Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN

TATA LETAK DAN PENANGANAN BAHAN


“PABRIK TAHU TS”

Disusun Oleh :

Nama : Syafira Nur Assyifa Batubara


NPM : E1G019009
Kelompok : 1 (satu)
Shift : Rabu, 10.00-12.00
Dosen Pembimbing : 1. Ir. Meizul Zuki, MS
2. Ir. Pandu Imam S.A, MS
Ko-Asst : Dedi Mulyadi Togatorop, STP

LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perancangan tata letak pabrik merupakan hal yang sangat penting dalam mendirikan sebuah
pabrik. Tanpa adanya perancangan sebelumnya, pabrik tidak akan berproduksi secara optimal dan
efisien, dan otomatis akan menurunkan pendapatan bagi pabrik itu sendiri. Pada umumnya tata
letak pabrik yang terencana dangan baik akan menentukan efisiensi dan kesuksesan kerja suatu
industri. Peralatan atau suatu desain produk yang bagus tidak ada artinya apabila perencanaan
tata letak yang dibuat tidak sesuai denga napa yang dibutuhkan. Aktivitas produksi suatu industri
secara normalnya harus berlangsung lama dengan tata letak yang tidak selalu berubah-ubah,
maka setiap kekeliruan yang dibuat didalam perencanaan tata letak ini akan menyebabkan
kerugian-kerugian yang tidak kecil.
Tata letak merupakan tata cara pengaturan fasilitas-fasilitas pabrik guna menunjang
kelancaran proses produksi. Pengaturan tersebut akan berguna untuk luas area penempatan mesin
atau fasilitas penunjang produksi lainnya, kelancaran gerakan perpindahan material,
penyimpanan material, personel pekerja dan sebagainya. Pada dasarnya tujuan utama dari desain
tata letak adalah untuk meminimalkan total biaya yang antara lain menyangkut biaya konstruksi
dan instalasi untuk bangunan mesin, biaya pemindahan bahan, biaya produksi, perbaikan,
keamanan, biaya penyimpanan produk setengah jadi, dan biaya-biaya lainnya.
Pengaturan pada perancangan tata letak pabrik/fasilitas memanfaatkan luas ruang untuk
penempatan mesin-mesin, fasilitas produksi, kelancaran aliran material, penyimpanan material
baik bersifat permanen ataupun sementara. Desain pabrik yang sesuai dengan karakteristik
industri akan berpengaruh terhadap proses aliran barang yang ditempatkan didalamnya.
Oleh karena itu, melalui praktikum lapangan kali ini praktikan akan mengetahui pentingnya
tata letak suatu pabrik dalam menciptakan sistem manufaktur yang efisien dan prosedur yang
sistematis untuk perancangannya.
1.2 Tujuan
1. Praktikan dapat memahami tata letak dan penanganan bahan industri.
2. Praktikan dapat mendesain tata letak dan penangan bahan industri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam meningkatkan produktivitas, perusahaan memiliki banyak cara, tetapi cata yang
mendasar yang pada umumnya dilakukan adalah pada perancangan tata letak fasilitas
perusahaan. “Tata letak pabrik dapat didefinisikan sebagai tata cara pengaturan fasilitas fasilitas
pabrik guna menunjang kelancaran proses produksi. Pengaturan tersebut akan memanfaatkan
luas area (space) untuk penempatan mesin atau fasilitas penunjang produksi lainnya, kelancaran
gerakan gerakan material, penyimpanan material (storage) baik yang bersifat temporer maupun
permanen, personil pekerja dan sebagainya”. Tata letak fasilitas merupakan suatu produk untuk
mendapatkan interelasi yang efisien dan efektif antara pekerja dan peralatan serta pemindahan
material dari bagian penerimaan, fabrikasi menuju bagian pengiriman produk (Wibawanto,
2012).
Tata letak pabrik termasuk aspek utama dalam dunia industri karena berkaitan erat dengan
cara pengaturan fasilitas-fasilitas pabrik. Pengaturan tata letak pabrik yang optimal akan
berkontribusi terhadap kelacancaran seluruh operasi pabrik, artinya tata letak pabrik yang baik
dapat menempatkan berbagai fasilitas dan peralatan fisik secara teratur sehingga mendukung
pekerjaan berjalan secara produktif (Zhenyuan, 2011).
Peralatan produksi yang canggih dan mahal harganya akan tidak berarti apa-apa akibat
perencanaan tata letak yang sembarangan saja. Karena aktivitas produksi suatu industri secara
normal harus berlangsung dalam jangka waktu yang panjang dengan tata letak yang tidak
berubah-rubah, maka kekeliruan yang dibuat dalam perencanaan tata letak ini akan menyebabkan
kerugian yang tidak kecil. Perencanaan fasilitas merupakan rancangan dari fasilitas-fasilitas
industri yang akan didirikan atau dibangun. Di dunia industri, perencanaan fasilitas dimaksudkan
sebagai rencana dalam penanganan material (material handling) dan untuk menentukan peralatan
dalam proses produksi, juga digunakan dalam perencanaan fasilitas secara keseluruhan (Anthara,
2011).
Perancangan fasilitas poduksi merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada
kinerja suatu perusahaan. Hal ini disebabkan oleh tata letak fasilitas yang kurang baik akan
menyebabkan pola aliran bahan yang kurang baik dan perpindahan bahan, produk, informasi,
peralatan dan tenaga kerja menjadi relatif tinggi yang menyebabkan keterlambatan penyelesaian
produk dan menambah biaya produksi. Perancangan tata letak dalam industri manufaktur
merupakan awalan utama dalam mengatur tata letak fasilitas produksi dan memanfaatkan area
semaksimal mungkin. Hal ini dibuat untuk menciptakan kelancaran aliran bahan, sehingga nanti
dapat diperoleh aliran bahan yang efisien dan kondisi kerja yang teratur. Permasalahan layout
pabrik merupakan permasalahan yang tidak dapat dihindari oleh perusahaan dalam operasinya.
Jauhnya jarak perpindahan material dari departemen kerja yang satu dengan departemen kerja
lainnya akan mempengaruhi totalitas perusahaan dalam meningkatkan produktivitas dan
profitabilitas. Dengan total momen perpindahan material/tahun yang tinggi, maka biaya material
handling juga akan semakin tinggi (Sofyan, 2015).
Beberapa cara dapat dilakukan untuk mencapai kelancaran proses produksi, salah satunya
melalui sistem penyimpanan material yang baik. Sebagai contoh, keberadaan gudang bahan baku
dalam pabrik akan menjamin ketersediaan bahan baku pada waktu yang tepat dan jumlah yang
tepat sehingga mempengaruhi kelancaran proses produksi sampai menghasilkan barang akhir dan
diterima oleh konsumen. Oleh karena itu, sistem pergudangan pada dasarnya berfungsi
penting dalam kelancaran rantai pasok (Juliana dkk, 2016).
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


