Anda di halaman 1dari 17

KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL

 Berbagai tindakan dan peraturan yang dijalankan suatu negara, baik secara
langsung maupun tidak langsung, yang akan mempengaruhi struktur, komposisi,
dan arah perdagangan internasional;

 Kebijaksanaan ekonomi internasional timbul, antara lain disebabkan oleh


semakin meluasnya jaringan-jaringan hubungan ekonomi dan perdangangan
internasional, terutama bagi negara-negara yang sektor lalu lintas ekonomi
internasionalnya menduduki posisi penting dalam kehidupan dan perkembangan
ekonomi.

 Kebijaksanaan pembayaran internasional pembayaran adalah semua tindakan


pemerintah atas capital account. Seperti berbagai macam dan cara-cara
pengawasan lalu lintas kapital jangka panjang.

 Kebijaksanaan bantuan dalam negeri adalah seluruh tindakan pemerintah yang


berhubungan dengan grant, aid dan sebagainya.

 Secara umum Kebijaksanan ekonomi internsional ini memiliki tujuan antar lain
sebagai berikut:
1.Economic Development.
Untuk mencapai tujuan ini, dengan mengurangi jumlah permintaan barang
impor yang nono esensiil, menunjang ekspor ( export drive) dan
melindungi industri dalam negeri( infant industry)
2.Proteksi
Proteksi memiliki tujuan melindungi industri dalam negeri yang sedang
tumbuh ( infant industry) dari persaingan barang-barang impor. Tujuan
melindungi ini dapat dicapai dengan mengadakan tariff kuota impor dan
lain-lain pembatasan atau restriksi yang bersifat internasional.
3. Balance of Payment Equilibrium
Masalah balance of payment equilibrium ini menjadi salah satu tujuan dari
kebijaksanaan ekonomi internasional , karena ketidakseimbangan neraca
pembayaran itu dapat mengakibatkan timbulnya persoalan-persoalan
serius bagi negara-negara yang bersangkutan. Suatu negara yang
mengalami surplus impor misalnya , pendapatan nasional negara tersebut
akan berkurang. Bila factor lainya tetap konstan . maka surplus impor itu
akan mengakibatkan stabilisasi ekonomi dalam negeri sulit diciptakan.

 Tujuan Kebijakan Perdagangan Internasional :


a.Melindungi kepentingan ekonomi nasinal dari pengaruh buruk atau negatif
dan dari situasi/kondisi ekonomi/perdagangan internasional yang tidak
baik atau tidak menguntungkan;
b. Melindungi kepentingan industri di dalam negeri;
c.Melindungi lapangan kerja (employment);
d. Menjaga keseimbangan dan stabilitas balance of payment (BOP) atau
neraca pembayaran internasional;
e.Menjaga tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan stabil;
f. Menjaga stabilitas nilai tukar/kurs valas.

1
 Kebijakan Perdagangan Internasional Bidang Ekspor :
Berbagai tindakan dan peraturan yang dikeluarkan pemerintah, baik secara
langsung maupun tidak langsung, yang akan mempengaruhi struktur,
komposisi dan arah transaksi serta kelancaran usaha peningkatan devisa dari
aktivitas ekspor suatu negara;

 Kebijakaan perdagangan internasional bidang ekspor di dalam negeri :


a. Kebijakan perpajakan dalam bentuk pembebasan, keringanan,
pengembalian pajak ataupun pengenaan pajak ekspor/PET untuk barang-
barang ekspor tertentu;
b. Fasilitas kredit perbankan yang murah untuk mendorong peningkatan
ekspor barang-barang tertentu;
c. Penetapan prosedur/tata laksana ekspor yang relatif mudah;
d. Pemberian subsidi ekspor, seperti pemberian sertifikat ekspor;
e. Pembentukan asosiasi eksportir;
f. Pembentukan kelembagaan seperti bounded warehouse (kawasan Berikat
Nusantara), bounded islan Batam, export processing zone, dll;
g. Larangan/pembatasan ekspor, misalnya larangan ekspor CPO (Crude Palm
Oil);

Kebijakaan perdagangan internasional bidang ekspor di luar negeri :


a. Pembentukan international trade centre (ITPC) di berbagai negara;
b. Pemanfaatan General System of Preferency (GSP) yaitu fasilitas
keringanan bea masuk yang diberikan negara-negara industri untuk
barang-barang manufactur yang berasal dari negara yang sedang
berkembang;
c. Menjadi anggota Commodity Associateion of producer;
d. Menjadi anggota Commodity Agreement between producer and
Consummer.

Kebijakan Perdagangan Internasional dibidang Impor :

A. TARIF

Tarif merupakan suatu rintangan yang membatasi kebebasan-kebebasan perdagangn


internasional. Rintangan lain adalah faktor kuota import, exchange control.
Tarif adalah suatu pembebanan atas barang yang melintasi daerah pabean (costum
area).
Daerah pabean adalah suatu daerah geofrafis, dimana barang-barang bebas bergerak
tanpa dikenakan cukai (bea pabean).
Pemungutan tariff oleh suatu negara itu didasarkan pada alasan-alasan fiskal, untuk
memperoleh pendapatan negara atau untuk perlindungan bagi industri-industri muda
nasional (infant industries).
Dengan bea masuk yang besar atas barang-barang luar negeri dan untuk menghemat
pemakaian devisa, devisa negara dapat dihemat.
Alasan-alasan yang bersifat infant industry sudah dimulai sejak zaman Merkantilisme,
dimana pada masa perkembangan Merkantilisme ditentukan bea masuk yang tinggi
atas barang-barang yang dianggap menyaingi barang-barang dalam negeri dan untuk

2
mencegah diekspornya bahan-bahan baku bagi industri-industri nasional, dikenakan
bea ekspor yang sangat tinggi.

Masalah tariff dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut :


1. Export Duties
Yaitu pajak atau bea yang dikenakan atas barang tertentu yang diangkut
kenegara lain (keluar) dari batas daerah pabean.
2. Transit Duties
Adalah suatu bea yang dikenakan atas barang-barang yang melalui
wilayah suatu negara dengan ketentuan barang-barang tersebut tujuan
akhirnya adalah negara lain.
3. Import Duties
Adalah bea ( pajak)yang dikenakan atas barang-barang yang masuk ke
dalam daerah paban atau suatu negara dan negar tersebut adalah tujuan
akhirnya.

