Anda di halaman 1dari 18

Problem 4: Vapor-Liquid Equilibria

Chemical Engineering Thermodynamics-03_Course 2020


Chemical Engineering Department - FTUI

Problem #1
Please read the following story obtained from the internet: Your group task is to verify the
underline statements using thermodynamics VLE calculations. You could assume that the LPG sold
by Pertamina is an ideal mixture. Questions:
 in what instances would you prepare a VLE diagram using a bubble-point, dew-point, or
flash point calculation?
 why do you think LPG mixture could be considered as an ideal mixture?
 prepare T,x,y plot at 1 bar and the P,x,y plots at 32, 50, and 80C; at 80C could you predict
if the LPG tank is still safe?
Please verify if the underline statements are correct.

Elpiji Kok Dibuat Mainan


Rabu, 29/09/2010 09:02 WIB
Agus Pambagio – detikNews
Jakarta – Beberapa hari yang lalu saya dihubungi seorang teman yang tinggal di daerah perumahan 
Bumi Serpong Damai (BSD) yang menemukan kejanggalan dengan tabung elpiji Pertamina isi 12
kg miliknya. Pertama, api tidak sebiru biasanya. Kedua, ketika akan mengganti tabung gas yang
sudah kosong, saat mengocok-ngocok terdengar suara gemericik di dalam tabung. Berdasarkan
pengaduan tersebut, selama beberapa hari ini saya berusaha  mencari tahu dengan menghubungi
beberapa pihak yang berwenang, seperti pejabat dan Komisaris Pertamina, Menteri ESDM, Menteri
Negara BUMN, YLKI, rekan-rekan di beberapa milist dan Blackberry Messenger Group serta
berbagai sumber yang memahami persoalan elpiji tabung 12 kg produk Pertamina.
Dari komunikasi saya dengan Komisaris, mereka menyangkal ada perubahan kualitas gas elpiji 12
kg dan meminta saya untuk mengunjungi website Pertamina yang menampilkan program konversi
dan meminta saya untuk mendiskusikan dengan bagian Pemasaran & Niaga. Jawaban ini patut
diduga menghindar dan tidak nyambung. Lalu saya sms Menteri ESDM dan jawabannya : “Tksh 
atas infonya, saya cek”. Itu saja dan sampai tulisan ini saya buat, belum ada perkembangan.
Berhubung saya penasaran, maka saya juga menghubungi salah satu pejabat berwenang di
Pertamina yang kebetulan saya kenal dan ternyata beliau mengakui kalau komposisi Butane dan
Propane pada elpiji tabung 12 kg diubah. Beliau berjanji untuk menyampaikan masalah ini ke
Direksi. Esoknya saya mendapat kabar bahwa Direksi berang setelah persoalan ini diberitakan di
detikcom. Kemudian patut diduga ada instruksi agar pejabat Pertamina dilarang menanggapi,
kecuali Corporate Secretary. Dari beberapa komunikasi di atas, saya semakin yakin bahwa
komposisi isi tabung gas elpiji untuk keperluan rumah tangga memang diubah. Dari komposisi
semula sekitar 60% Propane dan 40% Butane menjadi 60% Butane dan 40% Propane. Komposisi
ini patut diduga mulai berubah dan dipasarkan sekitar awal Agutus 2010.
Perkiraan saya, perubahan komposisi ini dimaksudkan untuk mengurangi bahaya ledakan yang
diakibatkan oleh gas elpiji ukuran 12 kg dan 3 kg. Pertanyaannya, apakah pengurangan kadar
Propane akan mengurangi bencana ledakan elpiji yang sampai hari ini masih terus sahut menyahut
diseluruh Indonesia? Rugikah Pertamina/Negara dengan perubahan komposisi tersebut? Rugikah
konsumen? Pertanyaan selanjutnya jika benar diubah komposisinya, mengapa Pertamina tidak
menginformasikan ke publik sesuai amanat UU No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi
Publik? Siapa yang Dirugikan?

