Anda di halaman 1dari 37

ANALISIS KESULITAN SISWA MENYELESAIKAN TES ESSAY PADA

MATA PELAJARAN FISIKA DI MAN 1 LANGSA

PROPOSAL

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan

Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Mencapai

Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

CANDA

NIM : 170407011

Jurusan : Pendidikan MIPA

Program Studi : Pendidikan Fisika

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SAMUDRA

2021
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim,

Alhamdulillahi robbil ‘alamiin. Puji syukur kehadirat Allah Subhanahuu Wa

Ta’ala yang telah memberikan limpahan rahmat dan karuniaNya kepada penulis,

sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Analisis

Kesulitan Siswa Menyelesaikan Tes Essay Pada Mata Pelajaran Fisika Di

MAN 1 Langsa”. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada

Nabi Muhammad SAW. beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga

akhir zaman.

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah

memberikan dukungan dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini. Dengan tulus

ikhlas dan rendah hati penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Bapak Drs. Sofiyan, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan yang memberi dukungan dan saran kepada penulis untuk

menyelesaikan Skripsi.

2. Bapak Setyoko, S.Pd., M.Pd selaku koordinator Program Studi Pendidikan

Fisika yang telah memberikan dukungan kepada penulis untuk

menyelesaikan Skripsi.

3. Bapak Drs. Muhammad Yakob, M.Pd., QIA selaku dosen pembimbing

Akademik yang telah memberikan waktu, ilmu, bimbingan, motivasi, serta

saran dengan penuh keikhlasan dan kesabaran dalam penyusunan skripsi

ini hingga akhir.

ii
4. Seluruh bapak dan ibu dosen Pendidikan Fisika yang telah membimbing,

mendidik dan memberikan ilmunya kepada penulis.

5. Teman-teman Pendidikan Fisika angkatan 2017 yang saling memberikan

semangat dan motivasi selama masa studi hingga dapat menyelesaikan

skripsi penulis.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan dan ketulusan semua pihak yang

telah membantu menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini

masih terdapat kekurangan dan keterbatasan dalam skripsi ini. Oleh karena itu,

kritik dan saran mengeni penelitian ini yang sifatnya membangun sangat penulis

harapkan. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi banyak pihak serta secara

umum bagi pemberdayaan dan peningkatan pendidikan berkualitas untuk generasi

masa depan. Aamiin.

Wassalamu ‘alaikum warohmatullahi wabarokatuh.

Langsa, Februari 2021


Penulis

CANDA
NIM.170407011

DAFTAR ISI

iii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iv

DAFTAR TABEL.................................................................................................vi

DAFTAR GAMBAR............................................................................................vii

A. LATAR BELAKANG MASALAH...............................................................1

B. RUMUSAN MASALAH................................................................................5

C. TUJUAN PENELITIAN................................................................................5

D. MANFAAT PENELITIAN............................................................................5

E. RUANG LINGKUP........................................................................................6

F. LANDASAN TEORITIS................................................................................7

1. Pembelajaran Fisika...................................................................................7

2. Kesulitan Belajar.........................................................................................8

a. Pengertian Kesulitan Belajar.....................................................................8

b. Faktor – Faktor Penyebab Kesulitan Belajar.............................................9

3. Konsep Kalor.............................................................................................14

a. Pengertian Kalor......................................................................................14

b. Hubungan Kalor dengan Suhu Benda.....................................................15

c. Kalor Jenis...............................................................................................17

d. Kapasitas Kalor.......................................................................................18

e. Pengaruh kalor terhadap perubahan wujud zat........................................19

f. Perpindahan Kalor...................................................................................21

G. METODOLOGI PENELITIAN..............................................................24

iv
1. Tempat dan Waktu Penelitian........................................................................24

a. Tempat Penelitian....................................................................................24

b. Waktu Penelitian.....................................................................................24

2. Populasi dan Sampel...................................................................................24

a. Populasi...................................................................................................24

b. Sampel.....................................................................................................25

3. Instrumen Penelitian...................................................................................25

4. Tehnik Pengumpulan Data..........................................................................26

a. Kuesioner (Angket).................................................................................26

b. Soal Tes Essay tentang Kalor..................................................................26

5. Tehnik Analisis Data...................................................................................27

a. Analisis tes hasil belajar..........................................................................27

b. Analisis angket........................................................................................28

DAFTAR KEPUSTAKAAN...............................................................................29

DAFTAR TABEL

v
Tabel.1 Populasi Penelitian..............................................................................25

Tabel.2 Pedoman skala likert...........................................................................28

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Grafik Perubahan Wujud Zat........................................................19

vii
ANALISIS KESULITAN SISWA MENYELESAIKAN TES ESSAY PADA

MATA PELAJARAN FISIKA DI MAN 1 LANGSA

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Sasaran dalam pendidikan yaitu manusia, pendidikan mengandung

banyak aspek yang sifatnya kompleks. Oleh karena itu tidak sebuah

batasanpun yang cukup memadai untuk menjelaskan arti pendidikan secara

lengkap. Batasan yang dibuat oleh para ahli beraneka ragam dan memiliki

kandungan yang berbeda dari satu dengan yang lain. Perbedaan tersebut bisa

dikarenakan orientasinya, konsep dasar yang digunakan, aspek yang menjadi

tekanan, atau falsafah yang melandasinya (Tirtarahardja dan Sulo, 2016:33)

Pendidikan merupakan hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan

dari kehidupan manusia. Tanpa mendapatkan pendidikan, manusia tidak bisa

hidup secara mandiri. Pendidikan juga merupakan suatu proses untuk

mengembangkan kemampuan kognitif dan kemampuan untuk mengendalikan

diri baik sikap maupun perilaku seseorang supaya menjadi lebih baik.

Pendidikan merupakan komponen utama dalam upaya pembentukan kualitas

sumber daya manusia. Pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan

sumber daya manusia yang berkualitas pula (Nurjanah, 2018:21)

Fisika merupakan cabang ilmu dari IPA (Ilmu Pengetahuan Alam).

Fisika merupakan ilmu yang mempelajari tentang gejala alam dan merupakan

pelajaran adiptif yang memliki tujuan untuk membekali peserta didik

mengenai pengetahuan dasar tentang hukum-hukum alam. Fisika dianggap

1
sulit karena menggunakan pendekatan matematis dalam penyelesaian sebuah

soal. Dalam penyelesaian sebuah soal menuntut jawaban dalam bentuk angka

atau simbol-simbol fisika (Purwito, 2018:65)

Pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) pembelajaran fisika

sudah dirasa cukup penting untuk dijadikan sebagai mata pelajaran tersendiri

dan khusus untuk diajarkan kepada peserta didik. Dalam pembelajaran fisika,

pemahaman akan suatu konsep atau materi lebih diperlukan daripada

penghafalan supaya siswa mampu menyelesaikan suatu permasalahan yang

berkaitan dengan pelajaran fisika menggunakan konsep yang telah dipahami.

Pada beberapa soal fisika, seringkali penyelesaiannya harus menggunakan

rumus atau perhitungan matematis untuk menjawabnya. Dalam hal ini, akan

dirasa sulit bagi sebagian besar siswa dikarenakan kemampuan dasar

matematika siswa yang masih kurang.

Banyak konsep yang akan ditemukan dalam pelajaran fisika terutama

pada materi Suhu dan Kalor. Pada materi kalor terbagi menjadi beberapa

bagian yang terdiri dari hubungan kalor dengan suhu benda, pengaruh kalor

terhadap perubahan wujud zat, dan perpindahan kalor. Pembelajaran fisika

materi kalor banyak terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Keberhasilan dalam mempelajari fisika dapat diukur dengan

tercapainya tujuan pembelajaran. Sasaran pembelajaran fisika tidak hanya

menekankan pada aspek kogitif saja, tetapi kemampuan dalam memecahkan

masalah atau soal fisika juga dapat menjadi ukuran keberhasilan peserta didik

dalam mempelajari fisika. Tingkat penguasaan peserta didik dalam

2
pembelajaran fisika dapat dilihat dari hasil dan prestasi belajar yang dicapai

(Nofitasari, 2017:45).

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru Fisika kelas

XI di MAN 1 Langsa yaitu Bapak Helmi, S.Ag dapat disimpulkan bahwa

banyak siswa yang masih mengalami kesulitan dalam menyelesaikan test

essay pada mata pelajaran Fisika. Hal itu dibuktikan dengan rata-rata nilai

siswa yang belum mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal), adapun

rata-rata nilai siswa pada mata pelajaran fisika yaitu 71 dimana nilai KKM di

kelas XI MAN 1 Langsa adalah 74. Siswa masih mengalami kesulitan dalam

menyelesaikan soal dalam bentuk essay atau memecahkan masalah dari kasus

yang disajikan. Kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal tidak terlepas dari

kurangnya pemahaman konsep dari suatu materi yang diajarkan. Banyak

siswa yang masih merasa kesulitan dalam belajar sehingga tidak paham

terhadap materi yang diajarkan selama proses pembelajaran berlangsung.

Dalam setiap proses belajar mengajar tidak terlepas dari peran guru

yang merupakan elemen penting di sebuah kelas. Sesuai dengan

pengertiannya, belajar merupakan sebuah aktivitas pengembangan diri

sedangkan mengajar yaitu aktivitas mengarahkan, memberikan kemudahan

bagaimana menemukan sesuatu berdasarkan kemampuan yang dimiliki oleh

siswa. Yang bertugas mengajar didalam kelas adalah seorang guru, guru

mempunyai tugas untuk menyampaikan materi dalam pembelajaran dan

menciptakan suasana kelas yang kondusif agar proses belajar mengajar

berjalan dengan baik sehingga siswa mampu menerima dan memahami

3
konsep atau materi yang disampaikan. Namun kenyataannya, guru sering

tidak sadar bahwa tidak semua siswa sama dalam menerima materi yang

disampaikan, ada siswa yang lambat menerima, ada siswa yang cepat

menangkap materi yang disampaikan sehingga dampaknya adalah siswa yang

lambat akan tertinggal materi dan akibatnya tidak paham mengenai apa yang

disampaikan sehingga siswa menjadi malas mengikuti proses pembelajaran

dan akan kesulitan jika sewaktu-waktu diberi soal oleh guru.

Kesulitan memahami soal yaitu kesulitan yang dialami siswa dalam

menentukan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dalam soal. Siswa

belum paham maksut dan tujuan dari soal yang disajikan karena tingkat

pemahama siswa terhadap suatu konsep atau materi kurang baik. Siswa juga

kurang memahami arti dari simbol-simbol fisika, hal itu juga yang

menyebabkan siswa merasa kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal fisika.

(Charli, dkk 2018:45).

Terdapat dua faktor yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan

dalam belajar yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dapat

berupa keturunan, keterbelakangan mental, kecerdasan siswa, motivasi yang

dimiliki siswa itu sendiri serta minat dan bakat sedangkan faktor eksternal

berupa kondisi lingkungan sekitar sekolah, keluarga, masyarakat dan

kebijakan pemerintah (Utami, 2019:95)

Dari pernyataan-pernyataan yang telah dipaparkan di atas, maka

penelitian mengenai analisis kesulitan siswa dalam menyelesaikan tes essay

pada pelajaran fisika cukup beralasan dan diharapkan kegiatan analisis

4
kesulitan siswa ini dapat membantu guru mengetahui masalah-masalah yang

dihadapi siswa dalam menyelesaikan tes essay pada pelajaran fisika.

Dari uraian di atas bahwa penting bagi peneliti untuk menganalisis

kesulitan yang dihadapi siswa karena dengan hal tersebut dapat mengetahui

faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kesulitan siswa dalam

menyelesaikan soal-soal tes essay. Dan berdasarkan latar belakang yang telah

dipaparkan, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

“Analisis Kesulitan Siswa Menyelesaikan Tes Essay pada Pelajaran Fisika di

MAN 1 Langsa”

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah

pada penelitian ini adalah kesulitan-kesulitan apa saja yang dihadapi siswa

dalam menyelesaikan tes essay dan apa faktor yang menyebabkan siswa

kesulitan dalam menyelesaikan tes essay pada mata pelajaran fisika di MAN

1 Langsa?

C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengetahui kesulitan-kesulitan apa saja yang di hadapi siswa dalam

menyelesaikan tes essay dan faktor-faktor yang menyebabkan siswa kesulitan

dalam menyelesaikan tes essay pada mata pelajaran fisika di MAN 1 Langsa.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi Peneliti

5
 Bagi Peneliti bermanfaat untuk mengetahui apa yang menjadi faktor

siswa merasa kesulitan dalam menyelesaikan tes essay fisika

 Menjadi pengetahuan baru bagi peneliti untuk menjadi pedoman

sebagai calon guru fisika

2. Bagi Guru

 Guru dapat mengetahui sejauh mana pemahaman konsep siswa terhadap

materi yang diajarkan.

 Dapat menjadi masukan atau referensi bagi guru untuk mengatasi

kesulitan yang dialami oleh siswa

 Guru dapat memperbaiki proses pembelajaran

3. Bagi Siswa

 Siswa dapat mengetahui dimana letak kesulitan yang mereka hadapi

dalam menyelesaikan tes essay fisika

 Siswa dapat memperbaiki cara belajarnya untuk lebih memahami

konsep terhadap suatu materi.

E. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup pada penelitian ini yaitu:

1. Subjek dalam penelitian ini yaitu siswa kelas XI.IA.3 MAN 1 Langsa

2. Penelitian ini hanya melihat kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam

menyelesaikan tes essay dan faktor-faktor apa saja yang menyebabkan

siswa kesulitan menyelesaikan tes essay.

3. Materi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Kalor

6
F. LANDASAN TEORITIS

1. Pembelajaran Fisika

Fisika termasuk bagian dari sains, berhubungan dengan materi dan

energy, dengan hukum yang mengatur gerakan partikel dan gelombang,

dengan interaksi antar-partikel, dengan sifat-sifat molekul, atom dan inti

atom, dan dengan sistem berskala lebih besar seperti gas, zat cair dan zat

padat. Sejumlah fisikawan menganggap fisika sebagai sains atau ilmu

pengetahuan paling fundamental karena merupakan dasar dari semua

bidang sains lain. Sebagian besar ilmuan berpendapat bahwa fisika terbatas

pada ilmu pengetahuan alam yang bersifat mendasar dan universal.

Misalnya setiap benda tersusun oleh atom dan atom tersusun oleh inti atom

dan elektron.

Memang tidak dijumpai defenisi “akurat” mengenai ilmu yang

disebut fisika. Namun telah disepakati dan ditekankan bahwa fisika

memiliki ciri khas, yaitu mengenai ilmu alam, bersifat mendasar, dan

universal (Priyambodo, 2009:3)

Fisika merupakan bagian dari sains yang tersaji secara kuantitatif

sehingga harus dinyatakan dalam bentuk angka. Penyajian angka hanya

mungkin bila dilakukan pengukuran. Mengukur adalah membandingkan

antara besaran yang diukur dengan satuan standarnya. Satuan adalah

ukuran pembanding yang telah diperjanjikan terlebih dahulu. Jelaslah

bahwa fisika yang berobjek alam dan peninjauan secara kuantitatif selalu

7
bersifat objektif, sebab semua pernyataan ada pembanding nilai standar

yang disebut satuan (Priyambodo, 2009:5)

2. Kesulitan Belajar

a. Pengertian Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar merupakan terjemahan dari istilah Inggris Learning

disability. Kesulitan belajar merupakan suatu konsep multidispliner yang

digunakan dilapangan ilmu pendidikan, psikologi, dan ilmu kedokteran.

Berikut beberapa defenisi kesulitan belajar

1. USOE (The United States Office of Education)

Kesulitan belajar khusus adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih

dari proses psikologi dasar yang mencakup pemahaman dan

penggunaan bahasa atau tulisan. Gangguan tesebut dapat berupa

kesulitan mendengarkan, berpikir, berbicara, membaca, menulis,

mengeja atau berhitung.

2. NJCLD (The National Joint Committee for Learning Disabilities)

Kesulitan belajar menunjuk pada sekelompok kesulitan yang

dimanifestasikan dalam bentuk kesulitan yang nyata dalam kemahiran

dan penggunaan kemampuan mendengarkan, bercakap-cakap,

membaca, menulis, dan menalar. Gangguan tersebut merupakan

gangguan intrinstik dan diduga disebabkan oleh adanya disfungsi

sistem saraf pusat.

3. ACCALD (Association Committee for Children and Audit Learning

Disabillites)

8
Kesulitan belajar khusus adalah suatu kondisi kronis yang diduga

bersumber dari masalah neurologis, yang mengganggu perkembangan

kemampuan mengintegrasikan dan kemampuan bahasa verbal atau

nonverbal. Individu berkesulitan belajar memiliki inteligensi tergolong

rata-rata atau diatas rata-rata dan memiliki cukup kesempatan untuk

belajar. Mereka tidak memiliki gangguan sistem sensoris.

Ketiga defenisi diatas mengemukakan bahwa anak berkesulitan

belajar memperoleh prestasi belajar jauh dibawah potensi yang

dimilikinya. Potensi umumnya diukur dengan tes intelegensi. Prestasi

belajar biasanya diukur dengan tes prestasi belajar. Di indonesia belum ada

defnisi yang baku tentang kesulitan belajar. Para guru umumnya

memandang semua siswa yang memperoleh prestasi belajar rendah disebut

siswa berkesulitan belajar (Abdurrahman, 2012:2-5)

b. Faktor – Faktor Penyebab Kesulitan Belajar

Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar dapat digolongkan ke dalam dua

golongan, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

1. Faktor internal

Faktor internal merupakan faktor dari dalam diri manusia itu sendiri

yang meliputi faktor fisiologi dan faktor psikologi.

a. Faktor fisiologi

 Karena sakit

Seseorang yang sakit akan mengalami kelemahan fisiknya,

sehingga saraf sensorik dan motoriknya lemah. Akibatnya

9
rangsangan yang diterima melalui indranya tidak dapat diteruskan

ke otak. Seorang diagnostic harus memeriksa kesehatan murid-

muridnya, barangkali sakitnya menyebabkan prestasinya rendah.

 Karena cacat tubuh

Cacat tubuh ini seperti kurang pendengaran, kurang penglihatan,

gangguan psikomotor, buta, bisu, tuli, hilang tangan dan kakinya.

Bagi siswa yang mengalami kecacatan seperti diatas, perlu

mendapatkan placement dan perhatian guru agar tidak merasa

kesulitan dalam belajar. Sebab mereka tidak dapat memproses

rangsangan dari guru atau teman-temannya (Ahmadi, 2013:78-80)

b. Faktor Psikologis

 Inteligensi

Garrett (1946) dalam (Soemanto, 2012:142) mengemukakan

pengertian inteligensi yang lebih operasional

“Intellligence, include at least the abilities demanded in the


solution of problems which require the comprehension and use
of symbols.”

(Inteligensi itu setidaknya mencakup kemampuan-kemampuan

yang diperlukan untuk pemecahan masalah-masalah yang

memerlukan pengertian serta menggunakan simbol-simbol).

Manusia hidup dengan senantiasa menghadapi permasalahan,

setiap permasalahan harus dipecahkan agar manusia memperoleh

keseimbangan dalam hidup. Untuk itu diperlukan kemampuan-

10
kemampuan pemecahannya dengan menggunakan pengertian serta

simbol-simbol (Soemanto, 2012:142)

 Bakat

Bakat merupakan kemampuan potensial yang dimiliki oleh

seseorang untuk mencapai keberhasilan. Secara umum bakat itu

mirip dengan intelegensi. Maka dari itu anak yang berintelegensi

sangat cerdas (superior) atau cerdas luar biasa (very superior)

disebut juga sebagai talented child, yaitu anak berbakat. Bakat

dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-

bidang studi tertentu (Muhibbinsyah, 2020:133)

 Minat

Minat seseorang dalam pembelajaran sangat berpengaruh terhadap

kesulitan belajar. Belajar yang tidak sesuai dengan bakatnya, akan

menimbulkan kurangnya minat sesorang untuk mempelajari hal

tersebut. Ada tidaknya minat seseorang terhadap suatu

pembelajaran dapat dilihat dari cara anak tersebut mengikuti

pelajaran.

 Motivasi

Motivasi sebagai faktor inner (batin) berfungsi menimbulkan,

mendasari, mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat

menentukan baik tidaknya pencapaian tujuan pembelajaran.

Semakin tinggi motivasinya, maka kesuksesan dalam belajar juga

11
akan semakin tinggi begitu juga sebaliknya (Supriyono, 2013:82-

83)

2. Faktor Eksternal

a. Faktor Keluarga

Keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama.

Tetapi dapat juga sebagai faktor kesulitan belajar.

 Faktor orang tua

Orangtua yang kurang memperhatikan pendidikan anak akan

menjadi penyebab kesulitan belajar seorang anak. Hubungan

orangtua dan anak sangat penting dalam menentukan kemajuan

belajar anak. Sikap orangtua yang keras, acuh tak acuh, kurang

memberikan kasih sayang sangat berpengaruh terhadap kesulitan

belajar anak.

 Suasana Rumah

Suasana keluarga yang sangat ramai dan gaduh dapat menyebabkan

anak merasa kesulitan dalam belajar karena konsentrasinya yang

terganggu. Demikian juga suasana rumah yang se

lalu tegang, selalu banyak cekcok diantara anggota keluarga dapat

membuat anak merasa tidak betah dirumah dan akhirnya keluyuran

diluar sehingga melupakan waktu belajarnya akibatnya prestasi

belajar menurun.

b. Faktor Sekolah

 Guru

12
Guru dapat menjadi penyebab kesulitan belajar anak apabila guru

tidak kualified baik dalam pengambilan metode atau dalam mata

pelajaran yang dipegangnya. Hubungan guru dengan murid yang

kurang baik juga dapat menjadi penyebab siswa kesulitan dalam

belajar karena mereka merasa tidak senang dengan guru tersebut.

 Faktor Alat

Alat pelajaran yang kurang lengkap membuat penyajian pelajaran

yang tidak baik. Terutama pada pelajaran yang bersifat praktikum,

kurangnya alat laboratorium akan banyak menimbulkan kesulitan

dalam belajar. Karena kurangnya alat-alat tersebut membuat guru

cenderung menggunakan metode ceramah dan tidak mustahil

timbul kesulitan belajar pada siswa.

 Kurikulum

Kurikulum yang kurang baik misalnya seperti bahan-bahannya

terlalu tinggi, pembagian bahan tidak seimbang, adanya pendataan

materi. Kurikulum yang tidak sesuai dengan kebutuhan siswa akan

menjadi penyebebab siswa merasa kesulitan dalam belajar.

c. Faktor Sosial

 Teman Bergaul

Teman bergaul pengaruhnya sangat besar dan lebih cepat masuk

dalam jiwa anak. Apabila anak bergaul dengan mereka yang tidak

sekolah, maka ia akan malas belajar.

 Lingkungan tetangga

13
Corak kehidupan tetangga, misalnya suka main judi, pedagang,

tidak suka belajar, akan mempengaruhi anak-anak yang bersekolah.

Minimal tidak ada motivasi anak untuk belajar. Sebaliknya jika

tetangga terdiri dari pelajar, mahasiswa, dokter, maka akan

mendorong semangat belajar anak (Ahmadi, 2013: 85-93)

3. Konsep Kalor

a. Pengertian Kalor

Kalor merupakan perpindahan energi internal. Kalor mengalir dari

satu bagian sistem ke bagian lain atau dari satu sistem ke sistem lain

karena adanya perbedaan temperatur (Zemansky, 1986:83)

Satuan pada kalor yaitu kalori. Satu kalori sama dengan banyaknya

kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 gram air sebesar 1°C.

Karena kalor merupakan energy yang berpindah, maka satuan kalor dalam

Sistem Internasional (SI) adalah Joule (J) (Halliday, 1978:725)

Yang pertama kali menentukan relasi antara kalori dan joule adalah

Joule itu sendiri melalui percobaan sederhana yang dilakukannya.pada

percobaannya, ia memasukan air murni kedalam tangki yang berisi baling-

baling sehingga kalor dapat keluar masuk. Baling-baling dihubungkan

dengan beban melalui katrol. Beban bermassa m dilepas dari keadaan

diam. Setelah turun sejauh h, laju beban diukur. Kalau beban bermassa m

yang jatuh tidak memutar baling-baling maka energy kinetik beban saat

turun sejah h sama dengan pengurangan energy potensial beban atau

1 2
mv =mgh
2

14
Pengukuran joule menunjukan bahwa energy kinetik stelah turun

dari h lebih kecil daripada mgh. Jadi ada sebagian energy kinetic yang

hilang. Energy kinetik tersebut berubah menjadi kalor yang memanaskan

air yang merupakan hasil konversi putaran baling-baling. Persamaannya

adalah

1
mgh= mv 2+Q
2

Dengan

Q = Jumlah kalor yang dihasilkan (J)

m = massa (kg)

g = gravitasi (m/ s2

h = ketinggian (m)

v = kecepatan (m/s)

Maka Joule menyimpulkan bahwa, untuk menaikan suhu 1 kg air

murni sebesar 1°C maka perlu kehilangan energy kinetik 4,184 Joule.

Maka;

1 kalori = 4,184 Joule (Abdullah, 2016 : 839)

b. Hubungan Kalor dengan Suhu Benda

Pada pembahasan ini akan dijelaskan mengapa suhu benda meningkat

ketika dipanaskan, dan mengapa suhu menurun ketika didinginkan.

Mengapa zat mengalami perubahan wujud dari padat ke cair, dari cair ke

gas ketika menyerap kalor yang cukup banyak. Dan mengapa terjadi

15
perubahan wujud dari gas ke cair dari cair ke padat ketika menyerap kalor

terlalu banyak.

Semua fenomena tersebut sering terjadi di dalam kehidupan sehari-hari

kita, seperti misalnya:

1. Ketika kedua benda yang memiliki suhu berbeda disatukan maka akan

saling mengalami perubahan suhu seperti benda yang bersuhu rendah

akan mengalami kenaikan suhu dan benda yang bersuhu tinggi akan

mengalami penurunan suhu karena benda bersuhu renda mengalami

pertambahan kalor sehingga suhunya meningkat, begitu juga

sebaliknya.

2. Saat kita memansakan panci berisi air diatas kompor menyala, maka

lama kelamaan suhu air akan naik mendidih. Hal itu desebabkan karena

energy kalor dari api berpindah ke air dan panci. Akibatnya suhunya

bertambah, tetapi suhu api tidak berkurang karena terjadi produksi kalor

terus menerus melalui pembakaran gas.

3. Jika kita memasukan air kedalam freezer, maka air tersebut lama

kelamaan akan membeku menjadi es. Hal ini juga disebabkan oleh

perpindahan energy kalor dari air ke kulkas karena suhu frezzer sangat

rendah. Akibatnya suhu air terus menerus menurun. Suhu frezzer tidak

naik karena terjadi lenyedotan kalor keluar oleh bagian pendingin

kulkas.

Dari ketiga peritiwa diatas, dapat dijelaskan oleh satu enargi yang

bernama Kalor, energy kalor tersebutlah yang mempengaruhi suhu

16
benda. Energy kalor dapat berpindah dari satu benda ke benda lain.

Maka hubungan kalor dengan suhu benda adalah:

a. Semakin tinggi energy kalor yang dimiliki oleh suatu benda maka

suhunya akan semakin tinggi.

b. Energy kalor berpindah dari benda bersuhu tinggi ke benda bersuhu

rendah (Abdullah, 2016:835-836)

c. Kalor Jenis

Kalor jenis merupakan, banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikan

suhu 1 kg zat sebesar 1°C. Kapasitas kalor dibagi massa selalu sama

nilainya untuk zat yang sama. Berapapun massa zat, maka perbandingan

kapasitas kalor dengan massa selalu tetap. Maka perbandingan kalor dan

massa merupakan sifat khas suatu zat. Dengan persamaan:

C
c=
m

Dengan:

c = kalor jenis (J/kg K atau J/kg C)

m = massa (kg)

C = Kapasitas kalor (J/°C atau J/K)

Ketika benda menyerap atau melepas kalor maka besar kalor dapat

dihitung dengan rumus

Q = C.𝝙T

Dengan:

Q = Jumlah kalor yang diserap atau dilepaskan (J)

C = Kapasitas kalor (J/°C atau J/K)

17
𝝙T = Perubahan suhu (K) (Abdullah, 2016:844)

d. Kapasitas Kalor

Perbandingan banyaknya tenaga kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan

suhu benda atau peristiwa kenaikan suhu benda karena benda mendapat

tambahan kalor dan bergantung pada jenis bendanya.Secara matematis

kapasitor kalor dirumuskan

Q
C= atau C = m.c
ΔT

Keterangan:

Q = Jumlah kalor yang diserapkan atau dilepaskan (J)

C = Kapasitas kalor (J/°C atau J/K)

𝝙T = Kenaikan suhu (°C/K)

m = Massa benda (kg)

c = Kalor jenis (J/kg°C atau J/kg K) (Halliday, 1978:725)

Kalor yang diperlukan untuk menaikan suhu benda bergantung pada tiga

faktor yaitu:

1. Massa benda, semakin besar massa benda maka kalor yang diperlukan

untuk menaikan suhu benda tersebut harus lebih banyak dibandingkan

benda yang bermassa kecil. Hal tersebut ditandai dengan kenaikan

suhu pada benda tersebut

2. Jenis benda, setiap benda tertentu memiliki massa jenis tertentu

sehingga jumlah atom atau molekul pergramnya juga tertentu. Tenaga

untuk menaikan suhu 1°C pada 1 kg air sebesar 5 kali dibanding

18
aluminium. Dikatakan air memiliki kapasitas untuk menyerap dan

menyimpan kalor 5 kali lebih besar dibanding aluminium.

3. Kenaikan suhu, kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu benda

sebesar 10°C senilai dengan 10 kali kalor yang diperlukan untuk

menaikkan suhu 1°C, pada massa dan jenis benda yang sama

(Priyambodo, 2009:219-220)

e. Pengaruh kalor terhadap perubahan wujud zat

Apabila suatu zat berubah wujud dari padat ke cair atau dari cair ke gas,

sejumlah energy terlibat pada perubahan wujud zat tersebut. Perubahan

wujud zat dapat berubah dari wujud yang satu ke wujud yang lain. Berikut

perubahan wujud yang terjadi pada zat, yaitu:

Gambar 1. Grafik Perubahan Wujud Zat


(Sumber : https://www.UtakAtikOtak.com)

19
1. Kalor Lebur

Jumlah kalor yang dibutuhkan untuk meleburkan zat padat menjadi

zat cair tergantung dengan massa dan jenis zat yang akan dileburkan.

Besar kalor yang diperlukan memenuhi persamaan:

Q = mL

Dengan

Q = Kalor

m = massa zat yang dilebur (kg)

L = Kalor lebur zat (kal/Kg atau J/kg)

Zat yang berbeda memiliki nilai L yang berbeda. Nilai L ditentukan

oleh kekuatan gaya tarik antar atom penyusunn zat padat tersebut.

Pada dasarnya peleburan adalah pelepasan ikatan antar atom-atom

penyusun zat padat menjadi ikatan atom-atom dalam wujud cair.

Makin kuat ikatan atom dalam zat padat maka makin tinggi kalor

yang diperlukan untuk meleburkan zat tersebut.

2. Kalor Uap

Kalor yang diperlukan untuk mengubah zat cair menjadi gas

seluruhnya (menguap). Jika air yang bersuhu 100°C diberi kalor

terus menerus maka suhunya tidak berubah, tetap 100°C. Yang

terjadi adalah volume air makin sedikit, ini karena air mengalami

penguapan. Molekul-molekul mulai lepas dari air dan menjadi

molekul bebas (uap air). Proses ini disebut penguapan dan suhu

100°C untuk air disebut titik uap.