 Cara Pengenaan Tarif


Pada umumnya ada dua cara pengenaan tariff, yaitu sebagai berikut:
1. Dasar Nilai (Add Valerum)
2. Dasar Jumlah Barang ( Add Spesific)

Add Valerum Duties bila bea tersebut dikenakan secara persentase (persen) dari nilai
atau harga barang–barang yang dikenakannya. Dengan demikian bea Add Valerum ini
akan berubah-ubah sesuai dengan perubahan harga berang. Kesulitan yang mungkin
timbul disini adalah tidak mudahnya menentukan nilai barang-barang yang
bersangkutan. Harga barang-brang itu berubah sewaktu-waktu tiba dinegar importir.
Untuk menghindari kesulitan ini, dibuatlah suatu Consular Invoice, yaitu surat
perintah yang diberikan oleh Konsul negar importir. Dalam Consular Invoice tersebut,
dijelaskan tentang nilai dari barang yang hendak diimpor itu, dengan maksud agar
kesulitan-kesulitan pebean dapat dihindari.

Pengenaan tariff secara spesific, yaitu atas dasar jumlah fisik, cara pengenaannya
adalah relatif mudah, yaitu berapa harga yang harus dibayar untuk sekian ton baja,
dan sebagainya. Bea spsific ini, dengan sendirinya harga barang tersebut tinggi, mak
bea spesific itu tentu saj terasa ringan.

Contoh:
Untuk barang kualitas dua, per ton dikenakan bea spesific sebesar Rp 1.000,-
sedangkan harga barang itu Rp 50.000,- maka bea spesific tersebut pada saat itu
besarnya (1000/50.000)x100%= 2%
Bila harga barang tersebut naik menjadi Rp 100.000,- maka beaspesificnya menjadi
1%. Sebaliknya bila harga barang-barang itu turun menjadi Rp 40.000,- maka bea ad
spesificnya menjadi:
(1.000/40.000)x100%= 2,5%

Cara lain yang mungkin dilakukan untuk menetukan besarnya tersebut, yaitu spesific
ad valerum. Dengan system penggabungan demikian, maka atas sejenis barang selain
dikenakan bea menurut berat dan ukurannya, diperhitungkan pulalah nilainya.
Misalnya sejenis barang tertentu dikenakan bea 10 % ad valerum ditambah dengan Rp
50,- untuk setiap unit. Kombinasi ini, sering juga disebut Compound Duties.

3
 Sistem Tarif
1. Single-column tariffs, adalah system, diman untuk setiap masing-masing
barang dikenakan satu macam tariff. Tarif ini biasanya oleh suatu negar secar
sepihak ( otonom) tanapa persetujuan dengan negara lain. Bila tingginya tariff
ini ditentukan dengan perjanjian dengan negara lain, disebut Conventional
Tarif.
2. Double-column Tarifs, dalam system ini, maka untuk sejenis barang
dikenakan lebih dari satu macam tarif. Bila kedua tarif tersebut ditentukan
dengan undang-undang (sepihak), maka namanya bentuk maksimum dan
minimum. Bila tariff maksimum itu dipakai sebagai normal duties yang
ditentukan secar sepihak , sedangkan tarif minimumnya itu digunakan secara
khusus untuk neraca tertentu (dengan perjanjian). Maka bentuk ini disebut
General Conventional Form.

Tarif Preferentinal (Prefentinal Duties)


Tarif prefentinal adalah tariff khusus antara negara penjajah dan negar yang
dijajah. Dengan tarif ini, barang yang diimpor dari negara penjajah dan barang-barang
yang diekspor ke negara penjajah dari negara jajahan, satu sama lain dikenakan bea
yang lebih rendah daripada bea atau tariff yang dikenakan terhadap barang dari negara
lain. Dalam masalah tariff, sering diadakan beberapa syarat tertentu, misalnya sebagai
berikut :
Prepocity Clause
Syarat itu dimaksudkan untuk menjamin agar suatu negar tidak mengenakan
syarat-syarat atau bea-bea yang lebih berat terhadap sejenis barang tertentu
daripada bea yang dikenakan terhadap barang itu di negara lain.
Contoh:
Suatu negara A mengenakan tarif x% bagi barang B, dari negara mana saja.
Bila ternyata barang B yang dihasilkan oleh negara A dikenakan tariff masuk
lebih tinggi oleh negar M, maka negara A dapat mengenakan bea masuk yang
lebih tinggi terhadap barang B yang dihasilkan oleh negar M. Setidak-tidaknya
sama dengan bea yang dikenakan oleh negara M atas barang B dari negara A.

Most Favoured Nation Clause


Syarat ini dimaksudkan agar setiap negar yang mengadakn persetujuan
dengan salah satu negara yang telah lebih dulu mengadakan persetujuan,
diperlakukan sama seperti apa yang diputuskan oleh persetujuan dua negara
atau lebih terlebih dahulu.
Contoh:
Dua negara A dan B telah mengadakan persetujuan tarif sebesar x% terhadap
sejenis barang. Suatu negar yang telah mengadakn persetujuan dengan salah
satu negar A atau B itu (bila syarat diatas itu digunakan ) berhak pula untuk
diperlakukan dengan perlakuan-perlakuan sama dengan apa yang dilakukan
oleh negar A terhadap negar B dan sebaliknya.
Negara A terhadap barang dari negara B bea masuknya x%. Negara B
terhadap barang dari negara C ditentukan (dengan persetujuan) bea masuk y%.
negara A pun berhak dikenakan perlakuan yang sama seperti apa yang
disepakati oleh negar B dan C tersebut.

