Anda di halaman 1dari 167

ANALISIS KINERJA WILAYAH SECARA SEKTORAL TERHADAP

PEMBANGUNAN EKONOMI DI WILAYAH KERJA BAKORWIL


III PROVINSI JAWA TIMUR

SKRIPSI

Oleh:
Agung Nugroho
NIM. 130810101240

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


JURUSAN ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JEMBER
2017
ANALISIS KINERJA WILAYAH SECARA SEKTORAL
TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI DI WILAYAH
KERJA BAKORWIL III PROVINSI JAWA TIMUR

SKRIPSI

Diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat
untuk menyelesaikan Program Studi Ilmu Ekonomi Pembangunan (S1) dan
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:
Agung Nugroho
130810101240

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


JURUSAN ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JEMBER
2017
ii
PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan hati dan rasa syukur yang tak terhingga kepada Allah
SWT, skripsi ini saya persembahkan untuk:
1. Ibunda Khotimah dan Ayahanda Edy Suharto tercinta yang telah mendoakan
dan memberi kasih sayang, semangat dan pengorbanan selama ini dengan
ikhlas dan tulus;
2. Kakakku Niti Isti Syahfitri dan Adikku Wildan Ali Syahbana yang telah
memberikan motivasi, dukungan moral, dan semua pengorbanan selama ini;
3. Guru-guru sejak Taman Kanak-kanak hingga Perguruan Tinggi terhormat,
yang telah memberikan ilmu dan membimbing dengan penuh kesabaran;
4. Almamater Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jember.

iii
MOTTO

Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau


telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang
lain), dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.

(Terjemahan QS. Al-Insyirah, ayat 6-8)

Learn from yesterday, Live for today, and Hope for tomorrow

(Albert Einstein)

Do not pray for an easy life, pray for the strength to endure a difficult one

(Bruce Lee)

iv
PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Agung Nugroho

NIM : 130810101240

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul: “Analisis Kinerja


Wilayah Secara Sektoral Terhadap Pembangunan Ekonomi di Wilayah Kerja
Bakorwil III Provinsi Jawa Timur” adalah benar-benar hasil karya sendiri, kecuali
jika dalam pengutipan substansi disebutkan sumbernya, dan belum pernah
diajukan pada institusi manapun, serta bukan karya jiplakan. Saya
bertanggungjawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan sikap
ilmiah yang harus dijunjung tinggi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa adanya
tekanan dan paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapat sanksi
akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar.

Jember, 21 Juni 2017


Yang menyatakan,

Agung Nugroho
NIM 130810101240

v
SKRIPSI

ANALISIS KINERJA WILAYAH SECARA SEKTORAL TERHADAP


PEMBANGUNAN EKONOMI DI WILAYAH KERJA BAKORWIL
III PROVINSI JAWA TIMUR

Oleh
Agung Nugroho
NIM 130810101240

Pembimbing

Dosen Pembimbing I : Dr. Duwi Yunitasari S.E., M.E.

Dosen Pembimbing II : Dr. Siswoyo Hari Santosa S.E., M.Si.

vi
TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI

Judul Skripsi : Analisis Kinerja Wilayah Secara Sektoral Terhadap


Pembangunan Ekonomi di Wilayah Kerja Bakorwil III
Provinsi Jawa Timur
Nama Mahasiswa : Agung Nugroho
NIM : 130810101240
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
Konsentrasi : Ekonomi Regional
Tanggal Persetujuan : 21 Juni 2017

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Duwi Yunitasari S.E., M.E. Dr. Siswoyo Hari Santosa S.E., M.Si.
NIP. 197806162003122001 NIP. 196807151993031001

Mengetahui,
Ketua Jurusan

Dr. Sebastiana Viphindrartin. M.Kes


NIP. 19641108 198902 2 001
vii
PENGESAHAN

Judul Skipsi
ANALISIS KINERJA WILAYAH SECARA SEKTORAL TERHADAP
PEMBANGUNAN EKONOMI DI WILAYAH KERJA
BAKORWIL III PROVINSI JAWA TIMUR

Yang dipersiapkan dan disusun oleh:


Nama : Agung Nugroho
NIM : 130810101240
Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
Telah dipertahankan di depan panitia penguji pada tanggal:
8 September 2017

dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima sebagai kelengkapan guna
memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Jember.
Susunan Panitia Penguji
1. Ketua : Dr. Teguh Hadi Priyono, S.E., M.Si. (............................ )
NIP. 19700206 199403 1 002

2. Sekretaris : Drs. Petrus Edi Suswandi, M.P. (............................ )


NIP. 19550425 198503 1 001

3. Anggota : Dr. Lilis Yuliati, S.E., M.Si. (............................ )


NIP. 19690718 199512 2 001

Mengetahui/Menyetujui,
Universitas Jember
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Foto 4 X 6 Dekan

warna

Dr.Muhammad Miqdad S.E., M.M., Ak. CA.


NIP. 19710727 199512 1 001

viii
Analisis Kinerja Wilayah Secara Sektoral Terhadap Pembangunan
Ekonomi di Wilayah Kerja Bakorwil III Provinsi Jawa Timur

Agung Nugroho

Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Jember

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi perkembangan kinerja masing-


masing sektor terhadap perekonomian di wilayah kerja Bakorwil III; (2)
mengidentifikasi sektor perekonomian yang menjadi sektor basis dan sektor
potensial di wilayah kerja Bakorwil III; (3) mengklasifikasikan wilayah
Kabupaten/Kota di wilayah kerja Bakorwil III. Metode analisis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif dengan menggunakan pendekatan
analisis Shift Share Esteban Marquillas, analisis Location Quotient (LQ), analisis
Dynamic Location Quotient (DLQ), dan analisis Tipologi Klassen. Hasil analisis
menunjukkan bahwa wilayah yang memiliki nilai keunggulan kompetitif
terbanyak (sebelas sektor) adalah Kabupaten Malang dan Kota Batu. Hasil analisis
LQ menunjukkan bahwa wilayah yang mempunyai nilai basis terbanyak adalah
Kota Batu dan Kota Surabaya dengan dua belas sektor basis. Sedangkan hasil
analisis DLQ menunjukkan bahwa wilayah yang mempunyai sektor potensial
untuk menjadi sektor basis adalah Kabupaten Blitar (dua belas sektor) dan disusul
Kabupaten Malang yang memiliki sepuluh sektor potensial. Hasil analisis
Tipologi Klassen menunjukkan bahwa yang termasuk daerah maju adalah
Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Sidoarjo, Kota Batu, dan Kota Surabaya, namun
ada pula wilayah yang termasuk daerah relatif tertinggal, yaitu Kabupaten
Malang, Kabupaten Blitar, dan Kota Pasuruan.

Kata Kunci : Keunggulan Kompetitif, Sektor Basis, Sektor Potensial, Tipologi


Klassen

ix
Analysis of Regional Performance Sectorally Against Economic
Development in Work Area of Bakorwil III East Java Province

Agung Nugroho

Department of Economics and Development Study, the Faculty of


Economics and Business, Jember University

ABSTRACT
This research aims to (1) to identify the development of performance of each sector
on the economy in the working area of Bakorwil III; (2) to identify the sectors of the
economy that are the base sector and potential sectors in the working area of
Bakorwil III; (3) to classify the Regency / City area in the working area of Bakorwil
III. The method of analysis that used in this research is quantitative analysis using
the Shift Share Esteban Marquillas approach, analysis Location Quotient (LQ),
analysis of Dynamic Location Quotient (DLQ), and Typology Klassen analysis.
The result of analysis showed that the region with the highest competitive
advantage value (eleven sectors) is Malang Regency and Batu City. The result of
LQ analysis shows that the region with the highest base value is Batu City and
Surabaya City with twelve basic sectors. While the results of DLQ analysis
indicate that the region has potential sector to become the base sector is Blitar
Regency (twelve sectors) and followed by Malang Regency which has ten
potential sectors. The result of Klassen Tipologi analysis shows that including the
developed area is Pasuruan Regency, Sidoarjo Regency, Batu City, and Surabaya
City, but there are also areas that are relatively left behind, namely Malang
Regency, Blitar Regency, and Pasuruan City.

Keywords: Competitive advantage, basic sector, potential sector, and Typologi


Klassen

x
RINGKASAN

Analisis Kinerja Wilayah Secara Sektoral Terhadap Pembangunan Ekonomi


di Wilayah Kerja Bakorwil III Provinsi Jawa Timur; Agung Nugroho,
130810101240; 2017; 167 halaman; Program Studi Ekonomi Pembangunan
Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Jember.

Pembangunan adalah suatu proses dinamis untuk mencapai kesejahteraan


masyarakat pada tingkat yang lebih tinggi dan serba sejahtera. Hal tersebut bisa
terwujud melalui serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, memeratakan
distribusi pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi regional dan
melalui pergeseran kegiatan ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder dan
tersier. Dengan perkataan lain arah dari pembangunan ekonomi adalah
mengusahakan agar pendapatan masyarakat naik, disertai dengan tingkat
pemerataan yang sebaik mungkin (BPS, 2015).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi perkembangan kinerja
masing-masing sektor terhadap perekonomian di wilayah kerja Bakorwil III,
mengidentifikasi sektor perekonomian yang menjadi sektor basis dan sektor
potensial serta mengidentifikasi pengklasifikasian Kabupaten/Kota di wilayah
kerja Bakorwil III. Jenis penelititan adalah dengan menggunakan metode
deskriptif kuantitatif dengan menggunakan alat analisis Shift Share Esteban
Marquillas, analisis Location Quotient (LQ), analisis Dynamic Location Quotient
(DLQ), dan analisis Tipologi Klassen. Jenis data yang digunakan adalah data
sekunder berupa data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dari tahun 2010
sampai dengan tahun 2015 yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS).
Berdasarkan hasil analisis Shift Share Esteban Marquillas menunjukkan
bahwa wilayah yang mempunyai keunggulan kompetitif terbanyak di wilayah kerja
Bakorwil III adalah Kabupaten Malang dan Kota Batu, yaitu terdapat sebelas sektor
yang memiliki keunggulan kompetitif. Namun, jika dilihat dari nilai kompetitif
terbesar adalah terdapat pada sektor industri pengolahan di Kabupaten Pasuruan
dengan nilai keunggulan kompetitif sebesar 156,980. Hasil analisis Location
xi
Quotient (LQ) menunjukkan bahwa wilayah yang secara sektoral mempunyai
sektor basis terbanyak di wilayah kerja Bakorwil III adalah Kota Batu dan Kota
Surabaya yang mempunyai dua belas sektor basis. Dimana sektor jasa lainnya di
Kota Batu merupakan sektor dengan nilai LQ terbesar, yaitu 11,36 pada tahun
2015. Hasil analisis Dynamic Location Quotient (DLQ) menunjukkan bahwa
wilayah yang mempunyai sektor potensial terbanyak adalah Kabupaten Blitar
dengan dua belas sektor potensial dan disusul oleh Kabupaten Malang yang
memiliki sepuluh sektor potensial untuk menjadi sektor basis. Sedangkan
berdasarkan hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa wilayah yang
termasuk daerah maju adalah Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Sidoarjo, Kota
Batu, dan Kota Surabaya. Namun ada pula wilayah yang termasuk dalam daerah
relatif tertinggal, yaitu Kabupaten Malang, Kabupaten Blitar, dan Kota Pasuruan.

xii
PRAKATA

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, karunia, dan
hidayah-Nya serta sholawat dan salam tetap terlimpah curahkan kepada baginda
Rasulullah Muhammad SAW atas petunjuk dari jaman kegelapan menuju
kebenaran, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis
Kinerja Wilayah Secara Sektoral Terhadap Pembangunan Ekonomi di Wilayah
Kerja Bakorwil III Provinsi Jawa Timur”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jember.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik itu
berupa motivasi, nasehat, saran maupun kritik yang membangun. Oleh karena itu,
dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Duwi Yunitasari, S.E., M.E. selaku Dosen Pembimbing I yang telah
bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing,
memberikan masukan, arahan, nasehat dan motivasi yang membangun kepada
penulis dalam penyusunan skripsi ini dengan ketulusan dan keikhlasan hati;
2. Bapak Dr. Siswoyo Hari Santosa, S.E., M.Si. selaku Dosen Pembimbing II
yang telah bersedia membimbing dan meluangkan waktu, memberikan saran
dan kritik, serta arahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini;
3. Ibu Dr. Sebastiana Viphindrartin, M.Kes. selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi
dan Studi Pembangunan Universitas Jember;
4. Bapak Dr. Muhammad Miqdad S.E., M.M., Ak., CA. selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Jember;
5. Bapak Dr. Moehammad Fathorrazi, M.Si. selaku Dosen Pembimbing
Akademik yang telah memberikan pengarahan dan motivasi selama saya
menjalani studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jember;
6. Seluruh Bapak dan Ibu dosen beserta staf karyawan di lingkungan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Jember;

xiii
7. Ibunda Khotimah dan Ayahanda Edy Suharto, terimakasih yang tak terhingga
atas doa, kerja keras, motivasi dan kasih sayang yang tak ternilai harganya
serta atas semua yang telah engkau berikan;
8. Kakakku Niti Isti Syahfitri dan Adikku Wildan Ali Syahbana, terima kasih
atas segala kasih sayang dan dukungannya yang dijadikan penulis sebagai
semangat untuk terus maju;
9. Teman-teman seperjuangan dalam pengerjaan skripsi Danu, Agam, Zain, dan
Najib terima kasih atas dukungan dan semangat serta bantuan kalian dalam
segala hal;
10. Sahabatku Arista, Danni, Husein, Mahfud, Imron, Dina, Elok, Iyis, Lisa,
Oggy, Chandika, Fany, Farah terima kasih atas semua kenangan, canda tawa,
dan keluh kesah. Semoga kita semua meraih kesuksesan dan kebahagiaan di
masa depan;
11. Teman-teman IESP angkatan 2013, terimakasih telah menjadi bagian dari
kisah perjuangan;
12. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini
yang tidak dapat disebutkan satu persatu;
Akhir kata, penulis menyadari bahwa di dunia ini tidak ada sesuatu yang
sempurna, dan masih terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh
karena itu, penulis berharap atas kritik dan saran yang membangun penulis demi
penyempurnaan tugas akhir ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat
dan tambahan pengetahuan bagi penulisan karya tulis selanjutnya.

Jember, 21 Juni 2017

Penulis

xiv
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL ............................................................................................................ i
HALAMAN JUDUL ............................................................................................................... ii
HALAMAN PERSEMBAHAN .........................................................................................iii
HALAMAN MOTTO ............................................................................................................ iv
HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................................. v
HALAMAN PEMBIMBING SKRIPSI .......................................................................... vi
HALAMAN TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI .................................................... vii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................................... viii
ABSTRAK.................................................................................................................................. ix
ABSTRACT ................................................................................................................................ x
RINGKASAN............................................................................................................................ xi
PRAKATA .............................................................................................................................. xiii
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ xv
DAFTAR TABEL .............................................................................................................. xviii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................xxi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................................... xxii
BAB 1. PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 10
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 11
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 11
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 12
2.1 Landasan Teori ............................................................................................... 12
2.1.1 Teori Pembangunan Ekonomi .......................................................... 12
2.1.2 Teori Basis Ekonomi ........................................................................... 17
2.1.3 Teori Pertumbuhan Ekonomi ............................................................ 20
2.1.4 Pembangunan Ekonomi Wilayah ..................................................... 23
xv
2.1.5 Perencanaan Pembangunan Daerah ..................................... 25
2.2 Tinjauan Peneliti Sebelumnya ..................................................... 29
2.3 Kerangka Konseptual .................................................................. 34
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 35
3.1 Jenis Penelitian ............................................................................. 35
3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian ....................................................... 35
3.3 Jenis dan Sumber Data ................................................................. 35
3.4 Metode Analisis Data .................................................................... 36
3.4.1 Analisis Shift Share Esteban Marquillas .............................. 36
3.4.2 Analisis Location Quotient (LQ) dan Dynamic Location
Quotient (DLQ) .................................................................... 38
3.4.3 Analisis Tipologi Klassen ..................................................... 40
3.5 Definisi Variabel Operasional ...................................................... 40
BAB 4. PEMBAHASAN ................................................................................... 43
4.1 Gambaran Umum ......................................................................... 43
4.1.1 Kabupaten Malang ............................................................... 43
4.1.2 Kabupaten Pasuruan ............................................................. 45
4.1.3 Kabupaten Sidoarjo .............................................................. 46
4.1.4 Kabupaten Blitar ................................................................... 47
4.1.5 Kota Blitar ............................................................................ 48
4.1.6 Kota Malang ......................................................................... 49
4.1.7 Kota Batu .............................................................................. 50
4.1.8 Kota Pasuruan ....................................................................... 51
4.1.9 Kota Surabaya ...................................................................... 53
4.2 Hasil Analisis Data ........................................................................ 54
4.2.1 Analisis Shift Share Esteban Marquillas .............................. 54
4.2.2 Analisis Location Quotient (LQ) .......................................... 65
4.2.3 Analisis Dynamic Location Quotient (DLQ) ....................... 75
4.2.4 Analisis Tipologi Klassen ..................................................... 83
4.3 Pembahasan ................................................................................... 85
4.3.1 Analisis Shift Share Esteban Marquillas .............................. 86
xvi
4.3.2 Analisis Location Quotient (LQ) .......................................... 90
4.3.3 Analisis Dynamic Location Quotient (DLQ) ....................... 93
4.3.4 Analisis Tipologi Klassen ..................................................... 96
BAB 5. PENUTUP ............................................................................................. 98
5.1 Kesimpulan .................................................................................... 98
5.2 Saran .............................................................................................. 99
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 100
LAMPIRAN ....................................................................................................... 104

xvii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1.1 Kontribusi Pembentukan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut
Wilayah Kerja Bakorwil di Jawa Timur Tahun 2010-2015 (Miliar
Rupiah) ......................................................................................................... 6
1.2 Sektor Unggulan Wilayah Kabupaten/Kota pada Wilayah Kerja Bakorwil
III Berdasarkan Kontribusi PDRB Secara Sektoral ..................................... 9
2.1 Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu ................................................. 32
3.1 Klasifikasi Wilayah Menurut Klassen Typology ....................................... 40
4.1 Nilai PDRB (Miliar Rupiah) dan Pertumbuhan Ekonomi (persen)
Kabupaten Malang Tahun 2010-2015 ....................................................... 44
4.2 Nilai PDRB (Miliar Rupiah) dan Pertumbuhan Ekonomi (Persen)
Kabupaten Pasuruan Tahun 2010-2015 ..................................................... 45
4.3 Nilai PDRB (Miliar Rupiah) dan Pertumbuhan Ekonomi (Persen)
Kabupaten Sidoarjo Tahun 2010-2015 ...................................................... 47
4.4 Nilai PDRB (Miliar Rupiah) dan Pertumbuhan Ekonomi (Persen)
Kabupaten Blitar Tahun 2010-2015 .......................................................... 48
4.5 Nilai PDRB (Miliar Rupiah) dan Pertumbuhan Ekonomi (Persen) Kota
Blitar Tahun 2010-2015 ............................................................................. 49
4.6 Nilai PDRB (Miliar Rupiah) dan Pertumbuhan Ekonomi (Persen) Kota
Malang Tahun 2010-2015.......................................................................... 50
4.7 Nilai PDRB (Miliar Rupiah) dan Pertumbuhan Ekonomi (Persen) Kota
Batu Tahun 2010-2015 .............................................................................. 51
4.8 Nilai PDRB (Miliar Rupiah) dan Pertumbuhan Ekonomi (Persen) Kota
Pasuruan Tahun 2010-2015 ....................................................................... 52
4.9 Nilai PDRB (Miliar Rupiah) dan Pertumbuhan Ekonomi (Persen) Kota
Surabaya Tahun 2010-2015 ....................................................................... 53
4.10 Rata-rata Hasil Analisis SSEM di Kabupaten Malang Tahun 2010-
2015 ........................................................................................................... 54
4.11 Rata-rata Hasil Analisis SSEM di Kabupaten Pasuruan Tahun 2010-
xviii
2015 ........................................................................................................... 56
4.12 Rata-rata Hasil Analisis SSEM di Kabupaten Sidoarjo Tahun 2010-
2015 ........................................................................................................... 57
4.13 Rata-rata Hasil Analisis SSEM di Kabupaten Blitar Tahun 2010-2015.... 58
4.14 Rata-rata Hasil Analisis SSEM di Kota Blitar Tahun 2010-2015 ............. 59
4.15 Rata-rata Hasil Analisis SSEM di Kota Malang Tahun 2010-2015 .......... 61
4.16 Rata-rata Hasil Analisis SSEM di Kota Batu Tahun 2010-2015 ............... 62
4.17 Rata-rata Hasil Analisis SSEM di Kota Pasuruan Tahun 2010-2015........ 64
4.18 Rata-rata Hasil Analisis SSEM di Kota Surabaya Tahun 2010-2015 ....... 65
4.19 Nilai LQ Sektor Perekonomian Kabupaten Malang Tahun 2010-2015 .... 66
4.20 Nilai LQ Sektor Perekonomian Kabupaten Pasuruan Tahun 2010-
2015 ........................................................................................................... 67
4.21 Nilai LQ Sektor Perekonomian di Kabupaten Sidoarjo Tahun 2010-
2015 ........................................................................................................... 68
4.22 Nilai LQ Sektor Perekonomian Kabupaten Blitar Tahun 2010-2015 ....... 69
4.23 Nilai LQ Sektor Perekonomian Kota Blitar Tahun 2010-2015 ................. 70
4.24 Nilai LQ Sektor Perekonomian Kota Malang Tahun 2010-2015 .............. 71
4.25 Nilai LQ Sektor Perekonomian Kota Batu Tahun 2010-2015................... 72
4.26 Nilai LQ Sektor Perekonomian Kota Pasuruan Tahun 2010-2015 ........... 73
4.27 Nilai LQ Sektor Perekonomian Kota Surabaya Tahun 2010-2015 ........... 74
4.28 Nilai DLQ Sektor Perekonomian Kabupaten Malang Tahun 2010-
2015 ........................................................................................................... 75
4.29 Nilai DLQ Sektor Perekonomian Kabupaten Pasuruan Tahun 2010-
2015 ........................................................................................................... 76
4.30 Nilai DLQ Sektor Perekonomian Kabupaten Sidoarjo Tahun 2010-
2015 ........................................................................................................... 77
4.31 Nilai DLQ Sektor Perekonomian Kabupaten Blitar Tahun 2010-2015..... 78
4.32 Nilai DLQ Sektor Perekonomian Kota Blitar Tahun 2010-2015 .............. 79
4.33 Nilai DLQ Sektor Perekonomian Kota Malang Tahun 2010-2015 ........... 80
4.34 Nilai DLQ Sektor Perekonomian Kota Batu Tahun 2010-2015 ................ 81
4.35 Nilai DLQ Sektor Perekonomian Kota Pasuruan Tahun 2010-2015......... 82
xix
4.36 Nilai DLQ Sektor Perekonomian Kota Surabaya Tahun 2010-2015 ........ 83
4.37 Analisis Tipologi Klassen Wilayah Kerja Bakorwil III, Tahun 2010-
2015 ........................................................................................................... 84

xx
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1.1 Perbandingan Klasifikasi Lapangan Usaha PDRB Seri 2000 dan PDRB
Seri 2010 (dari 9 sektor ke 17 sektor) ....................................................................... 3
1.2 Perbandingan Kontribusi Kabupaten/Kota terhadap Pembentukan
Pembentukan PDRB Jawa Timur Tahun 2011 dan 2015 (persen) ................... 4
1.3 Struktur Ekonomi Jawa Timur Tahun 2015 (Persen) ........................................... 5
1.4 Laju Pertumbuhan Ekonomoi di Wilayah Kerja Bakorwil III Tahun
2011-2015 (persen) ......................................................................................................... 7
2.1 Kerangka Konseptual ................................................................................................... 34

xxi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
A Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jawa Timur Tahun 2010-
2015 (Miliar Rupiah) .................................................................................................. 104
B PDRB Wilayah Kerja Bakorwil III Tahun 2010-2015 (Miliar Rupiah) ....... 105
C Hasil Perhitungan Analisis Shift Share Esteban Marquillas (SSEM)
Wilayah Kerja Bakorwil III ...................................................................................... 114
D Hasil Perhitungan Analisis Location Quotient (LQ) Wilayah Kerja
Bakorwil III.................................................................................................................... 123
E Hasil Perhitungan Analisis Dynamic Location Quotient (DLQ) Wilayah
Kerja Bakorwil III ........................................................................................................ 132
F Hasil Perhitungan Analisis Tipologi Klassen Wilayah Kerja
Bakorwil III.................................................................................................................... 141

xxii
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan merupakan suatu proses dinamis untuk mencapai
kesejahteraan masyarakat pada tingkat yang lebih tinggi dan serba sejahtera.
Pembangunan yang berorientasi pada pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB
pada tingkat nasional) yang tinggi (GDP oriented), telah menunjukkan
keberhasilan yang memuaskan pada berbagai bidang dan sektor pembangunan.
Hal tersebut bisa diukur dari tingkat pertumbuhan ekonomi riil yang telah
memperlihatkan peningkatan secara terus-menerus. Begitu pula pendapatan
perkapita, tingkat kesempatan kerja, ekspor, serta struktur perekonomian yang
menjadi lebih kokoh yang ditunjukkan dengan adanya pergeseran peranan dari
sektor pertanian menuju ke sektor lainnya terhadap PDB (Adisasmita, 2005:10).
Pembangunan ekonomi merupakan serangkaian usaha dan kebijakan yang
bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperbanyak lapangan
kerja, memeratakan distribusi pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan
ekonomi regional dan melalui pergeseran kegiatan struktur ekonomi dari sektor
primer menuju ke sektor sekunder dan tersier. Sehingga, arah dari pembangunan
ekonomi adalah mengusahakan agar pendapatan masyarakat naik, disertai dengan
tingkat pemerataan pembangunan yang sebaik mungkin (BPS, 2015). Menurut
Adisasmita (2011:11) mencapai tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi
merupakan tujuan dari pembangunan ekonomi. Dalam hal ini, pemerintah dapat
berperan secara aktif maupun secara pasif dalam mencapai tujuan pembangunan
ekonomi tersebut.
Alokasi anggaran daerah diharapkan akan semakin efisien sejalan dengan
meningkatnya kewenangan yang telah diberikan kepada daerah melalui
desentralisasi fiskal. Melalui peningkatan efisiensi alokasi anggaran diharapkan
mampu menstimulus pertumbuhan ekonomi di suatu daerah. Desentralisasi fiskal
diharapkan akan memberikan dampak yang besar pada berbagai sektor
perekonomian, seperti kebutuhan akan jasa perencanaan dan pembangunan,
2

penyerapan buruh dan tenaga kerja, serta meningkatnya konsumsi. Selain itu juga
diharapkan dapat memicu kreativitas dan inovasi baru oleh para pelaku di daerah.
Sehingga, desentralisasi fiskal akan memberikan dampak yang sangat positif,
terutama menyangkut pemerataan PDRB per kapita di suatu daerah (Sun’an,
2015:60).
Suatu wilayah dapat dilihat secara keseluruhan sebagai suatu unit ekonomi
yang di dalamnya terdapat berbagai unsur yang saling berinteraksi antara yang
satu dengan yang lainnya melalui perencanaan pembangunan daerah (Kuncoro,
2012:3). Dalam perencanaan pembangunan suatu wilayah, dapat dilaksanakan
dengan dua cara, yaitu dengan cara pendekatan sektoral dan pendekatan regional
(wilayah). Pendekatan sektoral memfokuskan perhatiannya pada sektor-sektor
kegiatan ekonomi yang ada pada suatu wilayah dan mengelompokkan kegiatan
ekonomi tersebut menurut sektor-sektor yang sejenis. Sedangkan pendekatan
wilayah adalah dengan cara melihat pemanfaatan ruang dan interaksi-interaksi
pada berbagai kegiatan dalam ruang suatu wilayah (Sun’an, 2015:10).
Pertumbuhan yang mengharuskan adanya pembangunan bersama-sama dan
seimbang pada berbagai sektor perekonomian merupakan teori pertumbuhan
ekonomi yang berimbang, sehingga semua sektor ekonomi dapat tumbuh secara
bersama-sama (Jhingan, 2002:182).
Untuk mengetahui perkembangan perekonomian suatu daerah dapat kita
lihat melalui data dari pendapatan regional suatu daerah. Klasifikasi PDRB
menurut lapangan usaha tahun dasar 2000 menggunakan Klasifikasi Lapangan
Usaha Indonesia 1990 (KLUI 1990), sedangkan pada PDRB tahun dasar 2010
menggunakan KBLI 2009. Perubahan tahun dasar tersebut telah memberikan
pengaruh pada perubahan klasifikasi lapangan usaha pada PDRB. PDRB seri 2000
disajikan dalam 9 lapangan usaha, sementara itu, PDRB seri 2010 disajikan dalam
17 lapangan usaha (BPS, 2015). Perbandingan perubahan klasifikasi PDRB seri
2000 dan PDRB seri 2010 dapat dilihat pada Gambar 1.1.
3

Gambar 1.1Perbandingan Klasifikasi Lapangan Usaha PDRB Seri 2000 dan PDRB
Seri 2010 (dari 9 sektor ke 17 sektor) (Sumber: BPS Jawa Timur 2015).

Jawa Timur merupakan penyumbang pembangunan terbesar ke dua dalam


perekonomian nasional, setelah DKI Jakarta, dengan kontribusi sebesar 14,40
persen pada tahun 2014. Nilai PDRB atas dasar harga berlaku mencapai Rp
1.540,70 triliun, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan 2010 sebesar Rp
1.262,70 triliun. Selanjutnya perekonomian Jawa Timur pada tahun 2015
menghasilkan nilai tambah atas dasar harga berlaku sebesar Rp 1.689,88 triliun,
dan atas harga konstan 2010 sebesar Rp 1.331,42 triliun. Nilai ini setara dengan
14,50 persen perekonomian nasional, sedikit lebih tinggi dibanding tahun 2014
yang sebesar 14,41 persen. Besarnya nilai tambah yang dihasilkan di Jawa Timur
tidak terlepas dari peran 38 kabupaten/kota dengan kondisi geografis dan sosial
budaya yang berbeda antar wilayah (BPS, 2016).
4

2011 2015

Gambar 1.2 Perbandingan Kontribusi Kabupaten/Kota terhadap Pembentukan


PDRB Jawa Timur Tahun 2011 dan 2015 (Persen) (Sumber: BPS,
2016).

Pada Gambar 1.2 dapat diketahui bahwa Kota Surabaya memiliki peranan
kontribusi terbesar pada pembentukan PDRB Jawa Timur di wilayah kerja Bakorwil
III dan berada pada urutan pertama di wilayah Jawa Timur, yaitu sebesar 23,33 persen
pada tahun 2011, kemudian pada tahun 2015 kontribusinya mengalami kenaikan
menjadi sebesar 23,97 persen. Selanjutnya, Kabupaten Sidoarjo berkontribusi
terhadap PDRB Jawa Timur sebesar 8,31 persen pada tahun 2011 dan mengalami
peningkatan pada tahun 2015 menjadi 8,64 persen. Kemudian
5

pada urutan ketiga adalah Kabupaten Pasuruan dengan kontribusi pada tahun 2011
sebesar 6,20 persen dan mengalami penurunan menjadi 6,15 persen pada tahun
2015. Sedangkan yang kontribusinya berperan paling sedikit dalam pembentukan
PDRB Jawa Timur di wilayah kerja Bakorwil III adalah Kota Blitar, yaitu sebesar
0,28 persen pada tahun 2011 dan 0,28 persen pada tahun 2015.

Gambar 1.3 Struktur Ekonomi Jawa Timur Tahun 2015 (persen) (Sumber: BPS
Jawa Timur, 2016)

Dalam Gambar 1.3 terlihat bahwa perekonomian Jawa Timur ditopang


oleh tiga lapangan usaha utama, yaitu sektor pertanian, kehutanan dan perikanan;
sektor industri pengolahan, serta sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi
mobil dan sepeda motor. Ketiga sektor perekonomian tersebut memberikan
kontribusi terhadap PDRB Jawa Timur tahun 2015 sebesar 60,67 persen (BPS,
2015). Selain itu perekonomian di Provinsi Jawa Timur juga mengalami
pergeseran dari sektor primer menuju ke sektor tersier.
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur (2016), bakorwil
adalah Badan Koordinasi Wilayah pemerintahan dan pembangunan Provinsi Jawa
Timur. Wilayah kerja Bakorwil III yang berkedudukan di Kota Malang ini terdiri
dari sembilan wilayah sebagai berikut:
6

1. Kabupaten Malang 6. Kota Malang


2. Kabupaten Pasuruan 7. Kota Batu
3. Kabupaten Sidoarjo 8. Kota Pasuruan
4. Kabupaten Blitar 9. Kota Surabaya
5. Kota Blitar

Tabel 1.1 Kontribusi Pembentukan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010
Menurut Wilayah Kerja Bakorwil di Jawa Timur Tahun 2010-2015
(Miliar Rupiah)

Wilayah
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Bakorwil
I 147.257,8 155.195,0 164.318,1 172.526,8 182.180,7 191.692,7
II 202.544,1 216.962,1 230.451,4 243.184,6 256.893,0 276.443,5
III 475.734,6 508.446,6 544.850,7 582.954,4 621.474,9 656.661,9
IV 48.076,1 50.216,0 52.643,6 56.421,1 59.325,7 59.849,3
V 117.036,1 124.159,5 132.035,0 140.056,5 147.986,0 155.870,0
PDRB total 990.648,7 1.054.979,2 1.124.298,8 1.195.143,4 1.267.860,3 1.340.517,4
Sumber: BPS, diolah

Dari Tabel 1.1 menunjukkan bahwa wilayah kerja Bakorwil III


menyumbangkan kontribusi terbesar terhadap pembentukan PDRB Jawa Timur
sebesar 656.661,9 Miliar Rupiah atau sekitar 48,99 persen pada tahun 2015. Pada
urutan kedua adalah wilayah kerja Bakorwil II yang berperan terhadap PDRB Jawa
Timur sebesar 20,62 persen pada tahun 2015. Selanjutnya yang berkontribusi terbesar
tahun 2015 pada pembentukan PDRB Jawa Timur diurutan ketiga adalah wilayah
kerja Bakorwil I, yaitu sebesar 14,30 persen, kemudian disusul oleh wilayah kerja V
sebesar 11,63 persen, dan yang memberikan kontribusi terendah terhadap PDRB Jawa
Timur adalah wilayah kerja Bakorwil IV sebesar 4,85 persen. Besarnya nilai
kontribusi wilayah kerja Bakorwil III tersebut tentu saja tidak lepas dari peranan
sembilan Kabupaten/Kota yang berada di wilayah kerja Bakorwil III.
7

Laju Pertumbuhan Ekonomi


7,50
7,16
6,88 6,99
7,00
6,61
6,50
Persentase

6,00
5,66
5,50
5,00
4,50
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Tahun

Gambar 1.4 Laju Pertumbuhan Ekonomi di Wilayah Kerja Bakorwil III Tahun
2011-2015 (persen) (Sumber: BPS 2016, diolah)

Berdasarkan Gambar 1.4 dapat diketahui bahwa laju pertumbuhan ekonomi


dari wilayah kerja Bakorwil III ternyata cenderung mengalami penurunan dari tahun
2010 hingga 2015. Pada tahun 2011, laju pertumbuhan ekonomi wilayah kerja
Bakorwil III sebesar 6,88 persen dan kemudian mengalami kenaikan laju
pertumbuhan pada tahun 2012 menjadi sebesar 7,16 persen. Namun pada tahun 2013
laju pertumbuhan ekonomi wilayah kerja Bakorwil III mengalami penurunan menjadi
sebesar 6,99 persen. Penurunan laju pertumbuhan ekonomi wilayah kerja Bakorwil III
masih terus berlanjut pada tahun berikutnya, yaitu menjadi sebesar 6,61 persen pada
tahun 2014 dan sebesar 5,66 persen pada tahun 2015.
Wilayah kerja Bakorwil III yang terdiri dari sembilan Kabupaten/Kota
memiliki sektor unggulan pada masing-masing wilayah. Hal ini dapat diketahui dari
kontribusinya terhadap pembentukan PBRD Jawa Timur. Wilayah Kabupaten Malang
merupakan wilayah yang berkontribusi terbesar pada Sektor Pertanian, Kehutanan
dan Perikanan pada wilayah kerja Bakorwil III dan ketiga pada Provinsi Jawa Timur,
yaitu sebesar 5,71 persen pada tahun 2015. Pada Sektor Industri Pengolahan, terdapat
tiga wilayah yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB Jawa Timur tahun
2015, yaitu Kota Surabaya sebesar 15,84 persen, Kabupaten Sidoarjo 13,87 persen,
dan Kabupaten Pasuruan 11,87 persen. Besarnya kontribusi Sektor Industri
Pengolahan ketiga wilayah tersebut pada PDRB Jawa
8

Timur karena ditopang oleh adanya kawasan industri seperti PT. Surabaya
Industrial Estate Rungkut (SIER) di Kota Surabaya, Sidoarjo Industrial Estate
Berbek (SIEB), dan PT. Pasuruan Industrial Estate Rembang (PIER) di Kabupaten
Pasuruan. Selanjutnya pada Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi
Mobil dan Sepeda Motor yang memiliki kontribusi terbesar adalah Kota Malang
dan Kabupaten Malang yang masing-masing sebesar 4,96 persen dan 4,52 persen
pada tahun 2015 (BPS, 2016).
Masalah yang sering terjadi dalam pembangunan ekonomi daerah adalah
terletak pada kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah yang seringkali
tidak sesuai dengan potensi-potensi yang telah dimiliki oleh suatu daerah. Misalnya
kebijakan mengenai kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan kenaikan Tarif
Dasar Listrik (TDL). Kebijakan tersebut tentunya kurang kondusif bagi dunia usaha
dan bisa juga akan berdampak pada meningkatnya biaya produksi dari suatu industri
dan juga biaya transportasi (BPS, 2015). Suatu daerah relatif memiliki potensi yang
berbeda-beda dengan daerah yang lain dikarenakan oleh perbedaan karakteristik
sumberdaya yang ada pada masing-masing wilayah Kabupaten/Kota yang terdapat
pada wilayah kerja Bakorwil III. Sehingga pembangunan daerah yang ada pada
masing-masing daerah harus dilaksanakan sesuai dengan potensi dan karakteristik
sumberdaya yang ada pada daerah tersebut.
Pada Tabel 1.2 merupakan sektor unggulan berdasarkan kontribusi sektoral
yang dimiliki oleh masing-masing Kabupaten/Kota di wilayah kerja Bakorwil III.
Dari data tersebut, maka dapat diketahui bahwa pada wilayah kerja Bakorwil III
didominasi oleh Sektor Industri Pengolahan; serta Sektor Perdagangan Besar dan
Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor. Sementara itu, berdasarkan masing-
masing wilayah Kabupaten/Kota yang ada di wilayah kerja Bakorwil III, Sektor
Industri Pengolahan merupakan sektor unggulan pertama di wilayah Kabupaten
Malang, Kabupaten Pasuruan, dan Kabupaten Sidoarjo. Selanjutnya, Sektor
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan merupakan sektor unggulan pertama di
wilayah Kabupaten Blitar. Sedangkan Kota Blitar, Kota Malang, Kota batu, Kota
Pasuruan, dan Kota Surabaya mempunyai Sektor Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebagai sektor unggulan pertama.
9

Tabel 1.2 Sektor Unggulan Wilayah Kabupaten/Kota pada Wilayah Kerja


Bakorwil III Berdasarkan Kontribusi PDRB Secara Sektoral
Sektor Unggulan Sektor Unggulan Sektor Unggulan
Bakorwil III
I II III
Perdagangan Besar
Pertanian,
Industri dan Eceran;
Kab. Malang Kehutanan dan
Pengolahan Reparasi Mobil
Perikanan
dan Sepeda Motor
Perdagangan Besar
Industri dan Eceran;
Kab. Pasuruan Konstruksi
Pengolahan Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor
Perdagangan Besar
Industri dan Eceran;
Kab. Sidoarjo Konstruksi
Pengolahan Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor
Perdagangan Besar
Pertanian,
dan Eceran; Industri
Kab. Blitar Kehutanan dan
Reparasi Mobil Pengolahan
Perikanan
dan Sepeda Motor
Perdagangan Besar
dan Eceran; Informasi dan Jasa Keuangan dan
Kota Blitar
Reparasi Mobil Komunikasi Asuransi
dan Sepeda Motor
Perdagangan Besar
dan Eceran; Industri
Kota Malang Konstruksi
Reparasi Mobil Pengolahan
dan Sepeda Motor
Perdagangan Besar
Pertanian,
dan Eceran;
Kota Batu Jasa Lainnya Kehutanan, dan
Reparasi Mobil
Perikanan
dan Sepeda Motor
Perdagangan Besar
dan Eceran; Industri Informasi dan
Kota Pasuruan
Reparasi Mobil Pengolahan Komunikasi
dan Sepeda Motor
Perdagangan Besar
Penyediaan
dan Eceran; Industri
Kota Surabaya Akomodasi dan
Reparasi Mobil Pengolahan
Makan Minum
dan Sepeda Motor
Sumber: BPS, diolah

Potensi yang dimiliki suatu daerah jika dikembangkan dengan maksimal


akan mendatangkan suatu keuntungan bagi daerahnya tersebut. Dengan potensi
yang dimiliki oleh Kabupaten/Kota yang ada di wilayah kerja Bakorwil III,
diharapkan dapat meningkatkan sumbangan terhadap pembentukan PDRB Jawa
10

Timur. Mengingat dengan jumlah Kabupaten/Kota yang relatif banyak dan ditunjang
oleh kondisi alam yang kaya akan sumber daya (terdapat kawasan industri dan sarana
hiburan dan rekreasi) maka diharapkan peran Bakorwil III melalui potensi-potensi
ekonomi yang dimiliki bisa meningkat. Walaupun laju pertumbuhan PDRB wilayah
kerja Bakorwil III cenderung menurun dari tahun 2012 sampai tahun 2015.
Kedepannya diharapkan mampu untuk tetap memberikan sumbangan terbesar
terhadap pembentukan PDRB di Provinsi Jawa Timur. Hal ini dikarenakan dengan
adanya spesialisasi sesuai dengan sektor unggulan yang dimiliki masing-masing
daerah nantinya akan dapat digunakan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi
masyarakat dalam melaksanakan kegiatan ekonomi. Untuk itulah pemerintah daerah
harus mengetahui dengan pasti apa saja yang merupakan sektor basis maupun sektor
non basis serta sektor-sektor mana sajakah yang memiliki potensi untuk
dikembangkan lebih lanjut, sehingga nantinya sektor potensial tersebut dapat menjadi
sektor basis yang baru di daerah tersebut.
Dari uraian yang telah disampaikan di atas, peneliti tertarik untuk
mengetahui sektor-sektor mana sajakah pada wilayah Kabupaten/Kota di wilayah
kerja Bakorwil III yang merupakan sektor basis dan non basis serta sektor mana
sajakah yang merupakan sektor yang memiliki potensi yang dapat dikembangkan
untuk meningkatkan pembangunan daerah. Sehingga dalam penelitian ini peneliti
mengambil judul “Analisis Kinerja Wilayah Secara Sektoral Terhadap
Pembangunan Ekonomi di Wilayah Kerja Bakorwil III Provinsi Jawa Timur”.

