Anda di halaman 1dari 8

EFEK BERAGUN ASET (EBA) SYARIAH

Berdasarkan peraturan OJK No. 20/POJK.04/2015 tentang Penerbitan dan Persyaratan


Efek Beragun Aset Syariah, Efek beragun aset syariah (EBA syariah) yang diterbitkan
di pasar modal Indonesia terdiri dari dua jenis, yaitu:

1. EBA syariah berbentuk Kontrak Investasi Kolektif antara manajer investasi dan
bank kustodian (KIK-EBAS) adalah efek beragun aset yang portofolio (terdiri
dari aset keuangan berupa piutang, pembiayaan atau aset keuangan lainnya),
akad dan cara pengelolaannya tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah
di pasar modal.
2. EBA syariah berbentuk surat partisipasi (EBAS-SP) adalah Efek Beragun Aset
Syariah yang diterbitkan oleh penerbit yang akad dan portofolionya (berupa
kumpulan piutang atau pembiayaan pemilikan rumah) tidak bertentangan dengan
Prinsip Syariah di Pasar Modal serta merupakan bukti kepemilikan secara
proporsional yang dimiliki bersama oleh sekumpulan pemegang EBAS-SP.

Tidak dapat dipungkiri bahwa produk keuangan syariah semakin diminati oleh
masyarakat Indonesia.

Dengan kehadiran perbankan syariah yang menjadi angin segar di Indonesia ini
membuat para ekonom syariah membuat produk-produk syariah lainnya.

Sekarang pun dapat kita jumpai saham, reksadana syariah yang ada di pasaran dan
tentu saja sekarang juga sudah tersedia asuransi syariah.

Selain saham, reksadana dan asuransi, terdapat juga obligasi syariah yang tentunya
sesuai dengan syariat Islam.

Selain itu juga, produk syariah pun bertambah dengan adanya efek beragunan aset
(EBA) syariah. Apakah itu efek beragunan aset (EBA) syariah?
Efek beragunan aset (EBA) syariah ini merupakan surat berharga (efek) yang
diterbitkan oleh penerbit yang terdiri dari sekumpulan aset syariah dan mekanismenya
tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

Kelebihan Efek Beragunan Aset (EBA) Syariah

1. Membantu Perkembangan Perusahaan


2. Diversifikasi Sumber Pembiayaan
3. Dana yang Murah
4. Transparansi
5. Meningkatkan Leverage

Kekurangan Efek Beragunan Aset (EBA) Syariah

1. Pelunasan Lebih Awal


2. Gagal Bayar
3. Risiko Suku Bunga

DANA INVESTASI REAL ESTAT (DIRE) SYARIAH

Berdasarkan peraturan OJK No. 30/POJK.04/2016 tentang Dana Investasi Real Estat
Syariah Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif, yang di maksud dengan Dana Investasi
Real Estat Syariah (DIRE Syariah) adalah wadah yang dipergunakan untuk
menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan pada aset
real estat, aset yang berkaitan dengan real estat, dan/atau kas dan setara kas yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah di pasar modal. Reksadana jenis DIRE akan
digunakan untuk membeli tanah, bangunan, gedung, perkantoran, hotel, apartemen,
rumah sakit, saham dan obligasi perusahaan pengembang.

Sedangkan pendapatannya diperoleh dari menyewakan aset real estate. Di luar


pendapatan aktif dari sewa, DIRE juga memperoleh pendapatan pasif dari kenaikan
harga real estate yang dimilikinya. Sebagai informasi, saat ini baru terdapat satu DIRE
penyertaan terbuka di Indonesia, yakni DIRE Ciptadana Properti Ritel Indonesia.
Produk DIRE dari Ciptadana, berbentuk KIK (Kontrak Investasi Kolektif) yang
diluncurkan pada 1 Agustus 2013.

DIRE Syariah berbentuk Kontrak Investasi Kolektif dikatakan memenuhi prinsip


syariah di pasar modal jika akad, cara pengelolaan dan aset real estat, aset yang
berkaitan dengan real estat, dan/atau kas dan setara kas, tidak bertentangan dengan
prinsip syariah di pasar modal sebagaimana diatur dalam Peraturan OJK tentang
Penerapan Prinsip Syariah di Pasar Modal.

INDEKS SAHAM SYARIAH INDONESIA (ISSI)

Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) yang diluncurkan pada tanggal 12 Mei 2011
adalah indeks komposit saham syariah yang tercatat di BEI. ISSI merupakan indikator
dari kinerja pasar saham syariah Indonesia. Konstituen ISSI adalah seluruh saham
syariah yang tercatat di BEI dan masuk ke dalam Daftar Efek Syariah (DES) yang
diterbitkan oleh OJK. Artinya, BEI tidak melakukan seleksi saham syariah yang masuk
ke dalam ISSI.

Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia memiliki potensi
yang besar untuk mengembangkan pasar modal syariah. Bursa Efek Indonesia (BEI)
sebagai satu-satunya Bursa Efek di Indonesia memfasilitasi perdagangan efek-efek
syariah.

