Anda di halaman 1dari 23

Makalah Proses Pembuatan Gula

30 Votes

BAB I
PENDAHULUAN
1.

Latar Belakang Pemilihan Judul

Dari waktu ke waktu permintaan masyarakat akan gula terus meningkat. Hal ini disebabkan
perkembangan penduduk dan semakin maraknya industri yang menggunakan bahan baku gula.
Meningkatnya konsumsi masyarakat akan gula hendaknya disertai dengan meningkatnya produksi gula.
Barbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan produksi gula. Salah satu caranya adalah dengan
menggunakan mesin-mesin dalam proses pembuatan gula. Dengan adanya mesin-mesin ini pembuatan
gula tidak lagi dilakukan secara tradisional.
Seiring dengan semakin berkembangnya mesin-mesin pembuat gula, maka produksi gula pun semakin
meningkat. Produksi gula dewasa ini jauh lebih baik dilihat dari segi kualitas maupun kuantitas bila
dibandingkan dengan produksi gula pada waktu sebelum adanya mekanisasi.
Proses pembuatan gula yang dilakukan secara tradisional tidak efektif dan efisien. Pabrik pabrik gula
tradisional hanya mampu memproduksi gula dalam skala kecil. Selain itu gula yang dihasilkan
berkualitas rendah, karena gula yang dibuat secara tradisional berwarna merah kecoklatan atau kuning.
Hal ini menyebabkan masyarakat enggan mengkonsumsi gula tersebut, sehingga distribusi gula jenis ini
terbatas pada masyarakat pedesaan sekitar pabrik gula tradisional.
Apa yang dialami pabrik gula tradisional tentunya tidak dialami oleh pabrik-pabrik gula modern yang
telah menggunakan mesin-mesin dalam proses pembuatan gula mampu memperoleh gula dalam skala
besar, selain itu mutu gula yang dihasilkan lebih baik. Gula yang dihasilkan merupakan gula SHS
( Superieure Hoofd Suiker) yang berwarna putih.
Berdasarkan kenyataan diatas, maka penyusun mencoba menyusun sebuah karya tulis yang berjudul
PENGGUNAAN MESIN MANUAL SEBAGAI ALAT ALTERNATIF DALAM PROSES PEMBUATAN GULA. Dalam
karya tulis ini penyusun membahas mengenai penggunaan mesin-mesin dalam proses pembuatan gula.
1.

Perumusan Masalah

Untuk memudahkan penyusunan karya tulis ini penyusun membatasi masalah yang akan dibahas.
Dengan demikian yang menjadi pokok masalah adalah sebagai berikut dibawah ini.
1.

Mesin-mesin apa sajakah yang digunakan dalam proses pembuatan gula ?

2.

Bagaimana cara kerja mesin-mesin dalam setiap tahapan proses pembuatan gula ?

3.

Apakah kelebihan dan kekurangan hasil produksi gula menggunakan mesin manual?

Dengan melihat pokok-pokok permasalahan diatas penyusun berusaha menjelaskan mesin-mesin dan
cara kerjanya dalam proses pembuatan gula.
1.

Maksud dan Tujuan Penulisan Karya Tulis

Penyusunan karya tulis ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan mengikuti UAN/UAS tahun
pelajaran 2009/2010. Selain itu penyusunan karya tulis ini juga bertujuan untuk hal-hal di bawah ini.
1.

Untuk mengetahui mesin-mesin apa sajakah yang digunakan dalam proses pembuatan gula

2.

Untuk mengetahui bagaimana cara kerja mesin-mesin dalam setiap proses pembuatan gula

3.

Untuk mengetahui kelebuhan dan kekurangan hasil produksi gula menggunakan mesin manual

1.

Ruang Lingkup Pembahasan Masalah

Ruang lingkup pembahasan karya tulis ini tidak terlepas dari judul karya tulis. Penyusunan
menitikberatkan pada pemanfaatan/penggunaan mesin-mesin (mekanisasi) dalam proses pembuatan
gula. Penyusun membahas mengenai tahapan-tahapan pembuatan gula dan jenis mesin yang digunakan
dalam setiap tahapan serta cara kerjanya.
1.

Metode Penelaahan

Penyusunan karya tulis ini berdasarkan data-data hasil pengamatan. Dalam pengumpulan data,
penyusun menggunakan metode penelaahan seperti dibawah ini,
1.

Metode Observasi

Penyusun mengadakan kunjungan langsung ke pabrik gula Madukismo, Yogyakarta. Di sana penyusun
mengadakan observasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan proses pembuatan gula.
1.

Metode Wawancara

Penyusun mengadakan wawancara dengan karyawan PG. Madukismo Baru secara langsung mengenai
mesin-mesin yang digunakan dalam proses pembuatan gula.
1.

Metode Studi Pustaka

Untuk melengkapi data-data dari hasil observasi dan wawancara, penyusun juga melakukan studi
literatur atau telaah buku. penyusun mempelajari berbagai sumber dan memadukannya dalam kesatuan
pemikiran.
1.

Sistematika Karya Tulis

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
BAB I

PENDAHULUAN

1.

Latar Belakang Pemilihan Judul

2.

Perumusan Masalah

3.

Maksud dan Tujuan Penulis

4.

Ruang Lingkup Pembahasan Masalah

5.

Metode Penelaahan

6.

Sistematika Karya Tulis

BAB II PENGENALAN TANAMAN TEBU


1.

Morfologi Tanaman Tebu

2.

Varietas Tebu yang Baik untuk Bahan Baku Gula

BAB III PROSES PENGOLAHAN


1.

Jenis mesin yang digunakan dalam pembuatan gula

2.

Tahapan tahapan pembuatan gula


1.

Pemerahan Nira (ekstrasi)

2.

Pemurnian

3.

Penguaupan (evaporasi)

4.

Kristalisasi

5.

Pemisahan keristal

6.

Pengeringan

7.

Sumber Tenaga Penggerak Mesin Pembuat Gula

8.

