Anda di halaman 1dari 17

PAPER MANAJEMEN STRATEGI KEBIJAKAN AGRIBISNIS

“ STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAYURAN


DI WILAYAH PEDESAAN “

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 13

IRSYAH HARIYANDA (05011181823031)


MONA OCTHARINA (05011181823037)
SUCI INDAH PERMATA SARI (05011181823033)

DOSEN PEMBIMBING :
DR. IR. AMRUZI MINHA, M.S.

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDRALAYA
2020
Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan hasil sumberdaya alam
dengan daratan yang terbentang luas. Hal ini menjadi sumber mata pencaharian
hampir sebagian besar rakyat Indonesia dan merupakan sektor rill yang memiliki
peran sangat nyata dalam membantu menghasilkan devisa negara. Salah satu sektor
pendukung tersebut adalah pertanian.
Beberapa alasan yang mendasari pentingnya pertanian di Indonesia, yaitu
potensi sumberdayanya yang beragam, memiliki potensi terhadap pendapatan
nasional cukup besar, banyak penduduk yang menggantungkan hidupnya pada sektor
ini dan pertanian juga menjadi basis pertumbuhan di pedesaan. Beberapa subsektor
yang tergabung di dalam sektor pertanian antara lain tanaman pangan, hortikultura,
perkebunan dan peternakan. Subsektor yang saat ini tengah dikembangkan, yakni
subsektor hortikultura. Hal ini dikarenakan hortikultura merupakan bagian dari
pembangunan pertanian di bidang pangan yang ditujukan untuk lebih memantapkan
swasembada pangan, meningkatkan pendapatan masyarakat dan memperbaiki
keadaan gizi melalui penganekaragaman jenis bahan makanan.
Salah satu komoditi hortikultura yang memiliki potensi besar untuk
dikembangkan adalah sayuran. Potensi tersebut meliputi nilai ekonomi, kandungan
nutrisi yang relatif tinggi dan kemampuan menyerap tenaga kerja yang relatif banyak.
Sayuran merupakan sumber pangan yang penting untuk dikonsumsi masyarakat
setiap hari karena kandungan protein, vitamin, mineral dan serat yang dimiliki
sayuran berguna bagi tubuh manusia. Selain sebagai sumber pangan dan gizi, produk
hortikultura juga memiliki manfaat lain, seperti manfaat bagi lingkungan yaitu rasa
estetika, konservasi genetik dan sebagai penyangga kelestarian alam.
Komoditas hortikultura, khususnya sayuran mempunyai beberapa peranan
strategis, antara lain: (1) sumber bahan makanan bergizi bagi masyarakat yang
kaya akan vitamin dan mineral; (2) sumber pendapatan dan kesempatan kerja,
serta kesempatan berusaha; (3) bahan baku agroindustri; (4) sebagai komoditas
potensial ekspor yang merupakan sumber devisa negara; dan (5) pasar bagi sektor
non pertanian, khususnya industri hulu. Kelompok komoditas sayuran sangatlah
strategis maka perlu memperoleh prioritas pengembangan. Hal ini dilandasi dari
sisi permintaan, berupa konsumsi segar maupun olahan meningkat dari waktu ke
waktu seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, pendapatan masyarakat
dan berkembangnya pusat kota industriwisata. Sementara itu dari sisi produksi
masih berpotensi untuk terus ditingkatkan, baik melalui peningkatan intensitas
tanam maupun peningkatan produktivitas melalui intensifikasi usahatani.
Pengembangan agribisnis sayuran dapat ditinjau dari dua sisi, yaitu
berkelanjutan dari segi usaha maupun pemanfaatan sumber daya alam dan
lingkungan (Wirjosentono 2003). Kegiatan agribisnis di wilayah pedesaan
menghadapi berbagai masalah, seperti produksi dan produktivitas rendah,
pemilikan lahan sempit, penerapan teknologi pascapanen masih lemah, pemilikan
modal terbatas, infrastruktur belum memadai, dan akses pemasaran kurang
berkembang. Menyikapi masalah/kelemahan tersebut dan adanya tantangan pasar
bebas, pada masa mendatang para pelaku usaha perlu mengembangkan agribisnis
yang mampu merespons pasar dengan menawarkan produk yang berdaya saing.
Menurut Saragih (1998), ke depan agribisnis sayuran harus berorientasi pasar
karena konsumen makin menuntut atribut yang lebih rinci dan lengkap pada
produk pertanian. Pembangunan agribisnis sayuran perlu dilakukan dengan
mempertimbangkan potensi sumber daya lahan dan agroekosistem melalui
pendekatan resource base dan perencanaan wilayah yang terintegrasi. Oleh karena
itu, perlu disusun strategi yang tepat dan terencana agar pengembangan agribisnis
sayuran di wilayah pedesaan memberi kontribusi nyata terhadap pembangunan
ekonomi nasional yaitu melalui analisis SWOT.
Analisis SWOT bertujuan menganalisis potensi/kekuatan, kelemahan,
peluang, dan ancaman agribisnis sayuran di wilayah pedesaan. Potensi dan
kelemahan merupakan faktor internal, sedangkan peluang dan ancaman
merupakan faktor eksternal. Analisis SWOT digunakan untuk mengidentifikasi
berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi kegiatan. Analisis
dilakukan untuk memaksimalkan kekuatan (strength), peluang (opportunities),
serta meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Proses
pengambilan keputusan selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan,
strategi, dan kebijakan. Dengan demikian, perencanaan strategis harus