1.2 Rumusan Masalah


Kegiatan perekonomian wilayah kerja Bakorwil III yang terdiri dari
sembilan wilayah Kabupaten/Kota tentunya mempunyai kinerja perekonomian
yang berbeda-beda. Kinerja perekonomian tersebut ditopang oleh kinerja masing-
masing sektor perekonomian pada suatu wilayah. Berdasarkan latar belakang yang
telah diuraikan di atas, maka rumusan permasalahannya adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana perkembangan kinerja masing-masing sektor terhadap
perekonomian di wilayah kerja Bakorwil III?
11

2. Apakah yang menjadi sektor basis dan sektor potensial di wilayah kerja
Bakorwil III?
3. Bagaimana pengklasifikasian wilayah Kabupaten/Kota di wilayah kerja
Bakorwil III?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan latar belakang permasalahan serta rumusan masalah yang
telah diuraikan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan mengidentifikasi perkembangan kinerja masing-
masing sektor terhadap perekonomian di wilayah kerja Bakorwil III.
2. Untuk mengetahui dan mengidentifikasi sektor perekonomian yang menjadi
sektor basis dan sektor potensial di wilayah kerja Bakorwil III.
3. Untuk mengetahui dan mengidentifikasi pengklasifikasian wilayah
Kabupaten/Kota di wilayah kerja Bakorwil III.

1.4 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi akademisi dapat menjadi tambahan wawasan dan ilmu pengetahuan
yang berkaitan dengan, sektor basis, sektor potensial, pertumbuhan ekonomi,
pembangunan wilayah, dan perkembangan perekonomian.
2. Bagi pemerintah dan pemangku kebijakan dapat disajikan sebagai referensi dan
masukan dalam pengembangan dan penentuan sektor perekonomian, terutama
peranan sektor basis dan sektor potensial pada wilayah kerja Bakorwil III.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Teori Pembangunan Ekonomi
Dalam melakukan pembangunan, maka diperlukan adanya landasan teori
yang mampu menjelaskan hubungan korelasi antara fakta-fakta yang diamati,
sehingga akan didapat kerangka orientasi yang digunakan untuk analisis dan
membuat ramalan terhadap gejala atau fenomena baru yang diperkirakan akan terjadi.
Terdapat banyak teori yang dapat digunakan sebagai landasan untuk menjelaskan
pentingnya pembangunan wilayah seiring dengan majunya studi pembangunan
ekonomi (Adisasmita, 2005:21). Pembangunan merupakan proses transformasi yang
ditandai oleh adanya perubahan struktural, yaitu perubahan pada landasan kegiatan
ekonomi maupun pada kerangka susunan ekonomi masyarakat yang bersangkutan.
Transformasi tersebut biasanya ditandai dengan adanya peralihan dan pergeseran dari
kegiatan pada sektor produksi primer menuju ke sektor produksi sekunder dan sektor
tersier (Djojohadikusumo, 1994:90).
Menurut Lembaga Ketahanan Nasional (1997:6) teori pembangunan
diawali dari satu rangkaian usaha dan kegiatan yang dilakukan untuk
meningkatkan kesejahteraan suatu bangsa. Teori pembangunan ekonomi tersebut
telah berkembang ke arah pendekatan politik, sosial budaya dan pendekatan
menyeluruh pada setiap aspek kehidupan sesuai dengan perkembangan situasi dan
kondisi di dunia.
Pembangunan ekonomi merupakan suatu upaya untuk mewujudkan
adanya perubahan-perubahan ekonomi yang menuntut adanya kenaikan output.
Pembangunan selalu dibarengi dengan pertumbuhan ekonomi, akan tetapi dalam
pertumbuhan tersebut belum tentu mencakup unsur dari pembangunan. Sehingga
pertumbuhan ekonomi yang terjadi secara terus-menerus dapat mendukung
peningkatan perekonomian serta kesejahteraan rakyat yang merupakan tujuan
utama dari keberlangsungan pembangunan tersebut (Adisasmita, 2011:24).
Ketersediaan modal berupa sumber-sumber alam (SDA), teknologi,
manajemen, kualitas dan kuantitas sumber daya manusia (SDM) serta modal
12
13

merupakan kunci untuk mencapai keberhasilan dalam pembangunan secara


umum. Sehingga untuk meningkatkan pertumbuhan produksi dalam pembangunan
ekonomi suatu daerah, maka harus tersedia sekurang-kurangnya tiga unsur pokok,
yaitu sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya modal
(Adisasmita, 2011:24).
Dalam proses pembangunan, diperlukan adanya pertimbangan antara aspek
pertumbuhan dan pemerataan, serta dampak dari aktivitas ekonomi terhadap
kehidupan sosial bermasyarakat. Selain itu, juga diperlukan adanya upaya yang
bertujuan untuk mengubah struktur perekonomian menuju ke arah yang lebih baik
(Kuncoro, 2000:37). Ekonomi pembangunan berhubungan dengan ekonomi dan
proses politik yang harus melakukan transformasi secara struktural dan
institusional yang cepat pada seluruh kehidupan masyarakat yang secara efisien,
sehingga akan memberikan kemajuan ekonomi bagi masyarakat. Komponen
utama dalam ekonomi pembangunan adalah adanya perencanaan ekonomi yang
terkoordinasi dan kebijaksanaan-kebijaksanaan ekonomi yang luas dan mendasar
yang biasanya dilaksanakan oleh pemerintah (Todaro, 1983:35).
Menurut Lemhannas (1995:11) menyebutkan bahwa pembangunan
merupakan proses memajukan mutu kehidupan manusia. Dalam pengertian
tersebut, pembangunan ekonomi mencakup tiga bagian yang sama pentingnya,
yaitu pembangunan bertujuan untuk:
1. Mempertinggi taraf kehidupan masyarakat, seperti tingkat pendapatan dan
konsumsi, pelayanan kesehatan, tingkat pendidikan dan sebagainya
melalui pembangunan ekonomi.
2. Menciptakan keadaan yang dapat membantu pertumbuhan rasa harga diri
dan rasa hormat terhadap kemanusiaan, melalui pembangunan sistem dan
lembaga sosial, politik, dan ekonomi.
3. Mengembangkan kebebasan untuk memilih, misalnya dengan menambah
keanekaragaman jenis barang dan jasa yang tersedia di masyarakat.
14

Teori pembangunan ekonomi menurut W. W. Rostow terbagi menjadi lima


tahapan (Arsyad, 1997:44) sebagai berikut:
1. Masyarakat Tradisional, yaitu merupakan masyarakat yang fungsi
produksinya terbatas yang ditandai dengan cara produksi yang relatif
masih tradisional dan cara hidup masyarakat yang masih sangat
dipengaruhi oleh nilai-nilai yang kurang rasional.
2. Tahap Prasyarat Tinggal Landas, yaitu suatu masa peralihan dimana
masyarakat mempersiapkan dirinya untuk mencapai pertumbuhan atas
kekuatan sendiri. Pada tahap ini dan seterusnya, pertumbuhan ekonomi
akan terjadi secara otomatis.
3. Tahap Tinggal Landas, yaitu pada awal tahap ini akan terjadi perubahan
yang drastis dalam masyarakat, seperti terjadinya revolusi politik,
terciptanya kemajuan yang pesat dalam berinovasi, atau berupa terbukanya
pasar-pasar baru. Sehingga perubahan tersebut akan mencipatakan inovasi-
inovasi dan peningkatan pada investasi.
4. Tahap Menuju Kedewasaan, yaitu masa dimana masyarakat sudah secara
efektif menggunakan teknologi modern pada hampir semua kegiatan
produksi.
5. Tahap Konsumsi Tinggi, yaitu pada tahap ini perhatian masyarakat lebih
menekankan pada masalah-masalah yang berkaitan dengan konsumsi dan
kesejahteraan masyarakat, sehingga bukan lagi kepada masalah produksi.

A. Strategi Pembangunan Seimbang


Teori ini pertama kali diciptakan oleh Rosenstein-Rodan yang beranggapan
bahwa melakukan industrialisasi di daerah yang kurang berkembang merupakan cara
yang tepat untuk menciptakan pembagian pendapatan yang lebih merata dan untuk
meningkatkan pendapatan agar lebih cepat daripada daerah yang lebih kaya. Dalam
upaya untuk melaksanakan program tersebut, berbagai industri haruslah dibangun
secara bebarengan. Menciptakan berbagai jenis industri yang berkaitan erat satu sama
lain merupakan tujuan utama dari strategi tersebut, sehingga setiap industri akan
memperoleh eksternalitas ekonomi sebagai akibat dari adanya
15

industrialisasi tersebut. Pembangunan industri secara besar-besaran akan


menciptakan tiga macam eksternalitas ekonomi, yaitu: (i) eksternalitas ekonomi
yang diakibatkan oleh adanya perluasan pasar, (ii) eksternalitas ekonomi yang
disebabkan karena industri yang sama letaknya berdekatan, dan (iii) eksternalitas
yang disebabkan karena adanya industri lain dalam perekonomian tersebut.
Pendapat Nurkse tidak jauh berbeda dengan Rosenstein-Rodan, dalam
analisisnya ia menekankan bahwa pembangunan ekonomi bukan saja mengalami
kesulitan dalam mendapatkan modal yang dibutuhkan, tetapi juga dalam
mendapatkan pasar bagi barang-barang industri yang akan dikembangkan.
Investasi akan sangat rendah karena kecilnya daya beli masyarakat yang
disebabkan oleh rendahnya pendapatan riil masyarakat. Menurut Nurkse, tingkat
produktivitas merupakan faktor terpenting yang menentukan luasnya pasar. Oleh
karena itu, suatu wilayah yang sedang dalam pembangunan perlu melaksanakan
program pembangunan seimbang, yaitu pada waktu yang bersamaan dilakukan
investasi di berbagai industri yang memiliki keterkaitan satu sama lain. Dengan
cara tersebut, maka pasar akan semakin luas karena adanya kesempatan kerja dan
pendapatan masyarakat yang diperoleh dari berbagai industri akan menciptakan
permintaan akan barang-barang industri yang dihasilkan. Sehingga, pembangunan
suatu industri akan menciptakan pasar bagi industri lain, dan semakin banyak
industri yang dibangun akan semakin luas pasar suatu industri yang pada akhirnya
akan memungkinkan penggunaan modal secara efisien dan intensif. Dengan
demikian, pembangunan seimbang akan menjadi perangsang untuk memperluas
permintaan akan modal dan menciptakan perangsang untuk melakukan investasi
yang lebih banyak.
Sementara itu, menurut analisis Lewis menunjukkan bahwa perlu adanya
pembangunan seimbang yang ditekankan pada keuntungan yang akan diperoleh dari
adanya saling ketergantungan yang efisien antara berbagai sektor, seperti sektor
pertanian dan sektor industri, serta antara sektor dalam negeri dan luar negeri.
Menurut Lewis, akan timbul banyak masalah jika usaha pembangunan hanya
dipusatkan pada satu sektor saja. Tanpa adanya keseimbangan pembangunan antara
berbagai sektor akan menimbulkan adanya ketidakstabilan dan gangguan terhadap
16

kelancaran kegiatan ekonomi yang nantinya akan menyebabkan terhambatnya


proses pembangunan itu sendiri (Arsyad, 1997:84).

B. Teori Pembangunan Tak Seimbang


Teori pembangunan tak seimbang dikemukakan oleh Hirschman yang
menyatakan bahwa pembangunan tak seimbang merupakan pola pembangunan
yang lebih cocok untuk mempercepat proses pembangunan di negara sedang
berkembang. Menurut Hircshman, jika kita mengamati proses pembangunan yang
terjadi antara dua periode waktu tertentu, maka akan tampak bahwa berbagai
sektor kegiatan ekonomi telah mengalami perkembangan dengan laju yang
berbeda-beda, yang berarti pula bahwa pembangunan berjalan dengan baik jika
tidak seimbang. Perkembangan sektor pemimpin (leading sector) akan
merangsang perkembangan pada sektor lainnya. Begitu pula perkembangan di
suatu industri tertentu akan merangsang perkembangan pada industri-industri lain
yang berkaitan erat dengan industri yang mengalami perkembangan tersebut.
Negara sedang berkembang dianggap lebih sesuai untuk melaksanakan
pembangunan tak seimbang, karena negara-negara tersebut biasanya menghadapi
masalah kekurangan sumberdaya. Dengan melaksanakan program pembangunan
tak seimbang, maka usaha pembangunan pada suatu periode waktu tertentu akan
dipusatkan pada beberapa sektor yang akan mendorong penanaman modal yang
terpengaruh di berbagai sektor pada periode waktu berikutnya. Oleh karena itu,
penggunaan sumberdaya yang sangat langka tersebut dapat digunakan secara
efisien pada setiap tahap pembangunan.
Selajutnya, pembangunan tak seimbang tersebut akan menciptakan
gangguan-gangguan dan ketidakseimbangan dalam kegiatan ekonomi. Keadaan
tersebut akan menjadi perangsang untuk melaksanakan investasi yang lebih
banyak pada masa yang akan datang. Sehingga, pembangunan tak seimbang
tersebut akan mempercepat pembangunan ekonomi pada masa yang akan datang
(Arsyad, 1997:92).
17

2.1.2 Teori Basis Ekonomi


Aktivitas dalam perekonomian regional digolongkan dalam dua sektor
kegiatan, yakni aktivitas basis dan non basis. Kegiatan yang melakukan aktivitas
yang berorientasi ekspor ke luar batas wilayah perekonomian yang bersangkutan
disebut kegiatan basis. Sedangkan kegiatan non basis adalah kegiatan yang
menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat yang berada di
dalam batas wilayah perekonomian yang bersangkutan, sehingga luas lingkup
produksi dan pemasarannya hanya mencakup wilayah lokal. Dalam pertumbuhan
suatu wilayah, aktivitas basis memiliki peranan sebagai penggerak utama
perekonomian. Sehingga semakin besar ekspor suatu wilayah ke wilayah lain akan
semakin maju pertumbuhan wilayah tersebut, dan begitu pula sebaliknya
(Adisasmita, 2005:28). Teori basis ekonomi menyatakan bahwa faktor utama
penentu pertumbuhan ekonomi di suatu daerah adalah berhubungan langsung
dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah. Pertumbuhan industri-
industri yang menggunakan sumber daya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan
baku untuk diekspor, akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang
kesempatan kerja (Arsyad, 1997:276).
Teori basis ekspor murni dikembangkan dalam kerangka ilmu regional. Teori
ini pertama kali dikemukakan oleh Tiebout yang menyatakan bahwa kegiatan
produksi atau jenis pekerjaan yang terdapat di dalam satu wilayah terbagi atas:
pekerjaan basis (dasar) dan pekerjaan service (pelayanan) atau bisa disebut sektor non
basis. Teori basis ekspor dapat memberikan kerangka teoritis bagi banyak studi
empiris tentang multiplier regional. Jadi, teori ini dapat memberikan landasan yang
kuat bagi studi pendapatan regional walaupun dalam kenyataannya perlu pula
dilengkapi dengan kebijakan lain agar bisa digunakan sebagai pengatur pembangunan
wilayah secara menyeluruh (Tarigan, 2014:55). Model basis ekspor dapat
diformulasikan dengan Model Basis Ekonomi (Economic Base Model). Dalam hal
tersebut, perekonomian suatu daerah terdiri atas dua kelompok utama, yaitu sektor
basis dan sektor non basis. Sektor basis merupakan sektor yang menjadi tulang
punggung bagi perekonomian daerah karena mempunyai keuntungan kompetitif
(Competitive Advantage) yang cukup tinggi. Sedangkan sektor non basis
18

merupakan sektor-sektor lainnya yang kurang potensial tetapi berfungsi sebagai


penunjang sektor basis dalam perekonomian (Sjafrizal, 2008:89).
Menurut Tarigan (2014:56) teori basis ekspor memiliki asumsi pokok
bahwa ekspor merupakan satu-satunya unsur yang independen dalam pengeluaran.
Sehingga hal tersebut secara tidak langsung berarti di luar pertambahan alamiah,
hanya peningkatan ekspor saja yang dapat mendorong peningkatan pendapatan di
suatu daerah karena sektor-sektor lain terikat peningkatannya oleh peningkatan
pendapatan daerah. Sektor lain hanya meningkat jika pendapatan daerah secara
keseluruhan meningkat. Jadi, satu-satunya yang bisa meningkat secara bebas
adalah ekspor karena tidak terikat di dalam siklus pendapatan daerah.
Menurut Richardson dalam (Adisasmita, 2005:28) menyatakan bahwa
analisis basis ekonomi berhubungan dengan identifikasi pendapatan basis.
Bertambah banyaknya kegiatan basis dalam suatu wilayah akan menambah arus
pendapatan ke dalam wilayah yang bersangkutan, sehingga hal tersebut juga akan
menambah permintaan terhadap barang atau jasa di dalam wilayah tersebut yang
pada akhirnya akan menimbulkan kenaikan kegiatan non basis. Begitu pula
sebaliknya, berkurangnya aktivitas basis akan mengakibatkan berkurangnya
pendapatan yang mengalir ke dalam suatu wilayah, sehingga hal tersebut akan
menyebabkan turunnya permintaan produk dari aktivitas non basis.
Analisis basis dan nonbasis pada umumnya didasarkan atas nilai tambah
ataupun lapangan kerja pada suatu wilayah. Penggabungan lapangan kerja basis
dan lapangan kerja nonbasis merupakan total lapangan kerja yang tersedia untuk
wilayah tersebut. Demikian pula dengan penjumlahan pendapatan sektor basis dan
pendapatan sektor nonbasis merupakan total pendapatan dari wilayah tersebut
(Tarigan, 2014:29). Salah satu teknik yang sering digunakan untuk menganalisis
basis ekonomi pada suatu wilayah adalah kuosien lokasi (Location quotient, LQ).
Metode perhitungan LQ tersebut digunakan untuk mengetahui seberapa besar
tingkat spesialisasi sector-sektor basis atau unggulan (leading sectors). Dalam
penggunaan teknik LQ, berbagai faktor dapat digunakan sebagai indikator
pertumbuhan suatu wilayah, misalnya kesempatan kerja (tenaga kerja) dan produk
domestik regional bruto (PDRB) pada suatu wilayah (Adisasmita, 2005:29).
19

Menurut Tarigan (2014:32) terdapat beberapa metode untuk membedakan


antara kegiatan basis dan kegiatan nonbasis sebagai berikut:
- Metode Langsung, metode ini dapat dilakukan dengan survei langsung
kepada para pelaku usaha kamana mereka memasarkan barang yang
diproduksi dan darimana mereka membeli bahan-bahan kebutuhan untuk
menghasilkan produk tersebut.
- Metode Tidak Langsung merupakan metode dengan menggunakan asumsi
atau disebut dengan metode asumsi. Dalam metode ini (berdasarkan data
sekunder), terdapat kegiatan tertentu yang diasumsikan sebagai kegiatan
basis dan kegiatan lainnya sebagai kegiatan nonbasis. Kegiatan yang
mayoritas produknya dijual ke luar wilayah (ekspor) atau mayoritas uang
masuknya berasal dari luar wilayah langsung dianggap basis, sedangkan
yang mayoritas produknya dipasarkan lokal dianggap nonbasis.
- Metode Campuran merupakan gabungan antara metode asumsi dengan
metode langsung. Dalam metode ini diadakan survei pendahuluan, yaitu
pengumpulan data sekunder, biasanya dari instansi pemerintah atau lembaga
pengumpul data. Berdasarkan analisis dari data sekunder tersebut, maka
dapat ditentukan kegiatan mana yang dianggap basis dan yang nonbasis.
- Metode Location Quotient (LQ) merupakan metode yang membandingkan
besarnya lapangan kerja atau nilai tambah untuk sektor tertentu pada suatu
wilayah dengan wilayah yang lebih besar atau wilayah referensi. Apabila
LQ>1 berarti bahwa porsi lapangan kerja sektor i terhadap total lapangan
kerja pada suatu wilayah adalah lebih besar dibandingkan dengan porsi
lapangan kerja untuk sektor yang sama secara nasional. Artinya, sektor i di
wilayah analisis secara proporsional dapat menyediakan lapangan kerja
melebihi porsi sektor i secara nasional. LQ > 1 memberikan indikasi bahwa
sektor tersebut adalah sektor basis, sedangkan apabila LQ < 1 berarti sektor
itu adalah nonbasis.
20

2.1.3 Teori Pertumbuhan Ekonomi


Suatu indikator yang sangat penting dalam melakukan analisis tentang
pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu daerah atau negara adalah dengan
menggunakan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi akan menunjukkan
sejauh mana kegiatan perekonomian dapat menghasilkan tambahan pendapatan
masyarakat pada suatu periode tertentu. Perekonomian akan mengalami
pertumbuhan jika pendapatan riil pemerintah dan masyarakat pada tahun tertentu
lebih besar daripada pendapatan riil pemerintah dan masyarakat pada tahun
sebelumnya (Adisasmita, 2011:26). Pertumbuhan ekonomi juga dapat diartikan
sebagai proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi
masyarakat. Sehingga pertumbuhan menyangkut perkembangan yang berdimensi
tunggal dan dapat diukur dengan meningkatnya hasil produksi dan pendapatan
daripada sebelumnya (Setiawan, 2014).
Pertumbuhan ekonomi wilayah merupakan pertambahan pendapatan
masyarakat secara keseluruhan yang terjadi pada wilayah tersebut, yaitu
merupakan kenaikan seluruh nilai tambah. Perhitungan pendapatan wilayah pada
awalnya dibuat dalam harga berlaku. Akan tetapi, agar dapat melihat
perkembangan dari waktu ke waktu, maka harus dinyatakan dalam nilai riel,
artinya dinyatakan dalam harga konstan. Pendapatan suatu wilayah dapat
menggambarkan balas jasa bagi faktor-faktor produksi yang telah beroperasi di
daerah tersebut (tanah, modal, tenaga kerja, dan teknologi), yang berarti dapat
menggambarkan kemakmuran daerah tersebut (Tarigan, 2014:46). Teori
pertumbuhan ekonomi wilayah merupakan bagian penting dalam analisa ekonomi
regional. Hal tersebut dikarenakan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu
unsur utama dalam pembangunan ekonomi wilayah dan mempunyai dampak
kebijakan yang cukup luas. Tujuan utama dari analisa pertumbuhan ekonomi
wilayah adalah untuk menjelaskan mengapa suatu daerah dapat tumbuh cepat dan
ada pula yang tumbuh lambat. Selain itu, analisa pertumbuhan ekonomi wilayah
juga dapat menjelaskan mengapa terjadi ketimpangan pembangunan ekonomi
antar wilayah (Sjafrizal, 2008:85).
21

Pembangunan yang serentak dan harmonis dari berbagai sektor


perekonomian merupakan proses dari teori pertumbuhan ekonomi yang
berimbang, sehingga semua sektor ekonomi dapat tumbuh secara bersama-sama
(Jhingan, 2002:182). Proses pertumbuhan akan terjadi secara bersamaan dan
memiliki hubungan keterkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Timbulnya
peningkatan kinerja pada suatu sektor akan meningkatkan daya tarik bagi
penanaman modal, mendorong kemajuan teknologi, meningkatkan spesialisasi
dan memperluas pasar. Sehingga, hal tersebut akan mendorong pertumbuhan
ekonomi pada suatu daerah yang semakin pesat (Kuncoro, 2000:39).
Menurut Adam Smith menyatakan bahwa proses pertumbuhan ekonomi
diawali jika perekonomian mampu melakukan pembagian kerja (division of
labour). Pembagian kerja tersebut akan meningkatkan produktivitas yang nantinya
akan berdampak pada meningkatnya pendapatan. Dengan meluasnya pasar
tersebut, tentu akan terbuka improvisasi dan inovasi-inovasi baru, yang nantinya
akan mendorong perluasan pembagian kerja dan mendorong pertumbuhan
ekonomi suatu negara atau daerah. Selanjutnya, aliran klasik membagi teori
pertumbuhan ekonomi modern menjadi dua, yaitu menekankan pentingnya
akumulasi modal, dan peningkatan kualitas dan investasi sumber daya manusia.
Sehingga hal tersebut akan berdampak pada penekanan aspek penawaran dalam
mendorong pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Sedangkan menurut Harrod-
Domar menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh tingkat
tabungan (investasi) dan produktivitas kapital (capital output ratio). Oleh karena
itu, masyarakat dalam suatu perekonomian harus mempunyai tabungan yang
merupakan sumber investasi, sehingga dapat tumbuh secara berkelanjutan.
Semakin besar tabungan, maka semakin besar investasi dan semakin tinggi pula
pertumbuhan ekonomi suatu negara atau daerah. Sebaliknya, semakin rendah
produktivitas kapital (modal) atau semakin tinggi capital output ratio, maka akan
semakin rendah pertumbuhan ekonomi suatu wilayah (Adisasmita, 2011:25).
Menurut Schumpeter menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan
peningkatan output masyarakat yang disebabkan oleh semakin banyaknya jumlah
faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi masyarakat, namun tanpa
22

adanya perubahan teknologi dari produksi itu sendiri. Misalnya, seperti kenaikan
output yang disebabkan oleh pertumbuhan stok modal tanpa perubahan teknologi
produksi yang lama (Arsyad, 1997:64). Teori pertumbuhan neoklasik
dikembangkan oleh Robert M. Solow dari Amerika Serikat dan T.W. Swan dari
Australia. Model Solow-Swan menggunakan unsur pertumbuhan penduduk,
akumulasi kapital, kemajuan teknologi, dan besarnya output yang saling
berinteraksi. Selain itu, Solow-Swan juga menggunakan model fungsi produksi
yang memungkinkan adanya substitusi antara kapital dan tenaga kerja. Sehingga,
dengan demikian syarat-syarat adanya pertumbuhan yang mantap dalam model
Solow-Swan adalah disebabkan oleh adanya substitusi antara modal dan tenaga
kerja (Tarigan, 2014:52).
Pandangan Kaldor menyatakan bahwa proses pertumbuhan jangka panjang
diarahkan pada pertumbuhan sektoral yang mencakup sektor produksi komoditi
primer dan sektor sekunder. Sedangkan kegiatan pada sektor tersier diaggap
sebagai dampak dari adanya perkembangan industri (Djojohadikusumo, 1994:49).
Sementara itu, ahli-ahli Neoklasik banyak menyumbangkan pemikiran mengenai
teori pertumbuhan ekonomi (Adisasmita, 2005:25), yaitu sebagai berikut:
- Akumulasi modal merupakan faktor penting dalam pertumbuhan ekonomi
- Pertumbuhan ekonomi merupakan proses yang harmonis dan kumulatif
- Aliran Neoklasik merasa optimis terhadap pertumbuhan (perkembangan)

Untuk mengukur pertumbuhan ekonomi, maka diperlukan adanya


indikator yang biasa digunakan, yaitu tingkat pertumbuhan Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) (Adisasmita, 2011:26). Alasan yang mendasari pemilihan
PDRB sebagai indikator untuk menilai pertumbuhan ekonomi adalah:
1. PDRB adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh aktivitas
produksi di dalam perekonomian suatu daerah. Hal tersebut berarti
peningkatan PDRB mencerminkan adanya peningkatan balas jasa kepada
faktor produksi yang digunakan dalam aktivitas produksi tersebut.
2. PDRB dihitung atas dasar konsep arus barang, artinya perhitungan PDRB hanya
mencakup nilai produk yang dihasilkan pada suatu periode tertentu. Aliran
23

konsep tersebut memungkinkan kita untuk membandingkan jumlah output


yang dihasilkan pada tahun ini dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
3. Batas wilayah perhitungan PDRB adalah daerah (perekonomian domestik).
Hal ini memungkinkan untuk mengukur sejauh mana kebijakan-kebijakan
ekonomi yang diterapkan oleh pemerintah daerah sehingga mampu untuk
mendorong aktivitas perekonomian domestik.
Untuk menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi, maka dapat menggunakan
data PDRB atas dasar harga konstan, sehingga pertumbuhan PDRB akan
mencerminkan pertumbuhan output yang dihasilkan perekonomian pada periode
tertentu, tanpa memperhitungkan adanya tekanan inflasi. (Adisasmita, 2011:27).
Sedangkan target dari pertumbuhan ekonomi sangat bervariasi, tergantung pada
potensi ekonomi yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Diharapkan kesejahteraan
masyarakat secara bertahap akan meningkat melalui pertumbuhan ekonomi daerah
yang cukup tinggi tersebut (Sjafrizal, 2008:85). Laju pertumbuhan ekonomi pada
suatu daerah dapat dihitung dengan menggunakan data PDRB atas dasar harga
konstan (Arsyad, 1997:16) sebagai berikut:

Gt = − −1
x 100
−1

Keterangan:
Gt = Tingkat laju pertumbuhan ekonomi yang dinyatakan dalam persen
PDRBt = PDRB atas dasar harga konstan pada tahun t
PDRBt-1 = PDRB atas dasar harga konstan pada tahun t-1 (tahun sebelumnya)

2.1.4 Pembangunan Ekonomi Wilayah


Suatu proses di mana pemerintah daerah dan masyarakat secara bersama-
sama mengolah sumber daya alam yang ada sehingga membentuk suatu pola
kerjasama antara pemerintah daerah dengan swasta untuk menciptakan suatu
lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi
(pertumbuhan ekonomi) dalam suatu wilayah disebut dengan pembangunan
ekonomi daerah (Arsyad, 1997:274). Pembangunan ekonomi juga dapat diartikan
24

sebagai proses menciptakan kesejateraan masyarakat melalui perpindahan modal,


sumber daya manusia, sumber daya fisik, dan sumber daya alam untuk
menghasilkan barang dan jasa yang diminta pasar (Sun’an, 2015:45).
Terdapat beberapa teori untuk menganalisis pembangunan ekonomi suatu
daerah, yaitu pertama teori basis ekonomi, teori ini menyatakan bahwa permintaan
barang dan jasa dari luar daerah merupakan faktor utama penentu pertumbuhan
ekonomi suatu daerah. Proses produksi sektor industri pada suatu daerah yang
menggunakan sumber daya produksi lokal termasuk tenaga kerja dan bahan baku
yang outputnya pada ekspor, maka akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi dan
juga meningkatkan pendapatan per kapita melalui penciptaan kesempatan kerja di
wilayah tersebut. Kedua, yaitu teori kawasan. Teori ini sering digunakan sebagai
penentuan atau pengembangan suatu kawasan yang dianggap paling tepat pada
suatu daerah. Ketiga, teori daya tarik industri. Dalam upaya pembangunan
ekonomi suatu daerah di Indonesia sering dipertanyakan jenis industri apa saja
yang tepat untuk dikembangkan atau dengan kata lain adalah industri unggulan
(Adisasmita, 2011:21). Suatu proses yang mencakup pembentukan institusi baru,
pembangunan industri alternatif, perbaikan kapasitas tenaga kerja (sumber daya
manusia) yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik,
identifikasi pasar-pasar baru, dan pengembangan perusahan-perusahaan baru
merupakan proses dalam pembangunan ekonomi daerah (Arsyad, 1997:274).
Teori ekonomi Neo Klasik telah memberikan dua konsep pokok dalam
pembangunan ekonomi daerah, yaitu keseimbangan (equilibrium) dan mobilitas dari
faktor produksi. Sehingga, sistem perekonomian akan mencapai keseimbangan
alamiahnya jika modal bisa mengalir tanpa adanya pembatasan. Oleh karena itu,
modal akan mengalir dari daerah yang memiliki upah tinggi menuju ke daerah yang
memiliki upah rendah (Arsyad, 1997:276). Potensi sumber daya alam, tenaga kerja
dan sumber daya manusia, investasi modal, sarana dan prasarana pembangunan,
transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi, situasi ekonomi, dan
perdagangan antar wilayah, kemampuan pendanaan dan pembiayaan pembangunan
daerah, kewirausahaan, kelembagaan daerah dan lingkungan pembangunan secara
25

luas merupakan penjabaran dari fungsi pembangunan ekonomi wilayah (regional)


(Adisasmita, 2005:22).
Teori pembangunan ekonomi percaya bahwa kegiatan ekonomi dasar
merupakan landasan penting dari sistem ekonomi suatu daerah. Hal tersebut
dikarenakan pendapatan dari luar daerah berasal dari jenis-jenis kegiatan ekonomi.
Sehingga, dengan memperluas (ekspor) kegiatan dasar, maka hal tersebut akan
memperluas lapangan kerja dan pendapatan di wilayahnya secara langsung, selain itu
juga akan memperluas lapangan kerja dan pendapatan secara tidak langsung. Hal
tersebut terjadi karena pekerja basis ekspor akan menghabiskan pendapatan mereka
(yang berasal dari luar daerah) untuk barang dan jasa dalam perekonomian lokal.
Sehingga, hal ini akan menghasilkan lapangan kerja tambahan dan berbagai barang
non-dasar untuk mendukung kebutuhan mereka. Dengan cara tersebut, memperluas
kegiatan basis ekonomi memiliki multiplier atau pertumbuhan yang berpengaruh pada
perekonomian daerah setempat (Stimson, 2006:106).
Perbedaan kondisi masing-masing daerah akan membawa dampak bahwa
corak pembangunan yang ditetapkan juga berbeda-beda pula. Peniruan pola
kebijakan yang pernah diterapkan dan berhasil pada suatu daerah, belum tentu
akan memberikan membuahkan hasil yang sama bagi daerah lainnya (Sun’an,
2015:35). Masalah utama dalam pembangunan suatu daerah adalah terletak pada
penekanan terhadap masalah kebijakan pembangunan yang didasarkan pada ciri
khas dari daerah yang bersangkutan serta dengan menggunakan potensi sumber
daya manusia, kelembagaan, dan sumber daya fisik secara lokal yang terdapat
pada suatu daerah. Dalam proses pembangunan tersebut, bertujuan untuk
mengarahkan kita kepada pengambilan inisiatif ataupun kebijakan yang berasal
dari daerah tersebut, untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsanag
peningkatan kegiatan ekonomi daerah (Arsyad, 1997:274).

2.1.5 Perencanaan Pembangunan Daerah


Terdapat tiga faktor perlu adanya perencanaan pembangunan, yaitu adanya
kegagalan mekanisme pasar, ketidakpastian masa yang akan datang, dan untuk
memberikan arah dari pembangunan yang jelas (Kuncoro, 2012:7). Dasar dalam
26

penyusunan langkah-langkah perencanaan pembangunan melalui pendekatan


wilayah adalah dengan cara melakukan pengamatan potensi daerah sendiri dan
potensi dari daerah lain. Sehingga dengan melakukan kerja sama antarpemerintah
daerah, maka akan terbuka kesempatan untuk mengatasi masalah ekonomi secara
bersama. Keterlibatan dua atau lebih pemerintah daerah, masalah tersebut dapat
diselesaikan dengan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada daerah
yang menjalin kerja sama tersebut. Namun, ada hal-hal tertentu yang dapat
ditangani oleh daerah secara mandiri tanpa melibatkan kerja sama dari daerah lain
(Sun’an, 2015:10).
Pendekatan wilayah dibutuhkan untuk melihat dan memperhatikan potensi
dari Sumber Daya Alam (SDA), Sumber Daya Manusia (SDM), teknologi, sosial
budaya, letak geografis, dan lain-lainnya dari sudut pandang daerah, kemudian
diperlukan adanya kerja sama antardaerah agar saling bersinergi dan saling
mendukung, sehingga akan diperoleh manfaat bersama yang sebesar-besarnya.
Suatu daerah harus menyadari bahwa untuk mengembangkan dan membangun
daerah secara optimal tidaklah mungkin dapat dilakukan sendiri berdasarkan
potensi yang dimiliki daerahnya saja tanpa melibatkan daerah lain. Hal tersebut
dikarenakan masing-masing daerah mempunyai potensi yang berbeda, baik
menyangkut sumber daya ekonomi maupun budaya masyarakat, demografi dan
geografi, daerah muka dan daerah belakang, maupun berbagai akses yang ada
pada suatu daerah (Sun’an, 2015:9). Melalui perencanaan pembangunan daerah,
suatu wilayah dapat dilihat secara keseluruhan sebagai suatu kesatuan unit
ekonomi yang di dalamnya terdapat berbagai unsur yang saling berinteraksi antara
yang satu dengan yang lainnya (Kuncoro, 2012:3).
Dalam perencanaan pembangunan, baik itu perencanaan nasional maupun
perencanaan daerah, dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: pendekatan sektoral dan
pendekatan regional (wilayah). Pendekatan sektoral adalah dengan cara
memperhatikan sektor-sektor kegiatan yang ada di wilayah tersebut dan
mengelompokan kegiatan ekonomi menurut sektor-sektor yang sejenis. Sedangkan
pendekatan wilayah (region) adalah dengan cara melihat pemanfaatan ruang serta
interaksi-interaksi dari berbagai kegiatan ekonomi dalam ruang suatu wilayah.
27

Sehingga, pendekatan wilayah adalah dengan melihat perbedaan fungsi ruang


yang satu dengan ruang lainnya dan mengamati bagaimana ruang itu saling
berinteraksi untuk diarahkan menuju efisiensi dan kenyamanan yang optimal demi
kemakmuran daerahnya (Sun’an, 2015:10).
Setidaknya terdapat tiga unsur yang mendasari perencanaan pembangunan
ekonomi daerah jika dikaitkan antara hubungan pusat dan daerah, yaitu: (1)
Perencanaan pembangunan daerah yang realistis, maka diperlukan pemahaman
tentang hubungan antara daerah dengan lingkungan nasional, di mana daerah
tersebut merupakan bagian dari lingkungan nasional dan keduanya memiliki
keterkaitan secara mendasar. (2) Sesuatu yang tampaknya baik secara nasional
belum tentu baik untuk dilakukan di daerah, dan sebaliknya. (3) Perangkat
kelembagaan yang tersedia untuk pembangunan daerah, misalnya administrasi,
proses pengambilan keputusan, dan otoritas biasanya sangat berbeda pada tingkat
daerah dengan yang tersedia pada tingkat pusat. Selain itu, derajat pengendalian
kebijakan juga sangat berbeda pada dua tingkat tersebut. Sehingga, perencanaan
daerah harus dapat membedakan apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang
dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai sumber daya pembangunan sebaik
mungkin yang benar-benar dapat dicapai (Kuncoro, 2012:9). Ciri-ciri dari adanya
perencanaan pembangunan ditandai dengan adanya berbagai usaha (Arsyad,
1997:104) sebagai berikut:
1. Usaha yang mencerminkan suatu rencana untuk mencapai perkembangan
sosial ekonomi yang mantap, yang ditunjukan dalam usaha pertumbuhan
ekonomi yang positif.
2. Usaha yang menunjukkan suatu rencana guna meningkatkan pendapatan
per kapita.
3. Usaha untuk melaksanakan perubahan struktur ekonomi.
4. Usaha perluasan kesempatan kerja.
5. Usaha pemerataan pembangunan.
6. Usaha pembinaan dan pelatihan lembaga-lembaga ekonomi masyarakat
agar dapat lebih menunjang kegiatan-kegiatan pembangunan.
7. Usaha untuk selalu menjaga stabilitas ekonomi.
28

Menurut Sun’an (2015:11) menyatakan bahwa perencanaan wilayah meliputi


berbagai kehidupan yang memiliki hubungan satu sama lain yang semuanya
mempunyai tujuan untuk meningkatkan kehidupan masyarakat. Pendekatan wilayah
memandang suatu wilayah sebagai kumpulan dari bagian-bagian wilayah yang lebih
kecil yang memiliki potensi dan daya tarik serta daya dorong yang berbeda-beda,
sehingga mereka harus bisa menjalin hubungan untuk mendapatkan manfaat yang
sebesar-besarnya. Mengembangkan dan membangun suatu wilayah harus melibatkan
daerah pinggiran, sehingga akan dapat menciptakan manfaat potensi ekonomi daerah
dan wilayah, yang nantinya juga akan menciptakan daya saing ekonomi yang kuat
untuk wilayah tersebut. Perencanaan wilayah tersebut diharapkan mampu
menciptakan suatu kegiatan yang dapat memperkuat posisi pengembangan dan
pembangunan wilayah tersebut.
Upaya pemerintah yang dilakukan untuk mengoordinasikan keputusan-
keputusan ekonomi selama jangka panjang merupakan suatu perencanaan ekonomi.
Tujuan dari keputusan ekonomi tersebut adalah untuk memengaruhi, mengarahkan,
dan untuk mengendalikan tingkat dan pertumbuhan variabel utama ekonomi yang
sudah ditetapkan sebelumnya, seperti pendapatan, konsumsi, kesempatan kerja,
investasi, tabungan, ekspor, impor, dan lain-lain (Kuncoro, 2012:7). Pembangunan
ekonomi yang efisien membutuhkan perencanaan yang seimbang dan teliti terhadap
penggunaan sumber daya publik dan sektor swasta, seperti petani, pengusaha kecil,
koperasi, pengusaha besar, dan organisasi-organisasi sosial juga harus mempunyai
peran dalam proses perencanaan tersebut (Arsyad, 1997:279).
Dalam prosesnya, perencanaan akan bergerak dari kesejahteraan daerah
menuju ke kesejahteraan masyarakat, dari kesejahteraan ekonomi menuju ke upaya-
upaya pembangunan yang berkelanjutan, dan dari perencanaan yang bersifat
memerintah menuju ke pemberdayaan sosial. Pergerakan tersebut menunjukkan
adanya kesadaran bahwa perencanaan tidak dapat dibuat oleh pihak perencana saja,
melainkan harus ada kerja sama dengan berbagai lapisan terkait dengan membuka
ruang luas bagi masyarakat atau publik (Sun’an, 2015:53). Proses perencanaan
pembangunan daerah dipengaruhi oleh dua kondisi, yaitu tekanan yang berasal dari
dalam atau luar wilayah yang dapat memengaruhi kebutuhan daerah tersebut dalam
29

proses pembangunan perekonomiannya, dan kenyataan bahwa perekonomian


daerah dalam suatu negara telah dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berbeda-
beda, misalkan beberapa daerah mengalami penurunan pada sektor industrinya,
sedangkan daerah lain mengalami pertumbuhan. Hal tersebut yang dapat
menjelaskan perbedaan sudut pandang dari masyarakat daerah mengenai arah dan
makna pembangunan suatu daerah (Kuncoro, 2012:10).

