Anda di halaman 1dari 6

Disruptif dan Pengembangan Produk Pangan di Era Revolusi

Industri 4.0

Karya Ini Disusun Untuk Mengikuti Lomba Esai Nasional


“Langkah Millenial Menghadapi Revolusi Industri 4.0”

Penulis:
Abdul Aziz Limonu
Disruptif dan Pengembangan Produk Pangan di Era Revolusi
Industri 4.0
Sub Tema : Ekonomi

Pendahuluan

Indonesia merupakan negara agraris karena terletak pada garis khatulistiwa


yang merupakan daerah tropis, dimana memiliki curah hujan yang tinggi sehinga
berbagai jenis tumbuhan dapat hidup dan tumbuh dengan cepat, tidak heran
mengapa orang-orang mengatakan bahwa tanah kita adalah tanah surga. Indonesia
memiliki 2 musim, sehingga potensi yang dimiliki untuk sektor pertanian sangat
tinggi dibandingkan negara-negara lain. Kesuburan tanah yang dimiliki oleh negara
kita tentu dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia. Sebagian besar penduduk
Indonesia mempunyai mata pencaharian di sektor pertanian.
Indonesia merupakan negara yang memiliki luas lahan yang sangat luas
dengan berbagai keanekaragaman hayati. Sehingga membuat produk pertanian di
Indonesia cukup banyak. Peran sektor pertanian mempunyai kontribusi yang
penting terhadap perekonomian dan juga pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat.
Akan tetapi dengan semakin banyaknya penduduk semakin banyak pula kebutuhan
masyarakat terhadap produk pangan.
Walaupun Indonesia memiliki lahan yang luas akan tetapi Indonesia masih
tetap mengimpor beras. Berdasarkan data Kementrian Perdagangan
(KEMENDAG) Indonesia menyetujui impor beras yang mencapai dua juta ton, 500
ribu ton pada januari dan maret 2018, dan 1 juta ton pada april 2018. Sementara itu,
data dari Badan Pusat Statistika (BPS) mencatat pemerintah Indonesia telah
merealisasi impor beras sebanyak 2,253 juta ton dengan total nilai US$ 1,03 milliar
disepanjang tahun 2018. Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, angka
impor beras pada tahun 2018 ini adalah yang paling tinggi.
Target pemerintah menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia
pada ahun 2045 mungkin hanya akan menjadi angan-angan yang tidak akan terjadi
jika permasalahan regenerasi petani terus dibiarkan, mungkin justru pada tahun itu
Indonesia mengalami kemerosotan pangan dan berakibat krisis pangan. Indonesia
mungkin akan menjadi Negara pengimpor beras yang menggantungkan kehidupan
pangannya ke Negara lain.

