Disusun oleh :
Puji syukur penulis haturkan atas kehadirat Allah SWT yang sudah melimpahkan
hidayah dan rahmat-Nya , sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
Tugas Akhir ini, guna memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi
pendidikan Diploma III jurusan Teknik Kimia di Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir tidak terlepas dari
bimbingan, semangat, serta dukungan dari banyak pihak, baik bersifat moril
ataupun materiil, maka dari itu kami mengucapkan banyak terimakasih kepada :
Dalam penyusunan tugas akhir ini penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak
kekurangan yang dibuat baik sengaja maupun tidak disengaja dikarenakan
keterbatasan ilmu pengetahuan dan wawasan serta pengalaman yang penulis miliki.
Untuk itu penulis mohon maaf atas segala kekurangan tersebut, serta mengharapkan
saran dan kritik untuk perbaikan dimasa mendatang. Akhir kata semoga dapat
bermanfaat bagi penulis sendiri, pembaca dan masyarakat luas.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Daftar Isi................................................................................................................ iv
Daftar Gambar....................................................................................................... vi
Daftar Tabel ..........................................................................................................vii
ABSTRAK ................................................................................................................... ..viii
v
BAB III. KESIMPULAN ...................................................................................... 57
3.1. Kesimpulan .................................................................................................... 57
3.2. Saran............................................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 4. Data yang diperoleh pada tanggal 05-11 Maret 2020 ............................ 49
viii
ABSTRAK
Rotary Dryer (RD) merupakan alat utama yang digunakan sebagai alat pengering
granul NPK Phonska. Rotary Dryer yang digunakan di Departemen Produksi II B
Phonska IV PT. Petrokimia Gresik adalah direct rotary dryer. Desain awal rotary
dryer ini harus dilakukan dengan tepat dan cermat sehingga alat dapat berfungsi
dengan baik dan menghasilkan produk sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan.
Oleh karena itu, perhitungan efisiensi thermal dari rotary dryer menjadi penting di
mana efisiensi dapat dihitung berdasarkan pada perhitungan neraca massa (bahan
baku masuk dan bahan baku keluar) dan perhitungan neraca panas (jumlah panas
masuk dan jumlah panas keluar).
ix
BAB I
PROFIL PERUSAHAAN
1
1.2 Gambaran Umum Perusahaan
PT Petrokimia Gresik merupakan Produsen Pupuk Terlengkap di Indonesia yang
memproduksi berbagai macam pupuk dan bahan kimia untuk solusi agroindustri.
Perusahaan berlogo Kebomas, dan berlokasi di Kabupaten Gresik, Jawa Timur,
Indonesia ini adalah Anak Perusahaan PT Pupuk Indonesia (Persero). PT
Petrokimia Gresik berkomitmen untuk terus tumbuh dan berkembang bersama
masyarakat, demi mendukung terwujudnya Ketahanan Pangan Nasional dan
kemajuan dunia pertanian. Adapun Gambar logo PT.Petrokimia dapat dilihat
pada gambar dibawah ini :
2
Kerbau merupakan simbol sahabat petani yang bersifat loyal,
tidak buas, pemberani, dan giat bekerja.
c. Kelopak daun hijau berujung lima melambangkan kelima sila
Pancasila. Sedangkan tulisan PG merupakan singkatan dari
nama perusahaan PETROKIMIA GRESIK.
d. Warna kuning keemasan pada gambar kerbau
merepresentasikan keagungan, kejayaan, dan keluhuran budi.
Padu padan hijau pada kelopak daun berujung lima
menggambarkan kesuburan dan kesejahteraan.
e. Tulisan PG berwarna putih mencerminkan kesucian, kejujuran,
dan kemurnian. Sedangkan garis batas hitam pada seluruh
komponen logo merepresentasikan kewibawaan dan elegan.
f. Warna hitam pada penulisan nama perusahaan melambangkan
kedalaman, stabilitas, dan keyakinan yang teguh. Nilai-nilai
kuat yang selalu mendukung seluruh proses kerja
(http://www.petrokimia-gresik.com/Pupuk/Makna.Logo)
2. Visi
Menjadi produsen pupuk dan produk kimia lainnya yang berdaya saing
tinggi dan produknya paling dimunati konsumen.
3. Misi
a. Mendukung penyediaan pupuk nasional untuk tercapainya
program swasembada pangan.
b. Meningkatkan hasil usaha untuk menunjang kelancaran
kegiatan operasional dan pengembangan usaha perusahaan.
c. Mengembangkan potensi usaha untuk mendukung industry
kimia nasional dan berperan aktif dalam community
development.
3
4. Tata Nilai Perusahaan
a. Mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja serta
melestarikan lingkungan hidup dalam setiap kegiatan
operasional.
b. Memanfaatkan profesionalisme untuk mrningkatkan kepuasan
pelanggan.
c. Meningkatkan inovasi untuk memenangkan bisnis.
d. Mengutamakan integeritas di atas segalanya.
e. Berupaya membangun semangat kelompok yang sinergistik.
(http://www.petrokimia-gresik.com/Pupuk/Visi.Misi.dan.Budaya.Perusahaan)
b. Non Pupuk
1) Cement retarder.
2) Bahan kimia.
3) Kapur pertanian.
4) Petro-gas.
5) Petro-gladiator.
6) Petro hybrid.
7) Petro seed.
8) Petro hi-corn.
9) Petro fish.
10) Petro chili.
4
11) Petro blofeed.
12) Petro chick.
13) Fit rice.
14) Jasa.
6. Kapasitas Produksi
PT.Petrokimia Gresik sendiri memproduksi pupuk dan non pupuk
disetiap unit pabrik dengan besaran kapasitas setiap tahun yang
berbeda-beda. Adapun tabel yang menjelaskan mengenai kapasitas
produksi, di jelaskan pada tabel 1 untuk kapasitas produksi pupuk dan
tabel 2 untuk kapasitas produksi non pupuk.
5
Tabel 2. Kapasitas produksi non-pupuk
(Sumber: http://www.petrokimia-gresik.com/Pupuk/Profil)
6
PT PETROCENTRAL .
Bisnis Utama :
Produsen Sodium Tripoly Phosphate (STPP) .
Saham PT Petrokimia Gresik : 9,8%.
PT PETRO JORDAN ABADI.
Bisnis Utama :
Produsen Asam Fosfat (Phosphoric Acid).
Saham PT Petrokimia Gresik : 50%.
(http://www.petrokimia-gresik.com/Pupuk/Anak.Perusahaan.dan.Usaha.Patungan)
7
3) PT. Petrocentral.
4) PT. Kawasan Industri Gresik (KIG).
5) PT. Petro Jordan Abadi.
6) PT. Pupuk Indonesia Energi.
Proses Produksi phonska IV dilakukan secara continue dengan empat regu shift
pegawai di mana pada setiap harinya ada tiga regu yang bekerja dan satu regu
lainnya istirahat. Waktu bekerja tiap shift adalah delapan jam di mana pembagian
waktunya adalah jam 07.00-15.00 , jam 15.00-23.00, dan jam 23.00-07.00.
Produk unit produksi phonska IV adalah pupuk phonska yang di bagi menjadi
dua yaitu subsidi dan nonsubsidi. Perbedaan antara kedua produk tersebut adalah
pada warna produk di mana warna phonska subsidi berwarna merah dan phonska
nonsubsidi berwarna putih. Selain itu, untuk phonska nonsubsidi kandungan di
dalamnya dapat di buat sesuai permintaan pemesan sehingga tidak ada patokan
yang pasti untk kandungan di dalam phoska nonsubsidi.
8
Bahan baku yang digunakan terbagi menjadi 2 jenis, yaitu bahan baku cair dan
bahan baku padat. Proses pembuatan pupuk phonska secara garis besar
diantaranya adalah:
a. Asam Fosfat
Asal : Produksi pabrik III.
PT. Petrojordan.
Fungsi : Sumber utama unsur P.
Spesifikasi : P2O5 : 50% minimum.
Solid : 2% max.
SO4-2 : 3,5% max.