1/18
Berdasarkan data yang saya kumpulkan dari engineeringtoolbox.com, memang benar semakin
tinggi komposisi Butane maka tekanan gas dalam tabung juga semakin rendah. Tekanan Propane
akan turun sekitar 1,6 bar jika komposisi Propane diubah dari 60% (6,7 bar pada temperatur 32
derajat C) ke 40% (5,1 bar pada temperatur 32 derajat C). Pertanyaannya berapa daya tahan tabung
elpiji 12 Kg? Sesuai dengan yang tertulis di tabung 12 kg, tabung tersebut didesain sanggup
menahan tekanan sampai 31 bar. Jadi meskipun komposisi Propane 60%, tabung masih sanggup
menahannya, tidak meledak. Lalu mengapa komposisi harus diubah?
Sumber lain menyatakan bahwa komposisi 50% Propane, tekanan pada suhu 32 derajat C hanya
sebesar 104 psi. Sedangkan dengan komposisi Propane 70%,  tekanan pada temperatur 32 derajat C
sebesar 134 psi. Sehingga jika di prorata maka dengan komposisi 60% Propane pada temperatur 32
derajat C, tekanannya 119 psi. Tekanan tersebut masih di bawah yang dipersyaratkan oleh Dirjen
Migas melalui Surat Keputusan No. 25K/36/DDJM/1990 tentang Pengaturan Spesifikasi Elpiji yang
Beredar di Masyarakat, yaitu 120 psi. Lalu mengapa komposisinya harus diubah kalau masih di
bawah tekanan maksimum yang diatur oleh SK Dirjen Migas tersebut? Apa maksud Pertamina
melakukan perubahan komposisi?
Melalui perbincangan saya dengan beberapa pakar kimia dan gas di Indonesia, nilai atau kadar
kalori Butane memang lebih rendah dibandingkan dengan Propane. Sehingga semakin rendah
komposisi Propane maka nyala api akan semakin tidak sempurna, tampak kemerah-merahan, dan
panas yang dihasilkan juga berkurang. Akibatnya untuk memasak konsumen memerlukan waktu
lebih lama dan pada akhirnya diperlukan elpiji lebih banyak.
Kerugian lain yang akan diterima oleh konsumen adalah dengan dinaikkannya komposisi Butane
dari 40% menjadi 60% dan menurunkan Propane dari 60% menjadi hanya 40% akan sering
menyisakan gas Butane yang tidak bisa terbakar di dalam tabung. Kondisi ini terjadi karena tekanan
Butane lebih rendah dari Propane sehingga gas tidak bisa keluar dari tabung. Sisa Butane dalam
tabung diperkirakan masih ada sekitar 10%.
Dengan sisa gas dalam tabung,  jika tabung dikembalikan ke agen dan diisi ulang maka gas baru
yang masuk ke dalam tabung hanya 90%. Jelas ini merugikan konsumen, dengan harga tetap sama
tetapi gas yang akan terbakar kurang dari 100% atau bahkan kurang dari 90% karena adanya 
penumpukan Butane di dalam tabung hasil pengisian sebelumnya. Bayangkan, konsumen
membayar untuk harga gas sebanyak 12 kg, namun yang bisa dibakar untuk memasak hanya sekitar
9,5 kg.
Di sisi lain, Pertamina atau Pemerintah mendapatkan keuntungan dengan adanya sisa Butane di
dalam tabung. Karena ketika masih ada sisa Butane sekitar 10% dalam tabung dan tabung
dikembalikan ke agen, maka agen Pertamina hanya mengisi sekitar 90%-nya saja (sekitar 10,8 kg
untuk tabung 12 kg atau 2,7 kg untuk tabung 3 kg). Namun dijual ke konsumen dengan harga full
12 kg. Jadi Pertamina untung 1,2 kg/tabung isi 12 kg atau 0,3 kg/tabung 3 kg. Belum lagi karena
rendahnya nilai kalori dari Butane maka konsumen akan memerlukan elpiji lebih banyak. Teganya
Pertamina pada konsumennya, jika ini benar-benar terjadi.
Apa yang Harus Dilakukan Konsumen?
Jika semua analisa penulis benar, maka konsumen harus mengantisipasinya dengan baik melalui
beberapa tahapan untuk menghindari kerugian permanen. Pertama, pastikan bahwa api di atas
kompor menyala biru bukan kemerah-merahan. Kedua, ketika kompor tidak lagi bisa menyala
karena gas habis, kocok-kocoklah tabung elpiji yang sudah habis gasnya tersebut. Jika masih ada
suara gemericik, artinya masih ada sisa Butane  di dalamnya. Jika ini terjadi segera kembalikan ke
agen Pertamina.
Konsumen baik secara individu dan kelompok, sesuai dengan UU No 8 tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen, dapat melakukan komplain dan gugatan kepada Pertamina karena patut
diduga Pertamina melakukan kebohongan publik. Saya berharap gugatan konsumen bisa difasilitasi
oleh Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI).
Selain melakukan gugatan langsung ke Pertamina atau Pemerintah,  sesuai dengan UU No 14 tahun
2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, konsumen dapat melakukan pengaduan ke Komisi
Informasi Publik (KIP) agar Komisi ini dapat segera melakukan pemeriksaan kepada Pertamina.