4
Syarat Most Favoured Nation Clause ini dibagi menjadi dua yaitu, (a) a. Un
Conditional Most Favoured Nation Clause, (b) Conditional Most Favoured
Nation Clause
Dalam comtoh diatas, bila persetujuan itu dengan sendirinya berlaku untuk
pihak kedua, maka syarat in un conditional. Bila untuk dapat berlaku bagi
pihak kedua masih ada syarat-syarat lain yang harus dipenuhi, ini disebut
syarat contional.
Dari keterangan tentang Most Favoured Nation Clause, dapat disimpulakn
bahwa bila sebagian besar negar didunia ini memenuhi syarat-syarat tersebut,
maka perdaganagn dunia akan stabil dan sederhanalah persoalan tariff ini.
Bentuk-bentuk system preferentinal tersebutm seperti berikut:
a. Uni tariff, dalam hal ini ditiadakan tariff bea masuk bagi negara-negara
peserta dan terhadap negara-negara lainnya dikenakan bea masuk;
b. Integrasi Sektor, dalam hal ini, negar-negar peserta saling memberikan
keuntungan-keuntungan ekonomi tertentu. Dibidang cabang
perusahaan tertentu, yang tidak dinikmati oleh negara lain. Misalnya
usaha kerja sama antara batubara dan baja;
c. Uni Douane, di samping Uni tariff, dalam hal ini diadakan pula
perundang-undanagn douane bagi negara-negara peserta.

Aspek Ekonomis Dari Sistem Preferensiil


Dapatl;ah dimaklumi bahwa hubungan perdagangn dan hubungan ekonomi
oleh dua negar atau lebih dapat diatus dengan beberapa cara, antara lain dengan
system Preferensiil. Dipakainya system Preferensiil ini memiliki aspek-aspek
ekonomis, yaitu sebagai berikut:
Trade Diversion
Trade diversion terjadi bila satu atau beberapa negara merasa dirugikan karena adanya
tindakan yang bersifat preferensiill dianatar negara tertentu. Bila antara negar A dan B
terjadi hubungan perdaganagn yang bersifat preferensiil, hubngan ini aakan
mengakibatkan negar lain merasa dirugikan. Jelasnya, bila negar A menurunkan bea
masuk atas barang-barang tertentu dari negara B, maka ekspor dari negar B ke negara
A akan bertambah, sedangkan ekspor barang yang sama dari negara C akan
berkurang. Dalam hal ini negara C akan meras dirugikana karena adanya tindakan
yang bersifat preferensiil antara A dan B. Timbullah trade diversion bagi negara C.
keadaan ini dapat dijelaskan dengan grafik sebgai berikut :

P V AB
AT
A1T

R S3 S P
R1 S1 S2 P1

0 L Q

5
Trade diversion, akibat penurunan bea masuk secara preferensiil SS3= trade diversion
Keterangan :
Misalkan negara A mengimpor kopi dari negar B dan C.
V = Permintaan negara A akan kopi
AB = Penawaran kopi negara B
AT = Penawaran kopi negara C dan B

Pada harga PL jumlah impor kopi negara C ditiadakan (atau diturunkan), maka kurva
penawaran kopi akan bergeser menjadi A1T. Impor kopi dari C bertambah dari AP
menjadi A1P1, sedangkan impor kopi dari negara B berkurang dari RS menjadi R 1S1.
Negar B menderita trade diversional sebesar RS-R1S2=SS3. Trade diversion ini akan
mengurangi kemakmuran.

Trade Creation
Dalam keterangan diatas jelas, negar B merasa dirugikan sehingga menderita trade
diversion, kerena penurunan bea masuk oleh negara importir (negara A) terhadap
sejenis barang (kopi) dari negara tertentu (negara C0. Dari pihak sebaliknya, maka
tindakan negara A itu jelas menguntungkan negara C. Bagi negara C hal itu
merupakan suatu tarde creation yang akan memperbesar kemakmuran. Hal ini dapat
dijelaskan dengan grafik sebagai berikut:

D S

Q R L

P R1 L1

0 Q

Keterangan:
S = Supply dalam negeri
D = Demand dalam negeri
OP = Harga Pasar

Bila bea masuk adalah PQ, maka harganya didalam negeri adalah OQ. Pada harga
OQ, maka supplynya adalah QR dari demandnya adalah QL dan jumlah yang harus
diimpor adalah RL. Bila bea masuk dihapuskan, maka supplynya berkurang menjadi
P dan impornya bertambah dari RL menjadi R1L1. Sebagian produksi dalam negeri
didesak oleh barang impor. Selisih anata QR dan PR 1= Trade Creation yang akan
memperbesar kemakmuran.

6
AKIBAT DARI TARIF
Persoalan akibat adanya tarif . dapat diserderhanakan dengan grafik berikut:

P Dm Sm P

Pm A Dx Sx

B C E F
Px D

0 Q 0 Q

a. Sebeleum ada perdangangn, situasi negara importir adalah sebagai berikut:


Pada harga Pm, jumlah barang yang dihasilkan dan dikonsumsi adalah PmA.
Bagi mereka negara eksportir maka pada Opx, jumlah barang yang
dihaslikan dan konsumsi adalah PxD.
b. sesudah adanya hubungan perdangangan, terjadilah ekspor dari negara X,
hargany lebih rendah ke negara M yang memerlukan. Ekspor ini akan
berlangsung terus sampai pada jumlah penawaran yang ditawarkan oleh
negara X sebagai kelebihan produksi diatas permintaan ( konsumsi) = jumlah
yang dibutuhkan oleh negara M diseabkan oleh jumlah penawaran tidak
mencukupi permintaannya, sehungga terjadilah harga seimbang (OP).

Dinegara M harga menurun, bila jumlah produksinya turun dari PmA menjadi PC,
jumlah impornya BC.
Bagi negara X terjadilah yang sebaliknya, yaitu sebagai berikut.
a. Harga naik dari Px menjadi PO.
b. Produksi bertambah dari Px D menjadi PF
c. Berkurangnya konsumsi dari Px D menjad PE.
d. Jumlah barang yang diekspor adalah EF (BC).