2.2 Tinjauan Peneliti Sebelumnya


Afrendi Hari Tristanto (2013) melakukan penelitian dengan judul “Analisis
Sektor Ekonomi Unggulan dalam Pengembangan Potensi Perekonomian di Kota
Blitar”. Hasil perhitungan Location Quotient (LQ) yang termasuk kedalam sektor
basis (LQ>1) yaitu sektor listrik, gas dan air bersih; sektor bangunan/konstruksi;
sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor keuangan, persewaan, dan jasa
perusahaan; dan sektor jasa-jasa. Hasil perhitungan shift share yang termasuk
kedalam sektor kompetitif yakni sektor listrik, gas dan air bersih; sektor
bangunan/konstruksi; sektor perdagangan, hotel dan restoran. Selanjutnya, hasil
analisis menggunakan kedua alat yakni LQ dan shift share yang temasuk sektor
ekonomi unggulan di Kota Blitar yakni sektor listrik, gas dan air bersih; dan sektor
bangunan/konstruksi. Kedua sektor tersebut termasuk sektor basis dan kompetitif.
Fitri Amalia (2012) melakukan penelitian yang berjudul “Penentuan
Sektor Unggulan Perekonomian Wilayah Kabupaten Bone Bolango dengan
Pendekatan Sektor Pembentuk PDRB”. Hasil perhitungannya menunjukkan
bahwa sektor industri pengolahan merupakan sektor basis yang memiliki indeks
terbesar dibandingkan dengan dua sektor basis lainnya, yaitu sektor pertanian dan
sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Ketiga sektor basis ini
merupakan modal yang cukup baik bagi perkembangan Kabupaten Bone Bolango.
Hasil analisis Shift Share menunjukkan bahwa sektor yang merupakan sekor
kompetitif, yaitu sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan karena
disamping merupakan sektor basis, sektor ini memiliki Shift yang posittif.
Sapriadi dan Hasbiullah (2015) melakukan penelitian dengan judul
”Analisis Penentuan Sektor Unggulan Perekonomian Kabupaten Bulukumba”.
30

Berdasarkan hasil perhitungan dari analisis Location Quotient dan analisis Shift
Share, menunjukkan bahwa sektor yang merupakan sektor unggulan di Kabupaten
Bulukumba dengan kriteria tergolong ke dalam sektor basis dan kompetitif atau
memiliki daya saing yang kuat di tingkat Provinsi Sulawesi Selatan yaitu sektor
jasa-jasa. Sektor ekonomi Kabupaten Bulukumba selama Tahun 2008-2012 secara
perlahan telah mengalami pergeseran dari sektor primer ke sektor tersier. Hal ini
ditandai dengan meningkatnya kontribusi sektor-sektor tersier terhadap PDRB
serta laju pertumbuhannya cepat di Kabupaten Bulukumba.
Mohammad Setiawan (2014) melakukan penelitian dengan judul “Analisis
Sektor Ekonomi Basis dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Kota Batu”.
Berdasarkan analisis Location Quotient sektor basis yang ada di Kota Batu yaitu
sektor pertanian; sektor listrik gas dan air bersih; sektor perdagangan, hotel dan
restoran serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Karena ke empat
sektor tersebut memiliki keunggulan komperatif dan kompetitif di Kota Batu.
Artinya keempat sektor tersebut dapat memenuhi kebutuhan di daerah tersebut
dan dapat di ekspor ke luar daerah baik barang atau jasa. Selanjutnya, sektor
pertanian; sektor jasa-jasa dan sektor listrik, gas dan air bersih merupakan sektor
penopang pertumbuhan ekonomi berdasarkan kriteria pertumbuhan (kompetitif)
dan kontribusi pertumbuhan (komperatif) di Kota Batu. Karena memang ketiga
sektor tersebut di Kota Batu saat ini lebih baik pertumbuhannya daripada ketiga
sektor yang berada di Provinsi Jawa Timur.
M. Iqbal Wahyu Yuuhaa dan Hendra Cahyono (2015) melakukan penelitian
yang berjudul “Analisis Penentuan Sektor Basis dan Sektor Potensial di Kabupaten
Lamongan”. Hasil penelitian adalah di Kabupaten Lamongan dari kurun waktu 2007
hingga 2011 terdapat satu sektor basis dan delapan sektor non basis. Yang termasuk
sektor basis adalah sektor pertanian. Kemudian pada tahun 2011 sektor jasa-jasa
berubah menjadi sektor basis yang baru di Kabupaten Lamongan. Selanjutnya, kinerja
sektor perekonomiannya dapat dijelaskan bahwa sektor yang memiliki nilai rata-rata
Pertumbuhan Regional (PR) tertinggi yakni sektor pertanian. Nilai ini
mengindikasikan bahwa pertumbuhan dari sektor pertanian di Kabupaten Lamongan
lebih tinggi dibandingkan Provinsi Jawa Timur. Kemudian
31

yang memiliki nilai rata-rata Pertumbuhan Proporsional (PP) yang tertinggi adalah
sektor perdagangan, hotel dan restoran yang mengindikasikan bahwa sektor
tersebut merupakan sektor yang maju di Kabupaten Lamongan. Selanjutnya yang
memiliki nilai rata-rata Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW) yang tertinggi
adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran yang mengindikasikan bahwa
sektor tersebut merupakan sektor yang memiliki daya saing yang tinggi di
Kabupaten Lamongan dalam bersaing dengan komoditas yang sama dari luar
daerah. Selanjutnya, dari tahun 2007 hingga 2011 yang termasuk dalam sektor
potensial adalah sektor pertanian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas
dan air bersih dan sektor jasa-jasa. Kemudian dari ke empat sektor tersebut, sektor
yang paling potensial atau dapat dikatakan sebagai sektor paling potensial adalah
sektor pertanian.
Alhowaish, Aisharikh, Alasmail, dan Alghamdi melakukan penelitian yang
berjudul “Location Quotient Technique and Economy Analysis of Regions: Tabuk
Province of Saudi Arabia as a Case Study”. Sektor jasa merupakan konsentrasi
tenaga kerja sebesar 66 persen, yang berarti bahwa wilayah ekonomi tergantung
pada ekspor sumber daya dasar manusia. Kekuatan ekonomi pertama mencakup
kegiatan seperti sektor pendidikan, seni, pariwisata, pertanian, perikanan dan
pariwisata. Kekuatan sektor kesehatan dan pendidikan adalah indeks kekuatan di
wilayah Tabuk. Selain itu, kekuatan sektor pariwisata, pertanian dan perikanan
merupakan indikasi dari kekuatan alam tanah di wilayah Tabuk.
Janaranjana Herawati, Tesfa G.Gebremedhin dan Blessing M. Maumbe
melakukan penelitian dengan judul “A Dynamic Shift Share Analysis of Economic
Growth in West Virginia”. Pertanian, manufaktur dan pertambangan dianggap
tidak lagi menjadi sektor utama yang kontributor utama terhadap pertumbuhan
ekonomi di Virginia Barat. Sebaliknya jasa; keuangan; asuransi dan real estate;
grosir dan eceran; dan sektor konstruksi memainkan peran penting dalam
pembangunan ekonomi.
Tabel 2.1 Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Alat Analisis Hasil
1. Afrendi Hari Analisis Sektor Analisis 1. Sektor basis di Kota Blitar, yaitu sektor listrik, gas dan air bersih; sektor
Tristanto Ekonomi Unggulan Location bangunan; sektor pengangkutan dan komunikasi; dan sektor keuangan,
(2013) dalam Quotient persewaan dan jasa perusahaan.
Pengembangan (LQ) dan 2. Hasil Perhitungan Shift Share ke dalam sektor kompetitif yakni sektor listrik,
Potensi Analisis Shift- gas dan air bersih; sektor bangunan; dan sektor perdagangan, hotel dan
Perekonomian di Share restoran.
Kota Blitar 3. Sektor ekonomi unggulan di Kota Blitar yaitu Sektor listrik, gas dan air bersih;
dan sektor bangunan
2. Fitri Amalia Penentuan Sektor Analisis 1. Sektor industri pengolahan merupakan sektor basis yang memiliki indeks
(2012) Unggulan Location terbesar dibandingkan dengan dua sektor basis lainnya yaitu sektor pertanian
Perekonomian Quotient dan dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.
Wilayah Kabupaten Analisis Shift 2. Hasil analisis Shift share menunjukkan bahwa sektor kompetitif yaitu sektor
Bone Bolango Share keuangan, persewaan dan jasa perusahaan karena disamping merupakan sektor
dengan Pendekatan basis, sektor ini memiliki nilai Shift yang positif.
Sektor Pembentuk
PDRB

3. Sapriadi dan Analisis Penetuan Analisis Hasil analisis Location Quotient dan analisis Shift Share, menunjukkan bahwa
Hasbiullah Sektor Unggulan Location sektor unggulan di kabupaten Bulukumba yaitu sektor jasa-jasa. Sektor ekonomi
(2015) Perekonomian Quotient dan Kabupaten Bulukumba selama Tahun 2008-2012 secara perlahan telah
Kabupaten Analisis Shift mengalami pergeseran dari sektor primer ke sektor tersier. Hal ini ditandai
Bulukumba Share dengan meningkatnya kontribusi sektor-sektor tersier terhadap PDRB serta laju
pertumbuhannya cepat di Kabupaten Bulukumba.

4. Mohammad Analisis Sektor Analisis 1. Berdasarkan analisis location quotient sektor basis yang ada di Kota Batu
Setiawan Ekonomi Basis Location yaitu sektor pertanian, sektor listrik gas dan air bersih, sektor perdagangan,
(2014) dalam Mendorong Quotient, hotel dan restoran serta keuangan persewaan dan jasa perusahaan.

32
Pertumbuhan Analisis Shift 2. Sektor pertanian, sektor jasa-jasa dan sektor listrik gas dan air bersih
Ekonomi Kota Batu Share merupakan sektor penopang pertumbuhan ekonomi berdasarkan kriteria
pertumbuhan (kompetitif) dan kontribusi pertumbuhan (komperatif) di Kota
Batu.
5. M. Iqbal Analisis Penentuan Analisis 1. Sektor Basis di Kabupaten lamongan dari kurun waktu 2007-2011 adalah
Wahyu Sektor Basis dan Location sektor pertanian, kemudian tahun 2011 sektor jasa-jasa berubah menjadi sektor
Yuuhaa dan Sektor Potensial di Quotient, basis yang baru.
Hendra Kabupaten Analisis Shift 2. Nilai Pertumbuhan Regional (PR) tertinggi yaitu sektor pertanian. Kemudian
Cahyono Lamongan Share, dan nilai Pertumbuhan Proporsional (PP) tertinggi yakni sektor perdagangan, hotel
(2015) Analisis dan restoran. Nilai Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW) tertinggi adalah
Model Rasio sektor perdagangan, hotel dan restoran.
Pertumbuhan 3. Sektor potensial di Kabupaten Lamongan adalah sektor pertanian; sektor
(MRP) industri pengolahan; sektor listrik, gas dan air bersih dan sektor jasa-jasa.

6. Alhowaish, Location Quotient Analisis Sektor jasa merupakan konsentrasi tenaga kerja sebesar 66 persen, yang berarti
Aisharikh, Technique and Location bahwa wilayah ekonomi tergantung pada ekspor sumber daya dasar manusia.
Alasmail, Economy Analysis Quotient, Kekuatan ekonomi pertama mencakup kegiatan seperti sektor pendidikan, seni,
dan of Regions: Tabuk Analisis pariwisata, pertanian, perikanan dan pariwisata. Kekuatan sektor kesehatan dan
Alghamdi Province of Saudi Multiplier pendidikan adalah indeks kekuatan di wilayah Tabuk. Selain itu, kekuatan sektor
Arabia as a Case Effect pariwisata, pertanian dan perikanan merupakan indikasi dari kekuatan alam
Study tanah di wilayah Tabuk.

7. Janaranjana A Dynamic Shift Analisis Shift Pertanian, manufaktur dan pertambangan dianggap tidak lagi menjadi sektor
Herawati, Share Analysis of Share utama yang kontributor utama terhadap pertumbuhan ekonomi di Virginia Barat.
Tesfa Economic Growth Sebaliknya jasa; keuangan; asuransi dan real estate; grosir dan eceran; dan sektor
G.Gebremed in West Virginia konstruksi memainkan peran penting dalam pembangunan ekonomi.
hin dan
Blessing M.
Maumbe
(2010)

33
34

2.3 Kerangka Konseptual

Pembangunan Ekonomi Jawa Timur (PDRB)

Sektor Perekonomian (17 Sektor)

Wilayah Kerja Bakorwil III

Peningkatan Pembangunan Ekonomi Wilayah Kerja Bakorwil III

Keunggulan Kompetitif Sektor Basis dan non Basis Sektor Potensial Klasifikasi Wilayah

Shift Share Location Quotient (LQ) Tipologi Klassen

Statis Location Dynamic Location


Quotient (SLQ) Quotient (DLQ)

Kebijakan Meningkatkan Pembangunan Ekonomi


di Wilayah Kerja Bakorwil III

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual


BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian dengan menggunakan metode
deskriptif kuantitatif. Menurut (Hamdi, 2012) penelitian deskriptif (descriptive
research) adalah suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan
fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung pada saat ini atau saat yang
lampau. Sedangkan penelitian kuantitatif merupakan fenomena-fenomena objektif
dan dikaji secara kuantitatif yang dilakukan dengan menggunakan angka-angka
maupun dengan pengolahan statistik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
penelititan deskriptif kuantitatif merupakan metode penelitian yang dapat
menggambarkan atau mendeskripsikan fenomena-fenomena berdasarkan angka-
angka (kuantitatif).

3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Bakorwil III (Kabupaten
Malang, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Blitar, Kota Blitar,
Kota Malang, Kota Batu, Kota Pasuruan, Kota Surabaya) Provinsi Jawa Timur
berdasarkan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten/Kota
Provinsi Jawa Timur selama kurun waktu tahun 2010-2015.

3.3 Jenis dan Sumber Data


Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif,
yaitu merupakan data yang menunjukkan hasil angka-angka. Sedangkan sumber
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang
telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan kemudian dipublikasikan
kepada masyarakat. Adapun data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:

35
36

1. Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jawa Timur tahun
2010-2015 atas dasar harga konstan yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik
(BPS) Provinsi Jawa Timur.
2. Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten/Kota Provinsi
Jawa Timur tahun 2010-2015 atas dasar harga konstan yang diperoleh dari
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Timur.

3.4 Metode Analisis Data


3.4.1 Analisis Shift Share Esteban Marquillas
Analisis Shift Share (SS) bertujuan untuk mengetahui kinerja atau
produktivitas kerja perekonomian daerah dibandingkan dengan produktivitas kerja
perekonomian nasional. Shift Share merupakan teknik yang menggambarkan
kinerja sektor-sektor di suatu wilayah dibandingkan dengan kinerja sektor
perekonomian secara nasional. Perubahan relatif kinerja pembangunan daerah
terhadap nasional dapat dilihat dari pergeseran differensial (Differential Shift).
Pergeseran differensial adalah sebuah nilai untuk mengetahui seberapa
komparatif sektor tertentu suatu daerah dibandingkan dengan nasional. Apabila
bertanda positif (+) berarti bahwa sektor i mempunyai kecepatan untuk tumbuh
dibandingkan dengan sektor yang sama di tingkat nasional, atau dapat dikatakan
bahwa share suatu wilayah atas tenaga kerja nasional pada sektor tertentu mengalami
peningkatan. Apabila bertanda negatif (-) berarti bahwa sektor i mempunyai
kecenderungan menghambat pertumbuhan dibandingkan dengan sektor yang sama di
tingkat nasional. Berikut merupakan rumus perhitungan Shift Share untuk mengukur
perubahan nilai PDRB sektor i wilayah j (Masfufah, 2015):
Dij = Nij + Mij + Cij + Aij (1)
dimana:
Nij = Eij . rn
Mij = Eij (rin – rn)
Cij = Eij (rij – rin)
Berdasarkan persamaan (1), rij mewakili pertumbuhan sektor atau subsektor i
pada wilayah j, sedangkan rn dan rin merupakan laju pertumbuhan agregat nasional
37

dan pertumbuhan sektor atau subsektor secara nasional dapat didefinisikan


sebagai berikut:
rij = (Eij.t – Eij) / Eij
rn = (En.t – En) / En
rin = (Ein.t – Ein) / Ein

dimana:
Dij : Perubahan PDRB sektor/subsektor i di wilayah kerja Bakorwil III
Nij : Perubahan PDRB sektor/subsektor i di wilayah kerja Bakorwil III yang
disebabkan oleh pengaruh pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Timur
Mij : Perubahan PDRB sektor/subsektor i di wilayah kerja Bakorwil III yang
disebabkan oleh pengaruh pertumbuhan sektor/subsektor i di Provinsi Jawa
Timur
Cij : Perubahan PDRB sektor/subsektor i di Provinsi Jawa Timur yang
disebabkan oleh keunggulan kompetitif sektor/subsektor i di wilayah kerja
Bakorwil III
Eij : PDRB sektor/subsektor i di wilayah j dalam wilayah kerja Bakorwil III
tahun awal analisis
Eij.t : PDRB sektor/subsektor i di wilayah j wilayah kerja Bakorwil III tahun
analisis
Ein : PDRB sektor/subsektor i di Provinsi Jawa Timur tahun awal analisis
Ein.t : PDRB sektor/subsektor i di Provinsi Jawa Timur tahun analisis
En : PDRB total di Provinsi Jawa Timur pada tahun awal analisis
En.t : PDRB total di Provinsi Jawa Timur pada tahun analisis

Berdasarkan persamaan di atas dapat diketahui persamaan Shift Share


untuk sektor i di wilayah j adalah:
Dij = Eij . rn + Eij (rin - rn) + Eij (rij - rin) + Aij (2)
Dalam analisis Shift Share Esteban Marquillas mengandung unsur baru
yang diberi notasi E’ij didefinisikan sebagai variabel wilayah yang dapat
dirumuskan menjadi:
E’ij = Eij (Ein / En) (3)
38

untuk mengukur keunggulan dan ketidakunggulan kompetitif di sektor i pada


perekonomian di wilayah j dengan rumus:
C’ij = E’ij (rij - rin) (4)
untuk menghitung Efek Alokasi (Aij) sektor i pada wilayah j dapat ditentukan
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Aij = (Eij - E’ij) (rij - rin)
Berdasarkan hasil dari perhitungan Aij, maka akan diperoleh:
1. Spesialisasi sektor i pada wilayah j dengan simbol (Eij – E’ij)
2. Keuntungan kompetitif atau daya saing wilayah, yaitu besaran yang
ditunjukkan oleh nilai dari (rij – rin)

3.4.2 Analisis Location Quotient (LQ) dan Dynamic Location Quotient (DLQ)
Salah satu indikator yang mampu menggambarkan keberadaan sektor basis
adalah melalui indeks LQ (Location Quotient) yaitu suatu indikator sederhana
yang dapat menunjukkan kekuatan atau besar kecilnya peranan suatu sektor dalam
suatu daerah dibandingkan dengan daerah di atasnya atau wilayah referensi
(Sun’an, 2015).
Analisis Location Quotient (LQ) merupakan alat analisis yang digunakan
untuk menentukan sektor basis dan non basis melalui pendekatan nilai tambah
PDRB maupun melalui pendekatan jumlah tenaga kerja masing-masing sektor.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan nilai tambah PDRB
dimana rumus yang digunakan adalah sebagai berikut (Stimson, 2006:107).

LQ = (Eir / Er) / (EiN / EN)

Dimana:
LQ = Location Quotient
Eir = PDRB di sektor (i) di Kabupaten/Kota wilayah kerja Bakorwil III
Er = Total PDRB di Kabupaten/Kota wilayah kerja Bakorwil III
EiN = PDRB di sektor (i) di Provinsi Jawa Timur
EN = Total PDRB di Provinsi Jawa Timur
39

Kriteria:
a. Nilai LQ > 1 menunjukkan bahwa sektor tersebut merupakan sektor basis
yang menjadi kekuatan daerah untuk mengekspor produknya keluar daerah
bersangkutan.
b. Nilai LQ < 1 menunjukkan bahwa sektor tersebut dapat dikatakan sebagai
sektor non basis.
c. Nilai LQ = 1 maka ada kecenderungan sektor tersebut bersifat tertutup karena
tidak melakukan transaksi ke dan dari luar wilayah, namun kondisi seperti ini
jarang ditemukan dalam sebuah perekonomian wilayah.

Metode LQ tersebut mempunyai keterbatasan karena bersifat statis dan


hanya digunakan untuk mengestimasi perubahan sektor unggulan pada tahun
tertentu saja. Untuk mengatasi keterbatasan metode LQ statis, maka akan
digunakan metode LQ dinamis atau Dynamic Location Quotient (DLQ) yang
mampu mengakomodasi perubahan struktur ekonomi wilayah dalam kurun waktu
tertentu. Rumus DLQ dapat diformulasikan sebagai berikut:
1+

1+

DLQ = 1+

1+

dimana:
DLQ : Indeks Dynamic Location Quotient
gij : Rata-rata laju pertumbuhan PDRB sektor i pada Kabupaten/Kota wilayah
kerja Bakorwil III
gj : Rata-rata laju pertumbuhan PDRB di Kabupaten/Kota wilayah kerja
Bakorwil III
Gi : Rata-rata laju pertumbuhan PDRB sektor i di Provinsi Jawa Timur
Gj : Rata-rata laju pertumbuhan PDRB di Provinsi Jawa Timur

Kriteria :
1. Jika DLQ ≥ 1 artinya sektor i masih dapat diharapkan untuk menjadi
sektor unggulan atau sektor potensial di masa yang akan datang
40

2. Jika DLQ < 1 artinya sektor i tersebut tidak dapat diharapkan untuk
menjadi sektor unggulan atau sektor potensial di masa yang akan datang.

3.4.3 Analisis Tipologi Klassen


Analisis Klassen Typology merupakan alat analisis yang digunakan untuk
mengetahui bagaimana gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi
masing-masing suatu wilayah. Dengan menggunakan Matrix Klasssen dapat
dilakukan 4 pengelompokkan daerah dengan menggunakan laju pertumbuhan dan
pendapatan perkapita sebagai indikator (Sjafrizal, 2008:179). Pengklasifikasian
analisis Tipologi Klassen berdasarkan empat klasifikasi sektor dengan
karakteristik yang berbeda sebagai berikut:

Tabel 3.1 Klasifikasi Wilayah Menurut Klassen Typology


Laju Pertumbuhan Laju Pertumbuhan Laju Pertumbuhan
di atas rata-rata di bawah rata-rata
Pendapatan
Perkapita (ri > rn) (ri < rn)
Pendapatan per kapita Kuadran I Kuadran II
di atas rata-rata
Daerah Maju Daerah Maju tapi
(yi > yn) Tertekan
Pendapatan per kapita Kuadran III Kuadran IV
di bawah rata-rata
Daerah Berkembang Daerah Relatif
(yi < yn) Terbelakang

Keterangan:

ri = Laju Pertumbuhan PDRB di wilayah kerja Bakorwil III


rn = Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Timur
yi = Pendapatan per kapita di wilayah kerja Bakorwil III
yn = Pendapatan per kapita Provinsi Jawa Timur

3.5 Definisi Variabel Operasional


Definisi variabel operasional bertujuan untuk memberikan batasan
pengertian terhadap istilah yang digunakan dalam penelitian ini agar tidak
41

menimbulkan perbedaan presepsi antara penulis dan pembaca. Adapun pengertian


dari istilah-istilah yang diunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah suatu indikator penting
yang digunakan untuk mengetahui kondisi ekonomi suatu daerah dengan
melihat jumlah nilai tambah bruto yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha
pada wilayah tertentu. Perhitungan ini menggunakan data PDRB atas dasar
harga konstan dalam Miliar Rupiah.
2. Laju pertumbuhan ekonomi digunakan untuk mengukur kemajuan ekonomi
sebagai hasil dari pembangunan nasional dan mengukur tingkat kemakmuran
penduduk yang dinyatakan dalam persen.
3. Klasifikasi PDRB menurut lapangan usaha tahun dasar 2010 (2010=100)
menggunakan KBLI 2009 yang terdiri dari 17 lapangan usaha sebagai berikut:
a. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
b. Pertambangan dan Penggalian
c. Industri Pengolahan
d. Pengadaan Listrik dan Gas
e. Pengadaan Air
f. Konstruksi
g. Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda
Motor
h. Transportasi dan Pergudangan
i. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
j. Informasi dan Komunikasi
k. Jasa Keuangan
l. Real Estate
m. Jasa Perusahaan
n. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
o. Jasa Pendidikan
p. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
q. Jasa Lainnya
42

4. Pendapatan per kapita merupakan besarnya pendapatan rata-rata penduduk di


suatu wilayah. Pendapatan per kapita suatu wilayah didapatkan dari hasil
pembagian antara PDRB dengan jumlah penduduk di wilayah tersebut yang
dinyatakan dalam ribu rupiah.
5. Wilayah kerja Bakorwil III terdiri dari sembilan Kabupaten/Kota, yaitu:
a. Kabupaten Malang
b. Kabupaten Pasuruan
c. Kabupaten Sidoarjo
d. Kabupaten Blitar
e. Kota Blitar
f. Kota Malang
g. Kota Batu
h. Kota Pasuruan
i. Kota Surabaya
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum


Bakorwil III merupakan salah satu dari lima wilayah kerja Bakorwil yang
dimiliki oleh Provinsi Jawa Timur. Wilayah kerja Bakorwil III memiliki sembilan
wilayah Kabupaten/Kota yang terdiri dari empat kabupaten dan lima kota. Dimana
empat kabupaten tersebut adalah Kabupaten Malang, Kabupaten Pasuruan,
Kabupaten Sidoarjo, dan Kabupaten Blitar, sedangkan lima kota tersebut yaitu
Kota Blitar, Kota Malang, Kota Batu, Kota Pasuruan dan Kota Surabaya.
Kabupaten/Kota yang terletak di bagian utara wilayah kerja Bakorwil III yaitu
Kota Surabaya, sehingga pada bagian utara wilayah kerja Bakorwil III berbatasan
langsung dengan Selat Madura. Kabupaten/Kota yang terletak di bagian timur
wilayah kerja Bakorwil III adalah Kabupaten Kabupaten Pasuruan dan Kabupaten
Malang, sehingga di bagian timur wilayah kerja Bakorwil III berbatasan langsung
dengan Kabupaten Probolinggo dan Kabupaten Lumajang. Kabupaten/Kota yang
terletak di bagian selatan wilayah kerja Bakorwil III adalah Kabupaten Malang
dan Kabupaten Blitar, sehingga pada bagian selatan wilayah kerja Bakorwil III
berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Kabupaten/Kota yang terletak di
bagian barat wilayah kerja Bakorwil III adalah Kabupaten Blitar, sehingga pada
bagian barat wilayah kerja Bakorwil III berbatasan dengan Kabupaten
Tulungagung dan Kabupaten Kediri.

4.1.1 Kabupaten Malang


a. Keadaan Geografis
Kabupaten Malang merupakan salah satu wilayah yang termasuk dalam
wilayah kerja Bakorwil III. Kabupaten Malang memiliki luas wilayah sebesar
3.238,26 Km2. Letak astronomis Kabupaten Malang adalah terletak antara
112º17′,10,90″ Bujur Timur dan 112º57′,00,00″ Bujur Timur dan antara
7º44′,55,11″ Lintang Selatan dan 8º26′,35,45″ Lintang Selatan. Kabupaten Malang
berbatasan dengan enam kabupaten dan Samudera Hindia. Pada sebelah utara-
timur, berbatasan dengan Kabupaten Pasuruan dan Kabupaten Probolinggo.

43
44

Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Lumajang. Sebelah selatan berbatasan


dengan Samudera Hindia. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Blitar. Sebelah
barat-utara berbatasan dengan Kabupaten Kediri dan Kabupaten Mojokerto. Wilayah
Administratif dari Kabupaten Malang adalah berjumlah 33 Kecamatan. Jumlah
penduduk Kabupaten Malang pada tahun 2015 berjumlah 2.544.315 jiwa. Jumlah
tersebut terdiri dari penduduk laki-laki 1.278.511 (50,24 persen) jiwa dan penduduk
perempuan 1.265.804 (49,76 persen) jiwa (BPS, 2016).

b. Keadaan Ekonomi
Kondisi perekonomian di Kabupaten Malang jika dilihat dari Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB), maka PDRB Kabupaten Malang selalu
megalami kenaikan dari tahun 2010 hingga 2015. Nilai PDRB terbesar di
Kabupaten Malang adalah nilai PDRB pada tahun 2015, yaitu sebesar 55.316,30
Miliar Rupiah. Sedangkan nilai PDRB terendah adalah pada tahun 2010 dengan
nilai 41.343,00 Miliar Rupiah. Jika dilihat laju pertumbuhan ekonominya dari
tahun 2011 hingga 2015 adalah mengalami pertumbuhan yang fluktuatif.
Pertumbuhan ekonomi tertinggi adalah pada tahun 2012, dimana pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Malang mencapai 6,77 persen. Sedangkan pertumbuhan
ekonomi terendah adalah pada tahun 2015 dengan laju pertumbuhan ekonomi
yang hanya sebesar 5,26 persen.

Tabel 4.1 Nilai PDRB (Miliar Rupiah) dan Pertumbuhan Ekonomi (persen)
Kabupaten Malang Tahun 2010-2015

Tahun
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Kategori
PDRB 41.343,00 44.091,40 47.075,80 49.571,70 52.549,70 55.316,30
Pertumbuhan
6,65 6,77 5,30 6,01 5,26
Ekonomi
Sumber: BPS, diolah
45

4.1.2 Kabupaten Pasuruan


a. Keadaan Geografis
Kabupaten Pasuruan merupakan wilayah yang termasuk dalam wilayah
kerja Bakorwil III. Kabupaten Pasuruan mempunyai luas wilayah sebesar
1.474,02 Km2. Secara astronomis, wilayah Kabupaten Pasuruan terletak antara
1120º30′ Bujur Timur sampai 1130º30′ Bujur Timur dan antara 70,30′ Lintang
Selatan sampai 80,30′ Lintang Selatan. Kabupaten Pasuruan berbatasan dengan
Kabupaten Sidoarjo dan Selat Madura di sebelah utara. Pada sebelah selatan
berbatasan dengan Kabupaten Malang. Sebelah timur berbatasan langsung dengan
Kabupaten Probolinggo dan di sebelah barat berbatasan dengan wilayah
Kabupaten Mojokerto. Secara umum, wilayah administratif dari Kabupaten
Pasuruan adalah terdiri dari 24 Kecamatan. Sedangkan jumlah penduduk
Kabupaten Pasuruan pada tahun 2015 sebanyak 1.581.787 jiwa yang terdiri dari
783.410 penduduk laki-laki dan 798.377 penduduk perempuan.

b. Keadaan Ekonomi

Tabel 4.2 Nilai PDRB (Miliar Rupiah) dan Pertumbuhan Ekonomi (Persen)
Kabupaten Pasuruan Tahun 2010-2015
Tahun
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Kategori
PDRB 61.178,30 65.271,50 70.167,10 75.043,90 80.105,10 84.412,00
Pertumbuhan
6,69 7,50 6,95 6,74 5,38
Ekonomi
Sumber: BPS, diolah

Kondisi perekonomian di wilayah Kabupaten Pasuruan jika dilihat dari nilai


Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), maka perekonomian Kabupaten Pasuruan
dapat dikatakan selalu mengalami kenaikan dari tahun 2010 hingga 2015. Dimana
nilai PDRB terbesar adalah pada tahun 2015 dengan nilai 84.412,00 Miliar Rupiah.
Sedangkan nilai PDRB terendah adalah pada tahun 2010 yang hanya sebesar
61.178,30 Miliar Rupiah. Jika dilihat dari laju pertumbuhan ekonominya dari tahun
2011 hingga 2015, maka Kabupaten Pasuruan cenderung mengalami penurunan pada
pertumbuhan ekonominya. Pertumbuhan ekonomi tertinggi adalah
46

7,5 persen pada tahun 2012. Sedangkan pertumbuhan ekonomi terendah adalah
pada tahun 2015 yang hanya sebesar 5,38 persen.

4.1.3 Kabupaten Sidoarjo


a. Keadaan Geografis
Kabupaten Sidoarjo merupakan salah satu wilayah yang termasuk dalam
wilayah kerja Bakorwil III. Kabupaten Sidoarjo mempunyai luas wilayah yang
mencapai 714,24 Km2. Secara astronomis, wilayah Kabupaten Sidoarjo terletak
pada koordinat 7,3 derajat Lintang Selatan sampai dengan 7,5 derajat Lintang
Selatan dan 112,5 derajat Bujur Timur sampai dengan 112,9 derajat Bujur Timur.
Kabupaten Sidoarjo di sebelah utara berbatasan langsung dengan Kota Surabaya
dan Kabupaten Gresik. Pada sebelah timur berbatasan dengan Selat Madura.
Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Pasuraun. Pada sebelah barat
berbatasan dengan Kabupaten Mojokerto. Secara umum, wilayah administratif
dari Kabupaten Sidoarjo terdiri dari 18 Kecamatan. Sedangkan jumlah penduduk
Kabupaten Sidoarjo adalah sebanyak 2.161.659 jiwa pada tahun 2015. Jumlah
tersebut terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 1.090.270 jiwa dan penduduk
perempuan sebanyak 1.071.389 jiwa pada tahun 2015 (BPS, 2016).

b. Keadaan Ekonomi
Keadaan Perekonomian di wilayah Kabupaten Sidoarjo jika ditinjau dari
besarnya nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), maka kondisi
perekonomian Kabupaten Sidoarjo selalu mengalami kenaikan dari tahun 2010
hingga 2015. Nilai PDRB terbesar adalah pada tahun 2015 dengan nilai sebesar
112,012,40 Miliar Rupiah. Sedangkan nilai PDRB yang terendah adalah sebesar
81.472,70 Miliar Rupiah. Jika dilihat dari laju pertumbuhan ekonominya pada tahun
2011 sampai 2015, maka Kabupaten Sidoarjo pertumbuhan ekonominya cenderung
mengalami penurunan. Dimana laju pertumbuhan ekonomi tertinggi adalah sebesar
7,26 persen pada tahun 2012. Sedangkan laju pertumbuhan ekonomi terendah adalah
pada tahun 2015 yang pertumbuhannya hanya sebesar 5,24 persen.
47

Tabel 4.3 Nilai PDRB (Miliar Rupiah) dan Pertumbuhan Ekonomi (Persen)
Kabupaten Sidoarjo Tahun 2010-2015

Tahun
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Kategori
PDRB 81.472,70 87.212,30 93.543,80 99.992,30 106.435,70 112.012,40
Pertumbuhan
7,04 7,26 6,89 6,44 5,24
Ekonomi
Sumber: BPS, diolah

4.1.4 Kabupaten Blitar


a. Keadaan Geografis
Kabupaten Blitar merupakan salah satu kabupaten yang termasuk dalam
wilayah kerja Bakorwil III. Kabupaten Blitar memiliki luas wilayah yang mencapai

1.588,79 Km2. Secara astronomis, wilayah Kabupaten Blitar terletak pada posisi 7º58′

Lintang Selatan sampai dengan 8º9′51″ Lintang Selatan dan 111º40′ Bujur Timur
sampai dengan 112º10′ Bujur Timur. Batas administrasi Kabupaten Blitar di sebelah
utara berbatasan dengan Kabupaten Kediri, sebelah timur berbatasan dengan
Kabupaten Malang, sebelah selatan berbatasan langsung dengan Samudera Hindia
dan pada sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Tulungagung. Wilayah
administratif Kabupaten Blitar terdiri dari 22 Kecamatan. Sedangkan jumlah
penduduk Kabupaten Blitar adalah sebanyak 1.145.369 jiwa pada tahun 2015. Jumlah
tersebut terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 573.707 jiwa dan penduduk
perempuan sejumlah 571.689 jiwa pada tahun 2015 (BPS, 2016).

b. Keadaan Ekonomi
Kondisi perekonomian di wilayah Kabupaten Blitar jika ditinjau dari
perkembangan nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dari tahun 2010
hingga 2015, maka keadaan perekonomian Kabupaten Blitar selalu mengalami
kenaikan dari tahun ke tahun. Nilai PDRB yang terbesar adalah 20.925,40 Miliar
Rupiah pada tahun 2015. Sedangkan nilai PDRB yang terendah adalah pada tahun
2010 sebesar 16.213,90 Miliar Rupiah. Namun, jika dilihat dari laju pertumbuhan
ekonominya, maka pertumbuhan ekonomi Kabupaten Blitar cenderung mengalami
fluktuatif dari tahun 2011 hingga 2015. Dimana laju pertumbuhan ekonomi
48

tertinggi terjadi pada tahun 2012 sebesar 5,62 persen. Sedangkan pada tahun 2014
merupakan laju pertumbuhan ekonomi terendah yang hanya sebesar 5,02 persen.

Tabel 4.4 Nilai PDRB (Miliar Rupiah) dan Pertumbuhan Ekonomi (Persen)
Kabupaten Blitar Tahun 2010-2015
Tahun
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Kategori
PDRB 16.213,90 17.094,00 18.054,50 18.967,40 19.920,10 20.925,40
Pertumbuhan
5,43 5,62 5,06 5,02 5,05
Ekonomi
Sumber: BPS, diolah

4.1.5 Kota Blitar


a. Keadaan Geografis
Kota Blitar merupakan salah satu kota yang berada dalam wilayah kerja
Bakorwil III. Kota Blitar memiliki luas wilayah yang hanya sebesar 35,59 Km2
dan menjadi kota terkecil di Provinsi Jawa Timur. Secara astronomis, wilayah
Kota Blitar terletak pada posisi 112º14′ Bujur Timur sampai dengan 112º28 Bujur
Timur dan antara 8º2′ Lintang Selatan sampai dengan 8º8′ Lintang Selatan. Batas
administrasi wilayah Kota Blitar di sebelah utara adalah Kecamatan Nglegok dan
Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar. Sebelah timur berbatasan dengan
Kecamatan Kanigoro dan Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar. Pada sebelah
selatan berbatasan dengan Kecamatan Kanigoro dan Kecamatan Sanankulon,
Kabupaten Blitar. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Sanankulon dan
Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar. Wilayah Administritif Kota Blitar terbagi
dalam tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Sananwetan, Kepanjenkidul, dan
Sukorejo. Sedangkan jumlah penduduk Kota Blitar pada tahun 2015 adalah
sebanyak 146.155 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 72.773 jiwa
dan penduduk perempuan 73.382 jiwa (BPS, 2016).

b. Keadaan Ekonomi
Kondisi perekonomian di wilayah Kota Blitar jika ditinjau dari
perkembangan nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dari tahun 2010
hingga 2015, maka keadaan perekonomian Kota Blitar selalu mengalami kenaikan
49

dari tahun ke tahun. Nilai PDRB yang terbesar adalah 3.857,00 Miliar Rupiah pada
tahun 2015. Sedangkan nilai PDRB yang terendah adalah pada tahun 2010 yang
hanya sebesar 2.854,80 Miliar Rupiah. Namun, jika dilihat dari laju pertumbuhan
ekonominya, maka pertumbuhan ekonomi Kota Blitar cenderung mengalami
penurunan dari tahun 2011 hingga 2015. Dimana laju pertumbuhan ekonomi tertinggi
terjadi pada tahun 2012 sebesar 6,52 persen. Sedangkan pada tahun 2015 merupakan
laju pertumbuhan ekonomi terendah yang hanya sebesar 5,68 persen.

Tabel 4.5 Nilai PDRB (Miliar Rupiah) dan Pertumbuhan Ekonomi (Persen) Kota
Blitar Tahun 2010-2015

Tahun
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Kategori
PDRB 2.854,80 3.038,60 3.236,70 3.446,80 3.649,60 3.857,00
Pertumbuhan
6,44 6,52 6,49 5,88 5,68
Ekonomi
Sumber: BPS, diolah

4.1.6 Kota Malang


a. Keadaan Geografis
Kota Malang merupakan salah satu kota yang berada dalam wilayah kerja
Bakorwil III. Kota Malang memiliki luas wilayah sebesar 110,06 Km 2. Secara

astronomis, wilayah Kota Malang terletak pada posisi 112.06º Bujur Timur sampai
dengan 112.07º Bujur Timur dan antara 7.06º Lintang Selatan sampai dengan 8.02º
Lintang Selatan. Batas administrasi wilayah Kota Malang di sebelah utara adalah
Kecamatan Singosari dan Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang. Sebelah
timur berbatasan dengan Kecamatan Pakis dan Kecamatan Tumpang, Kabupaten
Malang. Pada sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Tajinan dan Kecamatan
Pakisaji, Kabupaten Malang. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Wagir dan
Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Wilayah Administritif Kota Malang terbagi
dalam 5 kecamatan, yaitu Kecamatan Kedungkandang, Sukun, Klojen, Blimbing dan
Lowokwaru. Sedangkan jumlah penduduk Kota Malang pada tahun 2015 adalah
berjumlah 851.298 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki berjumlah 419.713 jiwa
dan penduduk perempuan 431.585 jiwa (BPS, 2016).
50

b. Keadaan Ekonomi
Kondisi perekonomian di wilayah Kota Malang jika ditinjau dari
perkembangan nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dari tahun 2010
hingga 2015, maka keadaan perekonomian Kota Malang selalu mengalami
kenaikan dari tahun ke tahun. Nilai PDRB yang terbesar adalah 41.951,50 Miliar
Rupiah pada tahun 2015. Sedangkan nilai PDRB yang terendah adalah pada tahun
2010 yang hanya sebesar 31.377,40 Miliar Rupiah. Namun, jika dilihat dari laju
pertumbuhan ekonominya, maka pertumbuhan ekonomi Kota Malang cenderung
mengalami penurunan dari tahun 2011 hingga 2015. Dimana laju pertumbuhan
ekonomi tertinggi terjadi pada tahun 2012 sebesar 6,26 persen. Sedangkan pada
tahun 2015 merupakan laju pertumbuhan ekonomi terendah yang hanya sebesar
5,61 persen.

Tabel 4.6 Nilai PDRB (Miliar Rupiah) dan Pertumbuhan Ekonomi (Persen) Kota
Malang Tahun 2010-2015

Tahun
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Kategori
PDRB 31.377,40 33.273,70 35.355,80 37.547,70 39.724,20 41.951,50
Pertumbuhan
6,04 6,26 6,20 5,80 5,61
Ekonomi
Sumber: BPS, diolah

4.1.7 Kota Batu


a. Keadaan Geografis
Kota Batu merupakan salah satu wilayah yang termasuk ke dalam wilayah
kerja Bakorwil III. Kota Batu mempunyai luas wilayah secara keseluruhan adalah

sekitar 199,09 Km2. Ditinjau dari astronomis, Kota Batu terletak di antara 122º17′
Bujur Timur sampai dengan 122º57′ Bujur Timur dan antara 7º44′ Lintang Selatan
sampai dengan 8º26′ Lintang Selatan. Batas-batas administrasi wilayah Kota Batu di
sebelah utara adalah Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Pasuruan, sebelah timur
berbatasan dengan Kabupaten Malang, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten
Blitar dan Kabupaten Malang, dan pada sebelah barat berbatasan dengan
51

Kabupaten Malang. Wilayah administratif Kota Batu terbagi ke dalam 3


kecamatan. Sedangkan jumlah penduduk dari Kota Batu pada tahun 2015 adalah
berjumlah 214.969 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki berjumlah 108.473
jiwa dan penduduk perempuan adalah berjumlah 106.496 jiwa (BPS, 2016).

b. Keadaan Ekonomi
Kondisi perekonomian di wilayah Kota Batu jika ditinjau dari
perkembangan nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dari tahun 2010
hingga 2015, maka keadaan perekonomian Kota Batu terus mengalami kenaikan
dari tahun ke tahun. Nilai PDRB yang terbesar adalah sebesar 9.146,00 Miliar
Rupiah pada tahun 2015. Sedangkan nilai PDRB yang terendah adalah pada tahun
2010 yang hanya sebesar 6.504,30 Miliar Rupiah. Namun, jika dilihat dari laju
pertumbuhan ekonominya, maka pertumbuhan ekonomi Kota Batu mengalami
kenaikan dari tahun 2011 hingga 2013, namun kemudian pertumbuhannya
mengalami penurunan pada tahun 2014 dan 2015. Dimana laju pertumbuhan
ekonomi tertinggi terjadi pada tahun 2013 sebesar 7,29 persen. Sedangkan pada
tahun 2015 merupakan laju pertumbuhan ekonomi terendah yang hanya sebesar
6,69 persen.