menganalisis faktor-faktor strategi kegiatan (kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman) sesuai kondisi saat ini (Rangkuti 1997). Lingkungan diartikan sebagai
tempat yang tidak terlepas dari suatu kondisi, situasi, dan peristiwa yang
memengaruhi perkembangan setiap usaha. Setiap pengelolaan usaha diupayakan
sedapat mungkin menyederhanakannya melalui penyelidikan/observasi terhadap
berbagai faktor lingkungan. Oleh karena itu, perlu ditetapkan kriteria untuk
mempelajari lingkungan internal dan eksternal. Lingkungan memiliki pengaruh
nyata terhadap kemungkinan keberhasilan dan kegagalan agribisnis sehingga
timbul peluang dan ancaman usaha. Melalui analisis peluang maka strategi usaha
dapat disusun dengan memerhatikan analisis faktor internal, yang terdiri atas
unsur kekuatan dan kelemahan usaha tani. Dengan demikian, identifikasi ke-
kuatan dan kelemahan diarahkan untuk mengeksploitasi peluang dan mengatasi
ancaman. Sebagai suatu kegiatan ekonomi, usaha tani sayuran tidak terlepas dari
pengaruh lingkungan, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri
atas pendidikan sumber daya manusia, produktivitas, modal, tenaga kerja, dan
pengalaman berusaha tani, sedangkan faktor eksternal meliputi kelembagaan,
pemasaran, infrastruktur, dan kebijakan pemerintah.
Menurut Hendayana (2011), ada tiga tahap kegiatan yang dilakukan dalam
analisis SWOT, yaitu 1) pengumpulan data, 2) analisis data, dan 3) penyusunan
strategi. Berdasarkan hasil analisis SWOT, dapat dikemukakan beberapa strategi
pengembangan agribisnis sayuran di wilayah pedesaan sebagai berikut:
1.) Strategi S-O: memaksimalkan potensi/ kekuatan untuk meraih peluang.
Strategi ini bersifat agresif, meliputi a) pemanfaatan teknologi produksi, b)
perluasan lahan dan pangsa pasar, c) kebijakan pemerintah/pengembangan
kelembagaan usaha agribisnis, dan d) peningkatan kualitas SDM. Menurut
Maddolangan (2005), petani yang berpendidikan akan lebih mudah
menyerap materi pelatihan dibandingkan dengan petani yang tidak
berpendidikan.
2.) Strategi S–T: memaksimalkan potensi/kekuatan untuk mengatasi ancaman.
Strategi ini mengarah pada upaya diversifikasi, terdiri atas a) usaha tani
ramah lingkungan, b) pemberdayaan penangkar benih, dan c) penerapan
komponen pengendalian hama terpadu (PHT).
3.) Strategi W–O: meminimalkan kelemahan/hambatan untuk meraih peluang.
Strategi ini bermakna investasi atau divestasi, meliputi a) peningkatan
produksi/produktivitas serta mutu produk, b) penguatan sarana usaha
pertanian (pengembangan kios saprodi, perbaikan jalan usaha tani,
penyediaan irigasi, pemanfaatan alat dan mesin pertanian, penyediaan
pupuk), pemanfaatan lembaga keuangan mikro, optimalisasi skim kredit
perbankan dan nonperbankan, dan c) diversifikasi dan pengaturan pola
tanam sesuai permintaan pasar.
4.) Strategi W–T: meminimalkan kelemahan dan hambatan untuk mengatasi
pengaruh ancaman. Strategi ini bersifat defensif atau bertahan, meliputi :
a) efisiensi biaya produksi, b) perluasan informasi pasar, c) dan
meminimalkan pemakaian input kimia.
Menurut Suwandi (1995) dan Taufik (2008), pengembangan agribisnis
sayuran memerlukan empat pilar penunjang, yaitu: 1) eksistensi semua komponen
agribisnis secara lengkap di kawasan sentra produksi, 2) terjalinnya kemitraan
usaha antarpelaku agribisnis, 3) iklim usaha yang kondusif, dan 4) adanya gerakan
bersama dalam memasyarakatkan agribisnis. Kondisi ini menjadi tantangan bagi
pemerintah dan para pelaku usaha. Terlebih lagi dalam menghadapi globalisasi
yang gejalanya sudah dirasakan dengan masuknya sayuran luar negeri, padahal
daya saing sayuran dalam negeri masih lemah, terutama dari segi kualitas. Untuk
itu, perlu dibangun kemitraan usaha yang dapat meningkatkan daya saing secara
berkelanjutan (Saptana et al. 2009).
Strategi pengembangan agribisnis sayuran diarahkan pada upaya
pengembangan produksi sesuai dengan kebutuhan, penciptaan pola tanam/pola
produksi yang merata sepanjang tahun, peningkatan daya saing, peningkatan
kemampuan SDM dan kesempatan kerja, penguatan kelembagaan petani,
permodalan dan pemasaran, serta pengoptimalan penggunaan lahan secara lestari
dan dukungan sarana prasarana. Sasarannya adalah terpenuhinya produksi sayuran
yang sesuai standar mutu dan gizi, aman dikonsumsi, dan terciptanya lingkungan
yang nyaman. Pengembangan agribisnis diarahkan pada upaya peningkatan
pendapatan petani, terutama yang berbasis ekonomi kerakyatan di pedesaan
(Saptana et al. 2002; Sutrisno 2003). Untuk memenuhi kebutuhan tersebut,
pemerintah memprioritaskan strategi pengembangan sayuran melalui ekstensi-
fikasi di daerah yang sesuai serta intensifikasi dan diversifikasi di sentra-sentra
produksi.
Untuk memperdalam ilmu terkait strategi pengembangan agribisnis
sayuran di wilayah pedesaan, maka mari kita lihat sebagaimana dari contoh studi
kasus yang ada yaitu pada kelompok Tani Putera Alam Desa Sukagalih,
Kecamatan Megamendung, Kabuaten Bogor dimana di dapatkan data – data yang
dimuat dalam tabel 1 dan 2 adalah faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan
faktor eksternal (peluang dan ancaman) serta strategi dalam bentuk analisis
SWOT.