Apakah yang terjadi bila negara M mengenakan tariff bea masuk? Bila bea masuk
tersebut sama sekeli protektif, maka pasar dalam dua negara tersebut akan benar-
benar terpisah satu sama lain, dan terjadilah keadaan seperti semula sebelum adanya
perdagangan.
Sebaliknya bila bea masuk di negara M itu tidak sepenuhnya protektif, maka akan
terjadilah keadaan sebagai berikut:

P Dm Sm P Dx Sx

P1 E F T
P A B P L M
T P2 H K

0 Q 0 Q

7
Bila terjadi perdagangan antara negara M dan negara X, maka harga
dinegara M harus lebih tinggi daripada harga harga di negara X, sebesar tariff TT,
tetapi situasi equilibrium akan sama. Jumlah barang yang diekspor oleh negara X
sebagai akibat dari kelebihan supply diatas permintaannya, haruslah sama dengan
jumlah barang yang diimpor oleh negara M. Sebab dinegara M jumlah permintaan
lebih besar daripada penawarannya. Titik keseimbangan itu dapat ditemukan dengan
cara menggerek-gerakkan garis P1 TTP2 keatas maupun kebawah, sehingga EF=HK
dan kemudian kita tarik garis PP. Sesudah itu dapatlah kita bandingkan harga barang
dipasar bebas dengan harga barang di pasar dengan tariff (TT). Pengurus tariff
tersebut di negara M adalah sebagai berikut:
a. Menaikkan harga dari OP ke OP1
b. Menaikkan produksi dari PA ke P1 E
c. Mengurangi impor dari AB ke EF
d. Mengurangi konsumsi dari PB menjadi P1 F
Bagi negara eksportir X, pengaruh tariff TT tersebut sebagai berikut :
a. Berkurangnya harga dari OP ke OP2
b. Berkurangnya produksi dari PM ke P2 K
c. Naiknya konsumsi dari PL ke P2 H
d. Berkurangnya ekspor dari LM menjadi HK

Efek dari Tarif


Bila suatu negara mengenakan tariff impor maka tariff ini akan memiliki efek-
efek, yaitu sebagai berikut:
a. Efek Konsumsi
b. Efek Proteksi
c. Efek Penghasilan
d. Efek Redistribusi
e. Efek Term of trade
f. Efek Employment
g. Efek Neraca pembayaran
h. Efek Harga
Secara grafik maka efek-efek dapat dijelaskan sebagai berikut:

8
Bila suatu negara mengimpor sejenis barang, berarti didalam negara itu
permintaannya lebih besar daripada penawarannya. Berapa jumlah barang yang harus
diimpor adalah sama besarnya dengan selisih permintaan diatas penawaran Sebelum
ada tariff, OP merupakan harga yang ditetapkan oleh produsen luar negeri. Produksi
dalam negeri juga harus menjual barangnya pada harga itu (OP) sebagai akibat
persaingannya dengan produksi asing. Pada harga OP produksi dalam negeri adalah
OQ1 dan konsumsi atau permintaannya adalah OQ 4, maka jumlah yang harus diimpor
adalah Q1 Q4.
Bila negara tersebut mengenakan tariff impor, efeknya adalah sebagai berikut:
a. Price Effect, yaitu bahwa harga barang yang dikenakan tariff itu akan menjadi
lebih tinggi dari OP menjadi OP1
b. Consumtion Effect, yaitu berkurangnya konsumsi dari OQ4 menjadi OQ3
c. Protection Effect, yaitu bertambahnya produksi dalam negeri dari OQ menjadi
OQ1. Efek proteksi ini sering disebut dengan import subtitution effect.
d. Revenue Effect, yaitu tambahan pendapatan yang direima oleh negara yang
digambarkan dengan (b) atau segiempat DCDE
e. Redistribution Effect, yaitu sejumlah ekstra pendapatan yang dibayarkan oleh
konsumen dalam negeri ( ruang a)

Dengan adanya tariff, impor menjadi berkurang dari OQ4 menjadi OQ3. Pengenaan
tariff itu tidak dapat menaikkan barang, sehingga sama dengan harga
keseimbangan tanpa perdagangan internasional, yaitu OP2. Bagi konsumen, tariff
itu akan merugikan sebab harga menjadi lebih tinggi, dan konsumsinya pun
berkurang. Di samping kerugian ini, pemerintah juga memperoleh pendapatan,
yaitu revenue effect, dan adanya ekstra pendapatan yang diterima oleh produsen
nasional, yaitu redistribution Effect (ruang a). Revenue Effect dan redistribution
Effect ini, sehingga mengkompensasi kerusian konsumen, dan kerugian nettonya
sebesar ABC dan DEF. Besarnya Revenue Effect itu sama dengan jumlah impor
baru Q1 Q2 dikalikan dengan bea masuk sebesar PP 1, sedangkan efek redistribusi
itu ditunjukkan oleh tingkat harga yang lebih tinggi, dan laba yang lebih besar
bagi produsen nasional, yang menghasilkan barang-barang dengan perlindungan
( protection). Dengan kata lain, tariff tersebut memberikan tambahan pada surplus
produsen.

Protection Effect
Secara grafik, besar kecilnya protectin Effect itu dipengaruhi oleh elastisitas
kurva penawaran atas barang yang dikenakan tariff. Semakin besar elastisitas
penawarannya, semakin besar pulalah efek peoteksinya, dan semakin in elastis kurva
penawarannya semakin kecillah efek proteksinya. Efek proteksi ini akan menjadi
maksimum bila proteksi itu menyebabkan bertambahnya produksi, sehingga
kebutuhan dalam negeri dapat dipenuhi tanpa impor lagi. Dalam hal ini tariff bea
masuk tersebut berarti protektif sama sekali, misalnya PP2 dalam grafik diatas.