2/18
Semoga untuk menjawab tulisan saya ini, Kementrian ESDM atau Pertamina dapat segera
menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, agar konsumen tidak kembali dirugikan.
AGUS PAMBAGIO (Pemerhati Kebijakan Publik dan Perlindungan Konsumen).
(nrl/nrl)
Sumber: http://us.detiknews.com/read/2010/09/29/090215/1450940/103/elpiji-kok-dibuat-
mainanRabu,

Jawab :
a) - Bubble-point: Merupakan temperatur pada saat campuran liquid mulai menguap. Sehingga
bubble point digunakan pada diagram VLE saat jumlah liquid diketahui ada suatu campuran
dan untuk menghitung komposisi uapnya.
- Dew-point: Merupakan temperatur pada saat campuran gas mulai terkondensasi. Sehingga
dew point digunakan pada diagram VLE saat jumlah uap diketahui ada suatu campuran dan
untuk menghitung komposisi liquidnya.
b) - Campuran yang ideal memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Tidakadaefeksinergidarikomponen-komponendalamcampuran
Setiapkomponenberoperasisecaraindependen
Tidakadaperubahanenergiuntukpencampuran
Tidakadaperubahan volume
Jika dilihat pada ciri-ciri campuran ideal di atas dan dibandingkan dengan sifat-sifat LPG
maka dapat diketahui bahwa LPG merupakan campuran ideal.

c)
Problem #2
a) Give a definition for fugacity and fugacity coefficient of pure gases using your own words
b) Determine the fugacity and the fugacity coefficient for saturated steam at 1 atm
c) Determine an expression for the fugacity of a pure gas from the Van der Waals Equation of
state
Jawab :
a) Dalam termodinamika, fugasitas dari gas nyata adalah nilai dari tekanan efektif yang
menggantukan nilai tekanan mekanis sebenarnya dalam perhitungan kesetimbangan kimia
yang lebih akurat. Fugasitas adalah suatu besaran yang menyatakan kecenderungan suatu
gas untuk mengembang dan dinyatakan sebagai suatu fungsi tekanan. Fugasitas juga
merupakan parameter yang menunjukkan nilai tekanan suatu zat dalam model ideal, dan
akan dianggap ideal jika nilai fugasitas sama atau mendekati nilai tekanan p (f = p). Konsep
fugasitas didasarkan pada persamaan untuk keadaan gas ideal:

μigi =Gigi =❑i ( T )+ RTlnP

Dimana subskrip ig menandakan potensial kimia (energi Gibbs molar parsial) untuk gas
ideal. Pada fluida real, persamaan di atas menjadi :

fi
G i=❑i ( T )+ RTln f iG i−G igi =RTln
P

Nilai G i−Gigi di atas merupakan energy Gibbs residu (GiR). Besarnya nilai fugasitas dapat
ditentukan dari eksperimen atau estimasi dari berbagaimodel seperti Van der Waals.

3/18
Tekanan gas ideal dan fugasitas dapat dikaitkan satu denganlainnya dengan bilangan tanpa
dimensi koefisien fugasitas. Perbandingan antara fugasitas (fi) dan tekanan (P) merupakan
koefisien fugasitas ().
fi
∅ i=
P
Sehingga dapat ditulis:
G iR=RTln ∅ i

Dalam kesetimbangan liquid-vapor nilai tekanan dan suhu pada fasa cair dan uap saat
mengalami kesetimbangan harus sama, begitu pula dengan nilai fugasitas dari masing-
masing fase tersebut.