Tabel 1. Kekuatan dan Kelemahan yang Dihadapi Kelompok Tani Putera Alam
Faktor Internal Kekuatan Kelemahan
Manajemen  Hubungan Ketua  Kualitas SDM
dengan anggota yang masih rendah
kelompok tani,  Kontrak kerjasama
 Dapat menyerap tidak tertulis.
tenaga kerja.
Pemasaran  Produk yang berkualitas,  Belum memiliki
 Pelayanan ke konsumen kemasan dan
yang sudah baik. label,
 Kurangnya
upaya promosi,
 Belum ada
sertifikasi produk,
 Lemahnya
akses kelompok
tani tentang
pasar sayuran
organik.
Keuangan/  Pengarsipan
akuntansi data yang belum
rapi,
 Keterbatasan
modal,
Produksi/operasi  Perencanaan tanam  Teknologi produksi
yang sudah baik, yang digunakan
masih sederhana.
Penelitian dan
Pengembangan
Sistem Informasi
Manajemen
Kelompok tani memiliki kekuatan produk yang berkualitas dengan
sistem tanam yang sudah baik sehingga produk yang ditanam dapat dipanen
secara kontinyu, dengan demikian permintaan konsumen dapat terus
terpenuhi. Hal tersebut merupakan upaya yang dilakukan kelompok tani untuk
mempertahankan pelayanan ke konsumen yang sudah baik saat ini. Kekuatan
lain yang dimiliki kelompok tani yaitu berdirinya kelompok tani sebagai suatu
usaha yang bergerak di bidang pertanian organik telah dapat menyerap tenaga
kerja setempat, karena usaha pertanian organik memerlukan banyak tenaga
kerja dalam kegiatan produksi/ operasinya. Hubungan antara ketua dengan
anggota kelompok juga terjalin dengan baik.
Kelemahan yang dimiliki oleh kelompok tani yang paling mendasar
adalah keterbatasan modal. Selama ini modal yang digunakan untuk
menjalankan usahanya berasal dari modal pribadi para anggota tani, tidak ada
iuran khusus yang dikumpulkan ke kas kelompok tani. Dengan keterbatasan
modal, kelompok tani tidak mampu berbuat banyak terhadap usaha yang
dijalankan, sehingga timbul kelemahan-kelemahan lain seperti belum
memiliki kemasan dan label, belum ada sertifkasi organik, kurangnya upaya
promosi, serta teknologi yang digunakan masih sederhana. Kelemahan lainnya
adalah kualitas SDM yang masih rendah, kontrak kerja tidak tertulis dan
lemahnya akses kelompok tani tentang pasar sayuran organik.