20
Secara matematis dirumuskan sebagai berikut:

Q = mU

Dengan

Q = Kalor (J)

m = massa zat (kg)

U = kalor uap (J/kg)

Nilai kalor uap sangat ditentukan oleh kekuatan ikatan antar atom-

atom atau molekul-molekul dalam zat cair. Makin kuat ikatan antar

atom-atom, maka makin sulit atom dilepas dari zat cair sehingga zat

semakin sulit diuapkan (Abdullah, 2016:854)

f. Perpindahan Kalor

Kalor dapat berpindah dari satu tempat atau benda ke benda lain dengan

tiga cara yaitu:

1. Konduksi

Konduksi merupakan perpindahan kalor melalui perantara tetapi

bagian benda maupun atom atau molekul penyusun benda tersebut tidak

ikut berpindah. Ketika ujung zat dipanaskan, maka eletronnya akan

bergerak lebih kencang, atau energy kinetic nya lebih besar. Semakin

kencang electron bergerak, maka energy kinetiknya juga akan semakin

besar. Akibatya, electron berpindah ke benda yang energy kinetiknya

lebih rendah. Perpindahan tersebut menyebabkan tumbukan antara

electron yang berenergi kinetic tinggi dengan electron berenergi kinetic

rendah sehingga electron berenergi rendah mengalami kenaikan suhu.

21
Begitu seterusnya sehingga sampai electron berenergi tinggi tersebar

sampai jauh.

Aliran kalor secara konduksi dirumuskan secara matematis

seperti persamaan dibawah:

T t −T r
Q = kA d
L

Dengan

Q = Kalor yang dirambatkan per satuan detik (J/s)

T t= Suhu satu ujung benda (suhu tinggi)

T r= Suhu satu ujung benda (suhu rendah)

L = Panjang benda (m)

A = Luas penampang benda (m 2)

k = Konduktivitas panas (J/ms°C) (Abdullah, 2016 : 861)

2. Konveksi

Konveksi merupakan perpindahan kalor dari suatu tempat ke tempat

lain dikarenakan perpindahan atom atau molekul benda itu sendiri.

Ketika satu bagian benda menerima kalor, maka atom-atom

penyusunnya bergerak lebih lebih cepat. Akibatnya terjadi perpindahan

ke atom yang bergerak masih lambat.

Perpindahan kalor secara konveksi hanya terjadi pada benda yang

memiliki atom atau molekul yang dapat bergerak bebas seperti zat cair

dan gas.

Q = h.A 𝝙0

22
Dengan

Q = laju perpindahan kalor (J)

h = koefisien konveksi (Wm−2 K −4 atau Wm 2(°C¿ 4 ¿ 34

𝝙0 = Perbedaan suhu (K) (Zemansky, 1986:98)

3. Radiasi

Radiasi merupakan perpindahan kalor tanpa melalui zat perantara

(medium). Ruang antara matahari dan bumi. Salah satu bukti kalor

dapat merambat melalui medium adalah panas matahari yang mampu

mencapai bumi. Panas tidak merambat melalui udara, tetapi melalui

radiasi yang dibawa oleh gelombang elektromagnetik. Secara

matematis, persamaannya dituliskan sebagai berikut:

q
= eσT 4
A

Dengan

q
= emintasi radian
A

e = emisitas bahan

σ = tetapan Boltzmann (5,6699 x 10−8 W/m 2 K 4)

23
G. METODOLOGI PENELITIAN

1. Tempat dan Waktu Penelitian

a. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MAN 1 Langsa. Agar penelitian ini sesuai

dengan apa yang diharapkan maka penulis membatasi ruang lingkup

penelitian. Adapun alasan penelitian dilakukan di lokasi tersebut karena

lokasi yang mudah dijangkau oleh penulis sehingga memudahkan

penulis.

b. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini berlangsung sekitar bulan Maret sampai dengan

April 2021

2. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Menurut Sugiyono (2019:126), “Populasi adalah keseluruhan element

yang akan dijadikan wilayah generalisasi. Elemen populasi adalah

keseluruhan subyek yang akan diukur, yang merupakan unit yang akan

diteliti”. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu seluruh

peserta didik kelas XI MAN 1 Langsa

24
Tabel.1 Populasi Penelitian
No Kelas Jumlah siswa
1 XII.IA.1 26
2 XII.IA.2 25
3 XII.IA.3 26
(Sumber : MAN 1 Langsa)

b. Sampel

Menurut Sugiyono (2019:127), “Sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Dari pengertian

tersebut dapat dikatakan bahwa sampel adalah bagian dari populasi

tersebut. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik sampling,

Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan yaitu tehnik

simple random sampling. Random sampling adalah teknik pengambilan

sampel dari populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan

strata yang ada dalam populasi itu.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu peserta didik

kelas XI.IA.3 MAN 1 Langsa

3. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini yaitu instrumen tes. Jenis tes yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu soal essay yang berhubungan dengan

materi Kalor. Soal yang diberikan kepada peserta didik yaitu soal yang

sudah divalidasi terlebih dahulu. Peneliti mengumpulkan data dengan

mengembangkan tes soal essay yang telah divalidasi untuk materi kalor,

dan mengembangkan angket sebanyak 20 pertanyaan. Instrumen penelitian

25
ini nantinya akan dikembangkan oleh peneliti kemudian dikonsultasikan

kepada dosen pembimbing dan beberapa ahli.

