PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
radioaktif 32P ini dapat dibuat dalam reaktor nuklir, yaitu penembakan 31P dengan
netron menurut reaksi seperti berikut ini : n + 31P→ 32P+ γ
Isotop 32P dapat digunakan untuk menentukan efisiensi pupuk P, untuk
mempelajari residu pupuk P, P tersedia dalam tanah, pola perakaran aktif
tanaman, distribusi perakaran dalam tanah, evaluasi agronomis fosfat alam dan
ketersediaan P dari residu pupuk P Potassium phosphate adalah garam larut yang
digunakan sebagai pupuk, aditif makanan, sumber fosfor, agen buffering, kalium
dan fungisida. Ketika digunakan dalam campuran pupuk fosfat dengan urea dan
amonium, senyawa ini dapat meminimalkan keluarnya amonia dengan menjaga
pH pada tingkat yang relatif rendah. Potassium phosphate berisi 52 % P 2O5 dan
K2O34 %. Senyawa ini sering digunakan sebagai sumber nutrisi dan sebagai aditif
dalam rokok. Potassium phosphate memiliki formulasi sebagai berikut: Isotop 32P
dapat digunakan untuk menentukan efisiensi pupuk P, untuk mempelajari residu
pupuk P, P tersedia dalam tanah, pola perakaran aktif tanaman, distribusi
perakaran dalam tanah, evaluasi agronomis fosfat alam dan ketersediaan P dari
residu pupuk P (IAEA, 1990).
Potassium phosphate adalah garam larut yang digunakan sebagai pupuk,
aditif makanan, sumber fosfor, agen buffering, kalium dan fungisida. Ketika
digunakan dalam campuran pupuk fosfat dengan urea dan amonium, senyawa ini
dapat meminimalkan keluarnya amonia dengan menjaga pH pada tingkat yang
relatif rendah. Potassium phosphate berisi 52 % P2O5 dan K2O 34 %. Senyawa ini
sering digunakan sebagai sumber nutrisi dan sebagai aditif dalam rokok.
Potassium phosphate memiliki formulasi sebagai berikut: Isotop 32P dapat
digunakan untuk menentukan efisiensi pupuk P, untuk mempelajari residu pupuk
P, P tersedia dalam tanah, pola perakaran aktif tanaman, distribusi perakaran
dalam tanah, evaluasi agronomis fosfat alam dan ketersediaan P dari residu pupuk
P (IAEA, 1990). Potassium phosphate adalah garam larut yang digunakan sebagai
pupuk, aditif makanan, sumber fosfor, agen buffering, kalium dan fungisida.
Ketika digunakan dalam campuran pupuk fosfat dengan urea dan amonium,
senyawa ini dapat meminimalkan keluarnya amonia dengan menjaga pH pada
tingkat yang relatif rendah. Potassium phosphate berisi 52 % P2O5 dan K2O 34 %.
Senyawa ini sering digunakan sebagai sumber nutrisi dan sebagai aditif dalam
rokok.
3
a. Bidang Pertanian
1. Efisiensi Pemupukan
Studi hubungan tanah dan tanaman dapat dilakukan dengan
mengaplikasikan teknik isotop, baik isotop yang bersifat stabil maupun isotop
yang bersifat radioaktif. Prinsip aplikasi isotop dalam hal ini adalah untuk
membedakan asal suatu unsur hara, baik antara unsur hara dari dalam tanah
maupun unsur hara yang berasal dari sumber hara lain yang ditambahkan ke
dalam tanah. Efesiensi pemupukan tanaman dengan teknik perunut. Radioisotop
yang digunakan sebagai perunut dalam penelitian efesiensi pemupukan tanaman
adalah fosfor-32 (32P). radioisotop P-32 yang terikat pada senyawa superfosfat
(pupuk) memiliki sifat kimia sama dengan isotop P-30 yang terkandung dalam
tanah, maka didalam tanah kedua isotop ini memiliki perilaku yang sama.