G. Masalah Eefective Rate of Protection


Bila terif bea masuk itu dikenakan pada bahan mentah, akibatnya akan
menaikkan biaya produsi dan kurva penawarannya bergeser keatas. Bila tariff itu
dikenakan pada barang jadi, akibatnya harga barang itu akan naik. Apabila
dibandingkan, tariff atas barang mentah dengan tariff yang dikenakan atas barang
jadi, efeknya terhadap produksi dalam negeri, maka akibat dari yang pertama itu akan
akan lebih kecil, dari pada yang kedua, bahkan dapat terjadi, produksi dalam negeri

9
tidak bertambah bila tariff atas barang mentah itu sangat tinggi, sehingga menaikkan
ongkos produksi melebihi harga barang tersebut di dalam negeri, setelah adanya tariff.
Hal demikian dapat dijelaskan dengan grafik berikut:

Penjelasan:
Tarif biaya masuk atas bahan-bahan mentah akan menaikkan ongkos produksi,
sehingga curve supply akan bergeser keatas atan kekiri( gambar diatas) dari S menjadi
S1. Produksi dalam negeri akan bertambah menjadi OQ 1. Kenaikan produksi itu akan
lebih kecil dari kenaikan produksi yang terjadi bila dimisalkan bahwa tariff itu
dikenakan atas barang jadi, yaitu O Q2 (OQ1< OQ2).
Jelasnya bea masuk atas barang jadi berbeda efeknya dengan bea masuk yang
dikenakan tas bahan mentah. Oleh karena itu dengan menghubungkan antara kedua
tariff tersebut itu terasalah adanya suatu effective rate of proptection. Efek ini akan
semakin besar bila tariff bea masuk atas bahan mentah itu diperkecil.

Efek Konsumsi
Dengan adanya pengenaan suatu tariff, maka harga barang impor akan
meningkat, konsumsi berkurang. Efek konsumsi dari suatu tariff bea masuk dengan
demikian merugikan. Besar kecilnya efek konsumsi ini dipengaruhi oleh elastisitas
permintaan akan harga barang impor. Efek konsumsi itu semakin besar bila kurva
permintaan itu semakin elastis. Disamping itu naiknya harga barang impor akibat dari
tariff bea masuk, selanjutnya akan menimbulkan pengaruh pada harga barang-barang
lain. Barang-barang yang bersifat subtitusi terhadap barang impor akan meningkat
harganya, sedangkan barang-barang yang komplementer itu akan menurun.

Efek Penghasilan
Efek penghasilan (revenue effect) ini akan diterima oleh negara yang
mengenakan tariff bea masuk. Secara administrative, barang impor ini akan mudah
dikenakan bea ( yang memberikan pendapatan daripada barng-barang dalam
perdaganagan domestik)
Bila besarnya efek konsumsi dari suatu tariff bea masuk, dipengaruhi oleh
elastisitas permintaan dan efek proreksi dipengaruhi oleh elastisistas penawarannya,
maka efek konsumsi dipengaruhi oleh elastisitas kedua kurva permintaan dan
penawaran itu.Efek konsumsi dari suatu tariff bea masuk dapat hilang bila tariff itu
berakibat turunnya harga barang impor itu di negara asalnya (negara eksportir).
Dengan demikian mungkin saja tariff bea masuk itu menimbulkan efek terhadap
produsen di negara asing, sebaliknya efek penghasilan dari tariff bea masuk pada
prinsipnya hanya diberikan atau dimungkinkan terjadinya oleh barang-barang yang
sudah dapat dihasilkan oleh produsen dalam negeri, yang mana tariff bea masuk itu
dikenakan. Mungkin pula bea masuk sebagai penghasilan negara itu, dikenakan
sebagai pajak yang dibebankan atas barang-barang yang diproduksi di dalam negeri.
Bila hal ini terjadi, maka hilanglah efek proteksi dan efek redistribusi.

10
Efek Redistribusi
Efek Redistribusi dari suatu tariff bea masuk adalah menunjukkan tejadinya
harga yang lebih tinggi, sehingga, labanya pun lebih besar, yang diterima produsen
dalam negeri sesudah pengenaan tariff bea masuk. Besarnya redistribution effect ini
sebesar trapezium atau PP1 BA. Tambahan keuntungan ini diterima sebagai ekstra
oleh produsen sebanyak out put OQ yang sebenarnya harus diterima oleh negara.
Akan tetapi karena tidak melalui douane, maka keuntungan kelebihan ini tidak dapat
dipungut oleh douane, Pengaruh ini disebut juga transfer effect.

Efek Term Of Trade


Masalah Term Trade atau perbandingan pertukaran, yaitu perbandingan
pertukaran antara angka indeks harga barang ekspor dengan angka indeks harga
barang impor (PX/Pm). Disamping merupakan efek dari tariff bea masuk dapat juga
merupakan lasan (movite) untuk diadakannya tariff.
Tarif dapat memperbaiki posisi term of trade suatu negara, terutama bila
permintaan luar negeri terhadap barang-barang dari negar yang mengadakan tariff
sangat besar atan in elastic. Oleh karena tariff bea masuk ini cenderung untuk
mengurangi impor, hal ini akan mempersulit negara lain untuk melangsungkan
pembeliannya di negar pertama yang mengenakan tariff. Mereka merasa terpaksa
untuk menurangi harga barangnya. Untuk memperluas ekspornya samapai ke tingkat
yang memungkinkan mereka untuk membiayai kembali pembeliannya di negara yang
mengenakan tariff. Hal tersebuit berarti turunnya harga barang impor, segingga akan
dapat memperbaiki kembali posisi term of trade (T/T) negara yang mengenakan tariff.
Perbaikan T/T ini bersamaan atau didahului oleh pengurangan dalam volume impor.
Usaha suatu negara untukmencapai keuntungan dari pengeluaran negar lain
sepeti itu, umumnya menimbulkan tindakan-tindakan balasan. Alasan dan effect term
of trade ini dapat digambarkan secara grafik sebagai berikut:

Keterangan:
P adalah harga perdagangan sebelu adanya tariff bea mauk. P1 adalah harga di
setiap pasar sesudah adanya bea masuk. Dengan menganggap tidak ada biaya
transport dan elastisitas permintaan serta penawaran sama pada kedua negara, maka
bea masuk akan mempengaruhi harga di kedua negara X dan M. Di negara importir M
harga akan naik, sedangkan di negara eksportir X harga barang itu akan sedikit lebih
rendah.
Bila harga di negara X dapat diturunkan sebesar tariff, berarti harga barangnya
lebih murah. Di negara M konsumen harus membayar dengan harga yang lebih tinggi,
tetapi hal tersebut diimbangi oleh efek penghasilan (revenue effect) di negara M. Bila
penawaran di negara X itu sangan in elastic (gambar kanan) dan permintaan di negara
M cukup elastis, maka adanya bea masuk hanyalah memberikan efek proteksi yang

11
kecil, dan impor tidak banyak berubah. Bila penawaran di negara pengekspor elastis,
adanya tariff bea masuk tidak akan banyak memberikan efek perbaikan pada term of
trade.
Dengan menggunakan kurva pengorbanan (offer curve) dari Marshall efek
perbaikan dari terif bea masuk terhadap term of trade itu dapatlah tampak lebih jelas,
seperti grafik berikut.