Kelebihan dan Kekurangan Produksi Gula Menggunakan Mesin Manual

BAB IV PENUTUP
1.

Kesimpulan

2.

Saran

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
PENGENALAN TANAMAN TEBU
1.

Morfologi Tanaman Tebu

Sebelum kita membahas mengenai penggunaan mesin-mesin pembuat gula, ada baiknya bila kita
mengulas sedikit mengenai bahan dasar pembuatan gula yaitu tebu. Nama tebu hanya terkenal di
Indonesia. dilingkungan internasional tanaman ini lebih dikenal dengan nama ilmiahnya Saccharum
officinarum L. Jenis ini termasuk dalam famili Gramineae atau kelompok rumput-rumputan. Secara
morfologi tanaman tebu dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu batang, daun, akar, dan bunga.
Masing-masing bagian memiliki ciri-ciri tertentu.
1.

Ciri-ciri Batang

2.

Ciri-ciri Daun

3.

Ciri-ciri Akar

4.

Ciri-ciri Bunga

1.

Tumbuh tegak, sosoknnya tinggi kurus dan tidak bercabang.

2.

Tinggi mencapai 3,5 meter.

3.

Memiliki ruas dengan panjang ruas 10,30 cm.

4.

Kulit batang keras berwarna hijau, kuning, ungu, merah tua atau kombinasinya.

1.

Merupakan daun tidak lengkap

2.

Daun berpangkal pada buku batang dengan kedudukan yang berseling

3.

Pelepah memeluk batang, semakin keatas semakin menyempit, terdapat bulu-bulu daun
dan telinga daun.

4.
5.

Pertulangan daun sejajar


Helaian daun berbentuk garis dengan ujung meruncing, bagian
permukaan daun kasar.

1.

Akar serabut

2.

Panjang mencapai 1 Meter

1.

Merupakan bunga majemuk

2.

Panjang bunga majemuk 70-90 cm

3.

tepi bergerigi dan

Setiap bunga mempunyai 3 daun kelopak, 1 daun mahkota, 3 banang sari dan 2 kepala
putik

1.

Varietas Tebu yang Baik untuk Bahan Baku Gula

Varietas tebu sangat banyak jumlahnya, tetapi tidak semua unggul. Yang dimaksud variatas unggul
adalah varietas yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1.

Tingkat produktivitas gula yang tinggi. Produktivitas dapat diukur dari bobot atau rendaman
yang tinggi;

2.

Tingkat produktivitas (daya produk) yang stabil;

3.

Kemampuan yang tinggi untuk di kepras; dan

4.

Teloransi yang tinggi terhadap hama dan penyakit;

Varietas tebu yang baik untuk bahan baku gula adalah Varietas tebu yang termasuk kedalam kriteria
Varietas yang sudah mencapai masa tebu layak giling. Yang dimaskud tebu layak giling adalah :
1.

Tebu yang ditebang pada tingkat pemasakan optimal.

2.

Kadar kotoran (tebu mati, pucuk, pelepah tanah, dll) maksimal 2%

3.

Jangka waktu sejak tebang sampai giling tidak lebih dari 36 jam. Berdasarkan ciri-ciri tebu diatas
maka pada umumnya pabrik gula di Indonesia memakai tebu Varietas Ps dari pasuruan dan Bz dari
Brazil.
1.

Jenis Mesin Manual yang Digunakan dalam Pembuatan Gula

Mesin-mesin manual yang digunakan dalam proses pembuatan gula antara lain adalah :
1.

Mesin elektrolisa yang terdiri dari


1.

Mesin pengerja pendahulu (Voorbewer kers) yang terdiri dari Unigator Mark IV dan Cane
knife.

2.
2.

Alat gilingan terdiri dari 5 buah gilingan dan 3 rol penggiling.


Mesin pemurnian nira yang terdiri dari :

1.

Tabung Defekator

2.

Alat Pengendap

3.
3.

Rotary Vacuum Filter


Mesin penguap yang terdiri dari :

1.

Beberapa evaporator

2.

Kondespot

3.

Michaelispot

4.

Pompa vakum

4.

Mesin kristalisasi terdiri dari :


1.

Pan vakum

2.

Palung pendingin (kultrog)

5.

Mesin putaran gula (centrifugal)


1.

Broadbent

2.

Batch Sangerhausen

3.

Wester Stated CCS

4.

BMA 850 K

6.

Mesin pengering

7.

Mesin pembangkit tenaga uap/listrik

D. Jenis Mesin Modern yang Digunakan dalam Pembuatan Gula


1.

Boiler

2.

Diffuser

3.

Clarifier

4.

Vakum Putar

5.

Evaporator Majemuk(multiple effect evaporator)

6.

Sentrifugasi

7.

Resin

8.

Recovery
BAB III
PROSES PENGOLAHAN

Tebu dipanen setelah cukup masak, dalam arti kadar gula (sakarosa) maksimal dan kadar gula
pecahan (monosakarida) minimal. Untuk itu dilakukan analisa pendahuluan untuk mengetahui faktor
pemasakan, koefisien daya tahan, dll. Ini dilakukan kira-kira 1,5 bulan sebelum penggilingan.
Setelah tebu dipanen dan diangkat ke pabrik selanjutnya dilakukan pengolahan gula putih. Pengolahan
tebu menjadi gula putih dilakukan di pabrik dengan menggunakan peralatan yang sebagain besar
bekerja secara otomatis.
1.

Tahap-tahap dalam Pembuatan Gula

Pembuatan gula putih di pabrik gula mengalami beberapa tahapan pengolahan, yaitu pemerahan nira,
pemurian, penguapan, kristalisasi, pemisahan kristal, dan pengeringan.