Perbedaannya p-32 memancarkan radiasi β yang dapat dideteksi, sedangkan p-30
tidak memancarkan radiasi. Data yang terekam pada detektor benar-benar
merupakan data yang berasal dari masuknya p-32 ke dalam tanaman. Dengan
demilian p-30 yang berasal dari tanah dengan serapan p-32 yang berasal dari
pupuk dapat dibedakan dengan mudah; yaitu dengan menghitung laju cacah
radiasi β yang dipancarkan dari p-32 serta membandingkannya dengan laju cacah
yang diperoleh dari larutan standar, maka dapat ditentukan kadar radioisotop p-32
atau pupuk yang tersrap oleh tanaman. Teknik perunut dengan radioisotop akan
memberikan cara pemupukan yang tepat dan hemat.( Hadi kusuma dan Agus
Budhie. 2008)
Hasil studi dapat digunakan untuk berbagai tujuan yang terkait dengan
efisiensi pemupukan, yaitu:
Isotop yang umum digunakan dalam penelitian pupuk pada tanaman adalah :
4
Karbon-14 (C-14) untuk menentukan laju dekomposisi bahan organik
dalam tanah dan laju fotosintesis dalam daun tanaman
Kalsium-45 (Ca-45) untuk menentukan laju klasifikasi terumbu karang
Ada dua metoda aplikasi teknik isotop dalam penelitian pemupukan dan
nutrisi tanaman, yaitu: metode langsung dan metode tidak langsung. Metode
langsung digunakan pada senyawa (dalam hal ini pupuk) yang dapat ditandai
baik dengan radioisotop (P-32, P-33, Zn-65, dsb) ataupun isotop stabil (N-15).
Sebagai contoh adalah penggunaan N-15 untuk menentukan efisiensi
penggunaan pupuk.
5
Tanah+urea N-15+ Azolla tidak bertanda ( diketahui ketersediaan N
dalam Azolla)
Dengan cara yang sama dapat diketahui ketersediaan N berasal dari pupuk
hijau lainnya :
• Azolla pinnata 37 – 65 kg N/ton
• Gliricidia sepium 29 – 43 kg N/ton
• Leucaena leucocephala 30 – 35 kg N/ton
b. Metode pengenceran
Contoh : evaluasi agronomik fosfat alam (FA) dibandingkan dengan TSP
6
sebab radikal tersebut akan menghasilkan kerusakan sel atau pengaruh penting
dalam komponen sel tanaman (Kovacs dan Keresztes, 2002).
Keuntungan menggunakan sinar gamma adalah dosis yang digunakan
lebih akurat dan penetrasi penyinaran ke dalam sel bersifat homogen. Tidak
seperti pemuliaan konvensional yang melibatkan kombinasi gen-gen yang ada
pada tetuanya (di alam), radiasi sinar gamma menyebabkan kombinasi gen-gen
baru dengan frekwensi mutasi tinggi. Mutasi digunakan untuk memperbaiki
banyak karakter yang bermanfaat yang mempengaruhi ukuran tanaman, waktu
berbunga dan kemasakan buah, warna buah, ketahanan terhadap penyakit dan
karakter-karakter lainnya. Karakter-karakter agronomi penting yang berhasil
dimuliakan dengan mutasi pada beberapa jenis tanaman di antaranya adalah
tanaman tahan penyakit, buah-buahan tanpa biji, tanaman buah-buahan yang
lebih pendek dan genjah (IAEA, 2009).
Co59 + n → Co
7
Laju dosis: radiasi laju dosis tinggi akan berpengaruh lebih berat
dibandingkan dengan laju dosis rendah, walaupun besar dosis yang
diberikanbesarnya sama.
Faktor lingkungan akibat radiasi ionisasi yang berpengaruh terhadap
derajat kelainan pada OPT adalah faktor suhu dan atmosfer. Perbedaan suhu
sebelum, selama, dan setelah penyinaran dapat memberikan pengaruh yang
berbeda. Radiasi dalam lingkungan atmosfer nitrogen akan memberikan
pengaruh yang lebih rendah daripada jika diberikan pada lingkungan atmosfer
oksigen. Hal ini karena oksigen yang terkena radiasi akan berubah menjadi
ozon (O3) yang akan bersifat toksik.
Faktor biologi akibat radiasi ionisasi yang mempengaruhi derajat kelainan
pada OPT, antara lain perbedaan spesies dan variasi sel/jaringan. Pada
umumnya, spesies yang jumlah kromosomnya yang lebih banyak lebih peka
terhadap radiasi daripada spesies yang jumlah kromosomnya sedikit. Untuk
spesies yang ukuran kromosomnya besar akan lebih peka terhadap radiasi
dibandingkan dengan spesies yang ukuran kromosomnya kecil. Juga, untuk
spesies yang memiliki kromosom dengan setromer tunggal akan lebih peka
terhadap radiasi daripada spesies yang mempunyai sentromer ganda.
Selanjutnya, kepekaan sel terhadap radiasi akan berbanding lurus dengan
aktivitas pembelahan sel dan berbanding terbalik dengan tingkat
diferensiasinya (hukum Bergonnieden Tribondeau). Dengan demikian, sel-sel
muda yang sedang aktif membelah dan masih dalam tingkat diferensiasi akan
lebih peka terhadap radiasi daripada sel-sel yang tidak membelah dan tidak
terdiferensiasi lagi. Organisme yang dikenai radiasi akandapat mengakibatkan
kemandulan.