1. Tusuk gigi 5. Cutter
2. Alat Tulis 6. Penggaris
3. Kamera 7. Styrofoam
4. Gunting 8. Double tape
3.2 Metode Pengumpulan Data
3.2.1 Metode Wawancara
Metode wawancara adala metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengadakan wawancara atau tanya jawab kepada pihak rumah produksi.
3.2.2 Metode Observasi
Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
pengamatan secara langsung pada hal-hal yang dilakukan di rumah industri Tahu Putih dan
Tahu goreng TS
3.2.3 Penulusuran Literatur
Penelusuran linier merupakan cara yang digunakan untuk mendapatkan suatu informasi
melalui buku, internet, jurnal, dan akses informasi lainnya yang dijadikan sebagai pembanding
dengan hasil kegiatan yang didapatkan.
3.3 Cara Kerja Pembuatan Miniatur
1. Menyiapkan alat dan bahan antara lain gunting, cutter, alat tulis, double tape, penggaris
dan styrofoam.
2. Membuat pola lantai pada styrofoam dengan ukuran yang telah ditentukan.
3. Membuat bagian-bagian tata letak peralatan yang ada di rumah industri seperti meja,
oven, kursi, mesin dan perabotan serta peralatan penunjang lainnya.
4. Menggabungkan bagian-bagian yang telah dibuat dengan menggunakan lem double tape.
5. Menempatkan semua peralatan yang telah dibuat di lantai styrofoam yang telah dibuat
tadi.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN

4.1 Hasil Kunjungan Industri


1. Nama Industri : Industri Tahu TS
2. Alamat : di Jalan Cempaka Permai, Kecamatan
Gading Cempaka, kota Bengkulu
3. Produk : Tahu Putih dan Tahu Goreng
4. Nama Pemilik : Bapak Saiful
5. Hari/Tanggal Kunjungan : minggu, 28 Maret 2021

4.2 Desain Tata Letak Peralatan


4.3 Perbaikan Tata Letak
4.4 Diagram Alir
BAB V
PEMBAHASAN
Persaingan di sektor industri semakin ketat sehingga menuntut para pengusaha untuk
membuat strategi baru untuk bersaing. Oleh karena itu, perusahaan harus mampu meningkatkan
bisnis proses yang efektif dan efisien untuk meningkatkan daya saing serta meningkatkan
kepuasan konsumen. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan konsumen adalah harga
produk yang murah, mutu produk yang tinggi dan waktu pengiriman yang tepat. Untuk
memenuhi faktor tersebut, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah melakukan perbaikan tata
letak. Tata letak merupakan tata cara pengaturan fasilitas-fasilitas yang terdapat dalam pabrik
sehingga proses produksi berjalan dengan lancar (Sugiharto, 2010). Menurut Firman (2012),
salah satu ciri tata letak yang baik adalah memiliki jarak pemindahan bahan yang minimum
sehingga memperkecil waktu penyelesaian produk dan mengurangi biaya pemindahan bahan
yang pada akhirnya akan mengurangi biaya produksi.
Pada praktikum kali ini kami melakukan pengamatan di industri tahu yang lokasi
Pabriknya terletak di daerah Kota Bengkulu. Beralamat di Jalan Cempaka Permai, Kecamatan
Gading Cempaka, kota Bengkulu. Pabrik ini bernama Pabrik Tahu TS yang berdiri sejak tahun
2010 dan didirikan oleh Bapak Saiful. Proses pembuatan tahu ini berlangsung di sebuah ruangan
terbuka berukuran kira kira 12 m x 8 m, dan prosesnya produksinya berlangsung secara konstan.
Menurut Muchtadi (2009), di Indonesia kedelai telah dikenal sebagai bahan pangan yang
biasa diolah menjadi tempe, tahu, tauco, kecap, kembang tahu, dan susu kedelai. Tahu merupakan
hasil olahan kedelai yang paling banyak dikonsumsi di Indonesia, sehingga produk ini
memberikan kontribusi yang nyata dalam menutupi kebutuhan sebagian besar penduduk
Indonesia akan protein. Pengolahan kedelai dengan teknik yang lebih maju belum berkembang di
Indonesia, padahal potensi kearah itu sudah tampak, misalnya untuk produksi makanan bayi,
hamburger, sosis, dan lain-lain.
Pembuatan tahu meliputi beberapa tahap sesuai dengan Purwadi, dkk (2007), proses
pembuatan tahu merupakan proses yang kontinue. Secara garis besar, proses pembuatan tahu
yang lazim dimulai dengan pemilihan bahan baku kedelai, perendaman, penggilingan,
pemasakan, penyaringan, penjendalan (penggumpalan), pencetakan, dan penguningan.
Di pabrik tahu ini jika dilihat dari aliran prosesnya menggunakan tata letak produk karena
di pabrik ini hanya memproduksi satu macam produk dalam jumlah yang besar dan kerja dari
satu proses ke proses berikutnya langsung dikerjakan serta mesin-mesin atau fasilitasnya berjarak
dekat serta dikerjakan secara continue/berulang. Sesuai dengan Wignjoesoebroto (1990),
penyusunan pabrik tipe ini adalah berdasarkan urutan proses produksi, dimana mesin-mesin dan
peralatan disusun menurut urutan proses, dengan demikian suatu pengerjaan akan diikuti oleh
pengerjaan berikutnya, sesuai dengan urutan-urutan prosesnya.
Namun pada pabrik yang kami amati tata letak fasilitas dan juga jarak antar unit proses
tidak teratur sehingga kurang efisien. Hubungan kedekatan antar stasiun kerja kurang
diperhatikan sehingga membuat aliran material handling menjadi kurang optimal dan juga di
pabrik tahu ini kondisi fisik lingkungan kerja kurang tertata rapi, seperti adanya percampuran
antara wadah (ember) yang berisi tahu dan tempat pendinginan serta pemotongan tahu. Menurut
Apple (1990) material handling adalah suatu aktivitas dengan menggunakan metode yang benar
untuk menghasilkan sejumlah material yang tepat, material yang benar, pada tempat yang benar,
di waktu yang tepat, di urutan proses yang benar, pada posisi yang tepat, dan dengan biaya yang
benar. Material Handling juga dinyatakan sebagai suatu seni dan pengetahuan dari memindahkan,
menyimpan, melindungi, dan mengontrol material. Keadaan di pabrik ini menunjukkan
ketidakteraturan dalam penataan lingkungan kerja. Selain itu di pabrik tahu ini juga ditemui
kondisi lantai dan peralatan kerja yang masih kotor serta belum adanya batas yang jelas pada
penempatan peralatan kerja.
Menurut Triyono, dkk (2014), tahap terakhir yaitu melakukan perbandingan tata letak saat
ini dengan tata letak usulan. Perbandingan tata letak saat ini dengan tata letak usulan bertujuan