Curve term of trade (OT) dapatlah bergeser ke kiri ataupun ke kanan,


bergantung besar kecilnya permintaan masing-masing negara. Kurva OB akan
bergeser ke kanan, bila penawaran barang X oleh negara B bertambah. Semakin kecil
sudut XOT perbandingan pertukaran itu akan merugikan negara B, dan semakin
menguntungkan negara A. Bila curve term of trade (Reciprocal demand curve, karena
kurva ini menyatakan perbandingan antara permintaan dan penawaran) OT bergeser
ke kiri, akan mengunutngkan posisi negara B. Pergeseran demikian, bila negara B
mengadakan tariff bea masuk atas barangY dari negara A atau bila negar B
mengadakan bea eksport untuk barang X-nya. Untuk OK barang Y yang sebelumnya
memerlukan pengorbanan barang X sebesar KM, kini hanya cukup diperoleh dengan
pengornana sebesar KL barang X, dan memperoleh bea ekspor sebesar LM. Bila
sebelumnya dengan OM barang X diperoleh barang Y sebanyak Np, sekarang dengan
pengorbanan yang sama negara B dapat memperoleh barang Y sebanyak N1, dengan
Pl sebagai bea impor. Jadi, dengan pergeseran kurva pengorbanan dari B ke B1,
mengubah perbandingan pertukaran OT, menjadi OT1 ini suatu perbaikan bagi negara
B.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi term of trade suatu negara antara
lain sebagai berikut:
a. Elastisitas penawaran barang yang dihasilkan oleh negara itu sendiri (A).
Penawaran yang in elastic akan memungkinkan tingginya harga ekspor.
b. Elastisitas penawaran produksi yang dihasilkan oleh negara lain (B) (luar
negeri). Semakin elastis penawarannya semakin baiklah term of tradenya bagi
negar A.
c. Elastisitas permintaan dalam negeri A. Semakin elastis permintaan A atas
barang-barang dari B, posisi term of trade itu semakin menguntungkan bagi
A. Sebab semakin elastis permintaan nasional atas produk negara lain
menyebabkan harga-harga relatif rendah daripada permintaan itu in elastic.
d. Elastisitas permintaan luar negeri. Semakin in elastic-nya permintaan negar b
akan barang-barang dari negar A, semakin baiklah term of trade itu bagi negar
A.

Semakin luasnya perniagaan internasional yang dilakukan oleh suatu negar


semakin besarlah arti term of trade itu bagi kemakmurannya. Usaha-usaha
untuk perbaikan term of trade itu apat pula dilakukan oleh negara lain,
sehingga tidak jarang timbunya semacam tindakan-tindakan balasan yang
merupakan reaksi atas aksinya negara lain. Bila timbul tindakan balas-
membalas, maka kedua pihak dapat saling merugikan. Hal itu dapat
disederhanakan dengan grafik berikut:

12
Dalam grafik diatas ini dimisalkan masuk bahwa bea masuk yang diadakan oleh
negara A, yaitu A1, A2 dan A3 diikuti oleh negara B, yaitu B1, B2 dan B3..
Tindakan yang demikian itu tidak akan mampu mengubah posisi term of trade
yang sudah ada, yang terjadi justru kontraksi
Perdangangan internasional. Adanya bea-bea yang dipasang oleh masing-masing
negara itu, sama lain akan menaikkan harga atas barang-barang yang diimpor oleh
masing-masing negara.

Efek Neraca Pembayaran


Tarif memiliki pangaruh penting terhadap neraca pembayaran suatu negara
yang menderita defisit neraca pembayaran, dapatlah digunakan tariff untuk mencapai
keseimbangan neraca pembayarannya. Akan tetapi proses pemulihan
ketidakseimbangan ( adjusment) semacam ini kemudian banyak mendapat rintangan-
rintangan yang keras. Sebabnya adalah:
a. Proses pemulihan ketidakseimbangan (defisit) demikian ini melalui kontraksi
perdangangan internasioal
b. Perbaikan neraca pembayaran dengan melalui tariff ini akan menghasilkan
keseimbangan secara informal, yaitu terjadi tidak bedasarkan sebab-sebab
ketidakseimbangan yang fundamental. Proses pemulihan ketidakseimbangan
yang lebih baik melalui kebijaksanaan fiscal dan politik moneter.
H. Masalah Biaya Produksi Dalam Persoalan Tarif
Dalam persoalan tariff diatas kita menganggap bahwa produsen luar negeri
yang kita impor mau mengikuti harga yang tetap konstan berapapun jumlah yang
diminta oleh kinsumen suatu negara ( berangapan constan cost). Bagaimana bila
Increasing cost?
Dengan kurangnya impor, produksi luar negeri turu, maka biaya per unit
dengan sendirinya akan menurun. Taraif akan menyebabkan harga didalam negeri
pengimpor lebuh tinggi (price effect) dari pada harga diluar negeri sebelum dikenakan
tariff dengan jumlah yang sama. Secara grafik dapatlah diserhanakan sebagai berikut:

Sf : Kurwa penawaran produsen luar negeri dalam keadaan increasing cost


SD; Kurva penawaran dalan negeri
D : Kurva permintaan
Sf+D : Kurva penawaran total, yaitu sigma Sf+SD = Sf+D
OP1: Harga keseimbangan sebelum ada tariff impornya adalah Q1Q2 = Ox1.
Pembebanan tariff berarti pajak bagi setiap unit barang impor, sehingga Sf
bergeser menjadi S1f dan SD sekarang menjadi S1f + D. Harga keseimbanga yang

13
baru adalah OP2 dan impornya kurang dari Q1Q2 menjadi Q3Q4 (OX2). Harga barang
dari produsen luar negeri adalah OP2-t.
Harga penawaran luar negeri dalam halini bergantung pada impor negara lain
, missal negara A, sehingga turunya impor dinegara A akan menyebabkan turunnya
harga penawaran luar negeri. Hal tersebut menyebabkan kenaikan harga didalam
negeri menjadi lebih kecil, yaitu P2 dan efek terhadap produksi dan konsumsipun
besar.

