Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN

PRAKTIKUM ANALISIS OBAT, MAKANAN DAN KOSMETIK (AOMK)

“Percobaan 1: Identifikasi Potensi Bahaya Kecelakaan Kerja di Laboratorium”

Disusun oleh:

Hanifa Abdillah Rasyid

402019718012

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR
TUJUAN

Mahasiswi mampu mengidentifikasi potensi bahaya yang terdapat pada tempat kerja di
laboratorium

HASIL DATA PERCOBAAN

No. Potensi bahaya Likehood Severity Risk Scale Penanganan


level level
Bahaya Kimiawi (Chemical Hazard)

1 Terhirup larutan 2 2 M Menggunakan APD


Eter menyebabkan (masker)
pusing
2 Iritasi akibat 2 2 M Menggunakan APD
terkena asam (sarung tangan)
salisilat
3 Terhirup serbuk 2 2 M Menggunakan APD
paracetamol dan (masker)
aspirin
menyebabkan
terbatuk batuk
4 Terhirup larutan 2 2 M Menggunakan APD
kloroform (masker)
menyebabkan
pusing
5 Paparan etanol 2 2 M Menggunakan APD
dalam jangka (masker dan sarung
Panjang tangan)
menyebabkan luka
pada organ hati
dan bisa
menyebabkan
hipertensi
Bahaya Biologi (Bio-hazard)
Bahaya Fisik, Psikologis, dan Ergonomis

1 Meja terlalu sempit 3 4 M Memperlebar meja atau


menyebabkan menambah meja
aktivitas terhambat didalam laboratorium
dan tidak nyaman
2 Tergores plat KLT 3 2 M Menggunakan APD
(sarung tangan)

3 Terjatuh akibat 1 1 L Menggunakan sandal


tumpahan aquadest dan berhati-hati dalam
berjalan

4 Kursi terlalu tinggi 3 4 M Menyesuaikan


sehingga duduk kenyamanan tempat
tidak nyaman dan duduk
tidak fokus
5 Timbangan analitik 1 1 L Membagia antrian
eror pengguna (tertib)

6 Terluka karena 3 2 M Lebih berhati-hati saat


pecahan gelas mencuci alat
beaker saat
mencuci alat

PEMBAHASAN

Keselamatan dan keamanan kerja di laboratorium sangat penting dan perlu perhatian
khusus karena sangat terkait dengan kinerja dosen/peneliti mauoun mahasiswa. Semakin
mencukupi tersedianya fasilitas keselamatan dan keamanan kerja makan akan semakin sedikit
kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja (Rahmantiyoko & et al, 2019).

Potensi bahaya di laboratorium diantaranya adalah bahaya bahan kimia termasuk


didalamnya agen penyebab kanker (karsinogenik), racun, iritan, polusi, bahan yang mudah
terbakar, asam dan basa kuat, dan lain sebagainya. Kemudian potensi bahaya biologi, bisa berasal
dari darah dan cairan tubuh, specimen kultur, jaringan tubuh, hewan percobaan, maupun pekrejaan
lainnya. Potensi bahaya fisik termasuk didalamnya radiasi ion non ion, ergonomic, kebisingan,
tekanan panas, pencahayaan, listrik dan api (Keith Furr, 1995).
Beberapa kecelakaan yang mungkin terjadi saat sedang melakukan penelitian di
laboratorium berkisar dari skala kecil hingga menengah, diantaranya:

1. Terpeleset, terjadi akibat tumpahan aquadest yang menyebabkan keseleo bahkan


terkilir. Penangannya adalah agar segera dibersihkan jika menumpahkan aquadest, dan
berjalan secara berhati-hati
2. Terkena larutan asam yang mengakibatkan kulit lecet hingga iritasi. Penanganannya
adalah segera dilap dengan lap atau kapas bersih kemudian dicuci dengan air mengalir
sebanyak-banyaknya, selanjutnya dicuci dengan 1% Na2CO3 kemudian dicuci lagi
menggunakan air mengalir dan setelah kering diolesi salep levetran.
3. Terhirup larutan eter atau kloroform yang menyebabkan pusing. Penanganannya adalah
dengan menghirup minyak kayu putih. Dan pencegahannya adalah dengan cara
menggunakan APD lengkap salah satunya adalah masker, untuk menghindari hal
tersebut.
4. Terluka akibat pecahan alat dari kaca. Penanganannya adalah jika luka tergores kaca
maka dibersihkan menggunakan alcohol agar tidak terkontaminasi. Kemudian luka
diberi obat merah atau hansaplast.
Untuk menghindari kecelakaan kerja maka diperlukan edukasi tentang pentingnya
keselamatan dan keamanan kerja di laboratorium, dan juga mengenalkan bahaya yang mungkin
terjadi serta cara penanganannya, perlunya memahami Stancar Operasional Prosedur (SOP)
laboratorium. Tidak kalah penting, berusaha menanamkan kedisiplinan setiap individu terhadap
peraturan dan pengawasan atau monitoring kepala laboratorium yang memberikan andil besar
dalam keselamatan dan keamanan kerja di laboratorium (Presiden RI, 2012).

