Anda di halaman 1dari 13

Machine Translated by Google

Jurnal Internasional Ilmu Politik, Hukum, dan Sosial Jurnal Akses Terbuka
© Pusat Penelitian Politik, Hukum, Ekonomi, dan Sosial Abad 21 https://ijpls.org/index.php/IJPLS/index
Jil. 3. Nomor 2. ISSN: 2501-7322

PORANG FARMERS EMPOWERMENT STRATEGY IN BALANGAN


DAERAH

Khairunnisa*, Muslih Amberi, Muhammad Riduansyah Syafari

Master Study Program of Development Studies, Postgraduate Program, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, South
Kalimantan, Indonesia

Kirim : 06-09-2021
Diterima : 06-05-2022
*Penulis yang sesuai

Abstrak
Pemberdayaan petani porang saat ini mutlak diperlukan. Besarnya potensi porang tidak diimbangi dengan
kemampuan petani dalam meningkatkan pertaniannya menjadi usaha peternakan yang mampu sejahtera.
Sebab, porang sebagai komoditas baru menyulitkan petani dalam membudidayakan, mengolah, dan
memasarkannya. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi upaya pemberdayaan dan strategi pemberdayaan petani porang yang harus dilakukan
oleh Pemerintah Kabupaten Balangan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan
pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara, FGD, dan
penelusuran dokumentasi terkait data sekunder untuk mendukung penelitian ini. Analisis SWOT digunakan
dalam merumuskan strategi pemberdayaan petani porang yang objeknya adalah Pemerintah Kabupaten
Balangan. Hasil analisis SWOT menunjukkan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi upaya
pemberdayaan, yaitu delapan faktor kekuatan, delapan faktor kelemahan, lima faktor peluang, dan lima
faktor ancaman. Faktor-faktor tersebut dengan analisis SWOT menghasilkan 7 strategi Keunggulan
komparatif, 5 strategi mobilisasi, 6 strategi divestasi/investasi, dan 1 strategi pengendalian kerusakan.
Melalui analisis isu strategis lingkungan hidup, ditetapkan strategi kelemahan-peluang (WO) sebagai
strategi utama dalam pemberdayaan petani porang. Strateginya adalah; 1) Merancang peraturan dan
kebijakan tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani. 2) Menjalin kemitraan dan memperluas
jaringan untuk mendapatkan pasar baru dalam pemasaran porang. 3) Membuat aplikasi berbasis teknologi
yang dapat memudahkan akses informasi mengenai pengembangan dan budidaya porang. 4) Meningkatkan
penelitian mengenai teknologi tepat guna yang mudah ditiru oleh petani terkait pengembangan dan
pengolahan pascapanen. 5) Melakukan inovasi pengembangan porang sehingga menghasilkan produk terdiversifikasi yang

Kata Kunci: Pemberdayaan Petani, Porang, Strategi.

125
Machine Translated by Google
Jurnal Internasional Ilmu Politik, Hukum, dan Sosial
© Pusat Penelitian Politik, Hukum, Ekonomi, dan Sosial Abad 21

PERKENALAN
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 mengamanatkan negara wajib menyelenggarakan pemberdayaan
petani secara terencana, terarah, dan berkelanjutan. Pemberdayaan petani dilakukan untuk menyelenggarakan
kegiatan usahatani yang lebih baik melalui pendidikan dan pelatihan, penyuluhan dan pendampingan,
pengembangan sistem dan prasarana pertanian, pemantapan dan penjaminan luas lahan pertanian,
kemudahan akses terhadap pengetahuan, teknologi dan informasi serta penyuluhan petani. institusi (Djunedi,
2016). ; Prayoga & Nurfadillah, 2018; Sidiq & Sulistyani, 2017).
Berdasarkan undang-undang ini, penting bagi pemerintah untuk memberdayakan petani, mengingat
sebagian besar masyarakat Indonesia bekerja dan menggantungkan penghidupannya pada sektor pertanian
(Fitriani, 2017). Oleh karena itu, pembangunan di sektor pertanian sangat perlu diperhatikan oleh pemerintah
(Simanjuntak & Erwinsyah, 2020; Purwahita et al., 2021; Fitriani, 2017). Melalui pengembangan sektor
pertanian diharapkan dapat menjadi motor penggerak bagi pengembangan bidang lainnya, termasuk di
bidang pembangunan ekonomi (Bawia et al., 2015; Miranti, 2016). Hal ini menjadikan sektor pertanian sangat
potensial dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya petani

Salah satu komoditas unggulan Kabupaten Balangan yang kini mulai serius digarap oleh para petani
adalah tanaman porang. Besarnya pangsa pasar porang khususnya untuk kebutuhan ekspor menyebabkan
saat ini di Kabupaten Balangan mulai dilakukan program budidaya, pemanfaatan, dan pengembangan
tanaman porang. Program ini diadakan karena Porang banyak ditemukan tumbuh liar dan banyak permintaan
pesanan dari luar daerah maupun luar negeri dalam bentuk keripik (irisan tipis dan kering).

Departemen Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan sebagai lead sector pemberdayaan petani
porang wajib melakukan upaya perlindungan dan pemberdayaan sesuai dengan amanat Undang-Undang.
Pendekatan pemberdayaan yang dilakukan tidak hanya fokus pada keterlibatan penerima manfaat dalam
proses pembangunan, namun juga memungkinkan masyarakat untuk memantaunya guna meningkatkan
kesejahteraan hidupnya.
Pemberdayaan kelompok tani harus dilakukan dengan langkah penanganan yang tepat. Hal ini penting
karena berguna untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia petani. Menurut Kause dkk. (2013)
peningkatan kualitas sumber daya manusia dilakukan dengan membentuk dan mengubah perilaku masyarakat
petani melalui pengembangan potensi yang dimiliki.
Hasil survei awal melalui wawancara dengan penyuluh pertanian dan ketua Gabungan Petani Porang
Kabupaten Balangan, pemberdayaan petani porang selama ini belum maksimal dilakukan. Dinas Ketahanan
Pangan, Pertanian dan Perikanan hanya memberikan penyuluhan terkait pemasaran porang. Sementara dari
Bapeddalitbang terdapat program peminjaman dan penggunaan alat pemotong, pengering, dan tepung serta
pelatihan pengolahan porang sebagai produk pangan alternatif bagi kelompok tani.

Program-program tersebut belum mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap petani
porang, mengingat Kabupaten Balangan saat ini merupakan salah satu kabupaten penghasil porang terbesar
di Kalimantan Selatan. Porang di Kabupaten Balangan menyumbang 10 ton per minggu atau 50% dari total
pengiriman seluruh Kalimantan Selatan yang berjumlah 20 ton untuk dikirim ke luar Kalimantan. Luas
perkebunan porang di Kabupaten Balangan saat ini mencapai 810 hektar. Hingga saat ini porang belum
dimanfaatkan masyarakat sebagai bahan pangan alternatif yang memiliki nilai tambah dan nilai jual lebih
tinggi. Petani porang hanya menjual dalam bentuk mentah sehingga nilai jualnya masih rendah.

