Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PRODUK DAN JASA LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Kelayakan Bisnis Lembaga Keuangan Syariah

Dosen Pengampu : Emy Widyastuti, M.E.

Disusun Oleh :

1. Ulkhiyatun Khasanah 63010200117


2. Puput Sukmowati 63010200118
3. Melinda 63010200119

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI SALATIGA
2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat, taufiq, hidayah dan inayah-Nya. Sholawat serta salam akan terus tercurahkan
kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, keluarga dan sahabat-
sahabatnya, serta para pengikutnya hingga akhir.
Atas limpah rahmat dan hidayah-Nya, Alhamdulillah penyusun dapat
menyelesaikan makalah Mata Kuliah Studi Kelayakan Bisnis Lembaga Keuangan
Syariah yang membahas Produk dan Jasa Lembaga Keuangan Syariah. Semoga
makalah ini brmanfaat bagi pembaca dan diterima bagi pembaca demi menambah
pengetahuan dan wawasan dari pembaca.
Kami selaku penyusun menyadari kekurangan dari makalah ini. Maka dari itu,
saran dan kritik yang membangun kami nantikan untuk kesempurnaan makalah yang
penyusun buat.

Wassalamualaikum wr.wb

2 April 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR................................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
Latar Belakang....................................................................................................................................4
Rumusan Masalah..............................................................................................................................5
Tujuan....................................................................................................................................................5
BAB II.........................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN........................................................................................................................................6
Pengertian Lembaga Keuangan Syariah.......................................................................................6
Produk Penyaluran Dana..................................................................................................................8
Produk Jasa Keuangan...................................................................................................................12
BAB III......................................................................................................................................................18
PENUTUP................................................................................................................................................18
Kesimpulan........................................................................................................................................18
Saran....................................................................................................................................................18

3
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Lembaga keuangan Syariah menurut dewan Syariah nasional adalah Lembaga keuangan
yang mengeluarkan produk keuangan Syariah dan yang mendapat izin operasional sebagai
produk Lembaga keuangan Syariah. Lemaga keuangan Syariah adalah sebuah Lembaga
keuangan Syariah yang pinsip operasinya berdasarkan pada prinsip-prinsip Syariah Islamiyah.
Operasional Lembaga keuangan islam harus menghindari dari riba ghoror dan maisir. Hal-hal
tersebut sangat diharamkan dan sudah diterangkan dalam Al-Qur’an dan Hadits. Dunia
perbankan khususnya bank syaruah manajemen yang juga penting adalah manajemen
pembiayaan. Manajemen pembiayaan bank Syariah merupakan sebuah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian dan pengontrolan sumber daya yang dilakukan oleh bank
yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip Syariah dalam memberikan fasilitas
keuangan atau finansial kepada pihak lain. Prinsiip-prinsip Syariah untuk mendukung kelancaran
usaha dan investasi yang telah direncanakan.

Pembiayaan yang terdapat pada perbankan Syariah seperti bedasarkan prinsip bagi hasil atau
biasa disebut mudharabah dan musyarakah, prinsip jual belli atau murabahah, serta prinsip sewa
menyewa atau ijarah. Pembiayaan merupakan suatu fungsi bank yaitu memberikan faislitas
penyediaan dana uuntuk membantu memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang defisit unit.
Pembiayaan terbagi menjadi dua jenis jika dilihat dari sifat penggunaannya yaitu productif dan
konsumtif, begitu juga jika dilihat dari keperluaanya dibagi menjadi yaitu modal kerja dan modal
investasi.

Pembiayaan menjadi salah satu faktor yang sangat pentig dalam menjalankan sebuah uaha
baik usaha perorangan, usaha besar mamupun industry rumahan yang sudah berdiri sejak lama.
Hal ini tidak terlepas dari biaya yang dibutuhkan untuk menjalankan operasionalnya. Baya sagat
dieprlukan baik itu usaha perorangan sampai dengan usaha besar. Dimana, sumber dana bisa
didapatkan baik itu dari dlam maupun luar perusahaan itu sendiri. Bank Syariah sebagai
Lembaga perbankan mempunyaim kegiatan funding dan financing salah satuu kegiatan dari
funding adalah pembiayaan modal kerja. Berdasarkan akad, yag digunakan dalam produk
pembiayaan Syariah, jenis pembiayaan modal kerja Syariah dapat dibagi menjadi lima macam ,

4
yaitu : pembiayaan modal kerja mudharabah, pembiayaan modal kerja istisna, pembiayaan
modal kerja salam, pembiayaan modal kerja murabahah dan pembiayaan modal kerja ijarah.