Berikut ini adalah alat pelindung diri standar yang digunakan di laboratorium (Yudiono,
2015) :

1. Jas laboratorium
Jas laboratorium berfungsi melindungi bahan dari percikan bahan kimia berbahaya.
Jenisnya da dua yakni jas yang sekali pakai, dan jas yang dapat digunakan berkali-kali.
Jas sekali pakai biasanya digunakan di laboratorium biologi dan hewan, sedangkan jas
yang diapat digunakan berkali-kali biasanya digunakan di laboratorium kimia.
2. Kaca mata keselamatan
Percikan larutan kimia atau panas dapat membahayakan mata orang yang bekerja di
laboratorium. Oleh karena itu, harus digunakan kaca mata khusus yang tahan terhadap
potensi bahaya kimia dan panas. Kaca mata tersebut terbagi menjadi dua jenis, yaitu
clear safety glasses dan clear safety goggles. Clear safety glasses merupakan kacamata
yang biasanya digunakan untuk melindungi mata dari percikan larutan kimia dan debu.
Clear safety goggles digunakan untuk melindungi mata dari percikan bahan kimia atau
reaksi kimia berbahaya.
3. Sepatu
Sepatu sandal tidak direkomendasikan sebagai alat peling diri dikarenakan bahannya
yang karet sehingga tidak bisa digunakan untuk melindungi kaki jika tersiram larutan
atau bahan kimia yang bersifat korosif.
4. Pelindung muka
Pelindung muka digunakan untuk melindungi muka dari panas, api dan percikan
material panas.
5. Masker gas
Bahan kimia atau reaksi kimia yang dihasilkan dapat mengeluarkan gas berbahaya.
Oleh karen aitu, masker gas sangat cocok digunakan sehingga gas-gas berbahaya
tersebut tidak terhirup.
6. Kaos tangan/glove
Glove melindungi tangan dari ceceran larutan kimia yang dapat menyebabkan iritasi.
Macam-macam kaos tangan yang digunakan di laboratorium biasanya terbuat dari
bahan karet alam, nitril, dan neoprene.
7. Pelindung telinga
Alat ini lazim digunakan untuk melindungi telinga dari bising yang dikeluarkan
peralatan tertentu, misalnya autoclave, penghalus sampel tanah (crusher), sonikator,
dan pencuci alat-alat gelas menggunakan ultrasonic.
Pelaksanaan K3 merupakan salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang
aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan sehingga dapat mengurangi dan bebas dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi
danproduktivitas kerja.

Ruangan laboratorium yang memenuhi standar adalah salah satu faktor untuk menghindari
kecelakaan kerja. Syarat tersebut meliputi kondisi ruangan, susunan ruangan, kelengkapan
peralatan keselamatan, nomor telepon penting (pemadam kebakaran, petugas medis) dan lain
sebagainya. Ruangan laboratorium memiliki sistem ventilasi yang baik. Proses keluar masuk udara
yang stabil. Ruangan laboratorium sebaiknya diatur dengan rapi. Disetiap ruangan wajib
disediakan denah yang menjelaskan mengenai tempat-tempat penyimpanan bahan kimia. Hal ini
bertujuan untuk memudahkan dalam pencarian (U.C, 2017).

Hal lain yang harus diperhatikan adalah ketersediaan alat keselamatan kerja, termasuk
kotak P3K dan pemadam kebakaran. Nomor telepon penting seperti pemadam kebakaran dan
petugas medis dengan midah dapat diakses, supaya saat terjadi kecelakaan yang cukup parah dapat
ditangani dengan segera. Sosialisasi tentang cara penggunaan alat pemadam api dan tata tertib
laboratorium harus dipahami dengan baik oleh seluruh pengguna laboratorium. Laboratorium
harus memiliki jalur evakuasi yang baik. Laboratorium setidaknya memiliki dua pintu keluar
dengan jarak yang cukup jauh. Bahan kimia yang berbahaya harus ditempatkan di rak khusus dan
dipisahkan dua bahan kimia yang dapat menimbulkan ledakan bila bereaksi.

KESIMPULAN

Keselamatan dan Keamanan Kerja Laboratorium mempunyai tujuan agar petugas,


masyarakat dan lingkungan pengguna laboratorium saat bekerja selalu dalam keadaan sehat,
nyaman, selamat, produktif dan sejahtera. Program keselamatan dan kesehatan kerja di
laboratorium pendidikan akan berhasil apabila didukung oleh komitmen manajemen yang kuat dan
partisipasi dari seluruh pengelola dan pengguna laboratorium. Peningkatan budaya K3 dalam hal
ini kepatuhan dan kesadaran untuk mengikuti SOP, penggunaan alat pelindung diri yang tepat,
kelengkapan sarana dan prasarana K3, dan personil yang mempunyai pengetahuan K3 yang
memadai. .

REFERENSI

Keith Furr, A. (1995). Handbook of Laboratory Safety 4th. CRC.

Presiden RI. (2012). Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta:
Kemenkes RI.

Rahmantiyoko, A., & et al. (2019). Keselamatan dan Keamanan Kerja Laboratorium. IPTEK
Journal of Proceedings Series No.4, 36-38.

U.C, A. (2017). Chemical laboratory safety awareness, attitudes and practices of tertiary
students. Elsevier.

Yudiono. (2015). Alat Keselamatan Kerja di Laboratorium. Jakarta: PT. Gunung Agung.
Mantingan, 10 Juli 2021

ASISTEN PRAKTIKUM PRAKTIKAN

(Shafa) (Hanifa Abdillah Rasyid)

Anda mungkin juga menyukai