ISI
Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam
perekonomian Indonesia. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statisik (BPS)
Februari 2018, Sektor pertanian merupakan lapangan usaha yang paling banyak
menyerap tenaga kerja, dengan menyerap 38,70 juta orang atau 30,46 persen
pekerja.
Sektor pertanian ditinggalkan karena tidak memiliki jaminan masa depan
dan nilai tambah, serta regulasi pemerintah yang tidak dianggap memihak petani
menjadi alasan generasi muda lebih memilih bekerja kantoran yang lebih realistis
ketimbang di sektor pertanian.
Sedangkan pemenuhan kebutuhan pangan masih bergantung pada petani
yang berumur diatas 45 tahun. Masih dominannya kelompok tani pada usia tua
berdampak negatif terhadap produktivitas pertanian. Berdasarkan hasil survey LIPI
hampir tidak ada anak petani yang ingin mnjadi petani. Sekiar 4% pemuda usia 15-
35 tahun berminat menjadi petani. Sisanya, sebagian besar tergiring indusrialisasi.
Teknologi yang bekembang sangat pesat ini tidak bisa diimbangi oleh para petani
yang tidak lagi muda dan lebih memilih menggunakan cara yang tradisional.
Generasi muda merupakan solusi yang tepat untuk meningkatkan kualitas
pertanian di Indonesia. Selain untuk meregenerasi petani muda, generasi muda
dipercaya memiliki akal yang tajam sehingga memiliki banyak ide kreatif dan
inovatif yang akan menciptakan suatu produk baru pertanian dengan memiliki nilai
jual yang tinggi.
Disrupsi sumber daya manusia pada sektor pertanian ini diakibatkan antara
lain secara status sosial dipandang rendah, kurangnya wawasan, dan berkurangnya
lahan pertanian yang diakibatkan laju pertumbuhan penduduk yang terus
mengalami peningkatan yang signifikan. Konversi lahan pertanian untuk
pemukiman dan industri tak terhentikan, sehingga membuat sektor pertanian
dituntut untuk lebih efisien dalam memproduksi pangan.
Pemerintah telah melakukan banyak upaya guna unuk menyelesaikan
permasalahan regenerasi petani dikalangan anak muda dengan cara pendampingan
mahasiswa dalam upaya peningkatan produksi pangan. Kedua, Penumbuhan
Wirausaha Muda Pertanian (PWMP). Ketiga, pengempangan SMK-PP dan
transformasi STPP menjadi Politeknik Pembangunan Pertanian. Keempat, Balai
Pelaksana Penyuluhan Pertanian dan Kehutanan (BP3K) atau Balai Penyuluhan
Pertanian (BPP)ditingkat kecamatan harus ikut sera dalam menggerakkan generasi
muda pedesaan untuk terjun di dunia pertanian.
Permasalahan yang sering ditemui para petani bukan sekedar
ketidaknormalan cuaca, sempitnya luas lahan, gagal panen maupun serangan hama
pemakan tumuhan, tetapi juga berkaitan dengan penentuan harga pangan.
Jangankan mendapatkan laba, petani biasanya tidak balik modal atau tekor. Biaya
yang dikeluarkan tidak sebanding dengan keuntungan yang diperoleh.
Presiden RI, Joko Widodo sudah memberikan anggaran sebesar 5,5 triliun
rupiah untuk membeli bibit tanaman/pohon rempah pada tahun 2017. Anggaran ini
akan dapat mendongkrak percepatan produksi pertanian serta kesejahteraan petani
di Indonesia agar sektor pertanian di Indonesia meningkat.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Juni 2017 Nilai Tukar Petani
(NTP) mengalami kenaikan dari bulan sebelumnya sebesar 0,38% atau sebesar
100,53. Sedangkan Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Petani (NTUP) mengalami
kenaikan sebesar 0,41% atau sebesar 109,59 dibanding bulan sebelumnya. Namun
dapat diperkirakan tingkat kesejahteraan petani masih belum merata di beberapa
daerah terutama di pelosok-pelosok.
Anak muda sekarang menjadi suatu potensi yang sangat dimaksimalkan
untuk meningkatkan sektor pertanian dan juga kesejahteraan petani. Petani
seringkali mendapatkan masalah permodalan dan akses pasar tetapi kini dapat
diatasi dengan hadirnya teknologi-teknologi startup buatan anak muda yang
berbasis internet maupun android. Contohnya untuk permodalan petani bisa melalui
peer-to-peer loan yang di sdiakan oleh startup berbasis financial technology atau
biasa disebut fintech seperti iGrow dan Investree. Mengenai akses pasar dari petani
dihubungkan ke konsumen ada beberapa startup yang berbasis e-commerce seperti
Tanihub,Inagri,paprici,Limokilo.id, dan Sikumis.com. Inilah yang menjadi suatu
peluang bagi anak muda untuk terlibat dalam sektor pertanian yang kini semakin
jauh lebih muda dengan adanya perkembangan teknologi yang dilahirkan oleh
startup buatan negeri sendiri yang juga sudah berbasis internet dan mudah
mengakses melalui smartphone.
Paradigma generasi saat ini harus direkonstruksi kembali karena sudah
salah dalam memahami permasalahan disrupsi pada sektor pertanian ini. Sering kali
pekerjaan petani diidentikkan sebagai suatu status sosial yang rendah dan juga suatu
pekerjaan yang menguras keringat, menanam padi, mencangkul, membajak sawah,
serta berada dibawah terik panas matahari. Persepsi inilah yang harus
direkonstruksi kembali agar generasi saat ini memiliki suatu persepsi baru terhadap
usaha di sektor pertanian. Ayo sama-sama kita tanamkan pada benak kita maupun
generasi muda saat ini bahwa profesi petani merupakan suatu profesi yang tidak
ada matinya selama manusia masih hidup dan juga masih membutuhkan makanan.
Bertani saat ini bukan sekedar bercocok tanam di persawahan dibawah terik
panasnya matahari, akan tetapi bertani bisa melalui 2 cara yaitu organic dan non-
tanah seperti hydrophonic dan aerophonic. Metode hidroponik merupakan sebuah
solusi bercocok tanam yang optimal menggunakan lahan yang sempit terutama di
perkotaan, metode hidpronik ini tidak memanfaatkan tanah sebagai media tanam
tetapi memanfaatkan air yang telah diberikan nutrisi untuk tanaman yang
mengandung unsur hara dimana tanaman mendapatkan makanan sehingga bisa
tumbuh baik. Bedanya hidroponik dengan aeroponik adalah aeroponik
menggunakan udaha sebagai media tanam debgab akar yang hanya menggantung
di udara, tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam seperti hidroponik.
PENUTUP
Disrupsi sumber daya manusia merupakan suatu masalah paling besar pada
sektor pertanian. Dimana generasi muda pada saat ini lebih memilih sektor industri
maupun sektor hiburan yang lebih terjamin hidupnya. Hal ini tentu sangat
memprihatinkan dimana negeri kita dikenal sebagai negara agraris, negara yang
mempunyai tanah surga tetapi kekayaan negara kita tidak bisa kita kelola dengan
baik. Oleh karena itu, sangat penting untuk memunculkan paradigma baru tentang
pertanian dikalangan anak muda untuk mengubah pola pikir bahwa dengan bertani
juga bisa kekinian dan bisa sukses diusia muda serta membuat regulasi dan
kebijakan pemerintah agar berpihak pada petani-petani khususnya petani muda
Indonesia.
Pengembangan-pengembangan produk pangan yang bisa dilakukan anak
muda zaman sekarang untuk memajukan sektor pertanian bisa dilakukan berbagai
cara yaitu pertama dengan metode bercocok tanam seperti metode hydroponic
maupun metode aeroponic yang tidak membutuhkan lahan yang luas dan sangat
efisien untuk dilakukan di wilayah perkotaan.
Biodata Penulis

Nama Lengkap : Abdul Aziz Limonu.


Alamat : Kota Manado, jalan teluk bayur, kelurahan kleak
lingkungan 1 , Kecamatan Malalayang.
Email : azizlimonu@gmail.com
No Telpon : 0895800145321
No whatsapp : 082271104971
Instagram : azizlimonu

Anda mungkin juga menyukai