Rumusan Masalah
1. Apa itu Lembaga keuangan Syariah ?
2. Apa saja produk penghimpunan dana Lembaga Keuangan Syariah ?
3. Apa saja produk penyaluran dana Lembaga Keuangan Syariah ?
4. Apa saja produk jasa keuangan Lembaga Keuangan Syariah ?

Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi Lembaga Keuangan Syariah.
2. Untuk megetahui produk penghimpun dana Lembaga Keuangan Syariah.
3. Untuk mengetahui produk penyaluran dana Lembaga Keuangan Syariah.
4. Untuk mengetahui produk jasa keuangan Lembaga Keuangan Syariah.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Lembaga Keuangan Syariah


Lembaga Keuangan Syariah adalah sebuah Lembaga keuangan yang prinsip operasinya
berdasarkan pada prinsip-prinsip Syariah islamiah. Operasional Lembaga Keuangan
Islam hharus menghindar dari riba, gharar, dan maisir. Hal-hal tersebut diharamkan dan
sudah diterangkan dalam AL-Qur’an dan Al-Hadist.1
Tujuan utama mendirikan Lembaga Keuangan Syariah ini adalah untuk menunaikan
perintah Allah SWT dalam bidang ekonomi dan muamalah serta membebaskan
masyarakat islam dari kegiatan-kegiatan yang dilarang oleh agama islam. Untuk
melaksanakan tugas ini serta menyelesaikan masalah yang memerangkap umat islam hari
ini, bukanlah hanya menjadi tugas seseorang atau sebuah Lembaga, tetapi merupakan
tugas dan kewajiban setiap muslim. Menerapkan prinsip islam dalam berekonomi dan
bermasyarakat sangat diperlukan untuk mengobati penyakit dalam dunia ekonomi dan
sosial yang dihadapi.2

B. Produk Penghimpunan Dana Lembaga Keuangan Syariah


Penghimpunan dana di Lembaga Keuangan Syariah/Bank Syariah dapat berbentuk giro,
tabungan dan deposito. Prinsip operasional Syariah yang diterapkan dalam
penghimpunan dana masyarakat adalah dengan menggunakan prinsip Wadi’ah dan
Mudharabah.
1. Prinsip Wadi’ah
Kata Wadi’ah berasal dari wada asy syaia yaitu meninggalkan sesuatu. Sesuatu yang
ditinggalkan seseorang pada orang lain agar dijaga disebut dengan wadi’ah karena dia
mmeninggalkan pada orang yang sanggup mmenjaga. Secara harfiah Al-Wadi’ah
dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak yang lain, baik individu
maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikemmbalikan kapan saja si penitip
menghendakinya. Prinsip Wadi’ah yang diterapkan di Bank Syariah adalah wadi’ah
yad dhamanah yang diterapkan pada produk rekening giro. Wadi’ah dhamanah
1
Ismail, 2011, Perbankan Syari’ah, (Jakarta:Kencana)
2
Muhammad Syafi’I Antonio, 2001, Bank Syariah,(Jakarta:Gema insani)