Menurut (La Chance dalam I Gde Antha Kasmawan. 2016) menyatakan
bahwa, gejala kemandulan sebagai akibat radiasi pada OPT jantan dapat
disebabkan oleh gejala seperti :
8
Ketidakmampuan kawin dapat terjadi baik pada jantan maupun betina.
Selain merusak sel gamet, radiasi juga merusak sel somatik dan menghambat
biosintesa enzim atau hormon yang berperan dalam perkawinan, sehingga OPT
menjadi lemah dan tidak mampu melakukan perkawinan dengan baik atau daya
saing kawin menurun (Knipling, 1955). Dosis ambang sterilitas yang permanen
berdasarkan International Commission on Radiological Protection (ICRP 60)
adalah berkisar antara 3,5 Gy hingga 6 Gy. Pemberian dosis yang semakin
besar pada testis akan mengakibatkan penurunan jumlah sel sperma semakin
banyak dan waktu pulih kembali normal juga akan semakin lama, selama dosis
ambang kemandulan permanen belum tercapai. Dosis ambang terjadinya
sterilitas yang bersifat sementara adalah sebesar 0,15 Gy karena pada dosis
tersebut penurunan jumlah sel sperma selama beberapa minggu sudah terjadi
(ICRP 60, 1990).
4. Pengawetan Makanan
Kerusakan makanan hasil panen dalam penyimpanan akibat serangga,
pertunasan dini atau busuk, dapat mencapai 25-30%. Kerugian ini terutama
diderita oleh negara-negara yang mempunyai cuaca yang panas dan lembab.
Pengawetan makanan banyak digunakan dengan tujuan untuk menunda
pertunasan pada umbi-umbian, membunuh serangga pada biji-bijian,
pengawetan hasil laut dan hasil peternakan, serta rempah-rempah. Pada teknik
pengawetan dengan menggunakan radiasi, makanan dipapari dengan radiasi
gamma berintensitas tinggi yang dapat membunuh organisme berbahaya, tetapi
tanpa mempengaruhi nilai nutrisi makanan tersebut dan tidak meninggalkan
residu serta tidak membuat makanan menjadi radioaktif. Teknik iradiasi juga
dapat digunakan untuk sterilisasi kemasan. Di banyak negara kemasan karton
untuk susu disterilkan dengan iradiasi.
9
Tabel 2.1 radiasi makanan dan tujuannya
b. Bidang Peternakan
10
Dalam bidang peternakan, pemanfaatan teknik nuklir dilakukan baik
dengan menggunakan radioisotop sebagai perunut maupun energi radiasinya.
Teknik perunutan adalah proses pemanfaatan senyawa yang telah ditandai
dengan isotop stabil atau radioisotop untuk menjadi bagian dari sistem biologi
sehingga dapat diketahui mekanisme yang terjadi atau diperoleh suatu hasil
pengukuran. Isotop stabil yang umum digunakan adalah N-15, Cr-52, dan C-
13, sedangkan radioisotopnya antara lain adalah C-14, Ca-45, P-32, I-125, I-
131, dan H-3. Prinsip teknik perunutan dengan isotop stabil adalah sifat kimia
spesifik dari unsur yang digunakan dengan berat molekul yang berbeda dan
diukur dengan alat Mass Atomic Spectrophotometer, X-ray flourescene
(XRF), dan Neutron Atomic Absorbtion (NAA). Prinsip teknik perunutan
dengan radioisotop adalah paparan radiasi dari unsur radioaktif yang
digunakan yang diukur antara lain dengan alat Liquid Scintilation Counter
(LSC), Gamma Counter dan HPGe. Pemanfaatan teknik nuklir untuk
peruntuan dapat dilakuan secara in vivo untuk mengetahui proses biologi
yang terjadi di dalam tubuh hewan ternak dan in vitro untuk memperoleh
informasi tentang proses biologi yang dilakukan di luar tubuh hewan yaitu di
laboratorium. Beberapa isotop dan radioisotop yang umum digunakan dalam
litbang peternakan ditunjukkan pada tabel berikut.