I. Alasan-alasan Pengenaan Tarif


Terhadap persoalan setiap negara yang mengenakan tariff impor, dapatlah
dikemukakan beberapa alas an-alasan (motif). Alasan-alasan pengenaan tariff itu
antara lain sebagai berikut:
a..Infat Industry
Bagi industri-industri muda yang sedang tumbuh dan sedang berkembang
( infant industry) tariff diperlukan untuk perlindungan terhadap persaingan terhadap –
ndustri-industri lain yang lebih maju dari luar negeri. Industri yse tumbuh jelas belum
dapat bekerja dengan efisiensi dan kapasitas yang penuh, sehingga belum dapat
menikmati apa yang umumnya disebut dengan econimics of large scale. Oleh karena
itu diperlukan perlindungan yang salah satunya dengan tariff. Perlindungan tariff
terhadap industri muda yang sedang berkembang ini bersifat sementara, sehingga
pada saat tertentu perlindungan itu dihapuskan. Sebab bila perlindungan tariff tidak
dicabut, industri-industri tersebut cenderung menjadi industri-industri yang vested
interst .
b. Tarif Untuk Mencengah (anti) dumping
Dumping adalah menjual barang dipasar luar negeri dengan harga yang lebih
murah dari pada harga pasar di dalam negeri. Harga pasar diluar negeri yang rendah
itu tidak dengan sendirinya dibawah harga pokoknya. Politik dumping ini sering
dimaksudkan untuk mencari dan memperluas pasaran, bahkan tidak jarang dengan
politik dumping itu suatu negara dapat berhasil menguasai pasarn internasional.
Dumping bersifat:
a. Menetap ( persistent)
b. Jarang ( sporadic)
Dumping menetap ini terjadi pada masa yang lama. Dumping jenis ini disebabkan
oleh karena perbedaan keadaan pasar dinegara importir dan negara eksportir. Sporadic
dumping terjadi dalam jangka waktu yang relatif pendek yang mungkin bersifat dan
bertujuan untuk melenyapkan persaingan ( predatory sporadic dumping).
Disampingbitu sporadic dumping itu dapat saja terjadi sebagai suatu penolong bagi
surplus produksi dinegara eksportir, misalnya karena penjualan didalam negeri
sendiri tidak mudah untuk diperluas ( un internasional sporadic dumping ). Terhadap
dumping sporadic ini, maka tariff protectif adalah senjata yang dapat digunakan,
tetapi tidak demikian dengan persistent dumping. Dalam persistent dumping para
pembeli jelas akan beruntung, karena para pembeli dapat membeli barang-barang
impor dengan harga yang lebih rendah. Dalam hal sporadic dumping, dumping ini
dalam jangka pendek akan dapat menjatuhkan produsen dalanm negeri. Terhadap
sporadic dumping inilah tariff protectif dapat digunakan..
Untuk mencengah hal-hal yang merugikan dari sporadic dumping ini, maka
tarifnya cukup tinggi, sehingga harga barang-barang yang didumpingkan ini sama
dengan harga-harga didalam negeri.
c. Tarif Untuk Menaikkan Imployment

14
Suatu alas an lain yang digunakan untuk menjalankan tariff adalah memperluas
produksi dam employment dalanm negeri. Alasan demikian digunakan pada masa
depresi, dimana setiap impor dipandang sebagai penganti bagi produksi potensial
didalam negeri. Alasan employment ini ada dua bentuk, yaitu sebagai berikut:
a. Dengan adanya tariff itu memungkinkan timbulnya kerja tambahan, karena
menimbulkan industri-industri baru atau perluasan terhadap industri yang
sudah ada.
b. Bahwa tariff itu dapat mencegah un-employment yang akan timbul didalam
negeri bila barang-barang impor yang harganya lebih murah itu diizinkan
masuk.
Dalam pandangan yang lebih luas, hal kedua ini melupakan kenyataan bahwa
perdagangan internasional itu pada hakikatnya memiliki sifat kembar, yaitu bahwa
berkrangnya impor itu pada kelanjutannya akan mengurangi ekspor.
Ini merupakan kelemahan bagi alas an employment dalam hal pengenaan
tariff. Bagaimanakah halnya dalam bentuk ke-1 yang dikatakan bahwa tariff dapat
menimbulkan kerja tambahan?
Dalam keadaan full employment suatu tariff hanya dapat mengalihkan
employment dari suatu industri ke lain industri. Ini berarti suatu pemberian kepada
industri tertentu suatu keuntungan relatif terhadap industri lainnya yang tidak
dilindungi didalm persaingan memperebutkan sumber-sumber produksi. Selanjutnya
dalam keadaan yang kurang dari full employment tariff dapat menolong memberikan
tambahan employment, setidak-tidaknya dalam masa pendek. Hal ini memungkinkan
bagi produsen dalam negeri untuk menghasilkan dan menjual barang-arang yang
sebelumnya diimport, tanpa merebut faaktor-faktor produksi dari produsen-produsen
lainnya. Pengurangan impor karena tariff ini akhirnya akan mengakibatkan
berkurangnya ekspor, baik karena tindakan pembalasan dari luar negeri maupun
karena mereka sendiri telah kekurangan devisa.