6
berbeda dengan wadi’ah amanah. Dalam wadi’ah amanah, pada prinsipnya harta
titipan tidak boleh dititipi contohnya seperti produk sejenis save deposit bank.
Sementara itu, dalam hal wadi’ah yad dhamanah, pihak yang dititipi (bank)
bertanggung jawab atas keutuhan harta titipan sehingga ia boleh memanfaatkan harta
titipan tersebut.
Ketentuan umum dari produk ini adalah
1. Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana menjadi hak milik atau
ditanggung bank, sedang pemilik dana tidak dijanjikan imballan dan tidak
menanggung kerugian. Bank dimungkinkan memberikan bonus kepada pemilik
dana masyarakat tapi tidak boleh diperjanjikan.
2. Bank harus memmbuat akad pembukaan rekening yang isinya mencakup izin
penyaluran dana yang disimpan dan persyaratan lain yang disepakati selama tidak
bertentangan dengan prinsip Syariah. Khusus bagi pemilik rekening giro, bank
dapat memberikan buku cek, bliyet giro, dan debit giro.
3. Terhadap pemukaan rekening ini bank dapat menggunakan pengganti biaya
administrasi untuk sekedar menutupi biaya yang benar-benar terjadi.
4. Ketentuan lain yang berkaitan dengan rekening giro dan tabungan tetap berlaku
selama tidak bertentangan dengan prinsip Syariah.
2. Prinsip Mudharabah
Udharabah adalah entuk kerja saa antara dua atau lebih pihak dimana pemilik modal
kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan. Bentuk
ini enegaskan kerja sama dalam paduan kontribusi 100% odal kas dari shahib al-maal
dan keahlian dari mudharib. Dalam menaplisakina prinsip mudharabah, penyimpanan
atau deposan bertindak sebagai shahibul maal (pemilik modal) dan mudharib
(pengelola). Dana tersebut digunakan bank untuk melakukan murabahah atau ijarah
seperti yang telah dijelaska terdahulu. Dapat pula dana tersebut digunakan bank untuk
melakukan mudharabah kedua. Hasil usaha iini akan dibagi hasilkan berdasarkan
nisbah yang disepakati. Dalam hal bank menggunakannya untuk melakukan
mudharabah kedua, maka bank bertanggung jawab penuh atas kerugian yang terjadi.
Rukun mudharabah terpenuhi semua (ada mudharib ada pemilik dana, ada usaha yang
dibagi hasilkan, ada nisbah, dan ijab qabul). Prinsip mudharabahh ini diaplikasikan

7
pada produk tabungan berjangka dari deposito berjangka. Berdasarkan kewenagna
yang diberikan oleh pihak penyimpan dana , prinsip mudharabah terbagi menjadi tiga
yaitu
A. Mudharabah Mutlaqah. Prinsipnya dapat berupa tabungan dan deposito, sehingga
ada dua jenis yaitu tabungan mudharabah dan deposito mudharabah. Tidak ada
pembatasan bagi bank untuk menggunakan dana yang telah terhimpun.
B. Mudharabah Muqayyadah on balance sheet. Jenis ini adalah sebuah simpanan
yang khusus dan pemilik dapat menetapkan syarat-syarat khusus yang ahrus
dipatuhi oleh bank, sebgai contoh disyaratkan untuk bisnis atau untuk akad
tertentu.
C. Mudharabah muqayyadah off balance sheet. Yaitu sebuah penyaluran dana
langsung kepada pelaksana usaha dan bank sebagai perantara pemilik dana
dengan pelaksana usaha. Pelaksana dipatuhi bank untuk menentukan jenis
usahanya dan pelaksana usahanya tersebut.3

C. Produk Penyaluran Dana


Dari berbagai kegiatan yang dilaksanakan, maka produk perbankan Syariah yang
ditawarkan kepada masyarakat dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Murabahah
Urabahah di tsaan ajil atau lebih dikenal sebagai murabahah. Murabahah berasal dari
kata ribhu (keuntungan) adalah transaksi jual-beli dimana bank mneyebut jumlah
keuntungannya. Bank bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli.
2. Salam
Transaksi jual beli dimana barang yang diperjualbelikan belum ada. Oleh karena itu,
barang diserahkan secara Tangguh sedangkan pembayaran secara tunai. Bank
bertindak sebagai pembeli, sementara nasabah sebagai penjual. Ketentuan umum
salam :
a. Pembelian hasil produksi harus diketahui spesifikasinya secara jelas seperti jeenis,
macam, ukuran, mutu, dan jumlahnya.
b. Apabila hasill produksi yang diterima cacat atau tidak sesuai dengan akad aka
nasabah (produsen) harus bertanggung jawab dengan cara antara lain

