Berbagai tindakan dan peraturan yang dijalankan suatu negara, baik secara
langsung maupun tidak langsung, yang akan mempengaruhi struktur, komposisi,
dan arah perdagangan internasional;
Secara umum Kebijaksanan ekonomi internsional ini memiliki tujuan antar lain
sebagai berikut:
1.Economic Development.
Untuk mencapai tujuan ini, dengan mengurangi jumlah permintaan barang
impor yang nono esensiil, menunjang ekspor ( export drive) dan
melindungi industri dalam negeri( infant industry)
2.Proteksi
Proteksi memiliki tujuan melindungi industri dalam negeri yang sedang
tumbuh ( infant industry) dari persaingan barang-barang impor. Tujuan
melindungi ini dapat dicapai dengan mengadakan tariff kuota impor dan
lain-lain pembatasan atau restriksi yang bersifat internasional.
3. Balance of Payment Equilibrium
Masalah balance of payment equilibrium ini menjadi salah satu tujuan dari
kebijaksanaan ekonomi internasional , karena ketidakseimbangan neraca
pembayaran itu dapat mengakibatkan timbulnya persoalan-persoalan
serius bagi negara-negara yang bersangkutan. Suatu negara yang
mengalami surplus impor misalnya , pendapatan nasional negara tersebut
akan berkurang. Bila factor lainya tetap konstan . maka surplus impor itu
akan mengakibatkan stabilisasi ekonomi dalam negeri sulit diciptakan.
1
Kebijakan Perdagangan Internasional Bidang Ekspor :
Berbagai tindakan dan peraturan yang dikeluarkan pemerintah, baik secara
langsung maupun tidak langsung, yang akan mempengaruhi struktur,
komposisi dan arah transaksi serta kelancaran usaha peningkatan devisa dari
aktivitas ekspor suatu negara;
A. TARIF
2
mencegah diekspornya bahan-bahan baku bagi industri-industri nasional, dikenakan
bea ekspor yang sangat tinggi.
Add Valerum Duties bila bea tersebut dikenakan secara persentase (persen) dari nilai
atau harga barang–barang yang dikenakannya. Dengan demikian bea Add Valerum ini
akan berubah-ubah sesuai dengan perubahan harga berang. Kesulitan yang mungkin
timbul disini adalah tidak mudahnya menentukan nilai barang-barang yang
bersangkutan. Harga barang-brang itu berubah sewaktu-waktu tiba dinegar importir.
Untuk menghindari kesulitan ini, dibuatlah suatu Consular Invoice, yaitu surat
perintah yang diberikan oleh Konsul negar importir. Dalam Consular Invoice tersebut,
dijelaskan tentang nilai dari barang yang hendak diimpor itu, dengan maksud agar
kesulitan-kesulitan pebean dapat dihindari.
Pengenaan tariff secara spesific, yaitu atas dasar jumlah fisik, cara pengenaannya
adalah relatif mudah, yaitu berapa harga yang harus dibayar untuk sekian ton baja,
dan sebagainya. Bea spsific ini, dengan sendirinya harga barang tersebut tinggi, mak
bea spesific itu tentu saj terasa ringan.
Contoh:
Untuk barang kualitas dua, per ton dikenakan bea spesific sebesar Rp 1.000,-
sedangkan harga barang itu Rp 50.000,- maka bea spesific tersebut pada saat itu
besarnya (1000/50.000)x100%= 2%
Bila harga barang tersebut naik menjadi Rp 100.000,- maka beaspesificnya menjadi
1%. Sebaliknya bila harga barang-barang itu turun menjadi Rp 40.000,- maka bea ad
spesificnya menjadi:
(1.000/40.000)x100%= 2,5%
Cara lain yang mungkin dilakukan untuk menetukan besarnya tersebut, yaitu spesific
ad valerum. Dengan system penggabungan demikian, maka atas sejenis barang selain
dikenakan bea menurut berat dan ukurannya, diperhitungkan pulalah nilainya.
Misalnya sejenis barang tertentu dikenakan bea 10 % ad valerum ditambah dengan Rp
50,- untuk setiap unit. Kombinasi ini, sering juga disebut Compound Duties.
