Anda di halaman 1dari 3

1.

Pilihlah salah satu topik berikut :


a. Peranan mahasiswa dalam membangun iklim ilmiah di kampus
b. Indonesia adalah negara agraris
c. Membangun keluarga dengan landasan iman dan takwa
d. Sikap dalam berlalu lintas di kalangan remaja masa kini
e. Narkoba sebagai pembunuh nomor 1

2. 10 kalimat utama yang kronologis :


1) Negara agraris adalah negara yang sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai
petani.
2) Indonesia sejak dulu sudah dikenal sebagai Negara Agraris karena hasil kekayaan dan
keanekaragaman hayatinya.
3) Indonesia juga dikenal sebagai negara agraris karena sebagian besar penduduk Indonesia
mempunyai pencaharian di bidang pertanian atau bercocok tanam.
4) Secara geografis, semua mengakui Indonesia masih layak disebut negara agraris terbukti
masih mampu menghasilkan bahan pangan.
5) Sebagai negara agraris, Indonesia dianugerahi kekayaan alam yang melimpah ditambah
posisi Indonesia yang dinilai amat strategis.
6) Sebagai agraris, pertanian di Indonesia menghasilkan berbagai macam tumbuhan
komoditas ekspor, antara lain padi, jagung, kedelai, sayur-sayuran, aneka cabai, ubi, dan
singkong.
7) kelayakan Negara Indonesia saat ini sedang dipertanyakan seiring seringnya pemerintah
mengadakan impor besar-besaran pada 28 komoditi pangan mulai dari beras hingga ubi
pun diimpor.
8) Harus diakui, pertanian kita masih didominasi petani gurem yang bekerja secara
tradisional.
9) Tanpa usaha serius dari pemerintah, dapat dipastikan, kurang dari 20 tahun ke depan tak
akan ada lagi lahan sawah di negeri ini.
10) Perlunya kesejahteraan bagi petani seperti mencari subsidi pengadaan benih padi, pupuk
hingga masa panen.
3. Indonesia, Kembalilah Jadi Negara Agraris!