4. Tehnik Pengumpulan Data

Tehnik-tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

a. Kuesioner (Angket)

Kuesioner merupakan tehnik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis

kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2019:142)

Lembar kuesioner yang digunakan peneliti dalam penelitian ini

berupa pertanyaan-pertanyaan yang disesuaikan dengan materi kalor.

Lembar kuesioner dibagikan kepada siswa setelah dilakukan tes soal

terhadap siswa. Lembar kuesioner digunakan untuk mengetahui faktor-

faktor penyebab kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal tes essay

Fisika pada materi Kalor.

b. Soal Tes Essay tentang Kalor

Tes essay dirancang untuk memenuhi keperluan menganalisis

kesulitan siswa menyelesaikan soal fisika pada materi kalor. Soal-soal

yang diberikan akan disesuaikan dengan kurikulum yang digunakan di

sekolah tempat penulis melakukan penelitian. Soal akan diberikan

dalam bentuk essay

26
5. Tehnik Analisis Data

a. Analisis tes hasil belajar

Data di analisis dengan menggunakan tehnik persentase untuk

menentukan kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam

menyelesaikan tes essay.

f
Pi = x 100 % (Lestari, K.E & M.R. Yudhanegara. 2018:336)
n

Dimana

Pi = Persentase jawaban siswa pada setiap butir soal

f = frekuensi jumlah siswa menjawab soal (benar, salah, tidak menjawab)

n = jumlah siswa keseluruhan

Untuk menentukan persentase rata-rata jawaban siswa secara

keseluruhan.

Σ Pi
ṔT = x 100 % (Lestari, K.E & M.R. Yudhanegara. 2018:336)
k

Dimana

ṔT= Persentase rata-rata jawaban secara keseluruhan

Pi = Persentase rata-rata jawaban siswa untuk soal ke-i

k = Banyaknya jumlah soal

Untuk menentukan persentase kesulitan-kesulitan yang dihadapi

siswa dalam menyelesaikan tes essay dapat dihitung menggunakan rumus

yang sama.

b. Analisis angket

27
Angket digunakan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab kesulitan

siswa dalam menyelesaikan soal tes essay pada materi kalor.

Tabel.2 Pedoman skala likert


No
Skor Keterangan
.
1. 5 Sangat baik

2. 4 Baik

3. 3 Cukup baik

4. 2 Kurang baik

5. 1 Tidak baik
(Sumber: Sugiyono, 2019:94)

Data dari angket akan dianalisis untuk mendapatkan gambaran

tentang faktor-faktor penyebab kesulitan siswa menyelesaikan tes essay.

Setelah angket terkumpul, maka akan dihitung persentase dari tiap-tiap

butir pertanyaan/pernyataan pada angket dengan rumus sebagai berikut :

f
P= x 100 % (Lestari, K.E & M.R. Yudhanegara. 2018:336)
n

Dimana

P = Persentase jawaban

f = frekuensi jawaban

n = banyaknya responden

28
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Abdullah, Mikrajuddin. 2016. Fisika Dasar I. Bandung : Penerbit ITB


Abdurrahmann, mulyono. 2012. Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : Rineka
Cipta
Ahmadi, H. Abu & Widodo Supriyono. 2013. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka
Cipta
Charli, Leo.dkk. 2018. Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Fisika pada
Materi Suhu dan Kalor di Kelas X SMA AR-RISALAH Lubuk Linggau
Tahun Pelajaran 2016/2017. Vol. 1 No. 1.
Halliday, David & Robert Resnick. 1978. Fisika Jilid 1 Edisi ketiga. Jakarta :
Erlangga
Lestari, Eka Karunia & M.R Yudhanegara. 2018. Penelitian Pendidikan
Matematika. Bandung : PT Refika Aditama
Muhibbinsyah. 2020. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya Offset
Nofitasari, Ira & Yuliana Sihombing. 2017. Deskripsi Kesulitan Belajar Peserta
Didik dan Faktor Penyebabnya dalam Memahami Materi Listrik Dinamis
Kelas X SMA Negeri 2 Bengkayang. Vol 07. No.01.
Nurjanah, Siti & Sunarto. 2018. Analisis Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan
Soal-Soal Fisika Materi Usaha dan Energi Siswa Kelas X SMK Taman
Karya Jetis Yogyakarta. Vol.5 No.2
Priyambodo, Tri. K & Bambang Muradaka E.J. 2009. Fisika Dasar untuk
Mahasiswa Ilmu Komputer dan Informatika. Yogyakarta: C.V ANDI
Purwito, Adi & Purwandari. 2018. Analisis Minat belajar Fisika Siswa kela XI
Multimedia SMK Cendekia Kota Madiun Tahun Pelajaran 2017/2018.
ISSN- 2557
Soemanto, Wasty. 2012. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta
Sugiyono. 2019. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :
Alfabeta
Tirtarahardja, Umar & La Sulo. Tahun. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT
Rineka Cipta
Utami, Ayu putri. 2019. Kesulitan Belajar: Gangguan Psikologi pada Siswa
dalam Menerima Pelajaran. Vol.11 No.2
Zemansky, Mark W & Richard H.Dittman. 1986. Kalor dan Termodinamika.
Bandung : Penerbit ITB

29
30

Anda mungkin juga menyukai