d. Memperbaiki Term Of Trade


Dasar pertukaran antara ekspor dan impor suatu negara dapat saja dipengaruhi
dengan pengenaan tariff. Tarif memiliki tendensi akan mengurangi keinginan untuk
mengimpor dan dengan tariff itu diharapkan bahwa setiap jumlah ekspor tertentu
dapat diperoleh jumlah impor yang lebih besar.
Proses perbaikan tern of trade itu dapat dijelaskan sebagai berikut :

Keterangan :
Misalkan negara A mengenakan tariff sebesar 50 %, ini menyebabkan
berkurangnya kesediaan mengekspor sejumlah impor tertentu, atau dengan kata lain
untuk sejumlah ekspor tertentu menghendaki jumlah ekspor yang lebih banyak.
Adanya tariff tersebut offer curve negara A bergeser ke kiri (ke atas),sehingga
setengah dari sumbu vertical setiap titik offer curve semula. Ini berarti pada titik
seperti k pada 0A negara A bersedia untuk mengekspor barang X sebanyak OA 3 untuk
OB3 barang Y. Dengan pengenaan tariff oleh negara A untuk meengekspor barang X
yang sama, yaitu OA3, negara A menghendaki impor barang Y yang lebih banyak OB2,
Jumlah B2B3 diserahkan sebagai pembayaran tariff. Dengan melakukan cara yang
sama pada semua titik AO, diperoleh AO 1 Bila offer curve negara B tetap OB, dengan
pengenaan tariff oleh negara A keseimbangan yang baru adalah trem of trade OT1,

15
bagi negara trem of trade yang baru ini (OT1) lebih menguntungkan sudut. Sudut
arahnya semakin besar, ekspornya berkurang dari OA 1 menjadi OA2 dan impornya
berkurang dengan jumlah lebih kecil dengan OB menjadi OB1. Persoalan sampai
seberapa jauh pengenaan suatu tariff bea masuk itu akan berhasil memperbaiki posisi
term of trade suatu negara bergantung posisi negara itu sendiri dalam perdangannya
terhadap negara lain. Bila negara itu berposisi monopolis, permintaan negara lain
atas barang negara pertama itu in elastic, maka perbaikan atas trem of trade melalui
tariff akan lebih efektif. Semakin in elastic permintaan itu dengan kata lain semakin
besar posisi monopoli, semakin efektiflah peranan tariff untuk memperbaiki term of
trade. Hal itu dapat ditanyakan dalam grafik dibawah ini:

Negara A menghadapi permintaan yang sangat in elastic ( antara TT1)


dengan negara B. Pengenaan tariff oleh negara A, akan memberikan perbaikan term
of trade yang sangat besar.
Ini ditunjuknan dengan perubahan yang besar dari OT menjadi OT1. Ekspor
negara A turun dari OX1 menjadi OX2, sedangkan impornya naik dari OY1 menjadi
OY2..
e. Motif keeping money at home
Suatu motif pengenan tariff yang lain untuk mencegah agar mata uang nasional tetap
didalam negeri, yaitu dengan dicegahnya barang-barang impor, maka uang nasional
akan tetap didalam negeri dan tidak mengalir keluar negeri.
Pandangan ini sebagai akibat langsung dari ajaran Merkantilisme. Disamping itu,
pendapatan ini jaga beranggapan bahawa impor itu berarti hilana uang, pendapat ini
tidaklah benar. Sebab uang yang digunakan untuk membayar impor itu baik segara
Atau kemudian akan kembali ( baik langsung atau melalui negara ketiga ) karena
negara tersebut mengekspor.
f. Alasan Petlindungan terhadap Tingkat Upah dan Tingkat Hidup
Dengan mudah dapat dipahami tingkat upah dinegara itu tidaklah sama
tingginya. Bagi negar-negara yang upahnya relatif tinggi itu diadakan untuk
melindungi tingakt upah terhadap pesaing, yang dapat mernghancurkan barang-
barang yang dihasilakan dengan biaya produksi ( khususnya Upah) yang lebih
rendah diluar negeri. Perbedaan upah diberbagai negara itu disebabkan oleh
perbedaab kualitas dan kuantitas serta kompisisi dari factor-faktor produksi yang
dimiliki oleh negara-negara itu. Dalam negara yang kekuarangan factor tenaga
kerja . Sesuai dengan alas an diatas, bagi negara-negara industri yang biaya
totalnya lebih rendah daripada harga pasaran internasional, tidak memerlukan
tariff proteksi. Sebab dalam perdangan bebas, industri-industri semacam itu biaya
totalnya dibawah harga pasaran, akan sanggup bersaing, baik dalam pasar luar
negeri maupan dalam negeri. Sebaliknya bagi industri yang biaya totalnya lebih
tinggi, mereka tidak mampu bersaing, bahkan untuk dapat hidup industri-indutri
ini memerlukan perlindungan atau subsidi.
AaAkan tetapi bila pengurangan impor selanjutnya akan menyebabkab
berkurangnya ekspor, maka proteksi itu akan berakibat lain, yaitu pengalihan
penggunaan factor produksi yang kurang efisien.
Yang terjadi adalah sebaliknya yaitu proteksi itu bukan memelihara tingkat
upah dan standart hidup yang tinggi, tetapi proteksi itu malah menghasilkan
usaha-usaha yang kurang (tidak) efisien. Simpulnya upah yang tinggi adalah hasil
dari produktifitas yang tinggi, bukan disebabkan oleh proteksi.

16
J. Hubungan Yang Jalin Menjalin Antara Bermacam-macam Efek
Dalam mempelajari tentang berbagai macam efek dari suatu tariff, tidak boleh
dilupakan bahwa berbagai macam efek itu tidak sama intensitasnya dalam waktu
yang bersamaan. Semakin besar efek proteksi dan efek konsumsi, semakin kecil
efek pendapatan yang diterima oleh suatu negara. Demikian pula semakin besar
efek perbaikan term of trade, semakin kecil efek proteksi dan efek redistribusinya.
Bagi efek neraca pembayarannya, efek ini akan semakin besar bila efek konsumsi
dan efek proteksi itu relatif besar akibat dari berubahnya suatu biaya.

17

Anda mungkin juga menyukai