Tabel 4.7 Nilai PDRB (Miliar Rupiah) dan Pertumbuhan Ekonomi (Persen) Kota
Batu Tahun 2010-2015

Tahun
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Kategori
PDRB 6.504,30 6.967,90 7.473,60 8.018,70 8.572,30 9.146,00
Pertumbuhan
7,13 7,26 7,29 6,90 6,69
Ekonomi
Sumber: BPS, diolah

4.1.8 Kota Pasuruan


a. Keadaan Geografis
Kota Pasuruan merupakan wilayah yang termasuk ke dalam wilayah kerja
Bakorwil III. Kota Pasuruan mempunyai luas wilayah sebesar 35,29 Km2. Secara
astronomis, wilayah Kota Pasuruan terletak pada posisi 7º35′ Lintang Selatan
sampai dengan 7º45′ Lintang Selatan dan antara 112º45′ Bujur Timur sampai
52

dengan 112º55′ Bujur Timur. Batas administrasi wilayah Kota Pasuruan di


sebelah Utara adalah berbatasan langsung dengan Selat Madura, sebelah Timur
berbatasan dengan Kabupaten Pasuruan, sebelah selatan berbatasan dengan
Kabupaten Pasuruan, dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Pasuruan.
Wilayah administratif dari Kota Pasuruan adalah terbagi menjadi empat
kecamatan, yaitu Kecamatan Gadingrejo, Purworejo, Bugulkidul, dan
Panggungrejo. Sedangkan jumlah penduduk Kota Pasuruan pada tahun 2015
adalah sebanyak 194.815 jiwa yang terdiri atas 96.598 jiwa penduduk laki-laki
dan 98.217 jiwa penduduk perempuan (BPS, 2016).

b. Keadaan Ekonomi
Kondisi perekonomian di wilayah Kota Pasuruan jika ditinjau dari
perkembangan nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dari tahun 2010
hingga 2015, maka keadaan perekonomian Kota Pasuruan selalu mengalami
kenaikan dari tahun ke tahun. Nilai PDRB yang terbesar adalah 4.813,30 Miliar
Rupiah pada tahun 2015. Sedangkan nilai PDRB yang terendah adalah pada tahun
2010 yang hanya sebesar 3.585,30 Miliar Rupiah. Namun, jika dilihat dari laju
pertumbuhan ekonominya, maka pertumbuhan ekonomi Kota Pasuruan
mengalami kenaikan dari tahun 2011 hingga 2013, namun kemudian
pertumbuhannya mengalami penurunan pada tahun 2014 dan 2015. Dimana laju
pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi pada tahun 2013 sebesar 6,52 persen.
Sedangkan pada tahun 2015 merupakan laju pertumbuhan ekonomi terendah Kota
Pasuruan yang hanya sebesar 5,53 persen.

Tabel 4.8 Nilai PDRB (Miliar Rupiah) dan Pertumbuhan Ekonomi (Persen) Kota
Pasuruan Tahun 2010-2015

Tahun
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Kategori
PDRB 3.585,30 3.810,60 4.051,10 4.315,20 4.561,20 4.813,30
Pertumbuhan
6,28 6,31 6,52 5,70 5,53
Ekonomi
Sumber: BPS, diolah
53

4.1.9 Kota Surabaya


a. Keadaan Geografis
Kota Surabaya merupakan salah satu kota yang termasuk ke dalam
wilayah kerja Bakorwil III. Kota Surabaya mempunyai luas wilayah sebesar
326,36 Km2. Secara astronomis, wilayah Kota Surabaya terletak pada posisi 7º9′
Lintang Selatan sampai dengan 7º21′ Lintang Selatan dan antara 112º36′ Bujur
Timur sampai dengan 112º54′ Bujur Timur. Batas administrasi wilayah Kota
Surabaya di sebelah utara adalah berbatasan langsung dengan Selat Madura,
sebelah timur juga berbatasan dengan Selat Madura, sebelah selatan berbatasan
dengan Kabupaten Sidoarjo, dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten
Gresik. Wilayah administratif Kota Surabaya terdiri dari 31 Kecamatan.
Sedangkan jumlah penduduk wilayah Kota Surabaya pada tahun 2015 adalah
sebanyak 2.943.528 jiwa yang terdiri atas 1.473.640 jiwa penduduk laki-laki dan
1.469.888 jiwa penduduk perempuan (BPS, 2016).

b. Keadaan Ekonomi

Tabel 4.9 Nilai PDRB (Miliar Rupiah) dan Pertumbuhan Ekonomi (Persen) Kota
Surabaya Tahun 2010-2015

Tahun
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Kategori
PDRB 231.204,70 247.686,70 265.892,00 286.050,60 305.957,50 324.227,80
Pertumbuhan 7,13 7,35 7,58 6,96 5,97
Ekonomi
Sumber: BPS, diolah
Kondisi perekonomian di wilayah Kota Surabaya jika ditinjau dari
perkembangan nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dari tahun 2010
hingga 2015, maka keadaan perekonomian Kota Surabaya selalu mengalami
kenaikan dari tahun ke tahun. Nilai PDRB yang terbesar adalah 324.227,80 Miliar
Rupiah pada tahun 2015. Sedangkan nilai PDRB yang terendah adalah pada tahun
2010 yang hanya sebesar 231.204,70 Miliar Rupiah. Namun, jika dilihat dari laju
pertumbuhan ekonominya, maka pertumbuhan ekonomi Kota Surabaya cenderung
mengalami fluktuatif dari tahun 2011 hingga 2015. Dimana laju pertumbuhan
ekonomi tertinggi terjadi pada tahun 2013 sebesar 7,58 persen. Sedangkan pada
54

tahun 2015 merupakan laju pertumbuhan ekonomi terendah yang hanya


mengalami pertumbuhan sebesar 5,97 persen.

4.2 Hasil Analisis Data


4.2.1 Analisis Shift Share (Esteban Marquillas)
Analisis Shift Share Esteban Marquillas (SSEM) digunakan untuk
mengetahui sektor perekonomian yang memiliki spesialisasi dan keunggulan
kompetitif. Hasil dari perhitungan analisis Shift Share Esteban Marquillas pada
wilayah kerja Bakorwil III dapat dijelaskan sebagai berikut:

A. Analisis SSEM Kabupaten Malang

Tabel 4.10 Rata-rata Hasil Analisis SSEM di Kabupaten Malang Tahun 2010-2015
No Lapangan Usaha C'ij Aij Nij Mij Dij
1 Pertanian, Kehutanan 4,016 25,313 520,331 -193,339 356,320
2 Pertambangan dan Penggalian - 0,871 -16,598 64,283 - 21,594 25,220
3 Industri Pengolahan 6,419 14,910 832,154 0,457 853,940
4 Pengadaan Listrik dan Gas 0,010 2,265 2,854 - 3,048 2,080
5 Pengadaan Air 0,001 0,659 2,950 - 1,110 2,500
6 Konstruksi 6,789 67,996 329,775 - 1,821 402,740
Perdagangan Besar dan
7 -15,322 -70,013 548,975 62,760 526,400
Eceran; Reparasi Mobil
8 Transportasi dan Pergudangan 0,102 3,529 29,568 6,641 39,840
9 Penyediaan Akomodasi - 0,752 -14,854 90,109 22,277 96,780
10 Informasi dan Komunikasi 0,302 5,457 128,057 61,444 195,260
11 Jasa Keuangan dan Asuransi - 0,121 - 4,818 43,390 23,829 62,280
12 Real Estate - 0,136 - 8,028 40,969 7,135 39,940
13 Jasa Perusahaan 0,017 2,135 10,090 - 0,142 12,100
14 Adm. Pemerintah 0,108 3,942 57,271 - 32,101 29,220
15 Jasa Pendidikan 0,080 2,966 66,152 12,782 81,980
16 Jasa Kesehatan - 0,009 - 1,656 15,684 9,421 23,440
17 Jasa lainnya 0,009 0,356 60,613 - 16,358 44,620
Sumber: Lampiran C.1

Menurut hasil perhitungan komponen pertumbuhan Provinsi Jawa Timur


(Nij) secara sektoral, maka pengaruh pertumbuhan terbesar Provinsi Jawa Timur
terhadap pertumbuhan Kabupaten Malang adalah Sekor Industri Pengolahan
55

sebesar 832,154 Miliar Rupiah. Sedangkan pengaruh pertumbuhan terkecil


Provinsi Jawa Timur terhadap pertumbuhan Kabupaten Malang adalah Sektor
Pengadaan Listrik dan Gas sebesar 2,854 Miliar Rupiah. Pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Malang secara sektoral juga dapat dilihat melalui komponen dampak
bauran industri, dimana Sektor Perdagangan Besar dan Eceran; serta Sektor
Informasi dan Komunikasi termasuk dalam sektor yang tumbuh cepat. Sedangkan
Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan merupakan sektor yang tidak
mendapat pengaruh dari bauran industri.
Komponen keunggulan kompetitif yang dihasilkan dari modifikasi Esteban
Marquillas adalah berasal dari keunggulan kompetitif dengan unsur C'ij dan
komponen yang menunjukkan spesialisasi (Aij). Secara sektoral, nilai C'ij yang
terbesar di Kabupaten Malang adalah Sektor Konstruksi sebesar 6,789 Miliar
Rupiah dan Sektor Industri Pengolahan sebesar 6,419 Miliar Rupiah. Sedangkan
nilai Aij terbesar atau sektor yang memiliki spesialisasi di Kabupaten Malang
adalah Sektor Konstruksi sebesar 67,996 Miliar Rupiah.

B. Analisis SSEM Kabupaten Pasuruan


Menurut hasil perhitungan komponen pertumbuhan Provinsi Jawa Timur
(Nij) secara sektoral, maka pengaruh pertumbuhan terbesar Provinsi Jawa Timur
terhadap pertumbuhan Kabupaten Pasuruan adalah Sekor Industri Pengolahan
sebesar 2.402,53 Miliar Rupiah. Sedangkan pengaruh pertumbuhan terkecil
Provinsi Jawa Timur terhadap pertumbuhan Kabupaten Pasuruan adalah Sektor
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah dan Limbah sebesar 1,632 Miliar Rupiah.
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pasuruan secara sektoral juga dapat dilihat
melalui komponen dampak bauran industri, dimana Sektor Informasi dan
Komunikasi; dan Sektor Perdagangan Besar dan Eceran termasuk dalam sektor
yang tumbuh cepat. Sedangkan Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
merupakan sektor yang tidak mendapat pengaruh dari bauran industri.
Komponen keunggulan kompetitif yang dihasilkan dari modifikasi Esteban
Marquillas adalah berasal dari keunggulan kompetitif dengan unsur C'ij dan
komponen yang menunjukkan spesialisasi (Aij). Secara sektoral, nilai C'ij yang
56

terbesar di Kabupaten Pasuruan adalah Sektor Industri Pengolahan sebesar


156,980 Miliar Rupiah dan nilai C'ij yang terendah atau tidak memiliki
keunggulan kompetitif adalah Sektor Perdagangan Besar dan Eceran. Sedangkan
nilai Aij terbesar atau sektor yang memiliki spesialisasi di Kabupaten Pasuruan
adalah Sektor Industri Pengolahan sebesar 379,142 Miliar Rupiah.

Tabel 4.11 Rata-rata Hasil Analisis SSEM di Kabupaten Pasuruan Tahun 2010-
2015

No Lapangan Usaha C'ij Aij Nij Mij Dij


1 Pertanian, Kehutanan 0,235 1,101 309,696 -115,031 196,00
2 Pertambangan dan Penggalian - 0,518 - 9,777 27,238 - 9,124 7,82
3 Industri Pengolahan 156,980 379,142 2.402,530 11,728 2.950,38
4 Pengadaan Listrik dan Gas - 0,017 - 1,225 44,984 - 49,882 - 6,14
5 Pengadaan Air - 0,000 - 0,122 1,632 - 0,609 0,90
6 Konstruksi - 0,106 - 0,690 547,679 - 2,383 544,50
Perdagangan Besar dan
7 - 17,411 - 78,844 431,711 49,363 384,82
Eceran; Reparasi Mobil
8 Transportasi dan Pergudangan 0,110 3,636 24,127 5,427 33,30
9 Penyediaan Akomodasi 0,324 6,130 133,501 33,245 173,20
10 Informasi dan Komunikasi - 0,954 - 16,488 130,464 62,597 175,62
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 0,096 4,375 31,391 17,077 52,94
12 Real Estate - 0,039 - 2,241 31,712 5,447 34,88
13 Jasa Perusahaan - 0,000 - 0,043 4,277 - 0,073 4,16
14 Adm. Pemerintah - 0,046 - 1,774 54,170 - 30,370 21,98
15 Jasa Pendidikan 0,061 2,346 28,879 5,575 36,86
16 Jasa Kesehatan 0,004 0,632 6,046 3,578 10,26
17 Jasa lainnya - 0,158 - 10,261 49,091 - 13,412 25,26
Sumber: Lampiran C.2

C. Analisis SSEM Kabupaten Sidoarjo


Menurut hasil perhitungan komponen pertumbuhan Provinsi Jawa Timur
(Nij) secara sektoral, maka pengaruh pertumbuhan terbesar Provinsi Jawa Timur
terhadap pertumbuhan Kabupaten Sidoarjo adalah Sekor Industri Pengolahan
sebesar 2.823,77 Miliar Rupiah. Sedangkan pengaruh pertumbuhan terkecil
Provinsi Jawa Timur terhadap pertumbuhan Kabupaten Sidoarjo adalah Sektor
57

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah dan Limbah sebesar 4,74 Miliar Rupiah.
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sidoarjo secara sektoral juga dapat dilihat
melalui komponen dampak bauran industri (Mij), dimana Sektor Informasi dan
Komunikasi; serta Sektor Transportasi dan Pergudangan termasuk dalam sektor
yang tumbuh cepat akibat pengaruh dari bauran industri. Sedangkan Sektor
Pengadaan Listrik dan Gas merupakan sektor yang tidak mendapat pengaruh dari
bauran industri.

Tabel 4.12 Rata-rata Hasil Analisis SSEM di Kabupaten Sidoarjo Tahun 2010-
2015

No Lapangan Usaha C'ij Aij Nij Mij Dij


1 Pertanian, Kehutanan 3,45 23,68 131,01 - 48,82 109,32
2 Pertambangan dan Penggalian - 0,79 - 14,25 9,38 - 2,92 - 8,58
3 Industri Pengolahan 10,21 23,37 2.823,77 7,05 2.864,40
4 Pengadaan Listrik dan Gas 0,12 27,88 63,28 - 68,66 22,62
5 Pengadaan Air 0,00 0,60 4,74 - 1,80 3,54
6 Konstruksi - 0,09 - 1,52 523,66 - 1,93 520,12
Perdagangan Besar dan
7 39,58 177,68 890,15 96,75 1.204,16
Eceran; Reparasi Mobil
8 Transportasi dan Pergudangan - 3,22 - 105,50 479,47 107,94 478,70
9 Penyediaan Akomodasi 0,58 11,06 178,29 44,57 234,50
10 Informasi dan Komunikasi 0,70 11,11 224,58 108,03 344,42
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 0,06 2,86 63,49 34,87 101,28
12 Real Estate - 0,21 - 12,68 55,19 9,62 51,92
13 Jasa Perusahaan - 0,01 - 1,15 9,23 - 0,16 7,92
14 Adm. Pemerintah 0,03 - 0,33 112,90 - 63,28 49,32
15 Jasa Pendidikan 0,12 4,70 64,67 12,46 81,96
16 Jasa Kesehatan - 0,01 - 2,30 17,81 10,71 26,20
17 Jasa lainnya - 0,01 - 0,93 23,42 - 6,34 16,14
Sumber: Lampiran C.3

Komponen keunggulan kompetitif yang dihasilkan dari modifikasi Esteban


Marquillas adalah berasal dari keunggulan kompetitif dengan unsur C'ij dan
komponen yang menunjukkan spesialisasi (Aij). Secara sektoral, nilai C'ij yang
terbesar di Kabupaten Sidoarjo adalah Sektor Perdagangan Besar dan Eceran
58

sebesar 39,58 Miliar Rupiah dan Sektor Industri Pengolahan sebesar 10,21 Miliar
Rupiah. Sedangkan nilai Aij terbesar atau sektor yang memiliki spesialisasi di
Kabupaten Sidoarjo adalah Sektor Perdagangan Besar dan Eceran sebesar 177,68
Miliar Rupiah.

D. Analisis SSEM Kabupaten Blitar

Tabel 4.13 Rata-rata Hasil Analisis SSEM di Kabupaten Blitar Tahun 2010-2015
No Lapangan Usaha C'ij Aij Nij Mij Dij
1 Pertanian, Kehutanan - 1,23 - 7,26 373,18 - 138,61 226,08
2 Pertambangan dan Penggalian - 0,08 - 2,09 49,46 - 16,52 30,78
3 Industri Pengolahan - 9,64 - 23,55 143,70 - 0,25 110,26
4 Pengadaan Listrik dan Gas 0,00 0,66 0,87 - 0,94 0,60
5 Pengadaan Air - 0,00 - 0,13 0,43 - 0,16 0,14
6 Konstruksi - 0,72 - 7,19 96,77 - 0,47 88,40
Perdagangan Besar dan
7 3,65 16,09 186,57 20,74 227,06
Eceran; Reparasi Mobil
8 Transportasi dan Pergudangan - 0,10 - 3,48 13,18 2,98 12,58
9 Penyediaan Akomodasi - 0,04 - 0,72 9,55 2,36 11,16
10 Informasi dan Komunikasi - 0,52 - 10,09 63,17 30,51 83,06
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 0,10 5,17 22,68 12,63 40,58
12 Real Estate - 0,07 - 4,15 20,98 3,65 20,42
13 Jasa Perusahaan - 0,01 - 1,01 3,95 - 0,07 2,86
14 Adm. Pemerintah 0,01 0,17 41,07 - 23,03 18,22
15 Jasa Pendidikan - 0,19 - 7,47 43,91 8,43 44,68
16 Jasa Kesehatan - 0,01 - 1,70 8,28 4,99 11,56
17 Jasa lainnya 0,03 1,65 16,66 - 4,47 13,86
Sumber: Lampiran C.4
Menurut hasil perhitungan komponen pertumbuhan Provinsi Jawa Timur
(Nij) secara sektoral, maka pengaruh pertumbuhan terbesar Provinsi Jawa Timur
terhadap pertumbuhan Kabupaten Blitar adalah Sekor Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan sebesar 373,18 Miliar Rupiah. Sedangkan pengaruh pertumbuhan
terkecil Provinsi Jawa Timur terhadap pertumbuhan Kabupaten Blitar adalah
Sektor Pengadaan Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah Limbah sebesar 0,43
Miliar Rupiah dan Sektor Pengadaan Listrik dan Gas sebesar 0,87 Miliar Rupiah.
59

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Blitar secara sektoral juga dapat dilihat melalui
komponen dampak bauran industri, dimana Sektor Informasi dan Komunikasi;
serta Sektor Perdagangan Besar dan Eceran termasuk dalam sektor yang tumbuh
cepat. Sedangkan Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan merupakan sektor
yang tidak mendapat pengaruh dari bauran industri.
Komponen keunggulan kompetitif yang dihasilkan dari modifikasi Esteban
Marquillas adalah berasal dari keunggulan kompetitif dengan unsur C'ij dan
komponen yang menunjukkan spesialisasi (Aij). Secara sektoral, nilai C'ij yang
terbesar di Kabupaten Blitar adalah Sektor Perdagangan Besar dan Eceran sebesar
3,65 Miliar Rupiah. Sedangkan nilai Aij terbesar atau sektor yang memiliki
spesialisasi di Kabupaten Blitar adalah Sektor Perdagangan Besar dan Eceran
sebesar 16,09 Miliar Rupiah.

E. Analisis SSEM Kota Blitar


Tabel 4.14 Rata-rata Hasil Analisis SSEM di Kota Blitar Tahun 2010-2015
No Lapangan Usaha C'ij Aij Nij Mij Dij
1 Pertanian, Kehutanan - 0,41 - 2,74 6,92 - 2,56 1,22
2 Pertambangan dan Penggalian - 0,00 - 0,03 0,02 - 0,01 - 0,02
3 Industri Pengolahan - 0,37 - 0,90 18,07 0,01 16,82
4 Pengadaan Listrik dan Gas 0,00 0,11 0,16 - 0,17 0,10
5 Pengadaan Air - 0,00 - 0,30 0,40 - 0,14 - 0,04
6 Konstruksi - 0,11 - 1,11 14,22 - 0,04 12,96
Perdagangan Besar dan
7 0,84 3,69 45,90 5,11 55,54
Eceran; Reparasi Mobil
8 Transportasi dan Pergudangan - 0,03 - 1,08 7,67 1,73 8,28
9 Penyediaan Akomodasi 0,05 0,90 8,96 2,23 12,14
10 Informasi dan Komunikasi - 0,35 - 6,56 23,69 11,54 28,32
11 Jasa Keuangan dan Asuransi - 0,07 - 2,91 18,96 10,42 26,40
12 Real Estate - 0,01 - 0,75 7,74 1,34 8,32
13 Jasa Perusahaan - 0,01 - 0,78 1,71 - 0,04 0,88
14 Adm. Pemerintah - 0,02 - 0,90 14,79 - 8,27 5,60
15 Jasa Pendidikan - 0,04 - 1,57 12,64 2,43 13,46
16 Jasa Kesehatan - 0,01 - 1,17 3,70 2,25 4,78
17 Jasa lainnya - 0,03 - 2,30 11,04 - 3,02 5,68
Sumber: Lampiran C.5
60

Menurut hasil perhitungan komponen pertumbuhan Provinsi Jawa Timur


(Nij) secara sektoral, maka pengaruh pertumbuhan terbesar Provinsi Jawa Timur
terhadap pertumbuhan Kota Blitar adalah Perdagangan Besar dan Eceran sebesar
45,90 Miliar Rupiah. Sedangkan pengaruh pertumbuhan terkecil Provinsi Jawa
Timur terhadap pertumbuhan Kota Blitar adalah Sektor Pertambangan dan
Penggalian sebesar 0,02 Miliar Rupiah. Pertumbuhan ekonomi Kota Blitar secara
sektoral juga dapat dilihat melalui komponen dampak bauran industri, dimana
Sektor Informasi dan Komunikasi; serta Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi
termasuk dalam sektor yang tumbuh cepat dengan nilai 11,54 Miliar Rupiah dan
sebesar 10,42 Miliar Rupiah. Sedangkan Sektor Adm. Pemerintah, Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib merupakan sektor yang tidak mendapat pengaruh dari
bauran industri.
Komponen keunggulan kompetitif yang dihasilkan dari modifikasi Esteban
Marquillas adalah berasal dari keunggulan kompetitif dengan unsur C'ij dan
komponen yang menunjukkan spesialisasi (Aij). Secara sektoral, nilai C'ij yang
terbesar di Kota Blitar adalah Sektor Perdagangan Besar dan Eceran sebesar 0,84
Miliar Rupiah. Sedangkan nilai Aij terbesar atau sektor yang memiliki spesialisasi
di Kota Blitar adalah Sektor Perdagangan Besar dan Eceran sebesar 3,69 Miliar
Rupiah.

F. Analisis SSEM Kota Malang


Menurut hasil perhitungan komponen pertumbuhan Provinsi Jawa Timur (Nij)
secara sektoral, maka pengaruh pertumbuhan terbesar Provinsi Jawa Timur terhadap
pertumbuhan Kota Malang adalah Perdagangan Besar dan Eceran sebesar 654,354
Miliar Rupiah dan Sekor Industri Pengolahan sebesar 579,261 Miliar Rupiah.
Sedangkan pengaruh pertumbuhan terkecil Provinsi Jawa Timur terhadap
pertumbuhan Kota Malang adalah Sektor Pengadaan Listrik dan Gas sebesar 0,881
Miliar Rupiah. Pertumbuhan ekonomi Kota Malang secara sektoral juga dapat dilihat
melalui komponen dampak bauran industri, dimana Sektor Perdagangan Besar dan
Eceran termasuk dalam sektor yang tumbuh cepat dengan nilai 73,813
61

Miliar Rupiah. Sedangkan Sektor Adm. Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib merupakan sektor yang tidak mendapat pengaruh dari bauran industri.
Komponen keunggulan kompetitif yang dihasilkan dari modifikasi Esteban
Marquillas adalah berasal dari keunggulan kompetitif dengan unsur C'ij dan
komponen yang menunjukkan spesialisasi (Aij). Secara sektoral, nilai C'ij yang
terbesar di Kota Malang adalah Sektor Konstruksi sebesar 6,441 Miliar Rupiah
dan Sektor Industri Pengolahan merupakan sektor dengan nilai C'ij terendah, yaitu
-97,830 Miliar Rupiah. Sedangkan nilai Aij terbesar atau sektor yang memiliki
spesialisasi di Kota Malang adalah Sektor Konstruksi sebesar 63,648 Miliar
Rupiah.

Tabel 4.15 Rata-rata Hasil Analisis SSEM di Kota Malang Tahun 2010-2015
No Lapangan Usaha C'ij Aij Nij Mij Dij
1 Pertanian, Kehutanan - 0,377 - 2,520 6,312 - 2,335 1,080
2 Pertambangan dan Penggalian - 0,148 - 2,723 2,569 - 0,878 - 1,180
3 Industri Pengolahan -97,830 -237,695 579,261 - 1,776 241,960
4 Pengadaan Listrik dan Gas 0,003 0,619 0,881 - 0,942 0,560
5 Pengadaan Air 0,001 0,845 4,616 - 1,722 3,740
6 Konstruksi 6,441 63,648 258,245 - 1,754 326,580
Perdagangan Besar dan
7 1,271 4,362 654,354 73,813 733,800
Eceran; Reparasi Mobil
8 Transportasi dan Pergudangan - 0,132 - 4,743 51,835 11,700 58,660
9 Penyediaan Akomodasi 0,811 15,685 87,410 22,015 125,920
10 Informasi dan Komunikasi 0,388 5,921 93,250 44,660 144,220
11 Jasa Keuangan dan Asuransi - 0,143 - 6,053 53,333 29,223 76,360
12 Real Estate 0,034 1,843 30,837 5,287 38,000
13 Jasa Perusahaan 0,026 3,257 15,093 - 0,196 18,180
14 Adm. Pemerintah - 0,073 - 3,041 35,960 -20,165 12,680
15 Jasa Pendidikan 0,576 21,287 153,841 29,656 205,360
16 Jasa Kesehatan 0,039 5,319 48,879 29,303 83,540
17 Jasa lainnya - 0,099 - 6,684 71,547 -19,405 45,360
Sumber: Lampiran C.6
62

G. Analisis SSEM Kota Batu


Menurut hasil perhitungan komponen pertumbuhan Provinsi Jawa Timur
(Nij) secara sektoral, maka pengaruh pertumbuhan terbesar Provinsi Jawa Timur
terhadap pertumbuhan Kota Batu adalah Sekor Perdagangan Besar dan Eceran
sebesar 85,796 Miliar Rupiah. Sedangkan pengaruh pertumbuhan terkecil Provinsi
Jawa Timur terhadap pertumbuhan Kota Batu adalah Sektor Pengadaan Listrik
dan Gas sebesar 0,243 Miliar Rupiah. Pertumbuhan ekonomi Kota Batu secara
sektoral juga dapat dilihat melalui komponen dampak bauran industri, dimana
Sektor Informasi dan Komunikasi termasuk dalam sektor yang tumbuh cepat.
Sedangkan Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan merupakan sektor yang
tidak mendapat pengaruh dari bauran industri.

Tabel 4.16 Rata-rata Hasil Analisis SSEM di Kota Batu Tahun 2010-2015
No Lapangan Usaha C'ij Aij Nij Mij Dij
1 Pertanian, Kehutanan -0,511 - 3,535 75,745 -28,099 43,600
2 Pertambangan dan Penggalian -0,004 - 0,089 0,890 - 0,297 0,500
3 Industri Pengolahan 0,821 1,965 20,241 0,073 23,100
4 Pengadaan Listrik dan Gas 0,001 0,296 0,243 - 0,260 0,280
5 Pengadaan Air 0,000 0,380 0,928 - 0,348 0,960
6 Konstruksi 2,978 29,476 43,758 - 0,473 75,740
Perdagangan Besar dan
7 3,112 13,855 85,796 9,417 112,180
Eceran; Reparasi Mobil
8 Transportasi dan Pergudangan 0,026 0,870 5,946 1,338 8,180
9 Penyediaan Akomodasi 0,341 6,541 44,713 11,205 62,800
10 Informasi dan Komunikasi -0,098 - 2,266 33,344 16,080 47,060
11 Jasa Keuangan dan Asuransi -0,079 - 3,260 16,701 9,197 22,560
12 Real Estate 0,036 2,089 13,271 2,244 17,640
13 Jasa Perusahaan 0,002 0,234 2,255 - 0,031 2,460
14 Adm. Pemerintah 0,048 1,758 12,834 - 7,200 7,440
15 Jasa Pendidikan -0,009 - 0,310 17,691 3,409 20,780
16 Jasa Kesehatan -0,004 - 0,678 3,683 2,218 5,220
17 Jasa lainnya 0,329 21,459 76,399 -20,346 77,840
Sumber: Lampiran C.7
Komponen keunggulan kompetitif yang dihasilkan dari modifikasi Esteban
Marquillas adalah berasal dari keunggulan kompetitif dengan unsur C'ij dan
63

komponen yang menunjukkan spesialisasi (Aij). Secara sektoral, nilai C'ij yang
terbesar di Kota Batu adalah Sektor Perdagangan Besar dan Eceran sebesar 3,112
Miliar Rupiah dan Sektor Konstruksi sebesar 2,978 Miliar Rupiah. Sedangkan
nilai Aij terbesar atau sektor yang memiliki spesialisasi di Kota Batu adalah
Sektor Konstruksi sebesar 29,476 Miliar Rupiah.

H. Analisis SSEM Kota Pasuruan


Menurut hasil perhitungan komponen pertumbuhan Provinsi Jawa Timur
(Nij) secara sektoral, maka pengaruh pertumbuhan terbesar Provinsi Jawa Timur
terhadap pertumbuhan Kota Pasuruan adalah Sekor Perdagangan Besar dan
Eceran sebesar 68,589 Miliar Rupiah dan Sektor Industri Pengolahan sebesar
51,270 Miliar Rupiah. Sedangkan pengaruh pertumbuhan terkecil Provinsi Jawa
Timur terhadap pertumbuhan Kota Pasuruan adalah Sektor Pertambangan dan
Penggalian sebesar 0,107 Miliar Rupiah. Pertumbuhan ekonomi Kota Pasuruan
secara sektoral juga dapat dilihat melalui komponen dampak bauran industri,
dimana Sektor Informasi dan Komunikasi; serta Sektor Jasa Keuangan dan
Asuransi termasuk dalam sektor yang tumbuh cepat. Sedangkan Sektor
Administrasi Pemerintah, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib merupakan
sektor yang tidak mendapat pengaruh dari bauran industri.

Komponen keunggulan kompetitif yang dihasilkan dari modifikasi Esteban


Marquillas adalah berasal dari keunggulan kompetitif dengan unsur C'ij dan
komponen yang menunjukkan spesialisasi (Aij). Secara sektoral, nilai C'ij yang
terbesar di Kota Pasuruan adalah Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum sebesar 0,263 Miliar Rupiah dan nilai C'ij terkecil adalah Sektor Industri
Pengolahan sebesar -2,798 Miliar Rupiah. Sedangkan nilai Aij terbesar atau sektor
yang memiliki spesialisasi di Kota Pasuruan adalah Sektor Penyediaan
Akomodasi dan Makan Minum sebesar 5,127 Miliar Rupiah.
64

Tabel 4.17 Rata-rata Hasil Analisis SSEM di Kota Pasuruan Tahun 2010-2015
No Lapangan Usaha C'ij Aij Nij Mij Dij
1 Pertanian, Kehutanan -0,325 -2,181 6,747 - 2,501 1,740
2 Pertambangan dan Penggalian -0,006 -0,105 0,107 - 0,037 - 0,040
3 Industri Pengolahan -2,798 -6,881 51,270 0,009 41,600
4 Pengadaan Listrik dan Gas 0,001 0,176 0,219 - 0,236 0,160
5 Pengadaan Air -0,000 -0,217 0,754 - 0,277 0,260
6 Konstruksi -0,017 -0,172 15,096 - 0,047 14,860
Perdagangan Besar dan
7 -0,851 -3,979 68,589 7,762 71,520
Eceran; Reparasi Mobil
8 Transportasi dan Pergudangan -0,134 -4,651 13,948 3,156 12,320
9 Penyediaan Akomodasi 0,263 5,127 10,165 2,605 18,160
10 Informasi dan Komunikasi -0,173 -3,477 21,201 10,249 27,800
11 Jasa Keuangan dan Asuransi -0,033 -1,393 17,480 9,606 25,660
12 Real Estate -0,077 -4,461 7,024 1,254 3,740
13 Jasa Perusahaan 0,002 0,222 1,472 - 0,017 1,680
14 Adm. Pemerintah 0,030 1,077 12,166 - 6,813 6,460
15 Jasa Pendidikan -0,003 -0,134 9,964 1,913 11,740
16 Jasa Kesehatan -0,006 -0,929 2,281 1,394 2,740
17 Jasa lainnya -0,007 -0,458 7,763 - 2,099 5,200
Sumber: Lampiran C.8

I. Analisis SSEM Kota Surabaya


Menurut hasil perhitungan komponen pertumbuhan Provinsi Jawa Timur
(Nij) secara sektoral, maka pengaruh pertumbuhan terbesar Provinsi Jawa Timur
terhadap pertumbuhan Kota Surabaya adalah Sekor Perdagangan Besar dan
Eceran sebesar 4.676,46 Miliar Rupiah. Sedangkan pengaruh pertumbuhan
terkecil Provinsi Jawa Timur terhadap pertumbuhan Kota Surabaya adalah Sektor
Pertambangan dan Penggalian sebesar 1,07 Miliar Rupiah. Pertumbuhan ekonomi
Kota Surabaya secara sektoral juga dapat dilihat melalui komponen dampak
bauran industri, dimana Sektor Penyediaan Akomodasi Makan Minum; serta
Sektor Perdagangan Besar dan Eceran termasuk dalam sektor yang tumbuh cepat.
Sedangkan Sektor Adm. Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
merupakan sektor yang tidak mendapat pengaruh dari bauran industri.
65

Komponen keunggulan kompetitif yang dihasilkan dari modifikasi Esteban


Marquillas adalah berasal dari keunggulan kompetitif dengan unsur C'ij dan
komponen yang menunjukkan spesialisasi (Aij). Secara sektoral, nilai C'ij yang
terbesar di Kota Surabaya adalah Sektor Industri Pengolahan sebesar 141,15 Miliar
Rupiah. Sedangkan nilai Aij terbesar atau sektor yang memiliki spesialisasi di Kota
Surabaya adalah Sektor Industri Pengolahan sebesar 343,62 Miliar Rupiah.

Tabel 4.18 Rata-rata Hasil Analisis SSEM di Kota Surabaya Tahun 2010-2015
No Lapangan Usaha C'ij Aij Nij Mij Dij
1 Pertanian, Kehutanan 0,64 4,43 28,69 - 10,67 23,10
2 Pertambangan dan Penggalian - 0,01 - 0,17 1,07 - 0,35 0,54
3 Industri Pengolahan 141,15 343,62 3.127,89 8,83 3.621,48
4 Pengadaan Listrik dan Gas - 0,30 - 74,87 105,30 -116,06 - 85,94
5 Pengadaan Air - 0,00 - 0,84 27,65 - 10,36 16,44
6 Konstruksi 6,02 59,20 1.659,65 - 7,96 1.716,92
Perdagangan Besar dan
7 - 32,57 -153,11 4.676,46 529,12 5.019,90
Eceran; Reparasi Mobil
8 Transportasi dan Pergudangan 0,58 18,31 773,13 174,09 966,12
9 Penyediaan Akomodasi 3,21 60,13 2.233,87 556,09 2.853,30
10 Informasi dan Komunikasi 2,25 40,70 998,11 477,28 1.518,34
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 1,72 65,74 736,39 399,50 1.203,36
12 Real Estate 0,07 4,36 436,37 74,70 515,50
13 Jasa Perusahaan - 0,28 - 38,08 383,01 - 6,39 338,26
14 Adm. Pemerintah - 0,43 - 16,86 236,77 -132,37 87,10
15 Jasa Pendidikan - 0,56 - 21,21 378,91 72,96 430,10
16 Jasa Kesehatan 0,01 2,53 120,27 71,11 193,92
17 Jasa lainnya - 0,02 - 2,25 258,46 - 70,01 186,18
Sumber: Lampiran C.9

4.2.2 Analisis Location Quotient


Analisis Location Quotient (LQ) merupakan alat analisis yang digunakan
untuk menentukan sektor basis dan non basis melalui pendekatan nilai tambah
PDRB masing-masing sektor. Berdasarkan hasil analisis Location quotient (LQ)
pada sektor perekonomian wilayah kerja Bakorwil III adalah sebagai berikut:
66

A. Analisis LQ Kabupaten Malang


Berdasarkan Tabel 4.19 menunjukkan bahwa hasil perhitungan analisis
Location Quotient di Kabupaten Malang adalah terdapat lima sektor yang selalu
menjadi sektor basis (nilai LQ > 1) dari tahun 2010 hingga 2015, yaitu Sektor
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan; Sektor Industri Pengolahan; Sektor
Konstruksi; Sektor Perdagangan Besar dan Eceran; dan Sektor Jasa Lainnya.
Sedangkan Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah mulai menjadi
sektor basis pada tahun 2013 hingga tahun 2015. Nilai LQ terbesar adalah pada
Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan dengan nilai LQ pada tahun 2015
sebesar 1,425.

Tabel 4.19 Nilai LQ Sektor Perekonomian Kabupaten Malang Tahun 2010-2015


No Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian, Kehutanan 1,393 1,416 1,422 1,434 1,423 1,425
Pertambangan dan
2 0,445 0,431 0,434 0,439 0,433 0,414
Penggalian
3 Industri Pengolahan 1,005 1,010 1,005 0,986 1,002 1,015
4 Pengadaan Listrik dan Gas 0,215 0,239 0,272 0,282 0,274 0,279
5 Pengadaan Air 0,964 0,951 0,984 1,013 1,028 1,034
6 Konstruksi 1,216 1,251 1,274 1,299 1,303 1,310
Perdagangan Besar dan
7 1,092 1,068 1,052 1,060 1,053 1,048
Eceran; Reparasi Mobil
Transportasi dan
8 0,363 0,363 0,369 0,376 0,373 0,378
Pergudangan
9 Penyediaan Akomodasi 0,661 0,644 0,656 0,658 0,639 0,633
10 Informasi dan Komunikasi 0,863 0,876 0,865 0,870 0,875 0,879
Jasa Keuangan dan
11 0,640 0,637 0,638 0,632 0,632 0,625
Asuransi
12 Real Estate 0,883 0,857 0,840 0,836 0,825 0,834
13 Jasa Perusahaan 0,454 0,457 0,465 0,465 0,469 0,483
14 Adm. Pemerintah 0,795 0,798 0,807 0,818 0,818 0,816
15 Jasa Pendidikan 0,901 0,909 0,905 0,904 0,907 0,916
16 Jasa Kesehatan 0,921 0,896 0,880 0,893 0,913 0,895
17 Jasa lainnya 1,400 1,414 1,424 1,430 1,414 1,412
Sumber: Lampiran D.1
67

B. Analisis LQ Kabupaten Pasuruan


Hasil analisis Location Quotient di wilayah Kabupaten Pasuruan dari tahun
2010 sampai 2015 adalah terdapat tiga sektor yang menjadi sektor basis (nilai LQ
> 1). Sektor basis tersebut adalah Sektor Industri Pengolahan; Sektor Pengadaan
Listrik dan Gas; dan Sektor Konstruksi. Dari ketiga sektor basis tersebut, Sektor
Pangadaan Listrik dan Gas merupakan sektor yang mempunyai nilai basis paling
tinggi pada tahun 2015 dengan nilai LQ sebesar 2,813, kemudian disusul oleh
Sektor Industri Pengolahan dengan nilai 1,965 dan Sektor Konstuksi dengan nilai
sebesar 1,379.

Tabel 4.20 Nilai LQ Sektor Perekonomian Kabupaten Pasuruan Tahun 2010-2015

No Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013 2014 2015


1 Pertanian, Kehutanan 0,567 0,570 0,567 0,559 0,554 0,553
Pertambangan dan
2 0,129 0,123 0,123 0,122 0,120 0,113
Penggalian
3 Industri Pengolahan 1,889 1,925 1,942 1,951 1,942 1,965
4 Pengadaan Listrik dan Gas 2,918 2,817 2,555 2,518 2,565 2,813
5 Pengadaan Air 0,370 0,363 0,366 0,362 0,363 0,353
6 Konstruksi 1,413 1,423 1,409 1,404 1,391 1,379
Perdagangan Besar dan
7 0,579 0,570 0,556 0,550 0,542 0,529
Eceran; Reparasi Mobil
Transportasi dan
8 0,205 0,199 0,199 0,199 0,203 0,207
Pergudangan
9 Penyediaan Akomodasi 0,653 0,642 0,643 0,643 0,641 0,644
10 Informasi dan Komunikasi 0,601 0,599 0,594 0,589 0,577 0,566
Jasa Keuangan dan
11 0,298 0,304 0,307 0,314 0,308 0,305
Asuransi
12 Real Estate 0,446 0,445 0,438 0,434 0,429 0,426
13 Jasa Perusahaan 0,133 0,132 0,130 0,130 0,129 0,129
14 Adm. Pemerintah 0,517 0,516 0,511 0,504 0,499 0,499
15 Jasa Pendidikan 0,263 0,264 0,265 0,265 0,262 0,262
16 Jasa Kesehatan 0,231 0,233 0,231 0,231 0,231 0,232
17 Jasa lainnya 0,797 0,780 0,766 0,752 0,736 0,729
Sumber: Lampiran D.2
68

C. Analisis LQ Kabupaten Sidoarjo


Hasil perhitungan analisis LQ terhadap sektor perekonomian di Kabupaten
Sidoarjo dari tahun 2010 hingga 2015 adalah terdapat empat sektor yang menjadi
sektor basis (nilai LQ > 1) di Kabupaten Sidoarjo. Sektor basis tersebut adalah
Sektor Industri Pengolahan; Sektor Pengadaan Listrik dan Gas; Sektor Konstruksi;
serta Sektor Transportasi dan Pergudangan. Dari beberapa sektor basis tersebut,
Sektor Pengadaan Listrik dan Gas merupakan sektor dengan nilai LQ tertinggi
pada tahun 2015 dalam perekonomian di Kabupaten Sidoarjo karena sektor
tersebut mempunyai nilai LQ sebesar 2,928.