SiO2 : 0,5% max.
MgO : 0,8% max.
Fe2O3 : 0,8% max.
Al2O3 : 0,8% max.
F- : 0,8% max.
SG : 1,640.
Suhu : 33ºC.
Tekanan : 5 kg/cm2.
b. KCL
Asal : Impor dari Yordania dan Mesir.
Fungsi : Sebagai sumber utama unsur K.
Spesifikasi : K2O : 60% minimum.
H2O : 1% max.
Impuritas : 39%.
Ukuran granul : 0,5-1,2 mm.
9
Bulk Density : 1300 kg/m3.
c. Urea
Asal : Produksi pabrik I.
Fungsi : Memperbaiki permukaan granul.
Mempermudah proses granulasi.
Spesifikasi : N : 46% berat total N minimum.
H2O : 0,5% max.
Impuritas : 53,5%.
Ukuran granul : 0,5-2 mm.
Bulk Density :800 kg/m3.
d. Amoniak
Asal : Produksi pabrik I.
Fungsi : Sebagai sumber utama nsur N.
Spesifikasi : NH3 : 99,5% minimum.
H2O : 0,5% max.
Suhu : -33ºC.
Tekanan : 12 kg/cm2.
e. Asam Sulfat
Asal : Produksi pabrik III.
PT. Smelting.
Fungsi : Sebagai penghasil panas yang tinggi saat bereaksi dengan
amoniak (NH3).
Spesifikasi : H2SO4 : 98% minimum.
SG : 1,840.
Suhu : 33ºC.
Tekanan : 5 kg/cm2.
f. ZA (Zwafazulfur Ammoniak)
Asal : Produksi pabrik I dan III.
Fungsi : Mempermudah proses granulasi.
Menambah grade NPK.
Spesifikasi : N : 21% berat total N minimum.
10
H2O : 0,15% max.
Impuritas :78,85%.
Ukuran granul : 0,5-1,2 mm.
(www.petrokimia-gresik.com/Pupuk/Bahan.Kimia)
2. Bahan Pembantu
Bahan pembantu yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Coating Powder
Asal : Impor dari Spanyol.
Fungsi: Sebagai bahan pelapis granul NPK agar meminimalisir
caking karena phonska bersifat higroskopis.
b. Coating Oil
Asal : Impor dari Arab.
Fungsi: Sebagai pelapis pada permukaan produk.
c. Pigmen
Asal : Impor dari Spanyol.
Fungsi: Sebagai pewarna produk phonska bersubsidi.
11
1.5.2 Proses Pembuatan Pupuk Phonska IV
Diagram alir pembuatan pupuk Phonska IV pada departemen II B dapat
dilihat pada gambar berikut :
Proses produksi pada phonska IV tediri dari solid base dan liquid base. Pada
solid base, pencampuran bahan baku padat terjadi di pugmill. Sedangkan pada
liquid base, pencampuran atau pereaksian bahan baku cair terjadi di reaktor
preneutralizer. Alur produksi secara keseluruhan adalah sebagai berikut :
1. Hopper
Bahan baku padat, dikirim dari gudang penyimpanan menggunakan
conveyor (conveyor belt) ke dalam Hopper. Terdapat empat Hopper dimana
tiap hopper terisi bahan baku padat berupa KCL, Urea, ZA dan Filler.
12
Kemudian dari hopper diatur jumlah bahan baku padat yang dibutuhkan
untuk produksi yang kemudian di kirim ke pugmill menggnakan conveyor.
Adapun dalam produksi sekarang penggunaan bahan baku urea sudah tidak
digunakan karena kebutuhan Amonia dari bahan baku lain sudah terpenuhi.
2. Preneutralizer (PN)
Di preneutralizer terjadi pencampuran atau pereaksian bahan baku cair
antara asam sulfat, dan asam fosfat. Selain kedua bahan tersebut, terdapat
juga umpan berupa liquor hasil bawah dari prescrubber yang di dalamnya
terdapat kandungan asam fosfat, MAP dan sedikit NPK. Hasil pencampuran
atau pereaksian bahan-bahan cair tersebut nantinya akan menghasilkan
slurry yang di dalamnya terkandung MAP, DAP, dan ZA cair. Berikut
adalah reaksi-reaksi pembentukannya :
a. Reaksi pembentukan MAP
NH3(l) + H3PO4(l) NH4H2PO4(l)
b. Reaksi pembentukan ZA cair
NH3(l) + H2SO4(l) (NH4)2SO4(l)
c. Reaksi pembentkan DAP
NH3(l) + NH4H2PO4(l) (NH4)2HPO4
3. Granulator
Pada granulator terjadi proses pencampuran bahan padat dan cair dari proses
sebelumnya yaitu antara bahan padat campuran dari pugmill dan slurry dari
preneutralizer. Selain dari kedua bahan tersebut, di dalam granulator juga di
tambahkan NH3 untuk membentuk senyawa DAP. Terdapat juga steam
yang di masukkan kedalam granulator untuk merontokkan gumpalan-
gumpalan yang menempel pada granulator pada jangka waktu tertentu.
Adapun reaksi pembentukan yang terjadi adalah:
a. Reaksi Pembentukan DAP
NH3(l) + NH4H2PO4(l) (NH4)2HPO4
4. Rotary Dryer
13
Selanjutnya granul yang telah terbentuk di granulator masuk kedalam rotary
dryer untuk mengurangi kandungan airnya. Didalam rotary dryer
dihembuskan udara panas secara cocurrent atau searah dengan masuk dan
keluarnya granul. Udara panas di hasilkan dari furnace yang menggunakan
bahan bakar batu bara.
5. Screen
Pada proses screening, digunakan alat screen dengan jenis double deck
dengan jumlah tiga alat. Alat screening yang digunakan dibagi menjadi dua
tipe yaitu, dua alat bertipe flywill dan satu alat bertipe fibrating. Pada proses
screening ini, granul di pisahkan menjadi tiga yaitu over size, on size, dan
under size. Untuk granul over size dan under size, akan di recycle kembali
ke proses sebelumnya. Untuk granul over size, sebelum masuk recycle akan
dihancurkan terlebih dahulu dengan menggunakan crusher. Granul on size
memiliki ukuran -4 +10 mesh.
6. Cooler
Granul yang telah lolos dari proses-proses sebelumnya sudah di kategorikan
sebagai produk ponska. Akan tetapi karena kondisi granul masih bersuhu
cukup tinggi dan kemungkinan reaksi kimia masih berlangsung maka,
granul perlu di dinginkan untuk menghentikan reaksi kimia yang masih
berlangsung. Apabila reaksi kimia tidak dihentikan akan menimbulkan
terbentuknya jembatan garam yang menyebabkan caking. Selain itu, sifat
phonska yang higroskopik akan berkurang karena critical relative humidity
(CRH) produk akan mendekati relative humidity (RH) udara sehingga
phonska yang dihasilkan tidak menyerap air di dalam udara. Proses
pendinginan granul di dalam cooler di lakukan secara countercurrent agar
pendinginan maksimal. Pendinginan menggunakan udara kering yang di
hasilkan dari Chiller yang menggunakan amoniak (NH3) dengan suhu -32 C
untuk mendinginkan udara.
7. Polishing screen
14
Granul on size dari screen kemudian masuk ke dalam polishing screen untuk
di pisahkan kembali. Akan tetapi pada proses polishing screen ini granul
hanya akan di pisahkan menjadi dua, yaitu on size dan under size. Granul
under size akan di recycle kembali dan granul on size akan masuk ke dalam
cooler.
8. Coater
Granul yang telah melewati proses sebelumnya kemudian masuk ke dalam
coater untuk proses pelapisan coating oil yang di campur coating powder
dan pigmen berwarna merah. Tujuan dari pelapisan coating oil dan coating
powder adalah untuk mengurangi sifat higroskopis phonska. Sedangkan
penambahan piqmen adalah sebagai penanda produk phonska bersubsidi.
Setelah melewati proses ini, produk phonska langsung di kirim ke bagian
baging menggunakan conveyor untuk proses pengemasan atau
pengantongan.
