Anda di halaman 1dari 4

Review Jurnal

Pengantar Ilmu Pertanian

KELEMBAGAAN PERTANIAN

Nama : Resni Ani Yusup


Nim : G021221041
Kelas : Pengantar Ilmu Pertanian A
Tugas ; Pekan 15

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
Pembangunan pertanian ke depan telah digariskan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 sebagai
strategi terintegrasi dan landasan formal untuk bertransformasi mendukung
struktur perekonomian yang produktif, mandiri dan berdaya saing. Arah
pembangunan pertanian tersebut dimaknai dan akan dicapai sebagai visi
pembangunan pertanian yang tertuang dalam Rencana Strategis Kementerian
Pertanian 2020-2024 yaitu: “Pertanian yang Maju, Mandiri, dan Modern untuk
Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian
Berlandaskan Gotong Royong”. Visi untuk bertransformasi menuju pertanian
modern dalam berbagai perspektif sejalan dengan konsep dan kebijakan
pembangunan pertanian modern berkelanjutan. Komitmen dan tekad tersebut
akan diwujudkan sebagai pembelajaran bersama untuk melakukan transformasi
ekonomi, transformasi pertanian dan transformasi digital sekaligus tonggak
penting.
Dengan adanya beberapa kelembagaan yang dikembangkan oleh banyak
pihak, perlu dikembangkan kemitraan antara instansi pemerintah dan
masyarakat (publc private partnership), yaitu perjanjian/kontrak kerjasama antara
lembaga publik dan sektor swasta yang memungkinkan partisipasi masyarakat.
Melalui kemitraan semacam ini, akan terjadi kerjasama dan pembagian peran
dan tanggung jawab bersama, baik dalam perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan maupun pembagian resiko serta akuntabilitas penyelenggaraan
pembangunan manfaat dari kemitraan yaitu:
1.pengembangan metode perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan
evaluasi proyek‐proyek pembangunan
2.penghematan biaya proyek
3.perbaikan mutu kinerja, pemanfaatan inovasi dan perbaikan tehnis
manajemen
4.pemanfaatan sumberdaya personal dan swasta untuk mengatasi kendala yang
dihadapi sumberdaya publik
5.tumbuh dan berkembangnya akses terhadap sumberdaya baru yang
dimiliki swasta
Kelembagaan dan kearifan lokal kearifan lokal banyak mengandung unsur
khas yang bersumber dari norma spiritual (agama, kepercayaan) atau belief,
falsafah hidup dan kebiasaan hidup (mores) yang berkaitan dengan sopan
santun maupun pemanfaatan sumberdaya alam contoh yang paling kuat adalah
yang dikenal masyarakat bali sebagai tri hita karana yang mengandung nilai‐
nilai keseimbangan kehidupan manusia dengan lingkungannya. Seiring dengan
dikembangkannya revolusi hijau (1960), banyak dibentuk oleh pemerintah
beragam kelembagaan pertanian, seperti : kelompok tani, kelompok pendengar,
kelompok petani pemakai air dan koperasi yang menjadikan kelembagaan lokal
menjadi lemah sementara lembaga‐leembaga tersebut tidak efektif. Oleh karena
itu dinilai penting untuk menghidupkan kembali kelembagaan tradisional dan
kearifan local.
Keleluasaan mencari informasi dalam jangkauan yang hampir tidak
berbatas, secara teoritis, memungkinkan untuk melakukan kegiatan usahatani
dan memilih komoditas yang akan diusahakan sesuai dengan visi bisnis seorang
agripreneur. Seorang agripreneur akan mengelola usahatani atau perusahaan
pertaniannya dengan sedikit atau tanpa konsultasi dengan petugas
penyuluhan ataupun dengan individu petani tetangganya. Bentuk kegiatan
