Anda di halaman 1dari 3

Peran Petani Muda Dalam Pengembangan Potensi Pertanian Dalam Rangka

Mewujudkan Kemandirian Pangan Bangsa Melalui Inovasi Teknologi Untuk


Mewujudkan Indonesia Lebih Maju.

Situasi di Indonesia yang semakin sulit saat ini ditambahnya minat anak-anak muda
terjun dibidang pertanian, dan membuat banyak kalangan berpikir cemerlang dengan metode-
metode penyelesaian problem bangsa. Metode yang digunakan dapat berupa agrikultur
dengan pengembangan teknologi, seperti Smart Farming dll. Indonesia merupakan ranah yang
menggiurkan bagi industri Pertanian. Indonesia memiliki fenomena-fenomena alam yang asri
dan senantiasa menyimpan potensi-potensi pertanian yang sangat bernilai. Sehingga seluruh
dunia mengenal Indonesia sebagai salah satu negara agroindustri yang sangat potensial. Hal
ini dibuktikan dengan metamorfosa kemakmuran pertanian dan keasrian alam yang terhampar
luas di dataran bumi pertiwi Indonesia. Realita tersebut bersinambungan dengan banyaknya
jumlah penduduk di Indonesia yang melimpah. Sehingga dengan kemakmuran sumber daya
alam dan melimpahnya sumber daya manusia tersebut seyogyanya mampu memenuhi
kebutuhan-kebutuhan vital maupun sekunder seluruh penduduknya.

Namun sungguh ironis, sampai sekarang Negara Indonesia belum dapat


memaksimalkan potensi alamnya yang subur, terlebih dalam bidang pertanian. Hal ini
ditandai dengan data survey bahwa Negara Indonesia masih menjadi negara pengimpor
tanaman pangan yang seharusnya bisa ditanam baik di Indonesia. Menurut Badan Pusat
Statistik Indonesia (BPS)[2] dari bulan Januari-Juni 2014 nilai import tanaman pangan yaitu
6.907.585.708 Kg, nilai itu jauh lebih besar dibandingkan dengan jumlah ekspor yang
hanya 148.030.820 Kg, selain itu dikancah internasional pun Indonesia masih kalah jauh
dengan negara-negara lain yang memiliki lahan pertanian yang lebih sempit dari Indonesia.
Seperti Negara Belanda dan Jepang, dua Negara ini termasuk dalam lima Negara dengan
sektor pertanian yang paling maju, tiga Negara lainya yakni Amerika, Taiwan dan
Australia (Yasita E.S, 2013)[3] . Lahan pertanian yang terbatas bukan menjadi halangan,
melalui implementasi teknologi serta sistem pertanian yang lebih modern, menjadikan
salah satu penyebab majunya pertanian di negara-negara tersebut.

Geberasi muda atau milenial yang memiliki potensi intelektualitas, kreatifitas, serta
semangat tentu seharusnya memiliki komitmen kebermanfaatan serta cita-cita
berkontribusi dalam memajukan bangsa Indonesia, salah satunya dengan membangkitkan
sektor pertanian dalam negeri. Bentuk kontribusinya yakni dengan melakukan reset-reset
untuk upaya menghasilkan inovasi teknologi yang bisa di gunakan oleh masyarakat petani.
Sistem pertanian yang melibatkan teknologi akan membawa dampak positif bagi kemajuan
pertanian Indonesia. Dan semakin baiknya sistem pertanian negeri, maka indonesia pun
akan semakin maju. Semangat dan bangkitlah pertanian Indonesia.
Letak geografis Indonesia yang tepat berada di jalur katulistiwa juga menguntungkan
bagi varietas-varietas bahan pertanian di Indonesia. Sehingga hampir semua jenis varietas
pertanian bisa dibudidayakan secara berkelanjutan dengan penerapan tradisional maupun
penerapan teknologi (Agroteknologi) di ranah Indonesia. Realita sumber daya alam yang
melimpah ruah seperti itu sewajarnya mampu membangkitkan Indonesia dari limbung negara
miskin menjadi negara kaya karena hasil pertaniannya. Pemanfaatan yang maksimal dari
sektor pertaniaan seperti penanaman varietas bibit unggul ramah lingkungan dan tumpang
sari.
Ketahanan pangan merupakan permasalahan yang sangat vital. Ketahanan pangan
adalah ketersediaan atau kecukupan pangan dan aksesibilitas bahan pangan oleh anggota
masyarakat agar terpenuhi standar kebutuhan energi untuk menjalankan aktivitas ekonomi
dan kehidupan sehari-hari. Melemahnya ketahanan pangan nasional seiring dengan
perkembangan zaman dan meningkatnya populasi masyarakat, menimbulkan dampak
signifikan terhadap pembangunan nasional. Oleh karena itu, pengembangan metode
agroekoteknologi sangat penting. Mengingat Indonesia merupakan negara dengan mobilitas
tinggi dalam sektor pertanian.