Terbatasnya penjualan porang karena petani masih belum memiliki keterampilan dalam mengolah
produk turunannya. Selain itu, pola pengolahan porang masih dilakukan secara manual seperti pemotongan umbi

126
Machine Translated by Google
Jurnal Internasional Ilmu Politik, Hukum, dan Sosial
© Pusat Penelitian Politik, Hukum, Ekonomi, dan Sosial Abad 21

menjadi keripik, pengeringan dilakukan secara alami dan masih sedikit petani yang belum memahami
bagaimana proses budidaya dan pengolahannya untuk meningkatkan nilai ekonomi dari porang.
Minimnya pengetahuan petani porang dan minimnya teknologi dalam budidaya serta meningkatnya
nilai ekonomi dan hasil panen menjadi indikasi perlunya pemberdayaan petani porang. Pemberdayaan
petani porang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan kapasitas petani dalam menjalankan usaha
peternakan yang produktif, maju, modern, dan berkelanjutan. Upaya pemberdayaan yang dilakukan
terhadap petani porang diharapkan dapat meningkatkan tingkat kesejahteraan, kualitas dan kehidupan
yang lebih baik. Oleh karena itu, pemerintah diharapkan memiliki strategi yang handal dalam
memberdayakan petani Porang, baik budidaya, penanaman, pasca panen, hingga pengolahan produk dan penjualan.
Strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas kesejahteraan dan kehidupan yang lebih
baik serta kemandirian petani adalah dengan memberdayakan petani (Hendrastomo, 2011; Hariance,
2020; Syahputra, 2022). Pemberdayaan petani merupakan konsep yang dikembangkan untuk memperkuat
kemandirian petani (Anah, 2017), memudahkan petani dalam menyelesaikan permasalahan yang ada
(Lekatompessy, 2013), dan menjadikan usahatani petani lebih terorganisir dan fokus sehingga petani
dapat lebih kreatif dan kreatif. mandiri dalam pekerjaannya. mengelola pertanian mereka (Deperiky & Santosa, 2019).
Pertanian yang dikelola secara kreatif, terarah, dan mandiri tentunya dapat meningkatkan produksi
pertanian semaksimal mungkin. Pemberdayaan petani meliputi peningkatan kemampuan dan keterampilan
petani melalui penyuluhan dan pelatihan,
Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kemandirian petani adalah melalui upaya
pemberdayaan di segala lingkup (Widyatmoko, 2020; Hendrastomo, 2011). Pemberdayaan petani
hendaknya tidak hanya fokus pada pengembangan kapasitas individu petani. Porang sebagai komoditas
yang mempunyai nilai ekonomi tinggi memberikan peluang bagi pemerintah untuk memberdayakan usaha
peternakan (Maru et al., 2021; Djunedi, 2016). Pengembangan usaha pertanian melalui upaya
pemberdayaan yang dilakukan pemerintah merupakan salah satu upaya percepatan sasaran di sektor
pertanian.
Data Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan tahun 2022 mencatat jumlah petani porang
di Kabupaten Balangan saat ini sebanyak 526 orang dengan total luas lahan 210,96 Ha. Besarnya
persebaran petani porang, minimnya pengetahuan petani tentang budidaya, pengolahan dan pemasaran
serta minimnya teknologi yang dapat meningkatkan nilai ekonomi porang menuntut peran aktif semua
pihak, mengingat porang di Kabupaten Balangan kini menjadi salah satu sektor yang paling banyak diburu
oleh masyarakat. sektor yang sangat potensial untuk dikembangkan.
Pemberdayaan petani dilaksanakan berdasarkan ketentuan sebagai berikut: pertama, program
harus mampu meningkatkan kesadaran petani dan melibatkan masyarakat dalam prosesnya; kedua,
kegiatannya bersifat partisipatif berdasarkan musyawarah; ketiga, pemberdayaan petani harus mampu
meningkatkan nilai ekonomi usahatani sehingga kegiatan pemberdayaan diharapkan dapat terkoneksi
dengan kegiatan lain; keempat, metode pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan
kemandirian petani.
Penelitian mengenai pemberdayaan petani telah banyak dilakukan. Namun pemberdayaan khusus
petani porang belum banyak diteliti. Pasalnya, porang merupakan komoditas pertanian yang masih baru
dan belum banyak dibudidayakan oleh petani. Penelitian terkait pemberdayaan petani porang kebanyakan
bukan pada pemberdayaan petani, melainkan pada pengolahan porang itu sendiri. Pemberdayaan petani
porang telah diteliti oleh Sukartono, Suwardji, Kusumo, Bakti, & Edwin (2020) yang fokus pada penguatan
kapasitas kelompok tani. Penguatan kapasitas kelompok petani porang didasari oleh kurangnya
pengetahuan petani tentang teknik budidaya porang, perlunya mitra untuk mengakses permodalan dan
pasar, serta kurangnya pemahaman petani tentang tambahan.

127
Machine Translated by Google
Jurnal Internasional Ilmu Politik, Hukum, dan Sosial
© Pusat Penelitian Politik, Hukum, Ekonomi, dan Sosial Abad 21

nilai olahan umbi porang. Penelitian lain terhadap petani porang telah diteliti oleh Putri, Isharjadi, &
Yusdita (2021) yang fokus pada pengelolaan keuangan kelompok tani.
Penelitian dalam skripsi ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang telah ada.
Kajian ini fokus pada strategi pemberdayaan kelompok petani porang pada aspek awareness dan
capacity building, baik secara individu, institusi, maupun jaringan. Syafari (2017) menyatakan bahwa
untuk menjadikan masyarakat berdaya dan mandiri dilakukan melalui proses pemberdayaan yang
komprehensif yaitu proses penyadaran dan peningkatan kapasitas yang terdiri dari tiga aspek yaitu
penguatan kapasitas individu, kelembagaan dan jaringan.
Sehubungan dengan permasalahan tersebut, penting untuk menganalisis strategi pemberdayaan
kelompok petani porang di Kabupaten Balangan. Pemerintah Kabupaten Balangan perlu mencari
strategi pemberdayaan yang tepat agar proses pemberdayaan petani yang bertujuan untuk
meningkatkan dan mengembangkan pola pikir, pola kerja peningkatan usaha peternakan, serta
menumbuhkan dan memperkuat kelembagaan petani dapat tercapai.