3
Sistem Tarif
1. Single-column tariffs, adalah system, diman untuk setiap masing-masing
barang dikenakan satu macam tariff. Tarif ini biasanya oleh suatu negar secar
sepihak ( otonom) tanapa persetujuan dengan negara lain. Bila tingginya tariff
ini ditentukan dengan perjanjian dengan negara lain, disebut Conventional
Tarif.
2. Double-column Tarifs, dalam system ini, maka untuk sejenis barang
dikenakan lebih dari satu macam tarif. Bila kedua tarif tersebut ditentukan
dengan undang-undang (sepihak), maka namanya bentuk maksimum dan
minimum. Bila tariff maksimum itu dipakai sebagai normal duties yang
ditentukan secar sepihak , sedangkan tarif minimumnya itu digunakan secara
khusus untuk neraca tertentu (dengan perjanjian). Maka bentuk ini disebut
General Conventional Form.
4
Syarat Most Favoured Nation Clause ini dibagi menjadi dua yaitu, (a) a. Un
Conditional Most Favoured Nation Clause, (b) Conditional Most Favoured
Nation Clause
Dalam comtoh diatas, bila persetujuan itu dengan sendirinya berlaku untuk
pihak kedua, maka syarat in un conditional. Bila untuk dapat berlaku bagi
pihak kedua masih ada syarat-syarat lain yang harus dipenuhi, ini disebut
syarat contional.
Dari keterangan tentang Most Favoured Nation Clause, dapat disimpulakn
bahwa bila sebagian besar negar didunia ini memenuhi syarat-syarat tersebut,
maka perdaganagn dunia akan stabil dan sederhanalah persoalan tariff ini.
Bentuk-bentuk system preferentinal tersebutm seperti berikut:
a. Uni tariff, dalam hal ini ditiadakan tariff bea masuk bagi negara-negara
peserta dan terhadap negara-negara lainnya dikenakan bea masuk;
b. Integrasi Sektor, dalam hal ini, negar-negar peserta saling memberikan
keuntungan-keuntungan ekonomi tertentu. Dibidang cabang
perusahaan tertentu, yang tidak dinikmati oleh negara lain. Misalnya
usaha kerja sama antara batubara dan baja;
c. Uni Douane, di samping Uni tariff, dalam hal ini diadakan pula
perundang-undanagn douane bagi negara-negara peserta.
P V AB
AT
A1T
R S3 S P
R1 S1 S2 P1
0 L Q
5
Trade diversion, akibat penurunan bea masuk secara preferensiil SS3= trade diversion
Keterangan :
Misalkan negara A mengimpor kopi dari negar B dan C.
V = Permintaan negara A akan kopi
AB = Penawaran kopi negara B
AT = Penawaran kopi negara C dan B
Pada harga PL jumlah impor kopi negara C ditiadakan (atau diturunkan), maka kurva
penawaran kopi akan bergeser menjadi A1T. Impor kopi dari C bertambah dari AP
menjadi A1P1, sedangkan impor kopi dari negara B berkurang dari RS menjadi R 1S1.
Negar B menderita trade diversional sebesar RS-R1S2=SS3. Trade diversion ini akan
mengurangi kemakmuran.
Trade Creation
Dalam keterangan diatas jelas, negar B merasa dirugikan sehingga menderita trade
diversion, kerena penurunan bea masuk oleh negara importir (negara A) terhadap
sejenis barang (kopi) dari negara tertentu (negara C0. Dari pihak sebaliknya, maka
tindakan negara A itu jelas menguntungkan negara C. Bagi negara C hal itu
merupakan suatu tarde creation yang akan memperbesar kemakmuran. Hal ini dapat
dijelaskan dengan grafik sebagai berikut:
D S
Q R L
P R1 L1
0 Q
Keterangan:
S = Supply dalam negeri
D = Demand dalam negeri
OP = Harga Pasar
Bila bea masuk adalah PQ, maka harganya didalam negeri adalah OQ. Pada harga
OQ, maka supplynya adalah QR dari demandnya adalah QL dan jumlah yang harus
diimpor adalah RL. Bila bea masuk dihapuskan, maka supplynya berkurang menjadi
P dan impornya bertambah dari RL menjadi R1L1. Sebagian produksi dalam negeri
didesak oleh barang impor. Selisih anata QR dan PR 1= Trade Creation yang akan
memperbesar kemakmuran.