Tabel 2. Peluang dan Ancaman yang Dihadapi Kelompok Tani Putera Alam
Faktor Eksternal Peluang Ancaman
Ekonomi  Daerah pemasaran
sayuran organik yang
masih luas,
Sosial, Budaya,  Perubahan gaya hidup  Perkembangan
Demografi, dan yang cenderung back jenis hama dan
Lingkungan to nature, penyakit pada
 Tersedianya tenaga tanaman,
kerja yang potensial di  Perubahan cuaca
daerah setempat. dan perubahan
 Loyalitas konsumen fungsi lahan dari
yang tinggi. lahan pertanian
menjadi lahan
pemukiman.
Politik, Pemerintah,  Kebijakan pemerintah
dan Hukum mengenai program
”Go Organic 2010”,
 Adanya asosiasi
pertanian organik
Teknologi  Perkembangan teknologi.
Kompetitif  Hambatan untuk masuk  Kemudahan
industri sayuran mendapatkan
organik cukup besar. produk substitusi.
Beberapa peluang yang dimiliki oleh kelompok tani Putera Alam
adalah adanya perubahan gaya hidup masyarakat yang cenderung ”back to
nature” menumbuhkan semangat kelompok tani untuk mengoptimalkan
usahanya, karena perubahan gaya hidup tersebut akan membuka daerah
pemasaran sayuran organik semakin luas. Peluang lain yang dimiliki oleh
kelompok tani yaitu hambatan untuk masuk industri sayuran organik cukup
besar, tersedianya tenaga kerja yang potensial di daerah setempat, kebijakan
pemerintah mengenai program ”Go Organic 2010”, adanya asosiasi pertanian
organik, perkembangan teknologi dan loyalitas konsumen yang tinggi.
Ada pun ancaman yang dihadapi oleh kelompok tani yaitu
perkembangan jenis hama dan penyakit pada tanaman. Perkembangan jenis
hama dan penyakit tanaman harus diperhatikan, mengingat sayuran organik
sangat rentan terkena serangan hama dan penyakit karena proses produksinya
yang tidak menggunakan obat-obatan kimia. Selain itu ancaman lain yang
dihadapi kelompok tani adalah perubahan cuaca dan perubahan fungsi lahan
dari lahan pertanian menjadi lahan pemukiman, serta kemudahan
mendapatkan produk substitusi.

1) Strategi S-O (Strengths-Opportunities)