BAHAN DAN METODE


Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif yaitu metode penelitian dengan
mengungkapkan permasalahan yang ada kemudian mengolah data, menganalisis, meneliti dan
menafsirkan terkait strategi pemberdayaan kelompok tani Porang di Kabupaten Balangan serta
membuat kesimpulan dan memberikan saran yang kemudian disusun dalam bentuk pembahasan
yang sistematis sehingga permasalahan yang ada di masyarakat dapat dipahami. Beragamnya
penggunaan pendekatan kualitatif yang telah diuraikan di atas menjadikan penelitian ini mampu
mengungkap fenomena kebiasaan partisipasi masyarakat dalam pemberdayaan kelompok tani.
Lokasi penelitian dilakukan di delapan kecamatan di Kabupaten Balangan yaitu Kecamatan
Paringin, Paringin Selatan, Lampihong, Batumandi, Awayan, Halong, Juai, dan Tebing Tinggi.
Narasumber sebagai sumber data dalam penelitian kualitatif memegang peranan yang sangat penting
dalam memberikan informasi. Menurut Bungin (2012) informan dalam penelitian kualitatif berkaitan
dengan bagaimana langkah-langkah yang dilakukan peneliti sehingga data atau informasi dapat
diperoleh. Pemilihan informan sebagai sumber data dalam penelitian ini didasarkan pada prinsip
subjek yang menguasai masalah, mempunyai data, dan bersedia memberikan informasi yang lengkap dan akurat.
Informan yang berperan sebagai sumber data dan informasi harus memenuhi syarat untuk menjadi
informan kunci. Informan dalam penelitian ini adalah kelompok petani porang di delapan kecamatan
Kabupaten Balangan.
Sumber data dibedakan menjadi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui
wawancara dengan informan (praktisi, pakar dan pemangku kepentingan) untuk memperoleh informasi
tentang strategi pemberdayaan kelompok tani Porang dan melalui Group Discussion Forum (FGD).
Wawancara dan kuesioner SWOT juga dilakukan kepada informan kunci antara lain Kepala Dinas
Pertanian Kabupaten Balangan, Kepala Bappedalitbang Kabupaten Balangan, Kepala Bidang Tanaman
Pangan, dan Ketua Kelompok Asosiasi Porang Kabupaten Balangan. Sedangkan peserta FGD adalah
petani porang di Kabupaten Balangan. Data sekunder diperoleh dengan menggali informasi dari
berbagai sumber tertulis seperti buku, laporan penelitian, peraturan perundang-undangan, studi praktik
terbaik dari negara lain, dan referensi tertulis lainnya yang relevan dengan topik penelitian.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan melalui wawancara,
observasi, diskusi kelompok terfokus, dan studi pustaka. Pengumpulan data dengan observasi
langsung atau observasi langsung merupakan cara pengumpulan data dengan menggunakan mata
tanpa bantuan alat standar lain untuk keperluan tersebut. Observasi akan tergolong teknik pengumpulan data jika

128
Machine Translated by Google
Jurnal Internasional Ilmu Politik, Hukum, dan Sosial
© Pusat Penelitian Politik, Hukum, Ekonomi, dan Sosial Abad 21

observasi mempunyai kriteria yang berkaitan dengan tujuan penelitian, digunakan untuk penelitian dan
direncanakan secara sistematis, observasi dicatat secara sistematis dan dikaitkan dengan
proposisi umum. Wawancara mendalam merupakan pertemuan tatap muka yang dilakukan secara berulang-
ulang antara peneliti dengan subjek penelitian guna memahami pandangan subjek penelitian terhadap
permasalahan penelitian yang diangkat. Wawancara dalam penelitian ini merupakan alat pengumpulan data
utama yang bertujuan untuk mengungkap dan memperoleh informasi terkait strategi pemberdayaan kelompok
petani porang di Kabupaten Balangan. Forum Group Discussion (FGD) merupakan teknik pengumpulan data
yang umumnya dilakukan dalam penelitian kualitatif dengan tujuan untuk menemukan makna suatu tema sesuai
pemahaman kelompok. FGD dimaksudkan untuk menghindari kesalahan pemaknaan seorang peneliti terhadap
fokus masalah yang diteliti. FGD merupakan suatu diskusi dimana metode FGD merupakan suatu metode
penelitian yang mempunyai ciri adanya interaksi antara peneliti dengan informan dan informan dengan informan
lainnya. Hasil dari FGD ini diharapkan mampu menggali ide, mengidentifikasi, merumuskan masalah dan
menemukan alternatif solusi yang efektif dan efisien. FGD yang akan dilakukan pada penelitian ini melibatkan
beberapa peserta yang terdiri dari perwakilan kelompok tani di 8 kecamatan Kabupaten Balangan. Studi
kepustakaan adalah pengumpulan data dari buku-buku, jurnal ilmiah, hasil penelitian dan sumber lain yang
relevan dengan penelitian ini.
Pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini terdiri dari analisis lingkungan strategis berupa faktor
internal dan eksternal serta analisis SWOT. Teknik analisis SWOT terdiri dari dua faktor strategis, yaitu internal
yang berisi kekuatan dan kelemahan serta eksternal yang berisi peluang dan ancaman. Analisis menggunakan
matriks SWOT bertujuan untuk mengidentifikasi alternatif-alternatif strategis yang secara intuitif dirasa layak dan
cocok untuk diterapkan (Tripomo & Udan, 2005). Salah satu alasan perlunya dilakukan identifikasi faktor internal
dan eksternal adalah karena penentuan analisis SWOT dilakukan setelah mengetahui kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman yang ada. Unsur-unsur SWOT meliputi kekuatan (S) yang berarti mengacu pada
keunggulan kompetitif dan kompetisi lainnya; kelemahan (W) yang merupakan hambatan yang membatasi pilihan
dalam pengembangan strategi, peluang (O) yang menggambarkan kondisi yang menguntungkan atau peluang
yang membatasi hambatan, dan ancaman (T) yang berhubungan dengan kondisi yang dapat menghambat atau
mengancam pencapaian tujuan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Ciri Ciri Kabupaten Balangan
Kabupaten Balangan memiliki luas wilayah 1.878,3 Km2 atau 5% dari luas wilayah Provinsi Kalimantan Selatan.
Kabupaten Balangan terbagi menjadi 8 (delapan) kecamatan, yaitu Kecamatan Paringin, Paringin Selatan,
Lampihong, Batumandi, Awayan, Juai, Halong, dan Tebing Tinggi. Data BPS (2020) mencatat Kecamatan Halong
merupakan kecamatan dengan luas wilayah terluas 659,84 km2 (35,13%) dan Kecamatan Paringin Selatan
dengan luas wilayah terkecil 86,80 km2 (4,62%) dari luas wilayah.
Balangan District.
Secara morfologi Kabupaten Balangan terdiri dari wilayah pegunungan di sisi timur dan utara serta dataran
rendah hingga rawa di sisi barat dan selatan. Permukaan tanah di Kabupaten Balangan didominasi oleh kawasan
hutan yang luasnya mencapai 48,11% dari luas wilayah kabupaten atau seluas 90.383 Ha yang mempunyai
potensi besar sebagai daerah tangkapan air bagi daerah aliran sungai (DAS) di bawahnya. Wilayah Kabupaten
Balangan pada umumnya berupa dataran, perbukitan, dan pegunungan.
Kemiringan lahan di Kabupaten Balangan bervariasi dalam enam kelas yaitu <2%, 2-8%, 8-
15%, 15-25%, 25-40% dan >40%. Kemiringan lahan ini terlihat jelas dari kondisi fisik lingkungan yang cukup
bergelombang. Kemiringan suatu lahan berkaitan dengan kepekaannya terhadap erosi tanah. Semakin tinggi/
curam suatu lereng maka semakin sensitif terhadap erosi.