3
Muhammad.2000. Lembaga Keuangan Umat Kontomporer. UII Press Yogyakarta

8
mengebalikan dana yang telah diterianya atau mengganti barang yang sesuai
dengan pesanan.
c. Mengingat bank tidak menjadikan barang yang dibeli atau dipesannya sebagai
persediaan (inventory), maka dimungkinkan bagi bank untuk melakukan akad
salam kepada pihak ketiga (pembeli kedua) seperti bulog, pedagang pasar induk
atau rekanan. Ekanisme seperti ini disebut dengan parallel salam.
3. Istishna
Menyerupai salam, namun pembayaran dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa
termin pembayaran. Ketentuan umumnya sebagai berikut
a. Spesifikasi barang pesanaan harus jelas seperti jenis, macam, ukuran, mutu, dan
jumalh.
b. Harga jual yang telah disepakati dicantumkan dalam akad istishna dan tidak boleh
berubah selama berlakunya akad.
4. Ijarah (sewa menyewa)
Akad ijarah selain menajadi landasan Syariah untuk produk pembiayaan, yaitu sewa
cicil, juga menjadi prinsip dasr pada jasa perbankan lainya, antara lain layanan
penyewa kotak simpanan atau SDB (safe deposit box). Bank mendapat imbalan sewa
atas jasa tersebut. Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan anfaat. Jadi pada
dasarnya prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual beli, naun perbedaanya terletak
pada objek transaksinya.
5. Musyarakah
Transaksi usyarakah dilandasi adanya keinginan para pihak yang bekerja saa untk
meningkatkan nilai asset yang mereka miliki secara Bersama-sama. Ketentuan
umum :
a. Semua modal disatukan untuk dijadikan modal proyek musyarakah dan dikelola
Bersama-sama. Setiap pemilik modal berhak turut serta dalam menentukan
kebijakan usaha yang dijadikan oleh pelaksana proyek.
b. Pemilik modal dipercaya untuk menjalankan proyek musyarakah tidak boleh
melakukan tindakan seperti : menggabungkan dana proyek dengan harta pribadi,
menjalankan proyek musyarakah dengan pihak lain tanpa ijin pemilik modal
lainnya.

9
c. Memberi pinjaman kepada pihak lain.
d. Setiap pemilik modal dapat mengalihkan penyertaan atau digantikan oleh pihak
lain.
e. Setiap pemilik modal dianggap mengakhiri kerjasama apabila menarik diri dari
perserikatan, meninggal dunia, menjadi tidak cakap hukum. Biaya yang timbul
dalam pelaksanaan proyek dan jangka waktu proyek harus diketahui Bersama,
keuntungan dibagi sesuai kesepakatan sedangkan kerugian dibagi sesuai dengan
porsi kontribusi modal, proyek yang akan dijalankan harus disebutkan dalam
akad, setelah proyek selesai nasabah mengembalikan dana tersebut Bersama bagi
hasil yang telah disepakati untuk bank.4
6. Mudharabah
Mudharabah adalah bentuk kerja saa antara 2 (dua) atau lebih pihak dimana pemilik
modal mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu
perjanjian pembagian. Ketentuan umum :
a. Jumlah modal yang diserahkan kepada nasabah selaku pengelola modal ; harus
diserahkan tunai, dapat berupa uang atau barang yang dinyatakan nilainya dala
satuan uang. Apabila modal diserahkan secara bertahap, harus jelas tahapannya
dan disepakati Bersama.
b. Hasil dan pengelolaan modal pembiayaan mudharabah dapat diperhitungkan
dengan dua cara : perhitungan dari pendapatan proyek (revenue sharing) dan
perhitungaan dari keuntungan proyek (profit sharing) hasil usaha dibagi sesuai
dengan persetujuan dalam akad, pada setiap bulan atau waktu yang disepakati.
Bank selaku pemilik modal menanggung seluruh kerugian kecuali akibat
kelalaian dan penyimpangan pihak nasabah, seperti penyelewangan, kecurangan
dan penyelahgunaan dana. Bank berhak melakukan pengawasan terhadap
pekerjaan namun tidak berhak mencampuri urusan pekerjaan/usaha nasaba. Jika
nasabah cidera janji dengan sengaja misalnya tidak mau membayar kewajiabn
atau menunda pembayaran kewajiban, dapat dikenakan sanksi administrasi.
7. Hiwalah (alih piutang)

