitu: “Rasulullah SAW melaknat orang yang memakan riba,
orang yang member makan riba, penulis dan saksi riba. Kemudian mereka
bersabda: mereka semua adalah sama (HR.Muslim).
Untuk pengamalan prinsip-prinsip syariah, hal ini merupakan kewajiban
bagi kitauntuk menuangkannya ke semua aspek kehidupan, termasuk di
dalam perbankan.ketentuanini mengacu pada kaidah fiqih, yang artinya,
”apabila hukum syara‟ dilaksanakan, maka pastilah akan tercipta
kemaslahatan.
Bank syariah berdiri pertama kali di Indonesia sekitar tahun 1992
didasarkan padaUndang-undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagai landasan
hukum bank dan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1992 tentang
Bank Umum berdasarkan prinsip bagi hasil sebagai landasan hokum Bank
Umum Syariah dan Peraturan Pemerintah Nomor 73 tentang Bank
Perkreditan Rakyat berdasarkan prinsip bagi hasil sebagai landasan hokum
Bank Perkreditan Rakyat Syariah. Sesuai dengan perkembangan
perbankan maka Undangundang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan
disempurnakan dengan Undang-undang Nomor 10tahun 1998 tentang
Perubahan Undang-undang Nomor 7 tahun1992 tentang perbankan dan
juga tercakup hal-hal yang berkaitan dengan perbankan syariah.
Masih banyak pasal lain yang mengatur tentang perbankan syariah oleh
karena dalamundang-undang nomor 10 tahun 1998 telah dibahas bank
syariah, pemerintah mencabut duaperaturan pemerintah tersebut diatas
dengan peraturan pemerintah nomor 30 tahun 1998.Sebagai peraturan
pelaksanaannya Bank Indanesia mulai tahun 1999 banyak mengeluarkan
Peraturan Bank Indonesia yang mengatur bank syariah. Ketentuan-
ketentuan ini yangmerupakan landasan hukum berdirinya Bank
6
Perkreditan Rakyat Syariah dan Bank UmumSyariah seperti Bank Syariah
Mandiri, Bank Mega Syariah dan beberapa cabang syariah daribank
konvensional, seperti BRI Syariah, BNI Syariah, BTN Syariah, Bank Jabar
Syariah dsb.
Pada tahun-tahun berikutnya, Bank Indonesia (BI) merevisi aturan Bank
PerkreditanRakyat Syariah (BPRS). Ketentuan baru ini dibuat untuk
memberikan landasan hukum yanglebih jelas mengenai syarat dan tata
cara pendirian BPRS.
Aturan baru ini tertuang dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor
11/23/PBI/2009 tentang Bank Pembiayaan Rakyat Syariah,yang mulai
berlaku 1 Juli 2009.
7
Membina ukhuwah Islamiyah melalui kegiatan ekonomi dalam
rangka peningkatan pendapatan per kapita menuju kualitas hidup
yang memadai.
Djazuli dan Yadi Janwari menjabarkan tiga tujuan diatas menjadi lima
tujuan, yaitu (Djazuli,2002: 108)
1. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat Islam, terutama
masyarakat golonganekonomi lemah yang pada umumya berada di
daerah pedesaan
2. Meningkatkan pendapatan per kapita
3. Menambah lapangan kerja terutama di tingkat kecamatan.
4. Mengurangi urbanisasi.
5. Membina semangat Ukhuwah Islamiyah melalui kegiatan ekonomi.
F. STRATEGI OPERASIONAL
Untuk mencapai sebuah tujuan, diperlukan adanya strategi operasional,
yaitu:
1. BPR syariah tidak bersifat menunggu (pasif) terhadap datangnya
permintaan fasilitas,melainkan bersifat aktif dengan melakukan
solisitasi/penelitian kepada usahausaha yang berskala kecil yang perlu
dibantu tambahan modal, sehingga memiliki prospek bisnis yang baik.
2. BPR Islam memiliki jenis usaha yang waktu perputaran uangnya jangka
pendek dengan mengutamakan usaha skala kecil menengah.
3. BPR mengkaji pangsa pasar, tingkat kejenuhan serta tingkat
kompetitifnya produk yang akan diberi pembiayaan.