b) Tahap pertama adalah mencari nilai G H O pada tekanan 1 atm (0.101325 MPa). Suhu
2

saturated pada tekanan tersebut adalah 100°C (373°K). Properti saturated steam adalah:

kJ kJ kJ kJ
hV =2675.6 sV =7.3541 G=h−TsG=2675.6 −373 K ∙ 7.3541
kg kg ∙ K kg kg ∙ K
kJ
G=2675.6−2743.08=−67.48
kg
Tahap kedua adalah mencari nilai G referensi. G referensi dapat dicari di superheated steam
table dengan mencari suhu yang sama dan tekanan sekecil mungkin. Untuk suhu 100°C
(373°K), didapat property pada tekanan rendah 0.005 MPa, yaitu:

kJ kJ
hV =2688 sV =8.77
kg kg ∙ K

Nilai G yang didapat adalah:


kJ kJ kJ
G=h−TsG=2688 −373 K ∙ 8.77 G=2688−3271.21=−583.21
kg kg ∙ K kg
Tahap ketiga adalah menghitung fugasitas.

kJ

( )
fi
(−67.48−(−583.21 ) )
ig G −G
ig
kg
RT f =0.005 MPa ∙ exp
i i
G i−G i =RTln f ∙ e
P =P kJ 1 kmol
8.314 ∙ ∙ 373 K
kmol ∙ K 18 kg

f =0.005 MPa ∙ exp ( 515.73


172.28 )
=0.1 MPa

Tahap terakhir adalah menghitung koefisien fugasitas.


fi 0.1 MPa
∅ i= = =0.987
P 0.101325 MPa
Artinya, pada 1 atm, koefisien fugasitas hanya menyimpang dari idealitas sebesar 0.013 atau
1.3%.
c) Persamaan keadaan Van der Waals:

4/18
RT a
P= − 2
V −b V

Problem #3
In addition, your group also given another task, similar but not really the same. A binary mixture of
chloroform (1) and 1,4-dioksan (2) with an equimolar composition (z1=z2=0.5) in a compressed
liquid state di fed to a storage vessel to be maintained at temperature of 50C and pressure of 25
kPa. Your group should determine if the mixture in the vessel will be a mixture of saturated liquid
and saturated vapor, vapor or liquid. If it exist as a mixture of the two phases please determine the
mole-fraction of each phase.
Jawab :
Diketahui :
 T =50oC = 323 K
 Senyawa berupa campuran biner kloroform dan 1,4 dioksan
 Psat dinyatakan dalam fungsi T dengan rumus Antoine
 z1 = 0.5 ; z2 = 0.5
 P = 25 kPa
 Konstanta Antoine
Konstanta Antoine Chloroform 1,4-Dioxane

A 13,7324 15,0967

B 2548,74 3579,78

C 218,552 240,337

Asumsi:
1. Sistem mengikuti hukum Raoult
2. Perhitungan menggunakan flash calculation
3. Sistem berada dalam kesetimbangan uap - cair
Perhitungan
Menghitung Psat (50oC) masing – masing komponen :
2548,74
ln Psat
1 =13,7324−
323+(218,552)
Psat
1 =69,527 kPa

2966,88
ln Psat
2 =15,0967−
323+(−62,15)
Psat
2 =15,910 kPa

5/18
Menghitung Pbubble point sistem dengan persamaan {xi} = {zi}
Pbubble point = x 1 P 1sat + x 2 P 2sat
Pbubble point =(0.5)(69,527 ¿+ (0.5)(15,910 ¿
= 42,7185 kPa

Menghitung Pdew point sistem dengan persamaan {yi} = {zi}


1
Pdew point =
y1 y2
sat
+ sat
P1 P2
1
Pdew point =
0.5 0.5
+
69,527 15,910
Pdew point =25,89 kPa

Dari perhitungan Pbubble point dan Pdew point , dapat disimpulkan bahwa P yang diketahui di soal tidak
berada diantara rentang Pbubble point dan Pdew point, maka perhitungan tidak bisa dilakukan dengan
menggunakan flash calculation. Oleh karena itu, perhitungan selanjutnya menggunakan
Persamaan Mergules.
Perhitungan dengan Persamaan Mergules
 Menentukan fasa dalam sistem
Dilakukan dengan cara mengevaluasi tekanan sistem. Dari perhitungan di atas, disimpulkan
bahwa
P2sat ¿ P sistem < P1sat
Oleh karena itu, sistem berada dalam dua fasa (campuran cair jenuh dan uap jenuh).