Strategi S-O adalah strategi yang menggunakan kekuatan internal
perusahaan untuk memanfaatkan peluang eksternal, dimana kekuatan internal
dapat memanfaatkan tren dan kejadian eksternal. Strategi yang dapat digunakan
yaitu mempertahankan dan meningkatkan pelayanan terhadap konsumen serta
memperluas distribusi dan pemasaran.
Dengan terus meningkatkan dan mempertahankan pelayanan terhadap
konsumen, maka keberadaan produk sayuran organik kelompok tani tetap terjaga
dan proses produksi akan terus berjalan karena adanya permintaan dari konsumen.
Memperluas jaringan distribusi dan pemasaran juga sangat baik untuk keberadaan
produk sayuran organik kelompok tani, semakin luas jaringan distribusi dan
pemasaran produk akan semakin meningkatkan keuntungan kelompok tani.
Strategi ini didukung dengan adanya kekuatan kelompok tani berupa produk yang
berkualitas, perencanaan tanam yang baik, hubungan ketua dengan anggota
kelompok tani sudah baik, pelayanan konsumen yang sudah baik dan dapat
menyerap tenaga kerja. Selain itu, strategi tersebut juga didukung oleh adanya
peluang eksternal berupa adanya asosiasi pertanian organik, perkembangan
teknologi, kebijakan pemerintah mengenai program "Go Organic 2010", loyalitas
konsumen yang tinggi, tersedianya tenaga kerja yang potensial di daerah
setempat, perubahan gaya hidup masyarakat yag cenderung back to nature,
pangssa pasar sayuran organik yang masih luas.

2) Strategi W-O (Weakness-Opportunities)


Strategi W-O bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan
memanfaatkan peluang eksternal. Strategi yang dapat digunakan kelompok tani
adalah mengusahakan sertifikasi organik serta membuat kontrak kerjasama secara
jelas dan tertulis. Kelompok tani sebaiknya mulai mengusahakan sertifikasi
organik agar para konsumen lebih percaya akan kualitas produk dan memberikan
rasa aman terhadap produk yang dikonsumsinya. Jika kelompok tani merasa tidak
mampu dalam mengusahakan sertifikasi ini, maka kelompok tani dapat
memanfaatkan peluang yang ada yakni mendatangi pihak pemerintah terkait atau
asosiasi pertanian organik yang berada di derah setempat untuk memintai bantuan
maupun solusi tentang masalah ini. Kontrak kerjasama secara tertulis perlu
dilakukan karena hal ini akan sangat membantu petani khususnya dalam hal
kejelasan tata cara pembayaran produk, sehingga petani agar tidak mengalami
kerugian.
Terdapat beberapa strategi lain yang dapat diterapkan oleh kelompok tani
yaitu memperbaiki dan meningkatkan kemampuan manajerial dan teknik
budidaya dengan mempelajari perkembangan teknologi dan mengikuti pelatihan.
Manajemen yang baik dalam suatu organisasi akan sangat membantu tercapainya
tujuan yang diinginkan. Melalui pelatihan yang diadakan pemerintah maupu LSM
(Lembaga Swadaya Masyarakat), kelompok tani Putera Alam harus dapat
mengambil kesempatan untuk semakin meningkatkan kemampuan manajerial
terutama di bidang pengelolaan SDM dan perencanaan keuangan usaha dengan
merapikan kembali pembukuan yang telah dilakukan. Perkembangan teknologi
juga baik untuk diikuti dan dipelajari oleh setiap anggota kelompok tani, karena
hal ini dapat membantu meningkatkan bargaining position (posisi tawar)
kelompok tani.
Mengoptimalkan upaya promosi produk, pendistribusian produk,
mengusahakan kemasan dan label produk untuk meningkatkan serta
mempertahankan loyalitas konsumen juga merupakan strategi yang dapat
dilakukan dengan memperbaiki kelemahan seperti belum memiliki kemasan dan
label serta kurangnya upaya promosi, dengan memanfaatkan peluang eksternal
seperti adanya asosiasi pertanian organik, perkembangan teknologi, kebijakan
pemerintah mengenai program "Go Organic 2010", loyalitas konsumen yang
tinggi, perubahan gaya hidup masyarakat yag cenderung back to nature, pangsa
pasar sayuran organik yang masih luas, hambatan untuk masuk industri sayuran
organik cukup besar. Kegiatan promosi dan periklanan dapat menarik minat calon
konsumen untuk mencoba dan membeli produk kelompok tani. Hal ini akan
mendukung usaha pengembangan pangsa pasar produk dan dapat menjadi
alternatif strategi untuk mengatasi kelemahan kegiatan promosi yang selama ini
dinilai kurang gencar. Selain itu, adanya peluang pangsa pasar sayuran organik
yang masih luas dan trend back to nature dapat menjadi pertimbangan bagi
kelompok tani. Promosi dapat dilakukan dengan memberikan informasi yang
lengkap kepada calon konsumen, dengan mencantumkan keterangan mengenai
produk pada kemasan atau brosur dan ikut serta dalam kegiatan pameram dagang.
Pemberian kemasan dan lebel juga dapat membantu kegiatan promosi produk,
dengan adanya kemasan dan label maka akan mempermudah konsumen untuk
mengenali produk sayuran yang diproduksi oleh kelompok tani. Kegiatan
promosi/ pemasaran sangat diperlukan untuk mengenalkan, mengingatkan dan
menarik minat konsumen untuk membeli produk yang ditawarkan kelompok tani.

3) Strategi S-T (Strengths-Threats)


Strategi S-T adalah strategi yang menggunakan kekuatan kelompok tani
untuk menghindari atau mengurangi pengaruh dari ancaman eksternal. Strategi
yang dapat digunakan oleh kelompok tani yaitu memperkuat dan mempertahankan
daerah pemasaran yang sudah ada. Hal ini dilakukan mengingat daerah pemasaran
produk sayuran kelompok tani Putera Alam pada saat ini sedikit berkurang
dikarenakan permasalahan yang terjadi dengan beberapa perusahaan supplier,
sehingga mengharuskan kelompok tani untuk memperkuat dan mempertahankan
daerah pemasaran yang ada.
Strategi ini juga didukung dengan kekuatan kelompok tani lainnya berupa
produk yang berkualitas, perencanaan tanam yang baik, pelayanan konsumen
yang sudah baik, dapat menyerap tenaga kerja, dengan mengurangi pengaruh
ancaman eksternal seperti perkembangan jenis hama dan penyakit pada tanaman,
kemudahan mendapatkan produk substitusi, perubahan cuaca dan perubahan
fungsi lahan dari lahan pertanian menjadi lahan pemukiman.

4) Strategi W-T (Weakness-Threats)


Strategi W-T adalah taktik defensif yang diarahkan pada pengurangan
kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal. Strategi yang dapat
digunakan oleh kelompok tani adalah melakukan riset pasar untuk memantau
perkembangan pemasaran produk, harga dan tingkat persaingan. Strategi ini dapat
dilakukan dengan menjalin kerjasama (net working) dengan perusahaan-
perusahaan untuk mencari dan mendapatkan informasi pasar pertanian organik.
Sebenarnya, jika petani memang berniat dari dalam dirinya untuk
mengembangkan usaha sayurannya, bisa saja petani mencontoh para tokoh- tokoh
yang berhasil menerapkan pegembangan agribisnis sayuran sebut saja Ulus
Pirmawan meski hanya lulusan sekolah dasar (SD), Ulus mampu menjadi petani
sukses dan mengangkat kesejahteraan petani di wilayahnya, Kampung Gandok,
Desa Suntenjaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.
Berkat berbagai keberhasilannya tersebut Food and Agriculture Organization
(FAO) bahkan memberinya penghargaan sebagai petani teladan pada Hari Pangan
Internasional di Thailand, 16 Oktober mendatang. Ulus dianggap memiliki konsep
yang layak untuk diterapkan dalam dunia pertanian. Ulus ingin menciptakan
sektor pertanian terpadu di mana memadukan sektor pertanian dan peternakan.
Dengan sektor pertanian terpadu, hasil sayuran bisa lebih ramah lingkungan dan
ramah konsumsi. Karena kotoran ternak bisa jadi pupuk, limbah sayuran bisa jadi
pakan ternak. Menurut beliau, untuk mengembangkan agribisnis sayuran artinya
petani harus sukses sebagai pemasar, petani dapat ikut pameran dan pasarkan
sendiri produk pertaniannya, itu salah satu strategi efektif dalam pemasaran
produk untuk meraih pangsa pasar baik lokal, nasional, regional, maupun
international, selain petani dapat menerima harga yang lebih baik, karena ada
memotong rantai pasar yang panjang, petani/kelompoktani juga dapat mengetahui
produk yang banyak konsumsi, diminta di pasaran, sekaligus membangun jejaring
pemasaran. Petani/kelompoktani jadi mengetahui mekanisme pasar dari suatu
produk baik yang akan dipasarkan lokal maupun ekspor, termasuk permasalahan
yang harus dihadapi ketika produk mereka akan masuk di pasaran. Contoh kecil