Tabel 4.21 Nilai LQ Sektor Perekonomian di Kabupaten Sidoarjo Tahun 2010-


2015

No Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013 2014 2015


1 Pertanian, Kehutanan 0,179 0,173 0,179 0,182 0,183 0,185
2 Pertambangan dan Penggalian 0,041 0,031 0,032 0,027 0,030 0,025
3 Industri Pengolahan 1,717 1,720 1,703 1,696 1,679 1,686
4 Pengadaan Listrik dan Gas 2,605 2,661 2,842 3,003 3,111 2,928
5 Pengadaan Air 0,778 0,789 0,802 0,798 0,807 0,791
6 Konstruksi 1,028 1,028 1,010 0,990 0,997 1,003
Perdagangan Besar dan
7 0,849 0,854 0,857 0,876 0,885 0,889
Eceran; Reparasi Mobil
8 Transportasi dan Pergudangan 2,956 3,078 3,117 3,011 2,829 2,747
9 Penyediaan Akomodasi 0,654 0,637 0,644 0,648 0,646 0,650
10 Informasi dan Komunikasi 0,776 0,774 0,768 0,746 0,761 0,768
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 0,464 0,466 0,473 0,464 0,461 0,461
12 Real Estate 0,612 0,583 0,565 0,555 0,551 0,556
13 Jasa Perusahaan 0,216 0,214 0,216 0,209 0,204 0,204
14 Adm. Pemerintah 0,791 0,801 0,799 0,797 0,798 0,775
15 Jasa Pendidikan 0,446 0,443 0,444 0,443 0,440 0,445
16 Jasa Kesehatan 0,529 0,521 0,507 0,501 0,503 0,498
17 Jasa lainnya 0,276 0,277 0,276 0,273 0,269 0,268
Sumber: Lampiran D.3
69

D. Analisis LQ Kabupaten Blitar


Hasil perhitungan analisis LQ terhadap sektor perekonomian di Kabupaten
Blitar dari tahun 2010 hingga 2015 adalah terdapat tujuh sektor yang menjadi
sektor basis (nilai LQ > 1) di Kabupaten Blitar. Sektor basis tersebut adalah
Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan; Sektor Informasi dan Komunikasi;
Sektor Real Estate; Sektor Adm. Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib; Sektor Jasa Pendidikan; Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial; serta
Sektor Jasa Lainnya. Dari ketujuh sektor basis tersebut, Sektor Pertanian,
Kehutanan, dan Perikanan merupakan sektor dengan nilai LQ tertinggi pada tahun
2015 dalam perekonomian di Kabupaten Blitar karena sektor tersebut mempunyai
nilai LQ sebesar 2,705.

Tabel 4.22 Nilai LQ Sektor Perekonomian Kabupaten Blitar Tahun 2010-2015

No Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013 2014 2015


1 Pertanian, Kehutanan 2,618 2,620 2,647 2,656 2,664 2,705
2 Pertambangan dan Penggalian 0,842 0,850 0,867 0,898 0,908 0,870
3 Industri Pengolahan 0,461 0,460 0,442 0,442 0,442 0,447
4 Pengadaan Listrik dan Gas 0,171 0,190 0,219 0,220 0,220 0,227
5 Pengadaan Air 0,392 0,363 0,369 0,368 0,380 0,372
6 Konstruksi 0,960 0,960 0,960 0,973 0,988 0,976
Perdagangan Besar dan
7 0,919 0,916 0,935 0,954 0,974 0,984
Eceran; Reparasi Mobil
8 Transportasi dan Pergudangan 0,442 0,432 0,424 0,417 0,424 0,424
9 Penyediaan Akomodasi 0,174 0,173 0,185 0,184 0,181 0,178
10 Informasi dan Komunikasi 1,128 1,135 1,103 1,102 1,114 1,118
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 0,741 0,880 0,913 0,884 0,883 0,862
12 Real Estate 1,153 1,143 1,121 1,109 1,116 1,129
13 Jasa Perusahaan 0,468 0,472 0,482 0,471 0,456 0,454
14 Adm. Pemerintah 1,464 1,478 1,513 1,526 1,535 1,527
15 Jasa Pendidikan 1,589 1,585 1,547 1,523 1,564 1,568
16 Jasa Kesehatan 1,253 1,219 1,206 1,213 1,284 1,228
17 Jasa lainnya 0,961 1,001 1,031 1,030 1,035 1,035
Sumber:Lampiran D.4
70

E. Analisis LQ Kota Blitar


Berdasarkan Tabel 4.23 diketahui bahwa hasil analisis Location Quotient di
Kota Blitar pada tahun 2010 hingga 2015 adalah terdapat sebelas sektor yang menjadi
sektor basis (nilai LQ > 1) di wilayah Kota Blitar. Sektor basis tersebut adalah Sektor
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah; Sektor Perdagangan Besar dan Eceran;
Sektor Transportasi dan Pergudangan; Sektor Informasi dan Komunikasi; Sektor Jasa
Keuangan dan Asuransi; Sektor Real Estate; Sektor Jasa Perusahaan; Sektor Adm.
Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib; Sektor Jasa Pendidikan; Sektor
Jasa kesehatan dan Kegiatan Sosial; serta Sektor Jasa Lainnya. Dari sektor basis
tersebut, Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi merupakan sektor yang mempunyai
nilai LQ terbesar, yaitu 3,940 pada tahun 2015.

Tabel 4.23 Nilai LQ Sektor Perekonomian Kota Blitar Tahun 2010-2015

No Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013 2014 2015


1 Pertanian, Kehutanan 0,288 0,285 0,270 0,263 0,257 0,250
2 Pertambangan dan Penggalian 0,003 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002
3 Industri Pengolahan 0,320 0,317 0,314 0,312 0,310 0,311
4 Pengadaan Listrik dan Gas 0,178 0,197 0,220 0,213 0,215 0,221
5 Pengadaan Air 2,193 1,985 1,910 1,827 1,822 1,753
6 Konstruksi 0,807 0,804 0,794 0,777 0,779 0,782
Perdagangan Besar dan
7 1,283 1,273 1,280 1,291 1,309 1,309
Eceran; Reparasi Mobil
8 Transportasi dan Pergudangan 1,422 1,401 1,389 1,355 1,356 1,354
9 Penyediaan Akomodasi 0,928 0,919 0,940 0,949 0,946 0,950
10 Informasi dan Komunikasi 2,433 2,425 2,329 2,239 2,241 2,227
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 4,157 4,078 4,027 3,912 3,938 3,940
12 Real Estate 2,375 2,328 2,309 2,299 2,279 2,290
13 Jasa Perusahaan 1,187 1,166 1,152 1,102 1,054 1,034
14 Adm. Pemerintah 3,012 2,971 3,023 3,029 3,035 2,945
15 Jasa Pendidikan 2,571 2,550 2,499 2,442 2,452 2,459
16 Jasa Kesehatan 3,227 3,086 3,038 3,045 3,004 2,929
17 Jasa lainnya 3,807 3,806 3,771 3,657 3,618 3,562
Sumber: Lampiran D.5
71

F. Analisis LQ Kota Malang


Berdasarkan Tabel 4.24 diketahui bahwa hasil analisis Location Quotient
di Kota Malang pada tahun 2010 hingga 2015 adalah terdapat tujuh sektor yang
menjadi sektor basis (nilai LQ > 1) di wilayah Kota Malang. Sektor basis tersebut
adalah Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah; Sektor Konstruksi;
Sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi;
Sektor Jasa Pendidikan; Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial; serta Sektor
Jasa Lainnya. Dari sektor basis tersebut pada tahun 2015, Sektor Kesehatan dan
Kegiatan Sosial merupakan sektor yang mempunyai nilai LQ terbesar, yaitu
3,858. Selanjutnya, pada urutan kedua dan ketiga yang mempunyai nilai LQ
tertinggi pada tahun 2015 adalah Sektor Jasa Pendidikan dan Sektor Jasa lainnya
dengan nilai LQ masing-masing sebesar 2,872 dan 2,162.

Tabel 4.24 Nilai LQ Sektor Perekonomian Kota Malang Tahun 2010-2015


No Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian, Kehutanan 0,024 0,024 0,023 0,022 0,021 0,021
Pertambangan dan
2 0,026 0,024 0,023 0,022 0,021 0,019
Penggalian
3 Industri Pengolahan 0,976 0,962 0,930 0,895 0,854 0,830
4 Pengadaan Listrik dan Gas 0,089 0,099 0,114 0,112 0,109 0,113
5 Pengadaan Air 2,004 1,945 2,023 2,101 2,161 2,125
6 Konstruksi 1,278 1,301 1,314 1,321 1,364 1,384
Perdagangan Besar dan
7 1,690 1,670 1,667 1,679 1,691 1,697
Eceran; Reparasi Mobil
Transportasi dan
8 0,875 0,852 0,857 0,846 0,852 0,853
Pergudangan
9 Penyediaan Akomodasi 0,819 0,805 0,836 0,853 0,866 0,867
10 Informasi dan Komunikasi 0,845 0,843 0,831 0,829 0,847 0,859
Jasa Keuangan dan
11 1,052 1,043 1,034 1,023 1,023 1,021
Asuransi
12 Real Estate 0,848 0,842 0,843 0,843 0,846 0,863
13 Jasa Perusahaan 0,893 0,902 0,928 0,923 0,926 0,953
14 Adm. Pemerintah 0,669 0,670 0,674 0,670 0,668 0,656
15 Jasa Pendidikan 2,754 2,801 2,774 2,774 2,822 2,872
16 Jasa Kesehatan 3,766 3,665 3,675 3,712 3,746 3,858
17 Jasa lainnya 2,207 2,222 2,236 2,209 2,191 2,162
Sumber: Lampiran D.6
72

G. Analisis LQ Kota Batu


Berdasarkan Tabel 4.25 menunjukkan bahwa terdapat banyak sektor yang
menjadi sektor basis (nilai LQ > 1) di Kota Batu pada tahun 2010 hingga 2015,
yaitu terdapat 12 sektor basis. Sektor basis tersebut adalah Sektor Pertanian,
Kehutanan, dan Perikanan; Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah;
Sektor Konstruksi; Sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Sektor Penyediaan
Akomodasi dan Makan Minum; Sektor Informasi dan Komunikasi; Sektor Jasa
Keuangan dan Asuransi; Sektor Real Estate; Sektor Adm. Pemerintah, Pertahanan
dan Jaminan Sosial Wajib; Sektor Jasa Pendidikan; Sektor Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial; serta Sektor Jasa Lainnya. Sedangkan sektor yang menjadi sektor
non basis atau sektor yang nilai LQ < 1, ada lima sektor. Sektor basis yang
mempunyai nilai LQ tertinggi dibandingkan dengan sektor lainnya adalah Sektor
Jasa Lainnya dengan nilai LQ sebesar 11,360 pada tahun 2015.

Tabel 4.25 Nilai LQ Sektor Perekonomian Kota Batu Tahun 2010-2015


No Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian, Kehutanan 1,314 1,324 1,300 1,267 1,252 1,237
Pertambangan dan
2 0,038 0,037 0,038 0,038 0,038 0,035
Penggalian
3 Industri Pengolahan 0,153 0,154 0,153 0,153 0,150 0,152
4 Pengadaan Listrik dan Gas 0,112 0,127 0,145 0,149 0,151 0,157
5 Pengadaan Air 1,883 1,847 1,960 1,982 2,053 2,028
6 Konstruksi 1,008 1,020 1,050 1,069 1,117 1,173
Perdagangan Besar dan
7 1,039 1,029 1,032 1,048 1,054 1,048
Eceran; Reparasi Mobil
Transportasi dan
8 0,471 0,462 0,464 0,459 0,466 0,467
Pergudangan
9 Penyediaan Akomodasi 2,048 1,997 2,012 2,027 2,028 2,035
10 Informasi dan Komunikasi 1,485 1,454 1,411 1,370 1,380 1,382
Jasa Keuangan dan
11 1,595 1,577 1,545 1,482 1,469 1,442
Asuransi
12 Real Estate 1,707 1,702 1,715 1,732 1,728 1,708
13 Jasa Perusahaan 0,647 0,646 0,654 0,645 0,639 0,637
14 Adm. Pemerintah 1,115 1,129 1,141 1,142 1,133 1,113
15 Jasa Pendidikan 1,525 1,523 1,515 1,508 1,501 1,454
16 Jasa Kesehatan 1,383 1,329 1,301 1,303 1,304 1,252
17 Jasa lainnya 10,938 11,066 11,276 11,286 11,306 11,360
Sumber: Lampiran D.7
73

H. Analisis LQ Kota Pasuruan


Dari Tabel 4.26 menunjukkan bahwa terdapat sepuluh sektor
perekonomian pada tahun 2010 hingga 2015 yang menjadi sektor basis (nilai LQ
> 1) di Kota Pasuruan. Sektor basis tersebut adalah Sektor Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah, Limbah; Sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Sektor
Transportasi dan Pergudangan; Sektor Informasi dan Komunikasi; Sektor Jasa
Keuangan dan Asuransi; Sektor Real Estate; Sektor Adm. Pemerintah, Pertahanan
dan Jaminan Sosial Wajib; Sektor Jasa Pendidikan; Sektor Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial; serta Sektor Jasa Lainnya. Dari sektor basis tersebut, Sektor Jasa
Keuangan dan Asuransi merupakan sektor dengan nilai basis tertinggi pada tahun
2015, yaitu sebesar 2,919.

Tabel 4.26 Nilai LQ Sektor Perekonomian Kota Pasuruan Tahun 2010-2015


No Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian, Kehutanan 0,222 0,217 0,213 0,206 0,202 0,199
Pertambangan dan
2 0,009 0,009 0,009 0,008 0,008 0,007
Penggalian
3 Industri Pengolahan 0,727 0,734 0,714 0,702 0,687 0,690
4 Pengadaan Listrik dan Gas 0,197 0,214 0,241 0,240 0,246 0,253
5 Pengadaan Air 3,030 2,882 2,935 2,852 2,871 2,789
6 Konstruksi 0,671 0,678 0,674 0,668 0,665 0,669
Perdagangan Besar dan
7 1,557 1,528 1,530 1,526 1,538 1,525
Eceran; Reparasi Mobil
Transportasi dan
8 2,113 2,049 2,021 1,946 1,935 1,913
Pergudangan
9 Penyediaan Akomodasi 0,798 0,797 0,837 0,886 0,919 0,926
10 Informasi dan Komunikasi 1,736 1,704 1,648 1,610 1,634 1,644
Jasa Keuangan dan
11 2,982 2,989 2,982 2,903 2,935 2,919
Asuransi
12 Real Estate 1,833 1,746 1,671 1,608 1,550 1,520
13 Jasa Perusahaan 0,754 0,770 0,791 0,795 0,781 0,791
14 Adm. Pemerintah 1,939 1,939 1,998 2,008 2,016 1,996
15 Jasa Pendidikan 1,593 1,584 1,565 1,556 1,574 1,583
16 Jasa Kesehatan 1,599 1,524 1,480 1,500 1,470 1,424
17 Jasa lainnya 2,077 2,103 2,098 2,111 2,084 2,049
Sumber: Lampiran D.8
74

I. Analisis LQ Kota Surabaya


Berdasarkan Tabel 4.27 menunjukkan bahwa di Kota Surabaya terdapat
dua belas sektor yang menjadi sektor basis dengan nilai LQ > 1 pada tahun 2010
sampai 2015. Sektor basis tersebut adalah Sektor Pengadaan Listrik dan Gas;
Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah Limbah; Sektor Konstruksi; Sektor
Perdagangan Besar dan Eceran; Sektor Transportasi dan Pergudangan; Sektor
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; Sektor Informasi dan Komunikasi;
Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi; Sektor Real Estate; Sektor Jasa Perusahaan;
Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial; serta Sektor Jasa Lainnya.
Berdasarkan sektor basis tersebut, Sektor Jasa Perusahaan; serta Sektor
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum merupakan sektor yang memiliki nilai
LQ tertinggi, yaitu sebesar 2,932 dan 2,782 pada tahun 2015.

Tabel 4.27 Nilai LQ Sektor Perekonomian Kota Surabaya Tahun 2010-2015


No Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian, Kehutanan 0,014 0,014 0,014 0,014 0,014 0,014
2 Pertambangan dan Penggalian 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001
3 Industri Pengolahan 0,664 0,662 0,662 0,656 0,664 0,664
4 Pengadaan Listrik dan Gas 1,858 1,767 1,632 1,533 1,438 1,428
5 Pengadaan Air 1,659 1,642 1,649 1,594 1,586 1,576
6 Konstruksi 1,134 1,139 1,124 1,108 1,111 1,100
Perdagangan Besar dan
7 1,642 1,614 1,586 1,572 1,558 1,552
Eceran; Reparasi Mobil
8 Transportasi dan Pergudangan 1,735 1,700 1,699 1,667 1,681 1,670
9 Penyediaan Akomodasi 2,880 2,831 2,844 2,843 2,793 2,782
10 Informasi dan Komunikasi 1,205 1,207 1,190 1,181 1,176 1,169
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 1,931 1,889 1,868 1,893 1,892 1,888
12 Real Estate 1,604 1,592 1,615 1,571 1,550 1,544
13 Jasa Perusahaan 3,140 3,135 3,156 3,037 2,948 2,932
14 Adm. Pemerintah 0,603 0,584 0,589 0,581 0,574 0,566
15 Jasa Pendidikan 0,935 0,914 0,922 0,901 0,885 0,881
16 Jasa Kesehatan 1,214 1,213 1,213 1,208 1,209 1,175
17 Jasa lainnya 1,070 1,082 1,071 1,052 1,032 1,025
Sumber:Lampiran D.9
75

4.2.3 Analisis Dynamic Location Quotient (DLQ)


Analisis Dynamic Location Quotient (DLQ) merupakan alat analisis yang
digunakan untuk menentukan sektor basis dimasa yang akan datang atau sektor
potensial. Hasil analisis Dynamic Location quotient (DLQ) pada sektor
perekonomian wilayah kerja Bakorwil III adalah sebagai berikut:

A. Analisis DLQ Kabupaten Malang

Tabel 4.28 Nilai DLQ Sektor Perekonomian Kabupaten Malang Tahun 2010-2015
No Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian, Kehutanan 1,342 1,071 1,170 0,834 1,027
Pertambangan dan
2 0,607 1,609 1,411 0,655 0,453
Penggalian
3 Industri Pengolahan 1,107 0,927 0,673 1,196 1,209
4 Pengadaan Listrik dan Gas -10,567 -4,774 1,976 0,309 0,186
5 Pengadaan Air 0,849 2,832 1,607 2,292 1,094
6 Konstruksi 1,421 1,226 1,289 1,052 1,098
Perdagangan Besar dan
7 0,758 0,827 1,126 0,886 0,924
Eceran; Reparasi Mobil
Transportasi dan
8 0,976 1,206 1,277 0,904 1,181
Pergudangan
9 Penyediaan Akomodasi 0,739 1,275 1,042 0,696 0,889
10 Informasi dan Komunikasi 1,151 0,892 1,102 1,091 1,069
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 0,944 1,003 0,979 0,991 0,857
12 Real Estate 0,675 0,768 0,949 0,824 1,197
13 Jasa Perusahaan 1,123 1,410 1,034 1,085 1,518
14 Adm. Pemerintah 1,076 1,495 1,469 1,011 0,964
15 Jasa Pendidikan 1,127 0,952 1,016 1,044 1,162
16 Jasa Kesehatan 0,818 0,833 1,213 1,252 0,717
17 Jasa lainnya 1,231 1,199 1,066 0,820 0,970
Sumber: Lampiran E.1

Berdasarkan hasil perhitungan analisis Dynamic Location Quotient (DLQ)


di Kabupaten Malang dari tahun 2011 hingga 2015 adalah terdapat sepuluh sektor
potensial yang cenderung memiliki nilai DLQ > 1. Sektor potensial tersebut
adalah Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan; Sektor Industri Pengolahan;
Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah Limbah; Sektor Konstruksi; Sektor
76

Transportasi dan Pergudangan; Sektor Informasi dan Komunikasi; Sektor Jasa


Perusahaan; Sektor Adm. Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib;
Sektor Jasa Pendidikan; serta Sektor Jasa Lainnya. Dari seluruh sektor potensial
tersebut, Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah Limbah dengan nilai DLQ
sebesar 2,832 pada tahun 2012.

B. Analisis DLQ Kabupaten Pasuruan

Tabel 4.29 Nilai DLQ Sektor Perekonomian Kabupaten Pasuruan Tahun 2010-
2015

No Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015


1 Pertanian, Kehutanan 1,137 0,923 0,762 0,896 0,948
Pertambangan dan
2 0,440 1,397 1,032 0,561 0,297
Penggalian
3 Industri Pengolahan 1,363 1,107 1,071 0,923 1,200
4 Pengadaan Listrik dan Gas 4,258 4,124 0,739 1,541 -3,704
5 Pengadaan Air 0,775 1,721 0,814 1,719 0,557
6 Konstruksi 1,104 0,872 0,944 0,870 0,797
Perdagangan Besar dan
7 0,824 0,729 0,851 0,787 0,648
Eceran; Reparasi Mobil
Transportasi dan
8 0,661 0,968 0,992 1,271 1,256
Pergudangan
9 Penyediaan Akomodasi 0,819 1,049 0,996 0,935 1,056
10 Informasi dan Komunikasi 0,965 0,893 0,895 0,701 0,735
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 1,198 1,054 1,105 0,748 0,861
12 Real Estate 0,955 0,818 0,879 0,844 0,890
13 Jasa Perusahaan 0,801 0,796 0,938 0,939 1,015
14 Adm. Pemerintah 0,965 0,864 0,600 0,797 1,008
15 Jasa Pendidikan 1,095 0,999 0,970 0,863 1,021
16 Jasa Kesehatan 1,031 0,908 0,971 0,999 1,012
17 Jasa lainnya 0,578 0,634 0,735 0,710 0,817
Sumber:Lampiran E.2

Berdasarkan hasil analisis Dynamic Location Quotient di wilayah Kabupaten


Pasuruan dari tahun 2011 sampai 2015 adalah terdapat lima sektor potensial yang
cenderung memiliki nilai DLQ > 1. Sektor potensial tersebut adalah Sektor Industri
Pengolahan; Sektor Pengadaan Listrik dan Gas; Sektor Pengadaan
77

Air, Pengelolaan Sampah Limbah; Sektor Transportasi dan Pergudangan; serta


Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi. Dari beberapa sektor potensial tersebut,
Sektor Pengadaan Listrik dan Gas merupakan sektor dengan nilai DLQ terbesar,
yaitu sebesar 4,258 pada tahun 2011.

C. Analisis DLQ Kabupaten Sidoarjo

Tabel 4.30 Nilai DLQ Sektor Perekonomian Kabupaten Sidoarjo Tahun 2010-
2015

No Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015


1 Pertanian, Kehutanan 0,435 1,538 1,437 1,157 1,298
2 Pertambangan dan Penggalian -1,731 2,513 -5,035 3,606 -0,952
3 Industri Pengolahan 1,053 0,870 0,951 0,869 1,065
4 Pengadaan Listrik dan Gas -1,704 -1,943 2,447 1,966 4,070
5 Pengadaan Air 1,128 2,066 0,925 2,168 0,674
6 Konstruksi 1,012 0,784 0,768 1,101 1,128
Perdagangan Besar dan
7 1,040 1,034 1,281 1,201 1,075
Eceran; Reparasi Mobil
8 Transportasi dan Pergudangan 1,420 1,147 0,627 0,194 0,586
9 Penyediaan Akomodasi 0,744 1,157 1,110 0,934 1,083
10 Informasi dan Komunikasi 0,949 0,910 0,733 1,304 1,127
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 1,040 1,112 0,814 0,907 1,009
12 Real Estate 0,493 0,657 0,767 0,899 1,166
13 Jasa Perusahaan 0,914 1,183 0,633 0,744 0,966
14 Adm. Pemerintah 1,216 1,052 1,116 1,335 0,503
15 Jasa Pendidikan 0,924 1,009 0,937 0,916 1,167
16 Jasa Kesehatan 0,874 0,734 0,859 1,023 0,846
17 Jasa lainnya 1,099 0,962 0,848 0,755 0,928
Sumber: Lampiran E.3

Berdasarkan hasil perhitungan analisis Dynamic Location Quotient (DLQ) di


Kabupaten Sidoarjo dari tahun 2011 hingga 2015 adalah terdapat delapan sektor
potensial yang cenderung memiliki nilai DLQ > 1. Sektor potensial tersebut adalah
Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan; Sektor Pengadaan Listrik dan Gas;
Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah Limbah; Sektor Konstruksi; Sektor
Perdagangan Besar dan Eceran; Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum;
78

Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi; serta Sektor Adm. Pemerintah, Pertahanan
dan Jaminan Sosial Wajib. Berdasarkan sektor potensial tersebut, Sektor
Pengadaan Listrik dan Gas merupakan sektor dengan nilai DLQ tertinggi, yaitu
sebesar 4,070 pada tahun 2015.

D. Analisis DLQ Kabupaten Blitar


Berdasarkan hasil perhitungan analisis Dynamic Location Quotient (DLQ)
di Kabupaten Blitar dari tahun 2011 hingga 2015 adalah terdapat delapan sektor
potensial yang cenderung memiliki nilai DLQ > 1. Sektor potensial tersebut
adalah Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan; Sektor Pertambangan dan
Penggalian; Sektor Industri Pengolahan; Sektor Konstruksi; Sektor Perdagangan
Besar dan Eceran; Sektor Informasi dan Komunikasi; Sektor Adm. Pemerintah,
Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib; serta Sektor Jasa Lainnya. Berdasarkan
sektor potensial tersebut, Sektor Pertambangan dan Penggalian merupakan sektor
dengan nilai DLQ tertinggi, yaitu sebesar 2,498 pada tahun 2013.

Tabel 4.31 Nilai DLQ Sektor Perekonomian Kabupaten Blitar Tahun 2010-2015
No Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian, Kehutanan 0,948 1,163 0,986 1,007 1,355
2 Pertambangan dan Penggalian 1,146 2,094 2,498 1,250 0,476
3 Industri Pengolahan 0,923 0,383 1,005 1,024 1,200
4 Pengadaan Listrik dan Gas -11,035 -5,636 0,911 0,892 -0,533
5 Pengadaan Air 0,117 1,478 0,876 3,438 0,628
6 Konstruksi 0,991 1,022 1,215 1,274 0,688
Perdagangan Besar dan
7
Eceran; Reparasi Mobil 1,004 1,296 1,344 1,424 1,154
8 Transportasi dan Pergudangan 0,732 0,739 0,824 1,275 1,014
9 Penyediaan Akomodasi 0,979 2,263 0,912 0,797 0,834
10 Informasi dan Komunikasi 1,108 0,792 1,060 1,193 1,060
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 3,338 1,463 0,800 0,986 0,695
12 Real Estate 0,929 0,746 0,873 1,109 1,219
13 Jasa Perusahaan 1,113 1,513 0,668 0,632 0,939
14 Adm. Pemerintah 1,160 1,855 1,107 0,983 0,909
15 Jasa Pendidikan 0,954 0,723 0,833 1,440 1,050
16 Jasa Kesehatan 0,888 0,940 1,107 1,813 0,349
17 Jasa lainnya 1,980 1,779 0,961 1,068 0,999
Sumber: Lampiran E.4
79

E. Analisis DLQ Kota Blitar


Berdasarkan hasil perhitungan analisis Dynamic Location Quotient (DLQ)
di Kota Blitar dari tahun 2011 hingga 2015 adalah hanya terdapat tiga sektor
potensial yang cenderung memiliki nilai DLQ > 1. Sektor potensial tersebut
adalah Sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Sektor Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum; serta Sektor Adm. Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib. Berdasarkan sektor potensial tersebut, Sektor Adm. Pemerintah,
Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib merupakan sektor dengan nilai DLQ
tertinggi, yaitu sebesar 1,730 pada tahun 2012.

Tabel 4.32 Nilai DLQ Sektor Perekonomian Kota Blitar Tahun 2010-2015

No Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015


1 Pertanian, Kehutanan 0,792 0,064 0,438 0,470 0,441
2 Pertambangan dan Penggalian 0,116 -19,460 0,409 0,242 0,108
3 Industri Pengolahan 0,832 0,879 0,865 0,944 1,069
4 Pengadaan Listrik dan Gas -10,346 -3,953 0,245 1,240 -0,482
5 Pengadaan Air -0,048 -1,055 0,184 0,796 0,389
6 Konstruksi 0,938 0,840 0,747 1,040 1,105
Perdagangan Besar dan
7
Eceran; Reparasi Mobil 0,917 1,065 1,121 1,258 1,002
8 Transportasi dan Pergudangan 0,830 0,892 0,722 1,010 0,976
9 Penyediaan Akomodasi 0,909 1,364 1,142 0,962 1,048
10 Informasi dan Komunikasi 0,962 0,672 0,658 1,019 0,905
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 0,796 0,884 0,766 1,091 0,998
12 Real Estate 0,780 0,903 0,938 0,885 1,086
13 Jasa Perusahaan 0,676 0,685 0,472 0,504 0,700
14 Adm. Pemerintah 0,756 1,730 1,186 1,137 0,529
15 Jasa Pendidikan 0,881 0,775 0,740 1,057 1,038
16 Jasa Kesehatan 0,722 0,855 1,014 0,841 0,655
17 Jasa lainnya 0,995 0,733 0,514 0,830 0,733
Sumber: Lampiran E.5

F. Analisis DLQ Kota Malang


Berdasarkan hasil perhitungan analisis Dynamic Location Quotient (DLQ)
di Kota Malang dari tahun 2011 hingga 2015 adalah terdapat sembilan sektor
80

potensial yang cenderung memiliki nilai DLQ > 1. Sektor potensial tersebut
adalah Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah Limbah; Sektor Konstruksi;
Sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum; Sektor Informasi dan Komunikasi; Sektor Real Estate; Sektor Jasa
Perusahaan; Sektor Jasa Pendidikan; serta Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial. Berdasarkan sektor potensial tersebut, Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah Limbah merupakan sektor dengan nilai DLQ tertinggi, yaitu sebesar
3,283 pada tahun 2014.

Tabel 4.33 Nilai DLQ Sektor Perekonomian Kota Malang Tahun 2010-2015
No Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian, Kehutanan 0,602 0,205 0,033 0,633 0,698
Pertambangan dan
2 -0,126 -1,289 -1,387 -0,179 -0,275
Penggalian
3 Industri Pengolahan 0,700 0,515 0,420 0,438 0,541
4 Pengadaan Listrik dan Gas -10,887 -5,072 0,591 0,440 -0,487
5 Pengadaan Air 0,671 3,077 1,766 3,283 0,729
6 Konstruksi 1,283 1,140 1,052 1,541 1,336
Perdagangan Besar dan
7 0,883 0,983 1,103 1,132 1,053
Eceran; Reparasi Mobil
Transportasi dan
8 0,696 1,081 0,854 1,104 1,011
Pergudangan
9 Penyediaan Akomodasi 0,839 1,621 1,332 1,171 0,998
10 Informasi dan Komunikasi 0,989 0,893 0,977 1,340 1,190
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 0,920 0,930 0,911 1,004 0,968
12 Real Estate 0,932 1,031 0,992 1,046 1,348
13 Jasa Perusahaan 1,183 1,691 0,931 1,034 1,476
14 Adm. Pemerintah 1,022 1,123 0,792 0,714 0,720
15 Jasa Pendidikan 1,262 0,893 0,999 1,248 1,250
16 Jasa Kesehatan 0,851 1,045 1,117 1,109 1,415
17 Jasa lainnya 1,130 1,126 0,795 0,868 0,769
Sumber: Lampiran E.6

G. Analisis DLQ Kota Batu


Berdasarkan hasil perhitungan analisis Dynamic Location Quotient (DLQ) di
Kota Batu dari tahun 2011 hingga 2015 adalah terdapat delapan sektor potensial
81

yang cenderung memiliki nilai DLQ > 1. Sektor potensial tersebut adalah Sektor
Pertambangan dan Penggalian; Sektor Industri Pengolahan; Sektor Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah Limbah; Sektor Konstruksi; Sektor Perdagangan Besar dan
Eceran; Sektor Transportasi dan Pergudangan; Sektor Adm. Pemerintah,
Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib; serta Sektor Jasa Lainnya. Berdasarkan
sektor potensial tersebut, Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah Limbah
merupakan sektor yang memiliki nilai DLQ tertinggi, yaitu sebesar 4,205 pada
tahun 2012 dan sebesar 4,076 pada tahun 2014.

Tabel 4.34 Nilai DLQ Sektor Perekonomian Kota Batu Tahun 2010-2015
No Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian, Kehutanan 1,197 0,727 0,545 0,817 0,835
Pertambangan dan
2 0,735 2,804 1,627 0,767 0,335
Penggalian
3 Industri Pengolahan 1,116 0,918 1,050 0,784 1,128
4 Pengadaan Listrik dan Gas -12,814 -4,724 1,844 1,273 -1,329
5 Pengadaan Air 0,790 4,205 1,243 4,076 0,831
6 Konstruksi 1,172 1,346 1,150 1,659 2,007
Perdagangan Besar dan
7 0,882 1,016 1,198 1,113 0,918
Eceran; Reparasi Mobil
Transportasi dan
8 0,770 1,052 0,866 1,173 1,014
Pergudangan
9 Penyediaan Akomodasi 0,743 1,122 1,107 0,969 0,990
10 Informasi dan Komunikasi 0,767 0,742 0,723 1,099 0,991
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 0,863 0,797 0,660 0,881 0,760
12 Real Estate 0,948 1,074 1,087 0,955 0,847
13 Jasa Perusahaan 0,997 1,364 0,818 0,882 0,954
14 Adm. Pemerintah 1,225 1,602 1,314 0,977 0,749
15 Jasa Pendidikan 0,986 0,933 0,920 0,934 0,594
16 Jasa Kesehatan 0,726 0,788 0,988 0,978 0,498
17 Jasa lainnya 1,284 1,548 1,034 1,034 1,086
Sumber: Lampiran E.7

H. Analisis DLQ Kota Pasuruan


Berdasarkan hasil perhitungan analisis Dynamic Location Quotient (DLQ) di
Kota Pasuruan dari tahun 2011 hingga 2015 adalah terdapat tiga sektor potensial
82

yang memiliki nilai DLQ > 1. Ketiga sektor potensial tersebut adalah Sektor
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; Sektor Jasa Perusahaan; serta Sektor
Adm. Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib. Berdasarkan ketiga
sektor potensial tersebut, Sektor Adm. Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib merupakan sektor yang memiliki nilai DLQ tertinggi, yaitu sebesar 2,256
pada tahun 2012.

Tabel 4.35 Nilai DLQ Sektor Perekonomian Kota Pasuruan Tahun 2010-2015
No Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian, Kehutanan 0,487 0,608 0,336 0,548 0,669
Pertambangan dan
2 0,118 0,834 -1,858 0,249 -0,541
Penggalian
3 Industri Pengolahan 1,167 0,603 0,757 0,743 1,062
4 Pengadaan Listrik dan Gas -7,900 -4,438 0,906 1,696 -0,493
5 Pengadaan Air 0,454 1,890 0,476 1,462 0,525
6 Konstruksi 1,162 0,935 0,882 0,933 1,135
Perdagangan Besar dan
7 0,805 1,022 0,966 1,141 0,865
Eceran; Reparasi Mobil
Transportasi dan
8 0,653 0,820 0,589 0,917 0,843
Pergudangan
9 Penyediaan Akomodasi 0,985 1,819 1,879 1,433 1,089
10 Informasi dan Komunikasi 0,804 0,732 0,788 1,232 1,085
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 1,030 0,992 0,778 1,159 0,927
12 Real Estate 0,461 0,470 0,532 0,515 0,661
13 Jasa Perusahaan 1,392 1,679 1,039 0,811 1,204
14 Adm. Pemerintah 0,997 2,256 1,320 1,181 0,842
15 Jasa Pendidikan 0,919 0,864 0,925 1,171 1,076
16 Jasa Kesehatan 0,709 0,727 1,142 0,762 0,557
17 Jasa lainnya 1,272 0,899 1,108 0,787 0,699
Sumber: Lampiran E.8

I. Analisis DLQ Kota Surabaya


Berdasarkan hasil perhitungan analisis Dynamic Location Quotient (DLQ) di
Kota Surabaya dari tahun 2011 hingga 2015 adalah terdapat tiga sektor potensial yang
cenderung memiliki nilai DLQ > 1. Sektor potensial tersebut adalah Sektor Pertanian,
Kehutanan, dan Perikanan; Sektor Pertambangan dan Penggalian; serta
83

Sektor Pengadaan Listrik dan Gas. Berdasarkan ketiga sektor potensial tersebut,
Sektor Pengadaan Listrik dan Gas merupakan sektor yang memiliki nilai DLQ
tertinggi, yaitu sebesar 5,048 pada tahun 2011.

Tabel 4.36 Nilai DLQ Sektor Perekonomian Kota Surabaya Tahun 2010-2015
No Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian, Kehutanan 0,584 1,032 1,827 0,866 1,188
Pertambangan dan
2 0,360 2,011 1,795 0,905 0,492
Penggalian
3 Industri Pengolahan 0,980 0,989 0,904 1,093 1,004
4 Pengadaan Listrik dan Gas 5,048 3,603 -0,211 -0,359 1,028
5 Pengadaan Air 0,874 1,464 0,497 1,215 0,907
6 Konstruksi 1,068 0,842 0,820 1,051 0,807
Perdagangan Besar dan
7 0,811 0,799 0,893 0,877 0,946
Eceran; Reparasi Mobil
Transportasi dan
8 0,773 0,986 0,777 1,093 0,908
Pergudangan
9 Penyediaan Akomodasi 0,816 1,077 1,009 0,790 0,938
10 Informasi dan Komunikasi 1,000 0,857 0,870 0,943 0,911
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 0,761 0,878 1,000 0,976 0,958
12 Real Estate 0,899 1,151 0,682 0,831 0,939
13 Jasa Perusahaan 0,991 1,223 0,570 0,675 0,915
14 Adm. Pemerintah 0,498 1,521 0,823 0,729 0,789
15 Jasa Pendidikan 0,688 1,080 0,745 0,768 0,930
16 Jasa Kesehatan 0,944 0,978 0,918 0,977 0,624
17 Jasa lainnya 1,275 0,824 0,765 0,741 0,892
Sumber: Lampiran E.9

4.2.4 Analisis Tipologi Klassen


Analisis Tipologi Klassen merupakan alat analisis yang
mengklasifikasikan wilayah menjadi empat kuadran, yaitu kuadran I (daerah
maju), kuadran II (daerah maju tapi tertekan), kuadran III (daerah berkembang),
dan kuadran IV (daerah relatif terbelakang). Berikut merupakan hasil klasifikasi
masing-masing wilayah di Bakorwil III berdasarkan Tipologi Klassen.
84

Tabel 4.37 Analisis Tipologi Klassen Wilayah Kerja Bakorwil III, Tahun 2010-
2015
Bakorwil III 2011 2012 2013 2014 2015
Kab. Malang Kuadran III Kuadran III Kuadran IV Kuadran III Kuadran IV
Kab. Pasuruan Kuadran I Kuadran I Kuadran I Kuadran I Kuadran II
Kab. Sidoarjo Kuadran I Kuadran I Kuadran I Kuadran I Kuadran II
Kab. Blitar Kuadran IV Kuadran IV Kuadran IV Kuadran IV Kuadran IV
Kota Blitar Kuadran IV Kuadran IV Kuadran III Kuadran III Kuadran III
Kota Malang Kuadran II Kuadran II Kuadran I Kuadran II Kuadran I
Kota Batu Kuadran I Kuadran I Kuadran I Kuadran I Kuadran I
Kota Pasuruan Kuadran IV Kuadran IV Kuadran III Kuadran IV Kuadran III
Kota Surabaya Kuadran I Kuadran I Kuadran I Kuadran I Kuadran I
Sumber: Lampiran F, diolah

Hasil klasifikasi wilayah berdasarkan analisis Tipologi Klassen di wilayah


kerja Bakorwil III pada tahun 2011 adalah berdasarkan Kuadran I, yaitu daerah
maju adalah wilayah Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Sidoarjo, Kota Batu dan
Kota Surabaya. Pada Kuadran II, yaitu daerah maju tapi tertekan adalah wilayah
Kota Malang. Kemudian pada Kuadran III, yaitu daerah berkembang adalah
wilayah Kabupaten Malang. Sedangkan pada Kuadran IV, yaitu daerah relatif
terbelakang atau tertinggal adalah wilayah Kabupaten Blitar, Kota Blitar dan Kota
Pasuruan.
Pada tahun 2012, hasil analisis Tipologi Klassen di wilayah kerja Bakorwil
III berdasarkan klasifikasi wilayah yang masuk dalam Kuadran I, yaitu daerah
maju adalah wilayah Kabupaten Pasuran, Kabupaten Sidoarjo, Kota Batu dan
Kota Surabaya. Kemudian wilayah yang termasuk dalam Kuadran II, yaitu daerah
maju tapi tertekan adalah Kota Malang. Selanjutnya wilayah yang termasuk dalam
Kuadran III, yaitu daerah berkembang adalah Kabupaten Malang. Sedangkan
wilayah yang termasuk dalam Kuadran IV (daerah relatif terbelakang atau
tertinggal) adalah wilayah Kabupaten Blitar, Kota Blitar dan Kota Pasuruan.
Kemudian hasil klasifikasi wilayah berdasarkan analisis Tipologi Klassen di
wilayah kerja Bakorwil III pada tahun 2013 adalah wilayah yang termasuk dalam
Kuadran I (daerah maju) yaitu wilayah Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Sidoarjo,
Kota Malang, Kota Batu, dan Kota Surabaya. Sedangkan pada Kuadran II (daerah
85

maju tapi tertekan) yaitu tidak terdapat wilayah yang termasuk dalam klasifikasi
ini. Selanjutnya wilayah yang termasuk pada Kuadran III (daerah berkembang)
adalah wilayah Kota Blitar dan Kota Pasuruan. Kemudian wilayah yang termasuk
pada Kuadran IV (daerah relatif tertinggal) adalah wilayah Kabupaten Malang dan
Kabupaten Blitar.
Selanjutnya hasil klasifikasi wilayah berdasarkan analisis Tipologi Klassen di
wilayah kerja Bakorwil III pada tahun 2014 adalah wilayah yang termasuk dalam
Kuadran I (daerah maju) adalah wilayah Kabupaten Pasuran, Kabupaten Sidoarjo,
Kota Batu dan Kota Surabaya. Kemudian wilayah yang termasuk dalam Kuadran
II (daerah maju tapi tertekan) adalah Kota Malang. Selanjutnya wilayah yang
termasuk dalam Kuadran III (daerah berkembang) adalah wilayah Kabupaten
Malang dan Kota Blitar. Sedangkan wilayah yang termasuk dalam Kuadran IV
(daerah relatif tertinggal atau terbelakang) adalah wilayah Kabupaten Blitar dan
Kota Pasuruan.
Selanjutnya, hasil klasifikasi wilayah berdasarkan analisis Tipologi
Klassen di wilayah kerja Bakorwil III pada tahun 2015 adalah berdasarkan
Kuadran I, yaitu daerah maju adalah wilayah Kota Malang, Kota Batu dan Kota
Surabaya. Pada Kuadran II, yaitu daerah maju tapi tertekan adalah wilayah
Kabupaten Pasuruan dan Kabupaten Sidoarjo. Kemudian pada Kuadran III, yaitu
daerah berkembang adalah wilayah Kota Blitar dan Kota Pasuruan. Sedangkan
pada Kuadran IV, yaitu daerah relatif terbelakang atau tertinggal adalah wilayah
Kabupaten Malang dan Kabupaten Blitar.