129
Machine Translated by Google
Jurnal Internasional Ilmu Politik, Hukum, dan Sosial
© Pusat Penelitian Politik, Hukum, Ekonomi, dan Sosial Abad 21

Kabupaten Balangan yang sebagian besar luasnya 129.693 Ha atau 69% berada pada kemiringan 0-2 meter.
Kemiringan ini berarti sebagian besar wilayah Balangan berada pada daerah yang landai. Kelas lereng ini sangat
cocok untuk budidaya pertanian, maupun untuk kegiatan perkotaan (terbangun).
Jumlah penduduk Kabupaten Balangan pada tahun 2020 sebanyak 132.103 jiwa. Terdiri dari 66.863 penduduk
laki-laki dan 65.240 penduduk perempuan. Kecamatan Awayan mempunyai jumlah penduduk terbesar yaitu 7.257
jiwa. Rangkuman jumlah penduduk tiap kecamatan menurut data Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil tahun
2021 dapat dilihat pada Tabel 1
Tabel 1. Jumlah Penduduk Kabupaten Balangan Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2021
TIDAK. Subdistrict Pria Wanita Jumlah
1 Juai 8.674 8.561 17.235
2 Halong 10.492 10.092 20.584
3 Awayan 7.187 6.975 14.162
4 Bath 9.877 9.428 19.305
5 Lampihong 9.606 9.234 18.840
6 Paringin 9.709 9,702 19.411
7 South Paringin 7.795 7.728 15.532
8 High cliff 3.677 3.587 7.264
Balangan District 67.017 65.307 132.324

Tingkat pendidikan merupakan salah satu ukuran kualitas penduduk. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang
diselesaikan maka semakin baik pula kualitas sumber daya manusia di daerah tersebut. Data tersebut harus ditambah
dengan etos kerja dan keterampilan, baik hard skill maupun soft skill. Beberapa pelaku usaha menyatakan bahwa
yang dibutuhkan bukan hanya keterampilan saja namun juga kepribadian, karena keterampilan dapat ditingkatkan
melalui pelatihan.
Karakteristik penduduk mempunyai pengaruh penting terhadap proses demografi dan perilaku sosial ekonomi.
Ciri-ciri penduduk yang terpenting adalah umur dan jenis kelamin yang sering juga disebut dengan struktur umur dan
jenis kelamin. Grafik jumlah penduduk menurut umur dan jenis kelamin memberikan gambaran mengenai struktur
umur penduduk dan implikasinya terhadap tuntutan penyediaan program pemberdayaan yang dibutuhkan masyarakat
khususnya pada kelompok tani.

Pertumbuhan ekonomi
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Balangan mengalami perlambatan pada tahun 2020 dari 3,18% menjadi -
2,47%. Perlambatan tersebut seiring dengan pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan yang juga melambat
dari 4,08% menjadi -1,81%. Perubahan tersebut dipengaruhi oleh perubahan nilai tambah bruto pada kategori
lapangan usaha yang cukup dominan di Kabupaten Balangan yaitu kategori pertambangan dan penggalian -3,77%,
industri pengolahan -2,91%, pertanian, kehutanan dan perikanan -1,77%, dan transportasi dan pergudangan -1,73%.
Subkategori pertambangan batubara sangat mempengaruhi besar kecilnya pertumbuhan perekonomian Kabupaten
Balangan. Hingga saat ini Kabupaten Balangan masih mengandalkan sektor pertambangan yang kedepannya
pertumbuhannya akan menurun seiring dengan menurunnya bahan baku batubara di Kabupaten Balangan. Hal ini
membuat pemerintah mulai mengembangkan sektor pertanian sebagai upaya mengantisipasi semakin berkurangnya
cadangan batu bara.
Data Bappedalitbang Kabupaten Balangan menunjukkan sebaran PDRB pada kategori primer mulai menurun
yaitu kategori pertanian, kehutanan, perikanan, dan kategori lapangan usaha pertambangan. Pada tahun 2016 pangsa
kelompok kategori primer ini mencapai 76,37% dan pada tahun 2020 pangsanya menjadi 71,14% atau menurun
sebesar 5,23% dalam kurun waktu 5 tahun sedangkan postur perekonomian Kabupaten Balangan menunjukkan corak
perekonomian Kabupaten Balangan yang masih agraris. Salah satu indikator kinerja dalam RPJMD

130
Machine Translated by Google
Jurnal Internasional Ilmu Politik, Hukum, dan Sosial
© Pusat Penelitian Politik, Hukum, Ekonomi, dan Sosial Abad 21

Kabupaten Balangan merupakan penyumbang sektor pertanian terhadap PDRB. Kontribusi PDRB sektor
pertanian di Kabupaten Balangan mengalami tren penurunan dari 99,68% pada tahun 2016 menjadi 90,66%
pada tahun 2020.

Porang Farmer Empowerment Strategy in Balangan District


Tahap selanjutnya untuk mendapatkan strategi melalui analisis SWOT setelah menentukan faktor-faktor yang
telah dikelompokkan menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman adalah dengan membuat matriks
analisis SWOT (Dahoklory, 2013). Matriks SWOT merupakan alat yang digunakan dalam menyusun faktor-
faktor strategis organisasi (Zainuddin, 2018). Matriks ini menggambarkan dengan jelas bagaimana peluang
dan ancaman eksternal yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan internalnya
(Riwayatiningsih & Purnaweni, 2018). Matriks ini dapat menghasilkan empat rangkaian alternatif strategi yang
mungkin dilakukan, yaitu strategi SO, strategi WO, strategi ST, dan strategi WT.
Tabel 2. Perumusan Strategi Pemberdayaan Petani Porang Menggunakan Matriks SWOT
Faktor eksternal Peluang Ancaman
1. Dimasukkannya porang dalam program 1. Harga porang cenderung berfluktuasi
gerakan ekspor 3 kali karena mengikuti tren perekonomian
(gratieks) (O1). global (T1).
2. Besarnya peluang dan 2. Kebijakan ekspor dari negara tujuan yang
potensi pasar luar negeri menyulitkan petani (T2).
khususnya untuk olahan porang dan
turunannya (O2). 3. Perubahan iklim, serangan hama dan
3. Terbukanya akses perbankan untuk penyakit (T3).
permodalan melalui KUR (O3). 4. konflik kedua organisasi porang yang
4. Terdapat dua organisasi porang cukup berpengaruh terhadap
nasional (Aspeporin dan ASPI) pengembangan dan pemberdayaan
yang memudahkan petani porang (T4).
mengakses informasi teknologi dan
pemasaran porang (O4). 5. Besarnya pembiayaan atau modal yang
dibutuhkan dalam usahatani porang
5. Perkembangan teknologi dan informasi (T5).
yang sangat pesat memudahkan
para petani dalam mengembangkan
usaha peternakannya (O5).