unsur pemanfaatan
N-15 Penentuan siklus protein dalam tubuh (in vivo)
Cr-52 Prediksi volume rumen dan laju pencernaan (in
vivo)
C-13 Pengukuran dinamika populasi mikroba dalam
rumen (in vitro)
I-131 Litbang endokrinologi terutama T3/T4 secara
in vivo
H-31 Penentuan cairan dalam tubuh (in vivo)
I-125 Litbang endokrinologi terutama konsentrasi p4
(progesteron) secara (in vitro)
C-14 Pengukuran pertumbuhan bakteri rumen dan
juga filtrasi urin (in vitro)
Ca-45 Pengukuran deposisi Ca pada tulang (in vitro)
P-32 Pengukuran pertumbuhan bakteri rumen (in
vitro)
11
menghasilkan radiovaksin, reagen diagnostik, dan pengawetan. Adapun
manfaat yang dapat oleh teknik perunut radioaktif dalam bidang peternakan
adalah:
Peningkatan Produksi ternak
Kegiatan di BATAN yang terkait nutrisi ternak lebih fokus pada nutrisi
untuk ternak ruminansia dan ikan. Dalam hal ini, teknik nuklir yang digunakan
yaitu radiasi pengion, perunut radioisotop serta beberapa analisis unsur
berdasarkan emisi radiasi. Bahan pakan yang digunakan diutamakan bahan
lokal daerah tertentu sesuai dengan daerah dimana pakan tersebut akan
digunakan. Disamping itu bahan pakan yang dipilih dipastikan tidak bersaing
dengan kebutuhan manusia. Penelitian dengan teknik perunut, dilakukan secara
in-vitro untuk mengetahui produksi biomassa mikroba di dalam rumen setelah
diberikan pakan yang diuji. Semakin tinggi produksi biomassa mikroba, maka
kualitas pakan semakin baik. Radioisotop yang digunakan sebagai perunut
adalah P-32, S-35 dan N-15. Bahan yang digunakan untuk pembuatan pakan
yaitu sludge kelapa sawit, limbah pembuatan kecap, bungkil kedelai, tepung
ikan, menir, dedak, dan vitamin, sedangkan hormon metiltestosteron (MT)
digunakan untuk menjantankan anak ikan (sex reversal). Penentuan konsentrasi
hormon testosteron dilakukan menggunakan teknik radioimmunoassay (RIA)
dengan perunut I-125. Semua kegiatan penelitian dengan perunut radioisotop
dilakukan secara in-vitro, untuk mencegah kontaminasi radioisotop kepada
ternak atau hewan. Radiasi pengion juga dapat digunakan untuk dekontaminasi
bahan pakan. Selain itu, analisis kandungan mineral pakan yang diuji dilakukan
dengan teknik nuklir, yaitu analisis pengaktifan netron (APN) atau
spektrofotometer sinar-X (X-Rays Spectrophotometer). Keuntungan
penggunaan teknik nuklir ini adalah dapat melakukan analisis beberapa jenis
mineral sekali running sehingga efisien, dan dapat mendeteksi kandungan
mineral yang rendah dan lebih hemat biaya.Hasil-hasil yang telah dicapai
yaitu :
12
kg/ekor/hari pada sapi peranakan Frision Holstein (FH), dan sampai 0,5 kg/
ekor/hari pada sapi Bali. UMMB juga mampu meningkatkan produksi susu
dari sebelumnya sampai 2 liter/ekor/hari pada sapi perah peranakan FH di
Garut.
13
yang sedang dikembangkan termasuk jenis vaksin hidup, dengan melemahkan
bakteri atau parasit menggunakan iradiasi. Pembuatan vaksin dengan cara
melemahkan organisme penyebab infeksi untuk memperoleh strain yang
virulensinya sangat berkurang telah diakui keampuhannya. Secara
konvensional atenuasi vaksin (penurunan patogenitas) dilakukan secara
kimiawi dan fisika misalnya dengan melakukan adaptasi temperatur,
menurunkan patogenitas E. tenella isolat lokal dengan seleksi precocious,
untuk membandingkan patogenitas E.tenella isolat lokal tanpa seleksi (galur
tetua) dan dengan seleksi precocious (galur precocious). Sumber radiasi yang
digunakan untuk pembuatan radiovaksin adalah sinar gamma yang digunakan
untuk menurunkan infektivitas, virulensi dan patogenitas agen penyakit tetapi
tetap mampu merangsang timbulnya kekebalan pada tubuh terhadap infeksi
penyakit. Penelitian yang dilakukan saat ini adalah pengembangan vaksin
terhadap penyakit ternak seperti Brucellosis dan Mastitis, dan terhadap
penyakit ternak yang berasal dari mikroorganisme dan cacing seperti
Coccidiosis, Fasciolosis, dan Haemonchosis. Salah satu radiovaksin yang telah
diproduksi adalah vaksin koksivet untuk penyakit koksidiosis yaitu penyakit
yang disebabkan oleh protozoa Emeria sp. dalam usus yang mengakibatkan
berak darah. Tahapan proses pembuatan radiovaksin diawali dengan pemberian
radiasi gamma dengan dosis 125 Gy pada ookista generasi I yang kemudian
diinokulasikan kedalam tubuh ayam untuk memperoleh ookista generasi II
dengan tingkat infektivitas dan patogenitas yang rendah. Selanjutnya ookista
generasi II inilah yang dijadikan vaksin yang siap untuk diinokulasikan ke
dalam tubuh ayam umur 7 – 10 hari untuk memperoleh kekebalan terhadap
penyakit tersebut.