Hal-hal ini yang seharusnya menjadi titik acuan kita terutama sebagai mahasiswa.
Ironis memang, menilik kondisi perekonomian bangsa yang kritis dengan hutang negara
terhadap Bank Dunia yang menumpuk. Bangsa yang dahulu bangga akan alamnya yang
disebut agraris dan lohjenawi. Sekarang, bagaimana lagi Indonesia dikatakan negara agraris
kalau petani semakin merintih karena bahan pangan saja harus bergantung pada impor. Dan
bagaimana juga Indonesia masih bisa dikatakan sebagai negara yang lohjenawi kalau dari
Sabang sampai Merauke masih banyak rakyatnya yang mati kelaparan? termasuk berbagai
permasalahan bangsa berhubungan dengan krisis pangan dan energi yang tidak sinkron
dengan realita potensi sumber daya alam di bumi pertiwi ini yang sangat melimpah. Ini adalah
sebuah bukti anomali.
Pada tahun 2003 Indonesia mengikatkan diri ke dalam perdagangan bebas AFTA.
Tahun 2005 dengan WTO (World Trade Organization). Sedangkan pada tahun 2020 dengan
AFEC. Dan esok hari Indonesia bergelut dengan ACFTA. Era ACFTA (Asean China Free
Trade Area) yang juga merupakan situasi krusial bagi negara-negara berkembang seperti
negara Indonesia. Karena komoditi pertanian dalam negeri harus mampu bersaing dengan
komoditi luar.Inti dari permasalahan tersebut terkandung dalam ketidakstabilan ekonomi
negara karena fakirnya kesadaran masyarakat mengenai masih banyaknya potensi-potensi
alam yang senantiasa diacuhkan begitu saja. Nyatanya sumber daya alam Indonesia
merupakan satu-satunya harta yang paling besar dan nyata yang dimilki oleh Indonesia dan
berpotensi besar mengangkat sektor ekonomi negara. Alih-alih berbicara mengenai ACFTA,
Indonesia kini masih belum bisa memaksimalkan SDA sendiri secara maksimal. Kurangnya
kesadaran terhadap kemampuan anak bangsa dalam mengolah SDA menjadi momok
tersendiri. Begitu juga halnya dengan ketidakpercayaan pemerintah dengan SDM Indonesia.
Solusi real dalam usaha memaksimalkan SDA adalah berwirausaha berbasis pertanian
modern. Membangun negeri ini menjadi negara agroindustri dengan memaksimalkan SDA.
Berwirausaha di bidang pertanian merupakan apresiasi nyata yang bisa diwujudkan oleh
segenap masyarakat serta sebagai tantangan bagi generasi muda, khususnya mahasiswa dalam
mengaplikasikan potensi akademiknya untuk berwirausaha dalam bidang pertanian.
Pangan, benang kehidupan serta solusi kemandirian pangan Indonesia. Beranjak dari
semangat juang yang dituangkan oleh presiden Soekarno, pada saat peresmian kampus IPB,
yang pada intinya beliau menyampaikan bahwa dengan memaksimalkan fungsi pertanian
sebuah negara mampu memenuhi kebutuhan fundamental negara yaitu berupa kesejahteraan
pangan dan perekonomian. Sektor pertanian merupakan satu-satunya sektor yang mampu
bertahan bahkan mengalami surplus atau swasembada pada tahun 1998 dan 2008. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa potensi yang sangat besar yang bisa dijadikan benteng pada saat era
ACFTA adalah sektor pertanian. Sehingga, meskipun ACFTA tetapi Indonesia tidak
mengalami keterpurukan pangan.
Sehingga diperlukannya inovasi agroindustri yang mengedepankan pemuliaan sumber
daya hayati tanaman, menekankan penarapan dan pengembangan teknologi sebagai basis
dalam mengembangkan pertanian untuk mewujudkan kemandirian pangan. Teknik-teknik
pemuliaan tanaman baik berupa hidroponik, green house sangat potensional bila diterapkan di
tanah Indonesia yang memilki iklim basah.Budidaya varietas secara ilmiah dan kompleks
dengan metode bioteknologi kultur jaringan mampu menambahkan keragaman genetasi
varietas. Secara tidak langsung, memperkokoh ketahanan pangan negeri sehingga mampu
berswasembada. Menjadi penunjang devisa negara dari pondasi produk-produk pertaniannya
yang mencakup Hortikultura, Perikanan, Kehutanan, Peternakan yang memilki nilai jual
tinggi atau laris manis saat dipasarkan secara global melalui agribisnis Multinasional maupun
Internasional.
Inovasi baru agroteknologi sebagai dasar pengembangan agroindustri juga merupakan
hal yang essensial lain bagi perkembangan pertanian. Salah satu penerapan agroteknologi
ialah menambah daya guna produk pertanian menjadi alat-alat yang sangat berguna bagi
kehidupan sehari-hari yang dikenal dengan Bioenergi. Seperti penemuan tentang batang
pohon karet yang mengandung daya hantar listrik dan bisa dijadikan sebagai charger pada
kondisi darurat. Penemuan mengenai energi alternatif yang banyak dihasilkan dari produk
pertanian. Apabila dikembangkan dengan penelitian yang berkelanjutan, penemuan-penemuan
ini merupakan potensi baru sebagai penambah devisa negara.

Anda mungkin juga menyukai