9. Granulator Prescrubber
Selain proses-proses di atas, ada juga unit scrubbing yang bertujuan untuk
menjaga gas atau udara di lingkungan pabrik terbebas dari pencemaran
udara yang berlebih. Apalagi dalam proses produksinya, pabrik
menggunakan bahan baku amoniak (NH3) yang mudah menguap di udara.
Granulator Prescrubber memurnikan gas yang di hisap menggunakan
blower dari granulator. Gas tersebut, di asumsikan mengandung amoniak
(NH3) yang terlepas dari proses granulasi. Oleh karena itu pelarut yang di
gunakan adalah campuran air dan asam fosfat untuk mengikat amoniak
(NH3) di dalam udara. Untuk menjaga agar amoniak (NH3) dapat tertangkap
dengan baik, pH di dalam prescrubber di jaga berkisar antara 2-3. Larutan
yang di hasilkan dari proses scrubbing di prescrubber berupa liquor yang di
dalamnya terkandung MAP hasil reaksi amoniak (NH3) dan asam fosfat.
Berikut adalah reaksi pembentukannya :
15
NH3(g) + H3PO4(l) NH4H2PO4(l)
Selain MAP yang terbentuk, di dalam liquor juga masih terkandung asam
fosfat sisa reaksi. Karena kandungan di dalam liquor prescrubber di
butuhkan dalam proses produksi maka, liquor keluaran prescrubber di
umpankan ke dalam preneutralizer (PN) sedangkan gas hasil scrubbingnya
di umpankan ke dalam dedusting scrubber.
16
phonska yang berasal dari rotary dryer yang terlepas dari proses pemisahan
di cyclone. Untuk menangkap debu dari gas yang masuk ke dalam dryer
scrubber, digunakan pelarut berupa air yang berasal dari seal tank. Hasil
bawah dari proses scrubbing di dryer scrubber berupa liquor yang kemudian
di masukkan ke dalam seal tank. Untuk hasil atas dari dryer scrubber berupa
gas yang kemudian di umpankan ke dalam tail gas scrubber untuk proses
scrubbing lanjutan.
Gas yang masuk ke dalam tail gas scrubber berasal dari dedusting scrubber,
dryer scrubber dan gas yang di hisap dari cooler menggunakan blower yang
sebelumnya telah di pisahkan antara padatan dan gasnya di dalam cyclone.
Untuk mengantisipasi adanya partikel pengotor yang terlepas dari proses
scrubbing sebelumnya yaitu berupa amoniak (NH3). Fluor dan debu pada
tail gas scrubber digunakan pelarut berupa air yang di campur dengan asam
sulfat. Pada tail gas scrubber pH di jaga antara 4-5 agar amoniak (NH3) dan
fluor tidak banyak yang terlepas. Hal tersebut di lakukan karena amoniak
(NH3) mudah terlepas pada pH di atas 5 dan fluor mudah terlepas pada pH
di bawah 4. Reaksi yang terjadi antara asam sulfat dan Amoniak (NH3) pada
17
proses scrubbing di tail gas scrubbing akan menghasilkan ZA cair. Reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut :
Selain menggunakan pelarut untuk proses scrubbing, pada tail gas scrubber
di gunakan juga filter gas untuk menyaring kembali gas yang akan di buang
atau di lepaskan ke atmosfer berupa packing ring dan demister. Packing ring
dan demister di letakkan tersusun dalam tail gas scrubber yang di awali
dengan packing ring di bagian bawah dan demister di atasnya. Di harapkan
dengan adanya packing ring dan demister, partikulat yang ada di dalam gas
dapat tertahan dan tidak terlepas bersama udara ke atmosfer. Selain itu ada
juga spray air yang di letakkan pada bagian atas tail gas scrubber tepatnya
di atas demister yang bertujuan untuk melarutkan partikulat yang tertahan
pada packing ring dan demister agar jatuh ke dasar tail gas scrubber. Hasil
bawah tail gas scrubber berupa liquor di masukkan ke dalam seal tank dan
hasil atas berupa gas langsung di buang atau di lepaskan ke atmosfer.
18
tank di jaga tetap over flow bertujuan agar sampah yang terdapat di dalam
seal tank dapat keluar bersama luapan air dan tidak menyumbat pompa.
14. Cyclone
Cyclone merupakan alat yang di gunakan untuk memisahkan padatan yang
terdapat pada gas yang di hisap oleh blower. Sebelum gas yang di hisap oleh
blower masuk ke dalam scrubbing sistem, terlebih dahulu gas masuk ke
dalam cyclone untuk di pisahkan antara padatan dan gas. Padatan yang telah
di pisahkan oleh cyclone dari gas yang di hisap oleh blower, di kirim
kembali ke sistem produksi untuk di recycle. Padatan tersebut di kirim ke
pugmil untuk di campur kembali dengan bahan baku padat. Sedangkan
untuk gas hasil pemisahan, di umpankan ke dalam scrubbing sistem untuk
proses pembersihan lebih lanjut.
19
Kandungan Sulfur (%) 10 %
Gambar
20
membuang padatan tersebut. Untuk alat-alat lain, sebagian besar di
kendalikan oleh operator melalui central control room (CCR) walaupun tetap
harus ada operator yang mengecek secara langsung di lapangan setiap waktu.
1. Pengendalian level
Untuk pengendalian bahan baku padat di lakukan pada hopper, dimana pada
hopper terpasang slink yang dapat membaca level di dalamnya. Jika level
dalam hopper sudah penuh, conveyor yang digunakan untuk mentransfer
bahan baku dari gudang dipindah ke hopper yang lain untuk mengisi bahan
baku yang lain. Selain itu, keluaran dari hopper juga di atur, sehingga jumlah
bahan baku padat yang di butuhkan sesuai dengan bahan baku padat yang di
keluarkan oleh hopper. Hal itu di kontrol dengan adanya penimbang pada
conveyor keluaran hopper sehingga berat bahan baku yang keluar dari hopper
dapat diketahui dan jumlah keluarannya dapat diatur. Untuk pengendalian
bahan baku cair dilakukan di reaktor pre-neutralizer dimana pada reaktor
terpasang level radar sehingga ketinggian cairan di dalam reaktor dapat tetap
di jaga.
21
3. Pengendalian Temperatur
Untuk mengukur temperatur pada unit produksi phonska IV menggunakan
thermocouple yang dilapisi oleh thermowell. Hal tersebut dilakukan agar
thermocouple tidak mudah rusak karena terkena cairan. Oleh karena itu
thermowell digunakan untuk melindungi thermocouple dari kontak langsung
dengan cairan sehingga thermocouple dapat lebih awet atau bertahan lebih
lama.
4. Pengendalian Tekanan
Untuk mengetahui basar kecilnya tekanan menggunakan pressure indikator.
Untuk mengendalikan tekanan, pada unit produksi phonska IV menggunakan
pressure gage.
5. Pengendalian pH
Untuk mengetahui pH atau membaca pH sehingga pH dapat dikendalikan,
pada unit produksi phonska IV menggunakan pH meter. Hampir semua alat
yang digunakan pada proses produksi phonska IV sudah berjalan secara
otomatis. Contohnya pada pH meter, jika pembacaan pada pH meter
menunjukan nilai pH yang tidak sesuai dengan batasan pH yang sudah
ditetapkan atau diatur, valve yang terhubung dengan sensor pada pH meter
akan otomatis membuka atau menutup. Jika Valve tersebut mengalirkan
bahan baku asam, maka saat pH tidak sesuai dengan tetapan yang telah di
tentukan valve akan membuka untuk menurunkan pH dan akan menutup
untuk menaikan pH.
22
Hal tersebut dilakukan dengan melakukan pengujian di labarotorium PKG
dengan laboratorium Sucofindo, yang keduanya telah ter-akreditasi oleh
Komite Akreditasi Nasional (KAN). Selain itu, pihak PT. Petrokimia Gresik
juga melakukan survei secara langsung dilapangan untuk mengetahui
bagaimana pendapat konsumen tentang produk mereka.