4.3 Pembahasan
Pembangunan merupakan suatu proses transformasi yang ditandai dengan
adanya perubahan struktural, yaitu perubahan pada landasan kegiatan ekonomi
maupun pada kerangka susunan ekonomi masyarakat yang bersangkutan.
Transformasi biasanya ditandai dengan adanya peralihan dan pergeseran sektor
perekonomian dari sektor produksi primer menuju ke sektor produksi sekunder
dan sektor tersier (Djojohadikusumo, 1994:90). Untuk mengetahui perkembangan
pembangunan ekonomi tersebut, maka dilakukan suatu analisis dengan
86

menggunakan alat analisis Shift Share Esteban Marquillas, analisis Location


Quotient (LQ), analisis Dynamic Location Quotient (DLQ), dan analisis Tipologi
Klassen.

4.3.1 Analisis Shift Share Esteban Marquillas


Analisis Shift Share merupakan suatu analisis yang dilakukan untuk
mengetahui perubahan dan pergeseran sektor perekonomian regional maupun
lokal. Analisis Shift Share dapat menggambarkan kinerja sektor-sektor di suatu
wilayah dibandingkan dengan perekonomian nasional atau wilayah referensi.
Analisis Shift Share Esteban Marquillas digunakan untuk mengetahui sektor-
sektor ekonomi yang memiliki spesialisasi dan keunggulan kompetitif pada suatu
wilayah. Komponen dalam Shift Share yang menunjukkan bahwa apakah suatu
wilayah terspesialisasi dengan sektor perekonomian yang ada dimana akan
diperoleh keunggulan kompetitif. Apabila semakin besar nilai efek alokasi, maka
semakin baik pendapatan atau kesempatan kerja didistribusikan diantara sektor
perekonomian dengan keunggulan masing-masing (Elysanti, 2015).
Berdasarkan hasil analisis Shift Share Esteban Marquillas (SSEM) secara
sektoral selama periode penelitian tahun 2010-2015 di wilayah Kabupaten Malang
adalah terdapat sebelas sektor yang mempunyai keunggulan kompetitif, yaitu
Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan; Sektor Industri Pengolahan; Sektor
Pengadaan Listrik dan Gas; Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah Limbah;
Sektor Konstruksi, Sektor Transportasi dan Pergudangan; Sektor Informasi dan
Komunikasi; Sektor Jasa Perusahaan; Sektor Adm. Pemerintahan dan Jaminan
Sosial Wajib; Sektor Jasa Pendidikan; dan Sektor Jasa Lainnya. Berdasarkan
sektor kompetitif tersebut, Sektor Industri Pengolahan mempunyai nilai yang
paling besar. Hal tersebut dikarenakan wilayah Kabupaten Malang kaya akan
sumber daya alam dan bahan baku, khususnya untuk industri agro yang
merupakan industri yang paling dominan, yaitu sekitar 65 persen. Produk industri
agro tersebut antara lain: keju, jenang apel dan salak, saritoga dan jamu, makanan
dan kue, tepung tapioka, dan lain-lain (Pemkab Malang, 2015).
87

Kabupaten Pasuruan memiliki delapan sektor yang mempunyai


keunggulan kompetitif, yaitu Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan; Sektor
Industri Pengolahan; Sektor Konstruksi; Sektor Transportasi dan Pergudangan;
Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; Sektor Jasa Keuangan dan
Asuransi; Sektor Jasa Pendidikan; dan Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial.
Semua sektor tersebut mampu memberikan pertumbuhan yang lebih baik
dibandingkan pertumbuhan Provinsi Jawa Timur. Berdasarkan sektor kompetitif
tersebut, Sektor Industri Pengolahan merupakan sektor yang mempunyai nilai
kompetitif terbesar. Menurut Dinas BPPPM Kabupaten Pasuruan hal tersebut
dikarenakan faktor geografis wilayah Kabupaten Pasuruan merupakan yang cukup
strategis dan potensial untuk usaha pengembangan dan perdagangan. Selain itu, di
Kabupaten Pasuruan juga banyak terdapat kawasan industri, seperti PT. Pasuruan
Industrial Estate Rembang (PIER), PT. Nestle, PT. Amerta Indah Otsuka (Pocari
Sweat), dan lain sebagainya. Peranan sektor industri terhadap PDRB Kabupaten
Pasuruan mencapai 56,08 persen pada tahun 2015 (BPS, 2016).
Kabupaten Sidoarjo memiliki sepuluh sektor yang mempunyai keunggulan
kompetitif, yaitu Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan; Sektor Industri
Pengolahan; Sektor Pengadaan Listrik dan Gas; Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah Limbah; Sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Sektor Penyediaan
Akomodasi dan Makan Minum; Sektor Informasi dan Komunikasi; Sektor Jasa
Keuangan dan Asuransi; Sektor Adm. Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib; serta Sektor Jasa Pendidikan. Semua sektor tersebut mampu memberikan
pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan pertumbuhan Provinsi Jawa Timur. Hal
ini sesuai dengan kondisi perekonomian di Kabupaten Sidoarjo, dimana sektor
industri pengolahan dan sektor perdagangan merupakan sektor utama penggerak
perekonomian di Kabupaten Sidoarjo. Hal tersebut tercermin dari besarnya peranan
sektor perdagangan dan sektor industri, yaitu sebesar 16,23 persen dan 46,96 persen
terhadap PDRB Kabupaten Sidoarjo tahun 2015 (BPS, 2016).
Kabupaten Blitar memiliki lima sektor yang mempunyai keunggulan
kompetitif, yaitu Sektor Pengadaan Listrik dan Gas; Sektor Perdagangan Besar dan
Eceran; Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi; Sektor Adm. Pemerintah, Pertahanan
88

dan Jaminan Sosial Wajib; serta Sektor Jasa Lainnya. Semua sektor tersebut
mampu memberikan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan pertumbuhan
Provinsi Jawa Timur. Hal ini sesuai dengan kondisi perekonomian Kabupaten
Blitar, dimana sektor pardagangan yang laju pertumbuhan ekonominya selalu di
atas 6 persen dari tahun 2010-2015 dan memberikan kontribusi terhadap PDRB
Kabupaten Blitar sebesar 16,88 persen pada tahun 2015 (BPS, 2016).
Kota Blitar memiliki tiga sektor yang mempunyai keunggulan kompetitif,
yaitu Sektor Pengadaan Listrik dan Gas; Sektor Perdagangan Besar dan Eceran;
serta Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum. Semua sektor tersebut
mampu memberikan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan pertumbuhan
Provinsi Jawa Timur. Hal ini sesuai dengan kondisi perekonomian Kota Blitar,
dimana sektor perdagangan merupakan sektor yang paling berperan terhadap
PDRB Kota Blitar, yaitu sebesar 23,36 persen pada tahun 2015 dan laju
pertumbuhan ekonominya juga relatif tinggi. Subkategori perdagangan besar dan
eceran bukan mobil dan sepeda motor merupakan subkategori yang berperan
terbesar, yaitu 86,70 persen pada tahun 2015 (BPS, 2016).
Kota Malang memiliki sembilan sektor yang mempunyai keunggulan
kompetitif, yaitu Sektor Pengadaan Listrik dan Gas; Sektor Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah Limbah; Sektor Konstruksi; Sektor Perdagangan Besar dan
Eceran; Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; Sektor Informasi dan
Komunikasi; Sektor Real Estate; Sektor Jasa Perusahaan; Sektor Jasa Pendidikan;
serta Sektor Jasa kesehatan dan Kegiatan Sosial. Semua sektor tersebut mampu
memberikan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan pertumbuhan Provinsi
Jawa Timur. Hal ini sesuai dengan kondisi perekonomian Kota Malang, dimana
sektor perdagangan merupakan sektor yang paling berperan terhadap PDRB Kota
Malang, yaitu sebesar 28,90 persen pada tahun 2015. Subkategori perdagangan
besar dan eceran bukan mobil dan sepeda motor berperan sebesar 72,37 persen
pada tahun 2015 (BPS, 2016).
Kota Batu memiliki sebelas sektor yang mempunyai keunggulan
kompetitif, yaitu Sektor Industri Pengolahan; Sektor Pengadaan Listrik dan Gas;
Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah Limbah; Sektor Konstruksi; Sektor
89

Perdagangan Besar dan Eceran; Sektor Transportasi dan Pergudangan; Sektor


Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; Sektor Real Estate; Sektor Jasa
Perusahaan; Sektor Adm. Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib; dan
Sektor Jasa Lainnya. Semua sektor tersebut mampu memberikan pertumbuhan
yang lebih baik dibandingkan pertumbuhan Provinsi Jawa Timur. Hal tersebut
sesuai dengan kondisi perekonomian di Kota Batu, dimana sektor perdagangan
merupakan sektor yang paling berperan terhadap PDRB Kota Batu, yaitu sebesar
17,85 persen pada tahun 2015. Jika ditinjau dari subkategori, maka subkategori
perdagangan besar dan eceran bukan mobil dan sepeda motor merupakan
subkategori yang paling berperan, yaitu sebesar 82,35 persen (BPS, 2016).
Kota Pasuruan memiliki empat sektor yang mempunyai keunggulan
kompetitif, yaitu Sektor Pengadaan Listrik dan Gas; Sektor Penyediaan
Akomodasi dan Makan Minum; Sektor Jasa Perusahaan; serta Sektor Adm.
Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib. Semua sektor tersebut mampu
memberikan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan pertumbuhan Provinsi
Jawa Timur. Hal tersebut sesuai dengan kondisi perekonomian di Kota Pasuruan,
dimana Sektor Penyediaan Akomodasi Makan dan Minum merupakan sektor yang
laju pertumbuhannya relatif tinggi dan cenderung meningkat, dimana laju
pertumbuhan tertinggi sebesar 12,83 pada tahun 2014. Subkategori penyediaan
makan minum merupakan subkategori yang paling berperan terhadap nilai tambah
sektor penyediaan makan minum, yaitu sebesar 87,71 persen pada tahun 2015
(BPS, 2016).
Kota Surabaya memiliki sembilan sektor yang mempunyai keunggulan
kompetitif, yaitu Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan; Sektor Industri
Pengolahan; Sektor Konstruksi; Sektor Transportasi dan Pergudangan; Sektor
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; Sektor Informasi dan Komunikasi;
Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi; Sektor Real Estate; serta Sektor Jasa Kesehatan
dan Kegiatan Sosial. Semua sektor tersebut mampu memberikan pertumbuhan yang
lebih baik dibandingkan pertumbuhan Provinsi Jawa Timur. Hal ini sesuai dengan
kondisi perekonomian di Kota Surabaya, yaitu sektor industri merupakan salah satu
sektor penopang utama perekonomian Kota Surabaya,
90

dimana pada tahun 2015 sektor tersebut berperan terhadap PDRB sebesar 19,23
persen. Selain itu, laju pertumbuhan ekonomi sektor tersebut juga pernah
mencapai 10,15 persen pada tahun 2014 (BPS, 2016).

4.3.2 Analisis Location Quotient (LQ)


Hasil analisis Location Quotient (LQ) secara sektoral di wilayah kerja
Bakorwil III selama periode penelitian dari tahun 2010 hingga 2015, menyatakan
bahwa masing-masing Kabupaten/Kota di wilayah kerja Bakorwil III memiliki sektor
basis yang menjadi penggerak utama dalam perekonomian suatu wilayah. Rata-rata
yang menjadi sektor basis di wilayah Kabupaten Malang adalah Sektor Pertanian,
Kehutanan, dan Perikanan; Sektor Industri Pengolahan; Sektor Konstruksi; Sektor
Perdagangan Besar dan Eceran; dan Sektor Jasa Lainnya. Hal tersebut sesuai dengan
kondisi perekonomian Kabupaten Malang yang pendukung utama PDRB adalah
Sektor Industri Pengolahan; Sektor Perdagangan Perdagangan Besar dan Eceran;
Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan; serta Sektor Konstruksi yang masing-
masing berperan terhadap PDRB sebesar 30,19 persen, 18,48 persen, 17,97 persen,
dan 12,64 persen pada tahun 2015 (BPS, 2016).
Hasil analisis Location Quotient (LQ) secara sektoral di wilayah kerja
Bakorwil III selama periode penelitian dari tahun 2010 hingga 2015, menyatakan
bahwa rata-rata yang menjadi sektor basis di wilayah Kabupaten Pasuruan adalah
Sektor Industri Pengolahan; Sektor Pengadaan Listrik dan Gas; dan Sektor
Konstruksi. Hal ini sesuai dengan kondisi perekonomian di Kabupaten Pasuruan,
dimana Sektor Industri Pengolahan dan Sektor Konstruksi merupakan sektor yang
berperan terhadap PDRB Kabupaten Pasuruan, yaitu masing-masing sebesar
56,08 persen dan 13,42 persen pada tahun 2015 (BPS, 2016).
Hasil analisis Location Quotient (LQ) secara sektoral di wilayah kerja
Bakorwil III selama periode penelitian dari tahun 2010 hingga 2015, menyatakan
bahwa rata-rata yang menjadi sektor basis di wilayah Kabupaten Sidoarjo adalah
Sektor Industri Pengolahan; Sektor Pengadaan Listrik dan Gas; Sektor Konstruksi;
serta Sektor Transportasi dan Pergudangan. Hal ini sesuai dengan kondisi
ekonomi di Kabupaten Sidoarjo, dimana Sektor Industri Pengolahan; serta Sektor
91

Transportasi berperan sebagai leading sector dan memberikan peranan paling


dominan terhadap PDRB Kabupaten Sidoarjo, yaitu sebesar 46,70 persen dan
11,66 persen pada tahun 2015 (BPS, 2016).
Rata-rata yang menjadi sektor basis di wilayah Kabupaten Blitar adalah
Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan; Sektor Informasi dan Komunikasi;
Sektor Real Estate; Sektor Adm. Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib; Sektor Jasa Pendidikan; Sektor Jasa kesehatan dan Kegiatan Sosial; serta
Sektor Jasa Lainnya. Hal ini sesuai dengan perekonomian di Kabupaten Blitar,
dimana Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan merupakan sektor tumpuan
dalam penyerapan tenaga kerja sebesar 48,24 persen dan memberikan kontribusi
terbesar terhadap PDRB Kabupaten Blitar, yaitu sebesar 36,38 persen pada tahun
2015 (BPS, 2016).
Rata-rata yang menjadi sektor basis di wilayah Kota Blitar adalah Sektor
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah Limbah; Sektor Perdagangan Besar dan
Eceran; Sektor Transportasi dan Pergudangan; Sektor Informasi dan Komunikasi;
Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi; Sektor Real Estate; Sektor Jasa Perusahaan;
Sektor Adm. Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib; Sektor Jasa
Pendidikan; Sektor Jasa kesehatan dan Kegiatan Sosial; serta Sektor Jasa Lainnya.
Hal ini sesuai dengan kondisi perekonomian Kota Blitar, dimana Sektor
Perdagangan Besar dan Eceran; Sektor Informasi dan Komunikasi; serta Sektor
Jasa Keuangan dan Asuransi merupakan sektor yang paling berperan terhadap
PDRB Kota Blitar (BPS, 2016).
Rata-rata yang menjadi sektor basis di wilayah Kota Malang adalah Sektor
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah Limbah; Sektor Konstruksi; Sektor
Perdagangan Besar dan Eceran; Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi; Sektor Jasa
Pendidikan; Sektor Jasa kesehatan dan Kegiatan Sosial; dan Sektor Jasa Lainnya.
Hal ini sesuai dengan kondisi perekonomian Kota Malang, yaitu sektor jasa
kesehatan merupakan sektor yang laju pertumbuhannya selalu di atas sektor
lainnya, dimana laju pertumbuhan tertinggi adalah sebesar 13,87 persen pada
tahun 2011 (BPS, 2016).
92

Rata-rata yang menjadi sektor basis di wilayah Kota Batu adalah Sektor
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan; Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah
Limbah; Sektor Konstruksi; Sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Sektor
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; Sektor Informasi dan Komunikasi;
Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi; Sektor Real Estate; Sektor Adm. Pemerintah,
Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib; Sektor Jasa Pendidikan; Sektor Jasa
kesehatan dan Kegiatan Sosial; dan Sektor Jasa Lainnya. Hal ini sesuai dengan
keadaan perekonomian di Kota Batu, dimana sumbangan terbesar PDRB adalah
Sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Sektor Pertanian, Kehutanan dan
Perikanan; serta Sektor Jasa Lainnya yang berperan sebesar 17,85 persen 16,30
persen dan 15,43 persen terhadap PDRB Kota Batu tahun 2015 (BPS, 2016).
Hasil analisis Location Quotient (LQ) secara sektoral di wilayah kerja
Bakorwil III selama periode penelitian dari tahun 2010 hingga 2015, menyatakan
bahwa rata-rata yang menjadi sektor basis di wilayah Kota Pasuruan adalah Sektor
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah Limbah; Sektor Perdagangan Besar dan
Eceran; Sektor Transportasi dan Pergudangan; Sektor Informasi dan Komunikasi;
Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi; Sektor Real Estate; Sektor Adm. Pemerintah,
Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib; Sektor Jasa Pendidikan; Sektor Jasa
kesehatan dan Kegiatan Sosial; dan Sektor Jasa Lainnya. Hal ini sesuai dengan
keadaan perekonomian di Kota Pasuruan, yaitu sektor sekunder dan sektor tersier
mampu berkembang secara fluktuatif dan memainkan peranan utama dalam
memajukan perekonomian Kota Pasuruan, seperti sektor perdagangan dan jasa
keuangan yang masing-masing berperan sebesar 27,91 persen dan 7,66 persen
pada tahun 2015 (BPS, 2016).
Rata-rata yang menjadi sektor basis di wilayah Kota Surabaya adalah Sektor
Pengadaan Listrik dan Gas; Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah Limbah;
Sektor Konstruksi; Sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Sektor Transportasi dan
Pergudangan; Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; Sektor Informasi
dan Komunikasi; Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi; Sektor Real Estate; Sektor Jasa
Perusahaan; Sektor Jasa kesehatan dan Kegiatan Sosial; serta Sektor Jasa Lainnya.
Hal ini sesuai dengan struktur perekonomian di Kota Surabaya. Menurut
93

(BPS, 2016) bahwa perekonomian Kota Surabaya ditopang oleh Sektor


Perdagangan Besar dan Eceran; serta Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum yang masing-masing berperan sebesar 27,48 persen dan 15,17 persen pada
tahun 2015.

4.3.3 Analisis Dynamic Location Quotient (DLQ)


Hasil analisis Dynamic Location Quotient (DLQ) secara sektoral di
wilayah kerja Bakorwil III selama periode penelitian dari tahun 2010 hingga
2015, menyatakan bahwa masing-masing Kabupaten/Kota di wilayah kerja
Bakorwil III memiliki sektor yang berpotensi menjadi sektor basis pada masa
yang akan datang, dimana nilai DLQ lebih besar dari satu. Sektor potensial di
wilayah Kabupaten Malang adalah Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan;
Sektor Industri Pengolahan; Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah Limbah;
Sektor Konstruksi; Sektor Transportasi dan Pergudangan; Sektor Informasi dan
Komunikasi; Sektor Jasa Perusahaan; Sektor Adm. Pemerintah, Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib; Sektor Jasa Pendidikan; serta Sektor Jasa Lainnya. Hal ini
sesuai dengan kondisi perekonomian di Kabupaten Malang dikarenakan wilayah
Kabupaten Malang yang kaya akan sumber daya alam dan bahan baku, khususnya
untuk industri agro yang merupakan industri yang paling dominan, yaitu sekitar
65 persen (Pemkab Malang, 2015).
Hasil analisis Dynamic Location Quotient (DLQ) secara sektoral di wilayah
Kabupaten Pasuruan selama periode penelitian dari tahun 2010 hingga 2015,
menyatakan bahwa sektor potensial di wilayah Kabupaten Pasuruan adalah Sektor
Industri Pengolahan; Sektor Pengadaan Listrik dan Gas; Sektor Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah Limbah; serta Sektor Transportasi dan Pergudangan. Hal ini
sesuai dengan kondisi perekonomian di Kabupaten Pasuruan. Menurut Dinas BPPPM
Kabupaten Pasuruan hal tersebut dikarenakan faktor geografis wilayah Kabupaten
Pasuruan merupakan yang cukup strategis dan potensial untuk usaha pengembangan
dan perdagangan. Selain itu, di Kabupaten Pasuruan juga banyak terdapat kawasan
industri, seperti PT. Pasuruan Industrial Estate Rembang (PIER),
94

PT. Nestle, PT. Amerta Indah Otsuka (Pocari Sweat), dan lain sebagainya (BPS,
2016).
Hasil analisis Dynamic Location Quotient (DLQ) secara sektoral di wilayah
Kabupaten Sidoarjo selama periode penelitian dari tahun 2010 hingga 2015,
menyatakan bahwa sektor potensial di wilayah Kabupaten Sidoarjo adalah Sektor
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan; Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah
Limbah; Sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Sektor Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum; Sektor Informasi dan Komunikasi; serta Sektor Adm. Pemerintah,
Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib. Hal ini sesuai dengan kondisi perekonomian di
Kabupaten Sidoarjo, dimana sektor perdagangan besar dan eceran merupakan sektor
yang dominan kontribusinya pada PDRB Kabupaten Sidoarjo, yaitu sebesar 16,14
persen pada tahun 2015. Selain itu, struktur lapangan usaha di Kabupaten Sidoarjo
telah mengalami pergeseran dari sektor sekunder menuju ke sektor tersier. Hal ini
terlihat dari mulai menurunnya kontribusi sektor tersier dari sekitar 60 persen di tahun
2011 menjadi 56 persen di tahun 2015 (BPS, 2016).
Sedangkan sektor potensial di wilayah Kabupaten Blitar adalah Sektor
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan; Sektor Pertambangan dan Penggalian;
Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah Limbah; Sektor Konstruksi; Sektor
Perdagangan Besar dan Eceran; Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum; Sektor Informasi dan Komunikasi; Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi;
Sektor Adm. Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib; Sektor Jasa
Pendidikan; Sektor Jasa kesehatan dan Kegiatan Sosial; Sektor Jasa Lainnya. Hal
ini sesuai dengan kondisi perekonomian Kabupaten Blitar, dimana perekonomian
Kabupaten Blitar bertumpu pada sektor pertanian dan sektor perdagangan yang
memberikan sumbangan terbesar pada PDRB Kabupaten Blitar, yaitu sebesar
35,84 persen dan 16,74 persen (BPS, 2016).
Hasil analisis Dynamic Location Quotient (DLQ) secara sektoral di wilayah
Kota Blitar selama periode penelitian dari tahun 2010 hingga 2015, menyatakan
bahwa sektor potensial di wilayah Kota Blitar adalah Sektor Perdagangan Besar dan
Eceran; Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; serta Sektor Adm.
Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib. Hal ini sesuai dengan kondisi
95

perekonomian Kota Blitar, dimana sektor Sektor Perdagangan Besar dan Eceran
merupakan sektor yang berperan terbesar terhadap PDRB Kota Blitar, yaitu
sebesar 23,36 persen pada tahun 2015 (BPS, 2016).
Hasil analisis Dynamic Location Quotient (DLQ) secara sektoral di
wilayah Kota Malang selama periode penelitian dari tahun 2010 hingga 2015,
menyatakan bahwa sektor potensial di wilayah Kota Malang adalah Sektor
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah Limbah; Sektor Konstruksi; Sektor
Perdagangan Besar dan Eceran; Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum; Sektor Informasi dan Komunikasi; Sektor Real Estate; Sektor Jasa
Perusahaan; Sektor Jasa Pendidikan; serta Sektor Jasa kesehatan dan Kegiatan
Sosial. Hal ini sesuai dengan kondisi perekonomian Kota Malang, dimana sektor
perdagangan dan sektor konstruksi mempunyai laju pertumbuhan yang relatif
cukup tinggi dan masing-masing sektor tersebut berperan terhadap PDRB Kota
Malang sebesar 28,90 persen dan 12,53 persen pada tahun 2015 (BPS, 2016).
Hasil analisis Dynamic Location Quotient (DLQ) secara sektoral di
wilayah Kota Batu selama periode penelitian dari tahun 2010 hingga 2015,
menyatakan bahwa sektor potensial di wilayah Kota Batu adalah Sektor
Pertambangan dan Penggalian; Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah
Limbah; Sektor Konstruksi; Sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Sektor Jasa
Perusahaan; Sektor Adm. Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib; serta
Sektor Jasa Lainnya. Hal tersebut sesuai dengan kondisi perekonomian di Kota
Batu, dimana struktur lapangan usaha masyarakat Kota Batu telah bergeser dari
lapangan usaha pertanian ke lapangan usaha lainnya. Berdasarkan peranannya,
sektor perdagangan merupakan sektor yang paling berperan terhadap PDRB Kota
Batu, yaitu berperan sebesar 17,85 persen pada tahun 2015 (BPS, 2016).
Selanjutnya hasil analisis Dynamic Location Quotient (DLQ) secara sektoral
di wilayah Kota Pasuruan selama periode penelitian dari tahun 2010 hingga 2015,
menyatakan bahwa sektor potensial di wilayah Kota Pasuruan adalah Sektor
Konstruksi; Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; Sektor Jasa
Perusahaan; serta Sektor Adm. Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib.
Hal tersebut sesuai dengan kondisi perekonomian di Kota Pasuruan, dimana Sektor
96

Penyediaan Akomodasi Makan dan Minum merupakan sektor yang laju


pertumbuhannya relatif tinggi dan cenderung meningkat, dimana laju
pertumbuhan tertinggi sebesar 12,83 pada tahun 2014 (BPS, 2016).
Sedangkan hasil analisis Dynamic Location Quotient (DLQ) secara
sektoral di wilayah Kota Surabaya selama periode penelitian dari tahun 2010
hingga 2015, menyatakan bahwa sektor potensial di wilayah Kota Surabaya
adalah Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan; Sektor Pertambangan dan
Penggalian; serta Sektor Pengadaan Listrik dan Gas. Hal ini sesuai dengan kondisi
perekonomian di Kota Surabaya, karena sektor pertanian dan sektor pertambangan
yang kontribusinya terkecil terhadap PDRB Kota Surabaya, namun mengalami
pertumbuhan yang lebih tinggi dari tahun sebelumnya, yaitu 3,56 persen pada
tahun 2014 menjadi 4,73 persen pada tahun 2015 dan 3,20 persen pada tahun 2014
menjadi 3,98 persen pada tahun 2015 (BPS, 2016).

4.3.4 Analisis Tipologi Klassen


Analisis Tipologi Klassen merupakan alat analisis yang digunakan untuk
mengetahui bagaimana gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi
masing-masing suatu wilayah (Sjafrizal, 2008:179). Analisis Tipologi Klassen
mengklasifikasikan wilayah menjadi empat kuadran, yaitu daerah maju, daerah
maju tapi tertekan, daerah berkembang, dan daerah relatif tertinggal. Hasil rata-
rata analisis Tipologi Klassen di wilayah kerja Bakorwil III selama periode
penelitian dari tahun 2010-2015 adalah wilayah yang termasuk dalam Kuadran I
(daerah maju) adalah Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Sidoarjo, Kota Batu dan
Kota Surabaya, dimana laju pertumbuhan ekonomi dan PDRB perkapita wilayah
lebih besar daripada Jawa Timur. Beradasarkan data dari BPS Jawa Timur (2016)
wilayah Kota Surabaya merupakan penyumbang terbesar PDRB Jawa Timur
sebesar Rp 406.20 triliun (23,97 persen), disusul oleh Kabupaten Sidoarjo sebesar
Rp 146,37 triliun (8,64 persen), dan kemudian Kabupaten Pasuruan sebesar Rp
104,29 (6,15 persen). Wilayah yang termasuk Kuadran II (daerah maju tapi
tertekan) adalah Kota Malang, dimana laju pertumbuhan lebih rendah dari Jawa
Timur, namun PDRB perkapita lebih besar dari Jawa Timur. Wilayah yang
97

termasuk dalam Kuadran III (daerah berkembang) adalah Kota Blitar, yaitu wilayah
dengan laju pertumbuhan di atas Jawa Timur, namun PDRB perkapitanya lebih
rendah dari Jawa Timur. Wilayah yang termasuk dalam Kuadran IV (daerah relatif
terbelakang) adalah Kabupaten Malang, Kabupaten Blitar, dan Kota Pasuruan, yaitu
wilayah dengan laju pertumbuhan dan PDRB perkapitanya lebih rendah dari Jawa
Timur. Kondisi tersebut sesuai dengan keadaan ekonomi masing-masing wilayah di
wilayah kerja Bakorwil III. Kondisi ekonomi global yang masih belum stabil dan
rendahnya harga komoditas internasional merupakan salah satu penyebab
perlambatan laju pertumbuhan ekonomi. Selain itu, kebijakan pemerintah mengenai
kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) dan kenaikan harga BBM juga ikut menghambat
laju pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah (BPS, 2016).
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan metode analisis Shift
Share Esteban Marquillas, Location Quotient (LQ), Dynamic Location Quotient
(DLQ), dan Tipologi Klassen di wilayah kerja Bakorwil III selama kurun waktu
dari tahun 2010-2015, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil analisis Shift Share Esteban Marquillas menunjukkan bahwa di wilayah
kerja Bakorwil III selama tahun 2010-2015 yang mempunyai nilai keunggulan
kompetitif secara sektoral terbanyak adalah wilayah Kabupaten Malang dan
Kota Batu, dimana terdapat sebelas sektor yang memiliki keunggulan
kompetitif.
2. Hasil analisis LQ menunjukkan bahwa di wilayah kerja Bakorwil III selama
tahun 2010-2015, wilayah yang secara sektoral mempunyai nilai basis
terbanyak adalah Kota Batu dan Kota Surabaya dengan memiliki dua belas
sektor basis. Selanjutnya adalah Kota Blitar dan Kota Pasuruan yang masing-
masing memiliki sebelas dan sepuluh sektor basis. Sedangkan hasil analisis
DLQ menunjukkan bahwa di wilayah kerja Bakorwil III selama tahun 2010-
2015, wilayah yang secara sektoral mempunyai sektor potensial untuk menjadi
sektor basis di masa yang akan datang adalah Kabupaten Blitar yang
mempunyai dua belas sektor potensial. Kemudian disusul oleh Kabupaten
Malang yang memiliki sepuluh sektor potensial.
3. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa di wilayah kerja Bakorwil
III selama tahun 2010-2015, wilayah yang termasuk dalam Kuadran I adalah
Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Sidoarjo, Kota Batu, dan Kota Surabaya;
Kuadran II adalah Kota Malang; Kuadran III adalah Kota Blitar; sedangkan
Kuadran IV adalah Kabupaten Malang, Kabupaten Blitar, dan Kota Pasuruan.

98
99

5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka saran-saran yang dapat diajukan
adalah sebagai berikut:
1. Pemerintah daerah dalam meningkatkan pembangunan ekonomi dan
pertumbuhan ekonomi daerah adalah dengan cara meningkatkan kinerja
sektor perekonomian yang mempunyai nilai keunggulan kompetitif yang
tinggi, selain itu pemerintah juga diharapkan memberikan perhatian khusus
terhadap sektor yang kurang berkembang.
2. Pemerintah daerah di wilayah kerja Bakorwil III diharapkan mampu
meningkatkan pembangunan ekonomi dengan memanfaatkan Sumber Daya
Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM), terutama bagi sektor yang
menjadi sektor basis ekonomi sebagai penggerak perekonomian.
3. Pemerintah daerah yang berada dalam wilayah kerja Bakorwil III diharapkan
mampu meningkatkan PDRB masing-masing wilayah dengan cara
mengembangkan sektor perekonomian yang berpotensi, sehingga
kontribusinya dalam pembentukan PDRB Jawa Timur akan semakin
meningkat.
DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Rahardjo. 2005. Dasar-Dasar Ekonomi Wilayah. Yogyakarta: Graha


Ilmu.

Adisasmita, Rahardjo. 2011. Pembiayaan Pembangunan Daerah. Yogyakarta:


Graha Ilmu.

Alhowaish, A.K., Alsharikh M.A., Alasmail, dan Alghamdi. 2014. Location


Quotient Technique and Economy Analysis of Regions: Tabuk Province of
Saudi Arabia as a Case Study. International Journal of Science and
Research. 4(12): 1756-1761.

Amalia, Fitri. 2012. Penentuan Sektor Unggulan Perekonomian Wilayah


Kabupaten Bone Bolango dengan Pendekatan Sektor Pembentuk PDRB.
Jurnal Etikonomi. 11(2): 196-207.

Arsyad, Lincolin. 1997. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: Bagian Penerbitan


Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Blitar. 2016. Produk Domestik Regional Bruto
Kabupaten Blitar Menurut Lapangan Usaha 2011-2015. Blitar: BPS
Kabupaten Blitar.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Malang. 2016. Produk Domestik Regional Bruto
Kabupaten Malang Menurut Lapangan Usaha 2011-2015. Malang: BPS
Kabupaten Malang.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Pasuruan. 2016. Produk Domestik Regional


Bruto Kabupaten Pasuruan Menurut Lapangan Usaha 2011-2015.
Pasuruan: BPS Kabupaten Pasuruan.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Sidoarjo. 2016. Produk Domestik Regional


Bruto Kabupaten Sidoarjo Menurut Lapangan Usaha 2011-2015. Sidoarjo:
BPS Kabupaten Sidoarjo.

Badan Pusat Statistik Kota Batu. 2016. Produk Domestik Regional Bruto Kota
Batu Menurut Lapangan Usaha 2011-2015. Batu: BPS Kota Batu.

Badan Pusat Statistik Kota Blitar. 2016. Produk Domestik Regional Bruto Kota
Blitar Menurut Lapangan Usaha 2011-2015. Blitar: BPS Kota Blitar.

Badan Pusat Statistik Kota Malang. 2016. Produk Domestik Regional Bruto Kota
Malang Menurut Lapangan Usaha 2011-2015. Malang: BPS Kota Malang.

100
101

Badan Pusat Statistik Kota Pasuruan. 2016. Produk Domestik Regional Bruto
Kota Pasuruan Menurut Lapangan Usaha 2011-2015. Pasuruan: BPS Kota
Pasuruan.

Badan Pusat Statistik Kota Surabaya. 2016. Produk Domestik Regional Bruto
Kota Surabaya Menurut Lapangan Usaha 2011-2015. Surabaya: BPS Kota
Surabaya.

Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur. 2015. Produk Domestik Regional
Bruto Kabupaten/Kota Menurut Lapangan Usaha 2010-2014. Surabaya:
BPS Provinsi Jawa Timur.

Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur. 2015. Produk Domestik Regional
Bruto Provinsi Jawa Timur Menurut Lapangan Usaha 2010-2014.
Surabaya: BPS Provinsi Jawa Timur.

Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur. 2016. Produk Domestik Regional
Bruto Kabupaten/Kota Jawa Timur Menurut Lapangan Usaha 2011-2015.
Surabaya: BPS Provinsi Jawa Timur.

Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur. 2016. Produk Domestik Regional
Bruto Provinsi Jawa Timur Menurut Lapangan Usaha 2011-2015.
Surabaya: BPS Provinsi Jawa Timur.

Djojohadikusumo, Sumitro. 1994. Perkembangan Pemikiran Ekonomi, Dasar


Teori Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi. Jakarta: PT Pustaka LP3ES
Indonesia.

Elysanti, Selvia. 2015. Analisis Tipologi dan Sektor Potensial dalam


Pengembangan Ekonomi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Jember.
Skripsi. Jember. Fakultas Ekonomi Universitas Jember.

Herath, J., T. G. Gebremedhin, and B. M. Maumbe. 2010. A Dynamic Shift Share


Analysis of Economic Growth in West Virginia. Research Paper. 12: 1-23.

Hamdi, Asep Saepul. 2014. Metode Penelitian Aplikasi dalam Pendidikan.


Yogyakarta: Deepublish.

Jhingan, M.L. 2002. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta: Raja


Grafindo Persada.

Kuncoro, Mudrajad. 2000. Ekonomi Pembangunan: Teori, Masalah, dan


Kebijakan. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan Akademi Manajemen
Perusahaan YKPN.
102

Kuncoro, Mudrajad. 2012. Perencanaan Daerah: Bagaimana Membangun


Ekonomi Lokal, Kota dan Kawasan. Jakarta: Salemba Empat.

Lemhannas. 1995. Pembangunan Nasional. Jakarta: Balai Pustaka.

Masfufah, Salindri. 2015. Analisis Pernanan Sektor Pertanian Terhadap


Perekonomian Provinsi Jawa Timur 2004-2013 (Pendekatan Shift Share
Esteban Marquillas). Skripsi. Jember. Fakultas Ekonomi Universitas
Jember.

Prasetyawan, Edi. 2015. Analisis Keterkaitan Sektor Industri Pengolahan dan


Sektor Pertanian dalam Perekonomian Jawa Timur. Skripsi. Jember.
Fakultas Ekonomi Universitas Jember.

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 16 Tahun 2016. Pembentukan dan
Susunan Badan Koordinasi Wilayah Pemerintahan dan Pembangunan
Provinsi Jawa Timur. 23 Desember 2016. Lembaran Daerah Provinsi Jawa
Timur Tahun 2016 Nomor 2 Seri C. Surabaya.

Purnomo, D., D. Istiqomah. 2008. Analisis Peranan Sektor Industri Terhadap


Perekonomian Jawa Tengah Tahun 2000 dan Tahun 2004 (Analisis Input
Output). Jurnal Ekonomi Pembangunan. 9(2): 137-155.

Santoso, Eko Budi, dkk. 2012. Analisis Keterkaitan Wilayah Secara Sektoral
Ditinjau dari Sektor Unggulan Kawasan GKS Plus terhadap Jawa Timur:
Implikasinya terhadap Pengembangan Perkotaan. Jurnal Seminar Nasional
CITIES. 1-15.

Sapriadi dan Hasbiullah. 2015. Analisis Penentuan Sektor Unggulan


Perekonomian Kabupaten Bulukumba. Jurnal Iqtisaduna. 1(1): 71-86.

Setiawan, Mohammad. 2014. Analisis Sektor Ekonomi Basis dalam Mendorong


Pertumbuhan Ekonomi Kota Batu. Skripsi. Malang. Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Brawijaya.

Shabri, Yofi Maulana. 2015. Analisis Peran Sektor Pertanian Terhadap


Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Banyuwangi (Pendekatan Input-Output).
Skripsi. Jember. Fakultas Ekonomi Universitas Jember.

Sjafrizal. 2008. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Padang: Badouse Media.

Stimson, Robert J., Roger R. Strough and Brian H. Roberts. 2006. Regional
Economic Development: Analysis and Planning Strategy. Berlin: Springer-
Verlag Berlin Heidelberg.

Sun’an, Muamil dan A. Senuk. 2015. Ekonomi Pembangunan Daerah. Jakarta:


Mitra Wacana Media.
103

Tarigan, Robinson. 2014. Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Bumi
Aksara.

Todaro, Michael P. 1983. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta Timur:


Ghalia Indonesia.

Tristanto, Afrendi Hari. 2013. Analisis Sektor Ekonomi Unggulan dalam


Pengembangan Potensi Perekonomian di Kota Blitar. Skripsi. Malang.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.