4
Jaka Susila. (2016). Diduciary Dalam Produk-Produk Perbankan Syariah
Jurnal ilmu Syari’ah dan hukum, 1(2), 134-146

10
Hiwalah transaksi mengalihkan utang piutang dala praktik perbankan Syariah fasilitas
hiwalah lazimna untuk membantu supplier mendapatkan modaltunai agar dapat
melanjutkan produsksinya. Fasilitas ini lazim untuk membantu supplier mendapatkan
modal tunai agar dapat melanjutkan produksi. Bank mendapatkan ganti biaya atas
jasa pemindahan utang untuk mengantisipasi risiko kerugian yang akan timbul, bank
perlu melakukan penelitian atas kemampuan pihak yang berhutang dan kebenaran
transaksi antara yang memindahkan piutang dengan yang berhutang.
8. Rahn (gadai)
Rahn adalah menahan harta salah satu milik si peminjam sebagai jaminan yang
diterimanya. bahan yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian,
pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh
atau sebagian piutangnya. Secara sederhana rahn disebut jaminan utang atau gadai.
Meberi jaminan pembayaran kembali kepada bank dalam memberikan pembiayaan.
Barang yang digadaikan wajibb memenuhi kriteria. Dalam skema rahn,
menggambarkan mekanisme transaksi rahn dalam bank Syariah atau Lembaga
keuangan Syariah.
a. Nasabah menyerahkan jaminan kepada bank.
b. Akad pembiayaan dilaksanakan antara Rahim dan murtahin.
c. Setelah kontrak pembiayaan ditanda tangani dan ajuan di terima oleh bank
Syariah mencairkan pembiayaan.
d. Rahn melakukan pembbayaran kembali di tamnaj dengan fee yang telah
disepakati.
e. Jelas ukuran,, sifat, dan nilainya ditentukan berdasarkan nial riil pasar.
f. Dapat dikuasai namun tidak boleh dimanfaatkan oleh bank. Atas izin bank,
nasabah dapat menggunakan barang tertentu yang digadaikan dengan tidak
mengurangi nilai dan merusak barang yang digadaikan. Apabila barang yang
digadaikan rusak atau cacat, maka nasabah harus bertanggungjawab.
9. Qard
Qard adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta
kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Dalam

11
bank Syariah al-qard biasanya pembiayaan yang diberikan kepada pengusaha kecil.
Pembiayaan al-qard diberikan tanpa adanya imbalan. Manfaat qard antara lain :
a. Membantu nasabah pada saat mendapatkan kesulitan dengan memberikan dana
talangan jangka pendek.
b. Pedagangan kecil memperoleh bantuan dari bank Syariah untuk mengembangkan
usahanya, sehingga merupakan misi sosial bagi bank Syariah dalam membantu
masyarakat miskin.
c. Dapat mengalihkan pedagangan kecil dari ikatan utang dengan rentenir dengan
mendapatkan kepada bank Syariah.
d. Nasabah menyediakan tenaga untuk mengelola usaha dan bank Syariah
menyerahkan usaha dan bank Syariah menyerahkan modal sebagai investasi.
Modal diserahkan dalam qard berasal dari dana bank dan dan kebijakan yang
dikumpulkan oleh bank dari sebgai sumber antara lain yaitu zakat, sedeqah, infaq,
denda, dan dana lainnya.
10. Wakalah (perwakilan)
Wakalah dalam aplikasi perbankan terjadi apabila nasabah memberikan kuasa kepada
bank untuk mewakili dirinya dalam melaksanakan suatu dalam memberikan
kewenangan, bank diberikan batas kewenangan dan dalam waktu tertentu. Seperti
pembukuan L/C, inkaso dan transfer uang.
11. Kafalah (Bank Garansi)
Merupakan jaminan yang diberikan oleh pemebri jaminan kepada pihak lain untuk
memenuhi kwajiban pihak yang ditanggung. Dalam kafalah diperjanjikan bahwa
seseorang memberikan jaminan bahwa utang kepada seorang debitor yang mana
pihak penjamin memberikan jaminan bahwa utang yang dilakukan oleh debitur
kkepada kreditur akan dilunasi oleh penjamin. Pemberian jaminan disebut kafil dan
yang memberikan jaminan disebut makful.