6
AKIBAT DARI TARIF
Persoalan akibat adanya tarif . dapat diserderhanakan dengan grafik berikut:
P Dm Sm P
Pm A Dx Sx
B C E F
Px D
0 Q 0 Q
Dinegara M harga menurun, bila jumlah produksinya turun dari PmA menjadi PC,
jumlah impornya BC.
Bagi negara X terjadilah yang sebaliknya, yaitu sebagai berikut.
a. Harga naik dari Px menjadi PO.
b. Produksi bertambah dari Px D menjadi PF
c. Berkurangnya konsumsi dari Px D menjad PE.
d. Jumlah barang yang diekspor adalah EF (BC).
Apakah yang terjadi bila negara M mengenakan tariff bea masuk? Bila bea masuk
tersebut sama sekeli protektif, maka pasar dalam dua negara tersebut akan benar-
benar terpisah satu sama lain, dan terjadilah keadaan seperti semula sebelum adanya
perdagangan.
Sebaliknya bila bea masuk di negara M itu tidak sepenuhnya protektif, maka akan
terjadilah keadaan sebagai berikut:
P Dm Sm P Dx Sx
P1 E F T
P A B P L M
T P2 H K
0 Q 0 Q
7
Bila terjadi perdagangan antara negara M dan negara X, maka harga
dinegara M harus lebih tinggi daripada harga harga di negara X, sebesar tariff TT,
tetapi situasi equilibrium akan sama. Jumlah barang yang diekspor oleh negara X
sebagai akibat dari kelebihan supply diatas permintaannya, haruslah sama dengan
jumlah barang yang diimpor oleh negara M. Sebab dinegara M jumlah permintaan
lebih besar daripada penawarannya. Titik keseimbangan itu dapat ditemukan dengan
cara menggerek-gerakkan garis P1 TTP2 keatas maupun kebawah, sehingga EF=HK
dan kemudian kita tarik garis PP. Sesudah itu dapatlah kita bandingkan harga barang
dipasar bebas dengan harga barang di pasar dengan tariff (TT). Pengurus tariff
tersebut di negara M adalah sebagai berikut:
a. Menaikkan harga dari OP ke OP1
b. Menaikkan produksi dari PA ke P1 E
c. Mengurangi impor dari AB ke EF
d. Mengurangi konsumsi dari PB menjadi P1 F
Bagi negara eksportir X, pengaruh tariff TT tersebut sebagai berikut :
a. Berkurangnya harga dari OP ke OP2
b. Berkurangnya produksi dari PM ke P2 K
c. Naiknya konsumsi dari PL ke P2 H
d. Berkurangnya ekspor dari LM menjadi HK
8
Bila suatu negara mengimpor sejenis barang, berarti didalam negara itu
permintaannya lebih besar daripada penawarannya. Berapa jumlah barang yang harus
diimpor adalah sama besarnya dengan selisih permintaan diatas penawaran Sebelum
ada tariff, OP merupakan harga yang ditetapkan oleh produsen luar negeri. Produksi
dalam negeri juga harus menjual barangnya pada harga itu (OP) sebagai akibat
persaingannya dengan produksi asing. Pada harga OP produksi dalam negeri adalah
OQ1 dan konsumsi atau permintaannya adalah OQ 4, maka jumlah yang harus diimpor
adalah Q1 Q4.
Bila negara tersebut mengenakan tariff impor, efeknya adalah sebagai berikut:
a. Price Effect, yaitu bahwa harga barang yang dikenakan tariff itu akan menjadi
lebih tinggi dari OP menjadi OP1
b. Consumtion Effect, yaitu berkurangnya konsumsi dari OQ4 menjadi OQ3
c. Protection Effect, yaitu bertambahnya produksi dalam negeri dari OQ menjadi
OQ1. Efek proteksi ini sering disebut dengan import subtitution effect.