 Perhitungan dengan persamaan mergules


 Mencari γ 1 dan γ 2
Menggunakan persamaan :
ln γ 1=x 22 [ A 12+2( A 21− A 12) x 1 ]

ln γ 2=x 12 [ A 21+2( A 12− A 21)x 2 ]

dengan A12=−0,72dan A21=−1,27

 Mencari nilai y 1 dan y 2


Menggunakan persamaan :

6/18
P=x 1 γ 1 P1sat + x 2 γ 2 P 2sat

x 1 γ 1 P1 sat x 1 γ 1 P1sat
y 1= =
P x 1 γ 1 P1 sat + x 2 γ 2 P2sat

y 2=1− y 1

 Membuat tabel perhitungan

Diagram P-x1-y1
80.0000
70.0000
60.0000
50.0000
P (kPa)

40.0000 x1
y1
30.0000
20.0000
10.0000
0.0000
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
x1, y1

 Melakukan interpolasi untuk mencari nilai komposisi cairan dan uap pada saat
P = 25 kPa
Komposisi Cairan Komposisi Uap
x1 x2 y1 y2
0,35 0,65 0,6149 0,3851

Apabila tetap ingin dipaksakan mencari komposisi cairan dan uap dengan flash calculation, maka
caranya adalah sebagai berikut :
Asumsi : Sistem dalam keadaan ideal
1. Mencari nilai Kiuntuk masing – masing komponen
7/18
Pi sat
Ki=
Psistem
69,527
K 1= = 2,781
25
15,910
K 2= = 0,636
25

2. Mencari nilai V (jumlah uap)


ziKi
∑ 1+V ( Ki−1 ) =1
i

z 1K1 z 2K2
+ =1
1+ V ( K 1−1 ) 1+ V ( K 2−1 )
( 0.5 )( 2,781) ( 0.5 )(0,636)
+ =1
1+ 2,781V −V 1+ 0,636 V −V
1,3905 0,318
+
1+ 1,781V 1−0,364 V
=1

3. Dengan menggunakan trial and error, didapatkan nilai jumlah uap (V) seharga 0.95
Nilai V  
0,7 1,045
0,8 1,022
0,9 1,007
0,95 1,0026

4. Menghitung nilai L
V + L=1
0,95+ L=1
L=0,05mol

5. Mencari nilai komposisi xi dan yi


Menggunakan persamaan :
zi
xi=
1+V (Ki−1)
yi=Ki xi

Komposisi cairan masing – masing komponen


0.5
x 1= =0,186
1+ 0.95(2,781−1)
8/18
0.5
x 2= =0,764
1+ 0.95(0,636−1)

Komposisi uap masing - masing komponen dengan persamaan


y 1=x 1 K 1=0,186 x 2,718=0,517
y 2=x 2 K 2=0,764 x 0,636=0,485

Asumsi : Sistem dalam keadaan tak ideal


1. Mencari Koefisien Fugasitas
Kloroform
Tc = 536,4 K
Pc = 54,0 atm
ω = 0,222
323
Tr= =0,6
536,4
0,25
Pr = =4,6 x 10−3
54
Hasil ekstrapolasi
∅ 0=1,0433
∅ 1=1,6243
∅=∅ 0 . ∅ 1ω=1,161
1,4-dioksan
Tc = 587 K = 314 C
Pc = 51,4 atm
ω = 0,295
323
Tr= =0,55
587
0,25
Pr = =4,86 x 10−3
51,4
Hasil ekstrapolasi
∅ 0=1,815
∅ 1=2,058
∅=∅ 0 . ∅ 1ω=2,245

2. Mencari Koefisien aktivitas


Kloroform

9/18
y 1 . P . ∅ 1=x1 . γ 1 . P1sat
y1 . P . ∅1
γ 1=
x 1 . γ 1 . P1sat
γ 1=1,160
1,4-dioksan
y 2 . P . ∅ 2=x 2 . γ 2 . P2sat
y2 . P . ∅1
γ 2=
x 2 . γ 2 . P2sat
γ 2=2,239

3. Mencari nilai Kimasing – masing komponen

γ 1 . P1sat
K 1= =2,778
∅1. P
γ 2 . P2sat
K 2= =0,635
∅2 . P
4. Mencari nilai V
z 1K1 z 2K2
+ =1
1+ V ( K 1−1 ) 1+ V ( K 2−1 )
( 0.5 )(2,778) ( 0.5 )( 0,635)
+ =1
1+ 2,778V −V 1+ 0,635V −V
( 0.5 ) (2,778) ( 0.5 ) (0,635)
+ =1
1+1,778V 1−0,365 V
Dengan menggunakan goalseek pada microsoft excel diperoleh nilai V = 1,088 , dimana nilai
tersebut tidak masuk akal, karena nilai maksimal V adalah 1.