Salah satu aplikasi teknik nuklir dalam bidang reproduksi ternak yaitu
penggunaan teknik RIA (radioimmunoasssay). Teknik RIA
(radioimmunoasssay) progesteron dapat menginterpretasikan gambaran fungsi
faali reproduksi ternak dengan melihat profil hormon progesteron, sehingga
dapat digunakan untuk mendeteksi gangguan reproduksi pada ternak yang
kinerja reproduksinya rendah. Penggunaan kit RIA progesteron dapat
mengetahui potensi kembar dengan cara memantau tingkat konsentrasi hormon
P4 pada fase luteal (11 hari setelah ovulasi). Dibandingkan dengan pemantauan
visual, pemantauan dengan teknik RIA progeteron terhadap tenggang waktu
antara kelahiran hingga pelaksanaan IB (inseminasi buatan) pertama post
partum, dan ternak berhasil bunting menunjukkan hasil yang lebih baik yaitu
96,7 ± 13,6 vs 136,1 ± 6,9 hari. Data pemantauan dari aplikasi teknik RIA P4
dapat di manfaatkan dalam tindakan antisipasif, seperti afkir atau penggantian
ternak, sehingga penampilan reproduksi ternak dapat terjaga dengan baik.
c. Bidang Kedokteran
14
Penggunaan radioaktif untuk kesehatan sudah sangat banyak, dan sudah
berapa juta orang di dunia yang terselamatkan karena pemanfaatan radioaktif
ini. Sebagai contoh sinar X untuk penghancur tumor atau untuk foto tulang.
Adapun kegunaan lainnya yaitu:
1. Sterilisasi radiasi.
Radiasi dalam dosis tertentu dapat mematikan mikroorganisme sehingga
dapat digunakan untuk sterilisasi alat-alat kedokteran. Steritisasi dengan cara
radiasi mempunyai beberapa keunggulan jika dibandingkan dengan sterilisasi
konvensional (menggunakan bahan kimia), yaitu:
15
sangat presisi dan tingkat keselamatan yang tinggi melalui kemampuannya
yang sangat selektif untuk membatasi bentuk jaringan tumor yang akan dikenai
radiasi, memformulasikan serta memberikan paparan radiasi dengan dosis yang
tepat pada target. Dengan memanfaatkan teknologi 3D-CRT ini sejak tahun
1985 telah berkembang metoda pembedahan dengan menggunakan radiasi
pengion sebagai pisau bedahnya (gamma knife). Dengan teknik ini kasus-kasus
tumor ganas yang sulit dijangkau dengan pisau bedah konvensional menjadi
dapat diatasi dengan baik oleh pisau gamma ini, bahkan tanpa perlu membuka
kulit pasien dan yang terpenting tanpa merusak jaringan di luar target
5. PET (Positron Emision Tomography)
PET merupakan salah satu hasil di garis depan pengembangan radioisotop
untuk dunia kedokteran. PET adalah metode visualisasi fungsi tubuh
menggunakan radioisotop pemancar positron.Oleh karena itu, citra (image)
yang diperoleh adalah citra yang menggambarkan fungsi organ tubuh. Kelainan
dan ketidaknormalan fungsi atau metabolisme di dalam tubuh dapat diketahui
dengan metode pencitraan (imaging) ini. Hal ini berbeda dengan metode
visualisasi tubuh yang lain, seperti MRI (magnetic resonance imaging) dan CT
(computed tomography). MRI dan CT scans adalah visualisasi anatomi tubuh
yang menggambarkan bentuk organ tubuh. Dengan kedua metode ini, yang
terdeteksi adalah kelainan dan ketidaknormalan bentuk organ.
16
F-2-fluoro-2-deoxy-D-glucose). Keberadaan radioisotop fluor-18 yang ada di
dalam senyawa tersebut dapat dideteksi dengan mudah dari luar tubuh melalui
radiasi yang dipancarkannya. Dengan meletakkan detektor radiasi di luar
tubuh, image reconstruction terhadap sebaran fluor-18 di dalam tubuh dapat
dilakukan dengan mengolah sinyal-sinyal yang ditangkap oleh detektor
detektor tersebut. Sebaran fluor-18 di dalam tubuh ini menunjukkan pola
metabolisme glukosa di berbagai bagian tubuh.