Yuuha, M. Iqbal Wahyu. 2015. Analisis Penentuan Sektor Basis dan Sektor
Potensial di Kabupaten Lamongan. Skripsi. Surabaya. Fakultas Ekonomi
Unesa.
LAMPIRAN A
Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jawa Timur Tahun 2010-2015 (Miliar Rupiah)
No Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 133.504,60 138.870,10 146.002,60 150.463,70 155.771,10 161.154,00
2 Pertambangan dan Penggalian 54.020,50 58.140,30 58.287,90 59.050,00 60.887,40 65.707,00
3 Industri Pengolahan 292.708,40 306.072,40 326.681,80 345.794,60 372.726,40 392.489,80
4 Pengadaan Listrik dan Gas 4.492,00 4.405,00 4.259,00 4.380,30 4.502,10 4.367,00
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 1.075,90 1.171,30 1.182,00 1.231,00 1.234,10 1.299,30
6 Konstruksi 89.693,00 95.157,70 102.250,90 110.485,50 116.498,20 120.688,30
7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil 174.755,50 190.771,70 206.433,70 219.246,10 229.725,70 243.497,80
8 Transportasi dan Pergudangan 27.082,40 29.399,90 31.528,70 34.241,20 36.453,40 38.844,00
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 47.096,40 51.667,00 54.601,20 57.684,90 62.807,80 67.773,10
10 Informasi dan Komunikasi 47.548,20 51.881,60 58.299,20 65.313,90 69.155,10 73.640,00
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 22.070,50 24.088,30 26.668,00 30.348,40 32.399,60 34.730,30
12 Real Estate 16.306,30 17.737,70 19.153,80 20.565,10 21.998,30 23.092,60
13 Jasa Perusahaan 7.774,00 8.156,70 8.416,90 9.044,20 9.815,00 10.349,10
14 Adm. Pemerintah, Pertahanan&Jaminan Sosial Wajib 26.534,10 27.823,80 28.210,10 28.564,70 28.729,60 30.275,50
15 Jasa Pendidikan 24.944,80 26.494,10 28.789,40 31.265,50 33.306,70 35.392,80
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 5.408,90 6.353,00 7.033,10 7.592,80 8.212,90 8.743,30
17 Jasa lainnya 15.633,30 16.211,20 16.666,30 17.517,90 18.473,70 19.374,40
TOTAL PDRB 990.648,80 1.054.401,80 1.124.464,60 1.192.789,80 1.262.697,10 1.331.418,30

104
LAMPIRAN B
PDRB Wilayah Kerja Bakorwil III Tahun 2010-2015 (Miliar Rupiah)
B.1 Produk Domsestik Regional Bruto Kabupaten Malang Tahun 2010-2015 (Miliar Rupiah)
No Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 7.762,20 8.222,20 8.689,20 8.969,60 9.225,70 9.543,80
2 Pertambangan dan Penggalian 1.003,40 1.047,40 1.058,40 1.078,50 1.097,40 1.129,50
3 Industri Pengolahan 12.274,90 12.930,00 13.742,30 14.169,00 15.548,50 16.544,60
4 Pengadaan Listrik dan Gas 40,30 44,00 48,50 51,30 51,40 50,70
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 43,30 46,60 48,70 51,80 52,80 55,80
6 Konstruksi 4.552,90 4.979,40 5.453,90 5.966,30 6.319,60 6.566,60
7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil 7.966,00 8.517,50 9.091,30 9.657,60 10.065,90 10.598,00
8 Transportasi dan Pergudangan 410,80 446,10 486,70 535,00 566,50 610,00
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1.299,40 1.392,20 1.498,80 1.576,30 1.671,30 1.783,30
10 Informasi dan Komunikasi 1.712,80 1.900,70 2.112,00 2.360,90 2.518,40 2.689,10
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 589,80 642,00 712,20 797,00 851,60 901,20
12 Real Estate 600,80 635,60 673,80 714,70 755,50 800,50
13 Jasa Perusahaan 147,30 155,90 163,70 174,80 191,50 207,80
14 Adm. Pemerintah, Pertahanan&Jaminan Sosial Wajib 880,10 928,40 952,80 971,40 977,50 1.026,20
15 Jasa Pendidikan 937,70 1.006,70 1.090,70 1.174,50 1.257,00 1.347,60
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 207,80 238,00 259,20 281,70 311,90 325,00
17 Jasa lainnya 913,50 958,70 993,60 1.041,30 1.087,20 1.136,60
TOTAL PDRB 41.343,00 44.091,40 47.075,80 49.571,70 52.549,70 55.316,30

105
B.2 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Pasuruan Tahun 2010-2015 (Miliar Rupiah)

No Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013 2014 2015


1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4.673,60 4.902,70 5.162,50 5.290,00 5.479,40 5.653,60
2 Pertambangan dan Penggalian 430,70 443,30 447,50 455,00 462,30 469,80
3 Industri Pengolahan 34.139,30 36.476,10 39.582,30 42.449,80 45.914,10 48.891,20
4 Pengadaan Listrik dan Gas 809,60 768,10 678,90 693,80 732,50 778,90
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 24,60 26,30 27,00 28,00 28,40 29,10
6 Konstruksi 7.827,50 8.383,40 8.987,00 9.760,40 10.280,10 10.550,00
7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil 6.248,20 6.727,20 7.162,10 7.583,70 7.897,10 8.172,30
8 Transportasi dan Pergudangan 343,30 362,30 390,80 428,70 470,30 509,80
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1.899,30 2.052,60 2.192,00 2.333,10 2.553,20 2.765,30
10 Informasi dan Komunikasi 1.764,00 1.924,50 2.160,70 2.422,10 2.529,70 2.642,10
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 406,40 453,40 511,10 599,90 633,20 671,10
12 Real Estate 449,20 488,10 523,10 561,10 598,10 623,60
13 Jasa Perusahaan 64,00 66,50 68,30 73,70 80,40 84,80
14 Adm. Pemerintah, Pertahanan&Jaminan Sosial Wajib 847,80 888,90 900,40 905,10 908,90 957,70
15 Jasa Pendidikan 404,50 433,50 475,70 520,70 553,70 588,80
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 77,10 91,50 101,40 110,30 120,60 128,40
17 Jasa lainnya 769,20 783,10 796,30 828,50 863,10 895,50
TOTAL PDRB 61.178,30 65.271,50 70.167,10 75.043,90 80.105,10 84.412,00

106
B.3 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Sidoarjo Tahun 2010-2015 (Miliar Rupiah)

No Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013 2014 2015


1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1.961,70 1.988,40 2.171,30 2.290,70 2.398,00 2.508,30
2 Pertambangan dan Penggalian 180,70 149,70 153,30 131,90 151,80 137,80
3 Industri Pengolahan 41.337,50 43.545,10 46.274,80 49.174,80 52.757,30 55.659,50
4 Pengadaan Listrik dan Gas 962,50 969,50 1.006,90 1.102,60 1.180,50 1.075,60
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 68,80 76,40 78,90 82,30 83,90 86,50
6 Konstruksi 7.581,30 8.094,50 8.593,30 9.173,90 9.788,20 10.181,90
7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil 12.198,00 13.471,00 14.722,80 16.091,40 17.142,30 18.218,80
8 Transportasi dan Pergudangan 6.584,00 7.485,20 8.175,10 8.642,20 8.691,70 8.977,50
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 2.531,30 2.724,20 2.924,50 3.135,90 3.418,70 3.703,80
10 Informasi dan Komunikasi 3.034,90 3.319,70 3.722,70 4.081,90 4.438,60 4.757,00
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 841,40 929,00 1.050,40 1.181,10 1.259,50 1.347,80
12 Real Estate 820,30 854,90 900,90 956,40 1.021,20 1.079,90
13 Jasa Perusahaan 138,00 144,70 151,00 158,50 169,10 177,60
14 Adm. Pemerintah, Pertahanan&Jaminan Sosial Wajib 1.726,80 1.842,70 1.874,30 1.908,20 1.932,70 1.973,40
15 Jasa Pendidikan 914,80 971,60 1.064,20 1.160,30 1.235,50 1.324,60
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 235,30 274,00 296,70 319,20 348,50 366,30
17 Jasa lainnya 355,40 371,70 382,70 401,00 418,20 436,10
TOTAL PDRB 81.472,70 87.212,30 93.543,80 99.992,30 106.435,70 112.012,40

107
B.4 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Blitar Tahun 2010-2015 (Miliar Rupiah)

No Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013 2014 2015


1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 5.721,10 5.899,30 6.204,70 6.355,10 6.546,00 6.851,50
2 Pertambangan dan Penggalian 744,60 800,80 811,00 842,90 872,50 898,50
3 Industri Pengolahan 2.206,60 2.282,50 2.318,20 2.431,60 2.599,40 2.757,90
4 Pengadaan Listrik dan Gas 12,60 13,60 15,00 15,30 15,60 15,60
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 6,90 6,90 7,00 7,20 7,40 7,60
6 Konstruksi 1.409,20 1.480,70 1.576,70 1.709,40 1.815,50 1.851,20
7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil 2.628,60 2.834,30 3.098,80 3.324,70 3.531,60 3.763,90
8 Transportasi dan Pergudangan 196,00 205,90 214,70 227,10 243,80 258,90
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 134,00 144,80 162,30 169,10 179,10 189,80
10 Informasi dan Komunikasi 878,10 954,40 1.032,40 1.144,10 1.215,10 1.293,40
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 267,80 343,50 391,00 426,70 451,10 470,70
12 Real Estate 307,70 328,80 344,60 362,70 387,20 409,80
13 Jasa Perusahaan 59,60 62,40 65,20 67,70 70,60 73,90
14 Adm. Pemerintah, Pertahanan&Jaminan Sosial Wajib 635,60 666,60 685,50 693,30 695,80 726,70
15 Jasa Pendidikan 648,80 680,90 715,30 757,10 821,60 872,20
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 110,90 125,50 136,20 146,40 166,30 168,70
17 Jasa lainnya 245,80 263,10 275,90 287,00 301,50 315,10
TOTAL PDRB 16.213,90 17.094,00 18.054,50 18.967,40 19.920,10 20.925,40

108
B.5 Produk Domestik Regional Bruto Kota Blitar Tahun 2010-2015 (Miliar Rupiah)

No Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013 2014 2015


1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 110,80 114,10 113,40 114,40 115,70 116,90
2 Pertambangan dan Penggalian 0,40 0,40 0,30 0,30 0,30 0,30
3 Industri Pengolahan 270,00 279,80 295,70 311,30 334,10 354,10
4 Pengadaan Listrik dan Gas 2,30 2,50 2,70 2,70 2,80 2,80
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 6,80 6,70 6,50 6,50 6,50 6,60
6 Konstruksi 208,70 220,50 233,70 248,10 262,30 273,50
7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil 646,00 699,80 760,30 817,70 869,20 923,70
8 Transportasi dan Pergudangan 111,00 118,70 126,10 134,10 142,90 152,40
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 125,90 136,90 147,80 158,20 171,70 186,60
10 Informasi dan Komunikasi 333,40 362,50 390,90 422,50 448,00 475,00
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 264,40 283,10 309,10 343,10 368,80 396,40
12 Real Estate 111,60 119,00 127,30 136,60 144,90 153,20
13 Jasa Perusahaan 26,60 27,40 27,90 28,80 29,90 31,00
14 Adm. Pemerintah, Pertahanan&Jaminan Sosial Wajib 230,30 238,20 245,50 250,00 252,00 258,30
15 Jasa Pendidikan 184,80 194,70 207,10 220,60 236,00 252,10
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 50,30 56,50 61,50 66,80 71,30 74,20
17 Jasa lainnya 171,50 177,80 180,90 185,10 193,20 199,90
TOTAL PDRB 2.854,80 3.038,60 3.236,70 3.446,80 3.649,60 3.857,00

109
B.6 Produk Domestik Regional Bruto Kota Malang Tahun 2010-2015 (Miliar Rupiah)

No Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013 2014 2015


1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 102,00 103,90 104,10 103,20 105,10 107,40
2 Pertambangan dan Penggalian 44,30 43,40 42,30 40,50 39,80 38,40
3 Industri Pengolahan 9.051,90 9.295,40 9.553,60 9.738,00 10.011,80 10.261,70
4 Pengadaan Listrik dan Gas 12,70 13,80 15,20 15,40 15,50 15,50
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 68,30 71,90 75,20 81,40 83,90 87,00
6 Konstruksi 3.630,50 3.907,20 4.225,50 4.592,70 4.998,50 5.263,40
7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil 9.353,70 10.055,80 10.819,70 11.586,30 12.221,50 13.022,70
8 Transportasi dan Pergudangan 751,00 790,80 849,80 912,20 977,50 1.044,30
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1.221,40 1.313,10 1.434,90 1.549,80 1.712,00 1.851,00
10 Informasi dan Komunikasi 1.272,00 1.379,80 1.522,40 1.704,40 1.843,10 1.993,10
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 735,20 792,80 866,80 977,00 1.042,60 1.117,00
12 Real Estate 437,80 471,20 507,90 545,70 585,30 627,80
13 Jasa Perusahaan 219,90 232,30 245,60 262,80 285,80 310,80
14 Adm. Pemerintah, Pertahanan&Jaminan Sosial Wajib 562,40 588,70 597,80 602,70 603,40 625,80
15 Jasa Pendidikan 2.176,30 2.342,10 2.510,60 2.730,40 2.957,30 3.203,10
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 645,20 734,70 812,70 887,30 967,80 1.062,90
17 Jasa lainnya 1.092,80 1.136,80 1.171,70 1.217,90 1.273,30 1.319,60
TOTAL PDRB 31.377,40 33.273,70 35.355,80 37.547,70 39.724,20 41.951,50

110
B.7 Produk Domestik Regional Bruto Kota Batu Tahun 2010-2015 (Miliar Rupiah)

No Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013 2014 2015


1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1.151,40 1.215,50 1.261,90 1.282,00 1.323,80 1.369,40
2 Pertambangan dan Penggalian 13,50 14,30 14,70 15,20 15,60 16,00
3 Industri Pengolahan 293,50 310,50 331,20 355,80 380,50 409,00
4 Pengadaan Listrik dan Gas 3,30 3,70 4,10 4,40 4,60 4,70
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 13,30 14,30 15,40 16,40 17,20 18,10
6 Konstruksi 593,40 641,40 713,80 793,80 883,60 972,10
7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil 1.192,50 1.297,50 1.415,70 1.544,80 1.643,80 1.753,40
8 Transportasi dan Pergudangan 83,80 89,70 97,20 105,70 115,30 124,70
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 633,20 681,90 730,30 786,00 864,80 947,20
10 Informasi dan Komunikasi 463,70 498,40 546,80 601,70 648,10 699,00
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 231,20 251,00 273,80 302,40 323,20 344,00
12 Real Estate 182,80 199,50 218,30 239,40 258,00 271,00
13 Jasa Perusahaan 33,00 34,80 36,60 39,20 42,60 45,30
14 Adm. Pemerintah, Pertahanan&Jaminan Sosial Wajib 194,20 207,50 214,00 219,30 221,00 231,40
15 Jasa Pendidikan 249,70 266,60 289,90 317,00 339,50 353,60
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 49,10 55,80 60,80 66,50 72,70 75,20
17 Jasa lainnya 1.122,70 1.185,50 1.249,10 1.329,10 1.418,00 1.511,90
TOTAL PDRB 6.504,30 6.967,90 7.473,60 8.018,70 8.572,30 9.146,00

111
B.8 Produk Domestik Regional Bruto Kota Pasuruan Tahun 2010-2015 (Miliar Rupiah)

No Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013 2014 2015


1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 107,50 109,00 111,80 112,30 113,90 116,20
2 Pertambangan dan Penggalian 1,80 1,80 1,80 1,70 1,70 1,60
3 Industri Pengolahan 770,50 811,80 839,90 877,80 925,00 978,50
4 Pengadaan Listrik dan Gas 3,20 3,40 3,70 3,80 4,00 4,00
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 11,80 12,20 12,50 12,70 12,80 13,10
6 Konstruksi 217,70 233,10 248,40 267,00 280,00 292,00
7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil 984,50 1.053,60 1.137,90 1.210,70 1.276,60 1.342,10
8 Transportasi dan Pergudangan 207,10 217,70 229,60 241,10 254,80 268,70
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 136,10 148,80 164,60 184,80 208,50 226,90
10 Informasi dan Komunikasi 298,70 319,50 346,20 380,50 408,20 437,70
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 238,20 260,20 286,50 318,70 343,50 366,50
12 Real Estate 108,20 111,90 115,30 119,60 123,20 126,90
13 Jasa Perusahaan 21,20 22,70 24,00 26,00 27,70 29,60
14 Adm. Pemerintah, Pertahanan&Jaminan Sosial Wajib 186,20 195,00 203,10 207,50 209,20 218,50
15 Jasa Pendidikan 143,80 151,70 162,30 176,00 189,40 202,50
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 31,30 35,00 37,50 41,20 43,60 45,00
17 Jasa lainnya 117,50 123,20 126,00 133,80 139,10 143,50
TOTAL PDRB 3.585,30 3.810,60 4.051,10 4.315,20 4.561,20 4.813,30

112
B.9 Produk Domestik Regional Bruto Kota Surabaya Tahun 2010-2015 (Miliar Rupiah)

No Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013 2014 2015


1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 431,50 441,00 467,10 504,40 522,30 547,00
2 Pertambangan dan Penggalian 16,70 17,10 17,40 18,10 18,70 19,40
3 Industri Pengolahan 45.351,20 47.601,80 51.100,70 54.429,30 59.951,80 63.458,60
4 Pengadaan Listrik dan Gas 1.948,20 1.828,00 1.643,20 1.610,60 1.569,10 1.518,50
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 416,60 451,70 461,00 470,70 474,30 498,80
6 Konstruksi 23.729,90 25.457,70 27.183,00 29.357,60 31.368,90 32.314,50
7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil 66.954,90 72.316,60 77.408,10 82.675,30 86.711,50 92.054,40
8 Transportasi dan Pergudangan 10.966,50 11.742,10 12.667,20 13.686,40 14.843,80 15.797,10
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 31.651,80 34.358,80 36.714,50 39.334,00 42.503,10 45.918,30
10 Informasi dan Komunikasi 13.366,60 14.710,70 16.403,60 18.494,10 19.701,40 20.958,30
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 9.947,30 10.687,50 11.781,10 13.778,30 14.851,40 15.964,10
12 Real Estate 6.105,90 6.631,60 7.314,00 7.747,00 8.264,40 8.683,40
13 Jasa Perusahaan 5.697,30 6.006,00 6.282,20 6.586,30 7.011,40 7.388,60
14 Adm. Pemerintah, Pertahanan&Jaminan Sosial Wajib 3.736,70 3.818,60 3.931,90 3.981,20 3.994,50 4.172,20
15 Jasa Pendidikan 5.445,00 5.685,70 6.276,80 6.758,80 7.144,70 7.595,50
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1.533,10 1.809,70 2.018,00 2.199,10 2.405,60 2.502,70
17 Jasa lainnya 3.905,50 4.122,10 4.222,20 4.419,40 4.620,60 4.836,40
TOTAL PDRB 231.204,70 247.686,70 265.892,00 286.050,60 305.957,50 324.227,80

113
LAMPIRAN C
Hasil Perhitungan Analisis Shift Share Esteban Marquillas (SSEM) Wilayah Kerja Bakorwil III
C.1 Rata-rata Perhitungan SSEM Kabupaten Malang Tahun 2010-2015
No Lapangan Usaha rij rin rn E'ij Eij-E'ij rij-rin C'ij Aij Nij Mij Dij Spesialisasi Keunggulan
1 Pertanian, Kehutanan 0,042 0,038 0,061 1.105,36 7.468,42 0,004 4,02 25,31 520,33 - 193,34 356,32 ADA ADA
Pertambangan dan
2 0,024 0,040 0,061 54,73 1.002,29 - 0,016 - 0,87 - 16,60 64,28 - 21,59 25,22 ADA TIDAK ADA
Penggalian
3 Industri Pengolahan 0,062 0,060 0,061 4.013,99 9.718,95 0,001 6,42 14,91 832,15 0,46 853,94 ADA ADA

4 Pengadaan Listrik dan Gas 0,048 -0,005 0,061 0,18 46,92 0,053 0,01 2,26 2,85 - 3,05 2,08 ADA ADA

5 Pengadaan Air 0,052 0,039 0,061 0,05 48,59 0,013 0,00 0,66 2,95 - 1,11 2,50 ADA ADA

6 Konstruksi 0,076 0,061 0,061 498,65 4.955,77 0,015 6,79 68,00 329,78 - 1,82 402,74 ADA ADA
Perdagangan Besar dan
7 0,059 0,069 0,061 1.644,36 7.415,30 - 0,010 -15,32 - 70,01 548,97 62,76 526,40 ADA TIDAK ADA
Eceran; Reparasi Mobil
Transportasi dan
8 0,082 0,075 0,061 13,81 475,21 0,008 0,10 3,53 29,57 6,64 39,84 ADA ADA
Pergudangan
9 Penyediaan Akomodasi 0,065 0,076 0,061 72,43 1.415,17 - 0,010 - 0,75 - 14,85 90,11 22,28 96,78 ADA TIDAK ADA

10 Informasi dan Komunikasi 0,095 0,092 0,061 110,49 2.010,47 0,003 0,30 5,46 128,06 61,44 195,26 ADA ADA

11 Jasa Keuangan dan Asuransi 0,089 0,095 0,061 17,37 701,15 - 0,006 - 0,12 - 4,82 43,39 23,83 62,28 ADA TIDAK ADA
-
12 Real Estate 0,059 0,072 0,061 11,51 664,57 - 0,14 - 8,03 40,97 7,14 39,94 ADA TIDAK ADA
0,013
13 Jasa Perusahaan 0,071 0,059 0,061 1,28 165,36 0,012 0,02 2,13 10,09 - 0,14 12,10 ADA ADA

14 Adm. Pemerintah 0,031 0,027 0,061 23,50 918,54 0,004 0,11 3,94 57,27 - 32,10 29,22 ADA ADA

15 Jasa Pendidikan 0,075 0,073 0,061 28,15 1.065,17 0,003 0,08 2,97 66,15 12,78 81,98 ADA ADA

16 Jasa Kesehatan 0,094 0,101 0,061 1,60 258,12 - 0,007 - 0,01 - 1,66 15,68 9,42 23,44 ADA TIDAK ADA

17 Jasa lainnya 0,045 0,044 0,061 15,02 983,84 0,001 0,01 0,36 60,61 - 16,36 44,62 ADA ADA

114
C.2 Rata-rata Perhitungan SSEM Kabupaten Pasuruan Tahun 2010-2015

No Lapangan Usaha rij rin rn E'ij Eij-E'ij rij-rin C'ij Aij Nij Mij Dij Spesialisasi Keunggulan
1 Pertanian, Kehutanan 0,039 0,038 0,061 657,82 4.443,82 0,000 0,23 1,10 309,70 - 115,03 196,00 ADA ADA
Pertambangan dan
2 0,018 0,040 0,061 23,19 424,57 - 0,023 - 0,52 - 9,78 27,24 - 9,12 7,82 ADA TIDAK ADA
Penggalian
3 Industri Pengolahan 0,075 0,060 0,061 11.606,89 28.105,43 0,014 156,98 379,14 2.402,53 11,73 2.950,38 ADA ADA

4 Pengadaan Listrik dan Gas - 0,005 - 0,005 0,061 2,92 733,66 - 0,000 - 0,02 - 1,22 44,98 - 49,88 -6,14 ADA TIDAK ADA

5 Pengadaan Air 0,034 0,039 0,061 0,03 26,83 - 0,005 - 0,00 - 0,12 1,63 - 0,61 0,90 ADA TIDAK ADA

6 Konstruksi 0,062 0,061 0,061 827,01 8.220,67 0,000 - 0,11 - 0,69 547,68 - 2,38 544,50 ADA ADA
Perdagangan Besar dan
7 0,055 0,069 0,061 1.292,98 5.830,68 - 0,013 - 17,41 - 78,84 431,71 49,36 384,82 ADA TIDAK ADA
Eceran; Reparasi Mobil
Transportasi dan
8 0,082 0,075 0,061 11,27 387,81 0,008 0,11 3,64 24,13 5,43 33,30 ADA ADA
Pergudangan
9 Penyediaan Akomodasi 0,078 0,076 0,061 107,43 2.098,61 0,002 0,32 6,13 133,50 33,25 173,20 ADA ADA

10 Informasi dan Komunikasi 0,085 0,092 0,061 112,51 2.047,69 - 0,007 - 0,95 - 16,49 130,46 62,60 175,62 ADA TIDAK ADA

11 Jasa Keuangan dan Asuransi 0,106 0,095 0,061 12,61 508,19 0,011 0,10 4,38 31,39 17,08 52,94 ADA ADA

12 Real Estate 0,068 0,072 0,061 8,92 515,00 - 0,004 - 0,04 - 2,24 31,71 5,45 34,88 ADA TIDAK ADA

13 Jasa Perusahaan 0,058 0,059 0,061 0,54 70,04 - 0,001 - 0,00 - 0,04 4,28 - 0,07 4,16 ADA TIDAK ADA

14 Adm. Pemerintah 0,025 0,027 0,061 22,22 868,00 - 0,002 - 0,05 - 1,77 54,17 - 30,37 21,98 ADA TIDAK ADA

15 Jasa Pendidikan 0,078 0,073 0,061 12,30 465,32 0,006 0,06 2,35 28,88 5,57 36,86 ADA ADA

16 Jasa Kesehatan 0,108 0,101 0,061 0,62 99,56 0,007 0,00 0,63 6,05 3,58 10,26 ADA ADA

17 Jasa lainnya 0,031 0,044 0,061 12,16 795,88 - 0,013 - 0,16 - 10,26 49,09 - 13,41 25,26 ADA TIDAK ADA

115
C.3 Rata-rata Perhitungan SSEM Kabupaten Sidoarjo Tahun 2010-2015

No Lapangan Usaha rij rin rn E'ij Eij-E'ij rij-rin C'ij Aij Nij Mij Dij Spesialisasi Keunggulan
1 Pertanian, Kehutanan 0,051 0,038 0,061 278,59 1.883,43 0,012 3,45 23,68 131,01 - 48,82 109,32 ADA ADA
Pertambangan dan
2 -0,046 0,040 0,061 7,98 145,50 -0,086 - 0,79 - 14,25 9,38 - 2,92 -8,58 ADA TIDAK ADA
Penggalian
3 Industri Pengolahan 0,061 0,060 0,061 13.625,44 32.992,46 0,001 10,21 23,37 2.823,77 7,05 2.864,40 ADA ADA

4 Pengadaan Listrik dan Gas 0,025 -0,005 0,061 4,10 1.040,30 0,030 0,12 27,88 63,28 - 68,66 22,62 ADA ADA

5 Pengadaan Air 0,047 0,039 0,061 0,08 77,98 0,008 0,00 0,60 4,74 - 1,80 3,54 ADA ADA

6 Konstruksi 0,061 0,061 0,061 790,23 7.856,01 -0,000 - 0,09 - 1,52 523,66 - 1,93 520,12 ADA TIDAK ADA
Perdagangan Besar dan
7 0,084 0,069 0,061 2.673,69 12.051,41 0,015 39,58 177,68 890,15 96,75 1.204,16 ADA ADA
Eceran; Reparasi Mobil
Transportasi dan
8 0,065 0,075 0,061 223,39 7.692,25 -0,010 - 3,22 - 105,50 479,47 107,94 478,70 ADA TIDAK ADA
Pergudangan
9 Penyediaan Akomodasi 0,079 0,076 0,061 143,51 2.803,41 0,003 0,58 11,06 178,29 44,57 234,50 ADA ADA

10 Informasi dan Komunikasi 0,094 0,092 0,061 193,72 3.525,84 0,002 0,70 11,11 224,58 108,03 344,42 ADA ADA

11 Jasa Keuangan dan Asuransi 0,099 0,095 0,061 25,45 1.026,83 0,004 0,06 2,86 63,49 34,87 101,28 ADA ADA

12 Real Estate 0,057 0,072 0,061 15,50 895,24 -0,016 - 0,21 - 12,68 55,19 9,62 51,92 ADA TIDAK ADA

13 Jasa Perusahaan 0,052 0,059 0,061 1,17 151,09 -0,007 - 0,01 - 1,15 9,23 - 0,16 7,92 ADA TIDAK ADA

14 Adm. Pemerintah 0,027 0,027 0,061 46,31 1.810,63 0,000 0,03 - 0,33 112,90 - 63,28 49,32 ADA ADA

15 Jasa Pendidikan 0,077 0,073 0,061 27,54 1.041,74 0,004 0,12 4,70 64,67 12,46 81,96 ADA ADA

16 Jasa Kesehatan 0,093 0,101 0,061 1,82 292,92 -0,008 - 0,01 - 2,30 17,81 10,71 26,20 ADA TIDAK ADA

17 Jasa lainnya 0,042 0,044 0,061 5,80 380,00 -0,002 - 0,01 - 0,93 23,42 - 6,34 16,14 ADA TIDAK ADA

116
C.4 Rata-rata Perhitungan SSEM Kabupaten Blitar Tahun 2010-2015

No Lapangan Usaha rij rin rn E'ij Eij-E'ij rij-rin C'ij Aij Nij Mij Dij Spesialisasi Keunggulan
1 Pertanian, Kehutanan 0,037 0,038 0,061 792,56 5.352,68 -0,002 - 1,23 - 7,26 373,18 - 138,61 226,08 ADA TIDAK ADA
Pertambangan dan
2 0,038 0,040 0,061 42,12 772,24 -0,002 - 0,08 - 2,09 49,46 - 16,52 30,78 ADA TIDAK ADA
Penggalian
3 Industri Pengolahan 0,046 0,060 0,061 692,05 1.675,61 -0,015 - 9,64 - 23,55 143,70 - 0,25 110,26 ADA TIDAK ADA

4 Pengadaan Listrik dan Gas 0,044 -0,005 0,061 0,06 14,36 0,050 0,00 0,66 0,87 - 0,94 0,60 ADA ADA

5 Pengadaan Air 0,020 0,039 0,061 0,01 7,07 -0,019 - 0,00 - 0,13 0,43 - 0,16 0,14 ADA TIDAK ADA

6 Konstruksi 0,056 0,061 0,061 146,09 1.452,21 -0,005 - 0,72 - 7,19 96,77 - 0,47 88,40 ADA TIDAK ADA
Perdagangan Besar dan
7 0,074 0,069 0,061 559,80 2.523,80 0,006 3,65 16,09 186,57 20,74 227,06 ADA ADA
Eceran; Reparasi Mobil
Transportasi dan
8 0,057 0,075 0,061 6,14 211,36 -0,018 - 0,10 - 3,48 13,18 2,98 12,58 ADA TIDAK ADA
Pergudangan
9 Penyediaan Akomodasi 0,072 0,076 0,061 7,69 150,17 -0,003 - 0,04 - 0,72 9,55 2,36 11,16 ADA TIDAK ADA

10 Informasi dan Komunikasi 0,081 0,092 0,061 54,37 990,45 -0,011 - 0,52 - 10,09 63,17 30,51 83,06 ADA TIDAK ADA

11 Jasa Keuangan dan Asuransi 0,123 0,095 0,061 9,10 366,92 0,027 0,10 5,17 22,68 12,63 40,58 ADA ADA

12 Real Estate 0,059 0,072 0,061 5,89 340,31 -0,013 - 0,07 - 4,15 20,98 3,65 20,42 ADA TIDAK ADA

13 Jasa Perusahaan 0,044 0,059 0,061 0,50 64,60 -0,015 - 0,01 - 1,01 3,95 - 0,07 2,86 ADA TIDAK ADA

14 Adm. Pemerintah 0,027 0,027 0,061 16,85 658,51 0,000 0,01 0,17 41,07 - 23,03 18,22 ADA ADA

15 Jasa Pendidikan 0,061 0,073 0,061 18,66 706,08 -0,011 - 0,19 - 7,47 43,91 8,43 44,68 ADA TIDAK ADA

16 Jasa Kesehatan 0,088 0,101 0,061 0,85 136,21 -0,013 - 0,01 - 1,70 8,28 4,99 11,56 ADA TIDAK ADA

17 Jasa lainnya 0,051 0,044 0,061 4,13 270,53 0,007 0,03 1,65 16,66 - 4,47 13,86 ADA ADA

117
C.5 Rata-rata Perhitungan SSEM Kota Blitar Tahun 2010-2015

No Lapangan Usaha rij rin rn E'ij Eij-E'ij rij-rin C'ij Aij Nij Mij Dij Spesialisasi Keunggulan
1 Pertanian, Kehutanan 0,011 0,038 0,061 14,68 99,00 -0,028 - 0,41 - 2,74 6,92 - 2,56 1,22 ADA TIDAK ADA
Pertambangan dan
2 -0,050 0,040 0,061 0,02 0,32 -0,090 - 0,00 - 0,03 0,02 - 0,01 - 0,02 ADA TIDAK ADA
Penggalian
3 Industri Pengolahan 0,056 0,060 0,061 87,15 211,03 -0,005 - 0,37 - 0,90 18,07 0,01 16,82 ADA TIDAK ADA

4 Pengadaan Listrik dan Gas 0,041 -0,005 0,061 0,01 2,59 0,046 0,00 0,11 0,16 - 0,17 0,10 ADA ADA

5 Pengadaan Air -0,006 0,039 0,061 0,01 6,59 -0,045 - 0,00 - 0,30 0,40 - 0,14 - 0,04 ADA TIDAK ADA

6 Konstruksi 0,056 0,061 0,061 21,45 213,21 -0,006 - 0,11 - 1,11 14,22 - 0,04 12,96 ADA TIDAK ADA
Perdagangan Besar dan
7 0,074 0,069 0,061 137,72 620,88 0,005 0,84 3,69 45,90 5,11 55,54 ADA ADA
Eceran; Reparasi Mobil
Transportasi dan
8 0,065 0,075 0,061 3,57 122,99 -0,009 - 0,03 - 1,08 7,67 1,73 8,28 ADA TIDAK ADA
Pergudangan
9 Penyediaan Akomodasi 0,082 0,076 0,061 7,21 140,89 0,006 0,05 0,90 8,96 2,23 12,14 ADA ADA

10 Informasi dan Komunikasi 0,073 0,092 0,061 20,36 371,10 -0,018 - 0,35 - 6,56 23,69 11,54 28,32 ADA TIDAK ADA

11 Jasa Keuangan dan Asuransi 0,084 0,095 0,061 7,58 306,12 -0,011 - 0,07 - 2,91 18,96 10,42 26,40 ADA TIDAK ADA

12 Real Estate 0,065 0,072 0,061 2,18 125,70 -0,007 - 0,01 - 0,75 7,74 1,34 8,32 ADA TIDAK ADA

13 Jasa Perusahaan 0,031 0,059 0,061 0,22 27,90 -0,028 - 0,01 - 0,78 1,71 - 0,04 0,88 ADA TIDAK ADA

14 Adm. Pemerintah 0,023 0,027 0,061 6,07 237,13 -0,004 - 0,02 - 0,90 14,79 - 8,27 5,60 ADA TIDAK ADA

15 Jasa Pendidikan 0,064 0,073 0,061 5,37 203,27 -0,008 - 0,04 - 1,57 12,64 2,43 13,46 ADA TIDAK ADA

16 Jasa Kesehatan 0,081 0,101 0,061 0,38 60,90 -0,020 - 0,01 - 1,17 3,70 2,25 4,78 ADA TIDAK ADA

17 Jasa lainnya 0,031 0,044 0,061 2,73 178,97 -0,013 - 0,03 - 2,30 11,04 - 3,02 5,68 ADA TIDAK ADA

118
C.6 Rata-rata Perhitungan SSEM Kota Malang Tahun 2010-2015

No Lapangan Usaha rij rin rn E'ij Eij-E'ij rij-rin C'ij Aij Nij Mij Dij Spesialisasi Keunggulan
1 Pertanian, Kehutanan 0,010 0,038 0,061 13,39 90,27 - 0,028 - 0,38 - 2,52 6,31 - 2,33 1,08 ADA TIDAK ADA
Pertambangan dan
2 - 0,028 0,040 0,061 2,19 39,87 - 0,069 - 0,15 - 2,72 2,57 - 0,88 - 1,18 ADA TIDAK ADA
Penggalian
3 Industri Pengolahan 0,025 0,060 0,061 2.785,36 6.744,78 - 0,035 - 97,83 - 237,69 579,26 - 1,78 241,96 ADA TIDAK ADA

4 Pengadaan Listrik dan Gas 0,042 - 0,005 0,061 0,06 14,46 0,047 0,00 0,62 0,88 - 0,94 0,56 ADA ADA

5 Pengadaan Air 0,050 0,039 0,061 0,08 76,06 0,011 0,00 0,85 4,62 - 1,72 3,74 ADA ADA

6 Konstruksi 0,077 0,061 0,061 390,43 3.880,45 0,016 6,44 63,65 258,25 - 1,75 326,58 ADA ADA
Perdagangan Besar dan
7 0,068 0,069 0,061 1.961,78 8.845,62 - 0,000 1,27 4,36 654,35 73,81 733,80 ADA TIDAK ADA
Eceran; Reparasi Mobil
Transportasi dan
8 0,068 0,075 0,061 24,16 832,10 - 0,007 - 0,13 - 4,74 51,84 11,70 58,66 ADA TIDAK ADA
Pergudangan
9 Penyediaan Akomodasi 0,087 0,076 0,061 70,44 1.375,80 0,011 0,81 15,68 87,41 22,01 125,92 ADA ADA

10 Informasi dan Komunikasi 0,094 0,092 0,061 80,43 1.463,91 0,002 0,39 5,92 93,25 44,66 144,22 ADA ADA

11 Jasa Keuangan dan Asuransi 0,087 0,095 0,061 21,33 861,55 - 0,008 - 0,14 - 6,05 53,33 29,22 76,36 ADA TIDAK ADA

12 Real Estate 0,075 0,072 0,061 8,68 500,90 0,003 0,03 1,84 30,84 5,29 38,00 ADA ADA

13 Jasa Perusahaan 0,072 0,059 0,061 1,92 247,36 0,013 0,03 3,26 15,09 - 0,20 18,18 ADA ADA

14 Adm. Pemerintah 0,022 0,027 0,061 14,75 576,25 - 0,005 - 0,07 - 3,04 35,96 - 20,17 12,68 ADA TIDAK ADA

15 Jasa Pendidikan 0,080 0,073 0,061 65,50 2.477,84 0,008 0,58 21,29 153,84 29,66 205,36 ADA ADA

16 Jasa Kesehatan 0,105 0,101 0,061 5,00 804,54 0,004 0,04 5,32 48,88 29,30 83,54 ADA ADA

17 Jasa lainnya 0,038 0,044 0,061 17,72 1.160,78 - 0,005 - 0,10 - 6,68 71,55 - 19,41 45,36 ADA TIDAK ADA

119
C.7 Rata-rata Perhitungan SSEM Kota Batu Tahun 2010-2015

No Lapangan Usaha rij rin rn E'ij Eij-E'ij rij-rin C'ij Aij Nij Mij Dij Spesialisasi Keunggulan
1 Pertanian, Kehutanan 0,035 0,038 0,061 160,83 1.086,09 - 0,003 - 0,51 - 3,53 75,74 - 28,10 43,60 ADA TIDAK ADA
Pertambangan dan
2 0,035 0,040 0,061 0,76 13,90 - 0,006 - 0,00 - 0,09 0,89 - 0,30 0,50 ADA TIDAK ADA
Penggalian
3 Industri Pengolahan 0,069 0,060 0,061 97,71 236,59 0,008 0,82 1,96 20,24 0,07 23,10 ADA ADA

4 Pengadaan Listrik dan Gas 0,074 - 0,005 0,061 0,02 4,00 0,079 0,00 0,30 0,24 - 0,26 0,28 ADA ADA

5 Pengadaan Air 0,064 0,039 0,061 0,02 15,30 0,025 0,00 0,38 0,93 - 0,35 0,96 ADA ADA

6 Konstruksi 0,104 0,061 0,061 66,31 658,89 0,043 2,98 29,48 43,76 - 0,47 75,74 ADA ADA
Perdagangan Besar dan
7 0,080 0,069 0,061 257,61 1.161,25 0,012 3,11 13,85 85,80 9,42 112,18 ADA ADA
Eceran; Reparasi Mobil
Transportasi dan
8 0,083 0,075 0,061 2,78 95,56 0,008 0,03 0,87 5,95 1,34 8,18 ADA ADA
Pergudangan
9 Penyediaan Akomodasi 0,084 0,076 0,061 36,00 703,24 0,008 0,34 6,54 44,71 11,20 62,80 ADA ADA

10 Informasi dan Komunikasi 0,086 0,092 0,061 28,71 523,03 - 0,006 - 0,10 - 2,27 33,34 16,08 47,06 ADA TIDAK ADA

11 Jasa Keuangan dan Asuransi 0,083 0,095 0,061 6,67 269,65 - 0,012 - 0,08 - 3,26 16,70 9,20 22,56 ADA TIDAK ADA

12 Real Estate 0,082 0,072 0,061 3,74 215,86 0,010 0,04 2,09 13,27 2,24 17,64 ADA ADA

13 Jasa Perusahaan 0,065 0,059 0,061 0,29 36,95 0,006 0,00 0,23 2,26 - 0,03 2,46 ADA ADA

14 Adm. Pemerintah 0,036 0,027 0,061 5,27 205,93 0,009 0,05 1,76 12,83 - 7,20 7,44 ADA ADA

15 Jasa Pendidikan 0,072 0,073 0,061 7,53 285,01 - 0,000 - 0,01 - 0,31 17,69 3,41 20,78 ADA TIDAK ADA

16 Jasa Kesehatan 0,089 0,101 0,061 0,38 60,60 - 0,012 - 0,00 - 0,68 3,68 2,22 5,22 ADA TIDAK ADA

17 Jasa lainnya 0,061 0,044 0,061 18,94 1.241,94 0,017 0,33 21,46 76,40 - 20,35 77,84 ADA ADA

120
C.8 Rata-rata Perhitungan SSEM Kota Pasuruan Tahun 2010-2015

No Lapangan Usaha rij rin rn E'ij Eij-E'ij rij-rin C'ij Aij Nij Mij Dij Spesialisasi Keunggulan
1 Pertanian, Kehutanan 0,016 0,038 0,061 14,32 96,58 - 0,023 - 0,33 - 2,18 6,75 - 2,50 1,74 ADA TIDAK ADA
Pertambangan dan
2 - 0,023 0,040 0,061 0,09 1,67 - 0,063 - 0,01 - 0,10 0,11 - 0,04 - 0,04 ADA TIDAK ADA
Penggalian
3 Industri Pengolahan 0,049 0,060 0,061 246,97 598,03 - 0,011 - 2,80 - 6,88 51,27 0,01 41,60 ADA TIDAK ADA

4 Pengadaan Listrik dan Gas 0,046 - 0,005 0,061 0,01 3,61 0,051 0,00 0,18 0,22 - 0,24 0,16 ADA ADA

5 Pengadaan Air 0,021 0,039 0,061 0,01 12,39 - 0,018 - 0,00 - 0,22 0,75 - 0,28 0,26 ADA TIDAK ADA

6 Konstruksi 0,061 0,061 0,061 22,78 226,46 - 0,001 - 0,02 - 0,17 15,10 - 0,05 14,86 ADA TIDAK ADA
Perdagangan Besar dan
7 0,064 0,069 0,061 205,60 927,06 - 0,005 - 0,85 - 3,98 68,59 7,76 71,52 ADA TIDAK ADA
Eceran; Reparasi Mobil
Transportasi dan
8 0,053 0,075 0,061 6,49 223,57 - 0,021 - 0,13 - 4,65 13,95 3,16 12,32 ADA TIDAK ADA
Pergudangan
9 Penyediaan Akomodasi 0,108 0,076 0,061 8,21 160,35 0,032 0,26 5,13 10,17 2,60 18,16 ADA ADA

10 Informasi dan Komunikasi 0,079 0,092 0,061 18,24 332,38 - 0,012 - 0,17 - 3,48 21,20 10,25 27,80 ADA TIDAK ADA

11 Jasa Keuangan dan Asuransi 0,090 0,095 0,061 6,99 282,43 - 0,005 - 0,03 - 1,39 17,48 9,61 25,66 ADA TIDAK ADA

12 Real Estate 0,032 0,072 0,061 1,97 113,67 - 0,040 - 0,08 - 4,46 7,02 1,25 3,74 ADA TIDAK ADA

13 Jasa Perusahaan 0,069 0,059 0,061 0,19 24,13 0,010 0,00 0,22 1,47 - 0,02 1,68 ADA ADA

14 Adm. Pemerintah 0,033 0,027 0,061 4,99 195,21 0,006 0,03 1,08 12,17 - 6,81 6,46 ADA ADA

15 Jasa Pendidikan 0,071 0,073 0,061 4,24 160,40 - 0,002 - 0,00 - 0,13 9,96 1,91 11,74 ADA TIDAK ADA

16 Jasa Kesehatan 0,076 0,101 0,061 0,23 37,49 - 0,026 - 0,01 - 0,93 2,28 1,39 2,74 ADA TIDAK ADA

17 Jasa lainnya 0,041 0,044 0,061 1,92 126,00 - 0,003 - 0,01 - 0,46 7,76 - 2,10 5,20 ADA TIDAK ADA

121
C.9 Rata-rata Perhitungan SSEM Kota Surabaya Tahun 2010-2015

No Lapangan Usaha rij rin rn E'ij Eij-E'ij rij-rin C'ij Aij Nij Mij Dij Spesialisasi Keunggulan
1 Pertanian, Kehutanan 0,049 0,038 0,061 60,99 412,27 0,010 0,64 4,43 28,69 - 10,67 23,10 ADA ADA
Pertambangan dan
2 0,030 0,040 0,061 0,91 16,69 - 0,010 - 0,01 - 0,17 1,07 - 0,35 0,54 ADA TIDAK ADA
Penggalian
3 Industri Pengolahan 0,070 0,060 0,061 15.107,95 36.579,01 0,009 141,15 343,62 3.127,89 8,83 3.621,48 ADA ADA

4 Pengadaan Listrik dan Gas -0,048 -0,005 0,061 6,84 1.712,98 - 0,043 - 0,30 - 74,87 105,30 - 116,06 - 85,94 ADA TIDAK ADA

5 Pengadaan Air 0,037 0,039 0,061 0,48 454,38 - 0,002 - 0,00 - 0,84 27,65 - 10,36 16,44 ADA TIDAK ADA

6 Konstruksi 0,064 0,061 0,061 2.506,26 24.913,16 0,003 6,02 59,20 1.659,65 - 7,96 1.716,92 ADA ADA
Perdagangan Besar dan
7 0,066 0,069 0,061 14.015,68 63.197,60 - 0,003 - 32,57 - 153,11 4.676,46 529,12 5.019,90 ADA TIDAK ADA
Eceran; Reparasi Mobil
Transportasi dan
8 0,076 0,075 0,061 360,76 12.420,44 0,001 0,58 18,31 773,13 174,09 966,12 ADA ADA
Pergudangan
9 Penyediaan Akomodasi 0,077 0,076 0,061 1.797,51 35.114,93 0,002 3,21 60,13 2.233,87 556,09 2.853,30 ADA ADA