1.8 Utilitas
Utilitas II PT. Petrokimia Gresik merupakan satu bagian dalam pabrik II yang
bertugas untuk menangani distribusi power (dalam hal ini listrik), bahan baku
(yang meliputi amonia (NH3), asam fosfat (H3PO4), steam, udara tekan (plant
air dan instrument air), dan air), dam air proses bagi seluruh unit produksi di
pabrik II.
Unit utilitas berfungsi untuk memenuhi kebutuhan penunjang pabrik agar
pabrik dapat beroperasi. Unit utilitas produksi II meliputi:
1. Unit Penyediaan air.
2. Unit penyediaan tenaga listrik.
3. Unit penyediaan bahan baku.
4. Unit penyediaan bahan bakar.
5. Unit penyediaan uap.
6. Unit penyediaan udara tekan dan instrument.
BAB II
TUGAS KHUSUS
EVALUASI KINERJA ROTARY DRYER 22-M-362
23
Dikarenakan adannya kondisi pandemic (covid-19), Pelaksanaan Kerja
praktik di PT.Petrokimia yang dilaksanakan selama 2 bulan dimulai pada
tanggal 01 Maret 2020 hingga 31 April 2020 terpaksa diberhentikan pada
tanggal 31 Maret 2020. Sehingga sesuai dengan kebijakan prodi dan
kebijakan petrokimia, pelaksanaan kerja praktik dilanjutkan dengan study
literatur dengan sumber (Coulson, JM & Richadson.1980), (Henderson &
Perry.1955), (Husnabilqis,Chitra.2016), (Mc Cabe,W.L., and J. C. Smith.
1993) dan (Mujumdar, Arun S.1987). Adapun untuk mendukung teori,
didapatkan data dari laporan Kerja Praktik dan Central Control Room (CCR)
produksi Phonska IV.
Salah satu proses penting dalam pembuatan produk pupuk Phonska IV adalah
proses pengeringan. Pengeringan bertujuan untuk mengeringkan produk
Pupuk Phonska keluaran granulator dari kadar air 2-4% menjadi Phonska
dengan kadar air maksimal 1,5%, hal ini dikarenakan jika produk masih
basah, akan terjadi sumbat di proses screening unit, yang akan mengurangi
efisiensi alat yang digunakan. Bahan baku Pembuatan pupuk phonska sendiri
dipisahkan menjadi dua, yaitu bahan baku cair yang terdiri dari asam fosfat,
asam sulfat, dan ammonia. Dan bahan baku padat yang terdiri dari urea, ZA,
KCl, dan filler. Proses pengeringan produk di Departemen Produksi II B
PT.Petrokimia Gresik menggunakan alat pengering yaitu rotary dryer 22-M-
362 yang digunakan untuk mengeringkan padatan Phonska dari kadar air 2-3
% menjadi kadar air maksimal 1,5%, pengeringan ini dilakukan dengan
bantuan udara pengering yang disuplai dari combution chamber (furnace)
dengan arah co-current. Alat ini terdiri dari sebuah selongsong berbentuk
silinder horizontal yang berputar, sedikit miring kebawah membentuk sudut
dengan bidang dasar sekitar 5° dengan kecepatan putar 3,5 rpm.
Adapun Klasifikasi dari alat Rotary Dryer 22-M-362 Pabrik Pupuk Phonska
IV antara lain :
1. Fungsi : Pengeringan granul
2. Kapasitas : 350 ton/jam
24
3. Dimensi : 3,8 m (D); 30,8 m (L)
4. Bahan : Carbon Steel with refractory lining
5. Tekanan desain : 1,004 atm
6. Temperatur desain : 300oC
7. Jumlah :1
8. Vendor : INCRO/ComSpain
9. Gambar :
Granul hasil proses granulasi diumpankan melalui feeder yang berada pada
sudut dryer. Umpan masuk pada ujung bagian silinder yang lebih tinggi akan
keluar sebagai produk pada ujung bagian silinder yang lebih rendah. Udara
panas masuk ke dalam dryer melalui dryer chamber yang dihembuskan
searah masuknya umpan (co-current). Dipilih aliran searah atau co-current
bertujuan untuk menjaga bentuk dari padatan granul agar tidak rusak/pecah.
25
melalui dryer cyclone dihisap oleh exhaust fan, gas langsung menuju
scrubbing system sebelum dibuang ke atmosfer.
Di dalam rotary dryer terjadi proses pengeringan produk dari kadar 2-3%
menjadi produk dengan kadar air maksimal 1,5%. Produk pupuk NPK
Phonska harus sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan oleh
perusahaan, salah satunya adalah spesifikasi kadar air dalam produk.
2.2. Tujuan
Tujuan evaluasi kinerja dari rotary dryer, diantaranya :
1. Mengetahui nilai efisiensi thermal pada rotary dryer yang didasarkan pada
neraca massa dan neraca panas rotary dryer.
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan dan kinerja
rotary dryer.
26
1. Mengurangi biaya transportasi.
2. Memudahkan penanganan bahan selanjutnya.
3. Meningkatkan nilai guna suatu bahan agar dapat memberikan hasil
yang baik pada suatu penggunaan (pengawetan bahan).
4. Mengurangi bahaya korosi.
Untuk mempelajari proses pengeringan padatan sangat tergantung pada
mekanisme internal aliran cairan atau kondisi luar, yaitu :
1. Temperatur.
2. Humidity.
3. Aliran Udara.
4. Keadaan tiap partikel.
5. Keseragaman tiap partikel.
6. Kontak antar permukaan padatan basah.
27
menurun. Setelah kenaikan suhu terjadi pada seluruh bagian bahan, maka
akan terjadi pergerakan air secara difusi dari bahan ke permukaannya dan
seterusnya, proses penguapan pada permukaan bahan diulang lagi. Akhirnya
setelah air bahan berkurang, tekanan uap air bahan akan menurun sampai
terjadi keseimbangan dengan udara sekitarnya. Peristiwa yang terjadi selama
pengeringan meliputi dua proses yaitu :
1. Proses perpindahan panas, yaitu proses menguapkan air dari dalam bahan
atau proses perubahan bentuk cair ke bentuk gas.
2. Proses perpindahan massa, yaitu proses perpindahan massa uap air dari
permukaan bahan ke udara. Proses pengeringan pada bahan dimana udara
panas dialirkan dapat dianggap suatu proses adiabatis. Hal ini berarti
bahwa panas yang dibutuhkan untuk penguapan air dari bahan hanya
diberikan oleh udara pengering tanpa tambahan energi dari luar. Ketika
udara pengering menembus bahan basah sebagian panas sensibel udara
pengering diubah menjadi panas laten sambil menghasilkan uap air.
28
penguapan sebagian besar tergantung pada keadaan sekeliling bahan,
sedangkan pengaruh bahannya sendiri relatif kecil. Laju pengeringan akan
menurun seiring dengan penurunan kadar air selama pengeringan. Jumlah air
terikat makin lama semakin berkurang. Perubahan dari laju pengeringan tetap
menjadi laju pengeringan menurun untuk bahan yang berbeda akan terjadi
pada kadar air yang berbeda pula. Pada periode laju pengeringan menurun
permukaan partikel bahan yang dikeringkan tidak lagi ditutupi oleh lapisan
air. Selama periode laju pengeringan menurun, energi panas yang diperoleh
bahan digunakan untuk menguapkan sisa air bebas yang sedikit sekali
jumlahnya. Laju pengeringan menurun terjadi setelah laju pengeringan
konstan dimana kadar air bahan lebih kecil daripada kadar air kritis. Periode
laju pengeringan menurun meliputi dua proses yaitu :
29
hy (T – Tw) A
mv = ………………………………….......................... (1)
λw
Dimana:
mv= laju penguapan.
A = luas permukaan .
T = Temperatur udara .
Bila udara mengalir tegak lurus dengan permukaan zat padat, koefisien
perpidahan kalor dapat ditaksir dengan persamaan dimensional (Mc Cabe.
1993:780) :
ℎ𝑦 = 24,2 G 0,37 ………………………………………........................ (2)
Dimana:
G = kecepatan massa, lb/𝑓𝑡 2 jam
30
1. Suhu yang digunakan.
2. Kelembaban relatif udara.
3. Kecepatan dan arah aliran udara.
4. Waktu pengeringan.
Kemampuan untuk menguapkan air akan bertambah cepat dengan naiknya
suhu dan panas yang diperlukan untuk menguapkan air. Suhu udara pada
proses pengeringan tidak hanya berpengaruh pada waktu pengeringan tetapi
juga berpengaruh pada kualitas hasil pengeringan. Untuk mendapatkan biaya
pengeringan tetapi juga berpengaruh pada kualitas hasil pengeringan. Untuk
mendapatkan biaya pengeringan yang rendah pada kapasitas pengeringan
yang tinggi biasanya digunakan suhu setinggi-tingginnya dengan catatan
pada suhu ini sifat bahan tidak berubah.
31
pengering serta cara pemindahan panas dari sumber alat pemanas ke bahan
yang dikeringkan
32
fisik udara yang mengandung uap air. Dalam operasi pengeringan, air
merupakan cairan yang teruapkan sedangkan udara biasanya digunakan
sebagai pembawa uap air tersebut. Untuk operasi pengeringan, Humidity
Chart atau Psychrometric Chart berguna untuk menentukan sifat-sifat
psikrometrik udara pengering. Psychrometric Chart pada tekanan atmosferik
sendiri dapat dilihat pada gambar 6.
33
3. Udara saturasi. Merupakan campuran udara kering dengan uap air dimana
jumlah uap air di dalam udara sudah maksimum (udara berada dalam
keadaan jenuh).
4. Kelembaban (Humidity Specific humidity/ Humidity ratio).
Di definisikan sebagai massa uap air dalam satu massa udara kering.
Selain kelembaban, suhu dan tekanan pada suatu udara juga berpengaruh
sebagai acuan dalam penentuan volume molar. Adapun keadaan dari udara
sendiri dibagi menjadi 2 diantaranya adalah:
1. Keadaan Standar
Kondisi dengan suhu 0 °C dan tekanan 1 atm disebut keadaan standar dan
dinyatakan dengan STP (Standard Temperature and Pressure).
PV = nRT……………………………………………………………….(4)
dimana:
P = tekanan (atm)
V = volume gas (liter)
n = jumlah mol (mol)
2. Keadaan Kamar
34
Kondisi pengukuran gas pada suhu 25 °C dan tekanan 1 atm
disebut keadaan kamar dan dinyatakan dengan RTP (Room Temperature
and Pressure).
PV = nRT………………………………………………………………(5)
dimana:
P = tekanan (atm)
V = volume gas (liter)
n = jumlah mol (mol)
R = tetapan gas = 0,082 L atm/mol K
T = 25 °C = 298 K
𝑛𝑅𝑇
𝑉=
𝑝
1 𝑚𝑜𝑙 ×0,082 𝐿𝑎𝑡𝑚/𝑚𝑜𝑙 𝐾×298𝐾
𝑉=
1 𝑎𝑡𝑚
𝑣 = 24,4 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟
(https://naneyan.wordpress.com)
(100 – 𝑚1 )
𝑚𝑘 = x 𝑚𝑏 .............................................................................(6)
100
Dimana :
35
Sedangkan untuk mencari pengurangan kadar air dari suatu bahan dapat
dilakukan dengan menggunakan dua cara yaitu menggunakan basis basah
atau menggunakan basis kering. Pengurangan air dengan menggunakan
basis basah dapat dituliskan pada persamaan:
......................................................................(7)
Dengan 𝑀𝑤𝑏 adalah kadar air basis basah (%), 𝑤0 adalah massa awal
bahan (kg), sedangkan 𝑤𝑑 adalah massa akhir bahan (kg).
Sistem Aliran Massa pada Rotary Dryer sendiri dapat dilihat pada gambar
dibawah ini
M1 M3
Rotary Dryer
M2 M4
Dimana :
M1 = laju alir bahan basah masuk (kg/jam).
M2 = laju alir udara panas masuk (kg/jam).
M3 = laju alir udara panas dan uap air keluar (kg/jam).
M4 =laju alir bahan kering keluar (kg/jam).
36
[R.input] = massa/laju masuk ke dalam system
[R.output] = massa/laju keluar dari system
[R.generation] = massa/laju senyawa baru yang terbentuk dari
reaksi kimia yang terjadi dalam system
[R.consumption] = massa/laju yang berubah menjadi senyawa lain
karena reaksi kimia
[R.accumulation] = massa/laju yang berubah selama periode waktu
tertentu
Untuk proses kimia steady state, akumulasi sama dengan nol sehingga
persamaan neraca massa menjadi :
Jika komponen tidak reaktif atau pada neraca total, maka generasi dan
konsumsi = 0, sehingga didapatkan :
[R input] = [R output]
37
a. Neraca Massa Over All (Neraca Massa Total)
Merupakan neraca massa dimana semua komponen bahan masuk dan
keluar dihitung dari proses awal sampai akhir dan merupakan satu
kesatuan unit.
b. Neraca Massa Komponen
Merupakan neraca massa yang perhitungannya berdasarkan atas satu
komponen bahan masuk saja.
(Husnabilqis, Chitra 2016:8-9)
Adapun Manfaat dan kegunaan neraca massa dalam teknik kimia adalah:
38
b. Reaksi kimia yang bersifat endotermis (membutuhkan panas), maka
energi yang dihasilkan disebut sebagai energi yang terkonsumsi oleh
sistem.
Dimana,
1) EP = Energi potensial, akibat posisi objek relatif terhadap bidang
datum (bidang referensi).
2) EK = Energi Kinetik, akibat gerakan objek.
3) U = Internal Energi, akibat gerakan molekuler di dalam bahan.
4) W = Work atau Kerja yang dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
a) Shaft work =kerja turbin. Contoh : turbin air, pompa,kompresor.
b) Kerja yang hilang karena gesekan atau friksi. Contoh = friksi di
permukaan pipa.
5) Q = Heat atau panas.
39
Sistem non alir dianggap terjadi di dalam alat-alat proses, misal alat
penukar panas, reaktor, dan alat-alat transfer massa lainnya. Pada
sistem ini, biasanya EP dan EK <<< Q dan W, sehingga EP dan EK
dapat diabaikan dan NP menjadi :
ΔU + ΔPV = Q -W
DH =ΔU + ΔPV = Q -W
DH = Q -W
H2 – H1 = Q – W……………...…………...……………..(9)
Untuk beberapa proses, biasanya nilai W sangat kecil, Sehingga :
H2 – H1 = Q = ΔH……………….………..……………………..(10)
Dengan,
H1 = Entalpi arus masuk (titik satu)
H2 = Entalpi arus keluar (titik dua)
Sedangkan macam-macam perubahan entalpi (panas) diantaranya
adalah:
a. Sensible (panas yang bisa dirasakan perubahan suhunya)
Kapasitas panas (cp) = banyaknya panas yang dibutuhkan untuk
menaikkan suhu setiap satuan massa setiap satuan suhu. Untuk
padatan dan gas, Cp merupakan fungsi suhu.
b. Laten ( panas perubahan fase dengan suhu tetap)
1) Panas peleburan ( dari fase padat menjadi cair)
2) Panas sublimasi ( dari fase padat menjadi gas )
3) Panas kondensasi ( dari fase gas menjadi cair )
4) Panas penguapan (dari fase cair menjadi gas)
c. Reaksi (panas yang dihasilkan atau dibutuhkan pada proses
yang melibatkan reaksi kimia). Macam-macam entalpi reaksi :
1) Heat of reaction
2) Heat of formation
3) Heat of combustion
40
Sistem aliran panas pada rotary dryer sendiri dapat dilihat pada gambar 8.
Qloss
Q1 Q2
Rotary Dryer
Q3 Q4
Dimana :
Q1 = Panas bahan basah masuk (kJ/jam).
Q2 = Panas bahan kering keluar (kJ/jam).
Q3 = Panas udara masuk (kJ/jam).
Q4 = Panas udara keluar (kJ/jam).
Qloss = Laju alir panas yang hilang (kg/jam).
41
𝑄 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑠𝑒𝑟𝑎𝑝
Efisiensi thermal = 𝑄 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑠𝑢𝑝𝑙𝑎𝑖 × 100%....................................(11)
𝑄 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 − 𝑄𝑙𝑜𝑠𝑠
= × 100%..................................(12)
𝑄 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟
Dimana Qloss yaitu panas yang hilang sebagian karena panas yang dibawa
oleh udara panas tidak terserap sempurna oleh umpan.
4. Air Teruapkan
Pada saat terjadi proses pengeringan, akan terjadi proses penguapan. laju
penguapan air dalam pengeringan sendiri sangat ditentukan oleh kenaikan
suhu dan perbedaan tekanan uap air pada udara dengan tekanan uap air
pada permukaan bahan yang dikeringkan. Tekanan uap jenuh ini
ditentukan oleh besarnya suhu dan kelembaban relatif udara. Semakin
tinggi suhu, kelembaban relatifnya akan turun sehingga tekanan uap akan
naik dan sebaliknya. Jika mula-mula bahan sangatlah basah bila
dikontakkan dengan udara yang relatif kering maka akan terjadi
penguapan air yang ada pada permukaan bahan tersebut. Adapun dalam
proses pengeringan menggunakan rotary dryer besaran kecepatan massa
air teruapkan dapat dihitung dengan rumus:
Sedangkan, besaran kecepatan massa uap air masuk dalam produk dapat
dicari dengan rumus :
Kecepatan massa uap air dalam udara masuk = Kecepatan massa udara
masuk – kecepatan udara kering masuk…………………………...…..(14)
Besaran kecepatan massa uap air dalam udara keluar, dapat dicari dengan
rumus :
Kecepatan massa uap air dalam udara keluar = Kecepatan massa air
teruapkan + kecepatan massa uap air masuk dalam udara……....…….(15)
42
2.3.5 Klasifikasi Pengeringan
Pengeringan dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu pengeringan
berdasarkan kondisi operasi dan pengeringan berdasarkann perpindahan
panasnya.
1. Pengeringan berdasarkan kondisi operasinya
Pengeringan berdasarkan kondisi operasinya dibagi dua, yaitu
pengeringan yang beroperasi secara batch dan pengeringan yang
beroperasi secara continue.
b. Continue
Bahan yang akan dikeringkan dan udara pengering keduanya dialirkan
secara terus-menerus dengan laju tertentu di dalam pengering. Macam-
macam alat pengering continue :
1) Pengering Terowongan (tunnel dryer)
Menurut coulson and richardson (1998:922) dimana baki atau troli
bergerak perlahan melalui terowongan Panjang dan pengeringan
berlangsung pada arus udara hangat biasannya digunakan untuk
mengeringkan gelatin lilin paralfin, sabun, tembikar, batu-bata,
keramik dan bahan lain yang dikeringkan dengan agak lambat tetapi
jumlahnya besar. Adapun pengering terowongan jenis counter
countercurrent dan co-current dapat dilihat melalui gambar dibawah
ini.
43
Gambar 9. Pengering Terowongan (tunnel dryer) (Sumber : coulson
and richardson 1998:923)
44
Gambar 10. Pengering Putar (rotary dryer) (Sumber : coulson and
richardson 1998:924)
3) Pengering Roto-Louvre
Pengeringan ini merupakan modifikasi dari rotary dryer dimana
udara dialirkan melalui tumpukan bahan yang akan dikeringkan.
Bagian luarnya terdiri dari sebuah bejana silindris dan bagian
dalamnya terdapat susunan plat tirus saling tumpang seperti yang
dapat dilihat pada gambar 10. Pada operasi pengeringan secara
berdasarkan aliran bahan dan udara panas dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu :
a) Counter-current, apabila antara bahan dan udara arah alirannya
berlawanan. Dapat digunakan untuk bahan yang tahan akan
suhu tinggi seperti batu kapur, pasir tanah liat, dan lain-lain.
b) Co-current, apabila antara bahan dan udara alirannya searah.
Untuk bahan yang tidak kuat pada suhu tinggi, hal ini
dikarenakan akan terjadi kerusakan.
45
Pengeringan dengan bahan yang akan dikeringkan dikontakkan secara
langsung dengan media pengering. Media pengering yang digunakan
dapat berupa udara hasil pembakaran ataupun hasil pemanasan udara
dengan alat pemanas.
b. Pengeringan indirect (pengeringan tidak langsung atau non adiabatik)
Pengeringan dengan panas berpindah menuju bahan dari medium luar
atau melalui rambatan panas (konduksi) pada dinding logam atau
radiasi. Dalam pengerin ini gas indirect yang harus dikeluarkan adalah
uap air/uap zat pelarut. Gas panas dimana gas tersebut dikontakkan
langsung dengan zat padat yang dikeringkan.
Jenis Rotary Dryer berdasarkan cara kontak antara zat yang akan dikeringkan
dengan udara pengering ada 3 macam :
46
1. Direct Rotary Dryer, zat padat dikontakkan langsung dengan gas sebagai
udara pengering.
2. Indirect Rotary Dryer, zat padat dikontakkan dengan gas panas yang
mengalir melalui mantel luar.
3. Direct-indirect Rotary Dryer, gas panas terlebih dahulu dilewatkan
melalui mantel luar dan kemudian masuk ke selongsong, dimana gas
tersebut kontak langsung dengan zat padat yang dikeringkan.
Media pemanas yang digunakan dalam Rotary Dryer biasanya berupa gas
panas atau udara panas yang alirannya dapat terjadi secara searah dengan
bahan yang akan dikeringkan (co-current) atau berlawanan arah dengan
bahan yang akan dikeringkan (counter-current).
47
5. Temperatur udara masuk tergantung dari jumlah air yang harus diuapkan
dan dikendalikan berdasarkan temperatur udara keluar dryer.
6. Peralatan pelengkap rotary dryer adalah lump crusher di tengah shell sisi
keluaran, dan grizzly sepanjang 800 mm yang dilengkapi rangka besi
membentuk sudut pengangkat bongkahan produk dan memasukkannya ke
crusher.
7. Gas dari rotary dryer mengalir melaluri dryer cyclone, dihisap oleh dryer
exhaust fan, gas langsung ke srubbing system sebelum dibuang ke
atmosfer.
2.5. Metode
Data yang diperoleh untuk perhitungan neraca massa, neraca panas, efisiensi
thermal dengan dua cara, yaitu pengamatan langsung di lapangan dan study
literature.
Pengamatan secara langsung di lapangan diperoleh dari :
1. Central Control Room (CCR) produksi Phonska IV.
2. Departemen Perencanaan dan Pengendalian.
3. Laboratorium Produksi II B.
48
Gambar 12. Sistem Aliran Rotary Dryer di Phonska IV
Adapun, data suhu udara panas, suhu phonska serta kadar air phonska yang
masuk dan keluar pada rotary dryer Pabrik Ponska IV yang diambil pada
tanggal 6 Maret 2020 hingga 12 Maret 2020 dapat dilihat pada tabel dibawah
ini :
49
Total produk phonska IV per jam = 85 ton/jam = 85.000 kg/jam.
Temperatur udara masuk = 33 °C.
Kadar air granul phonska IV masuk rata–rata = 2 %.
Kadar air granul phonska IV keluar rata–rata = 0,85 %.
Humidity udara masuk = 80 %.
Temperatur udara panas masuk = 207,77 °C.
Temperatur udara panas keluar = 90,85 °C.
Temperatur granul phonska IV masuk = 78,42 °C.
Temperatur granul phonska IV keluar = 86,42 °C.
Cp solid/padatan (phonska) = 1,381 kJ/kgoC.
2.6. Langkah Perhitungan
Dengan menggunakan data lapangan yang telah diperoleh, selanjutnya
dilakukan perhitungan sebagai berikut :
1. Menyusun Neraca Massa.
Untuk Perhitungan neraca massa rotary dryer menggunakan data debit udara
masuk rotary dryer, massa total produk phonska IV per jam, rata-rata kadar air
granul phonska IV yang masuk dan rata-rata kadar air granul phonska IV yang
keluar serta besaran humidity udara masuk. dengan persamaan :
50
c. Kecepatan Massa udara kering keluar.
d. Kecepatan Massa uap air keluar dalam udara.
e. Kecepatan Massa produk Terikut cylone (debu).
Sedangkan massa terakumulasi nilainya 0, karena alat dianggap dalam
keadaan steady state.
Q = M x Cp air x Dt………………………………………………....(20)
Dimana :
Q = besaran panas (Kg/jam).
M = massa (kg).
51
Cp = massa jenis ( kJ/kgoC).
Dt = selisih suhu (t1-t2) (oC).
b. Panas Laten
Q = M x λ……………………………………………………………(21)
Dimana
Q = besaran panas (Kg/jam).
M = massa (kg).
λ = Kalor lebur benda (kJ/kgoC).
3. Menghitung thermal efisiensi Rotary Dryer dan Heat loss Rotary dryer.
Perhitungan thermal efisiensi rotary dryer didapatkan dari hasil total panas
masuk rotary dryer yang sudah dikurangi dengan panas yang hilang selama
proses pengeringan, dibagi dengan besaran total panas keluar. Sedangkan
perhitungan Heat loss rotary dryer didapatkan dari hasil panas yang hilang
dibagi panas yang masuk pada rotary dryer.
𝑄 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘−𝑄𝑙𝑜𝑠𝑠
Efisiensi Panas = × 100%.................................(22)
𝑄 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘
𝑄𝑙𝑜𝑠𝑠
Heat Loss = ×
𝑄 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘
100%..........................................(23)
52
Rate Rate
Komponen Komponen
(kg/jam) (kg/jam)
= 75,92 %
53
Nilai Heat loss Rotary dryer
Menggunakan persamaan 23, maka dapat diperoleh hasil sebagai berikut :
𝑄𝑙𝑜𝑠𝑠
Heat Loss = × 100%
𝑄 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘
6.371.865,84
= × 100%
26.470.946,98
= 24 %
2.7.2 Pembahasan
Rotary dryer merupakan alat pengering yang digunakan untuk mengeringkan
granul phonska sehingga spesifikasinya sesuai dengan tuntutan pasar.
Pengeringan sendiri merupakan proses pengambilan sejumlah kecil air dari
bahan yang akan dikeringkan melalui penguapan dengan menggunakan
panas. Mekanisme pengeringannya sendiri adalah dengan prinsip
perpindahan panas dan perpindahan massa, dimana ketika suatu bahan yang
akan dikeringkan menerima panas dari udara sekitar, akan mengakibatkan
suhu pada bahan menjadi naik sehingga tekanan uap pada bahan lebih tinggi
daripada tekanan uap pada udara sekitar, hal inilah yang menyebabkan proses
perpindahan massa dari permukaan bahan ke udara sekitar dalam bentuk uap
air yang menyebabkan kadar air pada bahan menurun.
54
dialirkan secara terus menerus, selain itu dryer juga menggunakan udara
pengering dengan arah co-current. penggunaan arah co-current bertujuan
untuk menjaga bentuk dari padatan granul agar tidak pecah/rusak.
Penggunaan alat Rotary dryer harus di evaluasi secara berkala agar mampu
mengeringkan granul phonska secara optimal. Evaluasi ini dilakukan dengan
cara menghitung nilai effisiensi thermal yang didasarkan pada perhitungan
neraca massa dan neraca panas. Perhitungan neraca massa dan neraca panas
didasarkan dari hukum kekekalan massa dan hukum kekekalan energi, selain
itu mengingat dalam pengeringan sendiri menggunakan udara kering sebagai
media pembawa uap air maka penggunaan grafik psikometrik atau humadity
chart diperlukan.
Merujuk pada tabel 5, diketahui bahwa neraca massa yang didapatkan antara
total komponen masuk dan total komponen keluar adalah balance, yaitu
sebesar 158.510,45 kg/jam. Selain neraca massa, diketahui pula bahwa nilai
neraca panas juga balance dimana panas masuk adalah 26.470.946,98 kJ/jam,
panas keluar sebesar 20.099.081,14 kJ/jam dan panas yang hilang (Qloss)
sebesar 6.371.865,84 kJ/jam seperti yang dapat dilihat pada tabel 6.
Akumulasi panas yang dibutuhkan untuk menurunkan kadar air dalam bahan
merupakan parameter untuk mengetahui efisiensi thermal rotary dryer.
Perubahan jumlah panas yang masuk dan keluar rotary dryer mempengaruhi
efisiensi thermal rotary dryer. Semakin banyak panas yang dibawa keluar
produk di rotary dryer maka efisiensi thermal semakin tinggi dan kehilangan
panas (Qloss) semakin kecil.
Merujuk pada persamaan 22 dan 23 didapatkan hasil heat loss dryer sebesar
24 % dan effisiensi thermal rotary dryer sebesar 75,92 % dimana berada di
atas standart minimum thermal efficiency dryer yaitu 65% (Proceedings,
NPK Fertilizer Production Alternatives, 1998). Hal ini menunjukkan bahwa
rotary dryer di pabrik Pupuk Phonska PT Petrokimia Gresik masih memiliki
kemampuan yang baik dalam mengeringkan granul Phonska. Angka tersebut
menunjukkan bahwa penyerapan panas pada rotary dryer tergolong cukup
55
effisien dan masih layak digunakan. Adapun besaran effisiensi yang tidak
mencapai 100 % dikarenakan adanya panas yang hilang kelingkungan,
kehilangan panas diakibatkan :
1. Adanya kebocoran atau kemungkinan masuknya udara luar kedalam dryer
yang kemudian membawa panas dari dalam dryer.
2. Adanya panas yang diserap oleh diding dryer, dimana terjadi perpindahan
panas dari dalam dryer hingga dinding dryer dan perpindahan panas
konveksi yaitu perpindahan panas dari dinding dryer ke lingkungan
Semakin kecil nilai heat loss dryer maka semakin besar nilai effisiensi
thermal. Effisiensi thermal sendiri dapat ditingkatkan dengan cara
meningkatkan putaran rotary dryer, karena dengan meningkatkan putaran
rotary dryer menyebabkan effisiensi terhadap dinding rotary dryer semakin
besar dan kehilangan panas karena kontak dengan rotary dryer semakin kecil,
sehingga effisiensi thermal semakin tinggi.
Dari sini, kita dapat mengetahui hal yang mempengaruhi pengeringan serta
kinerja rotary dryer. Proses pengeringan dipengaruhi suhu udara panas inlet
dryer dimana semakin tinggi suhu yang digunakan maka semakin cepat waktu
yang diperlukan. Namun selain itu, pengaruh suhu yang digunakan juga
memengaruhi kualitas produk. Besaran suhu yang digunakan untuk
mengeringkan padatan granul phonska pada rotary dryer 22-M-362 adalah
207,77 ℃ hal ini sesuai dengan teori mengenai system kinerja dryer bahwa
uap hingga suhu kisaran 200℃ akan mampu memanaskan bagian dalam
drum.
56
Yang ketiga yaitu besar laju alir fluida atau udara masuk ke rotary dryer,
dimana semakin besar laju alir fluida maka semakin cepat pula waktu
pengeringan yang dibutuhkan, hal ini dikarenakan pemindahan massa uap air
dari bagian bahan ke permukaan lebih cepat. Lalu yang terakhir adalah
besaran kadar air pada bahan. Semakin besar kandungan kadar air maka
semakin lama pula waktu pengeringan dibutuhkan. Sedangkan pengaruh
kinerja rotary dryer pada pengeringan sendiri dipengaruhi oleh besaran
kecepatan putaran serta effisiensi alat itu sendiri.
BAB III
KESIMPULAN
3.1. Kesimpulan
Setelah mengamati, mempelajari, mengevaluasi, dan menganalisa proses
pengeringan pada unit produksi Phonska IV pada alat rotary dryer 22-M-362,
maka dapat diambil kesimpulan :
1. Heat loss rotary dryer 22-M-362 unit produksi Phonska IV sebesar 24 %,
Sedangkan Effisiensi thermal sebesar 75,92 %. maka rotary dryer tersebut
masih layak dan baik untuk digunakan.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan dan kinerja rotary dryer :
a. Suhu udara panas inlet dryer.
Semakin tinggi suhu yang digunakan maka semakin cepat pula waktu
pengeringan yang diperlukan. Namun selain itu, pengaruh suhu yang
digunakan juga memengaruhi kualitas produk.
b. Kelembaban relatif udara.
Semakin tinggi kelembaban pada udara maka waktu yang digunakan
untuk melakukan pengeringan semakin lama.
c. Laju alir fluida.
57
Semakin besar laju alir fluida maka semakin cepat pula waktu
pengeringan yang dibutuhkan, hal ini dikarenakan pemindahan massa
uap air dari bagian bahan ke permukaan lebih cepat
d. Kadar air padatan inlet dryer.
Semakin besar kandungan kadar air maka semakin lama pula waktu
pengeringan dibutuhkan.
3.2 Saran
Perlu adanya evaluasi terhadap rotary dryer rutin sebulan sekali untuk
menjaga kualitas produk padatan pupuk dan efisiensi thermal tetep optimum
pada batas yang diinginkan sehingga penggunaan energi menjadi lebih
optimal.
58
DAFTAR PUSTAKA
Coulson, JM & Richadson, JF. 1980. Chemical Engineering, vol 2., Pergamon
Press, London.
http://www.petrokimia-gresik.com/Pupuk/Visi.Misi.dan.Budaya.Perusahaan
diakses pada 18 maret 2020
https://naneyan.wordpress.com/2011/09/15/volume-molar-gas-dalam-keadaan-
standar-dan-keadaan-kamar/ diakses pada 17 maret 2020
Husnabilqis Chitra. 2016. Tugas Khusus. Analisa Effisiensi Thermal Dryer pada
pabrik pupuk Phonska IV PT.Petrokimia Gresik. Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Perry, R.H & Green. 1999. Perry’s Chemical Engineer’s Handbook, 7th ed,. Mc
Graw-Hill, New York
60
Neraca Massa Rotary Dryer
Besaran kandungan kadar H2O pada umpan masuk Rotary dryer menurut data
yang diperoleh adalah sebesar 2%, sehingga dapat diketahui bahwa kandungan
phonska adalah 98% didapatkan dari 100% -2%. Sedangkan besaran Kandungan
kadar H2O pada produk yang keluar dari Rotary Dryer menurut data yang
diperoleh adalah sebesar 0,85 %, sehingga dapat diketahui bahwa kandungan
phonska keluar adalah 99,15% didapatkan dari 100% - 0,85%. Adapun system
aliran Rotary Dryer dapat digambarkan seperti dibawah ini.
H2O , 1% debu
61
b. Perhitungan Laju Alir Massa Umpan Masuk Rotary Dryer
laju alir massa umpan masuk rotary dryer sama dengan besar laju alir massa
produk keluar yaitu sebesar 84.277,50 kg/jam
2
= ( ) x 84.277,50 kg/jam
98
= 1.719,95 kg/jam
= 997,45 kg/jam
62
BM udara kering
ρ udara kering = V
28,951 gr⁄mol
=
25,055 l/mol
= 1,1555 gr/l
= 1,1555 kg/m3
= 0,8654 m3
𝑀𝑢𝑘+𝑀𝑎𝑖
ρ udara masuk =
𝑉𝑢𝑘+𝑉𝑎𝑖
1+0,026
=
0,8654+0,026
= 1,1510 kg/m3
= 70.675,44 kg/jam
laju alir massa udara kering keluar nilainya sama dengan laju alir udara
kering yang masuk, yaitu 70.675,44 kg/jam
63
laju alir massa uap H2O pada = laju alir massa udara masuk - laju alir
udara masuk massa udara kering masuk
= 1.837,56 kg/jam
laju alir massa uap H2O dalam = laju alir massa air teruapkan + laju alir
udara keluar massa uap H2O dalam udara masuk
= 2.835,01 kg/jam
Rate Rate
Komponen Komponen
(kg/jam) (kg/jam)
64
Neraca Panas Rotary Dryer
Qloss
o
Q1,Tf = 78,42 oC Q2,Tp = 86,42 C
Rotary Dryer
o o
Q3,Ti = 207,77 C Q4,To = 90,85 C
Untuk mencari nilai kapasitas panas atau Cp udara dan Cp air dilakukan
perhitungan interpolasi berdasarkan dengan suhu yang diketahui.
1. Perhitungan untuk mencari nilai Cp udara
a. Pada suhu 90,85 oC = 363,85 K
350 K
1,0090 kJ/kgoC
363,85 K
o
x kJ/kg C 400 K
o
1,0140 kJ/kg C
65
b. Pada suhu 207,77 oC = 480,77 K
450 K
1,0207 kJ/kgoC
480,77 K
o
x kJ/kg C 500 K
o
1,0295 kJ/kg C
76,67 oC
4,191 kJ/kgoC
78,42 oC
o
x kJ/kg C 82,22 oC
o
4,195 kJ/kg C
66
b. Pada suhu 86,42 oC
82,22 oC
o
4,195 kJ/kg C
86,42 oC
o
x kJ/kg C 87,78 oC
o
4,199 kJ/kg C
87,78 oC
o
4,199 kJ/kg C
90,85 oC
o
x kJ/kg C 93,33 oC
o
4,204 kJ/kg C
67
d. Pada suhu 207,77 oC
204,4 oC
o
4,467 kJ/kg C
207,77 oC
o
x kJ/kg C 232,2 oC
o
4,585 kJ/kg C
Dari perhitungan yang sudah dilakukan, maka diperoleh nilai Cp udara dan
Cp air pada masing-masing suhu adalah sebagai berikut :
Cp udara pada suhu : 90,85 = 1,0104 kJ/kgC
207,77 = 1,0261 kJ/kgC
68
Untuk mencari nilai panas laten (λ) maka dilakukan perhitungan interpolasi
berdasarkan dengan suhu yang diketahui, yaitu pada suhu 86,42 oC.
86 oC
2.292,3 kJ/kgoC
86,42 oC
o
x kJ/kg C 87 oC
o
2.290,2 kJ/kg C
87 − 86,42 2.290,2 − 𝑥
87 − 86 = 2.290,2 − 2.292,3
0,58 2.290,2 − 𝑥
1 = −2,1
2.290,2 − 𝑥 = −1,218
𝑥 = 2.290,2 + 1,218
𝑥 = 2.290,59 kJ/kgoC
Dari perhitungan yang sudah dilakukan maka diperoleh panas laten sebesar :
λ (panas laten) = 2.290,59 kJ/kg (sumber : NIST Steam Table)
69
b. Perhitungan Panas Produk Kering Yang Keluar Rotary Dryer (Q2)
Panas pada air = m air x Cp air x dT
= 722,50 kg/jam x 4,1980 kJ/kgoC x (86,42 - 25) oC
= 186.291,20 kJ/jam
= 1.505.050,97 kJ/jam
70
d. Perhitungan Panas Udara Kering Keluar Rotary Dryer (Q4)
Panas air pada udara = 2.835,01 kg/jam x 4,2018 kJ/kgoC x (90,85 - 25) oC
Keluar = 784.408,464 kJ/jam
Q5 = Panas penguapan
= 2.284.746,66 kJ/jam
71
NERACA PANAS ROTARY DRYER
= 75,92 %
= 24 %
72
LAMPIRAN 2
73
LAMPIRAN 3
74
LAMPIRAN 4
75
LAMPIRAN 5
76
LAMPIRAN 6
77
LAMPIRAN 7
78
LAMPIRAN 8
79