Faktor internal
Kekuatan Strategi JADI Strategi WO
1. Tingginya dukungan dan komitmen 1. Meningkatkan alokasi anggaran untuk 1. Merancang peraturan dan
pimpinan daerah dalam mengolah turunan porang agar nilai kebijakan Perlindungan dan
pemberdayaan petani porang ekonomisnya menjadi lebih Pemberdayaan Petani (W1, O1)
yang tertuang dalam visi dan misi tinggi (S2, O2)
Pemerintah Kabupaten Balangan 2. Meningkatkan pengembangan lahan 2. Menjalin kemitraan dan
(S1). pertanian dengan memanfaatkan memperluas jaringan untuk
2. Porang termasuk ke dalam pembiayaan melalui perbankan (S3, mendapatkan pasar baru dalam
program prioritas pemerintah tahun O3) pemasaran porang (W3, O2)
2021-2026 dengan rencana 3. Meningkatkan penyediaan sarana 3. Menciptakan berbasis teknologi
anggaran belanja (S2) yang cukup besar. dan prasarana yang tepat aplikasi yang dapat memudahkan
3. Potensi sumber daya lahan dan sasaran untuk meningkatkan akses informasi mengenai
variasi topografi yang cocok untuk produksi porang (S4, O1) pengembangan dan budidaya porang
budidaya porang (S3). (W8, O5)
4. Ketersediaan prasarana dan sarana 4. Meningkatkan berbasis teknologi 4. Meningkatkan penelitian
produksi yang diprogramkan program pendidikan dan pelatihan mengenai teknologi tepat guna
Balangan untuk meningkatkan kompetensi yang mudah ditiru oleh petani

131
Machine Translated by Google
Jurnal Internasional Ilmu Politik, Hukum, dan Sosial
© Pusat Penelitian Politik, Hukum, Ekonomi, dan Sosial Abad 21

Pemerintahan Kabupaten (S4). porang farmers (S5, O5) terkait pengembangan dan
5. Dukungan pemerintah terhadap 5. Meningkatkan konseling dan pengolahan pasca panen (W6,
peningkatan kapasitas petani bantuan melalui 2 organisasi W8, O4) (W6, W8, O4)
melalui berbagai pelatihan dan porang dengan 5. Melakukan inovasi pengembangan
program penyuluhan secara menggunakan inovasi yang porang sehingga
berkala (S5). telah dilakukan Pemerintah menghasilkan produk terdiversifikasi
6. Dukungan pemerintah terkait Kabupaten Balangan (S6, O4) yang dapat dipasarkan di dalam
pengembangan porang 6. Meningkatkan pengembangan sistem negeri (W7, O5)
melalui berbagai inovasi untuk dan fasilitas pemasaran melalui BUMD
meningkatkan hasil produksi dan PT Asabaru Daya Cipta Lestari (S7,
pengolahan pasca panen untuk O2)
meningkatkan nilai ekonomi porang 7. Meningkatkan program budidaya
(S6). porang off farm untuk memenuhi
7. Reaktivasi BUMD salah satunya permintaan pasar luar negeri (S6, O2)
komoditas porang (S7).

8. Pekerjaan utama dan


pendapatan sebagian besar penduduk

Kabupaten Balangan berasal dari


sektor pertanian dengan
usia produktif (S8)
Kelemahan Strategi Strategi WT
1. Belum adanya regulasi mengenai 1. Meningkatkan program pendampingan 1. Meningkatkan penguatan
perlindungan dan pemberdayaan kepada petani agar kualitas dan kelembagaan secara berkelanjutan
petani (W1). harga jual porang lebih tinggi (S5, T1) guna meningkatkan kapasitas sumber
2. Kompleksitas lahan daya manusia petani (W6, T4)
proses sertifikasi sebagai salah satu 2. Memudahkan petani dalam
syarat pemberian bantuan dan menyelesaikan dan mempercepat
ekspor (W2). proses sertifikasi lahan sebagai
3. Belum ada a syarat ekspor porang (S1, T2)
kemitraan antara pemerintah
dan swasta atau dari industri lain 3. Menciptakan dan memperluas jaringan
(W3). distribusi sehingga petani dapat
memasuki pasar baru untuk
4. Penyediaan alat pertanian atau menghindari kebijakan ekspor
peminjaman penggunaan prasarana yang rumit dari Tiongkok (S7, T2)
dan sarana produksi 4. Memberikan penyuluhan
pertanian belum merata kepada perencanaan pola tanam sesuai
petani (W4). SOP agar petani mampu
menghadapi perubahan iklim, serangan
5. Belum adanya kelompok tani yang hama dan penyakit (S5, T3)
dapat mengefektifkan proses 5. Pembentukan koperasi porang
pemberdayaan petani porang untuk membantu permodalan
(W5). budidaya porang yang difasilitasi oleh
6. Kurangnya kemampuan petani dalam Dinas Perindustrian, Perdagangan
mereplikasi inovasi yang dan Koperasi (S1, T5)
dilakukan pemerintah Kabupaten 6. Pembentukan Kelompok Tani Porang
Balangan terkait pengembangan untuk mengefektifkan
dan pengolahan pasca panen program pemberdayaan yang
berbasis teknologi (W6). dilakukan pemerintah (S8, T4)

7. Kurangnya infrastruktur di Balangan


dan jauhnya kawasan Balangan
dari pelabuhan serta pengaruhnya
terhadap pemasaran porang

132
Machine Translated by Google
Jurnal Internasional Ilmu Politik, Hukum, dan Sosial
© Pusat Penelitian Politik, Hukum, Ekonomi, dan Sosial Abad 21

(W7).
8. Belum ada program
pemberdayaan khusus
petani porang yang dilakukan
secara berkelanjutan mulai
dari pengembangan
kapasitas sumber daya
manusia hingga
penguatan kelembagaan petani (W8).

Strategi SO yang disebut dengan strategi keunggulan komparatif merupakan strategi yang
menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang dalam suatu organisasi (Isnaini & Affiani, 2019).
Strategi ini memberikan kemungkinan bagi suatu organisasi untuk dapat berkembang lebih cepat karena
dari segi internal mempunyai kekuatan dan terdapat banyak peluang dari luar organisasi (Taufik et al.,
2022). Komitmen Pemkab Balangan dalam memajukan sektor pertanian khususnya porang adalah dengan
mengalokasikan anggaran tahun 2022 yang cukup besar untuk komoditas tersebut. Salah satu
permasalahan yang dihadapi petani adalah harga umbi porang yang berfluktuasi.
Berbeda dengan harga olahan porang lainnya yang nilainya lebih dari 10 kali lipat dari harga umbi porang.
Anggaran untuk komoditas porang tidak hanya berada di Departemen Ketahanan Pangan, Pertanian dan
Perikanan sebagai lead sector pengembangan komoditas ini, namun juga di Departemen Perindustrian,
Perdagangan dan Koperasi serta Bappedalitbang. Pengalokasian anggaran yang cukup besar terhadap
komoditas porang, khususnya untuk menghasilkan produk olahan porang yang bernilai ekonomi tinggi,
dilakukan mengingat besarnya peluang pasar luar negeri untuk diversifikasi olahan porang.

Strategi WO merupakan strategi memanfaatkan peluang untuk mengatasi kelemahan (Nuryadi et


al., 2022). Strategi ini merupakan hasil evaluasi terhadap kelemahan dan peluang organisasi kemudian
menghasilkan isu investasi atau divestasi yang strategis (Isnaini & Affiani, 2019). Peraturan perundang-
undangan di Pemerintah Kabupaten Balangan yang ada saat ini belum mengatur tentang perlindungan
dan pemberdayaan petani secara komprehensif, sistemik, dan holistik. Regulasi yang mengatur tentang
perlindungan dan pemberdayaan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan penting untuk
diterbitkan dalam rangka mengantisipasi risiko usaha, permasalahan sulitnya memperoleh prasarana dan
sarana produksi, kepastian usaha, risiko harga, praktik ekonomi berbiaya tinggi, perubahan iklim, gejolak
perekonomian global. , modal,
Sulistyani (2017) menyatakan bahwa pemerintah sebagai salah satu aktor yang berperan penting
dalam pemberdayaan masyarakat lebih berperan dalam menentukan rambu dan aturan main secara
umum. Senada dengan pernyataan tersebut, Anwar dan Hariyanto (2017) menjelaskan bahwa peran
pemerintah yang paling menonjol dalam pemberdayaan sebenarnya terletak pada peran pengambilan
keputusan dan pendanaan. Mengingat kemungkinan terjadinya perselisihan dalam proses pemberdayaan,
maka diperlukan peran mediasi terutama untuk mengontrol peran pihak swasta agar berjalan adil dan tidak
merugikan petani. Selain merancang peraturan perlindungan dan pemberdayaan petani, pemerintah juga
dapat mengintegrasikan kebijakan antara pemerintah pusat, provinsi, BUMN, dan swasta.

Kebijakan regulasi Pemerintah Kabupaten Balangan dalam pengelolaan tanaman porang harus
mengarah pada perlindungan dan pemberdayaan petani. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk
mengeluarkan kebijakan peraturan (peraturan) mengenai pengelolaan pertanian pada umumnya dan
khususnya tanaman porang sebagai bentuk perlindungan bagi petani porang guna meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. kesejahteraan mereka. Dengan ditetapkannya porang sebagai program prioritas dan ketergantu

133
Machine Translated by Google
Jurnal Internasional Ilmu Politik, Hukum, dan Sosial
© Pusat Penelitian Politik, Hukum, Ekonomi, dan Sosial Abad 21

pemasarannya di pasar luar negeri, sebaiknya Pemerintah Kabupaten Balangan mengeluarkan kebijakan terhadap
komoditas porang yaitu; a) kebijakan pengembangan usaha pertanian dengan mendorong investasi dan kemitraan
usaha, b) kebijakan peningkatan produksi berkelanjutan, c) kebijakan pemberdayaan masyarakat petani porang
dan kelembagaan petani, dan d) kebijakan pengembangan sumber daya manusia dan saran sarana prasarana.
Hal ini dilakukan untuk memberikan rasa aman dan meningkatkan usaha budidaya para petani porang, sehingga
permasalahan seperti anjloknya harga porang dapat dicegah.

Isu strategis mobilisasi menunjukkan bahwa Pemerintah Kabupaten Balangan secara internal mempunyai
kekuatan namun menghadapi beberapa ancaman eksternal dalam pemberdayaan petani porang. Hal ini membuat
Pemerintah Kabupaten Balangan harus menggunakan kekuatan yang ada untuk mengantisipasi ancaman yang
datang dari luar organisasi. Program pelatihan terkait budidaya, pengolahan pasca panen, hingga pengembangan
produk turunan porang yang diberikan harus diimbangi dengan pendampingan yang intens oleh penyuluh kepada
petani. Pendampingan diberikan agar petani dapat terus menerapkan hasil pelatihan dan penyuluhan. Program
pendampingan ini diharapkan dapat menghasilkan produktivitas porang yang tinggi.

Pendampingan kepada petani merupakan pembinaan yang dilakukan untuk mengembangkan potensi yang
dimilikinya, dalam hal ini komoditas porang (Koodoh, 2014). Pendampingan diyakini menjadi salah satu strategi
yang dapat menentukan keberhasilan program pemberdayaan (Nabila et al., 2022). Tugas dan tanggung jawab
pendamping adalah mengkoordinasikan pelaksanaan penyuluhan, melaksanakan bimbingan teknis budidaya
porang, mendorong dan mengembangkan kegiatan agribisnis, memantau dan mengevaluasi kelompok tani,
melakukan pendampingan dan mengawal pendampingan petani, menginventarisasi dan mengidentifikasi potensi
daerah, dan membuat laporan pelaksanaan kegiatan petani porang. Melalui berbagai proses pendampingan
tersebut diharapkan dapat memberikan perubahan positif bagi petani porang menjadi lebih baik dan kreatif.

Strategi ini disebut juga dengan strategi pengendalian kerusakan atau strategi menghindari bahaya. Strategi
ini dilakukan dengan menutupi kelemahan sekaligus menghindari ancaman. Organisasi mempunyai kelemahan
dan mendapat ancaman dari luar sehingga berada pada posisi yang sangat lemah. Konsep revitalisasi pertanian
bertumpu pada tiga peran utama yang perlu dilaksanakan, yaitu (1) peran pemerintah (pusat/provinsi/kabupaten/
kota); pengambilan kebijakan, fasilitasi, pengaturan, penggerak/pengorganisasian, serta pemantauan dan
evaluasi. (2) Peran petani/nelayan: menghasilkan (produsen), meningkatkan produksi, dan melaksanakan praktek
agribisnis (wirausahawan/wirausahawan). (3) Peran penyuluh; menggerakkan petani, memfasilitasi petani, dengan
berbagai informasi dan teknologi. Ketiga peran utama tersebut berperan aktif dalam memperkuat kelembagaan
petani.

Menghadapi tantangan pemberdayaan petani porang, maka penting bagi Pemerintah Kabupaten Balangan
untuk menjembatani kesenjangan unsur-unsur pemberdayaan sosio-teknis yang terdapat pada setiap kelompok
tani. Upaya dan strategi pemberdayaan kelembagaan petani mempunyai hubungan yang kuat dengan kondisi
sosial teknis masyarakat petani. Dengan kata lain, pemerintah menghadirkan implikasi kebijakan terhadap
pemberdayaan petani dengan pendekatan yang mampu memfasilitasi aspirasi sosial budaya serta aspirasi teknis
dan kelembagaan petani.
Penguatan kelembagaan petani merupakan upaya sistematis, konsisten, dan berkelanjutan untuk meningkatkan
kemampuan adaptasi dan inovasi petani guna memanfaatkan teknologi secara optimal. Untuk meningkatkan
kesejahteraan petani, langkah pertama yang harus dilakukan adalah pemberdayaan kelembagaan petani,
Penguatan kelembagaan petani dilakukan melalui beberapa upaya, antara lain mendorong dan membimbing
petani agar mampu bekerja sama dalam bidang ekonomi secara berkelompok.
Pertumbuhan kelompok tani melalui peningkatan fasilitas bantuan dan akses permodalan semakin meningkat

134
Machine Translated by Google
Jurnal Internasional Ilmu Politik, Hukum, dan Sosial
© Pusat Penelitian Politik, Hukum, Ekonomi, dan Sosial Abad 21

efisiensi dan efektivitas petani, serta peningkatan kapasitas sumber daya manusia melalui berbagai pendampingan
dan pelatihan bagi pengurus dan anggota, ada tambahan solusinya.
Hasil analisis swot diperoleh 19 strategi dalam pemberdayaan petani porang di Kabupaten Balangan. Semua
strategi tersebut bisa dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Balangan meski tidak dalam waktu bersamaan. Untuk
memfasilitasi dan mengefektifkan upaya pemberdayaan, penting untuk menyusun strategi utama sebagai prioritas.
Perumusan prioritas strategis didasarkan pada hasil analisis faktor lingkungan yang bersumber dari wawancara,
penelusuran dokumen, dan observasi. Strategi utama dalam pemberdayaan petani porang adalah strategi Weakness-
Opportunity (WO), yaitu strategi yang bertujuan untuk memperbaiki/memperbaiki kelemahan dengan memanfaatkan
peluang yang ada.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, permasalahan terbesar dalam budidaya porang adalah menjalankan
dan mengembangkan usaha budidaya porang. Sebagai komoditas baru, para petani porang masih kesulitan dalam
menjalankan usaha budidayanya, melihat peluang pasar yang sangat besar, tentunya hal ini dapat diatasi bersama
dengan menerapkan strategi pemberdayaan yang mengarah pada usahatani. Sehingga strategi prioritas yang harus
dilaksanakan Pemerintah Kabupaten Balangan dalam Pemberdayaan Petani Porang adalah:

1. Merancang peraturan dan kebijakan Perlindungan dan Pemberdayaan Petani.


2. Menjalin kemitraan dan memperluas jaringan untuk mendapatkan pasar baru dalam pemasaran porang.
3. Membuat aplikasi berbasis teknologi yang dapat memudahkan akses informasi mengenai
pengembangan dan budidaya porang.
4. Meningkatkan penelitian mengenai teknologi tepat guna yang mudah ditiru oleh petani terkait pengembangan dan
pengolahan pascapanen.
5. Melakukan inovasi pengembangan porang sehingga menghasilkan produk yang terdiversifikasi
dipasarkan di dalam negeri.

Prioritas strategi tersebut sejalan dengan pernyataan Sadjad yang mengungkapkan bahwa selama ini program
pemberdayaan petani masih pada sentralisme pertanian. Pemberdayaan harus lebih diarahkan agar rekayasa
agribisnis semakin berkembang sehingga petani dapat menjadi pelaku usaha yang handal dan pada akhirnya menjadi
pusat usaha masyarakat pedesaan yang mensejahterakan diri dan lingkungannya. Pembangunan pertanian harus
dimulai dari hilir yaitu pasar melalui komponen menengah atau agroindustri baru, kemudian hulunya pada usaha
pertanian.

KESIMPULAN
Kekuatan (kekuatan); dukungan pimpinan daerah, sumber daya keuangan yang memadai, potensi daerah,
ketersediaan sarana dan prasarana, program peningkatan kapasitas petani, melakukan berbagai kajian dan inovasi
pengembangan porang, sehingga porang dijadikan sebagai salah satu ladang usaha BUMD. Kelemahan (kelemahan);
belum ada peraturan dan kebijakan yang ditujukan untuk melindungi dan memberdayakan petani, proses pendaftaran
tanah, belum ada program kemitraan pemerintah dan swasta, belum adanya kemampuan petani dalam mengadopsi
inovasi dan teknologi, belum adanya infrastruktur yang mendukung budidaya porang, dan belum ada program khusus
pemberdayaan petani porang. . Peluang (peluang); porang masuk dalam program gratis, peluang dan potensi pasar
porang cukup besar, akses permodalan dibuka melalui perbankan, terdapat dua organisasi porang nasional di
Balangan, dan perkembangan teknologi dan informasi saat ini sangat pesat. Ancaman (ancaman); harga porang
yang cenderung fluktuatif, ekspor

135
Machine Translated by Google
Jurnal Internasional Ilmu Politik, Hukum, dan Sosial
© Pusat Penelitian Politik, Hukum, Ekonomi, dan Sosial Abad 21

kebijakan dari negara tujuan, perubahan iklim, serangan hama dan penyakit, serta besarnya modal
dalam menjalankan usaha budidaya porang.
Strategi utama yang dapat dilakukan Pemerintah Kabupaten Balangan dalam memberdayakan
petani porang adalah dengan merancang peraturan dan kebijakan Perlindungan dan Pemberdayaan
Petani, menjalin kemitraan dan memperluas jaringan untuk memperoleh pasar baru dalam pemasaran
porang, membuat aplikasi berbasis teknologi yang dapat memudahkan akses terhadap informasi
mengenai pembangunan dan pertanian. porang, memperbanyak riset teknologi tepat guna yang
mudah ditiru petani terkait pengembangan dan pengolahan pasca panen, serta melakukan inovasi
pengembangan porang sehingga menghasilkan produk terdiversifikasi yang dapat dipasarkan di dalam negeri.

REFERENSI
Anah, E. S. S. (2017). Pengembangan Potensi Ekonomi Kawasan Pesisir Dalam Peningkatan
Kesejahteraan Masyarakat. Lembaran Masyarakat: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam,
3(2), 138-153.
Bawia, J., Rantung, S. V., & Andaki, J. A. (2015). Analisis finansial usaha budidaya ikan kuwe (Caranx
sp) keramba jaring tancap di Kelurahan Batulubang Kota Bitung. AKULTURASI: Jurnal Ilmiah
Agrobisnis Perikanan, 3(5).
Dahoklory, M. (2013). Analisis Dan Pengembangan E-Supply Chain Management Pt Jatropha
Indah. (Thesis, Universitas Atma Jaya Yogyakarta)
Deperiky, D., & Santosa, R. A. H. (2019). Sinergi Supply Chain Yang Efektif: Literature Review
Agroindustri Bawang Merah di Sumatera Barat. Jurnal Teknologi Industri Pertanian, 29(2).