8
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan yang
meliputi:
a) Tabungan berdasarkan prinsip wadiah atau mudharabah.
b) Deposito berjangka berdasarkan prinsip mudharabah.
c) Bentuk lain yang menggunakan prinsip wadiah atau mudharabah.
2. Melakukan penyaluran dana melalui:
a) Transaksi jual-beli berdasarkan prinsip:
Mudharabah
Istishna
Ijarah
Salam
Jual beli lainnya.
b) Pembiayaan bagi hasil berdasarkan prinsip:
Mudharabah
Musyarakah
Bagi hasil lainnya
c) Pembiayaan lain berdasarkan prinsip:
Rahn
Qardh
Simpanan amanah
Bank menerima titipan amanah berupa dana infaq, shadaqah
dan zakat. Akan penerimaan titipan ini adalah wadi‟ ah yakni
titipan yang tidak menanggung resiko. Bank akan memberikan
9
kadar profit dari bagi hasil yang didapat melalui pembiayaan
kepada nasabah.
Tabungan wadi’ah
Bank menerima tabungan pribadi maupun badan usaha dalam
bentuk tabungan bebas.Akad penerimaan yang digunakan sama
yakni wadi‟ ah. Bank akan memberikan kadar profitkepada
nasabah yang dihitung harian dan dibayar setiap bulan.
Deposito wadi’ah/ deposito mudharabah
Bank menerima deposito berjangka pribadi maupun badan
usaha. Akad penerimaannya wadi‟ ah atau mudharabah, dimana
bank menerima dana yang digunakansebagai penyertaan sementara
dalam jangka 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan, dst.
Deposanyang menggunakan akad wadi‟ ah mendapat nisbah bagi
hasil keuntungan lebih kecil dari mudharabah bagi hasil yang
diterima dalam pembiayaan nasabah setiap bulan.
2. Penyaluran Dana
Pembiayaan mudharabah
Perjanjian antara pemilik dana (pengusaha) dengan pengelola
dana (bank) yang keuntungannya dibagi menurut rasio sesuai
dengan kesepakatan. Jika mengalami kerugianmaka pengusaha
menanggung kerugian dana, sedangkan bank menanggung
pelayananmateriil dan kehilangan imbalan kerja.
Pembiayaan musyarakah
Perjanjian antara pengusaha dengan bank, dimana modal
kedua pihak digabungkan untuk sebuah usaha yang dikelola
bersama-sama. Keuntungan dan kerugian ditanggung bersama
sesuai kesepakatan awal.
10
Perjanjian antara bank dan nasabah yang layak menerima
pembiayaan kebajikan,dimana nasabah yang menerima hanya
membayar pokoknya dan dianjurkan untuk memberikan ZIS.
Pembiayaan Istishna’
Pembiayaan dengan prinsip jual beli, dimana BPRS akan
membelikan barangkebutuhan nasabah sesuai kriteria yang telah
ditetapkan nasabah dan menjualnya kepadanasabah dengan harga
jual sesuai kesepakatan kedua belah pihak dengan jangka waktu
sertamekanisme pembayaran/pengembalian disesuaikan dengan
kemampuan/keuangan nasabah.
Pembiayaan Al-Hiwalah Penggambil alihan hutang nasabah
kepada pihak ketiga yang telah jatuh tempo olehBPRS,
dikarenakan nasabah belum mampu untuk membayar tagihan yang
seharusnyadigunakan untuk melunasi hutangnya. Pembiayaan ini
menggunakan prinsip pengambilalihan hutang, dimana BPRS
dalam hal ini akan mendapatkan ujroh/ fee dari nasabah yangbesar
dan cara pembayarannya berdasarkan kesepakatan kedua belah
pihak.
3. Jasa Perbankan Lainnya
Secara bertahap bank akan menyediakan jasa untuk memperlancar
pembayaranberupa proses transfer dan inkaso, pembayaran
rekening air, listrik, telepon, angsuran KPR,dll.
Bank juga mempersiapkan bentuk pelayanan berupa dana talang
berdasarkanpembiayaan bai salam.