1. Pemerahan Nira (Ekstrasi)


Tebu setelah ditebang, dikirim ke stasiun gilingan untuk dipisahkan antara bagian padat (ampas) dengan
cairannya yang mengandung gula (nira mentah). Alat penggiling tebu yang digunakan di pabrik gula
berupa suatu rangkaian alat yang terdiri dari alat pengerja pendahuluan (Voorbewer keras) yang
dirangkaikan dengan alat giling dari logam. Alat pengerja pendahuluan terdiri dari Unigator Mark IV dan
Cane knife yang berfungsi sebagai pemotong dan pencacah tebu. Setelah tebu mengalami pencacahan
dilakukan pemerahan nira untuk memerah nira digunakan 5 buah gilingan, masing-masing terdiri dari 3
rol dengan ukuran 36X64.

2.

Pemurnian Nira

Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk proses pemurnian gula yaitu cara defekasi, sulfitasi dan
karbonatasi. Pada umumnya pabrik gula di indonesia memakai cara sulfitasi. Cara sulfitasi menghemat
biaya produksi, bahkan pemurnian mudah di dapat dan gula yang dihasilkan adalah gula putih atau SHS
(Superieure Hoofd Sumber).
Proses ini menggunakan tabung defekator, alat pengendap dan saringan Rotary Vacuum Filter dan bahan
pemurniannya adalah kapur tohor dan gas sulfit dari hasil pembakaran.
Mula-mula nira mentah ditimbang, dipanaskan, direaksikan dengan susu kapur dalam defekator,
kemudian diberi gas SO2 dalam peti sulfitasi, dipanaskan dan diendapkan dalam alat pengendap. Nira
kotor yang diendapkan kemudian disaring menggunakan Rotery Vaccum Filter. Dari proses ini dihasilkan
nira jernih dan endapan padat berupa blotong. Nira jernih yang dihasilkan kemudian dikirim kestasiun
penguapan.

3.

Penguapan Nira (Evaporasi)

Nira jernih masih banyak mengandung uap air. Untuk menghilangkan kadar air dilakukan penguapan
(evaporasi).
Dipabrik gula penguapan dilakukan dengan menggunakan beberapa evaporator dengan sistem multiple
effect yang disusun secara interchangeable agar dapat dibersihkan bergantian. Evaporator bisanya
terdiri dari 4-5 bejana yang bekerja dari satu bejana sebagai uap pemanas bejana berikutnya. Total luas
bidang pemanas 5990m2 vo.

Dalam bejana Nomor 1 nira diuapkan dengan menggunakan bahan pemanas uap bekas secara tidak
langsung. Uap bekas ini terdapat dalam sisi ruang uap dan nira yang diuapkan terdapat dalam pipa-pipa
nira dari tombol uap. Dari sini, uap bekas yang mengembun dikeluarkan dengan kondespot. dalam
bejana nomor 2, nira dari bejana nomor 1 diuapkan dengan menggunakan uap nira dari bejana
penguapan nomor 1. Kemudian uap nira yang mengembun dikeluarkan dengan Michaelispot. Di dalam
bejana nomor 3, nira yang berasal dari bejana nomor 2 diuapkan dengan menggunakan uap nira dari
bejana nomor 2. Demikian seterusnya, sampai pada bejana terakhir merupakan nira kental yang
berwarna gelap dengan kepekatan sekitar 60 brik. Nira kental ini diberi gas SO 2 sebagai belancing dan
siap dikristalkan. Sedangkan uap yang dihasilkan dibuang ke kondensor sentral dengan perantara pompa
vakum.

4. Kristalisasi
Nira kental dari sari stasiun penguapan ini diuapkan lagi dalam suatu pan vakum, yaitu tempat dimana
nira pekat hasil penguapan dipanaskan terus-menerus sampai mencapai kondisi lewat jenuh, sehingga
timbul kristal gula.
Sistem yang dipakai yaitu ABD, dimana gula A dan B sebagai produk,dan gula D dipakai sebagai bibit
(seed), serta sebagian lagi dilebur untuk dimasak kembali. Pemanasan menggunakan uap dengan
tekanan dibawah atmosfir dengan vakum sebesar 65 cmHg, sehingga suhu didihnya 65 0c. Jadi kadar gula
(sakarosa) tidak rusak akibat terkena suhu yang tinggi. Hasil masakan merupakan campuran kristal gula
dan larutan (Stroop). Sebelum dipisahkan di putaran gula, lebih dulu didinginkan pada palung
pendinginan (kultrog).
5. Pemisahan Kristal Gula
pemisahan kristal dilakukan dengan menggunakan saringan yang bekerja dengan
(sentrifungal). Alat ini bertugas memisahkan gula terdiri dari :
1.

3 buah broadbent 48 X 30untuk gula masakan A.

2.

4 buah bactch sangerhousen 48 X 28 untuk masakan B.

3.

2 buah western stated CCS untuk D awal.

4.

6 buah batch sangerhousen 48 X 28 untuk gula SHS.

5.

3 buah BNA 850 K untuk gula D.

gaya memutar

dalam tingkatan pengkristalan, pemisahan gula dari tetesnya terjadi pada tingkat B. Pada tingkat ini
terjadi poses separasi (pemisahan). Mekanismenya menggunakan gaya sentrifugal. Dengan adanya
sistem ini, tetes dan gula terpisah selanjutnya pada tingkat D dihasilkan gula melasse (kristal gula) dan
melasse (tetes gula).

6. Pengeringan Kristal Gula


Air yang dikandung kristal gula hasil sentrifugasi masih cukup tinggi, kira-kira
20% . Gula yang mengandung air akan mudah rusak dibandingkan gula kering,
untuk menjaga agar tidak rusak selama penyimpanan, gula tersebut harus dikeringkan terlebih dahulu.
pengeringan dapat dilakukan dengan cara alami atau dengan memakai udara panas kira-kira 80 0c.
pengeringan gula secara alami dilakukan dengan melewatkan SHS pada talang
goyang yang panjang. Dengan melalui talang ini gula diharapkan dapat kering dan dingin. Proses
pengeringan dengan cara ini membutuhkan ruang yang lebih luas dibandingkan cara pemanasan.
Karena itu, pabrik-pabrik gula menggunakan cara pemanasan. Cara ini bekerja atas dasar prinsip aliran
berlawanan dengan aliran udara panas.
1.

Sumber Tenaga Penggerakan Mesin Pembuat Gula

Tenaga yang menggerakan mesin-mesin pembuat gula selain berasal dari pembangkit listrik juga
berasal dari pembangkit tenaga uap. Sebagai penghasil tenaga digunakan 5 buah ketel pipa air Niew
mark 16 ton/jam masing-masing 440 m 2vo dengan tekanan kerja 15 kg/cm 2 dan satu buah ketel chengcheng kapasitas 40 ton/jam. Uap yang dihasilkan dipakai untuk menggerakan turbin generator dan
mesin uap. Uap bekasnya dipakai untuk memanaskan dan menguapkan nira dalam panci mengguapkan
dan memanaskan gula.
Bahan bakar pembangkit tenaga uap adalah ampas tebu yang berasal dari proses pemerahan nira.
Ampas tebu yang di hasilkan dari proses pemerahan nira tersebut sekitar 30% tebu. Ampas tebu
mengandung kalori sekitar 18000 kca/kg dan kekurangannya di tambah BBM (F,O).
1.

Kelebihan dan Kekurangan Produksi Gula Menggunakan Mesin Manual

Produksi gula menggunakan mesin manual hasilnya cukup memuaskan, gula yang diproduksi pun adalah
gula putih atau SHS (Superieure Hoofd Suiker). Selain itu produksi gula menggunakan mesin manual
lebih menghemat energi, karena bahan bakarnya berasal dari ampas tebu. Tetapi produksi gula
menggunakan mesin manual juga memiliki kekurangan yaitu, tingkat produksi gula belum mampu
mengimbangi tingkat konsumsi masyarakat, karena produksi gula menggunakan mesin manual lebih
sedikit dari pada produksi gula menggunakan mesin yang berteknologi canggih
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Produksi gula diupayakan terus meningkat baik dari segi kualitas maupum kuantitas, penggunaan
mesin-mesin (mekanisaai) merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan produksi gula. Meskipun
mesin-mesin yang digunakan bukan mesin berteknologi canggih. Pada umumnya mesin-mesin yang
digunakan oleh pabrik-pabrik gula di Indonesia pengoprasiannya dilakukan oleh manusia. Mesin-Mesin
tersebut bekerja secara manual tidak secara komputerisasi.
Pembuatan gula terdiri dari beberapa tahapan dan setiap tahap menggunakan mesin-mesin tersendiri.
Adapun tahapan-tahapan pembuatan gula itu adalah :
1. Tahapan pemerahan nira (ekstasi);
2. Tahapan pemurnian nira;
3. Tahapan penguapan nira;
4. Tahapan kristalisasi;
5. Tahapan pemisahan kristal; dan
6. Tahapan pengeringan.

Mesin-mesin yang digunakan dalam tahapan-tahapan pembuatan gula di atas digerakan oleh tenaga
yang berasal dari pembangkit listrik dan pembangkit tenaga uap. Sedangkan bahan bakar untuk
pembangkitan tenaga uap itu sendiri berupa ampas tebu yang dihasilkan dari proses pemerahan nira.
Produksi gula menggunakan mesin manual lebih menghemat energi dibandingkan dengan produksi gula
menggunakan mesin yang berteknologi canggih. Kekurangan produksi gula menggunakan mesin manual
adalah tingkat produksi gula belum mampu mengimbangi tingkat konsumsi masyarakat.
B. Saran
Penggunaan mesin-mesin pembuat gula (mekanisasi) memang telah mampu meningkatkan produksi
gula, tetapi hasilnya belum cukup memuaskan. Tingkat produksi gula belum mampu mengimbangi
tingkat konsumsi masyarakat karena itu, uapnya untuk meningkatkan produksi gula dalam negeri masih
harus diupayakan. Kalau selama ini mesin-mesin yang digunakan di pabrik gula masih bersifat manual
(tidak berteknologi canggih), mungkin untuk masa yang akan datang mesin-mesin yang digunakan harus
lebih canggih. Dengan mesin-mesin berteknologi tinggi (canggih ) produksi gula akan lebih meningkat,
baik dari segi kualitas maupun kuantitas dibanding dengan produksi gula saat ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2007.PT.MADUBARU.Yogyakarta:Padokan.
http://putrandaputranda.blogspot
http://teknologietanol.blogspot.
indonetwork.co.id
Nurlaela,Ela.Marlina,dkk.1998.makalah.Sukaresmi.
http://www.Suclose.com
LAMPIRAN
Daftar Istilah
Bleaching
Carbonatasi
pemurni.
Defekasi
pemurni
Interchangeable
Multiple effect
Nira
Rendemen

: Pemutih
: Cara pemurnian nira dengan menggunakan CO2 sebagai bahan

: Cara pemurnian nira dengan menggunakan kapur sebagai bahan

: Memungkinkan pertukaran
: memberikan banyak pengaruh
: Cairan tebu
: Persen Jumlah yang dapat dimanfaatkan dari

