BAB 1. PENDAHULUAN
masih bisa terus tumbuh dimasa yang akan datang. Kedua, Indonesia memiliki
sumberdaya alam yang merupakan sumber utama dalam pengembangan agribisnis
yakni lahan luas dan subur, sinar matahari 3 melimpah, plasma nutfah yang
beragam. Ketiga, beberapa negara pesaing Indonesia seperti Amerika Serikat,
Kanada, Malaysia, dan Thailand yang secara tradisional menguasai agribisnis
internasional, di masa mendatang akan mengalami kesulitan unruk
mengembangkan agribisnis, terutama karena permasalahan lahan. Berdasarkan
kondisi tersebut secara relatif Indonesia dapat menjadi produsen terbesar untuk
beberapa komoditas agribisnis terpenting, seperti komoditas perkebunan, pangan,
dan perikanan (Daryanto, 2010).
Sektor pertanian termasuk didalamnya perkebunan mempunyai berbagai
potensi pengembangan agribisnis yang baik dan menguntungkan. Potensi
pengembangan komoditi perkebunan di Indonesia sangat besar seperti potensi
pengembangan komoditi perkebunan lainnya, tetapi dalam perkembangannya
terdapat beberapa permasalahna dan strategi pembangunan dan kelembagaan.
Pemerintah perlu menetapkan kebijakantidak langsung untuk menciptakan
konsepsi yang kondusif. Kebijakan yang secara langsung mendorong
perkembangan agribisnis dalam aspek: kemitraan, keuangan, permasalahan
teknologi dan informasi sangat diperlukan (Rachbini, 2000).
Pertanian di Indonesia pada tahun 2014 luas arealnya mencapai 39.5 Juta
Ha dengan pembagian Lahan Sawah 8.1 Juta Ha, Tegal/Kebun 11.9 Juta Ha,
Ladang 5.25 Juta Ha, dan, Lahan yang sementara tidak diusahakan 14.25 Juta Ha.
Namun pada tahun 2015 luas areal pertanian secara keseluruhan mengalami
perluasan 700 ribu Ha (Badan Pusat Statistik, 2015).
Komoditas pertanian mencakup tanaman pertanian musiman. Dikatakan
musiman karena rata-rata tanaman pertanian di Indonesia adalah jenis tanaman
yang tidak tumbuh atau panen sepanjang tahun dan tergantung dengan musim.
Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan komoditas pertanian antara
lain adalah produktivitas tanaman yang belum optimal, kualitas produk belum
memenuhi standar perdagangan, proses diversifikasi (vertikal dan horizontal)
belum memadai, dan peran kelembagaan yang masih lemah. Upaya peningkatan
4
cukup di dalam negeri akan mampu memperbaiki gizi masyarakat (Amang, dkk,
1986:1). Secara teknis budidaya pertanian faktor-faktor yang menyebabkan
rendahnya produksi kedelai di Indonesia adalah kekeringan, banjir, hujan terlalu
besar pada saat panen, serangan hama banyaknya gulma dan adanya pandangan
petani bahwa tanaman kedelai merupakan tanaman sampingan (Suprapto, 1995:2)
Pertumbuhan permintaan yang pesat baik untuk konsumsi manusia
maupun untuk pakan ternak di satu sisi, sedangkan sisi lain pertumbuhan produksi
kedelai dalam negeri belum mampu memenuhi pertumbuhan permintaannya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2015 konsumsi masyarakat
mancapai 2,54 juta ton biji kering kedelai yang terdiri dari konsumsi langsung
penduduk sebesar 2 juta ton biji kering kedelai, pakan ternak sebesar 3.000 ton
biji kering kedelai, benih sebesar 39.000 ton biji kering kedelai, industri non
makanan sebesar 446.000 ton biji kering kedelai, dan susu sebesar 49.000 ton biji
kering kedelai. Dengan produksi mencapai hanya menjadi 998.000 ton biji kering
kedelai, maka produksi kedelai tahun ini diprediksi defisit sekitar 1,54 juta ton biji
kering kedelai maka untuk menutupi kekurangan tersebut pemerintah harus
melakukan impor (Agustina, 2015).
Indonesia telah menjadi pengimpor kedelai sejak tahun 1975, bahkan
volume impor kedelai tersebut cenderung meningkat. Apabila tidak ada usaha-
usaha meningkatkan produksi dengan memanfaatkan potensi alam yang ada, maka
volume impor tersebut akan terus berkembang (Simatupang dan Pasandaran,
1998:51).
Kabupaten Jember merupakan salah satu daerah penghasil kedelai yang
potensial dengan luas areal penanaman kedelai 10.550 hektare atau 25,72 % dari
areal pertanian di Kabupaten Jember (Badan Pusat Statistik, 2015), dibanding
Jawa Timur luas areal tanaman kedelai kabupaten Jember adalah 6,89 % sedang
kontribusi produksi kedelai Kabupaten Jember terhadap Jawa Timur 5,44 %.
Kabupaten Jember merupakan produsen kedelai terbesar nomor enam setelah
Kabupaten Banyuwangi, Pasuruan, Lamongan, Sampang lima besar jumlah
merupakan sentra produksi kedelai diperkirakan akan terus bertambah karena
7
1.3.2 Manfaat
Hasil penelitian dan penulisan karya ilmiah ini diharapkan dapat
memberikan manfaat atau kegunaan yang besar dalam hal :
1. Sebagai informasi bagi instansi terkait untuk membuat kebijakan baru
guna mengembangkan dan meningkatkan komoditi kedelai di Kabupaten
Jember khususnya dan daerah lain penghasil kedelai pada umumnya;
2. Sebagai bahan acuan bagi peneliti lain yang mengadakan penelitian dalam
masalah yang sejenis.