Di BEI tercatat saham-saham syariah dan sukuk. Berkembang pula reksa dana syariah
yang memiliki portofolio saham syariah, sukuk, dan instrumen pasar uang syariah.

Saham merupakan surat berharga bukti penyertaan modal kepada perusahaan. Dengan
bukti penyertaan tersebut pemegang saham berhak untuk mendapatkan bagian hasil dari
usaha perusahaan dalam bentuk dividen. Konsep penyertaan modal dengan hak bagian
hasil usaha ini merupakan konsep yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
Saham syariah harus memenuhi syarat sesuai syariah antara lain perusahaan yang tidak
menjalankan bisnis usaha yang bertentangan dengan prinsip syariah, seperti perjudian,
bank dan perusahaan pembiayaan yang berbasis bunga, bisnis minuman beralkohol dan
bisnis yang menjalankan unsur suap. Rasio total utang yang berbasis bunga
dibandingkan dengan total aset tidak lebih dari 45%. Rasio total pendapatan bunga dan
total pendapatan tidak halal lainnya tidak lebih dari 10% total pendapatan.

Untuk mengukur kinerja saham syariah dan menyusun portofolo saham syariah,
investor dapat merujuk pada indeks saham yang ada di BEI. Saat ini ada 31 indeks
saham yang tercatat di BEI baik dikelola sendiri maupun bekerja sama dengan pihak
ketiga. Indeks saham berguna sebagai acuan berinvestasi bagi investor. Di antara
indeks-indeks tersebut, ada tiga indeks saham syariah.

Indonesia Sharia Stock Index (ISSI). Ada 370 saham tercatat yang saat ini dianggap
memenuhi kriteria syariah. Konstituen ISSI adalah keseluruhan saham syariah yang
tercatat di BEI dan terdaftar di Daftar Efek Syariah (DES) yang ditetapkan oleh Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) bersama dengan Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama
Indonesia (DSN-MUI).

Seleksi atas saham-saham yang memenuhi kriteria syariah ini dilakukan setiap 6 bulan,
yakni bulan Mei dan November, kemudian mulai berlaku pada hari bursa pertama di
bulan berikutnya.

Metode perhitungan ISSI mengikuti metode perhitungan indeks saham BEI lainnya,
yaitu rata-rata tertimbang dari kapitalisasi pasar dengan menggunakan Desember 2007
sebagai tahun dasar perhitungan ISSI. ISSI diluncurkan pada 12 Mei 2011. Karena
konstituen ISSI adalah seluruh saham syariah yang tercatat di BEI, maka BEI tidak
melakukan seleksi saham syariah yang masuk ke dalam ISSI.

Konstituen ISSI diseleksi ulang sebanyak dua kali dalam setahun, setiap bulan Mei dan
November, mengikuti jadwal review DES. Oleh sebab itu, setiap periode seleksi, selalu
ada saham syariah yang keluar atau masuk menjadi konstituen ISSI. Metode
perhitungan ISSI mengikuti metode perhitungan indeks saham BEI lainnya, yaitu rata-
rata tertimbang dari kapitalisasi pasar dengan menggunakan Desember 2007 sebagai
tahun dasar perhitungan ISSI.

JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII)

Jakarta Islamic Index (JII) adalah indeks saham syariah yang pertama kali diluncurkan
di pasar modal Indonesia pada tanggal 3 Juli 2000. Konstituen JII hanya terdiri dari 30
saham syariah paling likuid yang tercatat di BEI. Sama seperti ISSI, review saham
syariah yang menjadi konstituen JII dilakukan sebanyak dua kali dalam setahun, Mei
dan November, mengikuti jadwal review DES oleh OJK.

Berdasarkan pembentukan instrumen syariah JII ini, maka kemudian didirikan pula
Pasar Modal Syariah yang diluncurkan pertama kali di Jakarta pada tanggal 14 Maret
2003. Pasar Modal Syariah di Indonesia memiliki mekanisme serupa dengan pola yang
ada di Negara Malaysia yang kemudian disatukan dengan bursa konvensional seperti
Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Pada setiap periodenya, saham yang
masuk dalam daftar JII memiliki total 30 saham berdasarkan kriteria syariah. JII
dibentuk dalam rangka untuk meningkatkan kepercayaan investor terhadap penanaman
modal berbasis syariah. Selain itu JII juga berupaya memberi manfaat bagi investor
dalam menjalankan syariah Islam untuk berinvestasi pada bursa efek.

Melalui instrumen syariah ini JII berharap dapat mendukung proses transparansi serta
akuntabilitas saham syariah yang diterapkan pada pasar modal di Indonesia. Di sisi lain,
JII juga menjadi solusi atas tingginya permintaan investor untuk menanamkan modal
dengan basis syariah.