pertanian modern akan lebih berupa pertanian komoditas tunggal atau pertanian
aneka-komoditas yang dilakukan oleh para individu petani yang bekerja
sendiri-sendiri di satu wilayah administratif atau wilayah ekosistem. Mereka
akan menjadi pioner dalam kegiatan dalam bisnis usahatani dan pertaniannya.
Mereka juga adalah pemilik atau penguasa ekosistem mikro yang dikelola
sebagai lahan kegiatan usahatani.
Salah satu alternatif kelembagaan pertanian modern adalah dengan
mengembangkan perusahaan startup pertanian. Investasi di bidang pertanian
cenderung menurun karena rendahnya minat investor pada proyek-proyek
pertanian. Padahal, pendapatan masyarakat dan negara tetap tergantung pada
pendapatan pada sektor pertanian. Rendahnya minat investor terjadi karena
minimnya informasi yang relevan mengenai usaha di bidang pertanian.
Perusahaan startup dapat menjadi penghubung mengisi gap dalam industri
pertanian dengan membangun platform yang berisi informasi dan analisis,
sehingga investor mendapat pilihan terbaik dalam berinvestasi di bidang
pertanian
Inovasi kelembagaan pertanian kan selalu dibutuhkan mengikuti
perkembangan zaman. Di era Internet of Thing (IOT), pandemi Covid-19 dan
permasalahan pertanian klasik dan modern,kelembagaan pertanian dituntut
untuk melakukan penyesuaian agar dapat menghasilkan produk pertanian
yang efektif dan efisien secara berkelanjutan. Kelembagaan pertanian modern
berkelanjutan yang dikembangkan diharapkan dapat diterima secara sosial,
ekonomi dan ekologi. Inovasi penggunaan platform teknologi oleh perusahaan
startup diharapkan dapat mengisi gap antara investor dan petani, yang
kemudian akan melibatkan stakeholder lain seperti lembaga riset, perguruan
tinggi, pemda, lembaga penyuluhan, lembaga pemasaran dan lainnya untuk
bersama-sama menghadapi tantangan pertanianmodern berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Y. (2016). Pengaruh Karakteristik Inovasi Pertanian Terhadap
Keputusan Adopsi Usaha Tani Sayuran Organik. Journal of
Agroscience, 6(2), 1–14.
Deviana, A., & Matufajar, G. (2018). Pemberdayaan Pertanian Modern
Melalui Analisis Kebutuhan Irigasi Tanaman Tembakau Berbasis
Aplikasi Cropwat 8.0, Studi Kasus : Kecamatan Trucuk Kabupaten
Klaten. Jurnal Hut Trop, 3(1): 313–323
Addo, L. K. (2018). Factors influencing Agripreneurship and their role in
Agripreneurship Performance among young Graduate Agripreneurs.
International Journal of Environment, Agriculture and Biotechnology,
3(6), 2051–2066.
Djalil, B. (2016). Model Penguatan Lembaga Petani Sebagai Prime Mover Nilai
Tambah Produk Pertanian. Jurnal Lentera, 14(2), 265–278.
Nuraini, C., Hadi Darwanto, D., Masyhuri, M., & Jamhari, J. (2016). Model
Kelembagaan pada Agribisnis Padi Organik Kabupaten Tasikmalaya.
Jurnal Agraris, 2(1), 9–16.
Wahyudi, A., & Wulandari, S. (2019). Inovasi Teknologi Dan Inovasi
Kelembagaan Mendukung Keberlanjutan Usahatani Lada Di Kalimantan
Timur. Jurnal Penelitian Tanaman Industri, 25(2), 108-204.
Ramin Shamshiri, R., Weltzien, C., A. Hameed, I., J. Yule, I., E. Grift, T., K.
Balasundram, S., Pitonakova, L., Ahmad, D., & Chowdhary, G. (2018).
Research and development in agricultural robotics: A perspective of
digital farming. International Journal of Agricultural and Biological
Engineering, 11(4), 1–11

Anda mungkin juga menyukai