D. Produk Jasa Keuangan


Dalam produk jasa keuangan terbagi menjadi 3 yaitu penghimpunan dana, penggunaan
dana, dan jasa jasa layanan perbankan.
1. Penghimpunan dana

12
Produk penghimpunan dana pada bank Syariah meliputi giro, tabungan, dan deposit.
Prinsip yang digunakan pada bank Syariah adalah
a. Prinsip wadi’ah
Penerapan prinsip wadi’ah yang dilakukan adalah wadiah yad dhamanah yang
diterapkan pada rekening produk giro, berbeda dengan wadi’ah amanah dimana
pihak yang dititipi (bank) bertanggung awab atas keutuhan harta titipan sehingga
ia boleh dimanfaatkan oleh yang dititipi.
b. Prinsip mudharabah
Dalam prinsip mudharabah penyimapanan atau deposan bertindak sebgai pemilik
modal sedangkan bank bertindak sebagai pengelola. Dana yang tersimpan
kemudian oleh bank digunakan untuk melakukan pembiayaan, dalam hal ini
apabila bank menggunakan untuk pembiayaan mudharabaah, maka bank
bertanggung jawab atas kerugian yang mungkin terjadi.
2. Penggunaan Dana
Penyaluran dan bank Syariah terdiri dari : jual beli, bagi hasil, pembiayaan, pinjaman,
dan investasi khusus. Dalam penyaluran dana nasabah, secara garis besar produk
pembiayaan Syariah terbagi dalam tiga kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan
penggunaannya, yaitu : transaksi pembiayaan yang ditunjukkan untuk memiliki
barang dilakukan dengan prinsip jual-beli, transaksi pembiayaan yang ditunjukkan
untuk mendapatkan jasa dilakukan dengan prinsip sewa, dan transaksi pembiayaan
untuk usaha kerjasama yang ditujukkan guna mendapatkan sekaligus barang dan jasa
dengan prinsip bagi hasil. Pada kategori pertama dan kedua tingkat keuntungan
banyak ditentukan didepan dan menjadi bagian harta atas barang atau jasa yang
dijual. Produk yang termasuk dalam kelompok ini adalah produk yang menggunakan
prinsip jual beli, seperti : murabahah, salam, dan istishna serta produk yang
menggunakan prinsip sewa (ijarah). Sedangkan pada kategori ketiga tingkat
kuntungan bank ditentukan dari besarnya keuntungan usaha sesuai dengan prinsip
bagi hasil. Pada produk bagi hasil keuntungan ditentukan oleh nisbah bagi hasil yang
disepakati di muka. Produk perbankan yang termasuk dalam kelompok ini adalah
musyarakah dan mudharabah.5

5
Setiawan Iis. (2020). Produk Perbankan Syariah Dibidang Jasa. Universitas Ekasakti Padang.

13
3. Pada jasa layanan perbankan terbagi menjadi empat bagian yaitu
wakalah(arranger/agency), hawalah(anjak piutang), kafalah(garansi bank) dan
rahn(gadai).
1. Wakalah (arranger /agency)
a. Wakalah bil Ujrah
Pelimpahan atau pendelegasian wewenang atau kuasa dari pihak pertama
kepada pihak kedua untuk melaksanakan sesuatu atas nama pihak pertama
untuk kepentingan dan tanggung jawab sepenuhnya oleh pihak pertama
Dalam pendelegasian tersebut ditentukan upah (ujrah/fee) atas pelaksanaan
tugas oleh pihak yang mewakili. Ketentuan :

a) Importir harus memiliki dana pada bank sebesar harga pembayaran barang yang
diimpor.

b) Importir dan bank melakukan akad wakalah bil ujrah untuk pengurusan
dokumen transaksi impor.