Tujuan lainnya yaitu untuk memandu para penanam saham agar dapat berinvestasi
tanpa khawatir dananya bercampur dengan unsur ribawi. Bahkan JII juga mampu
menjadi tolok ukur kinerja (benchmark) dalam menentukan portofolio saham yang
memiliki kriteria halal.

BEI menentukan dan melakukan seleksi saham syariah yang menjadi konstituen JII.
Adapun kriteria likuditas yang digunakan dalam menyeleksi 30 saham syariah yang
menjadi konstituen JII adalah sebagai berikut:

1. Saham syariah yang masuk dalam konstituen Indeks Saham Syariah Indonesia
(ISSI) telah tercatat selama 6 bulan terakhir
2. Dipilih 60 saham berdasarkan urutan rata-rata kapitalisasi pasar tertinggi selama 1
tahun terakhir
3. Dari 60 saham tersebut, kemudian dipilih 30 saham berdasarkan rata-rata nilai
transaksi harian di pasar regular tertinggi
4. 30 saham yang tersisa merupakan saham terpilih.

JAKARTA ISLAMIC INDEX 70 (JII70)

Jakarta Islamic Index 70 (JII70 Index) adalah indeks saham syariah yang diluncurkan
BEI pada tanggal 17 Mei 2018. Konstituen JII70 hanya terdiri dari 70 saham syariah
paling likuid yang tercatat di BEI. Sama seperti ISSI, review saham syariah yang
menjadi konstituen JII dilakukan sebanyak dua kali dalam setahun, Mei dan November,
mengikuti jadwal review DES oleh OJK.

BEI menentukan dan melakukan seleksi saham syariah yang menjadi konstituen JII70.
Adapun kriteria likuditas yang digunakan dalam menyeleksi 70 saham syariah yang
menjadi konstituen JII70 adalah sebagai berikut:
1. Saham syariah yang masuk dalam konstituen Indeks Saham Syariah Indonesia
(ISSI) telah tercatat selama 6 bulan terakhir
2. Dipilih 150 saham berdasarkan urutan rata-rata kapitalisasi pasar tertinggi selama
1 tahun terakhir
3. Dari 150 saham tersebut, kemudian dipilih 70 saham berdasarkan rata-rata nilai
transaksi harian di pasar regular tertinggi.
4. 70 saham yang tersisa merupakan saham terpilih.

SHARIAH ONLINE TRADING SYSTEM (SOTS)

Shariah Online Trading System (SOTS) adalah sistem transaksi saham syariah secara
online yang memenuhi prinsip-prinsip syariah di pasar modal.  SOTS dikembangkan
oleh anggota bursa sebagai fasilitas atau alat bantu bagi investor yang ingin melakukan
transaksi saham secara syariah. SOTS disertifikasi oleh DSN-MUI karena merupakan
penjabaran dari fatwa DSN-MUI No. 80 tahun 2011 tentang Penerapan Prinsip Syariah
Dalam Mekanisme Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas Di Pasar Reguler Bursa Efek.

Fitur utama SOTS adalah sebagai berikut:

1. Hanya saham syariah yang dapat ditransaksikan

2. Transaksi beli saham syariah hanya dapat dilakukan secara tunai (cash-basis
transaction) sehingga tidak boleh ada transaksi margin (margin trading)

3. Tidak dapat melakukan transaksi jual saham syariah yang belum dimiliki (short
selling)

4. Laporan kepemilikan saham syariah dipisah dengan kepemilikan uang sehingga


saham syariah yang dimiliki tidak dihitung sebagai modal (uang).

Investor saham yang ingin bertransaksi secara syar’i bisa saja mendaftar ke broker
saham (perusahaan sekuritas) umum yang tak menyediakan SOTS, alias membuka akun
saham non-syariah. Namun, itu berarti sang investor sendiri yang harus menghafalkan
mana-mana saja saham syariah dan senantiasa mawas diri agar tak melakukan transaksi
non-syariah.

Sebaliknya, jika investor membuka rekening di sebuah perusahaan sekuritas yang telah
menyediakan SOTS, maka ia bisa bertransaksi sesuai syariah dengan lebih nyaman. Tak
perlu selalu mencari tahu apakah suatu saham tertentu itu masuk dalam ISSI atau tidak.
Tak perlu juga khawatir kalau dana yang mengendap akan diberi bunga. Bahkan,
sejumlah platform trading yang kompatibel dengan SOTS telah dilengkapi pula dengan
fitur zakat saham.

Sayangnya, baru ada 13 perusahaan sekuritas yang menyediakan SOTS hingga akhir
awal tahun 2019 ini. Ke-13 perusahaan sekuritas tersebut adalah PT Indo Premier
Securities, PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, PT BNI Securities, PT Trimegah
Securities, PT Mandiri Sekuritas, PT Panin Sekuritas, PT Phintraco Securities, PT
Sucorinvest, PT First Asia Capital, PT MNC Securities, PT Henan Putihrai, PT Philip
Sekuritas, dan PT RHB Sekuritas.

Anda mungkin juga menyukai