d. Revenue Effect, yaitu tambahan pendapatan yang direima oleh negara yang
digambarkan dengan (b) atau segiempat DCDE
e. Redistribution Effect, yaitu sejumlah ekstra pendapatan yang dibayarkan oleh
konsumen dalam negeri ( ruang a)
Dengan adanya tariff, impor menjadi berkurang dari OQ4 menjadi OQ3. Pengenaan
tariff itu tidak dapat menaikkan barang, sehingga sama dengan harga
keseimbangan tanpa perdagangan internasional, yaitu OP2. Bagi konsumen, tariff
itu akan merugikan sebab harga menjadi lebih tinggi, dan konsumsinya pun
berkurang. Di samping kerugian ini, pemerintah juga memperoleh pendapatan,
yaitu revenue effect, dan adanya ekstra pendapatan yang diterima oleh produsen
nasional, yaitu redistribution Effect (ruang a). Revenue Effect dan redistribution
Effect ini, sehingga mengkompensasi kerusian konsumen, dan kerugian nettonya
sebesar ABC dan DEF. Besarnya Revenue Effect itu sama dengan jumlah impor
baru Q1 Q2 dikalikan dengan bea masuk sebesar PP 1, sedangkan efek redistribusi
itu ditunjukkan oleh tingkat harga yang lebih tinggi, dan laba yang lebih besar
bagi produsen nasional, yang menghasilkan barang-barang dengan perlindungan
( protection). Dengan kata lain, tariff tersebut memberikan tambahan pada surplus
produsen.
Protection Effect
Secara grafik, besar kecilnya protectin Effect itu dipengaruhi oleh elastisitas
kurva penawaran atas barang yang dikenakan tariff. Semakin besar elastisitas
penawarannya, semakin besar pulalah efek peoteksinya, dan semakin in elastis kurva
penawarannya semakin kecillah efek proteksinya. Efek proteksi ini akan menjadi
maksimum bila proteksi itu menyebabkan bertambahnya produksi, sehingga
kebutuhan dalam negeri dapat dipenuhi tanpa impor lagi. Dalam hal ini tariff bea
masuk tersebut berarti protektif sama sekali, misalnya PP2 dalam grafik diatas.
9
tidak bertambah bila tariff atas barang mentah itu sangat tinggi, sehingga menaikkan
ongkos produksi melebihi harga barang tersebut di dalam negeri, setelah adanya tariff.
Hal demikian dapat dijelaskan dengan grafik berikut:
Penjelasan:
Tarif biaya masuk atas bahan-bahan mentah akan menaikkan ongkos produksi,
sehingga curve supply akan bergeser keatas atan kekiri( gambar diatas) dari S menjadi
S1. Produksi dalam negeri akan bertambah menjadi OQ 1. Kenaikan produksi itu akan
lebih kecil dari kenaikan produksi yang terjadi bila dimisalkan bahwa tariff itu
dikenakan atas barang jadi, yaitu O Q2 (OQ1< OQ2).
Jelasnya bea masuk atas barang jadi berbeda efeknya dengan bea masuk yang
dikenakan tas bahan mentah. Oleh karena itu dengan menghubungkan antara kedua
tariff tersebut itu terasalah adanya suatu effective rate of proptection. Efek ini akan
semakin besar bila tariff bea masuk atas bahan mentah itu diperkecil.
Efek Konsumsi
Dengan adanya pengenaan suatu tariff, maka harga barang impor akan
meningkat, konsumsi berkurang. Efek konsumsi dari suatu tariff bea masuk dengan
demikian merugikan. Besar kecilnya efek konsumsi ini dipengaruhi oleh elastisitas
permintaan akan harga barang impor. Efek konsumsi itu semakin besar bila kurva
permintaan itu semakin elastis. Disamping itu naiknya harga barang impor akibat dari
tariff bea masuk, selanjutnya akan menimbulkan pengaruh pada harga barang-barang
lain. Barang-barang yang bersifat subtitusi terhadap barang impor akan meningkat
harganya, sedangkan barang-barang yang komplementer itu akan menurun.
Efek Penghasilan
Efek penghasilan (revenue effect) ini akan diterima oleh negara yang
mengenakan tariff bea masuk. Secara administrative, barang impor ini akan mudah
dikenakan bea ( yang memberikan pendapatan daripada barng-barang dalam
perdaganagan domestik)
Bila besarnya efek konsumsi dari suatu tariff bea masuk, dipengaruhi oleh
elastisitas permintaan dan efek proreksi dipengaruhi oleh elastisistas penawarannya,
maka efek konsumsi dipengaruhi oleh elastisitas kedua kurva permintaan dan
penawaran itu.Efek konsumsi dari suatu tariff bea masuk dapat hilang bila tariff itu
berakibat turunnya harga barang impor itu di negara asalnya (negara eksportir).