saja ketika produk pertanian seorang petani/ kelompoktani mau masuk di pasar
induk.
Tokoh lainnya yang menjadi inspirasi berasal dari golongan kaum muda,
yaitu Sandi Octa Susila. Pemuda kelahiran Cianjur ini menetapkan jalur profesi
dan bisnisnya di dunia pertanian. Hal yang teramat jarang digeluti anak muda
pada usianya. Bahkan dia memulai usaha sejak duduk di semester 5, S1 IPB.
Awal terjun di dunia bisnis, Sandi melihat banyak hasil panen kebun sayur tidak
maksimal diperjualbelikan. Bermodalkan salah satu website jual beli, Sandi
mendokumentasikan satu per satu hasil produksi ayahnya dan para petani di
kampung halamannya. Dari situlah dia mendapat pengalaman pertama, untuk
mengembangkan usahanya lebih lanjut Sandi memutuskan menjadi pemasok
bahan baku hotel, ia bergerak pada bisnis horeka (hotel restaurant dan cattering).
Dalam kurun waktu 4 tahun, sayur–mayur di bawah binaannya berhasil memasok
25 hotel di Jawa Barat dan beberapa retail di Jakarta.
Hal seperti itu, yang dilakukan oleh kedua tokoh tersebut dalam melihat
peluang yang ada dan memanfaatkannya sebenarnya adalah kunci keberhasilan
dari pengembangan agribisnis sayuran itu sendiri. Dan inilah seharusnya petani
membuka dengan jeli, peluang yang ada di hadapan matanya, ternyata mau itu
dari golongan muda sekalipun bahkan berpendidikan rendah pun, jika kita mau
berusaha keras, memantapkan hati dan mefokuskan niat dengan melihat peluang –
peluang yang di sekitar kita, permasalahan – permasalahan yang ada dan
keterbatasan – keterbatasan yang ada sebenarnya dapat dilalui dengan mudah.
KESIMPULAN
Analisis SWOT pengembangan agri- bisnis sayuran memperoleh empat
strategi yang perlu dilakukan, yaitu: 1) strategi (S-O), memaksimalkan potensi/
kekuatan untuk meraih peluang optimal dengan pemanfaatan teknologi produksi,
perluasan lahan dan pangsa pasar, kebijakan pemerintah/pengembangan
kelembagaan usaha agribisnis, dan peningkatan kualitas SDM, 2) strategi
diversifikasi (S–T), memaksimalkan potensi/kekuatan untuk mengurangi ancaman
yang ada, dengan melakukan kegiatan usaha tani yang ramah lingkungan,
pemberdayaan penangkar benih, dan penerapan PHT, 3) strategi divestasi (W–O),
meminimalkan kelemahan/hambatan untuk meraih peluang semaksimal mungkin
serta meningkatkan produksi/produktivitas dan mutu produk, penguatan sarana
usaha pertanian, diversifikasi, dan pengaturan pola tanam sesuai permintaan pasar,
4) strategi survival (W–T), meminimalkan kelemahan dan hambatan untuk
meminimalkan ancaman dengan meningkatkan efisiensi biaya produksi,
memperluas informasi pasar, dan meminimalkan pemakaian input kimia.
Strategi pengembangan agribisnis sayuran berkelanjutan ke depan adalah
melakukan reorientasi sistem pengelolaan tanaman, sinergi dan harmonisasi
inovasi budi daya, serta mengembangkan kerja sama kemitraan. Strategi
diarahkan pada upaya mengembangkan produksi sesuai dengan kebutuhan,
menciptakan pola tanam yang merata sepanjang tahun, meningkatkan daya saing
dan kemampuan SDM, menguatkan kelembagaan petani, permodalan, dan
pemasaran, serta mengoptimalkan penggunaan lahan serta sarana dan prasarana.
Peningkatan produktivitas dan kualitas sayuran memerlukan dukungan kebijakan
pemerintah, khususnya subsidi sarana produksi bagi petani serta upaya
menerapkan pedoman budidaya sayuran.