5. Komposisi cairan masing – masing komponen


0.5
x 1= =0,170
1+1,088 (2,778−1)
0.5
x 2= =0,829
1+ 1,088(0,635−1)

6. Komposisi uap masing - masing komponen


y 1=x 1 K 1=0,170 x 2,781=0,47277
y 2=x 2 K 2=0,829 x 0,635=0,526

10/18
Jadi, dengan menggunakan perhitungan flash calculation, komposisi cairan : x 1 = 0,170 dan x 2=¿
0.829 , komposisi uap : y 1 = 0,47277 dan y 2 = 0,526

Problem #4
Activity coefficient approach is capable of modelling and correlating VLE of highly non-ideal
mixtures at low pressures.

a) Give a definition for activity coefficient of component i (1) using your own words
b) Comments on the shape of the phase envelope of the following binary mixture:
tetrahydrofuran/carbon tetrachloride, ethanol/toluene, chloroform/tetrahydrofuran, and
furan/carbon tetrachloride. Based your explanation on the molecular structure and molecular
interaction between the molecules
c) List the advantages and disadvantages of using the activity coefficient approach.

Jawab :
b) Komentar bentuk grafik:
Keempat jenis grafik yang diberikan dibuat dari data-data keadaan isotermal masing-masing
senyawa, yaitu pada suhu 30oC. Data-data tersebut kemudian di plot pada grafik P-xy, dimana
nilai xy adalah fraksi komponen 1.
 Tetrahydrofuran (1)/Carbon tetrachloride(2)

Garis putus-putus pada grafik merupakan garis linear Hukum Raoult. Dapat dilihat
bahwa kurva P-x1 (bubble point curve) terletak di bawah garis linear keadaan idealnya,
sehingga dapat disimpulkan bahwa kurva tersebut mengalami penyimpangan negatif dari
kelinearannya.
Penyimpangan dari bentuk ideal ini dipengeruhi oleh struktur molekul, dan interaksi
antar molekulnya.

Struktur molekul THF : Struktur molekul CCl4 :

11/18
Dari struktur molekul kedua senyawa tersebut dapat dilihat bahwa senyawa THF bersifat polar,
sedangkan CCl4 bersifat non polar. THF bersifat polar karena terdapat perbedaan keelektronegatifan
antara atom H dan O nya. CCl4 bersifat non polar karena molekul-molekulnya memiliki distribusi
elektrik yang seragam.
Penyimpangan negatif pada kurva terjadi karena antaraksi senyawa THF dengan CCl4 dalam
campuran lebih kuat daripada interaksi dalam masing-masing zat (THF- CCl 4 > THF-THF, CCl4-
CCl4). Hal ini dikarenakan
Dari data eksperimen diperoleh bahwa tekanan jenuh tetrahydrofuran berada dibawah
tekanan jenuh karbon tetraklorida. Sehingga kurva P-x1 merupakan kurva tekanan jenuh CCl 4
(bubble point curve) dan P-y1 kurva tekanan jenuh THF (dew point curve).
Seperti yang diketahui bahwa titik didih THF adalah 66 oC sedangkan titik didih carbon
tetrachloride adalah 76,72oC. Titik didih THF < titik didih CCl 4, sehingga THF lebih mudah
menguap.
Dari bentuk grafik yang dihasilkan dapat disimpulkan bahwa campuran tetrahydrofuran-
carbon tetrachloride menghasilkan kurva campuran biner uap-cair yang tidak ideal dengan
penyimpangan negatif.

 Ethanol (1) / toluene (2)

Dari grafik di atas dapat dilihat terjadi azeotrop maksimum pada kurva campuran biner etanol-
toluena. Pada azeotrop maksimum, tekanan memiliki nilai yang maksimum
Dilihat dari struktur molekulnya, etanol merupakan senyawa polar sedangkan toluena
merupakan senyawa non polar.

12/18
Strukur molekul etanol : Struktur molekul toluena :

Diketahui bahwa titik didih etanol = 78,73oC dan toluena = 111oC. Ketika kedua
campuran ini dipanaskan lebih lanjut hingga mencapai titik didih campuran, dimana nilai dari
titik didih campuran lebih rendah daripada titik didih kedua senyawa murninya, maka hal inilah
yang menyebabkan azeotrop maksimum. Azeotrope pada titik maksimum kurva menunjukkan
bahwa komposisi kedua larutan adalah sama.

Dari bentuk grafik yang dihasilkan dapat disimpulkan bahwa campuran etanol-toluena
menghasilkan kurva campuran biner uap-cair yang tidak ideal dengan penyimpangan positif-
azeotrop maksimum.

 Chloroform(1) / Tetrahydrofuran(2)

Grafik diatas menunjukkan penyimpangan negatif dari hukum Raoult. Akan tetapi,
terdapat suatu nilai dimana titik minimum kurva P-x1 (bubble point) dan P-y1 (dew point) berada
pada titik yang sama. Kondisi pada titik ini disebut azeotrope. Azeotrope yang terdapat pada
kurva penyimpangan negatif hukum Raoult disebut azeotrop minimum. Pada titik ini, tekanan
campuran memiliki nilai yang minimum.
Dilihat dari struktur molekulnya, chloroform merupakan senyawa polar sedangkan THF
merupakan senyawa polar.
Strukur molekul chloroform : Struktur molekul THF :

13/18
Chloroform merupakan senyawa polar karena terjdapat perbedaan keelektronegatifan yang
cukup besar antara 3 atom Cl yang bermuatan negatif dan 1 atom H yang bermuatan positif. Hal
ini menyebabkan distribusi elektrik tidak terjadi secara merata pada molekul.

Diketahui bahwa titik didih chloroform = 61,2oC dan THF = 66oC. Ketika kedua
campuran ini dipanaskan lebih lanjut hingga mencapai titik didih campuran, dimana nilai dari
titik didih campuran lebih tinggi daripada titik didih kedua senyawa murninya, maka hal inilah
yang menyebabkan azeotrop minimum. Azeotrope pada titik minimum kurva menunjukkan
bahwa komposisi kedua larutan adalah sama.

Dari bentuk grafik yang dihasilkan dapat disimpulkan bahwa campuran chloroform-
tetrahydrofuran menghasilkan kurva campuran biner uap-cair yang tidak ideal dengan
penyimpangan negatif-azeotrop minimum.

 Furan(1) / Carbon tetrachloride (2)

Dari grafik di atas, dapat dilihat bahwa kurva P-x 1 berada diatas garis linear hukum
Raoult. Sedangkan kurva P-y1 berada dibawah kurva ideal. Grafik diatas menunjukkan terjadi
penyimpangan negatif dari bentuk idealnya.

Dilihat dari struktur molekulnya, furan bersifat polar sedangkan CCl 4 bersifat non polar.
Penyimpangan negarif ini terjadi karena antaraksi dalam campuran zat lebih kuat daripada
interaksi dalam masing-masing zat (furan- CCl4 > furan-furan, CCl4- CCl4 ).
Struktur molekul furan : Struktur molekul CCl4 :

14/18
Dapat diamati bahwa terdapat daerah dua fasa yang relatif besar. Hal ini menunjukkan
perbedaan titik didih yang tinggi antara kedua larutan. Seperti diketahui bahwa titik didih furan
= 31,4oC dan carbon tetrachloride = 76,72oC. Grafik diatas merupakan grafik campuran biner
tak ideal penyimpangan positif.

Problem #5
Data kesetimbangan fasa uap-cair dari campuran biner metanol (komponen 1) dan metil etil keton
(komponen 2) pada 64.3C dapat dikorelasikan oleh persamaan Wilson dengan parameter-
parameter berikut: 12 = 1.0818 dan 21 = 0.3778. Dengan menggunakan persamaan Antoine untuk
menghitung tekanan uap fluida murni, tentukanlah apabila campuran ini memiliki azeotrop pada
64.3oC.
Jawab:
Syarat terbentuknya azeotrope adalah:

(α ¿¿ 12) x =0 >1 dan(α ¿¿ 12)x =1<1 ¿ ¿atau (α ¿¿ 12) x =0 <1 dan( α ¿¿ 12)x =1>1 ¿ ¿
1 1 1 1

Dengan α (volatitilitas relatif):

y1 / x1
∝12=
y2 / x2
Pada saat azeotrop , y 1=x 1 , y 2=x 2 sehingga α 12=1

Secara umum, berdasarkan hokum persamaan Raoult untuk mencari tekanan total dengan
menggunakan komponen fraksi uao cair saja.
n
P=∑ y i Pi
i=1

Karena tidak diketahui di soal bahwa gasnya ideal maka kita dapat mengasumsikan bahwa
gasnya tidak ideal dan menggunakan hokum Raoult untuk gas non ideal

y i P=x i y i Pi

Dalam kasus ini tekanan total dapat dicari dengan:

P=x 1 y 1 P1 + x 2 y 2 P 2

15/18
Selain mencari hubungan antara x_1 dan tekanan total (P),nilai fraksi mol uap juga dapat dicari
dengan hubungan di atas,yaitu:

x 1 y 1 P1
y 1=
P

Lalu,

y 1 y 1 P1
=
x1 P

Maka,

y 1 P1
α 12=
y 2 P2

Kemudian berdasarkan Buku Smith Van Ness halaman 353 persamaan korelasi untuk koefisien
aktifitas menunjukkan bahwa ketika x 1=0, γ 1=exp ( A ), γ 2=1 , dan ketika
x 1=1, γ 1=exp ⁡( A), γ 2=1 , maka dalam batasan itu, persamaannya menjadi:

P1 ∙ e A 1
P1
(α ¿¿ 12) x =0 = dan(α ¿¿ 12) x =1= A
¿¿
1
P2 1
P2 ∙e 1

Diketahui bahwa persamaan Antoine (P dalam bar dan T dalam °K):

B B
ln P= A−
T +C
P=exp A−(T +C )
Nilai A, B, dan C untuk methanol dan metil etil keton masing-masing adalah:
Tabel 5. Nilai koefisien Antoine untuk methanol dan metil etil keton
(Sumber: webbook.nist.gov)

Zat A B C

Methanol (1) 3.9894 1150.207 -63.904

Metil etil keton (2) 5.20409 1581.341 -33.5

Kemudian masukkan seluruh nilai untuk mendapatkan nilai P1 dan P2 (T = 337.45°K)

1150.207
P1=exp 3.9894−
[
337.45+ (−63.904 ) ]
=exp (−0.215 ) =0.806 ¯¿

1581.341
P2=exp 5.20409−
[
337.45+ (−33.5 ) ]
=exp ( 0.0014 )=1.001 ¯¿

16/18
Lalu cari relative volatility:

P1 ∙ e A 0.806 ∙ 3.9894
1

(α ¿¿ 12) x =0 = = =3.212 ;(α ¿¿ 12) x =0 >1 ¿ ¿


1
P2 1.001 1

P1 0.806
(α ¿¿ 12) x =1= A
= =0.202;(α ¿¿ 12)x =1< 1¿ ¿
1
P2 ∙e 1
1.001∙ 3.9894 1

Karena salah satu syarat terbentuknya azeotrope terpenuhi, maka campuran methanol dan metil
etil keton memiliki azeotrop pada 64,3°C

17/18
LTM yang perlu dibuat adalah sbb:

Pemicu 4 : Pengertian  Menjelaskan penurunan persamaan kerja


Kesetimbangan Kesetimbangan Fasa: untuk koefisien fugasitas
fasa sistem ideal identifikasi kesetim-  Menerapkan konsep koefisien fugasitas
dan tidak ideal bangan fasa, pengertian untuk mendapatkan tekanan uap jenuh
fugasitas, pengertian
koefisien fugasitas,
pengertian tekanan uap
jenuh
Kesetimbangan fasa  Mampu mengidentifikasi larutan bersifat
sistem ideal: identifikasi ideal.
sistem ideal, hukum  Mampu menurunkan persamaan titik
Raoult, titik gelembung, gelembung, titik embun, dan flash
titik embun, flash  Mampu menjelaskan berbagai
perhitungan kesetimbangan fasa yang
umum.
Campuran biner:  Mampu menjelaskan campuran biner
pengertian campuran  Mampu melakukan perhitungan dan
biner menuangkannya dalam bentuk diagram
fasa kesetimbangan cair-uap
Kesetimbangan fasa  Mampu mengidentifikasi larutan bersifat
sistem tak ideal: tak ideal.
pendekatan koefisien  Mampu menjelaskan dan melakukan
aktifitas untuk campuran perhitungan untuk sistem tidak ideal
kompleks (seperti persamaan Margules, NRTL,
Wilson, UNIFAC)

Silakan anda gunakan buku Smith Van Ness bab 10, 11 dan 12. Silakan sesuaikan dengan materi di
atas.

18/18

Anda mungkin juga menyukai