11
II. Badan yang yang membantu dalam kegiatan yayasan pendidikan
danpengembangan bank syariah (YPBS)
Merupakan suatu bentuk kerja sama antara bank muamalat
Indonesia dengan ICMI.Yayasan ini dibentuk dalam rangka
membantu perkembangan dan mengembangkan BPRsyariah di
seluruh tanah air. Kegiatan – kegiatan YPBS antara lain :
pendidikan baik basic untuk para sarjana yang baru lulus dari
perguruan tinggi, maupunintermediate bagi para praktisi
yang telah memiliki minimal 2 tahun
pengalaman di sectorperbankan.
Membantu proses pendirian.
Memberikan technical assistance.
Selain dari beberapa usaha yang telah dilakukan diatas ada hal lain yang di
usahakanuntuk meningkatkan kegiatan operasional dalam BPR syariah yang
berkaitan denganpendidikan yakni berupa pengembangan inkubasi bisnis (INBIS).
12
konsep dasar operasionalnya yang berlandaskan pada ketentuan-ketentuan
Islam. Hal pokok yang menjadi faktor pembeda BPRSyariah dengan BPR
konvensional yaitu adanya insentif bunga pada BPR Konvensional dan
insentif bagi hasil pada BPR Syariah.
Selain itu, penyaluran dana pada BPR Konvensional ke masyarakat
disebut dengan “kredit” serta dalam menentukan harga atau cara
penentuan keuntungan yang akan diperoleh manajemen bank
menggunakan prinsip bunga. Sedangkan pada BPR Syariah, penyaluran
dana ke masyarakat disebut dengan “pembiayaan” serta menggunakan
prinsip-prinsip yang sesuai dengan ajaran agama islam. Prinsip-prinsip
tersebut adalah prinsip bagi hasil( mudharabah ). Prinsip penyertaan modal
(musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan
(murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa
murni tanpa pilihan (ijarah) atau dengan adanya pemindahan kepemilikan
atas barangyang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).
13
menerapkan secara selektif penyaluran kreditnya, bahkan disertai dengan
bimbingan kepada nasabah peminjam. Sistem bagi hasil. Lebih
meringankan nasabah dari tuntutan bayaran bunga yang memberatkan.
Sekaligus sistem bagi hasil akan menekan inflasi. Jadi, BPR Syariah amat
berperan dalam memperdayakan ekonomiummat dengan mengembangkan
ekonomi golongan lemah.
Selain itu, menurut Ketua Umum Asosiasi Bank Syariah Indonesia
(Asbisindo),Wahyu Dwi Agung, tingkat bagi hasil deposito per bulan di
BPRS dapat mencapai angka 15 hingga 16 persen. Sedangkan di bank
konvensional dalam satu bulan hanya mencapai sekitar12 hingga 13
persen. BPRS bisa memberikan bagi hasil yang lebih tinggi karena BPRS
melempar dananya ke sektor mikro. Karena marginnya besar, sehingga
bagi hasilnya juga cukup besar. Banyak kelebihan yang dimiliki BPRS
bila dibandingkan dengan bank umum, khususnya dalam pendekatan
kepada nasabah. Pendekatan kepada nasabah yang diterapkan sangat
personal. Menyederhanakan prosedur bagi nasabah yang hendak
melakukan atau menggunakan jasa. Seperti misalnya, dalam memberikan
pinjaman atau pembiayaan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bank Perkreditan Rakyat Syari’ah dapat didefinisikan sebagai sebuah
lembaga keuangan sebagaimana Bank Perkreditan Rakyat yang konvensional,
yang operasionalnya memakai prinsip-prinsip syariah. Sejak tahun 1992,
yaitu pada saat diluncurkannya UU Perbankan No.7/1992, operasi Perbankan
di Indonesia diperkaya dengan bentuk oeperasi yang berdasarkan pada
14
Syariah Islam, yaitu sistem bagi-hasil ( profit-sharing system). UU perbankan
yang baru No. 10/1998 semakin kondusif tumbuhnya bank syariah dengan
diperkenankannya bank konvensional beroperasi dengan dua system, yaitu
sistem konvensional dan sistem bagi-hasil. Namun demikian, sebagai bank
yang relatif baru dalam menggunakan sistem bagi-hasil, BPR Syariah
menghadapi banyak tantangan dan memiliki beberapa kelemahan di samping
kesempatan dan kekuatan yang dimilikinya, oleh karena itu manajemen yang
profesional dan amanah sangatdiperlukan dalam mengoperasikannya.
B. Saran
15