c) Besar ujrah harus disepakati di awal dan dinyatakan dalam bentuk nominal,
bukan dalam bentuk persentase.

b. Wakalah bil Ujrah dengan Qardh

Pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau
dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Ketentuan :

a) Importir tidak memiliki dana cukup pada bank untuk pembayaran harga barang
yang diimpor.

b) Importir dan bank melakukan akad wakalah bil ujrah dengan qardh untuk
pengurusan dokumen transaksi impor.

c) Besar ujrah harus disepakati di awal dan dinyatakan dalam bentuk nominal,
bukan dalam bentuk persentase.

14
d) Bank memberikan dana talangan (qardh) kepada importir untuk pelunasan
pembayaran barang impor.

c. Wakalah bil Ujrah dan Mudharabah

Akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama menyediakan
seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan secara
mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak,
sedangkan bila rugi ditanggung oleh pihak pemberi modal selama kerugian itu
bukan akibat kelalaian. Pengelola. Ketentuan :

a) Nasabah melakukan akad wakalah bil ujrah kepada bank untuk melakukan
pengurusan dokumen dan pembayaran.

b) Bank dan importir melakukan akad mudharabah, dimana bank bertindak selaku
shahibul malmenyerahkan modal kepada importir sebesar harga barang yang
diimpor.

d. Wakalah bil Ujrah dan Hawalah

Pengalihan hutang dari orang yang berhutang kepada orang lain yang wajib
menanggungnya. Ketentuan :

a) Importir tidak memiliki dana cukup pada bank untuk pembayaran harga barang
yang diimpor.

b) Importir dan bank melakukan akad wakalah bil ujrah untuk pengurusan
dokumen transaksi impor.

c) Besar ujrah harus disepakati di awal dan dinyatakan dalam bentuk nominal,
bukan dalam bentuk persentase.

d) Hutang kepada eksportir dialihkan oleh importir menjadi hutang kepada bank
dengan meminta bank membayar kepada eksportir senilai barang yang diimpor.

15
2. hawalah (anjak piutang)

Al-Hawalah adalah pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang lain
yang berutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya. Dalm istilah para
ulama, hali ini merupakan pemindahan beban utang dari muhil (orang yang
berutang) menjadi tanggungan muhal „alaih atau orang yang berkewajiban
membayar utang. Secara sederhana, hal itu dapat dijelaskan bahwa A (muhal)
memberi pinjaman kepada B (muhil), sedangkan B masih mempunyai piutang
pada C (muhal „alaih). Begitu B tidak mampu membayar utangnya pada A, ia lalu
mengalihkan beban utangnya pada C. Dengan demikian, C yang harus membayar
utang B kepada A, sedangkan utang C sebelumnya pada B dianggap selesai.

3. kafalah (garansi bank)

Bank Garansi adalah jaminan yang diberikan oleh bank kepada pihak ketiga penerima
jaminan atas pemenuhan kewajiban tertentu nasabah bank selaku pihak yang dijamin
kepada pihak ketiga dimaksud. Produk ini menggunakan akad Transaksi penjaminan
yang diberikan oleh penanggung (kafil) kepada pihak ketiga atau yang tertanggung
(makful lahu) untuk memenuhi kewajiban pihak kedua (makful 'anhu/ashil). Adapun
mekanismenya:

1. Bank bertindak sebagai pemberi jaminan atas pemenuhan kewajiban nasabah


terhadap pihak ketiga;

2. Kontrak (akad) jaminan memuat kesepakatan antara pihak bank dan pihak kedua
yang dijamin dan dilengkapi dengan persaksian pihak penerima jaminan;

3. Obyek penjaminan harus merupakan kewajiban pihak/orang yang meminta


jaminan, jelas nilai, jumlah dan spesifikasinya termasuk jangka waktu penjaminan,
dan tidak bertentangan dengan syariah (tidak hiharamkan).

