Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

GENETIKA

PERSILANGAN MONOHIBRID DAN DIHIBRID

Oleh

Efa Uswatun Khasanah

163112620150092

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2017
BAB I. PENDAHULUAN

I. Tinjauan Pustaka
Masalah penurunan sifat atau hereditas mendapat perhatian banyak
peneliti. Peneliti yang paling popular adalah Gregor Johann Mendel yang
lahir tahun 1822 di Cekoslovakia. Pada tahun 1842, Mendel mulai
mengadakan penelitian dan meletakkan dasar-dasar hereditas. Ilmuwan
dan biarawan ini menemukan prinsip-prinsip dasar pewarisan melalui
percobaan yang dikendalikan dengan cermat dalam pembiakan silang.
Penelitian Mendel menghasilkan hukum Mendel I dan II.
Mendel melakukan persilangan monohibrid atau persilangan satu sifat
beda, dengan tujuan mengetahui pola pewarisan sifat dari tetua kepada
generasi berikutnya. Persilangan ini untuk membuktikan hokum Mendel I
yang menyatakan bahwa pasangan alel pada proses pembentukkan sel
gamet dapat memisah secara bebas. Hukum Mendel I disebut juga dengan
hukum segregasi.
Mendel melanjutkan persilangan dengan menyilangkan tanaman
dengan dua sifat beda, misalnya warna bunga dan ukuran tanaman.
Persilangan dihibrid juga merupakan bukti berlakunya hukum Mendel II
berupa pengelompokkan gen secara bebas saat pembentukkan gamet.
Persilangan dengan dua sifat beda yang lain juga memiliki perbandingan
fenotip F2 sama, yaitu 9 : 3 : 3 : 1. Berdasarkan penjelasan pada
persilangan monohibrid dan dihibrid tampak adanya hubungan antara
jumlah sifat beda, macam gamet, genotip, dan fenotip beserta
perbandingannya.
Dengan mengikuti secara saksama hasil percobaan Mendel, baik pada
persilangan monohibrid maupun dihibrid maka secara sederhana dapat
kita simpulkan bahwa gen itu diwariskan dari induk atau orang tua kepada
keturunannya melalui gamet. Persilangan monohibrida adalah persilangan
sederhana yang hanya memperhatikan satu sifat atau tanda beda.
Sedangkan persilangan dihibrida merupakan perkawinan dua individu
dengan dua tanda beda. Persilangan ini dapat membuktikan kebenaran
Hukum Mendel II yaitu bahwa gen-gen yang terletak pada kromosom
yang berlainan akan bersegregasi secara bebas dan dihasilkan empat
macam fenotip dengan perbandingan 9 : 3 : 3 : 1.
Hukum Segregasi (Hukum Mendel I) menyatakan bahwa pada
pembentukan gamet (sel kelamin), kedua gen induk (Parent) yang
merupakan pasangan alel akan memisah sehingga tiap-tiap gamet
menerima satu gen dari induknya. Hukum Asortasi Bebas (Hukum
Mendel II) menyatakan bahwa bila dua individu mempunyai dua pasang
atau lebih sifat, maka diturunkannya sepasang sifat secara bebas, tidak
bergantung pada pasangan sifat yang lain. Dengan kata lain, aleldengan
gen sifat yang berbeda tidak saling mempengaruhi. Hal ini menjelaskan
bahwa gen yang menentukan, contoh tinggi tanaman dengan warna bunga
suatu tanaman, tidak saling mempengaruhi.
Tanaman jagung termasuk dalam kelompok tanaman berpenyerbukan
silang. Dengan demikian, tingkat keragaman jagung menjadi tinggi,
apalagi jika tersedia dalam populasi yang heterogen. Tingginya tingkat
heterozigositas populasi maka komposisi genetik hasil persilanganpun
menjadi sangat beragam. Komposisi genetik populasi jagung hasil
persilangan dapat diketahui dengan memanfaatkan informasi genetik dari
gen-gen pengendali warna bulir untuk memprediksi komposisi harapan
pada generasi hasil persilangannya (Pamandungan, et.al). Pewarisan
informasi genetik dapat dipelajari lewat Hukum Mendel yang menyatakan
bahwa alel akan memisah (segregasi) satu dengan yang lainnya selama
pembentukan gamet dan diwariskan secara rambang ke dalam gamet-
gamet dengan jumlah yang sama.
Penentukan apakah suatu fenomena yang diamati sesuai atau tidak
dengan teori tertentu, perlu dilakukan suatu pengujian dengan melihat
besarnya penyimpangan nilai pengamatan terhadap nilai
harapan.Selanjutnya besarnya penyimpangan tersebut dibandingkan
terhadap kriteria model tertentu. Dalam percobaan persilangan akan
dibandingkan frekuensi genotipe yang diamati terhadap frekuensi
harapannya dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

