Anda di halaman 1dari 4

Teknik Pengawetan

Iradiasi dengan menggunakan sinar UV


Nama : Ahmad Asy’ari S
NIM : 1803110000

Instruksi
 Bacalah artikel penelitian Manzoccoet al. (2011) sebagai referensi untuk menjawab
pertanyaan 2 – 5. Kalian boleh membaca mengenai iradiasi sinar UV dari referensi lain.
 Jawab pertanyaan berikut dengan jelas dan sistematis. Jangan ragu untuk tampilkan
ilustrasi atau gambar, jika diperlukan.
 Setelah selesai, konversi dokumen ke PDF dan unggah di GC.

[1] Ceritakan apa yang kamu pahami mengenai sinar UV


Sinar UV (ultraviolet) adalah radiasi gelombang elektromagnetik yang berasal dari matahari yang
tidak dapat dilihat dan dirasakan langsung oleh manusia. Sinar UV ini memiliki manfaat yang
baik bagi kesehatan manusia seperti meningatkan produksi vitamin D, system kekebalan tubuh
dll, namun berbahaya juga pada kesehatan manusia jika terpapar secara berlebihan seperti kulit
terbakar, muncul tanda penuaan dan merusak pada mata. Radiasi UV dapat dibedakan menjadi
3 jenis yaitu sinar ultraviolet A (UV-A) dengan panjang gelombang 320-400 nm, sinar ultraviolet
B (UV-B) dengan panjang gelombang 290-320 nm, sinar ultraviolet C (UV-C) dengan panjang
gelombang 200-280 nm. Namun, sinar UV pada pangan khususnya yang diterapkan pada buah-
buahan dan sayuran memiliki manfaat juga dimana radiasi sinar ultraviolet merupakan teknologi
non termal dengan usaha pengurangan atau menonaktifkan mikroorganisme penyebab
kerusakan produk dimana sinar UV ini memiliki panjang gelombang 200-280 nm yang dapat
diklarifikasikan sebagai UV-C (ultraviolet C).

[2] Pada artikel riset Manzocco et al. (2011), jelaskan mengapa peneliti melakukan penelitian ini?
(baca dan pahami bagian introduction)
Karena pada sifatnya buah apel tersebut sangat rentan terhadap warna kecoklatan pada apel
yang baru dipotong jika terlalu lama terkena paparan sinar UV, meskipun menurut Arinda dan
Yunita (2015) bahwa radiasi sinar ultraviolet dapat mengurangi/mematikan mikroorganisme
penyebab kerusakan produk, jika terlalu lama maka akan berpengaruh terhadap warna dari apel
tersebut. Maka dari itu penelitian dilakukan untuk membandingkan efek perawatan sinar UV-C,
yang dilakukan pada intensitas yang sangat bervariasi, pada kedua kualitas mikroba dan
penampilan kesegaran dari bahan tanaman yang diproses secara minimal.

[3] Ceritakan desain penelitian yang Manzocco et al. Gunakan dalam eksperimen mereka. (baca
dan pahami bagian method  apa perlakuan yg digunakan? Apa saja parameter yg diamati?)
Dari metode tersebut langkah pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan sampel seperti
bahan yang digunakan adala apel “pink lady” segar dengan ukuran dan tingkat kematangan yang
sama yang telah dibeli dari pasar. Kemudian apel dicuci dalam air minum (0,3 mg L - 1 sisa
klorin), lalu dibuang bijinya dan potong manual menjadi irisan setebal 1 cm. Selama menangani
operasi, harus memperhatikan kondisi yang higienis secara ketat. Irisan telah dikirim untuk
perawatan sinar UV-C pada suhu 6°C ke dalam sel termostat dilengkapi dengan sistem kontrol
kelembaban udara ditetapkan pada 90% ERH untuk menghindari sampel dehidrasi. Secara
khusus, irisan apel segera ditempatkan di antara dua lampu UV-C dan jarak yang sama terkait
dengan ekstrem lampu. Lampu UV-C diizinkan stabilkan dengan menyalakannya setidaknya 15
menit sebelum digunakan. Iradiasi pada setiap sisi irisan apel adalah 20 W / m2 dan sampel
diperlakukan untuk peningkatan waktu hingga 120 menit. Irisan apel dipegang pada 6°C dan
90% ERH untuk hal yang sama kali tetapi tidak terkena sinar UV disiapkan sebagai sampel
kontrol. Irisan apel yang diproses berbeda ditempatkan di cawan Petri ditutup dengan parafilm
dan disimpan dalam kegelapan pada 6°C hingga 14 hari. Pada waktu yang meningkat selama
penyimpanan, sampel dibuang dari sel termostat dan digunakan untuk analisis.
Selanjutnya pada transmisi sinar UV-C dari jaringan apel dimana pada bagian jaringan apel
dengan ketebalan meningkat diposisikan pada sensor luminometer dan terkena UV-C cahaya
dengan radiasi 20 W / m2 yang pancaran cahayanya ditransmisikan melalui jaringan apel yang
telah diukur. Kemudian pada persiapan histologis dimana sampel secara berurutan diperbaiki
dalam glutaraldehida 0,75% (v / v) selama 1 jam, dan kemudian di 1,5% glutaraldehyde selama 2
jam. Kedua solusi fiksasi disiapkan di garam dengan buffer fosfat dengan tambahan setetes
Tween 20. Dehidrasi jaringan apel pun perlahan-lahan dilakukan secara bertingkat etanol seri
(dari 70 hingga 100% (v / v), 30 menit per langkah yang diikuti dengan penggantian etanol
absolut secara bertahap oleh Technovit 7100 seri itu 2: 1, 1: 1, 1: 2 (v / v) etanol : Technovit (30
menit per langkah) dan murni Technovit dalam semalam. Lalu material pun dibenamkan secara
fresh Technovit dan dipotong oleh mikrotom bermotor. Bagian (10 m) ditempatkan di atas
lapisan poli-l-lisin slide, dikeringkan pada suhu 30°C selama 15 menit, kemudian diwarnai
dengan 0,2% (w / v) toluidine blue dan akhirnya diperiksa di bawah sinar tampak menggunakan
lampu mikroskop.
Parameter yang digunakan meliputi warna, kekencangan, penurunan bobot, analisis
mikrobiologi, analisis panel sensorik dan analisis statistik.
 Warna
Untuk parameter warna dimana warna irisan apel dianalisis menggunakan tristimulus
colorimeter lalu perubahan warna apel diukur dengan mengikuti perubahan parameter
 Kekencangan
Apel ditusuk dengan probe silinder 1,5 mm, kecepatan crosshead ditetapkan pada 5
cm/menit.
 Penurunan bobot buah
Penurunan bobot buah ditentukan dengan menimbang irisan apel sebelumnya dan setelah
masa penyimpanan. Penurunan berat badan dinyatakan sebagai persentase berat yang
hilang sehubungan dengan berat awal
 Analisis mikrobiologi
25 g sampel diencerkan dengan Pengencer Pemulihan Maksimum dan dihomogenisasi
selama 1 menit. Plate count agar digunakan untuk perhitungan bakteri mesofilik dan
diinkubasi selama 48 jam pada suhu 30°c.
 Analisis panel sensorik terlatih
Untuk pengujian sensorik, irisan apel terpapar selama 1 menit hingga 20 W / m2 sinar UV-C
dan disimpan selama peningkatan kali pada 6°C disajikan dalam piring plastik tidak berbau.
Kemudian air disediakan di antara sampel dimana sampel diidentifikasi dengan kode tiga digit
dan disajikan ke panel
 Analisis statistisk
Hasil dilaporkan sebagai nilai rata-rata ± SD. Analisis pemasangan terbaik dilakukan dengan
menggunakan Kurva Tabel 2D yang dievaluasi dengan menggunakan koefisien determinasi
(R2) dan nilai p yang sesuai kemudian analisis varian (ANOVA) dilakukan dengan tingkat
signifikansi diatur ke p <0,05.
[4] Tuliskan poin-poin penting hasil penelitian Manzocco et al. Tersebut (baca dan pahami bagian
results and discussion  misal, apa efek iradiasi pada sel, susut bobot dll. Tulis dalam bentuk poin-
poin, bukan pragraf)
 Efek pada mikroflora alami
 Estimasi kedalaman penetrasi sinar UV-C dijaringan apel
 Efek pada penurunan berat apel
 Efek pada struktur apel
 Efek pada kekencangan dan warna
 Efek pada mikroflora alami
 Efek pada kekokohan, warna, penurunan berat apel dan struktur sel apel
 Efek pada sifat sensorik

[5] Tuliskan kesimpulan penelitian Manzocco et al. tersebut (baca dan pahami bagian conclusion)
Dari kesimpulan penelitian tersebut menunjukkan bahwa sinar uv-c dengan adanya paparan
cahaya tersebut dapat mematikan adanya mikroorganisme dengan teknologi non termal yang
terdapat pada permukaan apel segar sehingga dapat memperpanjang umur simpan apel
tersebut. Hasil tersebut dapat dikaitkan dengan terjadinya UV-C yang berbeda fenomena yang
disebabkan oleh cahaya tersebut termasuk kematian mikroorganisme yang terpapar oleh
radiasi, denaturasi enzim oksidatif yang hilang pada jaringan yang terluka dengan pemrosesan,
pembentukan lapisan pelindung yang dapat dimakan dan dikeringkan yang menghambat
pertumbuhan mikroba. Sejak kedalaman penetrasi sinar UV-C dalam buah jaringan sangat
rendah, film yang dapat dimakan ini akan dibatasi menjadi sangat tipis lapisan permukaan tanpa
memberikan modifikasi yang berpotensi dapat dilihat oleh konsumen. Efek perpanjangan umur
simpan dari non-termal dan teknologi yang tidak terlihat sangat bergantung pada intensitas
pengobatan itu sendiri. Paparan jaringan tanaman terhadap sinar UVC untuk waktu yang
berlebihan dikaitkan dengan kerusakan sel yang parah, yang dengan cepat berubah menjadi
berkurangnya tampilan seperti segar produk. Kemungkinan untuk memanfaatkan sinar UV-C
untuk memperpanjang rak umur buah dan sayuran segar tergantung pada ketersediaan
informasi kuat tentang batasan halus yang membedakan kondisi teknologi yang mengarah pada
efek pengawetan.

[6] Jika saat skripsi nanti, kalian diminta untuk melakukan penelitian mengenai aplikasi metode
non termal iradiasi dengan sinar UV, ceritakan ide riset kalian di sini!
Berdasarkan artikel yang saya baca di internet bahwa ada kelompok PKM mahasiswa UB yang
mengatakan bahwa pengawetan non termal dengan sinar UV tersebut hanya bisa di aplikasikan
pada bahan pangan cair, dari hal tersebut mahasiswa kelompok PKM termotivasi untuk
membuktikan pengaruh penyinaran sinar ultraviolet pada bahan pangan padat terutama roti
tawar sebagai makanan yang memiliki daya simpan rendah.

Dari hal tersebut yang dilakuan oleh mahasiswa UB, maka saya berangan-angan untuk
melakukan penelitian pengawetan non termal dengan menggunakan bahan pangan padat yaitu
ikan cakalang asap. ikan cakalang asap tersebut bisa dikatakan sudah dilakukan pengawetan
dengan pengasapan, namun saya berangan-angan melakukan penelitian tersebut bertujuan
untuk memperpanjang lagi umur simpan ikan cakalang asap dengan menggunakan 2 perlakuan
yaitu perlakuan pertama memakai lampu sinar UV 30 watt dengan 2 jarak yang berbeda (50 cm
dan 100 cm) lalu perlakuan yang kedua memakai lampu sinar UV 35 watt dengan 2 jarak yang
berbeda (50 cm dan 100 cm). Dari riset tersebut saya hanya ingin meyakinkan apakah bisa ikan
cakalang asap diaplikasikan pada pengawetan non termal dengan sinar lampu UV.
Gambar 1. Contoh pengaplikasian sinar lampu UV pada ikan asap sagela

Anda mungkin juga menyukai