4. Bank dapat memperoleh imbalan atau fee yang disepakati di awal serta dinyatakan
dalam jumlah nominal yang tetap;

16
5. Bank dapat meminta jaminan berupa Cash Collateral atau bentuk jaminan lainnya
atas nilai penjaminan; dan

6. Dalam hal nasabah tidak dapat memenuhi kewajiban kepada pihak ketiga, maka
Bank melakukan pemenuhan kewajiban nasabah kepada pihak ketiga dengan
memberikan dana.

4. Rahn (gadai)

Pengertian Pegadaian Syariah Dalam istilah bahasa Arab, gadai diistilahkan dengan
rahn dan dapat juga dinamai al-hasbu. Secara etimologis, arti rahn adalah tetap dan
lama, sedangkan alhasbu berarti penahanan terhadap suatu barang dengan hak
sehingga dapat dijadikan sebagai pembayaran dari barang tersebut. Sedangkan
menurut Sabiq, rahn adalah menjadikan barang yang mempunyai nilai harta menurut
pandangan syara‟sebagai jaminan hutang, hingga orang yang bersangkutan boleh
mengambil hutang atau ia bisa mengambil sebagian (manfaat) barangnya itu.

Sedangkan rahn menurut istilah sebagaimana dikemukakan para ulama adalah


sebagai berikut:

a. Hanafiyah: “Menjadikan sesuatu tertahan karena ada kewajiban yang harus


dipenuhinya, seperti utang.”

b. Malikiyah: “Sesuatu yang dikuasa sebagai kepercayaan karena adanya utang.”

c. Syafi‟iyah dan Hanabilah: “Menjadikan barang sebagai jaminan (kepercayaan) atas


utang yang dapat dijadikan pembayar utang apabila orang yang berutang pada
waktunya tidak bisa membayar utangnya.6

6
Budisantoso, Totok & Nuritomo. 2014. Bank Dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta:Salemba Empat

17
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Lembaga keuangan Syariah menurut dewan Syariah nasional adalah Lembaga keuangan
yang mengeluarkan produk keuangan Syariah dan yang mendapat izin operasional sebagai
produk Lembaga keuangan Syariah. Lemaga keuangan Syariah adalah sebuah Lembaga
keuangan Syariah yang pinsip operasinya berdasarkan pada prinsip-prinsip Syariah Islamiyah.
Operasional Lembaga keuangan islam harus menghindari dari riba ghoror dan maisir. Hal-hal
tersebut sangat diharamkan dan sudah diterangkan dalam Al-Qur’an dan Hadits. Tujuan utama
mendirikan Lembaga Keuangan Syariah ini adalah untuk menunaikan perintah Allah SWT
dalam bidang ekonomi dan muamalah serta membebaskan masyarakat islam dari kegiatan-
kegiatan yang dilarang oleh agama islam. Untuk melaksanakan tugas ini serta menyelesaikan
masalah yang memerangkap umat islam hari ini, bukanlah hanya menjadi tugas seseorang atau
sebuah Lembaga, tetapi merupakan tugas dan kewajiban setiap muslim. Menerapkan prinsip
islam dalam berekonomi dan bermasyarakat sangat diperlukan untuk mengobati penyakit dalam
dunia ekonomi dan sosial yang dihadapi.

Saran
Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan jauh dari kata sempurna dalam
penulisan makalah ini. Oleh karena itu, penulis berharap para pembaca memberikan kritik yang
membangun agar kedepannya penulis dapat membuat makalah yang lebih baik lagi.

18
DAFTAR PUSTAKA

https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/tentag-syariah/pages/konsep-operasional-PBS.aspx

Ismail, 2011, Perbankan Syari’ah, (Jakarta:Kencana)


Muhammad Syafi’I Antonio, 2001, Bank Syariah,(Jakarta:Gema insani)
Muhammad.2000. Lembaga Keuangan Umat Kontomporer. UII Press Yogyakarta
Jaka Susila. (2016). Diduciary Dalam Produk-Produk Perbankan Syariah
Jurnal ilmu Syari’ah dan hukum, 1(2), 134-146
Jaka Susila. (2016). Diduciary Dalam Produk-Produk Perbankan Syariah
Jurnal ilmu Syari’ah dan hukum, 1(2), 134-146

19

Anda mungkin juga menyukai