Dengan demikian mungkin saja tariff bea masuk itu menimbulkan efek terhadap
produsen di negara asing, sebaliknya efek penghasilan dari tariff bea masuk pada
prinsipnya hanya diberikan atau dimungkinkan terjadinya oleh barang-barang yang
sudah dapat dihasilkan oleh produsen dalam negeri, yang mana tariff bea masuk itu
dikenakan. Mungkin pula bea masuk sebagai penghasilan negara itu, dikenakan
sebagai pajak yang dibebankan atas barang-barang yang diproduksi di dalam negeri.
Bila hal ini terjadi, maka hilanglah efek proteksi dan efek redistribusi.
10
Efek Redistribusi
Efek Redistribusi dari suatu tariff bea masuk adalah menunjukkan tejadinya
harga yang lebih tinggi, sehingga, labanya pun lebih besar, yang diterima produsen
dalam negeri sesudah pengenaan tariff bea masuk. Besarnya redistribution effect ini
sebesar trapezium atau PP1 BA. Tambahan keuntungan ini diterima sebagai ekstra
oleh produsen sebanyak out put OQ yang sebenarnya harus diterima oleh negara.
Akan tetapi karena tidak melalui douane, maka keuntungan kelebihan ini tidak dapat
dipungut oleh douane, Pengaruh ini disebut juga transfer effect.
Keterangan:
P adalah harga perdagangan sebelu adanya tariff bea mauk. P1 adalah harga di
setiap pasar sesudah adanya bea masuk. Dengan menganggap tidak ada biaya
transport dan elastisitas permintaan serta penawaran sama pada kedua negara, maka
bea masuk akan mempengaruhi harga di kedua negara X dan M. Di negara importir M
harga akan naik, sedangkan di negara eksportir X harga barang itu akan sedikit lebih
rendah.
Bila harga di negara X dapat diturunkan sebesar tariff, berarti harga barangnya
lebih murah. Di negara M konsumen harus membayar dengan harga yang lebih tinggi,
tetapi hal tersebut diimbangi oleh efek penghasilan (revenue effect) di negara M. Bila
penawaran di negara X itu sangan in elastic (gambar kanan) dan permintaan di negara
M cukup elastis, maka adanya bea masuk hanyalah memberikan efek proteksi yang
11
kecil, dan impor tidak banyak berubah. Bila penawaran di negara pengekspor elastis,
adanya tariff bea masuk tidak akan banyak memberikan efek perbaikan pada term of
trade.
Dengan menggunakan kurva pengorbanan (offer curve) dari Marshall efek
perbaikan dari terif bea masuk terhadap term of trade itu dapatlah tampak lebih jelas,
seperti grafik berikut.
12
Dalam grafik diatas ini dimisalkan masuk bahwa bea masuk yang diadakan oleh
negara A, yaitu A1, A2 dan A3 diikuti oleh negara B, yaitu B1, B2 dan B3..
Tindakan yang demikian itu tidak akan mampu mengubah posisi term of trade
yang sudah ada, yang terjadi justru kontraksi
Perdangangan internasional. Adanya bea-bea yang dipasang oleh masing-masing
negara itu, sama lain akan menaikkan harga atas barang-barang yang diimpor oleh
masing-masing negara.
13
baru adalah OP2 dan impornya kurang dari Q1Q2 menjadi Q3Q4 (OX2). Harga barang
dari produsen luar negeri adalah OP2-t.
Harga penawaran luar negeri dalam halini bergantung pada impor negara lain
, missal negara A, sehingga turunya impor dinegara A akan menyebabkan turunnya
harga penawaran luar negeri. Hal tersebut menyebabkan kenaikan harga didalam
negeri menjadi lebih kecil, yaitu P2 dan efek terhadap produksi dan konsumsipun
besar.
14
Suatu alas an lain yang digunakan untuk menjalankan tariff adalah memperluas
produksi dam employment dalanm negeri. Alasan demikian digunakan pada masa
depresi, dimana setiap impor dipandang sebagai penganti bagi produksi potensial
didalam negeri. Alasan employment ini ada dua bentuk, yaitu sebagai berikut:
a. Dengan adanya tariff itu memungkinkan timbulnya kerja tambahan, karena
menimbulkan industri-industri baru atau perluasan terhadap industri yang
sudah ada.
b. Bahwa tariff itu dapat mencegah un-employment yang akan timbul didalam
negeri bila barang-barang impor yang harganya lebih murah itu diizinkan
masuk.