Konsumsi glukosa yang berlebihan di suatu tempat mengindikasikan
adanya metabolisme sel kanker di tempat tersebut. Inilah yang dinamakan
menemukan kanker dalam bentuk benih. Meskipun secara bentuk fisik belum
ditemukan atau belum terdeteksi, keberadaan kanker telah diketahui ketika
metabolisme sel kanker telah terjadi. Kemampuan radioisotopmemburu kanker
pada stadium ini belum dapat ditandingi oleh metode lain. Penemuan adanya
sel kanker pada stadium sangat dini ini akan memudahkan penanganan
selanjutnya.PET dapat pula digunakan pula untuk menganalisis hasil
penanganan kanker yang telah dilakukan. Setelah operasi pengangkatan kanker
melalui operasi, misalnya, perlu dilakukan pemeriksaan apakah masih ada
benih benih kanker yang tersisa. Untuk keperluan ini, PET merupakan metode
yang paling tepat karena pada kondisi ini keberadaan kanker sulit dilihat secara
fisik.Yang diperlukan adalah melihat keberadaan metabolisme sel kanker.
Selain itu, PET dapat pula digunakan untuk melihat kemajuan pengobatan
kanker baik dengan chemotherapy maupun radiotherapy. Kemajuan hasil
pengobatan kanker dapat diketahui dari perubahan metabolisme di samping
perubahan secara fisik. Untuk keperluan ini, kombinasi PET dan CT
memberikan informasi yang sangat berharga untuk menentukan tingkat
efektivitas pengobatan yang telah dilakukan.Perangkat PET secara garis besar
dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian produksi fluor-18, bagian sintesa
18FDG, dan bagian kamera PET.
Penggunaan PET diawali dengan proses produksi radioisotop fluor-18.
Radioisotop fluor-18 diproduksi dari isotop oksigen-18 menggunakan
siklotron. Partikel bermuatan berupa proton ditembakkan dari siklotron ke
dalam inti oksigen-18 dan terbentuklah fluor-18 sambil melepaskan sebuah
neutron. Oksigen di alam memiliki kandungan isotop oksigen-18 sebanyak
0,20 persen. Sisanya berupa isotop oksigen-16 dan oksigen-17 dengan
kandungan masing-masing sebesar 99,76 persen dan 0,04 persen.Karena
kandungan oksigen-18 di alam sangat kecil, maka untuk keperluan ini
diperlukan oksigen yang telah ditingkatkan kandungan isotop oksigen-18 di
dalamnya. Peningkatan kandungan isotop oksigen-18 ini dapat dilakukan
sampai lebih dari 90 persen. Pada proses produksi fluor-18 ini, oksigen-18
digunakan dalam bentuk air (H2O).
17
Radioisotop fluor-18 yang telah didapatkan digunakan untuk mensintesa
18FDG. Reaksi "menempelkan" fluor-18 ini dikenal dengan reaksi penandaan
(labelling). Di beberapa negara yang telah menggunakan PET secara rutin
seperti Jepang, Amerika Serikat, dan Korea, reaksi penandaan ini dilakukan
menggunakan alat otomatis. Pertimbangan utama penggunaan alat otomatis ini
adalah mempercepat waktu proses. Hal ini dikarenakan fluor-18 memiliki
waktu paruh, waktu yang diperlukan untuk meluruh sehingga radioaktivitas
tinggal separuhnya, yang pendek kurang dari 2 jam (110 menit). Jadi, reaksi
penandaan ini berpacu dengan waktu. Jika proses ini terlalu lama, sebagian
besar fluor-18 telah meluruh sehingga radioaktivitasnya akan berkurang jauh
dari radioaktivitas awal. Setelah 18FDG selesai disiapkan, radiofarmaka
tersebut segera disuntikkan ke pasien. Jumlah yang disuntikkan antara 10 dan
20 milicurie, tergantung keperluan, kondisi kamera, dan sebagainya. Di
University of Iowa, misalnya, secara rutin digunakan 18FDG sebanyak 10
milicurie untuk tiap pasien guna mendeteksi metabolisme sel kanker.Sebaran
fluor-18 di dalam tubuh dideteksi dengan memasukkan tubuh ke dalam
rangkaian detektor elektronik berbentuk melingkar. Dari hasil pendeteksian ini
dilakukan image reconstruction untuk mendapatkan gambaran sebaran fluor-18
di dalam tubuh.
Perangkat kamera PET biasanya telah dilengkapi dengan program untuk
keperluan ini sehingga hasil image reconstruction dapat diperoleh dengan
mudah.Kamera PET memiliki kejernihan citra yang lebih baik dibandingkan
dengan kamera gamma yang secara umum digunakan pada kedokteran nuklir.
Hal ini dikarenakan pendeteksiannya didasarkan pada coincidence detection.