∑(𝑂𝑖−𝐸𝑖)2
X2 hitung =
𝐸𝑖

Keterangan :

X2 = Chi Quadrat

Oi = Observed (nilai pengamatan)

Ei = Expected (nilai harapan)

∑ = Sigma ( Jumlah dari nilai-nilai)

Seringkali percobaan perkawinan yang dilakukan menghasilkan keturunan


yang tidak sesuai dengan hukum Mendel. Untuk menguji hal ini digunakan
tes X2 atau disebut juga dengan Chi square.

II. Tujuan
Praktikum kali ini bertujuan untuk memahami hukum Mendel I dan
juga hukum Mendel II, selain itu juga menghitung pebandingan bulir
jagung antara persilangan monohibrid dan dihibrid dan mengujinya
dengan uji chi square (X2).
BAB II. METODE PRAKTIKUM

I. Alat Dan Bahan


1. Jagung dengan satu sifat bulir sebagai model persilangan monohibrid.
2. Jagung dengan dua sifat bulir sebagai model persilangan dihibrid.

II. Langkah Kerja


1. Hitung jumlah masing-masing bulir jagung ungu dan kuning untuk
jagung model persilangan monohibrid.
2. Hitung masing-masing bulir jagung ungu bulat, kuning bulat, ungu
kisut, dan kuning kisut untuk jagung model persilangan dihibrid.
3. Catat hasilnya dan buatlah persilangannya.
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. Hasil Persilangan Monohibrid


Hasil pengamatan persilangan dengan dominansi penuh.
Biji ungu (UU) X Biji kuning (uu)

U U UU = Ungu = 1
U UU Uu Uu = Ungu = 2
u Uu uu uu = Kuning = 1

Biji Ungu = 435 biji


Biji Kuning = 126 biji
Total = 561 biji

Gambar 1. Jagung model


persilangan monohibrid

Perhitungan uji X2 perkawinan Monohibrid


Observed Expected Deviation (o-e)2 X2 = (O-e)2 / e X2 tabel
(O) (e) (d = O-e)
UU 435 421 14 196 0,5
Uu 126 140 -14 196 1.4
∑ 561 561 1,9 3,84
Pada pengamatan persilangan Monohibrid dengan dominansi ungu
menghasilakan keturunan F2 dengan rasio genotipe 1 : 2 : 1 dan rasio
fenotipe 3:1. Berdasarkan perhitungan hasil uji X2 lebih kecil
dibandingankan dengan X2 tabel, maka dapat disimpulkan bahwa
percobaan yang dilakukan sesuai dengan hukum Mendel I.

II. Hasil Persilangan Dihibrid


Hasil pengamatan persilangan dengan dominansi biji ungu.
Biji ungu bulat (UUBB) X Biji kuning kisut(uubb)

UB Ub uB Ub
UB UUBB UUBb UuBB UUBb
Ub UUBb UUbb UuBb Uubb
uB UuBB UuBb uuBB uuBb
ub UuBb Uubb uuBb uubb

Ungu bulat (U_B_) = 294 biji (U_B_) : (U_bb) : (uuB_) : (uubb)


Ungu kisut (U_bb) = 92 biji
9:3:3:1
Kuning bulat (uuB_) = 115 biji
Kuning Kisut (uubb) = 34 biji
Total = 535 biji

Perhitungan uji X2 perkawinan Dihibrid


Observed Expecte Deviation (o-e)2 X2 =(O-e)2 / e X2
(O) d (e) (d = O-e) tabel
U_B_ 294 301 -7 49 0,16
U_bb 92 100 -8 64 0,64
uuB_ 115 100 15 225 2,25
uubb 34 34 0 0 0
∑ 535 535 3,05 7,82
Pada pengamatan persilangan dihibrid dengan dominansi penuh
menghasilkan keturunan F2 dengan rasio genotipe 9:3:3:1. Berdasarkan
perhitungan dengan hasil uji X2 lebih kecil dibandingankan dengan X2
tabel, maka disimpulkan bahwa percobaan yang dilakukan sesuai dengan
hukum Mendel II.