keseluruhan
Stroop
Sulfitasi

: Campuran larutan dan kristal gula


: Cara pemurnian nira dengan menggunakan gas

sulfit sebagai bahan pemurni

2.3 Bioetanol
Bioetanol adalah etanol yang diproduksi dengan cara fermentasi menggunakan
bahan baku nabati. Dalam buku ini akan dibahas tentang karakterisasi bioetanol, prospek
bioetanol, manfaat dan kebutuhan nasional serta peluang pasarnya. Pembahasan lebih
fokus pada proses pembuatan bioetanol dari mulai penyediaan bahan baku, proses, aspek
fermentasi sampai pada pengawasan mutunya. Bahan baku meliputi bahan baku sumber
gula diantaranya adalah molases dan nira, bahan baku sumber pati yaitu ubikayu, jagung
serta ubi-ubian lain, serta bahan baku sumber serat (lignoselulosa) diantaranya tongkol
jagung, sekam dan sebagainya. Bab bahan baku juga dibahas bahan pembantu untuk
produksi bioetanol. Proses pembuatan bioetanol dibedakan menjadi tiga berdasarkan bahan
bakunya yaitu bahan baku sumber gula, pati dan serat. Proses pembuatan bioetanol meliputi
aspek fermentasi dan destilasinya. Disamping itu buku ini juga membahas produk samping,
perlengkapan teknis produksi dan pengawasan dan pengendalian mutu dalam industri
bioetanol.
2.4 Proses pembuata bioetanol
Bahan baku yang digunakan untuk membuat bioetanaol adalah tetes, yang
merupakan hasil sampingan dari PG. Madukismo. Proses yang dipakai adalah peragian
(fermentasi), dari ragi yang dipakai : Sacharomyces Cereviceae. Enzim yang ada dalam ragi
ini mengubah gula yang masih ada dalam tetes menjadi alcohol dan gas CO2
Reaksi kimia :

Sakarosa

dihidrolisa

menjadi

glukosa

(gula

reduksi)

C12 H22 O11+ H2O 2C6 H12 O6

Gula

reduksi

bereaksi

menjadi

alkohol

gas

CO2

C6 H12 O6 2C2 H5 OH + 2CO2 alkohol


Proses Pembibitan dan Fermentasi
Dalam memperbanyak Saccharomyces Cereviseae dengan cara kultur dengan
menggunakan.Medium : gulosa, pepton, ekstrak tauge, ekstrak pisang ambon, agar tetes
tebu/molase sebagai aklimitasi peremajaan kultur Saccharomyces Cereviseae dilakukan 1

bulan sekali, maksimal 2 bulan dengan tujuan untuk mengaktifkan kembali fungsi kerja
Saccharomyces Cereviseae.

1.

Dibuat secara 2 tahap :


30 cc dengan Brix 6Untuk mengukur kadar brik dengan menggunakan Brix
meter. Kemudian penambahan urea sebanyak 1 gr, NPK sebanyak 0,3 gt, H2SO4
dengan

PH

4,8. Setelah

selesai

di

buat,

kemudian

disterilisasi

dengan

pemanasan biasa. Memasukan masing-masing larutan ke dalam erlenmayer ( I


dan II ). Kemudian dipanaskan dan didinginkan / diinkubasi selama 24 jam.
2.

Menyiapkan tangki 19 dengan kapasitas tangki 12 L, penambahannya Urea 10


gr, NPK 3 gr, H2SO4 pH 4,8 dan memasukan erlenmeyer I dan II ke dalam tangki
19 di inkubasi selama 24 jam.4. Menyiapkan tangki 20 dengan kapasitas tangki
48 L, penambahan urea 48gr NPK 14,4 gr, H2SO4 dengan pH 4,8, dan dimasukan
hasil inkubasi dari tangki 19 kemudian di inkubasi kembali 24 jam.

3.

Hasil pada tahap ke empat selanjutnya dimasukan ke tangki 21 dengan


kapasitas tangki 480 L dan penambahan urea 480gr, NPK 144gr, H2SO4 dengan
pH 4,8 diinkubasi 24 jam.

4.

Hasil pada tahap ke 5, selanjutnya dimasukan ke tangki 22/1 dengan kapasitas


tangki 3010L diinkubasi selama 24 jam. Setelah 24 jam masuk ketangki 22/2
dengan kapasitas tangki 3010 L diinkubasi kembali selama 16 jam dan diperoleh
bibit /starter Saccharomyces Cereviseae dalam tangki sebanyak 350 L dan
kondisi bibit / starter masih aerob.

5.

Bibit / starter Saccharomyces Cereviseae pada tangki 22/2 diinginkan sebanyak


2660L dan dicampurkan ke dalam tangki 25 yang berkapasitas 18000L, dengan
penambahan Urea, NPK dan H2SO4 dan diinkubasi kembali selama 16 jam,
kondisi masih aerob.

6.

Hasil pada tahap ke 7 selanjutnya di masukan kedalam tangki 26 berkapasitas


75000L

(sludge)

dan

diinkubasi

selama

50

jam,

kondisi

anaerob.

Hasil akhir berupa alkohol dengen kadar maksimal 10 % untuk menaikan kadar

absolut 95% untuk menjadi bioetanol dilakukan proses penyulingan / distilasi.


Dan untuk proses pembuatan spritus dibutuhkan kadar alkohol dibawah 94%
dengan proses penyulingan dan penambahan metyln blue.
Penyulingan
Adonan yang telah selesai diragikan, dipisahkan alkoholnya (disuling) di dalam pesawat
penyulingan yang terdiri dari 4 kolom:

Kolom Maische

Kolom Rectifiser

Kolom Voorloop

Kolom Nachloop
Penyulingan menggunakan tenaga uap dengan tekanan 0.5 kg/cm2 suhu 120

a)

Kolom Maische:
Alkohol

kasar

kadar

45%

masuk

ke

Kolom

Voorloop

Hasil bawah : Vinase dibuang


b)

Kolom Voorloop
Hasil atas : Alkohol teknis kadar : 94% masih mengandung aldehid, ditampung
sebagai hasil. Hasil bawah : Alkohol mudah kadar 25% masuk ke Kolom
Rectifiser.

c)

Kolom Rectifiser

Hasil atas : alkohol murni (prima 1) kadar minimal 95% ditampung sebagai
hasil.

Hasil tengah : alkohol mudah yang mengandung minyak Fusel, masuk Kolom
Nachloop

Hasil bawah : Lutter washer, air yang bebas alkohol, kadang-kadang bila perlu
sebagian digunakan untuk menamnah kolom Voorloop sebagai bahan penyerap
alkohol dan sebagian dibuang.

d)

Kolom Nachloop

Hasil atas : alkohol teknis kadar 94% ditampung sebagai hasil.

Hasil bawah : air yang bebas alkohol, dibuang.


Minyak Fusel (amyl alcohol) merupakan hasil samping pabrik spiritus, ini bisa
digunakan untuk bahan baku pembuatan essence (amylacetat).

Gambar. Diagram alir pembuatan


alkohol PS. Madukismo
Hasil Produksi
Alkohol dibedakan atas dasar kualitas :
1.

Alkohol teknis : yang masih mengandung aldehid, kadar 94% digunakan


untuk membuat spiritus bakar

2.

Alkohol murni : minimal kadar 95% bisa dipakai industri farmasi, kosmetik dll.
Hasil sampingan : minyak fusel (amyl alcohol)
Pemakaian tetes : rata-rata satu hari 900 kuintal
Produksi rata-rata : 25.000 liter alkohol per 24 jam, terdiri dari (88% alkohol
murni,

12%

alkohol

Rendemen : 28% (28 liter alkohol per kuintal tetes).

tetes).

BAB III
OBYEK KKL
3.1 Pabrik Gula Madukismo
P.G. Madukismo didirikan pada tanggal 14 juni 1955 oleh Sri Sultan Hamengku
Buwono IX, Setelah kurang lebih 3 tahun berdiri baru dilaksanakan peresmian oleh Presiden
RI Ir. Soekarno pada tanggal 29 Mei 1958 yang terletak di daerah Yogyakarta selatan,
Kasihan, Bantul. Dulu pabrik ini hanya memproduksi gula, namun pada tahun 1959 hingga
kini P.G. Madukismo memproduksi gula dan alcohol atau spritus, pada saat itu pemegang
saham terbesar adalah Sri Sultan Hamengku buwono IX yaitu 75% sedangkan sisanya 25%
di pegang oleh pemerintah R.I. kemudian saat ini ada perubahan kepemilikan saham
menjadi 65% dimiliki oleh Sri Hamangku Buwono X, dan pemerintahan memegang 35%
yang dikuasai oleh P.T. RAJAWALI NUSANTARA INDONESIA. Tujuan dari didirikan pabrik
ini yaitu agar masyarakat dapat menikmati gula hasil produksi dalam negri, tidak hanya dari
luar.
Dahulu PG Madukismo bernama PG Padokan dengan luasan yang sangat kecil, pada
masa Belanda PG Padokan hancur lebur, atas jasa Sri Sultan Hamengku Buwono IX kemudian
didirikan kembali Pabrik Gula Padokan dengan nama Madukismo. Gagasan pendirian Pabrik
Gula Madukismo tujuannya adalah untuk menolong rakyat yang banyak kehilangan pekerjaan

karena dibumihanguskannya Pabrik-Pabrik Gula waktu itu. Pendirian pabrik gula diyakini mampu
menampung banyak orang untuk bekerja. Banyak petani akan terlibat dalam proses penanaman,
pemeliharaan tanaman, panen serta di pabrik akan menyerap banyak tenaga kerja teristimewa
pada waktu masa giling.
PG Madukismo tidak hanya memproduksi gula, juga menawarkan paket wisata edukasi
agroindustri. Perjalanan Wisata Agro Industri ini adalah wisata untuk melihat proses produksi
yang dilaksanakan. Kita akan di antar menggunakan gerbong yang ditarik oleh lokomotif tua.
Biasanya wisata ini dilaksanakan pada masa giling yakni bulan Mei September.
Saat wisata ini, kita bisa menyaksikan proses produksi gula secara langsung. Produksi
gula melewati tahap pemerahan nira untuk mendapatkan sari gula, pemurnian nira dengan
sulfitasi, penguapan nira, kristalisasi, puteran gula, dan pengemasan. Sambil mencermati proses
produksinya, anda juga bisa melihat mesin-mesin tua yang menjadi alat produksi di pabrik ini.
Mungkin tidak banyak yang mengetahui bahwa di Daerah Istimewa Yogyakarta dahulu
kala terdapat banyak pabrik gula, Dengan luasan daerah yang tidak begitu besar wilayah ini
memiliki 17 Pabrik gula yakni PG. Randugunting, PG. Tanjungtirto, PG Kedaton Pleret, PG
Wonocatur, PG padokan, PG Bantul, PG Barongan, PG Sewu Galur, PG Gondanglipuro, PG
Pundong, PG Gesikan, PG Rewulu, PG Demakijo, PG Cebongan, PG Beran, PG Medari, dan
PG Sendangpitu, namun pada jaman mallaise atau lebih disebut jaman meleset yakni supply
gula dunia berlebih maka banyak pabrik tersebut yang tutup.

Setelah ada kesepakatan perdagangan tahun 1931 yang terkenal dengan Charbourne
Agreement yang berdampak pada pengurangan produksi gula termasuk di Yogyakarta dari
sekitar 3 juta ton menjadi 1,4 juta ton per tahun. Akhirnya dari 17 hanya tersisa 8 pabrik gula
yakni PG.Tanjungtirto, PG Kedaton Pleret, PG Padokan, PG Gondanglipuro, PG Gesikan, PG
Beran, PG Medari, namun saying saat agresi militer ke II tahun 1948 semua bangunan pabrik
tersebut dibumi hanguskan dan rata dengan tanah tapi masih ada beberapa yang menyisakan
temboknya saja. Pada tahun 1955 diatas bangunan Pabrik gula Padokan yang turut dibumi
hanguskan dibangun PG-PS Madukismo atas prakarsa Sri Sultan Hamengku Buwono ke IX dan
diresmikan pada tanggal 29 Mei 1958 oleh Presiden RI I yakni Ir. Soekarno dan mulai
berproduksi tahun itu juga.

Saat ini jika kita ingin menikmati keberadaan Pabrik Gula Madukismo dapat mengikuti
Paket Agrowisata Madukismo, namun kita harus mendaftar beberapa hari sebelumnya karena
tidak setiap saat diadakan. Paket Agrowisata Madukismo ini menawarkan wisata yang sangat
bermanfaat sebagai edukasi dan menyadarkan bahwa ternyata proses untuk menjadi gula yang
manis yang kita komsumsi melalui proses yang panjang. Mulai dari penanam pohon tebu hingga
berunur sekitar 1 tahun agar mencapai kemasakan yang optimal dan melalui proses
penggilingan untuk pemerahan nira yang mendapatkan sari gula, kemudian pemurnian nira
dengan sulfitasi kemudian penguapan nira, kristalisasi, puteran gula dan pengemasan, dan gula
putih yang manis dan hiegenis siap di pasarkan.
Keunikan yang ditawarkan dari paket Agrowisata ini adalah kita bisa menikmati
menggunakan kereta tua bermesin diesel buatan jerman dari gedung Madu Chandya sebagai
tempat dimana kita dapat mendaftar untuk mengikuti paket wisata ini, jaraknya dari pabrik sendiri
kurang lebih 500 m. jika kita berkunjung pada saat masa giling yakni pada bulan mei s/d
September maka kita akan dapat menyaksikan secara langsung proses proses yang dilakukan.
Satu hal lain yang bila kita sempat menyaksikan pada awal musim giling tersebut maka
kita dapat menyaksikan upacara ritual Cembengan, yakni upacara untuk memohon kepada yang
kuasa agar selama proses giling tidak mengalami kendala, pada ritual ini dapat kita saksikan
kirab tebu temanten serta pengilingan pertama. Banyak acara kesenian ditampilkan selama
acara Cembengan ini salah satunya pagelaran wayang kulit semalam suntuk. Pabrik ini secara
administrasi di desa Padokan,Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul.
3.2 UPT BPPTK LIPI Gunungkidul

Unit Pelaksana Teknis Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia


Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia-Yogyakarta, disingkat UPT BPPTK LIPI Yogyakarta,
dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
nomor 1022/M/2002, tanggal 12 Juni 2002, tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Balai
Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia (BPPTK).
UPT BPPTK LIPI di Yogyakarta merupakan satuan kerja yang dibentuk dengan
peleburan ex UPT Bahan Baku dan Olahan Kimia (BBOK) LIPI yang berada di 3 (tiga)
lokasi: Lampung, Bandung dan Yogyakarta. Bagian dari UPT BBOK LIPI yang
berkedudukan di Lampung merupakan satuan kerja terbesar di antara ketiga satuan kerja di

atas. Kegiatan utama dari satuan tersebut adalah pertanian. Kegiatan utama satuan kerja
yang berada di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, diarahkan pada pengembangan
teknologi pengolahan pangan. Sub-satuan kerja yang berada di Bandung merupakan pusat
kegiatan administrasi dan beberapa percobaan laboratorium.
Pembentukan UPT Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia pada
dasarnya merupakan peleburan ketiga sub-satuan kerja dari 3 lokasi dengan penekanan
kegiatan yang berbeda dapat menimbulkan dampak. Dampak tersebut perlu segera
diantisipasi agar satuan kerja yang baru dapat menjalankan Tugas Pokok dan Fungsinya
secara optimal. Tugas pokok UPT BPPTK mengacu pada LIPI yang memiliki tiga tanggung
jawab, yaitu:
1. Dunia ilmu pengetahuan
2. Masyarakat
3. Pemegang kepentingan (stakeholders)
Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi faktor penting dengan
penekanan pada pengembangan riset terapan untuk kepentingan masyarakat luas demi
meningkatkan kemampuan berkompetisi di era globalisasi dan pasar bebas. Pemantapan
organisasi UPT BPPTK LIPI untuk mengemban tanggung jawab tersebut adalah sangat
penting dilakukan oleh karena itu disadari perlu adanya sinergisme antar program, antar
proyek dan antar kegiatan. Namun demikian program/kegiatan tersebut harus mempunyai
fokus yang jelas dan tegas.
UPT BPPTK sebagai salah satu unit eselon III di dalam organisasi LIPI menyusun
Rencana Implementatif yang memuat visi, misi, sasaran, strategi, kebijakan dan arahan
program selama 5 tahun ke depan, yaitu tahun 2010 2014 untuk mengikuti, merespon dan
mengantisipasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang muncul baik di dalam
maupun di luar negeri yang memerlukan pendekatan holistik dan berjangka panjang.
Lokasi UPT BPPTK LIPI Yogyakarta ada dua yaitu Desa Gading, Kecamatan Playen,
Kabupaten Gunungkidul yang berjarak sekitar 31,5 km dari Yogyakarta dan Desa Tirtonirmolo,
Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul.

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pabrik Gula Madukismo Ypgyakarta


4.1.1 Struktur Organisasi
Susunan pegurus saat ini sebagai berikut :
1.

Komisaris Utama

- GKR Pembayun
2.

Komisaris

- Drs. H. Sumargono Kusumohadiningrat


- Ir. H. Bambang Sumardiko
3.

Direktur

- Ir. Rachmad Edi Cahyono, M.SI


4.1.2 Kemajuan-Kemajuan PG. Madukismo Yogyakarta

Desain awal 1.500 ton tebu perhari (tt)

Tahun 1976 ditingkatkan lagi menjadi 2500 tth

Tahun 1992 ditingkatkan lagi menjadi 3000 tth

Tahun 2000 sekarang berhasil mencapai hingga 3500 tth


PS MADU KISMO

Tahun 1976 awal 15.000 liter alcohol per hari


Tahun 2002 ditingkatkan menjadi 25000 liter per hari 4.2 UPT BPPTK LIPI Gunungkidul
Yogyakarta

4.2 Struktur Organisasi

4.3 PRODUK-PRODIK LIPI


1.

Lemofit
Untuk meningkatkan pertumbuhan ternak perlu suatu upaya menciptakan sesuatu yang
bermanfaat bagi peternak. Dari pengamatan selama ini ternyata ternak-ternak masih belum
stabil perkembangannya dikarenakan tidak adanya pakan suplemen untuk meningkatkan
nafsu makan. Lemo-Fit adalah produk pakan imbuhan yang diformulasikan khusus untuk
ternak ruminansia baik ternak kecil (domba, kambing dll) maupun ternak besar (sapi, kerbau
dll). Khasiat nutrisi produk imbuhan pakan ini selain sebagai peningkat nafsu makan ternak
juga akan meningkatkan produktivitas sehingga lebih menguntungkan bagi peternak.
Beberapa hasil uji lapangan ke peternak rakyat juga memperlihatkan adanya pengaruh
positif dari Lemo-Fit terhadap kesehatan ternak.

2.

Mangut lele

Mangut lele merupakan makanan khas dari daerah Bantul, Yogyakarta. Lele
dimasak dengan menggunakan bumbu mangut, yang didominasi dengan
kuah dari santan. Komposisi Gizi Mangut Lele Kaleng : GIZI % per 100 g,
lemak 6.24, protein 6.58, karbohidrat 9.63, kadar air 75.71, kadar abu 1.66
terdaftar BPOM.RI.MD. 517112003035

3.

Gudeg

Gudeg adalah makanan khas Yogyakarta dan Jawa Tengah yang terbuat dari nangkamuda
yang dimasak dengan santan dan dibumbui dengan kluwak. Penggemar makanan ini relatif
banyak. Sayangnya, gudeg memiliki masa simpan cukup pendek. Proses pengalengan telah

dilakukan terhadap makanan gudeg, dan produk dapat memiliki masa simpan hingga 1
tahun.
Komposisi kandungan : GIZI % per 100 g, Lemak 5.12, Protein 5.33, Karbohidrat 12.47,
kadar air 73.28 dan kadar abu 1.72 terdaftar BPOM. RI . MD. 555112001035
4.

Pembuatan Bio Gas dari Kotoran Ternak


Tepung BMC Tempe merupakan tepung campuran dari tepung tempe dan bahan lokal
lainnya (tepung beras, tepung kacang hijau dll). Tepung BMC Tempe ini dapat dibuat
menjadi produk makanan (kudapan) yang dapat digunakan dalam Program Pemberian
Makanan Tambahan (PMT) bagi anak usia sekolah maupun balita. Kudapan yang dibuat
dari BMC Tempe, dinyatakan telah memiliki nilai gizi sesuai dengan persyaratan program
PMT-AS (Inpres No.1 Tahun 1997 ayat III) yaitu mengandung 300 Kal dan 5 g protein.
Produk BMC Tempe ini telah digunakan untuk memperbaiki keadaan gizi anak sekolah
maupun balita. Kandungan zat gizi dalam 100 g Tepung BMC Tempe yaitu energi 375 Kal,
protein 16%, lemak 2,5%, karbohidrat 71,7%, vitamin B1, B2, B12, zat besi, kalsium, dan
kalium.
4.4 Laboratorium
Laboratorium yang ada di pusat pengembangn ilmu pengetahuan LIPI Gunungkidul
yaitu :

Laboratorium pakan
Pada laboratorium ini produknya antara lain :
a. Bioadiktif
b. Fermentasi

Laboratorium Pangan
Pada laboratorium pangan riset yang dilakukan adalah pengalengan beberapa
makanan berat, misalnya gudeg. Lanoratorium terbagi menjadi dua, yaitu :
a. Laboratorium pengalengan
b. Laboratorium Mikro

Laboratorium Kimia dan Lingkungan


Laboratorium ini terbagi menjadi tiga, yaitu :
a. Laboratorium Sapi
b. Laboratorium Kambing
c. Laboatorium Ayam

pada laboratorium ini, ada riset untuk menekan protozoa dalam lumer sapi yang
menghasilkan metan, yaitu dengan mengkudu. Limbah kotoran sapi yang
dihasilkan juga dapat dimanfaatkan untuk gas, untuk pupuk cair

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari Kuliah Kerja Lapangan (KKL) adalah:
1.

Mesin-mesin manual yang digunakan dalam proses pembuatan gula antara lain :
a.Mesin-mesin modern :
Boiler, Diffuser, Clarifier, Vakum Putar, Evaporator Majemuk(multiple effect evaporator),
Sentrifugasi, Resin, Recover.
b. Mesin-Mesin manual :
Mesin elektrolisa, Mesin pemurnian nira, Mesin penguap, Mesin kristalisasi, Mesin putaran gula,
Mesin pembangkit tenaga listrik.

2.

Produksi gula menggunakan mesin manual hasilnya cukup memuaskan, gula


yang diproduksi pun adalah gula putih atau SHS (Superieure Hoofd Suiker).
Selain itu produksi gula menggunakan mesin manual lebih menghemat energi,
karena bahan bakarnya berasal dari ampas tebu. Tetapi produksi gula
menggunakan mesin manual juga memiliki kekurangan yaitu, tingkat produksi
gula belum mampu mengimbangi tingkat konsumsi masyarakat, karena produksi
gula menggunakan mesin manual lebih sedikit dari pada produksi gula
menggunakan mesin yang berteknologi canggih

3.

Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi faktor penting dengan


penekanan pada pengembangan riset terapan untuk kepentingan masyarakat
luas demi meningkatkan kemampuan berkompetisi di era globalisasi dan pasar
bebas. Pemantapan organisasi UPT BPPTK LIPI untuk mengemban tanggung
jawab tersebut adalah sangat penting dilakukan oleh karena itu disadari perlu
adanya sinergisme antar program, antar proyek dan antar kegiatan. Namun

demikian program/kegiatan tersebut harus mempunyai fokus yang jelas dan


tegas.
5.2 Saran
Program Kuliah Kerja Lapangan memberi kesan baik terhadap mahasiswa jurusan
biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Malang, dan memberi manfaat
tentang seputar pengetahuan yang menambah wawasan akan pemanfaatan bioteknologi
terhadap produk-produk dalam negeri sendiri. Alangkah lebih manfaatnya, jika program ini
dilaksanakan setiap satu semester.

Anda mungkin juga menyukai