10 Informasi dan Komunikasi 0,094 0,092 0,061 861,51 15.673,77 0,003 2,25 40,70 998,11 477,28 1.518,34 ADA ADA

11 Jasa Keuangan dan Asuransi 0,100 0,095 0,061 295,36 11.913,76 0,005 1,72 65,74 736,39 399,50 1.203,36 ADA ADA

12 Real Estate 0,073 0,072 0,061 122,84 7.089,74 0,001 0,07 4,36 436,37 74,70 515,50 ADA ADA

13 Jasa Perusahaan 0,053 0,059 0,061 48,53 6.268,11 - 0,006 - 0,28 - 38,08 383,01 - 6,39 338,26 ADA TIDAK ADA

14 Adm. Pemerintah 0,022 0,027 0,061 97,14 3.795,44 - 0,005 - 0,43 - 16,86 236,77 - 132,37 87,10 ADA TIDAK ADA

15 Jasa Pendidikan 0,069 0,073 0,061 161,26 6.100,94 - 0,004 - 0,56 - 21,21 378,91 72,96 430,10 ADA TIDAK ADA

16 Jasa Kesehatan 0,104 0,101 0,061 12,31 1.980,79 0,002 0,01 2,53 120,27 71,11 193,92 ADA ADA

17 Jasa lainnya 0,044 0,044 0,061 64,02 4.193,94 - 0,000 - 0,02 - 2,25 258,46 - 70,01 186,18 ADA TIDAK ADA

122
LAMPIRAN D
Hasil Perhitungan Analisis Location Quotient (LQ) Wilayah Kerja Bakorwil III
D.1 Analisis Location Quotient (LQ) Kabupaten Malang Tahun 2010-2015

No Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013 2014 2015 rata-rata Kriteria
1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1,393 1,416 1,422 1,434 1,423 1,425 1,419 Basis
2 Pertambangan dan Penggalian 0,445 0,431 0,434 0,439 0,433 0,414 0,433 Non Basis
3 Industri Pengolahan 1,005 1,010 1,005 0,986 1,002 1,015 1,004 Basis
4 Pengadaan Listrik dan Gas 0,215 0,239 0,272 0,282 0,274 0,279 0,260 Non Basis
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 0,964 0,951 0,984 1,013 1,028 1,034 0,996 Non Basis
6 Konstruksi 1,216 1,251 1,274 1,299 1,303 1,310 1,276 Basis
7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil 1,092 1,068 1,052 1,060 1,053 1,048 1,062 Basis
8 Transportasi dan Pergudangan 0,363 0,363 0,369 0,376 0,373 0,378 0,370 Non Basis
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0,661 0,644 0,656 0,658 0,639 0,633 0,649 Non Basis
10 Informasi dan Komunikasi 0,863 0,876 0,865 0,870 0,875 0,879 0,871 Non Basis
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 0,640 0,637 0,638 0,632 0,632 0,625 0,634 Non Basis
12 Real Estate 0,883 0,857 0,840 0,836 0,825 0,834 0,846 Non Basis
13 Jasa Perusahaan 0,454 0,457 0,465 0,465 0,469 0,483 0,465 Non Basis
14 Adm. Pemerintah, Pertahanan&Jaminan Sosial Wajib 0,795 0,798 0,807 0,818 0,818 0,816 0,809 Non Basis
15 Jasa Pendidikan 0,901 0,909 0,905 0,904 0,907 0,916 0,907 Non Basis
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,921 0,896 0,880 0,893 0,913 0,895 0,899 Non Basis
17 Jasa lainnya 1,400 1,414 1,424 1,430 1,414 1,412 1,416 Basis

123
D.2 Analisis Location Quotient (LQ) Kabupaten Pasuruan Tahun 2010-2015

No Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013 2014 2015 rata-rata Kriteria
1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0,567 0,570 0,567 0,559 0,554 0,553 0,562 Non Basis
2 Pertambangan dan Penggalian 0,129 0,123 0,123 0,122 0,120 0,113 0,122 Non Basis
3 Industri Pengolahan 1,889 1,925 1,942 1,951 1,942 1,965 1,936 Basis
4 Pengadaan Listrik dan Gas 2,918 2,817 2,555 2,518 2,565 2,813 2,698 Basis
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 0,370 0,363 0,366 0,362 0,363 0,353 0,363 Non Basis
6 Konstruksi 1,413 1,423 1,409 1,404 1,391 1,379 1,403 Basis
7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil 0,579 0,570 0,556 0,550 0,542 0,529 0,554 Non Basis
8 Transportasi dan Pergudangan 0,205 0,199 0,199 0,199 0,203 0,207 0,202 Non Basis
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0,653 0,642 0,643 0,643 0,641 0,644 0,644 Non Basis
10 Informasi dan Komunikasi 0,601 0,599 0,594 0,589 0,577 0,566 0,588 Non Basis
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 0,298 0,304 0,307 0,314 0,308 0,305 0,306 Non Basis
12 Real Estate 0,446 0,445 0,438 0,434 0,429 0,426 0,436 Non Basis
13 Jasa Perusahaan 0,133 0,132 0,130 0,130 0,129 0,129 0,130 Non Basis
14 Adm. Pemerintah, Pertahanan&Jaminan Sosial Wajib 0,517 0,516 0,511 0,504 0,499 0,499 0,508 Non Basis
15 Jasa Pendidikan 0,263 0,264 0,265 0,265 0,262 0,262 0,263 Non Basis
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,231 0,233 0,231 0,231 0,231 0,232 0,231 Non Basis
17 Jasa lainnya 0,797 0,780 0,766 0,752 0,736 0,729 0,760 Non Basis

124
D.3 Analisis Location Quotient (LQ) Kabupaten Sidoarjo Tahun 2010-2015

No Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013 2014 2015 rata-rata Kriteria
1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0,179 0,173 0,179 0,182 0,183 0,185 0,180 Non Basis
2 Pertambangan dan Penggalian 0,041 0,031 0,032 0,027 0,030 0,025 0,031 Non Basis
3 Industri Pengolahan 1,717 1,720 1,703 1,696 1,679 1,686 1,700 Basis
4 Pengadaan Listrik dan Gas 2,605 2,661 2,842 3,003 3,111 2,928 2,858 Basis
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 0,778 0,789 0,802 0,798 0,807 0,791 0,794 Non Basis
6 Konstruksi 1,028 1,028 1,010 0,990 0,997 1,003 1,009 Basis
7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil 0,849 0,854 0,857 0,876 0,885 0,889 0,868 Non Basis
8 Transportasi dan Pergudangan 2,956 3,078 3,117 3,011 2,829 2,747 2,956 Basis
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0,654 0,637 0,644 0,648 0,646 0,650 0,646 Non Basis
10 Informasi dan Komunikasi 0,776 0,774 0,768 0,746 0,761 0,768 0,765 Non Basis
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 0,464 0,466 0,473 0,464 0,461 0,461 0,465 Non Basis
12 Real Estate 0,612 0,583 0,565 0,555 0,551 0,556 0,570 Non Basis
13 Jasa Perusahaan 0,216 0,214 0,216 0,209 0,204 0,204 0,211 Non Basis
14 Adm. Pemerintah, Pertahanan&Jaminan Sosial Wajib 0,791 0,801 0,799 0,797 0,798 0,775 0,793 Non Basis
15 Jasa Pendidikan 0,446 0,443 0,444 0,443 0,440 0,445 0,444 Non Basis
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,529 0,521 0,507 0,501 0,503 0,498 0,510 Non Basis
17 Jasa lainnya 0,276 0,277 0,276 0,273 0,269 0,268 0,273 Non Basis

125
D.4 Analisis Location Quotient (LQ) Kabupaten Blitar Tahun 2010-2015

No Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013 2014 2015 rata-rata Kriteria
1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2,618 2,620 2,647 2,656 2,664 2,705 2,652 Basis
2 Pertambangan dan Penggalian 0,842 0,850 0,867 0,898 0,908 0,870 0,872 Non Basis
3 Industri Pengolahan 0,461 0,460 0,442 0,442 0,442 0,447 0,449 Non Basis
4 Pengadaan Listrik dan Gas 0,171 0,190 0,219 0,220 0,220 0,227 0,208 Non Basis
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 0,392 0,363 0,369 0,368 0,380 0,372 0,374 Non Basis
6 Konstruksi 0,960 0,960 0,960 0,973 0,988 0,976 0,969 Non Basis
7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil 0,919 0,916 0,935 0,954 0,974 0,984 0,947 Non Basis
8 Transportasi dan Pergudangan 0,442 0,432 0,424 0,417 0,424 0,424 0,427 Non Basis
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0,174 0,173 0,185 0,184 0,181 0,178 0,179 Non Basis
10 Informasi dan Komunikasi 1,128 1,135 1,103 1,102 1,114 1,118 1,116 Basis
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 0,741 0,880 0,913 0,884 0,883 0,862 0,861 Non Basis
12 Real Estate 1,153 1,143 1,121 1,109 1,116 1,129 1,128 Basis
13 Jasa Perusahaan 0,468 0,472 0,482 0,471 0,456 0,454 0,467 Non Basis
14 Adm. Pemerintah, Pertahanan&Jaminan Sosial Wajib 1,464 1,478 1,513 1,526 1,535 1,527 1,507 Basis
15 Jasa Pendidikan 1,589 1,585 1,547 1,523 1,564 1,568 1,563 Basis
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,253 1,219 1,206 1,213 1,284 1,228 1,234 Basis
17 Jasa lainnya 0,961 1,001 1,031 1,030 1,035 1,035 1,015 Basis

126
D.5 Analisis Location Quotient (LQ) Kota Blitar Tahun 2010-2015

No Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013 2014 2015 rata-rata Kriteria
1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0,288 0,285 0,270 0,263 0,257 0,250 0,269 Non Basis
2 Pertambangan dan Penggalian 0,003 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002 Non Basis
3 Industri Pengolahan 0,320 0,317 0,314 0,312 0,310 0,311 0,314 Non Basis
4 Pengadaan Listrik dan Gas 0,178 0,197 0,220 0,213 0,215 0,221 0,207 Non Basis
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 2,193 1,985 1,910 1,827 1,822 1,753 1,915 Basis
6 Konstruksi 0,807 0,804 0,794 0,777 0,779 0,782 0,791 Non Basis
7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil 1,283 1,273 1,280 1,291 1,309 1,309 1,291 Basis
8 Transportasi dan Pergudangan 1,422 1,401 1,389 1,355 1,356 1,354 1,380 Basis
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0,928 0,919 0,940 0,949 0,946 0,950 0,939 Non Basis
10 Informasi dan Komunikasi 2,433 2,425 2,329 2,239 2,241 2,227 2,316 Basis
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 4,157 4,078 4,027 3,912 3,938 3,940 4,009 Basis
12 Real Estate 2,375 2,328 2,309 2,299 2,279 2,290 2,313 Basis
13 Jasa Perusahaan 1,187 1,166 1,152 1,102 1,054 1,034 1,116 Basis
14 Adm. Pemerintah, Pertahanan&Jaminan Sosial Wajib 3,012 2,971 3,023 3,029 3,035 2,945 3,002 Basis
15 Jasa Pendidikan 2,571 2,550 2,499 2,442 2,452 2,459 2,495 Basis
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 3,227 3,086 3,038 3,045 3,004 2,929 3,055 Basis
17 Jasa lainnya 3,807 3,806 3,771 3,657 3,618 3,562 3,703 Basis

127
D.6 Analisis Location Quotient (LQ) Kota Malang Tahun 2010-2015

No Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013 2014 2015 rata-rata Kriteria
1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0,024 0,024 0,023 0,022 0,021 0,021 0,022 Non Basis
2 Pertambangan dan Penggalian 0,026 0,024 0,023 0,022 0,021 0,019 0,022 Non Basis
3 Industri Pengolahan 0,976 0,962 0,930 0,895 0,854 0,830 0,908 Non Basis
4 Pengadaan Listrik dan Gas 0,089 0,099 0,114 0,112 0,109 0,113 0,106 Non Basis
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 2,004 1,945 2,023 2,101 2,161 2,125 2,060 Basis
6 Konstruksi 1,278 1,301 1,314 1,321 1,364 1,384 1,327 Basis
7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil 1,690 1,670 1,667 1,679 1,691 1,697 1,682 Basis
8 Transportasi dan Pergudangan 0,875 0,852 0,857 0,846 0,852 0,853 0,856 Non Basis
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0,819 0,805 0,836 0,853 0,866 0,867 0,841 Non Basis
10 Informasi dan Komunikasi 0,845 0,843 0,831 0,829 0,847 0,859 0,842 Non Basis
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 1,052 1,043 1,034 1,023 1,023 1,021 1,032 Basis
12 Real Estate 0,848 0,842 0,843 0,843 0,846 0,863 0,847 Non Basis
13 Jasa Perusahaan 0,893 0,902 0,928 0,923 0,926 0,953 0,921 Non Basis
14 Adm. Pemerintah, Pertahanan&Jaminan Sosial Wajib 0,669 0,670 0,674 0,670 0,668 0,656 0,668 Non Basis
15 Jasa Pendidikan 2,754 2,801 2,774 2,774 2,822 2,872 2,800 Basis
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 3,766 3,665 3,675 3,712 3,746 3,858 3,737 Basis
17 Jasa lainnya 2,207 2,222 2,236 2,209 2,191 2,162 2,204 Basis

128
D.7 Analisis Location Quotient (LQ) Kota Batu Tahun 2010-2015

No Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013 2014 2015 rata-rata Kriteria
1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1,314 1,324 1,300 1,267 1,252 1,237 1,282 Basis
2 Pertambangan dan Penggalian 0,038 0,037 0,038 0,038 0,038 0,035 0,037 Non Basis
3 Industri Pengolahan 0,153 0,154 0,153 0,153 0,150 0,152 0,152 Non Basis
4 Pengadaan Listrik dan Gas 0,112 0,127 0,145 0,149 0,151 0,157 0,140 Non Basis
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 1,883 1,847 1,960 1,982 2,053 2,028 1,959 Basis
6 Konstruksi 1,008 1,020 1,050 1,069 1,117 1,173 1,073 Basis
7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil 1,039 1,029 1,032 1,048 1,054 1,048 1,042 Basis
8 Transportasi dan Pergudangan 0,471 0,462 0,464 0,459 0,466 0,467 0,465 Non Basis
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 2,048 1,997 2,012 2,027 2,028 2,035 2,024 Basis
10 Informasi dan Komunikasi 1,485 1,454 1,411 1,370 1,380 1,382 1,414 Basis
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 1,595 1,577 1,545 1,482 1,469 1,442 1,518 Basis
12 Real Estate 1,707 1,702 1,715 1,732 1,728 1,708 1,715 Basis
13 Jasa Perusahaan 0,647 0,646 0,654 0,645 0,639 0,637 0,645 Non Basis
14 Adm. Pemerintah, Pertahanan&Jaminan Sosial Wajib 1,115 1,129 1,141 1,142 1,133 1,113 1,129 Basis
15 Jasa Pendidikan 1,525 1,523 1,515 1,508 1,501 1,454 1,504 Basis
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,383 1,329 1,301 1,303 1,304 1,252 1,312 Basis
17 Jasa lainnya 10,938 11,066 11,276 11,286 11,306 11,360 11,205 Basis

129
D.8 Analisis Location Quotient (LQ) Kota Pasuruan Tahun 2010-2015

No Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013 2014 2015 rata-rata Kriteria
1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0,222 0,217 0,213 0,206 0,202 0,199 0,210 Non Basis
2 Pertambangan dan Penggalian 0,009 0,009 0,009 0,008 0,008 0,007 0,008 Non Basis
3 Industri Pengolahan 0,727 0,734 0,714 0,702 0,687 0,690 0,709 Non Basis
4 Pengadaan Listrik dan Gas 0,197 0,214 0,241 0,240 0,246 0,253 0,232 Non Basis
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 3,030 2,882 2,935 2,852 2,871 2,789 2,893 Basis
6 Konstruksi 0,671 0,678 0,674 0,668 0,665 0,669 0,671 Non Basis
7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil 1,557 1,528 1,530 1,526 1,538 1,525 1,534 Basis
8 Transportasi dan Pergudangan 2,113 2,049 2,021 1,946 1,935 1,913 1,996 Basis
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0,798 0,797 0,837 0,886 0,919 0,926 0,860 Non Basis
10 Informasi dan Komunikasi 1,736 1,704 1,648 1,610 1,634 1,644 1,663 Basis
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 2,982 2,989 2,982 2,903 2,935 2,919 2,952 Basis
12 Real Estate 1,833 1,746 1,671 1,608 1,550 1,520 1,655 Basis
13 Jasa Perusahaan 0,754 0,770 0,791 0,795 0,781 0,791 0,780 Non Basis
14 Adm. Pemerintah, Pertahanan&Jaminan Sosial Wajib 1,939 1,939 1,998 2,008 2,016 1,996 1,983 Basis
15 Jasa Pendidikan 1,593 1,584 1,565 1,556 1,574 1,583 1,576 Basis
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,599 1,524 1,480 1,500 1,470 1,424 1,499 Basis
17 Jasa lainnya 2,077 2,103 2,098 2,111 2,084 2,049 2,087 Basis

130
D.9 Analisis Location Quotient (LQ) Kota Surabaya Tahun 2010-2015

No Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013 2014 2015 rata-rata Kriteria
1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0,014 0,014 0,014 0,014 0,014 0,014 0,014 Non Basis
2 Pertambangan dan Penggalian 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 Non Basis
3 Industri Pengolahan 0,664 0,662 0,662 0,656 0,664 0,664 0,662 Non Basis
4 Pengadaan Listrik dan Gas 1,858 1,767 1,632 1,533 1,438 1,428 1,609 Basis
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 1,659 1,642 1,649 1,594 1,586 1,576 1,618 Basis
6 Konstruksi 1,134 1,139 1,124 1,108 1,111 1,100 1,119 Basis
7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil 1,642 1,614 1,586 1,572 1,558 1,552 1,587 Basis
8 Transportasi dan Pergudangan 1,735 1,700 1,699 1,667 1,681 1,670 1,692 Basis
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 2,880 2,831 2,844 2,843 2,793 2,782 2,829 Basis
10 Informasi dan Komunikasi 1,205 1,207 1,190 1,181 1,176 1,169 1,188 Basis
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 1,931 1,889 1,868 1,893 1,892 1,888 1,893 Basis
12 Real Estate 1,604 1,592 1,615 1,571 1,550 1,544 1,579 Basis
13 Jasa Perusahaan 3,140 3,135 3,156 3,037 2,948 2,932 3,058 Basis
14 Adm. Pemerintah, Pertahanan&Jaminan Sosial Wajib 0,603 0,584 0,589 0,581 0,574 0,566 0,583 Non Basis
15 Jasa Pendidikan 0,935 0,914 0,922 0,901 0,885 0,881 0,906 Non Basis
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,214 1,213 1,213 1,208 1,209 1,175 1,205 Basis
17 Jasa lainnya 1,070 1,082 1,071 1,052 1,032 1,025 1,056 Basis

131
LAMPIRAN E
Hasil Perhitungan Analisis Dynamic Location Quotient (DLQ) Wilayah kerja Bakorwil III
E.1 Analisis Dynamic Location Quotient (DLQ) Kabupaten Malang Tahun 2010-2015

No Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015 rata-rata Kriteria


1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1,342 1,071 1,170 0,834 1,027 1,089 Potensi
2 Pertambangan dan Penggalian 0,607 1,609 1,411 0,655 0,453 0,947 Non Potensi
3 Industri Pengolahan 1,107 0,927 0,673 1,196 1,209 1,022 Potensi
4 Pengadaan Listrik dan Gas -10,567 -4,774 1,976 0,309 0,186 -2,574 Non Potensi
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 0,849 2,832 1,607 2,292 1,094 1,735 Potensi
6 Konstruksi 1,421 1,226 1,289 1,052 1,098 1,217 Potensi
7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil 0,758 0,827 1,126 0,886 0,924 0,904 Non Potensi
8 Transportasi dan Pergudangan 0,976 1,206 1,277 0,904 1,181 1,109 Potensi
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0,739 1,275 1,042 0,696 0,889 0,929 Non Potensi
10 Informasi dan Komunikasi 1,151 0,892 1,102 1,091 1,069 1,061 Potensi
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 0,944 1,003 0,979 0,991 0,857 0,955 Non Potensi
12 Real Estate 0,675 0,768 0,949 0,824 1,197 0,883 Non Potensi
13 Jasa Perusahaan 1,123 1,410 1,034 1,085 1,518 1,234 Potensi
14 Adm. Pemerintah, Pertahanan&Jaminan Sosial Wajib 1,076 1,495 1,469 1,011 0,964 1,203 Potensi
15 Jasa Pendidikan 1,127 0,952 1,016 1,044 1,162 1,060 Potensi
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,818 0,833 1,213 1,252 0,717 0,967 Non Potensi
17 Jasa lainnya 1,231 1,199 1,066 0,820 0,970 1,057 Potensi
132
E.2 Analisis Dynamic Location Quotient (DLQ) Kabupaten Pasuruan Tahun 2010-2015

No Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015 rata-rata Kriteria


1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1,137 0,923 0,762 0,896 0,948 0,933 Non Potensi
2 Pertambangan dan Penggalian 0,440 1,397 1,032 0,561 0,297 0,745 Non Potensi
3 Industri Pengolahan 1,363 1,107 1,071 0,923 1,200 1,133 Potensi
4 Pengadaan Listrik dan Gas 4,258 4,124 0,739 1,541 -3,704 1,392 Potensi
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 0,775 1,721 0,814 1,719 0,557 1,117 Potensi
6 Konstruksi 1,104 0,872 0,944 0,870 0,797 0,918 Non Potensi
7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil 0,824 0,729 0,851 0,787 0,648 0,768 Non Potensi
8 Transportasi dan Pergudangan 0,661 0,968 0,992 1,271 1,256 1,030 Potensi
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0,819 1,049 0,996 0,935 1,056 0,971 Non Potensi
10 Informasi dan Komunikasi 0,965 0,893 0,895 0,701 0,735 0,838 Non Potensi
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 1,198 1,054 1,105 0,748 0,861 0,993 Non Potensi
12 Real Estate 0,955 0,818 0,879 0,844 0,890 0,877 Non Potensi
13 Jasa Perusahaan 0,801 0,796 0,938 0,939 1,015 0,898 Non Potensi
14 Adm. Pemerintah, Pertahanan&Jaminan Sosial Wajib 0,965 0,864 0,600 0,797 1,008 0,847 Non Potensi
15 Jasa Pendidikan 1,095 0,999 0,970 0,863 1,021 0,990 Non Potensi
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,031 0,908 0,971 0,999 1,012 0,984 Non Potensi
17 Jasa lainnya 0,578 0,634 0,735 0,710 0,817 0,695 Non Potensi

133
E.3 Analisis Dynamic Location Quotient (DLQ) Kabupaten Sidoarjo Tahun 2010-2015

No Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015 rata-rata Kriteria


1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0,435 1,538 1,437 1,157 1,298 1,173 Potensi
2 Pertambangan dan Penggalian -1,731 2,513 -5,035 3,606 -0,952 -0,320 Non Potensi
3 Industri Pengolahan 1,053 0,870 0,951 0,869 1,065 0,962 Non Potensi
4 Pengadaan Listrik dan Gas -1,704 -1,943 2,447 1,966 4,070 0,967 Non Potensi
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 1,128 2,066 0,925 2,168 0,674 1,392 Potensi
6 Konstruksi 1,012 0,784 0,768 1,101 1,128 0,959 Non Potensi
7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil 1,040 1,034 1,281 1,201 1,075 1,126 Potensi
8 Transportasi dan Pergudangan 1,420 1,147 0,627 0,194 0,586 0,795 Non Potensi
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0,744 1,157 1,110 0,934 1,083 1,006 Potensi
10 Informasi dan Komunikasi 0,949 0,910 0,733 1,304 1,127 1,005 Potensi
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 1,040 1,112 0,814 0,907 1,009 0,977 Non Potensi
12 Real Estate 0,493 0,657 0,767 0,899 1,166 0,797 Non Potensi
13 Jasa Perusahaan 0,914 1,183 0,633 0,744 0,966 0,888 Non Potensi
14 Adm. Pemerintah, Pertahanan&Jaminan Sosial Wajib 1,216 1,052 1,116 1,335 0,503 1,044 Potensi
15 Jasa Pendidikan 0,924 1,009 0,937 0,916 1,167 0,990 Non Potensi
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,874 0,734 0,859 1,023 0,846 0,867 Non Potensi
17 Jasa lainnya 1,099 0,962 0,848 0,755 0,928 0,919 Non Potensi

134
E.4 Analisis Dynamic Location Quotient (DLQ) Kabupaten Blitar Tahun 2010-2015

No Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015 rata-rata Kriteria


1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0,948 1,163 0,986 1,007 1,355 1,092 Potensi
2 Pertambangan dan Penggalian 1,146 2,094 2,498 1,250 0,476 1,493 Potensi
3 Industri Pengolahan 0,923 0,383 1,005 1,024 1,200 0,907 Non Potensi
4 Pengadaan Listrik dan Gas -11,035 -5,636 0,911 0,892 -0,533 -3,080 Non Potensi
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 0,117 1,478 0,876 3,438 0,628 1,307 Potensi
6 Konstruksi 0,991 1,022 1,215 1,274 0,688 1,038 Potensi
7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil 1,004 1,296 1,344 1,424 1,154 1,244 Potensi
8 Transportasi dan Pergudangan 0,732 0,739 0,824 1,275 1,014 0,917 Non Potensi
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0,979 2,263 0,912 0,797 0,834 1,157 Potensi
10 Informasi dan Komunikasi 1,108 0,792 1,060 1,193 1,060 1,043 Potensi
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 3,338 1,463 0,800 0,986 0,695 1,456 Potensi
12 Real Estate 0,929 0,746 0,873 1,109 1,219 0,975 Non Potensi
13 Jasa Perusahaan 1,113 1,513 0,668 0,632 0,939 0,973 Non Potensi
14 Adm. Pemerintah, Pertahanan&Jaminan Sosial Wajib 1,160 1,855 1,107 0,983 0,909 1,203 Potensi
15 Jasa Pendidikan 0,954 0,723 0,833 1,440 1,050 1,000 Potensi
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,888 0,940 1,107 1,813 0,349 1,019 Potensi
17 Jasa lainnya 1,980 1,779 0,961 1,068 0,999 1,357 Potensi

135
E.5 Analisis Dynamic Location Quotient (DLQ) Kota Blitar Tahun 2010-2015

No Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015 rata-rata Kriteria


1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0,792 0,064 0,438 0,470 0,441 0,441 Non Potensi
2 Pertambangan dan Penggalian 0,116 -19,460 0,409 0,242 0,108 -3,717 Non Potensi
3 Industri Pengolahan 0,832 0,879 0,865 0,944 1,069 0,918 Non Potensi
4 Pengadaan Listrik dan Gas -10,346 -3,953 0,245 1,240 -0,482 -2,659 Non Potensi
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah -0,048 -1,055 0,184 0,796 0,389 0,053 Non Potensi
6 Konstruksi 0,938 0,840 0,747 1,040 1,105 0,934 Non Potensi
7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil 0,917 1,065 1,121 1,258 1,002 1,073 Potensi
8 Transportasi dan Pergudangan 0,830 0,892 0,722 1,010 0,976 0,886 Non Potensi
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0,909 1,364 1,142 0,962 1,048 1,085 Potensi
10 Informasi dan Komunikasi 0,962 0,672 0,658 1,019 0,905 0,843 Non Potensi
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 0,796 0,884 0,766 1,091 0,998 0,907 Non Potensi
12 Real Estate 0,780 0,903 0,938 0,885 1,086 0,918 Non Potensi
13 Jasa Perusahaan 0,676 0,685 0,472 0,504 0,700 0,608 Non Potensi
14 Adm. Pemerintah, Pertahanan&Jaminan Sosial Wajib 0,756 1,730 1,186 1,137 0,529 1,068 Potensi
15 Jasa Pendidikan 0,881 0,775 0,740 1,057 1,038 0,898 Non Potensi
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,722 0,855 1,014 0,841 0,655 0,818 Non Potensi
17 Jasa lainnya 0,995 0,733 0,514 0,830 0,733 0,761 Non Potensi

136
E.6 Analisis Dynamic Location Quotient (DLQ) Kota Malang Tahun 2010-2015

No Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015 rata-rata Kriteria


1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0,602 0,205 0,033 0,633 0,698 0,434 Non Potensi
2 Pertambangan dan Penggalian -0,126 -1,289 -1,387 -0,179 -0,275 -0,651 Non Potensi
3 Industri Pengolahan 0,700 0,515 0,420 0,438 0,541 0,523 Non Potensi
4 Pengadaan Listrik dan Gas -10,887 -5,072 0,591 0,440 -0,487 -3,083 Non Potensi
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 0,671 3,077 1,766 3,283 0,729 1,905 Potensi
6 Konstruksi 1,283 1,140 1,052 1,541 1,336 1,270 Potensi
7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil 0,883 0,983 1,103 1,132 1,053 1,031 Potensi
8 Transportasi dan Pergudangan 0,696 1,081 0,854 1,104 1,011 0,949 Non Potensi
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0,839 1,621 1,332 1,171 0,998 1,192 Potensi
10 Informasi dan Komunikasi 0,989 0,893 0,977 1,340 1,190 1,078 Potensi
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 0,920 0,930 0,911 1,004 0,968 0,946 Non Potensi
12 Real Estate 0,932 1,031 0,992 1,046 1,348 1,070 Potensi
13 Jasa Perusahaan 1,183 1,691 0,931 1,034 1,476 1,263 Potensi
14 Adm. Pemerintah, Pertahanan&Jaminan Sosial Wajib 1,022 1,123 0,792 0,714 0,720 0,874 Non Potensi
15 Jasa Pendidikan 1,262 0,893 0,999 1,248 1,250 1,130 Potensi
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,851 1,045 1,117 1,109 1,415 1,108 Potensi
17 Jasa lainnya 1,130 1,126 0,795 0,868 0,769 0,938 Non Potensi

137
E.7 Analisis Dynamic Location Quotient (DLQ) Kota Batu Tahun 2010-2015

No Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015 rata-rata Kriteria


1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1,197 0,727 0,545 0,817 0,835 0,824 Non Potensi
2 Pertambangan dan Penggalian 0,735 2,804 1,627 0,767 0,335 1,253 Potensi
3 Industri Pengolahan 1,116 0,918 1,050 0,784 1,128 0,999 Non Potensi
4 Pengadaan Listrik dan Gas -12,814 -4,724 1,844 1,273 -1,329 -3,150 Non Potensi
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 0,790 4,205 1,243 4,076 0,831 2,229 Potensi
6 Konstruksi 1,172 1,346 1,150 1,659 2,007 1,467 Potensi
7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil 0,882 1,016 1,198 1,113 0,918 1,025 Potensi
8 Transportasi dan Pergudangan 0,770 1,052 0,866 1,173 1,014 0,975 Non Potensi
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0,743 1,122 1,107 0,969 0,990 0,986 Non Potensi
10 Informasi dan Komunikasi 0,767 0,742 0,723 1,099 0,991 0,864 Non Potensi
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 0,863 0,797 0,660 0,881 0,760 0,792 Non Potensi
12 Real Estate 0,948 1,074 1,087 0,955 0,847 0,982 Non Potensi
13 Jasa Perusahaan 0,997 1,364 0,818 0,882 0,954 1,003 Potensi
14 Adm. Pemerintah, Pertahanan&Jaminan Sosial Wajib 1,225 1,602 1,314 0,977 0,749 1,173 Potensi
15 Jasa Pendidikan 0,986 0,933 0,920 0,934 0,594 0,873 Non Potensi
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,726 0,788 0,988 0,978 0,498 0,796 Non Potensi
17 Jasa lainnya 1,284 1,548 1,034 1,034 1,086 1,197 Potensi

138
E.8 Analisis Dynamic Location Quotient (DLQ) Kota Pasuruan Tahun 2010-2015

No Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015 rata-rata Kriteria


1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0,487 0,608 0,336 0,548 0,669 0,530 Non Potensi
2 Pertambangan dan Penggalian 0,118 0,834 -1,858 0,249 -0,541 -0,239 Non Potensi
3 Industri Pengolahan 1,167 0,603 0,757 0,743 1,062 0,866 Non Potensi
4 Pengadaan Listrik dan Gas -7,900 -4,438 0,906 1,696 -0,493 -2,046 Non Potensi
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 0,454 1,890 0,476 1,462 0,525 0,961 Non Potensi
6 Konstruksi 1,162 0,935 0,882 0,933 1,135 1,010 Potensi
7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil 0,805 1,022 0,966 1,141 0,865 0,960 Non Potensi
8 Transportasi dan Pergudangan 0,653 0,820 0,589 0,917 0,843 0,765 Non Potensi
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0,985 1,819 1,879 1,433 1,089 1,441 Potensi
10 Informasi dan Komunikasi 0,804 0,732 0,788 1,232 1,085 0,928 Non Potensi
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 1,030 0,992 0,778 1,159 0,927 0,977 Non Potensi
12 Real Estate 0,461 0,470 0,532 0,515 0,661 0,528 Non Potensi
13 Jasa Perusahaan 1,392 1,679 1,039 0,811 1,204 1,225 Potensi
14 Adm. Pemerintah, Pertahanan&Jaminan Sosial Wajib 0,997 2,256 1,320 1,181 0,842 1,319 Potensi
15 Jasa Pendidikan 0,919 0,864 0,925 1,171 1,076 0,991 Non Potensi
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,709 0,727 1,142 0,762 0,557 0,780 Non Potensi
17 Jasa lainnya 1,272 0,899 1,108 0,787 0,699 0,953 Non Potensi

139
E.9 Analisis Dynamic Location Quotient (DLQ) Kota Surabaya Tahun 2010-2015

No Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015 rata-rata Kriteria


1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0,584 1,032 1,827 0,866 1,188 1,099 Potensi
2 Pertambangan dan Penggalian 0,360 2,011 1,795 0,905 0,492 1,112 Potensi
3 Industri Pengolahan 0,980 0,989 0,904 1,093 1,004 0,994 Non Potensi
4 Pengadaan Listrik dan Gas 5,048 3,603 -0,211 -0,359 1,028 1,822 Potensi
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 0,874 1,464 0,497 1,215 0,907 0,991 Non Potensi
6 Konstruksi 1,068 0,842 0,820 1,051 0,807 0,917 Non Potensi
7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil 0,811 0,799 0,893 0,877 0,946 0,865 Non Potensi
8 Transportasi dan Pergudangan 0,773 0,986 0,777 1,093 0,908 0,907 Non Potensi
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0,816 1,077 1,009 0,790 0,938 0,926 Non Potensi
10 Informasi dan Komunikasi 1,000 0,857 0,870 0,943 0,911 0,916 Non Potensi
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 0,761 0,878 1,000 0,976 0,958 0,915 Non Potensi
12 Real Estate 0,899 1,151 0,682 0,831 0,939 0,900 Non Potensi
13 Jasa Perusahaan 0,991 1,223 0,570 0,675 0,915 0,875 Non Potensi
14 Adm. Pemerintah, Pertahanan&Jaminan Sosial Wajib 0,498 1,521 0,823 0,729 0,789 0,872 Non Potensi
15 Jasa Pendidikan 0,688 1,080 0,745 0,768 0,930 0,842 Non Potensi
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,944 0,978 0,918 0,977 0,624 0,888 Non Potensi
17 Jasa lainnya 1,275 0,824 0,765 0,741 0,892 0,900 Non Potensi

140
LAMPIRAN F
Hasil Perhitungan Analisis Tipologi Klassen Wilayah kerja Bakorwil III
F.1 Analisis Tipologi Klassen Kabupaten Malang Tahun 2011-2015
PDRB Perkapita PDRB Perkapita Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan
No Tahun Kuadran
(Kabupaten/Kota) Jawa Timur (Kabupaten/Kota) Ekonomi Jawa Timur
1 2011 17.836,40 27.864,30 6,65 6,44 III
2 2012 18.899,30 29.508,40 6,77 6,64 III
3 2013 19.759,90 31.092,00 5,30 6,08 IV
4 2014 20.794,50 32.703,70 6,01 5,86 III
5 2015 21.741,30 34.272,90 5,27 5,44 IV
rata-rata 19.806,28 31.088,26 6,00 6,09 IV

F.2 Analisis Tipologi Klassen Kabupaten Pasuruan Tahun 2011-2015


PDRB Perkapita PDRB Perkapita Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan
No Tahun Kuadran
(Kabupaten/Kota) Jawa Timur (Kabupaten/Kota) Ekonomi Jawa Timur
1 2011 42.653,20 27.864,30 6,69 6,44 I
2 2012 45.453,20 29.508,40 7,50 6,64 I
3 2013 48.206,70 31.092,00 6,95 6,08 I
4 2014 51.038,50 32.703,70 6,74 5,86 I
5 2015 53.364,50 34.272,90 5,38 5,44 II
rata-rata 48.143,22 31.088,26 6,65 6,09 I

141
F.3 Analisis Tipologi Klassen Kabupaten Sidoarjo Tahun 2011-2015

PDRB Perkapita PDRB Perkapita Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan


No Tahun Kuadran
(Kabupaten/Kota) Jawa Timur (Kabupaten/Kota) Ekonomi Jawa Timur
1 2011 43.974,00 27.864,30 7,04 6,44 I
2 2012 46.378,30 29.508,40 7,36 6,64 I
3 2013 48.801,00 31.092,00 6,89 6,08 I
4 2014 51.074,60 32.703,70 6,44 5,86 I
5 2015 52.903,50 34.272,90 5,24 5,44 II
rata-rata 48.626,28 31.088,26 6,57 6,09 I

F.4 Analisis Tipologi Klassen Kabupaten Blitar Tahun 2010-2015

PDRB Perkapita PDRB Perkapita Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan


No Tahun Kuadran
(Kabupaten/Kota) Jawa Timur (Kabupaten/Kota) Ekonomi Jawa Timur
1 2011 15.197,60 27.864,30 5,43 6,44 IV
2 2012 15.971,40 29.508,40 5,62 6,64 IV
3 2013 16.686,30 31.092,00 5,06 6,08 IV
4 2014 17.461,70 32.703,70 5,02 5,86 IV
5 2015 18.269,10 34.272,90 5,05 5,44 IV
rata-rata 16.717,22 31.088,26 5,24 6,09 IV

142
F.5 Analisis Tipologi Klassen Kota Blitar Tahun 2011-2015

PDRB Perkapita PDRB Perkapita Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan


No Tahun Kuadran
(Kabupaten/Kota) Jawa Timur (Kabupaten/Kota) Ekonomi Jawa Timur
1 2011 22.761,20 27.864,30 6,43 6,44 IV
2 2012 24.024,20 29.508,40 6,52 6,64 IV
3 2013 25.400,00 31.092,00 6,50 6,08 III
4 2014 26.657,90 32.703,70 5,88 5,86 III
5 2015 27.969,50 34.272,90 5,68 5,44 III
rata-rata 25.362,56 31.088,26 6,20 6,09 III

F.6 Analisis Tipologi Klassen Kota Malang Tahun 2011-2015

PDRB Perkapita PDRB Perkapita Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan


No Tahun Kuadran
(Kabupaten/Kota) Jawa Timur (Kabupaten/Kota) Ekonomi Jawa Timur
1 2011 40.161,80 27.864,30 6,04 6,44 II
2 2012 42.366,20 29.508,40 6,26 6,64 II
3 2013 44.657,00 31.092,00 6,20 6,08 I
4 2014 46.956,90 32.703,70 5,21 5,86 II
5 2015 49.279,40 34.272,90 5,61 5,44 I
rata-rata 44.684,26 31.088,26 5,86 6,09 II

143
F.7 Analisis Tipologi Klassen Kota Batu Tahun 2011-2015

PDRB Perkapita PDRB Perkapita Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan


No Tahun Kuadran
(Kabupaten/Kota) Jawa Timur (Kabupaten/Kota) Ekonomi Jawa Timur
1 2011 36.138,50 27.864,30 7,13 6,44 I
2 2012 38.385,30 29.508,40 7,26 6,64 I
3 2013 40.871,90 31.092,00 7,29 6,08 I
4 2014 43.161,00 32.703,70 6,90 5,86 I
5 2015 45.615,70 34.272,90 6,69 5,44 I
rata-rata 40.834,48 31.088,26 7,05 6,09 I

F.8 Analisis Tipologi Klassen Kota Pasuruan Tahun 2011-2015

PDRB Perkapita PDRB Perkapita Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan


No Tahun Kuadran
(Kabupaten/Kota) Jawa Timur (Kabupaten/Kota) Ekonomi Jawa Timur
1 2011 20.224,90 27.864,30 6,28 6,44 IV
2 2012 21.300,90 29.508,40 6,31 6,64 IV
3 2013 22.441,30 31.092,00 6,51 6,08 III
4 2014 23.592,50 32.703,70 5,70 5,86 IV
5 2015 24.709,00 34.272,90 5,53 5,44 III
rata-rata 22.453,72 31.088,26 6,07 6,09 IV

144
F.8 Analisis Tipologi Klassen Kota Surabaya Tahun 2011-2015

PDRB Perkapita PDRB Perkapita Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan


No Tahun Kuadran
(Kabupaten/Kota) Jawa Timur (Kabupaten/Kota) Ekonomi Jawa Timur
1 2011 88.810,60 27.864,30 7,13 6,44 I
2 2012 94.767,90 29.508,40 7,35 6,64 I
3 2013 101.367,10 31.092,00 7,58 6,08 I
4 2014 107.962,40 32.703,70 6.96 5,86 I
5 2015 113.820,10 34.272,90 5,97 5,44 I
rata-rata 101.345,62 31.088,26 7,00 6,09 I

F.9 Klasifikasi Wilayah Berdasarkan Analisis Tipologi Klassen Wilayah Kerja Bakorwil III Tahun 2011-2015
Laju Pertumbuhan Laju Pertumbuhan Laju Pertumbuhan
di atas rata-rata di bawah rata-rata
Pendapatan Perkapita (ri > rn) (ri < rn)
Kuadran I Kuadran II
Pendapatan per kapita Daerah Maju Daerah Maju tapi Tertekan
di atas rata-rata
(yi > yn) - Kabupaten Pasuruan - Kota Batu - Kota Malang
- Kabupaten Sidoarjo - Kota Surabaya
Kuadran III Kuadran IV
Pendapatan per kapita Daerah Berkembang Daerah Relatif Terbelakang
di bawah rata-rata
(yi < yn) - Kota Blitar - Kabupaten Malang - Kota Pasuruan
- Kabupaten Blitar

145

Anda mungkin juga menyukai

  • Kelembagaan 05
    Kelembagaan 05
    Dokumen19 halaman
    Kelembagaan 05
    SiswHsoyo
    Belum ada peringkat
  • Kelembagaan 04
    Kelembagaan 04
    Dokumen32 halaman
    Kelembagaan 04
    SiswHsoyo
    Belum ada peringkat
  • Kelembagaan 06
    Kelembagaan 06
    Dokumen25 halaman
    Kelembagaan 06
    SiswHsoyo
    Belum ada peringkat
  • Kelembagaan 03
    Kelembagaan 03
    Dokumen36 halaman
    Kelembagaan 03
    SiswHsoyo
    Belum ada peringkat
  • Kelembagaan 02
    Kelembagaan 02
    Dokumen21 halaman
    Kelembagaan 02
    SiswHsoyo
    Belum ada peringkat
  • PPT-01 Umkm
    PPT-01 Umkm
    Dokumen23 halaman
    PPT-01 Umkm
    SiswHsoyo
    100% (1)
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen3 halaman
    Daftar Pustaka
    SiswHsoyo
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen19 halaman
    Bab 2
    SiswHsoyo
    Belum ada peringkat
  • Bab 4
    Bab 4
    Dokumen18 halaman
    Bab 4
    SiswHsoyo
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen8 halaman
    Bab 1
    SiswHsoyo
    Belum ada peringkat