Terlambat : hari
(Paraf dan stempel pada saat laporan di kumpulkan)
FAKULTAS TEKNIK UNTIRTA
JURUSAN TEKNIK KIMIA
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA
LEMBAR PENUGASAN
Program *) : - TK.404 Lab. Operasi Teknik Kimia I
- TK.405 Lab. Operasi Teknik Kimia II
Percobaan No. : 02
Nama Percobaan : Distilasi
Keterangan Tugas:
Cilegon, …………….2021
(Dosen Pembimbing)
Catatan:
Catatan:
Dr.EndartoYuda W.,S.T.,M.T.
NIP.197707092008121001
ABSTRAK
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Pemabahasan .......................................................................................... 18
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 32
5.2 Saran ........................................................................................................ 32
DAFTRA PUSTAKA
LAMPIRAN
PERHITUNGAN DAN GRAFIK
MSDS
JURNAL
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
BAB I
PENDAHULUAN
Proses pemisahan dalam Teknik Kimia digunakan untuk mendapatkan dua atau
lebih produk yang lebih murni dari suatu campuran senyawa kimia. Sebagian besar
senyawa kimia ditemukan di alam dalam keadaan yang tidak murni. Biasanya, suatu
senyawa kimia berada dalam keadaan tercampur dengan senyawa lain. Untuk
beberapa keperluan seperti sintesis senyawa kimia yang memerlukan bahan baku
senyawa kimia dalam keadaan murni atau proses produksi suatu senyawa kimia
dengan kemurnian yang tinggi, maka proses pemisahan perlu dilakukan. Pemilihan
jenis proses pemisahan yang digunakan bergantung pada kondisi yang dihadapi.
Untuk campuran yang tidak dapat dipisahkan melalui proses pemisahan secara
mekanis, proses pemisahan kimiawi harus dilakukan salah satunya adalah proses
distilasi. Distilasi adalah pemisahan campuran dalam fasa cair-cair berdasarkan
perbedaan kecepatan atau kemudahan menguapnya (volatilitas) bahan sehingga
dengan dilakukannya proses distilasi diharapkan mampu menghasilkan senyawa
kimia yang lebih murni. Salah satu jenis metode distilasi adalah distilasi curah (batch
distillation). Pada operasi ini,umpan dimasukkan hanya pada awal operasi, sedangkan,
produknya dikeluarkan secara kontinu. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai metode
distilasi batch ini, maka dilakukanlah percobaan Distilasi Batch
1.2 Rumusan Masalah
Dalam percobaan ini terdiri dari rumusan-rumusan masalah antara lain
mempelajari cara menganalisa operasi distilasi pada refluks total dan memahami
dinamika distilasi pada refluks parsial.
1
2
2.1 Distilasi
3
4
P = PA + PB (1)
Hukum Raoult menyatakan bahwa pada suhu dan tekanan tertentu, tekanan
parsial uap komponen A (PA) dalam campuran sama dengan hasil kali antara tekanan
uap komponen murni A (PAmurni) dan fraksi molnya XA
PA = PAmurni . XA (2)
Sedang tekanan uap totalnya adalah
Ptot = PAmurni . XA + PBmurni . XB (3)
Dari persamaan di atas diketahui bahwa tekanan uap total suatu campuran
cairan biner tergantung pada tekanan uap komponen murni dan fraksi molnya dalam
campuran[4].
Pada proses pemisahan secara distilasi, fasa uap akan segera terbentuk setelah
campuran dipanaskan. Uap dan sisa cairannya dibiarkan saling kontak sedemikian
hingga pada suatu saat semua komponen terjadi dalam campuran akan terdistilasi
dalam kedua fasa membentuk keseimbangan. Setelah keseimbangan dicapai, uap
segera dipisahkan dari cairannya, kemudian dikondensasikan membentuk distilat.
Dalam keadaan seimbang, komposisi distilat tidak sama dengan komposisi residunya:
1. Komponen dengan tekanan uap murni tinggi lebih banyak terdapat dalam
distilat
2. Komponen dengan tekanan uap murni rendah sebagian besar terdapat dalam
residu
Misalkan n mol cairan yang tersisa di batch still pada waktu tertentu dimana
komposisi cairan y dan x menjadi uap maka total mol komponen A yang terdapat pada
batch still adalah:
nA = xn (4)
5
Refluks adalah salah satu teknik distilasi yang melibatkan kondensasi uap dan
berbaliknya kondensat ini ke dalam sistem asalnya. Teknik ini biasanya digunakan
dalam distilasi industri dan laboratorium. Refluks juga digunakan dalam bidang kimia
untuk memasok energi pada reaksi untuk waktu yang panjang. Fungsi refluks, adalah
untuk memperbesar L/V di enriching section sehingga mengurangi jumlah equibrium
stage yang diperlukan untuk kualitas produk yang ditentukan, atau dengan jumlah
stage yang sama, akan menghasilkan kualitas produk yang lebih baik dengan
menggandakan kontak kembali antara cairan dan uap agar panas yang digunakan
efisien. Refluks/destruksi ini bisa dimasukkan ke dalam macam-macam distilasi
walau pada prinsipnya agak berkelainan. Refluks dilakukan untuk mempercepat
6
reaksi dengan jalan pemanasan tetapi tidak akan mengurangi jumlah zat yang ada.
Dimana pada umumnya reaksi – reaksi senyawa organik adalah lambat maka
campuran reaksi perlu dipanaskan tetapi biasanya pemanasan akan menyebabkan
penguapan baik pereaksi maupun hasil reaksi. Karena itu agar campuran tersebut
reaksinya dapat cepat, dengan jalan pemanasan tetap jumlahnya tetap reaksinya
dilakukan secara refluks[6].
Gambar 2. Entrainment
8
a. Weeping / Dumping
Kejadian ini disebabkan oleh aliran vapour yang rendah. Pressure
yang dipaksa oleh vapour tidak cukup untuk menjaga liquid dalam
tray.Weeping yang berlebihan akan menyebabkan dumping. Dumping:
liquid dalam semua tray akan jatuh ke dasar kolom distilasi (melalui
suatu efek domino) dan kolom harus di-restart. Weeping ditandai oleh
pressure drop yang tajam dalam kolom dan reduksi efisiensi separasi.
Gambar 3. Weeping
b. Flooding
Flooding disebabkan oleh aliran vapour yang berlebihan,
menyebabkan liquid yang dimasukkan dalam vapour memenuhi
kolom. Pressure yang meningkat dari vapour berlebih juga menahan
liquid dalam downcomer, mengakibatkan suatu peningkatan di
hambatan liquid pada plate di atasnya. Berdasarkan derajat flooding,
kapasitas maksimum kolom dapat berkurang secara drastis.Flooding
dideteksi oleh peningkatan yang tajam dalam perbedaan pressure
kolom dan penurunan signifikan dalam efisiensi separasi.
9
Dalam operasi distilasi batch, sejumlah massa larutan dimasukkan ke dalam labu
didih, kemudian dipanaskan. Selama proses berjalan, larutan akan menguap dan uap yang
terbentuk, secara kontinyu meninggalkan labu didih untuk kemudian diembunkan. Salah
satu ciri dari pemisahan dengan batch adalah bahwa laju alir maupun komposisi dari
umpan, produk distilat berubah menurut waktu selama operasi pemisahan berlangsung.
Pada distilasi batch, umpan berupa uap yang secara kontinyu masuk melalui dasar
kolom, karena kolom distilasi batch dapat dipandang sebagai kolom yang tersusun dari
enriching section. Distilasi batch juga memiliki kapasitas yang rendah. Hal-hal inilah
yang menjadi perbedaan antara distilasi batch dengan distilasi kontinyu[3].
baki (plate) atau dengan isian (packing). Di puncak kolom, sebagian cairan hasil
kondensasi dikembalikan ke dalam kolom sebagai refluks agar pada kolom terjadi kontak
antar fasa uap-cair. Jika nisbah refluks dibuat tetap, maka komposisi cairan dalam
reboiler dan distilat akan berubah terhadap waktu. Untuk saat tertentu, hubungan operasi
dan kesetimbangan dalam kolom distilasi dapat digambarkan pada diagram McCabe-
Thiele[3].
Pada saat awal operasi (t = t0), komposisi Pada saat awal operasi (t = t0),
komposisi cairan di dalam reboiler dinyatakan dengan x0. Jika cairan yang mengalir
melalui kolom tidak terlalu besar dibandingkan dengan jumlah cairan di reboiler dan
kolom memberikan dua tahap pemisahan teroritik, maka komposisi distilat awal
12
adalah xD. Komposisi ini dapat diperoleh dengan membentuk garis operasi dengan
kemiringan L/V dan mengambil dua buah tahap kesetimbangan antara garis operasi
dan garis kesetimbangan seperti yang ditunjukan pada Gambar 7. Pada waktu tertentu
setelah operasi (t = t1), komposisi cairan di dalam reboiler adalah xW dan komposisi
distilat adalah xD. Karena refluks dipertahankan tetap, maka L/V dan tahap teoritik
tetap. Secara umum, persamaan garis operasi adalah sbb :
𝐿 𝐷𝑥𝐷𝑖
𝑦𝑖 = + (9)
𝑉 𝑉
Persamaan di atas jarang digunakan dalam praktik karena melibatkan besaran L
dan V yaitu laju alir cairan dan uap yang mengalir di dalam kolom. Dengan
mendefinisikan nisbah refluks, R, sebagian R = L/D, maka persamaan diatas dapat
diubah menjadi :
𝑅 𝑋𝐷𝑖
𝑦𝑖 = + (10)
𝑅+1 𝑅+1
Waktu yang diperlukan untuk distalasi curah menggunakan kolom rektifikasi
dengan refluks konstan dapat dihitung melalui neraca massa total berdasarkan laju
penguapan konstan, V, seperti ditunjukkan berikut ini :
𝑊0 − 𝑊
𝑦𝑖 = (11)
𝐿
𝑉(1 − 𝑉 )
Adapun dalam proses distilasi ada macam-macam untuk proses suatu aliran
sebagai berikut :[7]:
3. Aliran internal ( internal stream), yaitu aliran fluida yang terjadi didalam
kolom destilasi ada dua macam aliran internal yaitu aliran uap (vapor
stream) dan aliran cairan (liquid stream).
4. Aliran Refluks, yaitu sebagian produk atas atau destilate dikembalikan
kekolom destilasi melalui puncak kolom.
Kecepatan aliran uap/gas juga akan berpengaruh terhadap keberhasilan
proses pemisahan. Jika kecepatan gas terlalu rendah, maka gelembung-
gelembung gas akan mengembang sehingga luas permukaan bidang kontak
tiap satuan volume menjadi kecil sehingga menurunkan efisiensi pemisahan[8].
Pembagian kolom destilasi dibagi menjadi tiga seksi :
1. Seksi Umpan, yaitu dimana aliran umpan masuk.
2. Seksi rektifikasi, yaitu seksi pengayaan fraksi ringan di destilate yang
berada di atas seksi umpan.
3. Seksi stripping, yaitu dimana terjadi pelepasan fraksi ringan yang berada
di bawah seksi umpan.
METEDOLOGI PERCOBAAN
15
16
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan proses distilasi
adalah sebagai berikut :
3.2.1 Alat
3.2.2 Bahan
a. Air
b. Metanol
:
17
Pada percobaan ini terdapat dua variabel percobaan yaitu variabel tetap
dan variabel bebas pada variabel tetap yaitu volume air, sedangkan variabel bebas
adalah metanol.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan
Distilasi adalah proses pemisahan yang paling banyak digunakan
pada industri kimia. Proses pemisahan ini didasarkan oleh perbedaan
kemudahan menguap relatif antara komponen yang akan dipisahkan[9].
Distilasi biasa tidak bisa digunakan untuk memisahkan campuran yang
membentuk titik azeotrop. Distilasi harus dimodifikasi terlebih dahulu
untuk memisahkan campuran azeotrop. Modifikasi distilasi bisa dilakukan
dengan menambahkan komponen lain yang dikenal dengan entrainer.
Distilasi termodifikasi dengan penambahan entrainer ini dikenal dengan
distilasi azeotropik heterogen dan distilasi ekstraktif. Distilasi juga bisa
dilakukan menggunakan dua kolom yang dioperasikan pada tekanan
berbeda. Hal ini bisa dilakukan jika tekanan berpengaruh secara signifikan
[10]
terhadap titik azeotrop . Destilasi juga dapat digunakan untuk
memisahkan dua buah campuran atau lebih terhadap larutan non volatil.
Karena sifat larutan yang selalu terdapat uap diatas cairan, sehingga
berdasarkan hal tersebut maka dengan proses pemisahan dapat di laukan
untuk memperoleh distilasi dengan melihat titik didih dalam campuran,
dimana larutan volatile cenderung lebih cepat mendidih daripada larutan
non volatile.
18
19
Lalu, untuk melihat efisiensi dari kolom distilasi ini adalah dengan
meliahat pada tab parameters | efficiencies, yaitu sebagai berikut.
Tabel 8. Nilai K
28
Metanol = 99.99 %
Air = 0.001 %
Feed = 1000 kg/jam
Perlu diingat bahwa, heavy key disini adalah air, sedangkan light
key adalah methanol. Tekanan operasinya adalah 1 atm (760 mmHg) dan
fasa uapnya adalah 1, maka fasa liquidnya adalah 99. Lalu, temperature di
trial hingga mendapatkan nilai total yi = 1 dengan:
𝑋𝐼𝐾 𝑋𝐻𝐾
𝑁𝑚 log (𝑋𝐻𝐾 ) 𝐷 ( 𝑋𝐼𝐾 ) 𝐵/log aIK
31
Lalu, mencari fraksi pada light key dan heavy key serta harga a.
xLK,D = 1.0000
xHK,D = 0.000018
xLK,B = 0.0000056
xHK,B = 0.9999944
alD = 5.3
a lb = 0.7
a avr = 1.885927665
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
32
DAFTAR PUSTAKA
[1]
Treybal, R.E. 1981. Mass Transfer Operations, 3rdEdition. Rhode Island: Mc
Graw Hill Book Co.
[2]
Syukri.2007. Kimia Dasar 2. Penerbit ITB. Bandung
[3]
Mc. Cabe, W.L., Smith. J.C., Harri.1993. Unit Operation of Chemical
Engineering, edisi ke-5. Mc. Graw Hill International Edition. Co. Ltd.
Singapore.
[4]
Coulson, J.M. Richardson, Sinnot, R.K. 1983.Chemical Engineering Volume
6 (SI Units) Design. Oxford: Pergamon Press.
[5]
Karl Kolmetz. 2013. Distillation Column Selection and Sizing Engineering
Design Guidelines. Johor Bahru Malaysia.
[6]
Fatimura, Muhrinsyah. 2014. Tinjauan Teoritis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi perasi Pada Kolom Distilasi. Jurnal Media Teknik
Volume 11,No.1
[7]
Marco Mazzotti. Distillation–side streams.
http://www.hypervt.ethz.ch/distillationsidestr.eams.php. Diakses 29 Maret
2021
[8]
Asep Muhamad Samsudin. Pemilihan Tipe Kolom Pemisah Perancangan Alat
Proses. Chemical Engineering Universitas Diponegoro , Semarang .2014
[9]
M.T.Tham. Factors Affecting Distillation Column Operation. Http://Www.
Rccostello.Com/Distil/Distilop.Htm. Diakses 29 Maret 2021.
[10]
Perry, R. H., & Green, D. W. (2008). Perry's Chemical Engineers' Handbook
8th Edition. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc
[11]
Smith, R., Chemical Process Design and Integration, 2005, John Wiley and
Sons
LAMPIRAN
= = =
1 + ( − 1)
3. Temperatur Bottom
Tekanan Uap Murni Komponen Pada Bottom Distilasi
Komponen A B C D E Log P
Methanol 14.667 -570.97 -3E+00 2.E-09 -1.E-05 2.73
Water 29.86 -3152.20 -7E+00 2.E-09 2.E-06 2.88
Name: Water
Product Name: Water Contact Information:
Codes: SLW1063
Catalog Codes: SLW1063 Sciencelab.com, Inc.
14025 Smith Rd.
CAS#: 7732-18-5
CAS#: 7732-18-5 Houston, Texas 77396
RTECS: ZC0110000
RTECS: ZC0110000 US Sales: 1-800-901-7247
International Sales: 1-281-441-4400
TSCA: TSCA 8(b) inventory: Water
TSCA: TSCA
Order Online: ScienceLab.com
CI#: Not available.
CI#: Not
CHEMTREC (24HR Emergency Telephone), call:
Synonym: Dihydrogen oxide 1-800-424-9300
Name: Water
Chemical Name: Water call: 1-703-527-3887
International CHEMTREC, call: 1-703-527-3887
Formula: H2O
Chemical Formula: H2O call: 1-281-441-4400
For non-emergency assistance, call: 1-281-441-4400
Ingredients: Not applicable.
Toxicological Data on Ingredients: Not
Contact: Not applicable.
Eye Contact: Not
p. 1
Skin Contact: Not applicable.
Serious Skin Contact: Not available.
Inhalation: Not applicable.
Serious Inhalation: Not available.
Ingestion: Not Applicable
Serious Ingestion: Not available.
Small Spill: Mop up, or absorb with an inert dry material and place in an appropriate waste disposal container.
Large Spill: Absorb with an inert material and put the spilled material in an appropriate waste disposal.
Precautions: No specific safety phrase has been found applicable for this product.
Storage: Not applicable.
p. 2
Odor: Odorless.
Taste: Not available.
Molecular Weight: 18.02 g/mole
Color: Colorless.
pH (1% soln/water): 7 [Neutral.]
Boiling Point: 100°C (212°F)
Melting Point: Not available.
Critical Temperature: Not available.
Specific Gravity: 1 (Water = 1)
Vapor Pressure: 2.3 kPa (@ 20°C)
Vapor Density: 0.62 (Air = 1)
Volatility: Not available.
Odor Threshold: Not available.
Water/Oil Dist. Coeff.: Not available.
Ionicity (in Water): Not available.
Dispersion Properties: Not applicable
Solubility: Not Applicable
p. 3
Protective Equipment:
Not applicable. Lab coat. Not applicable. Safety glasses.
References: Not available.
Other Special Considerations: Not available.
Created: 10/10/2005 08:33 PM
Last Updated: 06/09/2012 12:00 PM
The information above is believed to be accurate and represents the best information currently available to us. However, we
make no warranty of merchantability or any other warranty, express or implied, with respect to such information, and we assume
no liability resulting from its use. Users should make their own investigations to determine the suitability of the information for
their particular purposes. In no event shall ScienceLab.com be liable for any claims, losses, or damages of any third party or for
lost profits or any special, indirect, incidental, consequential or exemplary damages, howsoever arising, even if ScienceLab.com
has been advised of the possibility of such damages.
p. 5
He a lt h 2
3 3
F ir e
1 0
Re a c t iv it y 0
Pe rson a l H
P r o t e c t io n
Toxicological Data on Ingredients: Methyl alcohol: ORAL (LD50): Acute: 5628 mg/kg [Rat]. DERMAL (LD50): Acute: 15800
mg/kg [Rabbit]. VAPOR (LC50): Acute: 64000 ppm 4 hours [Rat].
p. 1
Eye Contact:
Check for and remove any contact lenses. Immediately flush eyes with running water for at least 15 minutes, keeping eyelids
open. Cold water may be used. Get medical attention.
Skin Contact:
In case of contact, immediately flush skin with plenty of water for at least 15 minutes while removing contaminated clothing
and shoes. Cover the irritated skin with an emollient. Cold water may be used.Wash clothing before reuse. Thoroughly clean
shoes before reuse. Get medical attention immediately.
Serious Skin Contact:
Wash with a disinfectant soap and cover the contaminated skin with an anti-bacterial cream. Seek immediate medical
attention.
Inhalation:
If inhaled, remove to fresh air. If not breathing, give artificial respiration. If breathing is difficult, give oxygen. Get medical
attention immediately.
Serious Inhalation:
Evacuate the victim to a safe area as soon as possible. Loosen tight clothing such as a collar, tie, belt or waistband. If
breathing is difficult, administer oxygen. If the victim is not breathing, perform mouth-to-mouth resuscitation. WARNING: It may
be hazardous to the person providing aid to give mouth-to-mouth resuscitation when the inhaled material is toxic, infectious or
corrosive. Seek immediate medical attention.
Ingestion:
If swallowed, do not induce vomiting unless directed to do so by medical personnel. Never give anything by mouth to an
unconscious person. Loosen tight clothing such as a collar, tie, belt or waistband. Get medical attention immediately.
Serious Ingestion: Not available.
p. 2
Small Spill:
Dilute with water and mop up, or absorb with an inert dry material and place in an appropriate waste disposal container.
Large Spill:
Flammable liquid. Poisonous liquid. Keep away from heat. Keep away from sources of ignition. Stop leak if without risk.
Absorb with DRY earth, sand or other non-combustible material. Do not get water inside container. Do not touch spilled
material. Use water spray to reduce vapors. Prevent entry into sewers, basements or confined areas; dike if needed. Call
for assistance on disposal. Be careful that the product is not present at a concentration level above TLV. Check TLV on the
MSDS and with local authorities.
Precautions:
Keep locked up.. Keep away from heat. Keep away from sources of ignition. Ground all equipment containing material. Do
not ingest. Do not breathe gas/fumes/ vapor/spray. Wear suitable protective clothing. In case of insufficient ventilation, wear
suitable respiratory equipment. If ingested, seek medical advice immediately and show the container or the label. Avoid
contact with skin and eyes. Keep away from incompatibles such as oxidizing agents, metals, acids.
Storage:
Store in a segregated and approved area. Keep container in a cool, well-ventilated area. Keep container tightly closed and
sealed until ready for use. Avoid all possible sources of ignition (spark or flame).
Engineering Controls:
Provide exhaust ventilation or other engineering controls to keep the airborne concentrations of vapors below their respective
threshold limit value. Ensure that eyewash stations and safety showers are proximal to the work-station location.
Personal Protection:
Splash goggles. Lab coat. Vapor respirator. Be sure to use an approved/certified respirator or equivalent. Gloves.
Personal Protection in Case of a Large Spill:
Splash goggles. Full suit. Vapor respirator. Boots. Gloves. A self contained breathing apparatus should be used to avoid
inhalation of the product. Suggested protective clothing might not be sufficient; consult a specialist BEFORE handling this
product.
Exposure Limits:
TWA: 200 from OSHA (PEL) [United States] TWA: 200 STEL: 250 (ppm) from ACGIH (TLV) [United States] [1999] STEL: 250
from NIOSH [United States] TWA: 200 STEL: 250 (ppm) from NIOSH SKIN TWA: 200 STEL: 250 (ppm) [Canada] Consult
local authorities for acceptable exposure limits.
p. 3
Specific Gravity: 0.7915 (Water = 1)
Vapor Pressure: 12.3 kPa (@ 20°C)
Vapor Density: 1.11 (Air = 1)
Volatility: Not available.
Odor Threshold: 100 ppm
Water/Oil Dist. Coeff.: The product is more soluble in water; log(oil/water) = -0.8
Ionicity (in Water): Non-ionic.
Dispersion Properties: See solubility in water.
Solubility: Easily soluble in cold water, hot water.
p. 4
Passes through the placental barrier. May affect genetic material. May cause birth defects and adverse reproductive
effects(paternal and maternal effects and fetotoxicity ) based on animal studies.
Special Remarks on other Toxic Effects on Humans:
Waste Disposal:
Waste must be disposed of in accordance with federal, state and local environmental control regulations.
p. 5
DSCL (EEC):
R11- Highly flammable. R23/24/25- Toxic by inhalation, in contact with skin and if swallowed. R39- Danger of very serious
irreversible effects. R39/23/24/25- Toxic: danger of very serious irreversible effects through inhalation, in contact with skin and
if swallowed. S7- Keep container tightly closed. S16- Keep away from sources of ignition - No smoking. S36/37- Wear suitable
protective clothing and gloves. S45- In case of accident or if you feel unwell, seek medical advice immediately (show the label
where possible).
HMIS (U.S.A.):
Health Hazard: 2
Fire Hazard: 3
Reactivity: 0
Personal Protection: h
National Fire Protection Association (U.S.A.):
Health: 1
Flammability: 3
Reactivity: 0
Specific hazard:
Protective Equipment:
Gloves. Lab coat. Vapor respirator. Be sure to use an approved/certified respirator or equivalent. Wear appropriate respirator
when ventilation is inadequate. Splash goggles.
References:
-SAX, N.I. Dangerous Properties of Indutrial Materials. Toronto, Van Nostrand Reinold, 6e ed. 1984. -Material safety
data sheet emitted by: la Commission de la Santé et de la Sécurité du Travail du Québec. -Hawley, G.G.. The
Condensed Chemical Dictionary, 11e ed., New York N.Y., Van Nostrand Reinold, 1987. LOLI, HSDB, RTECS, HAZARDTEXT,
REPROTOX databases
Other Special Considerations: Not available.
Created: 10/10/2005 08:23 PM
Last Updated: 11/01/2010 12:00 PM
The information above is believed to be accurate and represents the best information currently available to us. However, we
make no warranty of merchantability or any other warranty, express or implied, with respect to such information, and we assume
no liability resulting from its use. Users should make their own investigations to determine the suitability of the information for
their particular purposes. In no event shall ScienceLab.com be liable for any claims, losses, or damages of any third party or for
lost profits or any special, indirect, incidental, consequential or exemplary damages, howsoever arising, even if ScienceLab.com
has been advised of the possibility of such damages.
p. 6
CORE Metadata, citation and similar papers at core.ac.uk
Pengaruh Suhu Dan Waktu Operasi Pada Proses Destilasi Untuk
Shabrina Iswari Adani
Provided by eJournals System Universitas Mulawarman
Pengolahan Aquades Di Fakultas Teknik
Yunita Ali Pujiastuti
Universitas Mulawarman
ABSTRAK
Kebutuhan aquadest di Fakultas Teknik Universitas Mulawarman sangat besar, karena aquadest merupakan
bahan pelarut utama dalam kegiatan pratikum di laboratorium. Hal ini mendorong peneliti untuk melakukan
penelitian pembuatan akuades dengan mengolah air kran menggunakan proses distilasi. Sehingga dapat
digunakan untuk keperluan praktikum di laboratorium. Tingkat efisiensi dari alat destilasi harus diketahui untuk
mengoptimalkan kinerja alat tersebut agar dapat berjalan dengan output keluaran yang maksimal tanpa harus
membuang energi yang berlebih sehingga dapat dilakukan penghematan energi. Tujuan penelitian yaitu untuk
mengetahui pengaruh suhu dan waktu operasi terhadap volume aquadest yang dihasilkan dan mengetahui
efisiensi dari kinerja alat destilasi. Penelitian ini menggunakan air yang terdapat pada fakultas teknik sebagai
bahan baku. Air umpan awal yang digunakan sebesar 10 Liter Variasi suhu operasi yang digunakan yaitu 105
o
C, 125 oC, dan 145 oC, dengan masing-masing waktu 2 jam, 3 jam, 4 jam dan 5 jam. Dari hasil penilitian
diperoleh bahwa efisiensi tertinggi yaitu 51,30% didapatkan pada suhu 145 oC.
ABSTRACT
Requirement of aquadest are enormous in engineering faculty at mulawarman university, because aquadest is
the primary solvent in practical activities in the laboratory. This prompted the researchers to conduct a study
about making aquadest by treating tap water using a distillation process. So it can be used for practical
activities in the laboratory. The level of efficiency for the distillation equipment must be known, to optimize the
performance of the equipment in order to operate with a maximum output without having to waste excess
energy and saving the energy. The purpose of the study is to determine the effect of the temperature and the
operating time by the produced of aquadest in volumes and to know the efficiency from the distillation
equipment performance. This study is using tap water from engineering faculty as a raw material. Feed water
input added up to 10 liters. Operating temperature variations used are 105 oC, 125 oC, dan 145 oC. With each
temperature for 2 hours, 3 hours, 4 hours and 5 hours. The results of the study showed that the highest
efficiency is 51.30% obtained at a temperature of 145 oC.
31
dari volume yang dihasilkan pada suhu dan waktu membersihkan alat-alat laboratorium dari zat
yang telah ditentukan. Menurut Tati (2009), untuk pengotor (Petrucci, 2008).
mengubah air PDAM menjadi aquadest dapat Aquades merupakan pelarut yang jauh lebih baik
menggunakan proses destilasi, dimana semakin dibandingkan hampir semua cairan yang umum
kecil volume air umpan maka akan semakin besar dijumpai. Senyawa yang segera melarut di dalam
efisiensi. Hal ini dikarenakan proses pemanasan akuades mencakup berbagai senyawa organik
yang cepat sehingga jumlah uap akan lebih banyak netral yang mempunyai gugus fungsional polar
dalam 1 jam operasi. Sedangkan pada penelitian seperti gula, alkohol, aldehida, dan keton.
Gusti (2010), mengenai unjuk kerja alat destilasi Kelarutannya disebabkan oleh kecenderungan
tenaga surya mengatakan bahwa efisiensi molekul akuades untuk membentuk ikatan
maksimum sebesar 49,2 % dihasilkan pada waktu hidrogen dengan gugus hidroksil gula dan alkohol
destilasi selama 2 jam. atau gugus karbonil aldehida dan keton (Lehninger,
Penelitian Taufik dkk (2014), mengatakan bahwa 1988).
efesiensi destilasi dipengaruhi oleh perbedaan suhu Untuk mengetahui kinerja alat, maka perlu
dan besarnya koefisien perpindahan panas dilakukan perhitungan efisiensi ( ) dengan
menyeluruh yang sering disebut dengan Utotal. menggunakan persamaaan :
Sehingga didapatkan bahwa efesiensi terbesar yaitu
39,0 % dengan nilai koefisien perpindahan panas
sebesar 1,675.
Atau
Berdasarkan kebutuhan dan hasil-hasil penelitian
sebelumnya, maka perlu dilakukan penelitian
mengenai pengolahan aquadest dari air PDAM
dengan proses destilasi.
Tujuan Penelitian yaitu untuk mengetahui 3. METODOLOGI PENELITIAN
pengaruh suhu dan waktu operasi terhadap volume 3.1 Rangkaian Alat Destilasi
aquadest yang dihasilkan dan mengetahui efisiensi
dari kinerja alat destilasi.
6
2. TINJAUAN PUSTAKA .
Menurut Royal (2014), salah satu metode
pemurnian air adalah prosess destilasi. Destilasi 5 4
merupakan istilah lain dari penyulingan, yakni
. 8
proses pemanasan suatu bahan pada berbagai
3 .
temperatur, tanpa kontak dengan udara luar untuk
memperolah hasil tertentu. Penyulingan adalah .
1
perubahan bahan dari bentuk cair ke bentuk gas
.
melalui proses pemanasan cairan tersebut, dan
kemudian mendinginkan gas hasil pemanasan, 2 7
7
33
34
35
Avaliable online at
www.ilmupangan.fp.uns.ac.id
PENGARUH UKURAN BAHAN DAN METODE DESTILASI (DESTILASI AIR DAN DESTILASI
UAP-AIR) TERHADAP KUALITAS MINYAK ATSIRI KULIT KAYU MANIS
(Cinnamomum burmannii)
THE INFLUENCE OF THE RAW MATERIALS SIZES AND THE DISTILLATION METHODS (STEAM-
WATER DISTILLATION AND WATER DISTILLATION) TO THE QUALITY OF CINNAMON BARK
ESSENTIAL OIL (Cinnamomum burmannii)
Received 1 February 2012; accepted 1 October 2012 ; published online 23 October 2012
ABSTRAK
Minyak atsiri kayu manis selama ini banyak dimanfaatkan sebagai flavor makanan dan minuman, bahan kosmetik, parfum,
serta sebagai antiseptik dan antimikroba dalam bidang kedokteran. Minyak atsiri kayu manis diproduksi secara komersial dengan
cara penyulingan atau destilasi. Tetapi masih diperlukan penelitian tentang pengaruh metode destilasi terhadap minyak atsiri yang
dihasilkan. Selain itu minyak atsiri dalam tanaman aromatik diselubungi oleh kelenjar minyak, serabut, kantung minyak atau
granular, sehingga penelitian tentang pengaruh ukuran bahan terhadap kualitas minyak atsiri kulit batang kayu manis sangat
dibutuhkan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran bahan dan metode destilasi terhadap kualitas minyak atsiri kayu
manis (Cinnamomum burmannii) yang berasal dari Desa Bubakan, Girimarto, Wonogiri. Penelitian ini menggunakan Rancangan
Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor yaitu variasi metode destilasi (metode destilasi air dan metode destilasi uap-air) dan ukuran
bahan (ukuran gulungan, ± 1 cm, dan ukuran gilingan kasar). Adapun perlakuan tersebut yaitu : Destilasi Uap-Air Ukuran
Gulungan, Destilasi Uap-Air Ukuran ± 1 cm, Destilasi Uap-Air Ukuran Gilingan Kasar, Destilasi Air Ukuran Gulungan, Destilasi
Air Ukuran ± 1 cm, Destilasi Air Ukuran Gilingan Kasar. Masing-masing perlakuan destilasi dilakukan selama 4 jam. Kemudian
minyak atsiri yang dihasilkan dianalisa kualitasnya, meliputi analisa bobot jenis, indeks bias, kelarutan dalam alkohol, viskositas
dan analisa komponen kimia penyusun minyak atsiri.
Hasil penelitian menunjukan bahwa ukuran bahan dan metode destilasi berpengaruh terhadap kualitas minyak atsiri kulit
batang kayu manis. Pada penelitian ini randemen minyak atsiri tertinggi dihasilkan pada perlakuan Destilasi Uap-Air Ukuran
Gilingan Kasar menghasilkan yaitu sebesar 0,456%, dan randemen minyak atsiri terendah dihasilkan pada perlakuan Destilasi Air
Ukuran Gulungan yaitu sebesar 0,106%. Sedangkan komponen utama dari minyak atsiri kulit batang kayu manis Cinnamomum
burmannii yaitu sinamaldehid (37,12%), p-Cineole (17,37%), Benzyl benzoate (11,65%), Linalool (8,57%), α-Cubebene (7,77%),
serta α-Terpineol (4,16%).
12
ISSN: 2302-0733 Jurnal Teknosains Pangan Vol 1 No 1 Oktober 2012
ABSTRACT
Nowadays, cinnamon bark oil (Cinnamomum burmannii) is used as food and drink flavor, cosmetics, perfume, antiseptic dan
antimicrobial in medicine. Cinnamon oil commercially produced by distillation. However, the research about the influence of these
method to the result of cinnamon oil is needed. Beside that, essential oil in aromatic plant is veiled by oil gland, vessels, oil pocket
or granular, so a research about the influence of the raw material sizes to the quality of cinnamon bark oil as the result is needed.
The aim of this research was to determine the influence of the raw materials sizes and the distillation methods to the quality
of cinnamon essential oil (Cinnamomum burmannii) which was purchased from Bubakan Village, Girimarto, Wonogiri. These
studies were used Complete Random Design (RAL) with two factors, the variations of distillation methods (steam-water distillation
and water distillation) and raw materials sizes (roll size, 1 cm size, and rough mill size). The treatment were Roll Size Steam-Water
Distillation, 1 cm Size Steam-Water Distillation, Rough Mill Size Steam-Water Distillation, Roll Size Water Distillation, 1 cm Size
Water Distillation, and Rough Mill Size Water Distillation. Each distillation treatment was carried out for 4 hours. Then the
essential oil as the result was analyzed the quality, including of the specific gravity analysis, refractive index, solubility in alcohol,
viscosity, and the analysis of essential oil constituent chemical component.
The results showed that the raw materials sizes and the distillation methods affect to the quality of cinnamon bark essential
oil. In this study, the highest cinnamon oil randemen produced in Rough Mill Steam-Water Distillation treatment which the yield
was 0,456%, and the lowest cinnamon oil randemen produced in Roll Size Water Distillation treatment which the yield was
0,106%. While the main component of cinammon bark essential oil (Cinnamomum burmannii) were cinnamaldehide (37,12%), p-
Cineole (17,37%), Benzyl benzoate (11,65%), Linalool (8,57%), α-Cubebene (7,77%), and α-Terpineol (4,16%).
*)
Corresponding author: liaumikhasanah@yahoo.co.id
13
ISSN: 2302-0733 Jurnal Teknosains Pangan Vol 1 No 1 Oktober 2012
dihasilkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk destilasi air dan destilasi uap – air. Untuk metode
mengetahui pengaruh ukuran bahan dan metode destilasi air, bahan dimasukkan dalam ketel suling
destilasi terhadap kualitas minyak atsiri kayu manis kemudian ditambahkan air sampai bahan tersebut
(Cinnamomum burmannii). terendam, tetapi tidak sampai memenuhi ketel
suling. Sedangkan untuk metode destilasi uap – air,
METODE PENELITIAN bahan diletakkan diatas air dengan penahan
Alat (sangsang) dan diatur sedemikian rupa agar ruang
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antar bahan tidak longgar. Ketel tersebut dipanaskan
adalah 1 set alat destilasi, yang terdiri dari ketel dengan menggunakan kompor listrik. Waktu
suling, pendingin (kondensor) dan penampung hasil destilasi selama 4 jam diukur mulai dari tetesan
kondensasi. Sedangkan alat lain yang digunakan kondensat pertama.
dalam analisa antara lain : neraca analitik Bahan yang dibutuhkan dalam setiap proses
terkalibrasi dengan ketelitian 0,001 g dan destilasi sebanyak 2,5 kg, kemudian waktu
piknometer, refraktometer, viskometer, serta destilasi selama 4 jam. Pada metode destilasi air,
instrumen kromatrografi lengkap terdiri dari tabung kulit kayu manis terendam dalam air sehingga kulit
gas berisi gas nitrogen “HP” dengan regulatornya, kayu manis kontak langsung dengan air.
hydrogen, detektor ionisasi nyala (flame ionization Perbandingan air dan bahan yang digunakan yaitu
detector FID), rekorder integrator, dan alat suntik 1 : 4. Sehingga pada destilasi dengan bahan 2,5 kg
dengan volume 1 mikroliter dibutuhkan 10 liter air. Sedangkan pada metode
destilasi uap-air, kulit kayu manis dan air dipisahkan
Bahan dengan sangsang (saringan). Permukaan air berada
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini dibawah saringan, sehingga tidak ada kontak
adalah kulit kayu manis (Cinnamomum burmannii) langsung antara air dan kayu manis.
yang diperoleh dari Desa Bubakan, Girimarto,
Wonogiri. Bahan – bahan yang digunakan dalam Analisis Minyak Atsiri
analisa antara lain aquadest untuk analisa bobot jenis Selain dilakukan penghitungan terhadap randemen
dan analisa indeks bias, sedangkan untuk analisa yang dihasilkan, dilakukan juga analisis lain yang
kelarutan dalam alkohol digunakan etanol 70 %. bertujuan untuk mengetahui kualitas dari minyak
atsiri yang dihasilkan. Analisis yang dilakukan
Tahapan Penelitian dijelaskan pada Tabel 1. Sedangkan diagram alir
Persiapan Bahan Destilasi jalannya penelitian dapat digambarkan pada
Gambar 2.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kulit kayu manis (Cinnamomum burmannii)
Rancangan Percobaan
yang diperoleh dari Desa Bubakan, Girimarto,
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak
Wonogiri. Bahan divariasikan dalam 3 ukuran, yaitu
Lengkap (RAL) dengan dua faktor, yaitu variasi
gulungan, ukuran ± 1 cm dan gilingan kasar.
metode destilasi dan ukuran bahan (Tabel 2.2).
Dimana yang dimaksud dengan ukuran gulungan
Setiap sampel variasi akan dilakukan ulangan
yaitu kulit kayu manis yang tidak mengalami
percobaan sebanyak dua kali. Data yang diperoleh
pengecilan ukuran (ukuran dalam kondisi basah ± 10
selanjutnya dianalisa dengan ANOVA. Jika terdapat
× 30 cm), sedangkan ukuran gilingan kasar adalah
perbedaan, maka akan dilanjutkan dengan uji
kulit kayu manis hasil dari mesin penggilingan, yaitu
Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf
sekitar 7 - 15 mesh.
signifikan α = 0,05.
Penyulingan atau Destilasi Minyak Atsiri
Bahan yang sudah dipersiapkan dengan
masing – masing ukuran didestilasi dengan
menggunakan 2 macam metode destilasi, yaitu
14
ISSN: 2302-0733 Jurnal Teknosains Pangan Vol 1 No 1 Oktober 2012
Kayu manis
(Cinnamomum burmannii)
Minyak atsiri
HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 2 Pengaruh Ukuran Bahan dan Metode Destilasi
Randemen terhadap Randemen Minyak Atsiri Kayu Manis
Randemen
Proses destilasi dari kulit kayu manis Perlakuan
(%)
menghasilkan minyak atsiri kulit kayu manis atau Destilasi Uap-Air Gulungan 0,164b
yang biasa disebut cinnamon bark oil. Hasil dari Destilasi Uap-Air ± 1 cm 0,332d
masing-masing proses destilasi kulit kayu manis Destilasi Uap-Air Gilingan Kasar 0,456e
disajikan pada Tabel 2. Destilasi Air Gulungan 0,106a
Destilasi Air ± 1 cm 0,220c
Destilasi Air Gilingan Kasar 0,240c
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf α = 0,05
15
ISSN: 2302-0733 Jurnal Teknosains Pangan Vol 1 No 1 Oktober 2012
Pada destilasi uap-air dengan ukuran bahan Bila ditinjau dari metode destilasi yang
gilingan kasar menghasilkan rendemen minyak atsiri digunakan, rendemen destilasi uap-air ukuran
sebesar 0,456%, dimana rendemen tersebut bila gilingan kasar yaitu sebesar 0,456% berbeda nyata
dibandingkan dengan rendemen destilasi uap-air (lebih tinggi) terhadap rendemen destilasi air ukuran
ukuran gulungan (0,164%) dan destilasi uap-air gilingan kasar sebesar 0,240%. Hal tersebut
ukuran ± 1 cm (0,332%) berbeda nyata (lebih menunjukkan bahwa perbedaan metode destilasi
tinggi). Hal tersebut menunjukkan bahwa pada yang digunakan mempengaruhi randemen minyak
destilasi dengan menggunakan ukuran bahan yang atsiri kulit kayu manis yang dihasilkan. Pada
lebih kecil cenderung menghasilkan rendemen destilasi uap-air, antara air dan minyak atsiri dalam
minyak atsiri yang lebih tinggi. Pada kulit batang kulit kayu manis tidak menguap secara bersama-
kayu manis (Cinnamomum burmannii), minyak sama. Pada awalnya air akan menguap setelah
atsiri terdapat pada kulit bagian dalam (phloem) proses pemanasan dilakukan, setelah mencapai suatu
(Rismunandar, 1989). Menurut (Guenther, 1987) keseimbangan tekanan tertentu maka uap air akan
minyak atsiri dalam tanaman aromatik dikelilingi masuk ke dalam jaringan dalam bahan dan
oleh kelenjar minyak, pembuluh-pembuluh, kantung mendesak minyak atsiri ke permukaan. Kemudian
minyak atau rambut granular. Apabila bahan minyak atsiri akan ikut menguap bersama uap air
dibiarkan utuh, minyak atsiri hanya dapat diekstraksi menuju kondensor. Menurut Harris (1987) dalam
apabila uap air berhasil melalui jaringan tanaman Zulnely (2008) pada penyulingan sistem kukus
dan mendesaknya ke permukaan. Proses ekstraksi (destilasi uap-air) letak bahan baku yang diambil
dalam keadaan tersebut hanya terjadi karena minyaknya terpisah dengan air pembawa, sehingga
peristiwa hidrodifusi, tetapi proses ini berlangsung penguapan air dan minyak dari tumbuhan yang
sangat lambat bila bahan dalam keadaan utuh. disuling tidak bersamaan, selain itu pada destilasi
Sehingga randemen yang dihasilkan dengan bahan uap-air mempunyai suhu proses yang relatif lebih
kulit kayu manis gulungan rendah, hal ini tinggi bila dibandingkan dengan destilasi air.
disebabkan karena kandungan minyak atsiri yang Perbedaan suhu yang relatif lebih tinggi tersebut
terdapat dalam kulit kayu manis masih tetap tertahan yang menyebabkan proses ekstraksi minyak atsiri
di dalam jaringan, sulit untuk terekstrak dengan pada destilasi uap-air akan berjalan lebih baik
baik. Namun bukan berarti semakin kecil ukuran dibandingkan pada destilasi air.
bahan akan menghasilkan rendemen yang semakin Harris (1987) dalam Zulnely (2008) juga
tinggi, justru ukuran yang terlalu kecil akan mengemukakan bahwa persentase senyawa yang
menurunkan randemen minyak atsiri, yaitu karena terdapat dalam minyak hasil destilasi uap-air
sifat bubuk kulit kayu manis akan menjadi kental mempunyai nilai yang lebih besar dari pada minyak
bila kontak dengan air (pada destilasi air) dan hasil destilasi air. Sehingga dapat disimpulkan
menurut Sundari (2002) bubuk kulit kayu manis bahwa pada minyak hasil destilasi uap-air memiliki
bersifat kompak sehingga kontak antara uap dan randemen yang lebih tinggi karena senyawa-
bahan tidak sempurna (pada destilasi uap dan senyawa yang terekstrak lebih banyak. Menurut
destilasi uap-air). Guenther (1987), dibandingkan dengan destilasi air,
Hal yang sama juga ditunjukkan pada destilasi dengan uap-air lebih unggul karena proses
rendemen destilasi air dengan ukuran gulungan dekomposisi minyak lebih kecil (hidrolisa ester,
sebesar 0,106% yang berbeda nyata (lebih rendah) polimerisasi, resinifikasi, dan lain-lain). Pada
dengan rendemen destilasi air ukuran ± 1 cm destilasi air beberapa jenis ester misalnya linalil
(0,220%) dan destilasi air ukuran gilingan kasar asetat akan terhidrolisa sebagian, persenyawaan
(0,240%). Perbedaan rendemen tersebut juga yang peka seperti aldehid, mengalami polimerisasi
disebabkan oleh pengaruh penggunaan ukuran karena pengaruh air mendidih.
bahan, dimana ukuran bahan yang kecil akan Sedangkan pada destilasi air, minyak atsiri
cenderung meningkatkan rendemen minyak atsiri. dari bahan akan keluar ke media pembawa (air),
Walaupun seperti yang sudah dijelaskan diatas kemudian baru akan menguap bersama-sama dengan
bahwa bukan berarti semakin kecil ukuran bahan air setelah proses pemanasan dilakukan. Oleh karena
maka akan selalu meningkatkan rendemen minyak itu banyak kandungan minyak atsiri yang masih
atsiri. tertinggal dalam air, sehingga randemen minyak
atsiri menjadi tidak maksimal. Hal tersebut juga
16
ISSN: 2302-0733 Jurnal Teknosains Pangan Vol 1 No 1 Oktober 2012
sesuai dengan yang dikemukakan oleh Harris (1987) zat sangat tergantung dari komponen senyawa-
dalam Zulnely (2008) bahwa pada penyulingan senyawa penyusunnya. Komponen utama pada
rebus (destilasi air) bahan yang akan diambil minyak minyak atsiri adalah senyawa sinamaldehid dan juga
atsirinya dimasak dengan air, sehingga proses golongan terpen. Berat jenis dari minyak atsiri yang
penguapan air dan minyak berlangsung bersamaan. dihasilkan dari masing-masing perlakuan tersebut
Walapun penyulingan ini seolah-olah mudah tidak beda nyata, karena senyawa utama minyak
penanganannya, tetapi ternyata menyebabkan atsiri kulit kayu manis yaitu sinamaldehid dan
kehilangan hasil akibat sebagian minyak larut dalam terpen, sangat dominan jumlahnya bila dibanding
air tetapi tidak ikut menguap. Menurut Lutony dan senyawa lainnya. Walaupun bahan yang didestilasi
Rahmayati (1999), destilasi air menyebabkan berukuran besar, senyawa sinamaldehid dan terpen
banyaknya randemen minyak yang hilang, teroksigenasi masih dapat terekstrak dan jumlahnya
sedangkan randemen minyak atsiri pada proses tetap terbesar sehingga berat jenis dari minyak yang
destilasi uap-air cukup memadai. dihasilkan cenderung sama. Begitu juga bila ditinjau
Berdasarkan pembahasan diatas dapat dari metode destilasi yang dilakukan, karena
disimpulkan bahwa ukuran bahan dan metode perbedaan tekanan dan suhu yang digunakan pada
destilasi berpengaruh pada randemen minyak atsiri metode destilasi air dan destilasi uap-air hanya
yang dihasilkan. Randemen pada proses destilasi sedikit maka kandungan senyawa sinamaldehid dan
uap-air dengan ukuran gilingan kasar menghasilkan terpen yang terekstrak relatif tetap besar. Hal
randemen yang paling tinggi yaitu 0,456% bila tersebut yang menyebabkan nilai berat jenis minyak
dibandingkan dengan perlakuan lain. Hal ini atsiri dari 2 metode tersebut tidak beda nyata. Hal
disebabkan karena destilasi uap-air mempunyai suhu yang sama juga dikemukakan oleh Zulnely (2004),
dan tekanan proses yang relatif lebih tinggi, relatif perbedaan sistem penyulingan kukus (destilasi uap-
tidak ada minyak atsiri yang bercampur dalam air air) dan penyulingan rebus (destilasi air) tidak
sehingga jumlah minyak yang tertinggal dalam air berpengaruh pada berat jenis minyak atsiri.
kecil, dan juga senyawa-senyawa yang terekstrak Berat jenis dari minyak atsiri yang dihasilkan
lebih lengkap. Sedangkan pengecilan ukuran akan dari penelitian ini masih sedikit dibawah SNI yaitu
membuka jaringan dalam kulit batang yang 1,008 – 1,030 gram/ml pada suhu 20°C atau sekitar
menyebabkan jumlah minyak yang terekstrak lebih 1,0120 – 1,0340 gram/ml pada suhu 25°C, hal ini
tinggi, serta ukuran bahan yang kecil menyebabkan diduga disebabkan karena individual variability
proses difusi semakin cepat. tanaman, kondisi tempat tumbuh, dan faktor-faktor
lain. Dalam beberapa kasus, Fritzsche Brothers, Inc.,
Berat Jenis memperoleh minyak berkadar sinamaldehid lebih
Data hasil penelitian pengaruh ukuran bahan rendah, disertai dengan nilai berat jenis dan indeks
baku destilasi terhadap berat jenis ditunjukkan pada bias yang lebih rendah. Keragaman dalam sifat-sifat
Tabel 3. minyak murni ini memberikan gambaran sulitnya
menentukan batas-batas nilai yang tepat bagi sifat
Tabel 3 Pengaruh Ukuran Bahan dan Metode Destilasi minyak kulit kayu manis Ceylon, karena sifat-sifat
terhadap Berat Jenis Minyak Atsiri Kulit Kayu Manis. itu sendiri tergantung sebagian besar kepada
Berat Jenis keadaan bahan baku, umur kulit, dan metode
Perlakuan
(gram/ml) penyulingan yang digunakan (Guenther, 1990).
Destilasi Uap-Air Gulungan 1,0112a Selain itu berat jenis yang masih terlalu
Destilasi Uap-Air ± 1 cm 1,0044a
rendah ini dapat juga dipengaruhi oleh fraksi berat
Destilasi Uap-Air Gilingan Kasar 1,0043a
yang bersifat larut dalam air. Fraksi berat tersebut
Destilasi Air Gulungan 1,0071a
Destilasi Air ± 1 cm 0,9879a akan tertinggal dalam air hasil destilasi, karena
Destilasi Air Gilingan Kasar 0,9894a metode pemisahan yang digunakan (dengan
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama menggunakan corong pemisah) pada pemisahan
menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf α = 0,05 minyak atsiri dan air sulit untuk memisahkan
senyawa yang larut dalam air. Menurut Guenther
Nilai berat jenis minyak atsiri kulit kayu (1987) menjelaskan bahwa komponen yang larut
manis dari masing-masing perlakuan tersebut tidak dalam air sebagian besar terdiri dari senyawa-
menunjukkan adanya beda nyata. Berat jenis suatu senyawa teroksigenasi (termasuk sinamaldehid)
17
ISSN: 2302-0733 Jurnal Teknosains Pangan Vol 1 No 1 Oktober 2012
yang mempunyai bobot jenis lebih besar dari berukuran besar, senyawa sinamaldehid dan terpen
senyawa-senyawa tidak teroksigenasi (terpen, masih dapat terekstrak dan jumlahnya tetap dominan
sesqueterpene, dan lain-lain). Oleh karena itu, berat sehingga nilai indeks bias dari minyak yang
jenis dari minyak atsiri yang dihasilkan dari destilasi dihasilkan cenderung sama karena senyawa-senyawa
kulit kayu manis ini relatif masih rendah. tersebut mempunyai pengaruh yang besar terhadap
nilai indeks bias.
Indeks Bias Begitu juga bila dilihat dari metode destilasi
Pengaruh ukuran bahan baku destilasi yang dilakukan, walaupun metode destilasi yang
terhadap nilai indeks bias ditunjukkan pada Tabel 4. dilakukan berbeda (destilasi uap-air dan destilasi air)
tetapi menghasilkan nilai indeks bias minyak atsiri
Tabel 4 Pengaruh Ukuran Bahan dan Metode Destilasi yang tidak berbeda nyata. Hal tersebut sesuai dengan
terhadap Indeks Bias Minyak Atsiri Kulit Kayu Manis. penelitian Zulnely (2004), yang juga menunjukkan
Perlakuan Indeks Bias tidak ada perbedaan nilai indeks bias yang
Destilasi Uap-Air Gulungan 1,5712a dihasilkan oleh destilasi air dan destilasi uap-air.
Destilasi Uap-Air ± 1 cm 1,5592a Karena tekanan dan suhu yang digunakan pada
Destilasi Uap-Air Gilingan Kasar 1,5611a kedua metode tersebut hanya terdapat sedikit
Destilasi Air Gulungan 1,5423a
perbedaan, maka kandungan senyawa sinamaldehid
Destilasi Air ± 1 cm 1,5619a
dan terpen yang terekstrak juga relatif tetap
Destilasi Air Gilingan Kasar 1,5727a
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama dominan. Hal tersebut yang menyebabkan nilai
menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf α = 0,05 indeks bias minyak atsiri dari kedua metode tersebut
tidak beda nyata.
Dari hasil penelitian di atas menunjukkan Nilai indeks bias minyak atsiri pada penelitian
bahwa nilai indeks bias minyak atsiri kulit kayu ini dapat memenuhi Standar Nasional Indonesia
manis yang dihasilkan dari destilasi uap-air ukuran yaitu sebesar 1,559 – 1,595 pada suhu pengukuran
gulungan sebesar 1,5712; destilasi uap-air ukuran ± 20°C, atau 1,5614 – 1,5974 jika pada suhu
1 cm sebesar 1,5592; destilasi uap-air ukuran pengukuran 25°C. Walaupun ada juga sampel
gilingan kasar sebesar 1,5611; destilasi air ukuran minyak yang memiliki nilai indeks bias lebih rendah
gulungan sebesar 1,5423; destilasi air ukuran ± 1 cm dari 1,5614. Namun karena tidak ada beda nyata dari
sebesar 1,5619; dan destilasi air ukuran gilingan minyak atsiri yang dihasilkan dari masing-masing
kasar sebesar 1,5727. Nilai indeks bias minyak atsiri perlakuan maka dapat dianggap kualitas minyak
kulit kayu manis dari masing-masing perlakuan atsiri kulit kayu manis dari penelitian ini dapat
tersebut tidak menunjukkan adanya beda nyata. memenuhi SNI.
Menurut (Ketaren, 1997 dalam Zulnely, 2008)
nilai indeks bias meningkat pada minyak yang Kelarutan dalam Alkohol
memiliki rantai karbon panjang dan terdapat Pengaruh ukuran bahan baku destilasi
sejumlah ikatan rangkap. Hal tersebut berarti bahwa terhadap kelarutan minyak atsiri dalam alkohol
nilai indeks sangat dipengaruhi oleh senyawa ditunjukkan pada Tabel 5.
sinamaldehid dan terpen yang terkandung dalam
minyak atsiri tersebut. Karena sinamaldehid dan Tabel 5 Pengaruh Ukuran Bahan dan Metode Destilasi
terpen merupakan senyawa yang jenuh, dan terhadap Kelarutan dalam Alkohol Minyak Atsiri Kulit
merupakan komponen terbesar dalam minyak atsiri. Kayu Manis.
Senyawa sinamaldehid dan terpen merupakan Kelarutan
Perlakuan
dalam Alkohol
senyawa terbesar dan sangat dominan jumlahnya
Destilasi Uap-Air Gulungan 1 : 2,0a
dalam minyak atsiri. Sifat indeks bias dari minyak Destilasi Uap-Air ± 1 cm 1 : 2,0a
atsiri kulit kayu manis tidak dipengaruhi oleh ukuran Destilasi Uap-Air Gilingan Kasar 1 : 3,0a
bahan baku dan metode destilasi yang dilakukan. Destilasi Air Gulungan 1 : 2,0a
Hal tersebut dapat terjadi karena pada bahan yang Destilasi Air ± 1 cm 1 : 2,5a
mengalami pengecilan ukuran maupun bahan yang Destilasi Air Gilingan Kasar 1 : 2,5a
masih berukuran besar, senyawa sinamaldehid dan Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama
terpen akan dapat terekstrak dalam proses destilasi. menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf α = 0,05
Dengan kata lain, apabila bahan yang di destilasi
18
ISSN: 2302-0733 Jurnal Teknosains Pangan Vol 1 No 1 Oktober 2012
nilai viskositas minyak atsiri yang dihasilkan. Hal Analisis komponen kimia dilakukan dengan
tersebut diduga karena perbedaan metode destilasi menggunakan alat GCMS Shimadzu QP2010S
(destilasi air dan destilasi uap-air) tidak dengan kondisi operasi pada tekanan 72,6 kPa, suhu
menyebabkan perbedaan kandungan senyawa terpen kolom diatur dari 60° sampai 220°C, dan suhu
dalam minyak atsiri, artinya senyawa terpen dalam injeksi 250°C. Sebelum diinjeksikan, sampel minyak
minyak atsiri yang dihasilkan dari metode destilasi atsiri sebanyak 10 µL dilarutkan dengan metanol
air dan destilasi uap-air masih sama-sama dominan. sampai volume 1 ml. Hasil analisis GCMS yang
dilakukan ditunjukkan pada Gambar 2.
Analisis Kimia Minyak Atsiri Kayu Manis
Dari kromatogram (Gambar 3) hasil analisis lain sebagainya. Kandungan sinamaldehid pada
GCMS terlihat bahwa komponen kimia mayor yang penelitian ini masih dibawah SNI yaitu minimal
terdeteksi pada kondisi analisis yang dilakukan 50%. Hal tersebut diduga disebabkan karena proses
dijelaskan pada Tabel 7 yaitu Cinnamaldehyde, p- pemisahan minyak atsiri yang kurang sempurna,
Cineole, Benzyl benzoate, Linalool, α-Cubebene, sinamaldehid merupakan senyawa yang agak larut
serta α-Terpineol. Sedangkan komponen kimia dalam air sehingga banyak senyawa tersebut yang
minornya meliputi α-Copaene, 4-Terpineol, masih bercampur dalam destilat. Selain itu hal
Camphene, dan sebagainya. Kandungan tersebut dapat terjadi karena faktor bahan baku yang
sinamaldehid dalam minyak atsiri kayu manis sangat digunakan, karena kualitas kulit kayu manis sangat
dominan, dalam minyak atsiri yang dihasilkan pada dipengaruhi oleh individual variability tanaman.
penelitian ini sekitar 37,12%. Sinamaldehid Dalam beberapa kasus, Fritzsche Brothers, Inc.,
merupakan senyawa utama minyak atsiri kayu manis memperoleh minyak berkadar sinamaldehid lebih
yang mempunyai aktivitas larvasida yang besar rendah (hanya 42,6%), disertai dengan nilai berat
(Wang et al., 2008 dalam Paringga 2009), dapat jenis dan indeks bias yang lebih rendah daripada
menghambat aktivitas dan pertumbuhan jamur hasil minyak atsiri lainnya yang umum yaitu kadar
(Dian, 2008), antibakteri (Ardani dkk., 2010), dan sinamaldehidnya sekitar 62,2-75%. Keragaman
20
ISSN: 2302-0733 Jurnal Teknosains Pangan Vol 1 No 1 Oktober 2012
dalam sifat-sifat minyak murni ini tergantung senyawa-senyawa monoterpen, sehingga senyawa-
sebagian besar kepada keadaan bahan baku dan senyawa monoterpen menjadi senyawa utama pada
umur kulit kayu manis (Guenther, 1990). minyak atsiri kayu manis.
Selain sinamaldehid, komponen utama lain Senyawa terpenoid dalam minyak atsiri kayu
dalam minyak atsiri kayu manis Cinnamomum manis berperan sebagai antioksidan namun lebih
burmannii pada penelitian ini adalah p-Cineole berperan sebagai antiagregasi (Azima, 2004;
(17,37%), Linaool (8,57%), α-Cubebene (7,77%), Robinson, 1991 dan Sastrohamijoyo, 1996 dalam
serta α-terpineol (4,16%). Senyawa-senyawa Akhmadi dan Mahmudatussaadah, 2006). Senyawa
tersebut termasuk dalam klasifikasi senyawa terpen p-Cineole memiliki aktivitas sebagai anti kecoa
(terpenoid). Berdasarkan unit isopenten (lipas) disamping sebagai flavor (Windholz, 1983
penyusunnya senyawa terpen dibagi dalam beberapa dalam Agusta dkk., 1997). Senyawa linalool
kelompok meliputi hemiterpen, monoterpen, memiliki aroma yang wangi sehingga banyak
sesquiterpen, diterpen, triterpen, tetraterpen dan digunakan dalam formulasi parfum atau pewangi
politerpen. Senyawa-senyawa utama pada minyak (Agusta dkk., 1997). Selain senyawa-senyawa
kayu manis tersebut (p-Cineole, Linaool, α- tersebut, senyawa lain yang terkandung dalam
Cubebene, serta α-terpineol) termasuk dalam minyak atsiri kayu manis dalam penelitian meliputi
golongan monoterpen yang mempunyai atom C benzyl benzoat, α-Copaene, 4-Terpineol,
sebanyak 10. Fraksi yang paling mudah menguap Camphene, α-Pinene, dan lain sebagainya .
dari hasil destilasi fraksinasi biasanya terdiri dari
Tabel 7 Komponen Senyawa-Senyawa Penyusun Minyak Atsiri Kulit Kayu Manis Cinnamomum burmannii
No. Luas Area % Area Senyawa
1 10104078 1,35% Alpha-Pinene
2 11891118 1,58% Camphene
3 6782476 0,90% Beta-Pinene
4 4817792 0,64% Beta-Myrcene
5 4612198 0,61% p-Cymene
6 130474727 17,37% p-Cineole
7 64384865 8,57% Linalool
8 4861061 0,65% Hydrocinnamaldehyde
9 17714533 2,36% 4-Terpineol
10 31270631 4,16% Alpa-Terpineol
11 278761282 37,12% Cinnamaldehyde
12 5099545 0,68% Asetat acids
13 19210766 2,56% Alpha-Copaene
14 58325083 7,77% Alpa-Cubebene
15 7605099 1,01% Alpha-Muurolene
16 7621835 1,01% Delta-Cadinene
17 87458189 11,65% Benzyl benzoat
Total 750995278 100,00%
21
ISSN: 2302-0733 Jurnal Teknosains Pangan Vol 1 No 1 Oktober 2012
metode destilasi tidak memberikan pengaruh Badan Standarisasi Nasional. 2006. Syarat Mutu
(beda nyata). Minyak Kayu Manis (SNI 06-3734-
2. Randemen minyak atsiri tertinggi dihasilkan pada 2006).
perlakuan destilasi uap-air dengan ukuran Dewan Atsiri Indonesia dan IPB. 2009. Minyak
gilingan kasar yaitu sebesar 0,456%. Sedangkan Atsiri Indonesia.
randemen minyak atsiri terendah dihasilkan pada http://minyakatsiriindonesia.wordpress.com/atsi
perlakuan destilasi air dengan ukuran gulungan ri/. Diakses pada tanggal 2 Januari 2011.
yaitu sebesar 0,106%. Dian, Monica. 2008. Pemisahan Minyak Atsiri Kayu
3. Kandungan utama minyak atsiri kulit kayu manis Manis (Cinnamomum zeylanicum) secara
Cinnamomum burmannii yang dihasilkan dari Kromatografi Lapis Tipis dan Aktivitas
destilasi uap-air dengan ukuran gilingan kasar Antijamur terhadap Malassezia furfur In Vitro.
yaitu sinamaldehid (37,12%), p-Cineole Universitas Diponegoro. Semarang.
(17,37%), Benzyl benzoate (11,65%), Linalool Fengel, D dan Wegener, G. 1995. Kayu : Kimia,
(8,57%), α-Cubebene (7,77%), serta α-Terpineol Ultrastruktur, Reaksi- reaksi. Gajah Mada
(4,16%). University Press. Yogyakarta.
Guenther, Ernest. 1987. Minyak Atsiri. Jilid 1.
Saran Diterjemahkan oleh S. Ketaren. Universitas
Pada perlakuan destilasi air dalam penelitian Indonesia Press. Jakarta.
ini digunakan larutan pembawa (air) yang sama Guenther, Ernest. 1990. Minyak Atsiri Jilid IV A.
karena massa bahan yang digunakan pada masing- Diterjemahkan oleh S. Ketaren. Universitas
masing perlakuan sama, akibatnya pada destilasi Indonesia Press. Jakarta.
dengan menggunakan ukuran bahan yang kecil air Irawan, Bambang. 2010. [Tesis] Peningkatan Mutu
yang digunakan sangat banyak. Oleh karena itu Minyak Nilam dengan Ekstraksi dan Destilasi
perlu dikaji jumlah air terhadap volume bahan yang pada Berbagai Komposisi Pelarut. Universitas
didestilasi agar menghasilkan minyak atsiri yang Diponegoro. Semarang.
optimal Jaya, Askar; Ernan Rustiadi; Isang Gonarsyah;
Deddy Bratakusumah dan Bambang Juanda.
2009. Dampak Pengembangan Komoditas Kayu
DAFTAR PUSTAKA Manis Rakyat terhadap Perekonomian Wilayah:
Agusta, Andrea. 2000. Minyak Atsiri Tumbuhan Kasus Kabupaten Kerinci, Provinsi
Tropika Indonesia. ITB. Bandung. Jambi.Forum Pascasarjana Volume 32 No. 1
Agusta, Andrea; Yuliasri Jamal dan Mindarti Januari 2009. IPB. Bogor.
Harapini. Komponen Kimia Minyak Atsiri Kayu Legowo, Anang Mohamad dan Nurwantoro. 2004.
Manis Halmahera. Hayati Volume 4 No. 1 Analisis Pangan. Universitas Diponegoro.
April 1997. Bogor. Semarang.
Akhmadi, Abbas dan Ai Mahmudatussaadah. 2006. Lene. 2009. Herbs and Spices is The Quality of Life.
Minuman Fungsional Berbahan Dasar Teh dan http://nordensskattkammer.blogspot.com/2009/0
Kayu Manis untuk Penderita Diabetes. 3/urter-krydder-er-livskvalitet.html. Diakses
Prosiding Seminar Nasional Iptek Solusi pada tanggal 8 Maret 2011.
Kemandirian Bangsa Agustus 2006. Lutony, Luqman., dan Yeyet Rahmayati. 1999.
Yogyakarta. Produksi dan Perdagangan Minyak Atsiri.
Anonim. 2010. Kayu Manis. http://www.bpdas- Penebar Swadaya. Jakarta.
pemalijratun.net/index.php?option=com_conten Nainggolan, Marnaek. 2008. [Tesis] Isolasi
t&view=article&id=101:kayu- Sinamaldehida dari Kulit Kayu Manis
manis&catid=40:tanaman-obat&Itemid=47. (Cinnamomum burmanii). Sekolah Pasca
Diakses pada tanggal 8 Maret 2011. Sarjana Universitas Sumatera Utara. Medan.
Ardani, Marisya; Sylvia Utami Tunjung Pratiwi dan National Tropical Botanical Garden. 2011.
Triana Hertiani. 2010. Efek Campuran Minyak Cinnamomum burmannii.
Atsiri Daun Cengkeh dan Kulit Batang Kayu http://www.ntbg.org/plants/plant_details.php?pl
Manis sebagai Antiplak Gigi. Majalah Farmasi antid=2799. Diakses pada tanggal 9 Maret 2011.
Indonesia Volume 21 (3). Yogyakarta.
22
ISSN: 2302-0733 Jurnal Teknosains Pangan Vol 1 No 1 Oktober 2012
23