SARAN
Adapun saran yang dapat kami berikan terkait strategi pengembangan
agribisnis sayuran di wilayah pedesaan, sebagaimana yang telah disinggung di
pembahasan sebelumnya bahwa usaha yang berkembang artinya sudah harus
berfikir bahwa “petani sukses harus sebagai pemasar”, maka kami pun
merangkumnya dalam konsep 3P (Penataan, Pengemasan dan Pengawetan
sayuran). Kami mengharapkan, bagaimana petani desa itu memahami penataan
sayuran yang baik, pengemasan sayuran yang dapat bernilai jual yang tinggi serta
seperti yang kita ketahui bahwa hasil pertanian umumnya sayuran bersifat mudah
rusak dan mudah busuk maka seharusnya petani sudah memikirkan bagaimana
teknologi dan sarana yang pas untuk mengawetkan sayuran agar sampai di tangan
konsumen tetap segar dan berkualitas baik. Oleh karena itu, kelompok kami
memberikan tips terkait penanganan 3P ini, yaitu melalui beberapa gambar berikut
ini :
1. Penataan Sayuran
Bandingkan gambar berikut ini, mana yang lebih baik.

(Bertumpuk) (Tertata rapi)

(Menggantungkan sayuran) (Menyusunnya sudah pada rak sayur)


2. Pengemasan Sayuran
Kemasan harus unik, menarik, memberi label harga, plastik atau wadah
juga bersih, rapi, dan berfungsi sebagai pelindung agar dapat
meningkatkan nilai jual produk sehingga konsumen tertarik untuk
membelinya dan pengemasan yang baik juga salah satu cara agar sayuran
tetap awet (terjaga kualitasnya : segar), untuk itu, petani dapat mencontoh
kemasan dari gambar – gambar berikut ini :
3. Pengawetan Sayuran
Dengan alat yang diberi nama Maczone untuk melapisi buah dan sayuran
agar lebih awet. Maczone ini menggunakan gelombang ultrasonic ozone
dan teknik coating atau pelapisan. Cara kerjanya, buah dimasukkan ke
ultrasonic ozone selama 5 menit untuk bunuh bakteri dan hilangkan
pestisida. Lalu buah akan dilapisi bahan serupa agar-agar yang aman untuk
makanan. Hasilnya buah yang diawetkan bisa 2 kali lebih tahan lama.

Untuk hasil pertanian seperti sayur - sayuran yang bersifat mudah rusak
atau busuk, dianjurkan untuk menggunakan kendaraan berbak tertutup
yang dilengkapi dengan pendingin atau pengatur suhu. Sementara untuk
komoditas yang membutuhkan sirkulasi udara yang cukup seperti kopi,
cokelat, bawang merah, dan bawang putih, dapat menggunakan kendaraan
dengan bak terbuka atau berventilasi.

Buah dan sayuran yang kelihatannya segar nyatanya masih menggunakan


pengawet yang mengandung bahan kimia berbahaya. Kehadiran mesin
pendingin seperti kulkas pun tidak menjamin buah dan sayur akan segar
lebih lama. Namun kini ada terobosan baru dari Apeel Sciences, sebuah
perusahaan yang berbasis di kota Goleta sebelah selatan Santa Barbara
County, California, Amerika Serikat. Perusahaan ini berhasil
mengembangkan pengawet organik untuk buah dan sayur yang dinamakan
Edipeel.Sebagai alternatif pendinginan, Edipeel merupakan pengawet
alami ramah lingkungan yang telah dikembangkan selama enam tahun dan
telah diakui oleh Badan Pangan dan Obat Amerika (Food and Drug
Administration). Ekstrak Edipeel aman untuk dikonsumsi karena terbuat
dari bahan tanaman. Selain itu, kelebihan Edipeel ini dapat membentuk
iklim mikro pada buah dan sayur sehingga membuatnya lebih tahan lama
dibandingkan dengan menggunakan mesin pendingin. Edipeel
menciptakan pelindung tidak terlihat untuk mejaga agar oksigen tetap di
luar dan air tetap di dalam buah dan sayur. Pada dasarnya, Apeel
menggabungkan kembali minyak nabati dari tanaman dengan campuran
yang disesuaikan untuk mengawetkan berbagai jenis buah dan sayur.
Hasilnya adalah bubuk Edipeel. Untuk mengawetkan buah dan sayur,
bubuk Edipeel harus dicampur dengan air dan disemprotkan pada
permukaan buah atau sayur. Setelah permukaan buah atau sayur tersebut
kering, bahan ini menjadi semacam kulit tipis yang menjaga kesegaran
setiap produk. Hasilnya adalah kemampuan produk bertahan dua, tiga,
empat kali lebih lama, bahkan tanpa pendinginan.

Anda mungkin juga menyukai