untuk membandingkan biaya material handling dari kedua tata letak tersebut sehingga dapat
diketahui dan dipilih tata letak yang memiliki ongkos material handling yang paling rendah.
Maka dari itu kami mengajukan usulan desain tata letak terbaru, dimana kami mengusulkan tata
letak yang disesuaikan dengan urutan aliran prosesnya. Pada tata letak usulan kami merubah letak
unit pencucian, penggilingan, perebusan, dan penyaringan di bagian kiri dan unit penyaringan,
pencetakan, pemotongan, dan pendinginan disebelah kanan pabrik dengan jarak yang
memungkinkan para pekerja untuk memindahkan bahan, sehingga ruang pergerakan keryawan
dan material lebih luas. Serta desain perbaikan ini juga menguntungkan para pekerja agar tidak
mengeluarkan banyak tenaga dan pekerjaan dapat dilakukan dengan efektif dan efisien.
Sistem material handling yang kurang sistimatis menjadi masalah yang cukup besar dan
mengganggu kelancaran proses produksi sehingga mempengaruhi sistem secara keseluruhan.
Menurut Wignjosoebroto (2009), tata letak yang baik adalah tata letak yang dapat menangani
sistem material handling secara menyeluruh sedangkan Purnomo (2004) menyebutkan tata letak
fasilitas yang dirancang dengan baik pada umumnya akan memberikan kontribusi yang positif
dalam optimalisasi proses operasi perusahaan dan pada akhirnya akan menjaga kelangsungan
hidup perusahaan serta keberhasilan perusahaan.
Tata letak pabrik ini meliputi perencanaan dan pengaturan letak mesin, peralatan, aliran
bahan dan orang-orang yang bekerja pada masing-masing stasiun kerja. Maka dari itu pada
pabrik ini limbah yang dihasilkan dijual kepada peternak dan pemilik home industri pembuatan
kue dari ampas tahu. Sehingga limbah-limbah tersebut tidak merugikan masyarakat sekitar. Jika
disusun secara baik, maka operasi kerja menjadi lebih efektif dan efisien. Menurut Purnomo
(2004), pada dasarnya tujuan utama perancangan tata letak adalah optimasi pengaturan fasilitas-
fasilitas operasi sehingga nilai yang diciptakan oleh sistem produksi akan maksimal.
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
1. Tata letak pabrik adalah suatu rancangan fasilitas, menganaisis, membentuk konsep
sebuah letak pabrik. Penanganan bahan adalah proses bahan baku menjadi bahan yang
siap dipasarkan.
2. Desain tata letak memiliki beberapa jenis diantaranya process layout, produk layout,
Fixed Position Layout Fixed Position Layout, Group Technology-Based Layout, dan
hybrid layout.
6.2 Saran
Pada praktikum kali ini sebaiknya praktikan lebih memperhatikan tata letak yang digunakan
oleh pabrik atau industri yang dikunjungi, agar praktikan mengerti apa saja yang harus
diperhatikan pada tata letak dan penanganan bahan di sebuah pabrik. Dimasa pandemi covid-19
ini, diharapkan seluruh praktikan menerapkan protokol kesehatan yang telah ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Anthara. 2011. Usulan Perbaikan Tata Letak Lantai Produksi Dengan Metode Craft Untuk
Meminimasi Ongkos Material Handling. Unikom Vol 08 No 01 Bandung.
Apple, James M. 1990. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan. Hlm 125-176. Tr. by
Nurhayati M.T. Mardiono. ITB: Bandung.
Firman. 2012. Perencanaan tata letak gudang menggunakan metode shared storage di pabrik
plastik Kota Semarang. Dinamika Teknik, Vol. VI, No. 1, Hal. Hal. 46- 57.
Juliana. H dan Naniek .U . H. 2016. Peningkatan Kapasitas Gudang Dengan Perancangan
Layout Menggunakan Metode Class-Based Storage. 11 (02). 113-120.
Sofyan .D. K. dan Syarifuddin. 2015. Perancangan Ulang Tata Letak Fasilitas Dengan
Menggunakan Metode Konvensional Berbasis 5s (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu Dan
Shitsuke). Jurnal Teknovasi. 2(2). Hal 27-41.
Triyono, T., Cundara, N., & Irwan, H. (2014). Usulan Perbaikan Tata Letak Fasilitas
Perkantoran di PT. BPR Mitra Arta Mulia Bengkalis Riau. PROFISIENSI, 2(2).
Wibawanto, A. A., Choiri, M., & Eunike, A. (2012). Perancangan Tata Letak Fasilitas Produksi
Pestisida Ii Dengan Metode Computerized Relationship Layout Planning(Corelap)
Untuk Meminimasi Material Handling. Teknik Industri Universitas Brawijaya, 871- 882
Zhenyuan, J., Xiaohong, L., Wang, W., Defeng, J., dan Lijun, W. 2011. Design and
Implementation of Lean Facility Layout System of Production Line. International Journal
of Industrial Engineering, 18(5)
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai