Anda di halaman 1dari 75

“PERHITUNGAN JUMLAH KEBUTUHAN BATUBARA SEBAGAI

BAHAN BAKAR BOILER PADA PROSES PENGOLAHAN PUPUK NPK


DI PT. ARTHA GITA SEJAHTERA”

KARYA AKHIR

Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam mengikuti ujian akhir guna


mendapatkan gelar Ahlimadya Politeknik Teknologi Kimia Industri Medan

Oleh:
INES IVAWANI BR GINTING

NIM : 16 01 016

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI

JURUSAN TEKNIK KIMIA

2019
BIODATA MAHASISWA

A. DATA PRIBADI
1. Nama Lengkap : Ines Ivawani Br Ginting
2. NIK : 1206126605980001
3. NIS (Nomor Induk Siswa Nasional) : 9985190042
4. Tempat, Tanggal Lahir : Berastepu, 26 Juni 1999
5. Jenis Kelamin : Perempuan
6. Agama : Kristen Protestan
7. Program Studi : Teknik Kimia
8. Jalur Pendaftaran : Bebas Testing
9. Kewarganegaraan : Indonesia
10. Jenis Pendaftaran : Reguler
11. Mulai Semester : I (Satu)
12. Alamat : Desa Berastepu
13. No. Telepon : 081387004211
14. E-mail : inesivawani.ginting@gmail.com
15. Jenis Tinggal : Bersama Orangtua
16. Alat Transportasi :-

B. Data Orang Tua/Wali


1. AYAH
a. Nama : Matius Ginting
b. NIK : 1206121009710002
c. Tempat, Tanggal Lahir : Berastepu, 10 September 1971
d. Pendidikan : SLTA
e. Pekerjaan : Petani
2. IBU
a. Nama : Ratna Br Sembiring
b. NIK : 1206126505700001
c. Tempat, Tanggal Lahir : Berastepu, 25 Mei 1970
d. Pendidikan : SLTA
e. Pekerjaan : Petani
3. WALI
a. Nama :-
b. NIK :-
c. Tempat, Tanggal Lahir :-
d. Pendidikan :-
e. Pekerjaan :-
ABSTRAK

PT. Artha Gita Sejahtera Medan merupakan perusahaan yang bergerak


dalam produksi pupuk NPK. Pupuk NPK merupakan pupuk majemuk yang
memiliki tiga unsur hara dalam penyusunnya yaitu N, P dan K. Salah satu tahap
dalam proses pembuatan pupuk NPK yaitu proses granulasi yang membutuhkan
steam yang berasal dari boiler. Boiler (ketel uap) adalah alat yang berfungsi untuk
mengubah air menjadi uap atau steam. Boiler merupakan bejana tertutup dimana
panas pembakaran dialirkan ke air hingga terbentuk uap air atau steam. Jenis
boiler yang digunakan di PT. Artha Gita Sejahtera adalah fire tube boiler. Bahan
bakar yang digunakan adalah batubara. Dari hasil perhitungan yang telah
dilakukan maka dapat diperoleh bahwa jumlah bahan bakar yang dibutuhkan
untuk mengubah air umpan sebanyak 9.087,72 kg/jam menjadi steam adalah
846,063307 kg/jam. Hasil dari analisa dan perhitungan dari nilai kalor bahan
bakar batubara nilai kalor bawah atau Lower Heating Value (LHV) yaitu sebesar
23.852,3975 kJ/Kg dan nilai kalor atas atau Higher Heating Value (HHV) ialah
sebesar 24.759,8375 kJ/Kg. Berdasarkan hasil perhitungan jumlah bahan bakar
batubara yang dibutuhkan maka dapat diketahui total panas yang dibutuhkan
boiler untuk mengubah air menjadi steam adalah 20.180.638,3 kJ/Jam.
Kata kunci : Batubara, Boiler, fire Tube Boiler, Nilai kalor, Higher Heating
Value, Lower Heating Value, Pupuk NPK.

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan berkat dan kasih-Nya, sehingga penulisan Karya Akhir ini
dapat diselesaikan dengan baik.

Adapun maksud dan tujuan Karya Akhir ini merupakan salah satu
persyaratan yang harus dipenuhi dalam mencapai derajat Ahli Madya Diploma
Tiga ( D-III ) di Politeknik Teknologi Kimia Industri ( PTKI ) Medan.

Selanjutnya penulis juga mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak


yang telah memberikan bantuan dan dorongan selama penulisan Karya Akhir ini,
terutama :

1. Bapak Ir. H. Mansyur, M.Si selaku Direktur Politeknik Teknologi Kimia


Industri.
2. Bapak Pembantu Direktur I, II, dan III Politeknik Teknologi Kimia Industri
Medan.
3. Ibu Mahyana, SE. selaku Kepala Sub Bagian Administrasi Akademik
Kemahasiswaan dan Kerjasama Politeknik Teknologi Kimia Industri Medan.
4. Ibu Maulidna, ST, M.Si dan Ibu Ratna Kristina Tarigan, ST, M.Si, selaku
Ketua dan Sekretaris Program Studi Teknik Kimia.
5. Ibu Yenny Sitanggang, ST., MT selaku Pembimbing I dan Ir. Jenni, MT
selaku Pembimbing II yang telah membantu penulis dalam memberikan
arahan dan dukungan sehingga penulisan Karya Akhir ini dapat terselesaikan.
6. Ibu Gimelliya Saragih, ST. M.Si selaku Dosen Wali yang telah banyak
memberikan motivasi kepada penulis.
7. Bapak/Ibu Dosen PTKI Medan yang telah membagikan ilmunya kepada
penulis selama mengikuti perkuliahan.
8. Pihak Industri PT. Artha Gita Sejahtera Medan yang telah memberikan
kesempatan kepada saya sehingga Karya Akhir ini dapat terselesaikan dengan
baik.

iii
9. Terimakasih kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda Matius Ginting dan
Ibunda Ratna Br Milala yang telah memberikan dukungan moral dan materi,
motivasi serta doa kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terimakasih
kepada kakak tercinta Nela Efri Nensi Br Ginting dan juga adik-adik tercinta
Etania Br Ginting dan Argintama Ginting yang memberikan semangat kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan Karya Akhir ini.
10. Bapak Kiflidar, Bapak Asril Sako dan Bapak Imam selaku pembimbing
Praktek Kerja Lapangan.
11. Teruntuk Rahma Adelia Br Sitepu, Chia Barus, Magda br Tarigan, Billy
Prima Milala, Superenda Ginting, Abdi Suranta Ginting, Asima Putri
Simamora, Kajelina Sirait, Marlina, Desma Simbolon dan Lestari Br Surbakti
yang selalu mendukung dan membantu penulis pada masa perkuliahan
berlangsung, mendampingi dan memberi semangat kepada penulis dalam
menyelesaikan Karya Akhir ini.
12. Terimakasih kepada teman-teman dan keluarga besar PMS PTKI Medan dan
KMK PTKI Medan yang selalu menjadi penyemangat sewaktu perkuliahan.
13. Terimakasih kepada teman-teman stambuk 2016 Politeknik Teknologi Kimia
Industri (PTKI) Medan terkhusus kepada teman-teman sekelas penulis TK-A
yang memberikan banyak motivasi saat penyusunan Karya Akhir ini.

Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih. Semoga Karya Akhir
ini bermanfaat bagi kita semua terutama bagi Mahasiswa PTKI Medan.

Medan, September 2019

Penulis

( INES IVAWANI BR GINTING )


16 01 016

iv
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................... i

ABSTRAK ............................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ............................................................................ iii

DAFTAR ISI ........................................................................................... v

DAFTAR TABEL ................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................. ix

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang .................................................................. 1


1.2. Rumusan Masalah ............................................................ 4
1.3. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ........................................ 4
1.3.1. Tujuan Penelitian .................................................... 4
1.3.2. Manfaat Penelitian .................................................. 4

BAB 2. KAJIAN PUSTAKA

2.1. Pupuk NPK .......................................................................... 5

2.2. Produk NPK PT. Artha Gita Sejahtera Medan .................... 11

2.3. Pupuk NPK 12:12:17:2......................................................... 12

2.4. Proses Pembuatan Pupuk Npk di PT. Artha Gita Sejahtera

Medan .................................................................................. 13

2.5. Boiler ................................................................................... 16

2.6. Air Umpan Boiler ................................................................ 17

2.7. Karakteristik Air Umpan Boiler........................................... 20

v
2.8. Pengolahan Air Umpan Boiler............................................ 22

2.9. Jenis-Jenis Boiler ................................................................ 27

2.10. Bahan Bakar Boiler ........................................................... 29

2.11. Efesiensi Boiler.................................................................. 31

2.12. Mekanisme Sistem Penyuplai Panas Pada Boiler ............... 33

2.12.1. Mekanisme Penyuplai Udara .................................... 33

2.12.2. Pengaturan Penyuplai Udara ..................................... 33

2.13. Proses Terbentuknya Steam .............................................. 34

2.14. Jenis-jenis Steam ............................................................... 35

2.15. Blowdown pada Boiler....................................................... 36

2.12. Kajian Penelitian yang Relevan ........................................ 37

2.13. Kerangka Konseptual ......................................................... 41

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................. 41

3.2. Pengumpulan Data .............................................................. 41

3.2.1. Materi ........................................................................ 41

3.2.2. Metode ...................................................................... 42

3.3. Analisa Data ....................................................................... 42

BAB 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Pengamata.........................................….................…. 43

4.2. Analisa Data ...................…..........................................…... 44

vi
4.3. Tabulasi Data ................................................................….. 50

4.4. Pembahasan .....................................................................… 51

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ....................................................................... 52

5.2. Saran ................................................................................. 52

DAFTAR PUSTAKA

vii
DAFTAR TABEL
Halaman

1. Spesifikasi Setiap Bahan Baku Serta Pupuk NPK .................................. 10

2. Produk Pupuk NPK PT. Artha Gita Sejahtera ........................................ 11

3. Persyaratan Air Ketel Pada Berbagai Tekanan Kerja ............................. 19

4. Persyaratan Air Ketel Pada Berbagai Tekanan Kerja ............................. 19

5. Data Pengamatan Operasional Boiler Persatuan Jam............................ 43

6. Hasil Blowdown pada Boiler................................................................. 44

7. Komposisi Briket Batubara................................................................... 44

8. Heat Capacities of Water.............................…..................................... 46

9. Tabulasi Data.....................................................…............................... 50

viii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Pupuk Urea ............................................................................................. 5

2. SP36 (Super Phospate)............................................................................ 6

3. KCl (Kalium Klorida) ............................................................................ 8

4. Proses Pembuatan Pupuk NPK ............................................................... 13

5. Boiler Jenis Pipa Api .............................................................................. 28

6. Boiler Jenis Pipa Air ............................................................................... 29

7. Kerangka Konseptual ............................................................................. 40

ix
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pupuk NPK merupakan salah satu jenis pupuk majemuk yang
kandungan unsur utamanya terdiri dari tiga unsur hara sekaligus. Pupuk ini
merupakan unsur makro yang sangat mutlak dibutuhkan tanaman. Sesuai
dengan namanya, unsur unsur tersebut terdiri dari unsur N (nitrogen), P
(fosfor), K (kalium). Unsur NPK ini adalah unsur penting yang membantu
tanaman melangsungkan serangkaian proses pertumbuhan. Jika tanaman
kekurangan salah satu unsur hara, maka dapat dipastikan pertumbuhan
tanaman akan terhambat.
PT. Artha Gita Sejahtera merupakan salah satu industri pengolah
pupuk NPK. Pupuk NPK merupakan hasi olahan dari pencampuran bahan
bahan yang sudah ditentukan dengan formulasi tertentu yang kemudian di
bentuk menjadi granul dengan cara membasahi bahan bahan dalam alat
granulator. Pada tahap pembentukan granul ini sangat dibutuhkan steam.
Steam tersebut akan digunakan pada granulator untuk membentuk granul.
Boiler merupakan suatu pesawat uap yang mampu menghasilkan
uap dengan cara memberikan kalor hasil pembakaran pada sejumlah air
sehingga berubah menjadi uap. Boiler sering juga sebut sebagai pesawat
koversi yang mengkonversi energi kimia dari bahan bakar menjadi energi
panas. Untuk mendapatkan steam yang sesuai degan kebutuhan, boiler
sangat dipengaruhi oleh sistem-sistem penunjangnya. Misalnya sistem
pembakaran, sistem pengontrolan, dan sistem uampan air lainnya. Kurang
sempurnanya operasi pendukung dapat mengakibatkan kerusakan pada
komponen-komponen boiler dan peralatan yang menggunakan steam dari
boiler. Steam pada boiler merupakan hasil dari air umpan yang dipanaskan
hingga berubah fasa menjadi steam.
Air umpan adalah air yang disuplai ke boiler untuk dirubah
menjadi steam. Air yang digunakan untuk air umpan boiler dapat

1
2

diperoleh dari air sungai, air tersebut tidak sama walaupun menggunakan
sumber air sejenis, ini karena dipengaruhi oleh kandungan asam mata air
tersebut. Namun air dari sumber-sumber tersebut harus diolah terlebih
dahulu, karena air umpan boiler yang digunakan untuk menghasilkan
steam ini harus tidak mengandung mineral-mineral atau garam-garam
(biasanya berupa garam bikarbonat, klorida, sulfat, nitrat, kalsium sulfat,
karbonat, dan silikat) yang bisa menyebabkan pengendapan, korosi, carry
over, dan terbentuknya kerak di dalam boiler. Sedangkan sistem air umpan
adalah sistem penyediaan air secara otomatis untuk boiler sesuai dengan
kebutuhan steam. Ada dua sumber air umpan, yaitu:
 Kondensat : steam yang telah berubah fasa menjadi air (mengembun
 Air make up : air baku yang sudah diolah
Boiler adalah bejana tertutup dimana panas pembakaran dialirkan
ke air sampai terbentuk air panas atau steam. Air panas atau steam pada
tekanan tertentu kemudian digunakan untuk mengalirkan panas ke suatu
proses. Air adalah media yang berguna dan murah untuk mengalirkan
panas ke suatu proses. Jika air dididihkan sampai menjadi steam,
volumnya akan meningkat sekitar 1.600 kali, menghasilkan tenaga yang
menyerupai bubuk mesiu yang mudah meledak, sehingga boiler
merupakan peralatan yang harus dikelola dan dijaga dengan sangat baik.
Sistem boiler terdiri dari: sistem air umpan (feed water system),
sistem steam (steam system)dan sistem bahan bakar (fuel system).
1. Sistem air umpan (feed water system) menyediakan air untuk boiler
secara otomatis sesuai dengan kebutuhan steam. Berbagai kran
disediakan untuk keperluan perawatan dan perbaikan.
2. Sistem steam (steam sistem) mengumpulkan dan mengontrol produksi
steam dalam boiler. Steam dialirkan melalui sistem pemipaan ke titik
pengguna. Pada keseluruhan sistem, tekanan steam diatur
menggunakan kran dan dipantau dengan alat pemantau tekanan.
3. Sistem bahan bakar (fuel sistem) adalah semua peralatan yang
digunakan untuk menyediakan bahan bakar untuk menghasilkan panas
3

yang dibutuhkan. Peralatan yang diperlukan pada sistem bahan bakar


tergantung pada jenis bahanbakar yang digunakan pada sistem. Sistem
yang lain adalah penggunaan economizer untuk memanaskan awal air
umpan menggunakan limbah panas pada gas buang, untuk
mendapatkan efisiensi boiler yang lebih tinggi.
Proses pembakaran adalah proses reaksi kimia antara bahan bakar
dan oksidator dengan melibatkan pelepasan energi dalam bentuk
panas. Pembakaraan merupakan bagian sangat penting dalam kegiatan
industri yang memanfaatkan bahan bakar sebagai sumber energi. Dasar
dari terjadinya api (proses pembakaran) pada boiler merupakan
pertemuan dari 3 unsur yaitu bahan bakar (Fuel), panas (Heat) dan
udara (Oxygen). Hal ini disebut juga tiga elemen dasar api. Bahan
bakar yang digunakan di PT. Artha Gita Sejahtera Medan adalah
batubara.
Mengingat ketersediaan batubara sebagai bahan bakar cukup
melimpah serta harganya relatif murah dan mudah dideperoleh maka
penulis tertarik mengambil judul tugas Karya Akhir tentang :

“PERHITUNGAN JUMLAH KEBUTUHAN BATUBARA


SEBAGAI BAHAN BAKAR BOILER PADA PROSES
PENGOLAHAN PUPUK NPK DI PT. ARTHA GITA
SEJAHTERA”
4

1.2. Rumusan Masalah


1. Berapakah jumlah batubara yang dibutuhkan sebagai bahan bakar
boiler proses pengolahan pupuk NPK di PT. Artha Gita Sejahtera?
2. Berapakah panas yang dibutuhkan untuk menghasilkan steam pada
boiler?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1.3.1. Tujuan Penelitian
a. Mengetahui banyaknya batubara yang dibutuhkan sebagai
bahan bakar boiler untuk menghasilkan steam yang
dibutuhkan pada unit proses pengolahan pupuk NPK di PT.
Artha Gita Sejahtera.
b. Mengetahui jumlah panas yang dibutuhkan pada boiler untuk
menghasilkan steam yang dibutuhkan.
1.3.2. Manfaat Penelitian
a. Memberikan gambaran mengenai banyaknya batubara yang
digunakan sebagai bahan bakar untuk menghasilkan steam
yang dibutuhkan pada unit proses pengolahan pupuk NPK di
PT. Artha Gita Sejahtera.
b. Mengetahui jumlah panas yang yang digunakan untuk
menghasilkan steam yang digunakan dalam pengolahan pupuk
NPK.
BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Pupuk NPK


1. Urea (Amonium Carbamide)

Gambar 2.1. Pupuk Urea

Pupuk urea, disebut juga pupuk nitrogen (N), memiliki


kandungan nitrogen 46%. Urea dibuat dari reaksi antara amoniak
dengan karbon dioksida dalam suatu proses kimia menjadi urea padat
dalam bentuk prill (ukuran 1-3 mm) atau granul (ukuran 2-5 mm)
yang keduanya diproduksi oleh Pupuk Kaltim. Urea prill paling
banyak digunakan untuk segmen tanaman pangan dan industri,
sedangkan urea granul lebih cocok untuk segmen perkebunan,
Meskipun dapat juga untuk tanaman pangan. Pupuk Urea dipasarkan
dan dijual dengan merek dagang Pupuk Indonesia. Produk urea
berwarna pink.
Deskripsi Pupuk Urea :
a. Rumus kimia CO(NH2)2
b. Pupuk Urea adalah pupuk yang dibuat dari percampuran gas
amoniak (NH3) dan gas asam arang (CO2).
c. Pupuk Urea mengandung 46% N. Jadi tiap 100 kg pupuk Urea
mengandung 46 kg Nitrogen.

5
6

d. Pupuk Urea berbentuk kristal, warnanya beragam antara lain putih


dan merah muda (bersubsidi).

Sifat–sifat Pupuk Urea :


a. Pupuk Urea bersifat higroskopis, sehingga pupuk urea ini mudah
larut dalam air dan mudah diserap tanaman.
b. Reaksinya sedikit asam.
c. Selain mudah larut dalam air, juga mudah terbakar oleh sinar
matahari.

2. SP36 (Super Phospate)

Gambar 2.2. SP36 (Super Phospate)

Mengandung 36% fosfor dalam bentuk P2O5.pupuk ini terbuat dari


fosfat alam dan sulfat. Berbentuk butiran dan berwarna abu-abu. Sifatnya
agak sulit larut dalam air dan bereaksi lambat sehingga selalu digunakan
sebagai pupuk dasar. Reaksi kimianya tergolong netral, tidak higroskopis
dan bersifat membakar. Pupuk SP36 pilihan terbaik untuk memenuhi
kebutuhan tanaman akan unsur hara fosfor karena keunggulan yang
dimilikinya, kandungan hara fosfor dalam bentuk tinggi yaitu sebesar
36%, unsur hara fosfor yang terdapat dalam pupuk SP36 hampir
seluruhnya larut dalam air, tidak mudah menghisap air, sehingga dapat
disimpan cukup lama dalam kondisi penyimpanan yang baik.
7

Deskripsi Pupuk Super Phospate:


a. Rumus kimia P2O5.
b. Pupuk SP36 adalah pupuk yang dibuat dari asam sulfat (belerang) dan
fosfat alam.
c. Pupuk SP36 mengandung 36% P dalam bentuk P2O5 (fosfat). Jadi tiap
100 kg pupuk SP36 mengandung 36 kg Fosfor (P).
d. Kadar P2O5 larut dalam air minimal 30 %.
e. Kadar air maksimal 5 %.
f. Pupuk SP36 berbentuk butiran besar, warnanya abu-abu.

Sifat-sifat Pupuk Super Phospate:


a. SP36 bersifat tidak higroskopis, sehingga dapat disimpan lama walau
kelembapan udara tinggi.
b. Reaksi kimianya tergolong netral.
c. Walau sifatnya mudah larut dalam air namun reaksinya lambat,
sehingga sangat cocok digunakan untuk pupuk dasar pada tanaman
semusim.
d. Mudah terbakar oleh sinar matahari.
8

3. Kalium Klorida (KCl)

Gambar 2.3. KCl (Kalium Klorida)

Pupuk KCl adalah pupuk yang sangat berguna untuk


meningkatkan hasil tanaman melalui fungsinya yang mampu
membantu pertumbuhan organ-organ generatif seperti biji, buah, dan
bunga. Fungsi pupuk KCl tersebut diperoleh dari senyawa K2O yang
terkandung di dalamnya. Berikut ini kami paparkan mengenai
kandungan, manfaat, dan fungsi pupuk KCl bagi tanaman.

Kandungan pupuk KCl terdiri dari 2 zat yaitu zat hara dan zat
pembawa. Karena pupuk KCl dapat ditemukan dengan banyak jenis,
maka perbandingan antara zat hara dan zat pembawanya pun berbeda-
beda. Namun secara umum, saat ini yang ramai ditemui adalah pupuk
KCl 80 yang memiliki kandungan zat hara sebesar 60% dan zat
pembawa sebesar 40%. Hal ini berarti dalam 100 kg KCl terdapat 60
kg zat hara (K2O) dan 40 kg zat pembawa.
Hara yang terkandung dalam pupuk KCl adalah hara kalium
yang dapat diserap tanaman dalam bentuk senyawa K2O. Sebelum
dapat diserap, pupuk KCl pada tanah akan terlebih dahulu terurai
menjadi senyawa K2O dan ion Cl. K2O bermanfaat untuk
pertumbuhan dan penguat daya tahan tanaman terhadap penyakit,
sedangkan ion Cl justru merugikan tanaman jika diberikan dalam
jumlah berlebih.
9

Deskripsi Pupuk KCl :


a. Rumus kimia KCl
b. Pupuk KCl adalah pupuk yang dibuat dari ekstraksi mineral
Kalium.
c. Pupuk KCl mengandung 60% K dalam bentuk K2O.
d. Pupuk KCl berbentuk bubuk atau serbuk, warnanya merah.

Sifat–sifat Pupuk KCl :


a. Bersifat higroskopis, mudah larut dalam air dan mudah diserap
tanaman.
b. Unsur kloridanya bersifat toksik (racun) bagi tanaman tertentu
seperti wortel dan kentang.
c. Dapat digunakan sebagai pupuk dasar (Meldeana, dkk,2017)
10

Tabel 2.1. Spesifikasi Setiap Bahan Baku Serta Pupuk NPK

No. Jenis Pupuk Spesifikasi Bahan


1. Ukuran granular : 2 – 5 mm
NPK Kadar air : maksimal 2%

2. Rumus kimia : CO(NH2)2


Density : 1,32 g/cm3
Melting point : 132,7 – 135 °C
Urea Kadar nitrogen : 46%
Ukuran : 1 – 3,35 mm
Kadar air : maksimal 0,5%
Bentuk : prill

3. Rumus kimia : KCl


Density : 1984 Kg/cm3
Photasium Melting point : 775 °C
Cloride Ukuran : 150 µm – 1,18 mm
Kadar air : maksimal 1%
Bentuk : powder

4. Berat molekul : 40,32


Spesifik gravity : 3,65
MgO Titik leleh : 2800 °C
Boiling point : 3600 °C
Density : 3,6 g/cm3

Sumber : Arnelia, 2011


11

2.2. Produk NPK PT. Artha Gita Sejahtera Medan


PT. Artha Gita Sejahtera merupakan salah satu pabrik yang
memproduksi pupuk NPK. Pupuk NPK yang di produksi memiliki beberapa
variasi atau macam seperti yang terlihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Jenis produk pupuk NPK PT. Artha Gita Sejahtera

No. Jenis Produk Spesifikasi Produk


1. % kadar air ( %w ) 2%
Total nitrogen ( %w ) 15%
Total P2O5 15%
NPK 15:15:15 Total P2O5 larut dalam air 13%
Total K2O 15%

2. % kadar air ( %w ) 2%
Total nitrogen ( %w ) 16%
Total P2O5 16%
NPK 16:16:16 Total P2O5 larut dalam air 14%
Total K2O 16%

3. % kadar air ( %w ) 2%
Total nitrogen ( %w ) 12%
Total P2O5 12%
NPK 12:12:17:2 Total P2O5 larut dalam air 10%
Total K2O 17%
Total MgO 2%

4. % kadar air ( %w ) 2%
Total nitrogen ( %w ) 27%
Total P2O5 6%
NPK 12:6:27 Total K2O 27%

Sumber : PT. Artha Gita Sejahtera.2018


12

2.3. Pupuk NPK 12:12:17:2


Pupuk NPK 12:12:17:2 merupakan pupuk majemuk yang
mengandung 3 unsur hara bahan penyusun utamanya, yaitu Nitrogen 12%,
Phospate 12%, dan Potassium 17% dan unsur penyusun lainnya adalah clay.
Clay adalah tanah liat berbentuk halus seperti tepung yang berfungsi
sebagai perekat dalam pembentukan granul pada pembuatan pupuk NPK.
Dengan formulasi khusus untuk tanaman kelapa sawit yang masih belum
menghasilkan. Mempercepat laju pertumbuhan tanaman kelapa sawit untuk
menjadi tanaman yang menghasilkan.
NPK 12:12:17:2 yang di desain khusus untuk tanaman perkebunan
mempunyai sistem gradual release (keluar secara bertahap) yang cocok
untuk tanaman perkebunan khususnya untuk tanaman yang masih dalam
pertumbuhan dan belum berbuah. Pemeliharaan tanaman yang optimal akan
menentukan pertumbuhan dan produktivitas pada masa tanaman di
lapangan. Kultur teknis yang paling utama pada saat pembibitan adalah
pemupukan.
Pupuk NPK 12:12:17:2 memiliki manfaat bagi tanaman yaitu:

a. Mempercepat pertumbuhan tanaman, pembentukan anakan, tinggi


tanaman dan lebar daun.
b. Menjadikan daun tanaman lebih hijau sehingga menjamin
berlangsungnya proses fotosintesis dengan baik.
c. Merangsang pertumbuhan akar tanaman.
d. Meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan hama dan
penyakit.
e. Meningkatkan kandungan protein, gula dan minyak/lemak tanaman.
f. Memperbesar ukuran biji dan buah.
13

2.4. Proses Pembuatan Pupuk NPK di PT. Artha Gita Sejahtera


Proses pembuatan pupuk NPK di PT. Artha Gita Sejahtera Mabar,
KIM 1 Medan dapat dijelaskan pada Gambar 2.4 :

Boiler

N,P,K,TE steam

Mixer
Granulator Dryer

Bat ching
plant

Cooler

Chain Over Rotex


Gudang Crusher
Size

Vibrator
screen

Packing
Fines

Gambar2.4. Proses Pembuatan Pupuk NPK


Sumber : PT. Artha Gita Sejahtera Medan
14

1. Batching
Batching plant adalah tempat atau pabrik yang dibangun secara
khusus untuk proses pengadukan bahan material dengan takaran besar,
sesuai fungsi masing-masing dari tipe mutu yang telah ditetapkan.
Batching plant merupakan alat yang berfungsi untuk mencampur atau
memproduksi bahan dalam produksi yang besar. Batching plant digunakan
agar produksi bahan tetap dalam kualitas yang baik, sesuai standar yang
diharapkan. Alat ini digunakan untuk mencampur partikel-partikel yang
berukuran padat dan halus.
2. Mixer (Pencampuran)
Di mixer bahan baku di campurkan dan di aduk-aduk sampai
merata dan homogen. Mixer yang digunakan dilengkapi dengan pengaduk
untuk membantu homogenitas pencampuran. Pemilihan jenis pengaduk
yang digunakan berdasarkan pada pertimbangan sesuai untuk proses
karena murah dan dapat menangani cairan dari segi viskositasnya.
3. Granulator
Dalam proses granulasi terjadi di granulator material padat yang
telah ditimbang dan material recycle masuk ke granulator dan steam di
injeksi ke dalam granulator. Material dalam granulator akan tergranulasi,
menjadi material granule basah dengan diameter 1 mm, 2-4 mm dan lebih
besar dari 5 mm. Material ini kemudian akan masuk ke dryer.
4. Boiler
Boiler adalah bejana tertutup dimana panas pembakaran dialirkan
ke air sampai berbentuk steam dan kemudian akan di injeksikan ke
granulator untuk membentuk granule. Tekanan steam dari boiler ke
granulator adalah sebesar 6,5 bar.
5. Dryer (Pengeringan)
Material granule dari granulator akan dikeringkan oleh udara panas
di dalam dryer. Suhu dan kapasitas alir udara panas akan di kontrol secara
otomatis oleh furnace controller. Agar efesiensi pengeringan naik, bagian
dryer yang diangkat dipasang pada bagian dalam dryer dan knocker
15

dipasang di luar dryer untuk anti kerak di dalam drum. Pada sesi ini, akan
dipasang seperator (pemisah) dryer cyclone dan section fan. Untuk
menghisap udara basah dan debu, sehingga kelembaban dan debu pada
semi-produk akan berkurang saat masuk cooler.
6. Cooler (Pendingin)
Di dalam cooler, material pupuk NPK dari dryer akan dikontakkan
dengan udara pendingin dihumidifikasi untuk menurunkan suhu. Untuk
menaikkan efesiensi pendingin, bagian yang diangkat dipasang di dalam
cooler. Pada sesi ini akan di pasang cooler cyclone separator dan suction
fan untuk menghisap udara basah dan debu sehingga semi-produk tidak
berdebu dan kelembaban pada material lebih jauh akan dikurangi
kemudian masuk sesi saringan (rotex). Material setelah proses pendingin
tidak hanya untuk disimpan dan dapat mencegah caking (penggumpalan)
saat transportasi.
7. Rotex (Saringan)
Setelah dari cooler, material pupuk NPK yang masuk ke dalam
rotex akan disaring dan memisahkan produk yang mempunyai ukuran
yang besar dan ukuran yang kecil. Ukuran mesh rotex adalah 6-7 mm.
8. Vibrator Screen (Pengayakan)
Setelah dari rotex, kemudian produk pupuk NPK masuk ke
vibrator screen untuk di ayak untuk memisahkan produk pupuk NPK yang
under size memiliki ukuran <2 mm, over size >5 mm. Produk yang
diprolehkan harus memiliki ukuran 2-5 mm tiap butirnya.
9. Chain Crusher
Chain Crusher sama dengan alat Hammer Mill adalah alat yang
digunakan untuk menghancurkan partikel-partikel yang berukuran besar
menjadi partikel-partikel yang berukuran kecil. Setelah dihancurkan di
chain crusher maka pupuk NPK akan dikirimkan kembali ke granulator
untuk diolah kembali supaya mendapatkan ukuran yang sesuai atau yang
diinginkan.
16

10. Packing
Packing berfungsi untuk melakukan pengemasan atau pengesakan
produk akhir sesuai berat yang diinginkan Granul yang berukuran seragam
selanjutnya dimasukkan ke dalam karung atau kantung plastik dan
kemudian ditimbang. Ukuran kemasan bermacam-macam tergantung
kebutuhan konsumen. Berat timbangan per sak yang diinginkan adalah
49,8-50,5 kg/sak dan jahitan di sak harus lurus selama proses produksi
berjalan, hal-hal tersebut diatas harus di cek dengan kadar air standart pada
pupuk NPK adalah <3%.
11. Gudang
Gudang adalah tempat produk jadi yang sudah siap dipasarkan.
Bukan hanya produk jadi tetapi juga ada bahan baku yang digunakan pada
pembuatan pupuk NPK yang dibutuhkan.

2.5. Boiler
Boiler merupakan suatu bejana tertutup dimana panas pembakaran
dialirkan ke air hingga terbentuk uap air atau steam. Boiler terdiri dari dua
sistem terpisah. Satu sistem adalah sistem steam-air, yang juga disebut
dengan sisi berair dari boiler. Kedalam sistem ini air dimasukkan, dan
setelah menerima panas yang ditransfer melalui logam pembatas, air
menjadi panas lalu berubah menjadi uap dan meninggalkan sistem dalam
bentuk uap. Bagian lain dari boileradalah sistem bahan bakar-udara-gas
buang, yang disebut dengan bagian berapi dari boiler. Sistem ini
menyediakan panas yang ditransfer ke air. Input dari sistem ini adalah bahan
bakar dan udara pembakaran. Pada sistem ini bahan bakar dan udara
sepenuhnya bercampur dan dibakar didalam tungku pembakaran.
Pembakaran akan mengubah energi kimia dari bahan bakar dan
menghasilkan energi termal atau panas. Tungku pembakaran biasanya
sejajar dengan permukaan transfer panas dalam bentuk tabung-tabung
sirkulasi air dan steam. Tabung-tabung ini menerima panas radiasi dari
pembakaran dan mentrasfernya ke bagian berair boiler. Gas hasil
17

pembakaran yang disebut juga dengan gas buang akan didinginkan dengan
mentransferkan panasnya melalui permukaan perpindahan panas radiasi.
Pada area ini permukaan tersebut tidak kontak langsung dengan api, dan
panas berpindah secara konveksi. Area ini juga disebut dengan permukaan
panas konveksi, yang mendinginkan gas buang yang meninggalkan boiler
dengan mentransferkan panasnya ke bagian berair dari boiler (Dukelow,
1991).

2.6. Air Umpan Boiler


Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup
orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup.Air memiliki karakteristik
yang khas yang tidak oleh senyawa kimia yang lain. Karakteristik tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Pada kisaran suhu yang sesuai bagi kehidupan, yakni 0 oC (32o F) - 100o
C, air berwujud cair. Suhu 0o C merupakan titik beku (freezing point)
dan suhu 100o C merupakan titik didih (boiling point) air.
2. Perubahan suhu air yang berlangsung lambat sehingga air memiliki sifat
sebagai penyimpan panas yang sangat baik.
3. Air memerlukan panas yangtinggi dalam proses penguapan.
4. Air merupakan pelarut yang baik.
5. Air memiliki tegangan permukaan yang tinggi.
6. Air merupakan satu-satunya senyawa yang merenggang ketika
membeku.
Kebutuhan energi dan sistem pemanasan dalam industri umumnya
dipenuhi dengan cara memanfaatkan steam yang dibangkitkan dalam suatu
ketel (boiler). Air yang berasal dari sungai, danau, sumur ataupun air laut
tidak dapat langsung digunakan untuk air umpan ketel. Air yang digunakan
harus diolah terlebih dahulu, karena jika tidak, maka masa pakai ketel akan
berkurang.
Baik air maupun steam cenderung untuk melarutkan sejumlah
material membentuk oksida, hidroksida, hidrat, dan hydrogen. Oleh karena
18

itu diperlukan ada pengendalian terhadap zat-zat kimia yang terkandung


dalam air untuk melindungi peralatan. Pengendalian ini dilakukan dengan
dua tahap, tahap pertama adalah pengolahan air sehingga spesifikasi air
sesuai untuk boiler, kemudian pada tahap kedua gas-gas terlarut didalam air
dihilangkan sehingga air menjadi basa. Dalam prosesnya dari air umpan
menjadi air boiler dan kemudian menjadi steam, air dikondisikan dengan
pemberian senyawa kimia pada tempat-tempat yang tepat untuk mencegah :
pembentukan kerak, korosi, steam yang terkontaminasi.

Air umpan boiler adalah air yang disuplai ke boiler untuk dirubah
menjadi steam. Sedangkan sistem air umpan adalah sistem penyediaan air
secara otomatis untuk boiler sesuai dengan kebutuhan steam. Secara umum
air yang digunakan sebagai air umpan boiler adalah air yang tidak
mengandung unsur yang dapat menyebabkan terjadinya endapan yang dapat
membentuk kerak pada boiler, air yang tidak mengandung unsur yang dapat
menyebabkan korosi terhadap boiler dan sistem penunjangnya dan juga
tidak mengandung unsur yang dapat menyebabkan terjadinya pembusaan
terhadap air boiler.

Hal-hal yang mempengaruhi efisiensi boiler adalah bahan bakar dan


kualitas air umpan boiler.Parameter-parameter yang mempengaruhi kualitas
air umpan boiler antara lain:

1. Oksigen terlarut, dalam jumlah yang tinggi dapat menyebabkan korosi


pada peralatan boiler.
2. Kekeruhan, dapat mengenda pada perpipaan dan peralatan proses serta
mengganggu proses.
3. PH, Bila tidak sesuai dengan standar kualitas air umpan boiler dapat
menyebabkan korosi pada peralatan
4. Kesadahan, merupakan kandungan ion Ca dan Mg yang dapat
menyebabkan kerak pada peralatan serta perpipaan boiler sehingga
menimbulkan local overheating
19

5. Fe, dapat menyebabkan air bewarna dan mengendap disaluran air dan
boiler bila teroksidasi oleh oksigen (Soejardi, 1982).
Oleh karena itu untuk dapat digunakan sebagai air umpan boiler
maka air baku dari sumber air harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu,
karena harus memenuhi persyaratan tertentu sebagai yang diuraikan dalam
Tabel 2.3 :

Tabel 2.3. Persyaratan Air Ketel Pada Berbagai Tekanan Kerja

Recommended Boiler Water Quality (Acceptable Ranges-Saline Recommended Boiler Feedwater


Concentrations) Quality

Pressure Dissolved Suspended Alkalinity Silica Dissolved Hardness


(psi) Solids Solids (ppm of Ph Range Oxygen (ppm of
(ppm) (ppm) CaCO3) (ppm) (ppm or CaCO3)
mg/L)

Psi Bar

5- 0,3-3,45 700-3500 50-100 150-700 8,0- 15-25 <0,03 30


50 10,0

100 6,9 700-2000 10-50 140-500 8,0- 15-25 <0,03 20


10,0

200 13,8 600-1500 5-10 120-400 8,0- 10-20 <0,03 5,0


10,0

300 20,7 500-1000 3-5 100-300 8,2- 7,5-15 <0,005 1,0


9,2

Sumber : (Yammout,2010)
20

2.7. Karakteristik Air Umpan Boiler


1. Anion Kation Terlarut
Distribusi konsentarsi masing-masing jenis anion dan kation sangat
tergantung pada sumber airnya. Anion dan kation terlarut tersebut berasal
dari batu-batuan dan tanah yang larut karena kontak dengan air. Bahan-
bahan yang dapat terkandung dalam air kaena kontaknya dengan batu-
batuan, antara lain: CaCO3, MgCO3, CaSO4, MgSO4, NaCl, Na2SO4, dan
sebagainya. Kandungan dari anion dan kation terlarut ini mempunyai
pengaruh langsung terhadap kesadahan dan alkalinitas air. Kandungan
anion kation yang tinggi akan mempengaruhi kandungan laogam yang
tinggi di dalam air, hal ini akan menyebabkan terjadinya karatan terhadap
alat khusunya pada boiler.(Pesta Hutagol, 2018)
2. pH(Pouvoir Hydrogen)
pH menunjukkan konsentrasi ion hidrogen dalam air. pH ini
digunakan untuk mengetahui tingkat kebasaan dn keasaman air.
Pemahaman konsep dasar mengenai pH erat hubungannya dengan upaya
memahami kimia air. Konsentrasi ion hidrogen bisa ditentukan dengan
pH meter.
3. Pembentukan Endapan
Endapan dalam boiler dapat diakibatkan dari kesadahan air
umpan dan hasil korosif dari sistem kondensat dan air umpan. Kesadahan
air umpan dapat terjadi kurangnya sistem pelunakan. Endapan dan korosi
menyebabkan kehilangan efisiensi yang dapat menyebabkan kegagalan
dalam pipa boiler ketidakmampuan memproduksi steam. Endapan
bertindak sebagai isolator dan memperlambat perpindahan panas.
Sejumlah besar endapan diseluruh boiler dapat mengurangi perpindahan
panas yang secara signifikan dapat menurunkan efisiensi boile. Berbagai
jenis endapan akan mempengaruhi efisiensi boiler secara berbeda- beda,
sehingga sangat penting untuk menganalisis karakteristik endapan.
(UNEP, 2006).
21

4. Kesadahan dan Alkalinitas


Kesadahan dalam air disebabkan oleh adanya kandungan garam-
garam kalsium dan magnesium, kadang-kadang besi dan mangan. Di
dalam analisa air, kandungan kesadahan dinyatakan sebagai mg/l sebagai
contoh CaCO3. Dipilih kalsium karbonat sebagai analisa karena senyawa
ini mempunyai berat molekul 100 dan berta ekuivalen 50 sehingga
mudah untuk dikonversi baik masing-masing ion yang ada didalam air.
Pada alkalinitas kemampuan menetralkan asam ini sehubungan
dengan kehadiran ion bikarbonat (HCO3-), karbonat (CO3-), dan hidroksil
(OH-) serta kadang-kadang kehadiran ion borat, silika, dan fosfat dalam
air. Karena alkanlinitas yang terutama disebabkan oleh ion bikarbonat
(HCO3-), karbonat (CO3-), dan hidroksil (OH-), maka alkalinitas juga
sering dikelmpokkan dalam 3 macam yaitu alkalinitas (OH-alcalinity),
alkalinitas karbonat (CO-alcalinity) dan alkalinitas bikarbonat. Dengan
adanya kation-kation penyebab kesafahan dan logam berat tertentu,
alkalinitas mempunyai andil dalam pembentukan kerak. Oleh sebab itu
dalam parameter kesadahan dan alkalinitas dalam syarat air umpan boiler
tidak pernah ada karena kalau ada akan menyebabkan pembentukan
kerak pada Boiler.(Pesta Hutagol, 2018)
5. Silika
Keberadaan silika dalam air boiler dapat meningkatkan
pembentukan kerak silika yang keras. Silika dapat juga berinteraksi
dengan garam kalsium dan magnesium, membentuk silikat kalsium dan
magnesium dengan daya konduktivitas panas yang rendah. Silika dapat
meningkatkan endapan pada sirip turbin, setelah terbawa dalam bentuk
tetesan air dalam steam, atau dalam bentuk yang mudah menguap dalam
steam pada tekanan tinggi.(Soejardi, 1982).
22

Tabel.2.4. Persyaratan Air Umpan Boiler


Parameter Satuan Pengendalian Batas
Ph Unit 10.5– 11.5

Conductivity µmhos/cm 5000,max


TDS Ppm 3500,max

P– Alkalinity Ppm -
M– Alkalinity Ppm 800,max

O– Alkalinity Ppm 2.5xSiO2,min

T.Hardness Ppm -
Silica Ppm 150,max

Besi Ppm 2,max


Phosphat residual Ppm 20– 50

Sulfite residual Ppm 20– 50


pHcondensate Unit 8.0– 9.0

Sumber: PT.Nalco Indonesia

2.8. Pengolahan Air Umpan Boiler


Ketidakmurnian air umpan boiler akan mengakibatkan Korosi,
Deposit dan Erosi. Korosi merupakan proses kerusakan logam yang
disebabkan oleh proses reaksi kimia atau proses reaksi elektrokimia dengan
lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses reaksi tersebut. Deposit
(kerak) terjadi apabila dalam air umpan boiler terdapat zt-zat padat terlarut
berupa Calsium, Magnesium atau Silika. Erosi adalah proses
pengikisan(abrasi) pada permukaan benda(logam) yang disebabkan oleh zat-
zat padat yang bergerak cepat, erosi dapat terjadi pada pipa-pipa
Superheater dan sudu-sudu turbin. Pada proses korosi elektrokimia terjadi 2
macam reaksi, yaitu:
1. Reaksi Katoda: merupakan reaksi Reduksi yang tidak merusak logam.
2. Reaksi Anoda : merupakan reaksi Oksidasi yang merusak logam.
23

Korosi juga dapat terjadi karena adanya gas O2 dan CO2 yang larut
dalam air, Ion Hidrogen dan garam garam tak stabil (nonstable salts).
Adanya Chlorida (Cl) yang terlarut dalam air juga dapat menimbulkan laju
korosi yang sangat cepat.
Prosesnya sebagai berikut:
MgCl2 + H2O 2HCl + Mg (OH)2
Fe + 2HCl FeCl2 + 2H+

Untuk mencegah terjadinya masalah masalah tersebut timbul pada


boiler, maka perlu dilakukan pengolahan terhadap air umpan (contohnya air
sungai) yang akan digunakan sebelum masuk ke boiler. Air yang telah
mengalami perlakuan disebut air umpan boiler. Tujuan dari pengolahan air
adalah untuk menghilangkan kandungan zat-zat yang tidak diinginkan yang
terkandung didalam air, sehingga air yang digunakan benar-benar murni dan
tidak merusak boiler(Agung,2017). Pengolahan air boiler dapat dibagi dua
yaitu:
1. Pengolahan Eksternal
2. Pengolahan Internal.

1. Pengolahan Eksternal
Proses pengolahan secara eksternal untuk memperbaiki kualitas
air terdiri atas berbagai jenis, dan penerapan proses-proses tersebut
disesuaikan dengan tujuan penggunaan air yang dikehendaki. Pengolahan
air secara eksternal ini dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu :
a. Proses pendahuluan (pretreatment)
Proses ini umumnya digunakan untuk memperoleh
kualifikasi air pendingin atau sebagai proses awal untuk
penyediaan air dengan kualitas yang lebih tinggi. Proses
pendahuluan antara lain adalah proses sedimentasi, aerasi, dan
klarifikasi.
24

1. Sedimentasi
Sedimentasi adalah suatu proses yang bertujuan untuk
memisahkan atau mengendapkan zat-zat padat atau suspensi
non-koloidal dalam air. Pengendapan dapat dilakukan dengan
memanfaatkan gaya gravitasi. Cara yang sederhana adalah
dengan membiarkan padatan mengendap dengan sendirinya.
Setelah partikel-partikel mengendap, maka air yang jernih dapat
dipisahkan dari padatan yang semula tersuspensi di dalamnya.
2. Klarifikasi
Proses klarifikasi bertujuan untuk menghilangkan padatan
tersuspens, baik yang kasar, halus atau bersifat koloid. Proses ini
mencakup koagulasi, flokulasi dan sedimentasi yang masing-
masing merupakan langkah-langkah tersendiri dengan
persyaratan tertentu yang harus dipenuhi untuk memperoleh
hasil yang dikehendaki.
3. Aerasi
Aerasi adalah proses mekanis pencampuran air dengan udara.
Tujuan aerasi membantu dalam pemisahan logam-logam yang
tidak diinginkan seperti besi (Fe) dang mangan (Mn),
menghilangkan gas-gas yang terlarut dalam air terutama yang
bersifat korosif, menghilangkan bau, rasa dan warna yang
disebabkan oleh mikroorganisme.

b. Proses filtrasi
Proses filtrasi bertujuan untuk menahan zat-zat
tersuspensi(suspended matter) dalam suatu fluida dengan cara
melewatkan fluida tersebut melalui suatu lapisan berpori-pori,
misalnya: pasir, anthracite, karbon dan sebagainya. Fluida dapat
berupa cairan (zat-zat tersuspensi dalam cairan/slurry) atau gas.
Zat-zat tersuspensi dapat berukuran sangat halus atau kasar, kaku
25

atau kenyal, berbentuk bulat atau sangat tidak beraturan. Produk


yang diinginkan dapat berupa filtrat atau padatan (cake).

c. Proses penurunan/penghilangan padatan terlarut


Proses ini bertujuan menghilangkan padatan terlarut
(dissolved solid) tanpa menggunakan metoda pengendapan secara
kimiawi (chemical precipitation), misalnya: proses pertukaran ion
(ion exchange). Pertukaran ion adalah sebuah proses fisika-kimia.
Pada proses tersebut senyawa yang tidak larut, dalam hal ini resin,
menerima ion positif atau negatif tertentu dari larutan dan
melepaskan ion lain ke dalam larutan tersebut dalam jumlah
ekivalen yang sama. Jika ion yang dipertukarkan berupa kation,
maka resin tersebut dinamakan resin penukar kation, dan jika ion
yang dipertukarkan berupa anion, maka resin tersebut dinamakan
resin penukar anion.
Berdasarkan jenis gugus fungsi yang digunakan, resin
penukar ion dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu :
1) Resin penukar kation asam kuat
2) Resin penukar kation asam lemah
3) Resin penukar anion asam kuat
4) Resin penukar anion asam lemah