Ketika positron dilepaskan dari fluor-18, partikel ini akan segera bergabung
dengan elektron dan terjadilah anihilasi.Dari anihilasi ini dihasilkan radiasi
gelombang elektromagnetik dengan energi sebesar 511 ke V dengan arah
berlawanan (180 derajat). Adanya dua buah photon yang dilepaskan secara
bersamaan ini memungkinkannya dilakukan coincidence detection. Pada
coincidence detection ini, sinyal yang ditangkap oleh detektor akan diolah jika
dua buah sinyal diperoleh secara bersamaan. Jika hanya satu buah sinyal yang
ditangkap, sinyal tersebut dianggap sebagai pengotor. Oleh karena itu, hampir
seluruh sinyal pengotor dapat dieliminasi dengan cara ini. PET hanyalah salah
satu dari beberapa hasil terdepan pemanfaatan radioisotop pada penanganan
kanker. Berbagai aplikasi lain sedang dikembangkan di laboratorium-
laboratorium terkemuka di bidang ini. Salah satu contohnya adalah
pengembangan cancer seeking agent dengan memanfaatkan metabolisme
spesifik yang terjadi pada sel kanker.
6. Teknik Pengaktifan Neutron
Teknik nuklir ini dapat digunakan untuk menentukan kandungan mineral
tubuh terutama untuk unsur-unsur yang terdapat dalam tubuh dengan jumlah
18
yang sangat kecil (Co, Cr, F, Fe, Mn, Se, Si, V, Zn dsb) sehingga sulit
ditentukan dengan metoda konvensional. Kelebihan teknik ini terletak pada
sifatnya yang tidak merusak dan kepekaannya sangat tinggi. Di sini contoh
bahan biologik yang akan diperiksa ditembaki dengan neutron. Penggunaan
radioaktif dalam bidang kedokteran terutama untuk pendeteksian jenis kelainan
di dalam tubuh dan untuk penyembuhan kanker yang sangat sukar dioperasi
menggunakan metode lama. Prinsip radioaktif ini juga dimanfaatkan untuk
pengetesan kualitas bahan di dalam suatu industri yang dapat dipergunakan
dengan mudah dan dengan ketelitian yang tinggi. Radioisotop yang digunakan
dalam bidang kedokteran dapat berupa sumber terbuka (unsealed source) dan
sumber tertup (sealed source). Ketika radioisotop tersebut tidak dapat
dipergunakan lagi, maka sumber radioaktif bekas tersebut sudah menjadi
limbah radioaktif.
Dalam bidang kedokteran, radiografi digunakan untuk mengetahui bagian
dalam dari organ tubuh seperti tulang, paru-paru dan jantung. Dalam
radiografi dengan menggunakan film sinar-x, maka obyek yang diamati sering
tertutup oleh jaringan struktur lainnya, sehingga didapatkan pola gambar
bayangan yang didominasi oleh struktur jaringan yang tidak diinginkan. Hal ini
akan membingungkan para dokter untuk mendiagnosa organ tubuh tersebut.
Untuk mengatasi hal ini maka dikembangkan teknologi yang lebih canggih
yaitu CT-Scanner.
Radioisotop Teknesium-99m (Tc-99m) merupakan radioisotop primadona
yang mendekati ideal untuk mencari jejak di dalam tubuh. Hal ini dikarenakan
radioisotop ini memiliki waktu paro yang pendek sekitar 6 jam sehingga
intensitas radiasi yang dipancarkannya berkurang secara cepat setelah selesai
digunakan. Radioisotop ini merupakan pemancar gamma murni dari jenis
peluruhan electron capture dan tidak memancarkan radiasi partikel bermuatan
sehingga dampak terhadap tubuh sangat kecil. Selain itu, radioisotop ini mudah
diperoleh dalam bentuk carrier free (bebas pengemban) dari radioisotop
molibdenum-99 (Mo-99) dan dapat membentuk ikatan dengan senyawa-
senyawa organik. Radioisotop ini dimasukkan ke dalam tubuh setelah diikatkan
dengan senyawa tertentu melalui reaksi penandaan (labelling).
Di dalam tubuh, radioisotop ini akan bergerak bersama-sama dengan
senyawa yang ditumpanginya sesuai dengan dinamika senyawa tersebut di
dalam tubuh. Dengan demikian, keberadaan dan distribusi senyawa tersebut di
dalam tubuh yang mencerminkan beberapa fungsi organ dan metabolisme
tubuh dapat dengan mudah diketahui dari hasil pencitraan. Pencitraan dapat
dilakukan menggunakan kamera gamma. Radioisotop ini dapat pula digunakan
untuk mencari jejak terjadinya infeksi bakteri, misalnya bakteri tuberkolose, di
dalam tubuh dengan memanfaatkan terjadinya reaksi spesifik yang disebabkan
oleh infeksi bakteri. Terjadinya reaksi spesifik tersebut dapat diketahui
menggunakan senyawa tertentu, misalnya antibodi, yang bereaksi secara
19
spesifik di tempat terjadinya infeksi. Beberapa saat yang lalu di Pusat
Radioisotop dan Radiofarmaka (PRR) BATAN telah berhasil disintesa
radiofarmaka bertanda teknesium-99m untuk mendeteksi infeksi di dalam
tubuh. Produk hasil litbang ini saat ini sedang direncanakan memasuki tahap
uji klinis. Dalam bidang kesehatan radioisotop digunakan sebagai perunut
(tracer) untuk mendeteksi kerusakan yang terjadi pada suatu organ tubuh.