Gambar 2.Jagung model


persilangan dihibrid

III. Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan pada percobaan persilangan


monohibrid dengan menggunakan jagung, dimana ungu merupakan gen
dominan dan kuning merupakan gen resesif. Hasil yang diperoleh dari
perhitungan monohibrid memiliki perbedaan dengan analisis dari hukum
Mendel, dengan jumlah yang diperoleh untuk ungu 435 dan untuk kuning
126, sedangkan berdasarkan hukum mendel seharusnya diperoleh 421
untuk ungu dan 140 untuk kuning. Sehingga deviasi yang didapat untuk
ungu 14 dan untuk kuning -14. Untuk nmenguji apakah data yang
diperoleh dari suatu percobaan itu sesauai dengan hukum mendel atau
tidak maka digunakan uji chi square (X2), didapat 1,9 untuk X hitung. Jika
melihat tabel pada peluang 0,05 dengan derajat bebas (1) maka didapat X
tabel = 3,84. Sehingga X Hitung < X tabel maka sesuai dengan
kesepakatan data hasil percobaan dapat kita terima atau sesuai dengan
teori bahwa persilangan merupakan dominansi sempurna dengan
perbandingan fenotip 3 : 1.
Hasil pengamatan untuk persilangan dihibrid yang memiliki dua sifat
beda, di peroleh F2 untuk ungu bulat 294, ungu kisut 92, kuning bulat
115, dan kuning kisut 34. Sedangkan hasil yang diramal dengan
menggunakan hukum mendel yakni untuk ungu bulat 301, ungu kisut 100,
kuning bulat 100, dan kuning kisut 33. Sehingga diperoleh hasil uji chi
square (X2) didapat X hitung 3,05 sedangkan untuk X tabel dengan derajat
bebas 3 didapat bahwa X tabel 7,82 sehingga X hitung < X tabel, maka
data diterima dan dapat disimpulkan bahwa pengamatan sesuai dengan
hukum Mendel II.
Sistem perkawinan baik monohibrid maupun dihibrid sangat penting
dalam menentukan kualitas benih dan bibit yang dihasilkan, sekaligus
kuantitasnya. Informasi besarnya derajat perkawinan silang pada beberapa
organisme sangat berguna untuk pendugaan besarnya keragaman genetik
dan keberhasilan upaya persilangan buatan dalam rangka perakitan
varietas unggul.
BAB IV. KESIMPULAN

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada jagung, dapat disimpulkan


bahwa :

1. Pada persilangan monohibrid diperoleh perbandingan genotip 1:2:1 dan


perbandingan fenotip 3:1.
2. Pada persilangan dihibrid diperoleh perbandingan 9:3:3:1.
3. Baik persilangan monohibrid maupun dihibrid memiliki perbedaan hasil
perhitungan dengan harapan berdasarkan hukum mendel, untuk memastikan
apakah persilangan jagung tersebut sesuai dengan hukum mendel maka
digunakan uji chi square (X2) dan dihasilkan :
a. Persilangan monohibrid X hitung 1,9 lebih kecil dari Xtabel 3,84
kesimpulannya sesuai dengan hukum Mendel I.
b. Persilangan dihibrid X hitung 3,05 lebih kecil dari Xtabel 7,82
kesimpulannya sesuai dengan hukum Mendel II.
DAFTAR PUSTAKA

Camin YR, Widowati R, Nurcahya H. 2016. Penuntun Genetika Praktek.


Universitas Nasional. Fakultas Biologi.

Kusumaningsari B, Anas I, Tanjung SS, Wahyudi R. 2012. Laporan Akhir


Praktikum Genetika Model Imitasi Ratio Fenotip Hasil
Persilangan.Universitas Muhammadiyah.

Suryo. 2005. Genetika. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Panduan Praktikum Dasar Genetika. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai