Anda di halaman 1dari 4

UAS SOSIOLOGI AGRIBISNIS

DIBUAT UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH SOSIOLOGI AGRIBISNIS

DISUSUN OLEH :

RHEINA HAFIDZ
150610190057
SOSIOLOGI AGRIBISNIS C

UNIVERSITAS PADJADJARAN
Jalan Bandung – Sumedang KM 21 Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat
Upaya dalam Meningkatkan Regenerasi Petani

Regenerasi petani merupakan proses peralihan aset dan pelaku dari usahatani yang
direncanakan dengan menghadirkan seseorang yang masuk ke dalam usahatani secara
profesional baik dari bagian keluarga ataupun orang lain. Regenerasi petani memerlukan
pelaku usahatani yang berada pada usia muda dan produktif untuk menggantikan dan
mewarisi petani yang sudah tidak pada usia produktif [ CITATION Anw20 \l 1057 ]. Banyak yang
menjadi alasan mengapa regenerasi petani ini harus dilakukan. Laju pertumbuhan penduduk
Indonesia dari tahun ke tahun selalu menunjukkan peningkatan. Disebutkan bahwa rata-rata
dari pertumbuhan penduduk Indonesia yaitu sebanyak 2 juta orang per tahn. Dengan
bertambah banyaknya penduduk tersebut membuat kebutuhan pangan Indonesia pun ikut
bertambah. Petani merupakan penyedia pangan. Apabila regenerasi petani tidak terjadi dan
tetap mempertahankan petani yang berada pada usia tidak produktif maka dapat
menyebabkan krisis pangan karena produktifitas pangan yang dihasilkan tidak sebanding
dengan pertumbuhan penduduk yang cepat [ CITATION Arv19 \l 1057 ]. Selain itu, globalisasi
yang membuat pergerakan perdagangan di dunia sangat terbuka dan bebas membuat sektor
pertanian membutuhkan para petani muda yang produktif dan memiliki cara kerja yang
efisien. Dukungan teknologi yang ada sekarang dapat dimanfaatkan dengan baik oleh petani
muda karena sifatnya yang adaptif, sebaliknya para petani yang sudah pada umur tidak
produktifnya akan kesulitan dalam memanfaatkan teknologi.

Sulitnya terjadi regenerasi petani disebabakan oleh banyak faktor. Diantaranya yaitu
pertama, rendahnya pandangan masyarakat terhadap profesi petani. Banyak orang
memandang rendah profesi sebagai petani dan menganggapnya sebagai pekerjaan yang kotor
dan tidak memerlukan kompetensi. Kedua, pekerjaan sebagai petani tidak memberikan
banyak keuntungan dan tidak menjamin prospek kedepannya. Melihat petani yang
pendapatannya tidak sebanding dengan usaha yang dilakukan juga tidak terjaminnya masa
depan. Ketiga, harga lahan yang selalu naik. Hal tersebut terjadi karena banyak peralihan
lahan dari lahan pertanian menjadi lahan industri. Keempat, terbatasnya infrastruktur yang
tersedia di pedesaan. Karena mayoritas pertanian berada di pedesaan, dimana infrastruktur
baik dari keadaan jalanan, koneksi internet, akses ke pasar, sekolah, hiburan dan lainnya
terbatas. Hal itu menyebabkan kurang tertariknya para generasi muda untuk menjalankan
profesi sebagai petani. Kelima, kurang memadainya akses finansial bagi petani. Keenam,
kurikulum sekolah kurang atau bahkan tidak mengajarkan dan mendorong anak untuk tertarik
berprofesi sebagai petani. Ketujuh, sarana organisasi untuk para petani muda saling berbagi
informasi dan bertukar pikiran terbatas. Kedelapan, kebijakan kurang melibatkan para petani
dalam pengambilan keputusan. Seringkali petani tidak diperhitungkan dalam penentuan
kebijakan [ CITATION Sus16 \l 1057 ].

Solusi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan regenerasi petani Indonesia yaitu
dengan melakukan pembangunan infrastruktur di pedesaan, selain dapat menarik minat petani
muda hal tersebut juga dapat membuat masyarakat yang tinggal di pedesaan sejahtera.
Pengubahan persepsi pertanian bagi para pemuda juga perlu dilakukan. Inovasi teknologi di
sektor pertanian perlu ditingkatkan. Berkaca pada negara lain yang memiliki kebijakan-
kebijakan yang dapat menarik perhatian petani muda seperti Common Agricultural Policy
(CAP) di Uni Eropa yang memberikan insentif keuangan pada petani yang sudah tidak
produktif dengan sistem pensiun dini dan mengalihkan kegiatan pertanian pada petani muda
yang produktif dan berkompetensi. Kini di Indonesia sendiri terdapat kebijakan baru yaitu
program petani milenial. Dimana target dari kegiatan itu adalah para anak muda pada usia
produktif dengan menyediakan pelatihan dan juga fasilitas pada permodalan. Regenerasi
petani akan berjalan di Indonesia jika program tersebut dijalankan dengan benar. Perlu
partisipasi masyarakat dan dukungan penuh dari pemerintah agar dapat mewujudkan
regenerasi petani yang dapat menopang kebutuhan pangan Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Anwarudin, O., Sumardjo, Satria, A., & Fatchiya, A. (2020). PROSES DAN PENDEKATAN REGENERASI
PETANI MELALUI MULTISTRATEGI DI INDONESIA. Jurnal Penelitian dan
Pengembangan Pertanian.
Arvianti, E. Y., Masyhuri, Waluyati, L. R., & Darwanto, D. H. (2019). Gambaran Krisis
Petani Muda di Indonesia. Agriekonomika, 8(2).
Susilowati, S. H. (2016). Kebijakan Insentif Untuk Petani Muda: Pembelajaran dari Berbagai
Negara dan Implikasinya bagi Kebijakan di Indonesia. Forum penelitian Agro
Ekonomi, 34(2).

Anda mungkin juga menyukai