4. Indonesia merupakan negara agraris, itu merupakan fakta kalau parameternya dari mayoritas
penduduk Indonesia bermata pencaharian di bidang pertanian. Apalagi sejarah Indonesia
sejak masa kolonial sampai sekarang, tidak dapat dipisahkan dari sektor pertanian dan
perkebunan, yang memberi arti sangat penting dalam menentukan pembentukan berbagai
realitas ekonomi dan sosial masyarakat Indonesia.
Hanya saja kenyataannya sekarang, sebagai negara agraris, kebutuhan pangan untuk
masyarakat Indonesia pun masih banyak dicukupi dari produksi luar negeri. Indonesia
sekarang banyak mengimpor bahan pangan dari luar negeri, tidak hanya beras, tetapi juga
gandum, kedelai, jagung, dan lainnya.
Memang berat melihat kenyataan bahwa petani kita yang keseharian disengat sinar matahari,
berpeluh menggarap lahan, namun akhirnya sering menghadapi kenyataan bahwa hasil jerih
payah mereka kerap dihargai sangat rendah, bahkan kadang kala tak bisa menutupi biaya
untuk mengolah lahan sekalipun. Hingga akhirnya banyak petani yang hidup dalam
kemiskinan, dan masih banyak pula penduduk di perdesaan yang seharusnya jadi sentra
produksi pangan, justru mengalami kelaparan.
Dengan kondisi begini, tidak salah jika dikatakan masa depan pertanian Indonesia tidak
begitu cerah. Ini bila dilihat dari semakin berkurangnya jumlah petani. Pekerjaan sebagai
petani tidak menarik lagi bagi generasi muda, yang justru sekarang berlomba-lomba mencari
pekerjaan sebagai pegawai atau di bidang lain, karena takut dengan imej; jadi petani itu bakal
hidup miskin.
Makanya, harap maklum jika di lapangan kita melihat mayoritas petani rata-rata berusia di
atas 40 tahun, bahkan sebagian sudah berada pada usia yang tidak produktif.
Belum lagi masalah alihfungsi lahan, banyak lahan pertanian dijadikan kawasan permukiman
atau industri. Ini mempersempit kesempatan masyarakat untuk bisa berusaha di bidang
pertanian.
Jadi pertanyaannya, patutkah predikat negara agraris tadi tetap disandang? Ini bukan
merupakan pertanyaan sederhana. Karena memang pertumbuhan ekonomi serta paradigma
pembangunan justru menunjukkan ketidakberpihakan pada sektor pertanian.
Pada dekade sebelumnya, satu persen pertumbuhan ekonomi bisa menyerap sekitar 400.000
orang tenaga kerja, karena didukung sektor agriculture dan home industry. Tapi pada era
sekarang ini, mungkin hanya separuhnya, ini dikarenakan pertumbuhan ekonomi sekarang
lebih didorong sektor jasa yang membutuhkan keahlian khusus, sehingga tidak banyak
mempekerjakan orang.
Sementara dari sisi usia penduduk, Indonesia mempunyai potensi tenaga kerja yang sangat
besar, didominasi kelompok usia produktif yakni kelompok usia muda. Dan setiap tahun pula
dibutuhkan lapangan kerja baru bagi sekitar 2,5 juta jiwa.
Kalau pemerintah bijak, sektor yang seharusnya digenjot adalah pertanian. Karena
sebenarnya negara ini masih punya potensi besar untuk menggarap itu, baik dari ketersediaan
lahan maupun tenaga kerja. Kita harus kembali ke jalan yang benar dan berpihak ke petani.
Pertanian masih potensial untuk menyerap tenaga kerja.
Krisis yang terjadi pada 2008 lalu disebabkan sektor pertanian dan desa diabaikan.
Kemiskinan tertinggi berada di desa. Oleh karena itu, pemerintah harus memiliki kepedulian
yang tinggi pada sektor pertanian. Pemerintah harus membuka mata, melihat lebih luas
persoalan yang membatasi sektor pertanian itu untuk berkembang. Mengerti dengan
kebutuhan petani di desa-desa dan melakukan upaya untuk meningkatkan kemampuan
mereka.
Harus diakui, pertanian kita masih didominasi petani gurem yang bekerja secara tradisional.
Perlu menambah pengetahuan mereka, selain pengadaan teknologi untuk tanam dan panen.
Berarti pula mengubah paradigma dalam membangun sektor pertanian, dari selama ini
tradisional menjadi modern berbasis agroindustry. Dengan mengembangkan agroindustry,
selain memberi nilai tambah terhadap produksi, juga merangsang generasi muda untuk mau
turun ke sawah atau lahan pertanian.
Toh, dengan menggunakan mesin untuk membajak sawah atau memanen padi, tak lagi harus
berkotor-kotor dan berpeluh menyangkul sawah. Toh, juga bisa mendapat penghasilan besar
dari pengolahan pascapanen dan memasarkannya ke pasar potensial.
Perhatian pemerintah terhadap sektor pertanian juga bisa tercermin dari alokasi dana dalam
APBN. Dengan semakin besarnya alokasi dana APBN untuk bidang pertanian, menjadikan
semakin banyak kegiatan yang bisa dilakukan untuk menyentuh kepentingan petani.
Subsidi dan proteksi masih sangat perlu diberikan kepada sektor pertanian, karena kondisi
petani yang masih sangat lemah dan belum berdaya sekarang ini. Ketersediaan sarana
produksi berupa benih dan pupuk dengan harga terjangkau, serta penyediaan permodalan dan
pemasaran, jadi kunci keberhasilan lainnya.
Ada satu kutipan isi pidato Presiden Joko Widodo pada pembukaan Konferensi Asia Afrika
22 April 2015 lalu; Sinar matahari yang terus menerus akan membuat produksi pangan,
termasuk energi dan air, akan tetap melimpah. Dan kita hidup di wilayah ini. Kalimat itu
hendaknya jadi bahan perenungan, bahwa kita mendapat banyak karunia dari Illahi untuk
bisa dimanfaatkan. Dan itu adalah melalui usaha pertanian.
Untuk itu, kembalilah jadi negara agraris

Anda mungkin juga menyukai