Dalam pandangan yang lebih luas, hal kedua ini melupakan kenyataan bahwa
perdagangan internasional itu pada hakikatnya memiliki sifat kembar, yaitu bahwa
berkrangnya impor itu pada kelanjutannya akan mengurangi ekspor.
Ini merupakan kelemahan bagi alas an employment dalam hal pengenaan
tariff. Bagaimanakah halnya dalam bentuk ke-1 yang dikatakan bahwa tariff dapat
menimbulkan kerja tambahan?
Dalam keadaan full employment suatu tariff hanya dapat mengalihkan
employment dari suatu industri ke lain industri. Ini berarti suatu pemberian kepada
industri tertentu suatu keuntungan relatif terhadap industri lainnya yang tidak
dilindungi didalm persaingan memperebutkan sumber-sumber produksi. Selanjutnya
dalam keadaan yang kurang dari full employment tariff dapat menolong memberikan
tambahan employment, setidak-tidaknya dalam masa pendek. Hal ini memungkinkan
bagi produsen dalam negeri untuk menghasilkan dan menjual barang-arang yang
sebelumnya diimport, tanpa merebut faaktor-faktor produksi dari produsen-produsen
lainnya. Pengurangan impor karena tariff ini akhirnya akan mengakibatkan
berkurangnya ekspor, baik karena tindakan pembalasan dari luar negeri maupun
karena mereka sendiri telah kekurangan devisa.
Keterangan :
Misalkan negara A mengenakan tariff sebesar 50 %, ini menyebabkan
berkurangnya kesediaan mengekspor sejumlah impor tertentu, atau dengan kata lain
untuk sejumlah ekspor tertentu menghendaki jumlah ekspor yang lebih banyak.
Adanya tariff tersebut offer curve negara A bergeser ke kiri (ke atas),sehingga
setengah dari sumbu vertical setiap titik offer curve semula. Ini berarti pada titik
seperti k pada 0A negara A bersedia untuk mengekspor barang X sebanyak OA 3 untuk
OB3 barang Y. Dengan pengenaan tariff oleh negara A untuk meengekspor barang X
yang sama, yaitu OA3, negara A menghendaki impor barang Y yang lebih banyak OB2,
Jumlah B2B3 diserahkan sebagai pembayaran tariff. Dengan melakukan cara yang
sama pada semua titik AO, diperoleh AO 1 Bila offer curve negara B tetap OB, dengan
pengenaan tariff oleh negara A keseimbangan yang baru adalah trem of trade OT1,
15
bagi negara trem of trade yang baru ini (OT1) lebih menguntungkan sudut. Sudut
arahnya semakin besar, ekspornya berkurang dari OA 1 menjadi OA2 dan impornya
berkurang dengan jumlah lebih kecil dengan OB menjadi OB1. Persoalan sampai
seberapa jauh pengenaan suatu tariff bea masuk itu akan berhasil memperbaiki posisi
term of trade suatu negara bergantung posisi negara itu sendiri dalam perdangannya
terhadap negara lain. Bila negara itu berposisi monopolis, permintaan negara lain
atas barang negara pertama itu in elastic, maka perbaikan atas trem of trade melalui
tariff akan lebih efektif. Semakin in elastic permintaan itu dengan kata lain semakin
besar posisi monopoli, semakin efektiflah peranan tariff untuk memperbaiki term of
trade. Hal itu dapat ditanyakan dalam grafik dibawah ini:
16
J. Hubungan Yang Jalin Menjalin Antara Bermacam-macam Efek
Dalam mempelajari tentang berbagai macam efek dari suatu tariff, tidak boleh
dilupakan bahwa berbagai macam efek itu tidak sama intensitasnya dalam waktu
yang bersamaan. Semakin besar efek proteksi dan efek konsumsi, semakin kecil
efek pendapatan yang diterima oleh suatu negara. Demikian pula semakin besar
efek perbaikan term of trade, semakin kecil efek proteksi dan efek redistribusinya.
Bagi efek neraca pembayarannya, efek ini akan semakin besar bila efek konsumsi
dan efek proteksi itu relatif besar akibat dari berubahnya suatu biaya.
17