Djunedi, P. (2016). Analisis asuransi pertanian di Indonesia: konsep, tantangan dan prospek.
Jurnal Borneo Administrator, 12(1), 9-27.
Fitriani, F. (2017). Pertanian Perdesaan Lampung: Peluang dan Tantangan Lampung Rural Agriculture;
Opportunities And Challenges F. Journal of Food System and Agribusiness.
Hariance, R. (2020). Aksi Kolektif Petani Dalam Koperasi Untuk Agribisnis Berkelanjutan.
Agrifo: Jurnal Agribisnis Universitas Malikussaleh, 4(2), 93-106.
Hendrastomo, G. (2011). Keterpurukan Sektor Pertanian Sebagai Potret Kegagalan Industrialisasi Di
Indonesia. Dimensia: Jurnal Kajian Sosiologi, 5(1).
Isnaini, L., & Affiani, M. (2019). Analisis Strategis dan Kunci Keberhasilan Badan Pengembangan
Sumber Daya Manusia (BPSDM) Provinsi Jambi. J-MAS (Jurnal Manajemen Dan Sains), 4(1),
118-130.
Kause, W. L., Helfiarne, M. R., Komba, Y. T., Salim, A., & Djesse, S. T. (2013). Kajian Status Provinsi
Nusa Tenggara Timur Sebagai Provinsi Kepulauan Ditinjau Dari Perspektif Hukum (Study Of Ntt
Province's Status As An Island Province: Overview From Law Perspective). Jurnal Borneo
Administrator, 9(2).
Koodoh, E. E. (2014). Penguatan Peran Pemerintah Daerah dan Kepolisian di Provinsi Sulawesi
Tenggara terhadap Penanggulangan Peredaran dan Penyalahgunaan Narkoba.
ETNOREFLIKA: Jurnal Sosial dan Budaya, 3(3), 255-276.
Lekatompessy, H. S. (2013). Strategi Adaptasi Nelayan Pulau-Pulau Kecil terhadap Perubahan
Ekologis (Studi Kasus Pulau Badi dan Pajenekang, Kabupaten Pangkep).
Maru, R., Badwi, N., Abbas, I., Sudirman, S., Nurfadillah, N., Nur, MM, & Basram, NF
(2021). Peluang dan Tantangan Pengembangan Budidaya Ulat Sutera dalam Persprektif
Geografi. LaGeografia, 19(2), 201-210.

136
Machine Translated by Google
Jurnal Internasional Ilmu Politik, Hukum, dan Sosial
© Pusat Penelitian Politik, Hukum, Ekonomi, dan Sosial Abad 21

Miranti, S., & IP, S. (2016). Peluang Dan Tantangan Pengembangan Teknopolitan Dalam Meningkatkan Daya
Saing Indonesia Opportunities And Challenges In The Development Of Teknopolitan Increase. Jurnal
Pembangunan Nagari, 1(2).
Nabila, A., Devi, A., & Indriya, I. (2022). Konseptualisasi Peran Strategis pada Pendidikan Literasi Keuangan
Syariah Anak Melalui Pendekatan Systematic Review di TK RA Al Mu’min Gunung Putri. Al-Kharaj: Jurnal
Ekonomi, Keuangan & Bisnis Syariah, 4(1), 79-
95.
Nuryadi, F. M., Wibowo, A., Sembiluh, D. S., Apriyanti, H., Putri, K. Q., & Sulistiadi, W.
(2022). Analisis Peluang Pasar E-health Rumah Sakit Swasta di Indonesia pada Era Pandemi COVID-19:
Literature Review. Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia (MPPKI), 5(6), 597-604.

Prayoga, K., & Nurfadillah, S. (2018). Membangun Kesalingpercayaan Dalam Proses Transfer Informasi Antara
Petani Dan Penyuluh Pertanian. Building a Mutual Trust in the Process of Transferring Information Between
Farmers and Agricultural Extension Officers. In Forum Penelitian Agro Ekonomi (Vol. 36, No. 02).

Purwahita, A. R. M., Wardhana, P. B. W., Ardiasa, I. K., & Winia, I. M. (2021). Dampak Covid 19 terhadap
Pariwisata Bali Ditinjau dari Sektor Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan (Sebuah Tinjauan Pustaka). Jurnal
Kajian Dan Terapan Pariwisata, 1(2), 68-80.
Riwayatiningsih, R., & Purnaweni, H. (2018). Prioritas Pengembangan Wisata Alam Pegunungan Di Kabupaten
Kendal. (Thesis, Universitas Diponegoro).
Sidiq, R. S. S., & Sulistyani, A. (2017). Peluang Dan Tantangan Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil
(Kat) Di Desa Sungai Upih Provinsi Riau (Opportunities and Challenges on the Empowerment Program of
Remote Indigenous Community in Sungai Upih Village Riau Province). Asian Journal of Environment,
History and Heritage, 1(2).
Simanjuntak, A. H., & Erwinsyah, R. G. (2020). Kesejahteraan Petani Dan Ketahanan Pangan Pada Masa
Pandemi Covid-19: Telaah Kritis Terhadap Rencana Megaproyek Lumbung Pangan Nasional Indonesia.
Sosio Informa: Kajian Permasalahan Sosial dan Usaha Kesejahteraan Sosial, 6(2), 184-204.

Syahputra, O. H. (2022, January). Masa Depan Kedaulatan Pangan: Dukungan Agroforestri Dalam Produksi
Pangan Melalui Perhutanan Sosial. In Prosiding Seminar Nasional Pertanian (Vol. 4, No. 1, pp. 255-266).

Taufik, T. H., Sarah, S. W., & Yusuf, Y. A. (2022). Analisis Strategi Keberhasilan Analisis Strategi Keberhasilan E-
Government di Kabupaten Bojonegoro: Analisis Strategi Keberhasilan E-Government di Kabupaten
Bojonegoro. Journal of Governance Innovation, 4(1), 14-26.

Widyatmoko, S. (2020). Program Broadband Learning Center Di Era Disrupsi Berdasarkan Perspektif Collaborative
Governance (Studi Kasus Tentang Upaya Keberlanjutan Inovasi Program Broadband Learning Center di
Kota Surabaya).
Zainuddin, H. (2018). Studi Literatur Terhadap Faktor Risiko Proyek Konstruksi Dalam Industri Migas Untuk
Mencapai Pembangunan Berkelanjutan. De'Teksi-Jurnal Teknik Sipil Unigoro, 3(1), 48-57.

137

Anda mungkin juga menyukai