Selain itu radiasi dari radioisotop tertentu dapat digunakan untuk membunuh
sel-sel kanker sehingga tidak perlu dilakukan pembedahan untuk mengangkat
jaringan sel kanker tersebut. Berikut ini adalah contoh beberapa radioisotop
yang dapat digunakan dalam bidang kesehatan (Sutresna, 2007).
d. Bidang Biologis
20
Mempelajari mekanisme fotosintesis. Radioisotop ini, berupa karbon-14
(C-14) atau oksigen-18 (O-18). Keduanya dapat digunakan untuk
mengetahui asal-usul atom oksigen (dari CO2 atau dari H2O) yang akan
membentuk senyawa glukosa atau oksigen yang dihasilkan pada proses
fotosintesis : 6CO2 + 6H2O→C6H12O6 + 6O2
Mempelajari proses penyerapan air serta sirkulasinya di dalam batang
tumbuhan.
Mempelajari pengaruh unsur-unsur hara selain unsur-unsur N, P, dan K
terhadap perkembangan tumbuhan.
Memacu mutasi gen tumbuhan dalam upaya mendapatkan bibit unggul.
e. Bidang Arkeologi
Menentukan umur fosil dengan C-14Karbon 14 (C-14) adalah isotop
karbon radioaktif yang dihasilkan di atomosfer bagian atas oleh radiasi kosmis.
Senyawa utama di atmosfer yang mengandung karbon adalah karbon dioksida
(CO2). Sangat sedikit sekali jumlah karbon dioksida yang mengandung isotop
C-14. Tumbuhan menyerap C-14 selama fotosintesis. Dengan demikian, C-14
terdapat dalam struktur sel tumbuhan. Tumbuhan kemudian dimakan oleh
hewan, sehingga C-14 menjadi bagian dari struktur sel pada semua organisme.
Selama suatu organisme hidup, jumlah isotop C-14 dalam struktur selnya akan
tetap konstan. Tetapi, bila organisme tersebut mati, jumlah C-14 mulai
menurun. Para ilmuwan kimia telah mengetahui waktu paruh dari C-14, yaitu
5730 tahun. Dengan demikian, mereka dapat menentukan berapa lama
organisme tersebut mati. Pelacakan radioaktif dengan menggunakan isotop C-
14 telah digunakan untuk menentukan usia kerangka yang ditemukan di situs-
situs arkeologi. Belakangan ini, isotop C-14 digunakan untuk mengetahui usia
Shroud of Turin (kain kafan dari Turin), yaitu sepotong kain linen pembungkus
mayat manusia dengan gambaran seorang manusia tercetak diatasnya. Banyak
yang berpikir bahwa itu adalah bahan pembungkus Nabi Isa. Tetapi, pada
tahun 1988, pelacakan radiokarbon menemukan bahwa bahan tersebut berasal
dari tahun 1200-1300 SM. Meskipun kita tidak mengetahui bagaimana bentuk
orang itu tercetak pada kain kafan tersebut, pelacakan radioaktif C-14
membuktikan bahwa bahan tersebut bukan kain kafan Nabi Isa. Pelacakan
dengan isotop C-14 hanya dapat digunakan untuk menentukan usia sesuatu
yang pernah hidup (organisme). Isotop ini tidak dapat digunakan untuk
menentukan umur batuan bulan atau meteorit. Untuk benda-benda mati, para
ilmuwan kimia menggunakan isotop lainnya, seperti Kalium 40 (K-40).
e. Bidang Hidrologi
21
Radioisotop ini dapat digunakan untuk mengukur debit air. Biasanya,
radioisotop natrium-24 (Na-24) digunakan dalam bentuk garam NaCl. Dalam
penggunaannya, garam ini dilarutkan ke dalam air atau lumpur yang akan
diteliti debitnya. Pada tempat atau jaraktertentu, intensitas radiasi diperiksa,
sehingga rentang waktu yang diperlukan untuk mencapai jarak tersebut dapat
diketahui (Abdul Jalil Amri Arma, 2009).
Teknik hidrologi yang menggunakan radioisotop mampu secara akurat
melacak dan mengukur ketersediaan air dari suatu sumber air di bawah tanah.
Teknik tersebut memungkinkan untuk melakukan analisis, pengelolaan dan
pelestarian sumber air yang ada dan pencarian sumber air baru. Teknik ini
dapat memberikan informasi mengenai asal, usia dan distribusi, hubungan
antara air tanah, air permukaan dan sistem pengisiannya.
22