2. Pengolahan internal
Pengolahan air secara internal (internal water treatment) adalah
proses penambahan/penginjeksian suata atau beberapa bahan kimia
(chemicals) ke dalam air yang akan digunakan untuk proses maupun
pendukung proses. Pengolahan air secara internal merupakan proses
yang esensial, terlepas dari kenyataan apakah air itu diolah atau
sebelumnya. Oleh karena itu, pengolahan eksternal dalam beberapa
hal tidak diperlukan, sehingga air dapat langsung diolah dengan cara
pengolahan internal saja. Keuntungan pengolahan air secara internal
26

adalah meniadakan kebutuhan peralatan pengolahan eksternal yang


ekstensif. Hal ini merupakan keuntungan dalam segi ekonomi. Selain
itu, kesederhanaan program pengolahan secara internal
memungkinkan penghematan dalam tenaga kerja untuk pengumpanan
dan pengendalian. Masalah-masalah umum yang membutuhkan
pengolahan internal adalah :
a. Masalah korosi
b. Masalah pembentukan kerak(Setiadi,2007).
3. Padatan Tersuspensi(Suspended solids)
Semua permukaan air mengandung materi tersuspensi dalam
berbagai konsentrasi. Padatan ini mencakup ukuran, bentuk, dan
kandungan dengan rentang yang besar. Secara alamiah terbentuknya
padatan tersuspensi didalam air adalah disebabkan oleh terdapatnya
materi-materi seperti silica. Partikel-partikel ini normalnya terlalu kecil
untuk bisa dihilangkan dengan cara pengendapan dengan gravitasi.
Rentang diameter dari padatan-padatan tersuspensi adalah sekitar 0,1 –
1 x 10-5 mm. Oleh karena itu padatan tersuspensi harus melalui proses
koagulasi untuk memastikannya dapat mengendap dalam waktu yang
wajar.
Memproduksi air yang bersih yang memiliki jumlah materi
tersuspensi yang sedikit merupakan suatu hal yang selalu diinginkan.
Untuk mencapai kualitas seperti ini, suatu unit pengolahan air harus
dilengkapi dengan proses unit yang tepat untuk menghilangkan padatan
tersuspensi. Proses ini termasuk koagulasi kimia, flokulasi, sedimentasi,
dan filtrasi.
27

3.9. Jenis-Jenis Boiler


Berdasarkan isi tube/pipa
3.9.1. Pipa api atau pipa asap
Pada jenis boiler pipa api terjadi perpindahan panas dari gas
panas menuju air kemudian air berubah menjadi uap, hal ini
dikarenakan gas panas hasil pembakaran (flue gas) mengalir melalui
pipa-pipa yang bagian luarnya diselimuti air. Tipe boiler pipa api
memiliki karakteristik menghasilkan tekanan steam dan kapasitas
yang rendah. Susunan pipa dalam ketel ini dibuat pass per pass,
tujuannya agar perpindahan panas dari gas panas atau api ke air lebih
efektif. Artinya, arahnya dapat bolak-balik terhadap burnernya ketika
gas panas melewati pipa-pipa dalam ketel.
Pada boiler pipa api, gas panas melewati pipa dan air umpan
boiler ada dalam sheel untuk diubah menjadi steam. Boiler pipa api
dapat menggunakan bahan bakar minyak bakar, gas atau bahan bakar
padat dalam operasinya. Tujuan pipa pipa api yang terdapat dalam
boiler ini adalah untuk memudahkan distribusi panas kepaada air
umpan boiler. Contoh ketel uap pipa api sederhana: ketel vertikal
sederhana, ketel Cochran, ketel Lanchasire, ketel Cornish, ketel
Scotch marine, ketel lokomotif dan ketel Velcon(Dwi,2013).
28

Gambar 2.5. BoilerJenis Pipa Api


Sumber : Ridwan, 2011

Cara kerja dari boiler pipa api ini adalah di dalam pipa terjadi
proses pengapian, kemudian panas yang dihasilkan dalam proses
tersebut langsung dihantarkan ke dalam boiler yang berisi air.
Kapasitas dan tekanan yang dihasilkan boiler dipengaruhi oleh besar
besar dan konstruksi boiler.
Di PT. Artha Gita Sejahtera menggunakan boiler pipa api yang
digunakan untukdiinjeksikan ke granulator sebagai pembentuk
granule.

3.9.2. Pipa air


Pada boiler pipa air, air berada di dalam pipa sedangkan gas
panas berada diluar pipa. Boiler pipa air ini dapat beroperasi pada
tekanan yang sangat tinggi yaitu hingga lebih dari 100 Bar. Boiler
pipa air memiliki karakteristik menghasilkan kapasitas dan tekanan
steam yang tinggi. Secara parallel dipasang pipa-pipa yang lurus di
dalam ketel dihubungkan dengan 2 buah header. Secara horizontal
diatas susunan pipa dipasang header yang dihubungkan dengan drum
uap. Susunan kedua header memiliki kecondongan tertentu yang
bertujuan dapat mengatur sirkulasi uap dalam ketel. Pada ketel pipa
29

air, air dimasukkan ke dalam pipa dimana pipa dikelilingi oleh nyala
api dan gas panas dari luar. Contoh ketel jenis ini : ketel Babcock dan
Wilcox, ketel Stirling, ketel La-Mont, ketel Benson, ketel Yarrow dan
ketel Loeffler.

Gambar 2.6.BoilerJenis Pipa Air


Sumber : Bahrudin (2014)

3.10. Bahan Bakar Boiler


Bahan bakar adalah bahan yang dapat dibakar untuk menghasilkan
panas (kalor). Proses pembakaran merupakan proses kimia antara bahan
bakar, udara dan panas. Proses pembakaran yang terjadi di dalam ruang
bakar ketel (boiler) bertujuan untuk merubah fasa air menjadi fasa uap.
Berbagai jenis bahan bakar (seperti bahan bakar cair, padat, dan gas) yang
tersedia tergantung pada berbagai faktor seperti biaya, ketersediaan,
penyimpanan, handling, polusi dan peletakan boiler, tungku dan peralatan
pembakaran lainnya(Nugroho,2014). Pengetahuan mengenai sifat bahan
bakar membantu dalam memilih bahan bakar yang benar untuk keperluan
yang benar dan untuk penggunaan bahan bakar yang efisien. Uji
30

laboratorium biasanya digunakan untuk mengkaji sifat dan kualitas bahan


bakar. Jadi untuk melakukan pembakaran diperlukan tiga unsur, yaitu :
a) Bahan bakar.
b) Panas
c) Oksigen

Jenis Bahan bakar yang digunakan di dalam boiler


-Solid Fuel

Tipe boiler bahan bakar padat memiliki karakteristik : harga bahan


baku pembakaran relatif lebih murah dibandingkan dengan boiler yang
menggunakan bahan bakar cair dan listrik. Nilai effisiensi dari tipe ini lebih
baik jika dibandingkan dengan boiler tipe listrik.

- Oil Fuel

Tipe boiler bahan bakar cair memiliki karakteristik: harga bahan


baku pembakaran paling mahal dibandingkan dengan semua tipe. Nilai
effisiensi dari tipe ini lebih baik jika dbandingkan dengan boiler bahan
bakar padat dan listrik.

- Gaseous Fuel

Tipe boiler bahan bakar gas memiliki karakteristik : harga bahan


baku pembakaran paling murah dibandingkan dengan semua tipe boiler.
Nilai effisiensi dari tipe ini lebih baik jika dibandingkan dengan semua tipe
boiler berdasarkan bahan bakar.

- Electric

Tipe boiler listrik memiliki karakteristik : harga bahan baku


pemanasan relatif lebih murah dibandingkan dengan boiler yang
menggunakan bahan bakar cair. Nilai effisiensi dari tipe ini paling rendah
jika dbandingkan dengan semua tipe boiler berdasarkan bahan
bakarnya. Panas (kalor) yang timbul karena pembakaran bahan bakar
31

tersebut disebut hasil pembakaran atau nilai bakar (heating value).Nilai


kalor (heating value) adalah banyaknya energi panas yang diperoleh dari
hasil pembakaran 1 kg bahan bakar. Nilai kalor ini dibagi menjadi dua:

a. Nilai kalor tinggi atau High Heating


Value (HHV) adalah banyaknya kalor yang dihasilkan pada proses
pembakaran 1 kg bahan bakar, tanpa adanya kandungan air pada bahan
bakar.
b. Nilai kalor rendah atau Low Heating
Value (LHV) adalah banyaknya kalor yang dihasilkan pada
proses pembakaran 1 kg bahan bakar dan sebagian dimanfaatkan untuk
penguapan sehingga kandungan air pada bahan bakar akan habis.Bahan
bakar yang digunakan pada unit boiler di PT. Artha Gita Sejahtera
adalah batubara, karena bahan bakar batubara lebih mudah diperoleh
dan harganya relatif lebih murah.

3.11. Efesiensi Boiler


Efisiensi boiler adalah sebuah besaran yang menunjukkan
hubungan antara supply energi masuk ke dalam boiler dengan energi
keluaran yang dihasilkan oleh boiler. Namun demikian, efisiensi pada
boiler dapat didefinisikan ke dalam tiga cara yaitu:

1. Efisiensi Pembakaran

2. Efisiensi Termal

3. Efisiensi Bahan Bakar-Uap Air (Fuel-to-Steam).

1. Pembakaran Efisiensi Boiler

Secara umum menjelaskan kemampuan sebuah burner untuk


membakar keseluruhan bahan bakar yang masuk ke dalam ruang bakar
(furnace) boiler. Efisiensi tipe ini dihitung dari jumlah bahan bakar
yang tidak terbakar bersamaan dengan jumlah udara sisa pembakaran
32

(excess air). Pembakaran boiler dapat dikatakan efisien apabila tidak


ada bahan bakar yang tersisa di ujung keluaran ruang bakar boiler,
begitu pula dengan jumlah udara sisa.Untuk mendapatkan efisiensi
pembakaran yang tinggi, burner dan ruang bakar boiler harus didesain
seoptimum mungkin. Di sisi lain perbedaan penggunaan jenis bahan
bakar juga mempengaruhi efisiensi pembakaran. Diketahui bahwa
bahan bakar cair dan gas (seperti LNG dan HSD) menghasilkanefisiensi
pembakaran yang lebih tinggi jika dibandingkan bahan bakar padat
seperti batubara.
2. Efisiensi Termal Boiler
Menunjukkan bagaimana performa boiler dalam hal fungsinya
sebagai heat exchanger. Perhitungan efisiensi ini akan menunjukkan
seefektif apa perpindahan energi panas dari proses pembakaran bahan
bakar ke air. Namun perhitungan efisiensi ini tidak terlalu akurat,
karena ia tidak memperhitungkan kerugian panas radiasi maupun
konveksi yang tidak terserap oleh air. Selain itu, perhitungan efisiensi
termal boiler tidak bisa digunakan untuk analisa ekonomis, sebab
perhitungan ini tidak memperhatikan secara teliti jumlah bahan bakar
yang dikonsumsi. Atas dasar inilah kita tidak akan membahas lebih
dalam mengenai perhitungan efisiensi termal boiler.
3. Efisiensi Fuel-to-Steam
Selain memperhatikan efektifitas boiler sebagai heat
exchanger (efisiensi termal), perhitungan efisiensi bahan bakar boiler
juga memperhatikan adanya losses (kerugian) akibat adanya
perpindahan panas radiasi dan konveksi. Efisiensi bahan bakar boiler
memperhatikan dengan sangat teliti jumlah konsumsi bahan bakar yang
digunakan, sehingga sangat tepat digunakan sebagai bahan analisa
ekonomis boiler (Imam,2014).
33

3.12. Mekanisme Sistem Penyuplai Panas Pada Boiler


3.12.1. Mekanisme penyuplaian udara
Mekanisme Sistem penyuplaian udara ke boiler selain dari
aliran Primary Air Fan (PAF) dan Secondary Air Fan (SAF), udara
pembakaran juga dibantu oleh Fluiditing Air Blower. Aliran udara
yang berputar, tujuannya untuk melindungi dinding cyclone pada
bagian expansion bellow pada dinding cyclone maka dibantu
Fluiditing Air Blower(Djokosetyoyardjo,2003).
Batubara yang belum habis terbakar yang menempel pada
bagian expansion bellow dapat merusak dan menghambat sirkulasi
pada cyclone. Selain untuk melindungi expansion bellow pada
dinding cyclone udara yang berasal dari Fluiditing Air Blower ini
juga digunakan untuk mendorong batubara yang belum habis
terbakar masuk kedalam Furnace pada Sealpot yang letaknya
dibawah cyclone. Sealpot digunakan sebagai penghambat laju
aliran batubara yang belumhabis terbakar sebelum masuk ke
furnace.
Dua sumber aliran udara utama yaitu udara primary dan
udara secondary dibantu oleh udara dari Fluiditing Air Blower serta
udara dari limestone. Udara primary berasal dari udara luar yang
masuk kedalam kipas (fan) kemudian udara dihembuskan menuju
turbular air heater terjadi pertukaran panas antara udara primary
dengan flue gas(Sukandarrumidi, 2009)

3.12.2. Pengaturan penyuplaian udara


Pengaturan tekanan udara bebas dikelilingi disebut dengan
tekanan atsmosfer, besar tekanan atsmosfer adalah 1,023 bar atau
14,7 Psig dan alat ukurnya dinamakan barometer. Titik nol
barometer diukur dalam ruangan hampa udara (Hampa mutlak/non
absolute). Sedangkan alat ukur yang digunakan untuk mengukur
tekanan selain tekanan udara bebas adalah manometer.
34

Pada pengaturan tekanan yang sering di jumpai pada


pembangkit termal adalah menggunakan metode, sebagai berikut :
1. Kolom Zat Cair
2. Perubahan Element Elastis

3.13. Proses Terbentuknya Steam


Proses terbentuknya uap terjadi melalui perubahan energi panas
pembakaran bahan bakar menjadi energi panas dalam betuk uap. Panas
hasil pembakaran digunakan untuk menaikkan entalpi air sampai
tebentuknya uap air yang mengandung energi dalam yang disimpan dalam
bentuk panas dan tekanan.
Steam atau uap adalah gas yang dihasilkan dari proses yang disebut
penguapan. Bahan baku yang digunakan untuk menghasilkan steam adalah
air bersih. Air dari water treatment yang telah diproses di alirkan
menggunakan pompa ke daerator tank hingga pada level yang telah
ditentukan. Untuk merubah air berbentuk fasa cair ke fasa gas (uap),
energi panas ditambahkan untuk menaikkan temperatur yang biasa disebut
dengan sensible heat atau panas sensibel (Adang,2001). Ketika perubahan
air menjadi uap mulai berjalan, temperaturnya tidak akan berubah lagi
dengan penambahan panas. Energi panas yang diberikan untuk merubah
fasa cair menjadi fasa gas dengan temperatur tetap disebut dengan panas
laten atau laten heat.
Prinsip kerja boiler ini adalah mengubah air menjadi uap (steam).
Proses pengubahan air menjadi uap terjadi dengan memanaskan air yang
berada didalam pipa pipa dengan memanfaatkan panas dari pembakaran
bahan bakar batu bara sehingga air tersebut mendidih dan menghasilkan
uap. Pembakaran dilakukan secara kontinu didalam ruang bakar dengan
mengalirkan bahan bakar dan udara dari luar. Jumlah produksi uap
tergantung pada luas permukaan pemindah panas, laju aliran, dan panas
pembakaran yang diberikan.
35

Steam yang dipakai ada dua jenis yaitu, saturated steam dan
superheated steam. Sedangkan fungsi dari steam bermacam macam
tergantung cara pemakaian kebutuhan proses, tetapi secara umum steam
dipakai sebagai media pemanas (Adang,2001).

3.14. Jenis-jenis steam


Steam merupakan gas ideal yang tidak terlihat yang dihasilkan
dengan penambahan panas dalam air (penguapan). Steam memiliki
kandungan panas kondensasi yang besar dan banyak digunakan dalam
pabrik. Steam dapat diidentifikasi dengan mengetahui tekanan dan
temperaturnya. Umpan yang akan dirubah menjadi steam berupa air, untuk
mengubahnya diperlukan panas sebagai berikut
1. Panas sensibel cairan, yaitu sejumlah panas yang diperlukan untuk
memanaskan air tersebut dari 0°C ke temperatur didih.
2. Panas penguapan, yaitu sejumlah panas yang diperlukan untuk
menguapkan air tersebut pada temperatur didih tanpa terjadi kenaikan
temperatur.
3. Panas steam lanjut, yaitu panas yang diperlukan untuk pemanasan
saturated steam sehingga menjadi superheated steam.
(Woodruff,2005)
Alasan menggunakan steam sebagai media pemanas adalah karena
mempunyai panas laten yang bernilai tinggi, kurang korosif. Tekanan dan
temperatur steam harus diketahui agar keadaan steam ini dapat
diidentifikasi dengan baik. Steam dapat dibedakan atas tiga jenis, yaitu:

a. Uap Basah
Uap basah adalah campuran air dan uap pada keadaan tertentu,
pemanas dilakukan pada air dengan temperatur 100 oC dibawah tekanan
standar.
36

b. Uap Jenuh (Saturated Steam)


Uap jenuh (Saturated Steam) adalah uap basah yang dipanaskan
sehingga mencapai keadaan jenuh. Bila kalor panas yang ditambahkan
pada uap basah akan mengakibatkan air mengalami penguapan. Uap
akan semakin bersifat kering apabila terus-menerus dipanaskan
sehingga mencapai keadaan jenuh (Saturated Steam) selama penguapan
ini berlangsung temperatur uap akan tetap kostan untuk setiap
peningkatan dari pada tekanan uap jenuh mempunyai massa jenis yang
cenderung meningkat.
c. Uap Panas Lanjut (Superheated Steam)
Uap panas lanjut (Superheated Steam) adalah uap panas yang
dipanaskan secara melanjut dan terus menerus dengan cara mengalir
melalui pipa-pipa yang dipanasi oleh aliran gas sampai keadaan jenuh
kering (Superheated), selama penguapan sampai mencapai keadaan
jenuh kering suhu uap tetap konstan. Perbedaan suhu antara uap panas
jenuh dan uap panas lanjut adalah derajat panas. Kalor spesifik dari uap
panas lanjut akan berubah sesuai dengan perubahan tekanan dan derajat
pemanas lanjut. Peningkatan tekanan akan mengakibatkan kalor
spesifik semakin besar dan sebaliknya semakin tinggi derajat panas
lanjutnya menyebabkan kalor spesifik semakin turun (Soejardi, 1982).

3.15. Blowdown pada Boiler


Boiler blowdown adalah proses pembuangan air dari boiler
(Dewantara, 2010). Tujuannya adalah untuk mengendalikan air boiler
terhdap parameter yang ditentukan antara lain untuk meminimalkan scale
corosion, dan masalah khusus lainnya. Blowdown juga digunakan untuk
menghilangkan endapan yang tidak diperlukan didalam sistem dan juga
sebagai pengontrol tekanan berlebih pada boiler (Wooddruff B. Everett,
2004).
Endapan ini biasanya disebabkan oleh kontaminasi air umpan, atau
kondisi air yang melampaui batas kelarutan garam. Akibatnya beberapa air
37

boiler akan dibuang (blowdown) dan diganti dengan air umpan yang baru.
Ada dua tipe blowdown yang umum digunakan pada sistem boiler yaitu:
1. Intermittent blowdown
Intermittent blowdowndigunakan untuk membuang lumpur berat
yang mengendap pada dasar boiler, dilakukan beberapa detik dengan
interval waktu tertentu. Intermittent blowdown dioperasikan secara
manual menggunakan valve yang dipasang pada pipa pembuangan pada
titik terendah boiler untuk mengurangi parameter dalam batasan yang
sudah ditentukan sehingga tidak berpengaruh buruk pada kualitas
steam. Jenis blowdown ini juga merupakan metode efektif untuk
membuang padatan yang telah lepas dari larutan dan menempati pipa
api serta permukaan dalam shell boiler (Prakosa, 2015).
2. Continuous blowdown
Blowdown kontinu dilakukan dengan sistem mekanik dan
dipasang untuk jangka panjang. Fungsi dari blowdown kontinu adalah
untuk mengeluarkan padatan di dalam air. Valve Continuous blowdown
hanya diatur sekali untuk kondisi tertentu, dan tidak perlu lagi diatur
setiap saat oleh operator. Walaupun terdapat sejumlah energi panas
terbuang ketika proses blowdown, tetapi ke flash vessel dan
menghasilkan flash steam. Flash steam ini dapat digunakan untuk
pemanasan awal air umpan boiler(Prakosa, 2015).

3.16. Kajian Penelitian yang Relevan


Judul : Perhitungan Efisiensi Boiler Pada Industri IndustriTepung
Terigu
Tahun : 2006
Peneliti:Widiatmini Sih Winanti dan Teguh Prayudi

Temuan: Boiler adalah bejana tertutup dimana panas pembakaran


dialirkan ke air sampai terbentuk air panas atau steam. Air panas
atau steam pada tekanan tertentu kemudian digunakan untuk
38

mengalirkan panas ke suatu proses. Air adalah media yang


berguna dan murah untuk mengalirkan panas ke suatu proses.
Jika air dididihkan sampai menjadi steam, volume nya akan
meningkat sekitar 1.600 kali, menghasilkan tenaga yang
menyerupai bubuk mesin yang mudah meledak, sehingga boiler
merupakan peralatan yang harus dikelola dan dijaga dengan
sangat baik. Sistem boiler terdiri dari: sistem air umpan, sistem
steam dan sistem bahan bakar. Sistem air umpan menyediakan
air untuk boiler secara otomatis sesuai dengan kebutuhan steam.
Berbagai kran disediakan untuk keperluan perawatan dan
perbaikan. Sistem steam mengumpulkan dan mengontrol
produksi steam dalam boiler. Steam dialirkan melalui sistem
pemipaan ke titik pengguna. Pada keseluruhan sistem,tekanan
steam diatur menggunakan kran dan dipantau dengan alat
pemantau tekanan. Sistem bahan bakar adalah semua peralatan
yang digunakan untuk menyediakan bahan bakar untuk
menghasilkan panas yang dibutuhkan. Peralatan yang diperlukan
pada sistem bahan bakar tergantung pada jenis bahan bakar yang
digunakan pada sistem.
Efisiensi termis boiler adalah energi panas masuk yang
digunakan secara efektif untuk menghasilkan steam. Ada dua
metode pengkajian efisiensi boiler yaitu:
1. Metode Langsung
Energi yang terkandung dalam steam dibandingkan
dengan energi yang terkandung dalam bahan bakar boiler.
Dikenal juga sebagai ‘metode input-output’ karena metode
ini hanya memerlukan keluaran/output (steam) dan panas
masuk/input (bahan bakar) untuk evaluasi efisiensi. Efisiensi
ini dapatdi evaluasi dengan menggunakan persamaan:
39

Efisiensi Boiler (ƞ) = x 100 atau

Efisiensi Boiler (ƞ) =

Keterangan:
hg = Entalpi steam jenuh dalam kkal/kg steam
hf = Entalpi air umpan dalamkkal/kg air
Q = Jumlah steam yang dihasilkan per jam dalam kg/jam
q = Jumlah bahan bakar yang digunakan dalam kg/jam
GCV = Jenis bahan bakar dan nilai panas kotor bahan bakar
(GCV) dalamkkal/kg bahan bakar

2. Metode Tidak Langsung


Efisiensi merupakan perbedaan antara kehilangan dan
energi yang masuk. Metode tidak langsung juga dikenal
dengan metode kehilangan panas.
40

3.17. Kerangka Konseptual

MULAI

Mempelajari proses pembuatan pupuk NPK

Pengambilan judul

Mengamati proses pada boiler

Pengumpulan data

Menghitung jumlah suplai air umpan pada


unit boiler

Kesimpulan

Gambar 2.7. Kerangka Konseptual


BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di PT. Artha Gita Sejahtera Medan tepatnya
dibagian unit boiler. Penelitian dilakukan pada tanggal 2 Juli sampai 28
Juli 2018

3.2. Pengumpulan Data


3.2.1. Materi
A. Peralatan yang digunakan

1) Boiler

Merk : TEHA-BOILER

Jumlah : 1 buah

Dibuat oleh : Bandung Indonesia

Bahan bakar : Batubara

No serial : TH40B32

Tahun pembuatan : 1991

B. Bahan yang digunakan

1) Air

2) Udara Pembakaran

3) Batubara

41
42

3.2.2. Metode
Pengumpulan data-data yang diperlukan dilakukan dengan metode:
1. Mengumpulkan data dari boiler.
2. Mengunjungi lokasi boiler.
3. Mengumpulkan data dari riwayat periksa uji boiler.
4. Melakukan pengamatan pada boiler setiap jam selama sehari.
5. Mengumpulkan data dari pemakaian batubara

3.3. Analisa Data


Analisa data yang dilakukan dengan perhitungan jumlah kebutuhan
batubara sebagai bahan bakar boiler dengan mengggunakan rumus :

Bb =

Keterangan:
Bb = jumlah kebutuhan batubara (kg/jam)
Qdiserap air = panas yang dibutuhkan untuk mengubah air menjadi
steam (kJ/ Jam)
LHVbatubara= Nilai Kalor Pembakaran Rendah atau Low Heating Value
(kJ/Kg).
BAB 4

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Pengamatan


Adapun hasil kerja praktek lapangan yang penulis lakukan adalah :
Spesifikasi Boiler

Merek : TEHA-BOILER

Serial : TH40B32

Jenis : Pipa Api

Tekanan Uap : 10 Bar

Temperatur Air Umpan : 90oC

Bahan Bakar : Batubara

Tabel 4.1.1. Data Pengamatan Operasional Boiler Persatuan Jam

No Temperatur Laju Temperatur Tekanan


Air Umpan Steam Steam Steam

bar

1 90 8352,927 174,4 8,8

2 90 8352,927 175,4 9,0

3 90 8352,927 173,4 8,6

Sumber : PT. Artha Gita Sejahtera Medan

43
44

Tabel 4.1.2. Hasil Blowdown pada Boiler

Pengamatan Jumlah Blowdown


(Kg/Jam)
I 1000
II 695
III 640
IV 605
Rata rata 735
Sumber : PT. Artha Gita Sejahtera Medan

Tabel 4.1.3. Komposisi Briket Batubara

No Komponen Komposisi (%) berat BM (gr/mol)


1 Carbon (C) 60 12
2 Hidrogen (H2) 3,5 2
3 Nitrogen (N2) 1,3 28
4 Air (H2O) 6,31 18
5 Sulfur (S) 4,38 32
6 Oksigen (O2) 5,93 32
7 Abu 18,58 -
Total 100 1206,9
Sumber : Budiarti (2014)

4.2. Analisa Data


1. Menghitung kebutuhan steam pada unit granulator
Pada pabrik mengasumsikan bahwa kebutuhan steam real di unit
granulator berlebih 10 . Berdasarkan informasi yang diperoleh dari PT.
Artha Gita Sejahtera Medan bahwa jumlah steam yang dibutuhkan di unit

granulator = 7593,57 .
45

Maka:
Total Kebutuhan Steam = Jumlah Steam yang dibutuhkan + kelebihan
steam

= 7593,57 + (7593,57)

= 7593,57 + 759,357

= 8352,927

2. Perhitungan jumlah air umpan yang akan di suplai

Air Umpan = Jumlah steam + blowdown

= 8352,927 + 1000

= 9352,927

3. Perhitungan nilai panas bahan bakar


a. Perhitungan Nilai Kalor Pembakaran Tinggi Bahan Bakar Atau High
Heating Value (HHV)
HHV = 33950 C + 144200 x (H2 – O2/8) + 9400 S (kJ/Kg)

Keterangan : C = Persentase carbon


H = Persentase hidrogen
O = Persentase oksigen
S = Persentase sulfur

HHV = (33950 x 0,60) + 144200 x (0,035 – 0,0593/8) + (9400 x


0,0438) (kJ/Kg)
HHV = 24.759,8375 kJ/Kg
Nilai Kalor Pembakaran Tinggi Bahan Bakar (HHV) Batubara =
24.759,8375 kJ/Kg
46

b. Perhitungan Nilai Kalor Pembakaran Rendah Bahan Bakar Atau Low


Heating Value (LHV)

LHV = HHV – 2400 (M + 9 H2) (kJ/Kg)

Keterangan : M = Persentase kadar air


H = Persentase hidrogen

LHV = HHV – 2400 (0,0631 + 9 x 0,035) (kJ/Kg)

LHV = 24.759,8375 kJ/Kg – 2400 (0,3781) (kJ/Kg)


LHV = 24.759,8375 kJ/Kg – 907,44 kJ/Kg
LHV = 23.852,3975 kJ/Kg
Nilai Kalor Pembakaran Rendah Bahan Bakar (LHV) Batubara =
23.852,3975 kJ/Kg

4. Menghitung jumlah panas yang dibutuhkan untuk mengubah air


menjadi steam.
a. Perhitungan panas sensibel air (Q1)
Tabel 4.2.1. Heat Capacities of water

No Koefisien Heat capacities (Cp) (Joule/mol-oK)


1 A 18,2964
2 B 0,472118
3 C -1,33878x10-3
4 D 1,31424x10-6
Sumber : Introduction to Material and Energy Balance (G.V.Reklaitis)

Perhitungan dari tabel 4.1. data pertama

Temperatur air umpan (TA) = 90oC +273 = 363 K

Temperatur didih air (P = 8,8 bar) (TB) = 174,4oC + 273 = 447,4 K

Massa air umpan (m) = 9352,927 Kg/Jam


47

Q1 =m H2O dT

= m . [ a (TA - TB)+ b (TA2 - TB2) + c (TA3 - TB3) + d (TA4

- TB4)]

= m[ (18,2964) (447,4 - 363) + ( . 0,472118) (447,42 -

3632) + ( (-1,33878 x 10-3) (447,43 - 3633) + (

(1,31424 x 10-6) (447,44-3634) ]

= m( 1.544,21616 + 16.145,90683 – 18.619,06564 +


7.459,515334 )

= 9352,927 kg/jam x x x

= 3.299.802,37 kJ/Jam.

b. Perhitungan Panas LatenAir Menjadi Uap Air atau Steam (Q 2)


Berdasarkan tabel properties of saturated steam, nilai panas laten
penguapan pada suhu 174,4oC dapat diketahui dengan cara interpolasi :

-12,6 = 2,5 y – 5.094,75


2,5 y = 5.094,75 – 12,6
2,5 y = 5.082,15
Y =

Y = 2.032,86 kJ/Kg
Nilai panas laten penguapan pada temperatur 174,4oC adalah 2.032,86
kJ/Kg(G.V.Reklaitis).
48

Perhitungan panas laten dapat dihitung dengan menggunakan rumus


sebagai berikut :
Q2 = mair x L

Keterangan :
Massa Air Umpan(mair) = 9352,927 Kg/jam
Temperatur uap jenuh (T) = 174,4oC
Sehingga diperoleh :
Q2 = 9352,927 Kg/jam x 2.032,86 kJ/Kg
= 19.013.191,2 kJ/Jam

c. Perhitungan panas pada blowdown (Q3)


Massa blowdown (m) = 1000 kg/jam
Cp air = 4200 J/kg
Temperatur blowdown (T) = 135
Temperatur air umpan = 90
ΔT = Tblowdow – Tair umpan
= 135 –90 = 45
Q3 = m Cp ΔT
= 1000 kg/jam x 4200 J/kg x 45

= 189.000.000 J/jam x

= 189.000 kJ/Jam

Maka total panas yang dibutuhkan untuk mengubah air menjadi steam
(Qsteam) :
Qdilepas bahan bakar = Qdiserap air
Qdiserap air = (Q1 + Q2)+ Q3
49

Keterangan :
Q1 = Panas Sensibel Air Pada Suhu 90oC 174,4oC

Q2 = Panas Laten Pada Suhu 174,4oC

Q3 = Panas pada blowdown

Qdiserap air = (Q1 + Q2) + Q3

= (3.299.802,37 +19.013.191,2) kJ/Jam + 189.000 kJ/Jam

= 22.501.993,6 kJ/Jam

Qdilepas bahan bakar = Qdiserap air = 22.501.993,6 kJ/Jam

5. Menghitung kebutuhan bahan bakar.


Banyaknya bahan bakar yang dibutuhkan untuk menghasilkan steam
sebanyak 22.501.993,6 kJ/Jam dapat dihitung dengan rumus berikut :
Qdiserap air = massa bahan bakar x LHV
Maka :
Bb =

= 943,384983 kg/jam
Maka banyaknya bahan bakar yang dibutuhkan adalah sebanyak
943,384983 kg/jam.
6. Menghitung Efesiensi Boiler

Ƞ= x100%

= x 100%
44

= 100%
4.3. Tabulasi data
Tabel 4.3. Tabulasi Data

N Temperatur Laju Temperatur Tekanan Air HHV LHV Q1 Q2 Q3 Q diserap Bb


o Air Umpan Steam Steam Steam umpan
kJ/jam kJ/jam kJ/jam kJ/jam Kg/jam
Bar kJ/kg kJ/kg
Kg/jam
1 90 8352, 174,4 8,8 9352,92 24.759, 23.852,3975 3.299.802,3 19.013.191, 189.000 943,3849
927 7 8375 7 2 83
2 90 8352, 175,4 9,0 9352,92 24.759, 23.852,3975 12.267.721,4 18.981.765,3 131.355 31.380.841,7 1315,6263
927 7 8375 1 5 6 12
3 90 8352, 173,4 8,6 9352,92 24.759, 23.852,3975 3.352.174,87 19.044.617,0 120.960 22.517.751,9 944,04564
927 7 8375 6 2 15
Keterangan:
HHV= Nilai Kalor Pembakaran Tinggi Bahan Bakar (kJ/kg),
LHV= Nilai Kalor Pembakaran Rendah Bahan Bakar (kJ/kg),
Q1 = Panas sensibel air (kJ/jam),
Q2 = Panas Laten Pada Suhu 174,4oC (kJ/jam)
Q3= panas pada blowdown (kJ/jam),
Q diserap = panas yang dibutuhkan untuk mengubah air menjadi steam (kJ/jam)
Bb = jumlah kebutuhan batubara (Kg/jam).

50
51

4.4. Pembahasan
Boiler (ketel uap) adalah alat yang berfungsi untuk menghasilkan uap
bertekanan atau steam. Ketel uap berfungsi sebagai tempat memproduksi
uap hasil pemanasan air pada suhu tertentu. Jenis ketel uap yang digunakan
pada PT. Artha Gita Sejahtera Medan adalah Fire Tube Boiler. Adapun
steamyang dihasilkan di unit boiler akan digunakan pada proses
pembentukan granul di unit granulator. Material dalam granulator akan
tergranulasi menjadi granul basah dengan diameter 1 mm, 2-4 mm dan lebih
besar dari 5 mm. Jumlah pemakaian steam di unit granulator yaitu 8352,927
kg/jam. Untuk mengubah air menjadi uap jenuh (saturated steam) harus
melalui proses pendidihan air sehingga apabila panas yang secara terus
menerus disuplai maka temperatur air akan naik dan berubah menjadi uap
jenuh. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh jumlah batubara yang
dibutuhkan sebagai bahan bakar untuk mengubah air umpan sebanyak
9352,927 kg/jam adalah sebanyak 943,384983 kg/jam dan panas yang
dibutuhkan untuk mengubah air menjadi steam adalah
kJ/Jam. Dengan jumlah blowdown 1000 kg/jam. Pemakaian
sistem blowdown bertujuan untuk mengendalikan air terhadap parameter
yang ditentukan antara lain meminimalkan terbentuknya kerak, korosi dan
masalah khusus lainnya. Akibatnya beberapa air akan dibuang (blowdown)
dan diganti dengan air umpan yang baru.
BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa:

1. Jumlah bahan bakar batubara yang dibutuhkan untuk mengubah 9253,927


kg/jam air umpan boiler menjadi steam adalah sebesar 943,384983 kg/jam.
2. Jumlah panas yang dibutuhkan untuk mengubah air menjadi steam adalah
kJ/Jam
5.2. Saran
Untuk mendapatkan hasil pembakaran yang optimal diperlukan
perhatian dalam menyediakan bahan bakar kedalam boiler dan juga
pemeliharan terhadap peralatan – peralatan boiler dengan demikian dapat
mempertahankan efesiensi boiler dalam menghasilkan steam.

52
DAFTAR PUSTAKA

Adang, P. 2001. Technical Training Proses Pembentukan Steam. ITB: Bandung


Adinugraha, Hamdan Adma. 2011. Pengaruh Cara Penyemaian Dan Pemupukan
Npk Terhadap Pertumbuhan Bibit Mahoni Daun Lebar Di Pesemaian. Balai
Besar Penelitian Bioteknologi Dan Pemuliaan Tanaman Hutan.
Aryanto, Dwi. 2013. Skripsi Rancang Bangun Boiler Untuk Proses Pemanasan
Sistem Uap Pada Industri Tahu Dengan Menggunakan Catia V5. Fakultas
Teknik. Universitas Negeri Semarang: Jawa Tengah
Bahrudin, Imam. 2014. Peningkatan Efisiensi Boiler Dengan Menggunakan
Economizer. PT. Rea Kaltim Plantatios.
Djokosetyoyardjo, Ir.M.J. 2003. Ketel Uap. PT. Paradnya Paramita: Jakarta
Dukelow, Sam. 1991. The Control of Boiler : 2nd Edition. USA : Instrument
Society of America.
Finkelman R.B. 1993. Trace And Minor Elements In Coal, In Organic
Geochemistry (Engel, M.H & Macko, S.A) Plenum Press, New York, Pp.
299-318.
Nugroho, Agus Adhi. 2014. Analisa Pengaruh Kualitas Batubara Terhadap Biaya
Pembangkitan. Rembang: Universitas Islam Sultan Agung.
PT. Artha Gita Sejahtera. 2017. Katalog PT Artha Gita Sejahtera. Medan.
Prakosa,W.A. 2015. Perancang Heat Recovery Boiler Blowdown Di PT. Nestke
Indonesia Kejayan Factory. ITSN: Surabaya
Ridwan, Staff. 2011. Peralatan Energi Panas: Boiler & Pemanas Fluida Termis.
Universitas Gunadarma: Jakarta
Reklaitis. G.V. 1942. Introduction to Material and Energy Balances.
Setiadi, Tjandra. 2007. Diktat Kuliah : Pengolahan Dan Penyediaan Air.
Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Siregar,Nurindah. 2015. Penuntun Praktikum Operasi Teknik Kimia I. Medan:


Politeknik Teknologi Kimia Industri.

Soejardi. 1982. Air Pengisi Ketel Dan Air Ketel. LPP. Yogyakarta.
Stach E. 1982. Coal Petrologi, Gebruder Berntraeger, Berlin, Stuttgart, p. 38-43.
Subyakto, Agung. 2017. Perawatan Boiler/Ketel Takuma Tekanan 21 Bar
Dengan Mengendalikan Residual Phospat. ITS : Surabaya.
Sukandarrumidi. 2009. Batubara Dan Pemanfaatannya. Yogyakarta. Universitas
Gajah Mada.
Tarigan, Arnelia Erlayas Ukurta Br. 2011. Perencanaan Model Simulasi Dengan
Kombinasi Safety Stock Bahan Baku Dan Rate Setting Untuk Menurunkan
Shutdown Mesin Pada Produksi Pupuk NPK Granular. Jakarta :
Universitas Indonesia.
Tarigan, Meldeana. Perhitungan Jumlah Panas Yang Dibutuhkan Pada Unit
Dryer Untuk Pengeringan Pupuk NPK 15 : 15 : 6 : 4 Di PT. Artha Gita
Sejahtera Medan. Medan : Politeknik Teknologi Kimia Industri Medan.
Winanti, W. S. & T, Prayudi. 2006. Perhitungan Efisiensi Boiler pada Industri
Tepung Terigu. Jakarta : Pusat Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian
Dan Penerapan Teknologi.
Yammout. 2010. Feedwater Standards & Chemical Treatment Program
Lampiran 1.

Boiler

Mixer Granulator Dryer

Baching
plant

Cooler

Chain Over Rotex


Gudang Crusher
Size

Vibrator
screen

Packing
Fines
Lampiran 2. Liquid Capacities (SI Units J,mol,K) (Continued)

Cp = a + bT + cT2 + dT3

Liquid Heat Capacity in J/mol.K when Temperature in K


No Name
A b C D
136 T-Butyl Alcohol 4,660450+00 1,549480+00 -4,663300-03 5,858750-06
137 Tetraetheni Glycol 1,120120+00 1,904130+00 -3,046110-03 2,262400-06
138 Thiophene -3,939850+01 1,040070+00 -2,381730-03 2,348220-06
139 Toluene 1,808260+00 8,122230-01 -1,512670-03 1,630010-06
140 Trans-2-Butene 2,524180+01 8,670120-01 -3,304910-03 5,189570-06
141 Trans-2-Pentene 1,699580+01 9,341770-01 -2,720230-03 3,741890-06
142 Trichloroacetyl-Cl -2,322180+01 2,141610+00 -6,342300-03 6,613280-06
143 Triculoroethylene 1,719310+01 9,317090-01 -2,746460-03 3,089270-06
144 Triethylene Glycol 7,998070+00 1,762460+00 -3,520850-03 3,095100-06
145 Trimethylamine -1,621160+01 1,136840+00 -3,674880-03 5,276230-06
146 Vinylacetylene 2,320800+01 8,219600-01 -3,048980-03 4,368240-06
147 Vinyl Chloride -7,941620+00 8,869570-01 -3,335900-03 4,828450-06
148 Water 1,829640+01 4,721180-01 -1,338780-03 1,314240-06
149 1-Butene -7,035480-01 1,026010+00 -3,639070-03 5,585280-06
150 1-Et-2-Me-Benzene -2,146600+01 1,288510+00 -2,220480-03 1,916010-06
151 1-Heptene 2,009030+01 1,142110+00 -2,557370-03 3,012940-06
152 1-Hexene 1,112560+01 1,055160+00 -2,591790-03 3,200450-06
153 1-Me-4-Eth-Naptha -5,459790+01 1,494140+00 -1,847550-03 1,231560-06
154 1-Methylinoene -3,214860+01 1,189210+00 -1,743920-03 1,352950-06
155 1-Methylnaphtalene -4,888220+01 1,209980+00 -1,537290-03 1,833850-06
156 1-Pentene 5,454550+00 1,020760+00 -2,932620-03 3,936230-06
157 1-Phenylindene -7,594140+01 1,597220+00 -1,829730-03 1,040600-06
158 1-Phenylnaphthalene -9,054490+01 1,647260+00 -1,841680-03 1,047030-06
159 1,1-Oichloroethane 1,017310+01 0,736590-01 -2,601210-03 3,114810-06
160 1,2-Butadiene 6,258160+00 9,133030-01 -3,101420-03 4,386330-06
161 1,2-Dicloroethane 1,995180+01 8,148460-01 -2,299130-03 2,569980-06
162 1,2-Dine-1-Ethbi -2,315560+01 1,202940+00 -1,707860-03 1,432190-06
163 1,2,3-Trime-Indene -3,796930+01 1,407350+00 -1,874840-03 1,381800-06
164 1,2,4-Tri-Cl-Bi -1,730710+01 1,101130+00 -1,917180-03 1,427920-06
165 1,3-Butadiene -1,617770+01 1,885110+00 -3,682610-03 5,410410-06
166 1,1,2-Tri-Cl-Ethane 6,307390+00 8,915750-01 -2,150510-03 2,063690-06
167 2-Ethylefluorene -7,768210+01 1,684930+00 -1,977250-03 1,190390-06
168 2-Me-1-Butene 6,859130+00 1,001560+00 -2,837300-03 3,824620-06
169 2-Me-1-Butene 9,020490+00 9,506740-01 -2,689850-03 3,603410-06
170 2-Methylindone -3,811720+01 1,208430+00 -1,732130-03 1,309480-06
171 2-Methylnapthalene -4,797040+01 1,213020+00 -1,560000-03 1,065870-06
172 2-Methylpentane 3,368020+01 9,386530-01 -2,248420-03 3,065840-06
173 2,2-Dimethylbutane 2,007320+01 9,876090-01 -2,399070-03 3,263020-06
174 2,3-Dimethylbutane 1,205510+01 1,029400+00 -2,417580-03 1,133530-06
175 2,3,5-Trine-Naphth -5,743090+01 1,501540+00 -1,025730-03 1,102420-06
176 2,7-Dimethylnapth -5,274060+01 1,346720+00 -1,660990-03 1,093190-06
177 3-Me-1-Butene -2,380420+01 1,268010+00 -3,557660-03 4,487580-06
178 3-Methylpentane 3,178430+01 9,584310-01 -2,314560-03 3,074740-06
Sumber: G.V. Reklaitis.,Introduction to Material and Energy Balances,1942.

Lampiran 3. Properties of Saturated Steam (SI Units) : Pressure Table


(Continued)

8B Properties of Saturated Steam (SI Units): Pressure Table (continued)

P (bar) T (oC)
Water Steam Water Steam Water Evaporation Steam
1,01325 100,0 0,001044 1,673 419,0 2506,5 419,1 2256,9 2676,6
1,1 102,3 0,001046 1,549 428,7 2509,2 428,8 2250,8 2679,6
1,2 104,8 0,001048 1,428 439,2 2512,1 439,4 2244,1 2683,4
1,3 107,1 0,001049 1,325 449,1 2514,7 449,2 2237,8 2687,0
1,4 109,3 0,001051 1,236 458,3 2517,2 458,4 2231,9 2690,3
1,5 111,4 0,001053 1,159 467,0 2519,5 467,1 2226,2 2693,4
1,6 113,3 0,001055 1,091 475,2 2521,7 475,4 2220,9 2696,2
1,7 115,2 0,001056 1,031 483,0 2523,7 483,2 2215,7 2699,0
1,8 116,9 0,001058 0,977 490,5 2525,6 490,7 2210,8 2701,5
1,9 118,6 0,001059 0,929 497,6 2527,5 497,8 2206,1 2704,0
2,0 120,2 0,001061 0,885 504,5 2529,2 504,7 2201,6 2706,3
2,2 123,3 0,001064 0,810 517,4 2532,4 517,6 2193,0 2710,6
2,4 126,1 0,001066 0,746 529,4 2535,4 529,6 2184,9 2714,5
2,6 128,7 0,001069 0,693 540,6 2538,1 540,9 2177,3 2718,2
2,8 131,2 0,001071 0,646 551,1 2540,6 551,4 2170,1 2721,5
3,0 133,5 0,001074 0,606 561,1 2543,0 561,4 2163,2 2724,7
3,2 135,8 0,001076 0,570 570,6 2545,2 570,9 2156,7 2727,6
3,4 137,9 0,001078 0,538 579,6 2547,2 579,9 2150,4 2730,3
3,6 139,9 0,001080 0,510 588,1 2549,7 588,5 2144,4 2732,9
3,8 141,8 0,001082 0,485 596,4 2551,0 596,8 2138,6 2735,3
4,0 143,6 0,001084 0,462 604,2 2552,7 604,7 2133,0 2737,6
4,2 145,4 0,001086 0,442 611,8 2554,4 612,3 2127,5 2739,8
4,4 147,1 0,001088 0,423 619,1 2555,9 619,6 2122,3 2741,9
4,6 148,7 0,001089 0,405 626,2 2557,4 626,7 2117,2 2743,9
4,8 150,3 0,001091 0,389 633,0 2558,8 633,5 2112,2 2745,7
5,0 151,8 0,001093 0,375 639,6 2560,2 640,1 2107,4 2747,5
5,5 155,5 0,001097 0,342 655,2 2563,3 655,8 2095,9 2751,7
6,0 158,8 0,001101 0,315 669,8 2566,2 670,4 2085,0 2755,5
6,5 162,0 0,001105 0,297 683,4 2568,7 684,1 2074,7 2758,9
7,0 165,0 1,001108 0,273 696,3 2571,1 697,1 2064,9 2762,0
7,5 167,8 0,001112 0,2554 708,5 2573,3 709,3 2055,5 2764,8
8,0 170,4 0,001115 0,2403 720,0 2575,5 720,9 2046,5 2767,5
8,5 172,9 0,001118 0,2268 731,1 2577,1 732,0 2037,9 2769,9
9,0 175,4 0,001121 0,2148 741,6 2578,8 742,6 2029,5 2772,1
9,5 177,7 0,001124 0,2040 751,8 2580,4 752,8 2021,4 2774,2
10,0 179,9 0,001127 0,1943 761,5 2581,9 762,6 2013,6 2776,2
10,5 182,0 0,001130 0,1855 770,8 2583,3 772,0 2005,9 2778,0
11,0 184,1 0,001133 0,1774 779,9 2584,5 781,1 1998,5 2779,7
11,5 186,0 0,001136 0,1700 788,6 2585,8 789,9 1991,3 2781,3
12,0 188,0 0,001139 0,1632 797,1 2586,9 798,4 1984,3 2782,7
12,5 189,8 0,001141 0,1569 805,3 2588,0 806,7 1977,4 2784,1
13,0 191,6 0,001144 0,1511 813,2 2589,0 814,7 1970,7 2785,4
14 195,0 0,001149 0,1407 828,5 2590,8 830,1 1957,7 2787,8
15 198,3 0,001154 0,1317 842,9 2592,4 844,7 1945,2 2789,9
16 201,4 0,001159 0,1237 856,7 2593,8 858,6 1933,2 2791,7
17 204,3 0,001163 0,1166 869,9 2595,1 871,8 1921,5 2793,4
18 207,1 0,001168 0,1103 882,5 2596,3 884,6 1910,3 2794,8
19 209,8 0,001172 0,1047 894,6 2597,3 896,8 1899,3 2796,1
20 212,4 0,001177 0,0995 906,2 2598,2 908,6 1888,6 2797,2
21 214,9 0,001181 0,0949 917,5 2598,9 920,0 1878,2 2798,2
22 217,2 0,001185 0,0907 928,3 2599,6 931,0 1868,1 2799,1
23 219,6 0,001189 0,0868 938,9 2600,2 941,6 1858,2 2799,8
24 221,8 0,001193 0,0832 949,1 2600,7 951,9 1848,5 2800,4
25 223,9 0,001197 0,0799 959,0 2601,2 962,0 1839,0 2800,9
26 226,0 0,001201 0,0769 968,6 2601,5 971,7 1829,6 2801,4
27 228,1 0,001205 0,0740 978,0 2601,8 981,2 1820,5 2801,7
28 230,0 0,001209 0,0714 987,1 2602,1 990,5 1811,5 2802,0
29 232,0 0,001213 0,0689 996,0 2602,3 995,5 1802,6 2802,2
30 233,8 0,001216 0,0666 1004,7 2602,4 1008,4 1793,9 2802,3
32 237,4 0,001224 0,0624 1021,5 2602,5 1025,4 1776,9 2802,3
34 240,9 0,001231 0,0587 1037,6 2602,5 1041,8 1760,3 2802,1
Sumber: G.V. Reklaitis.,Introduction to Material and Energy Balances,1942.

Anda mungkin juga menyukai