Anda di halaman 1dari 10

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai Negara berkembang memiliki kewajiban untuk

melaksanakan pembangunan disegala bidang. Salah satunya adalah

pembangunan di sektor ekonomi, yang sedang digiatkan oleh pemerintah

untuk mencapai kemandirian perekonomian nasional. Untuk mencapai tujuan

ini pemerintah menitik beratkan pada pembangunan di sektor industri.

Pembangunan industri ditujukan untuk memperkokoh struktur ekonomi

nasional dengan keterkaitan yang kuat dan saling mendukung antar sektor,

meningkatkan daya tahan perekonomian nasional, memperluas lapangan kerja

dan kesempatan usaha sekaligus mendorong berkembangnya kegiatan

berbagai sektor pembangunan lainnya.

Salah satu industri kimia yang mempunyai kegunaan yang penting dan

peluang yang besar di masa mendatang adalah acetaldol (3-Hydroxybutanal).

acetaldol mulai diproduksi secara komersial pada tahun 1950, beberapa

perusahaan di Amerika Serikat memproduksi acetaldol untuk digunakan pada

pembuatan crotonaldehide (CH3CH=CHCHO). Selama perang dunia kedua

produk acetaldol cukup berkembang, namun sekarang sebagian besar produksi

acetaldol digunakan untuk bahan baku industri polyester, polyether, sebagai


2

plasticizer, bahan tinta printer, farmasi, dan industri cat. Acetaldol merupakan

bahan intermediet yang dibutuhkan di Indonesia. Hingga saat ini Indonesia

masih mengimpor acetaldol dalam jumlah yang cukup besar.

Saat ini di Indonesia belum ada pabrik yang memproduksi acetaldol,

walaupun sebagian besar bahan bakunya sudah diproduksi di dalam negeri.

Dengan adanya pendirian pabrik acetaldol diharapkan akan menimbulkan

dampak yang sangat positif bagi pertumbuhan perindustrian, khususnya

industri kimia Indonesia. Pabrik yang akan didirikan juga merupakan pabrik

pertama di Indonesia, dengan demikian akan terjadi alih teknologi di mana

bangsa Indonesia dikenalkan dengan teknologi baru yaitu pembuatan

acetaldol.

1.2 Kegunaan Produk

Acetaldol dihasilkan dari reaksi antara acetaldehyde dengan sodium

hydroxide. Acetaldol adalah suatu senyawa aldol merupakan bahan yang tepat

sebagai bahan pengemulsian dan bisa digunakan juga di industri obat-obatan.

Acetaldol pertama disintesis pada tahun 1922 oleh Nathan Grusntein di

Jerman. Bahan ini berbentuk cair, tidak berwarna, dan bereaksi cepat dengan

plastik dan karet.

Beberapa kegunaan produk acetaldol antara lain :

1. Sebagai bahan baku industri polyester, plasticizer, polyether

2. Sebagai hypnotic/sedative di industri farmasi.

3. Sebagai bahan baku pembuatan 1,3 butanediol dan tinta.

4. Sebagai dyestuff di industri cat dan Crotonaldehyde di industri kimia.


3

1.3 Ketersediaan Bahan Baku

Bahan baku yang dipakai dalam proses pembuatan acetaldol adalah

acetaldehyde, sodium hydroxide, dan sulfuric acid. Acetaldehyde masih harus

di impor dari PT. Nopec Yangzi Petrochemical, China. Sedangkan Sodium

Hidroxide diperoleh dari PT. Sulfindo Adiusaha yang berlokasi di serang dan

Sulfuric Acid diperoleh dari PT. Indonesia Acids yang berlokasi di bekasi.

Tabel 1.1 Pabrik penghasil acetaldehyde di dunia.

No. Nama Pabrik Kapasitas (Ton/tahun)

1 Nopec Yangzi Petrochemical, China 210.000

2 Shanghai Jiulin Chemical, China 95.000

3 Shanghai World Yang Chemical, China 170.000

4 Jinan Qinggiang Technology, China 74.000

5 Publicer, Philadelpia, Pennsylvania 31.780

6 Celanese, Bishop, Texas 108.000

7 Eastman, Logview, Texas 227.000

8 Unio Carbide, Texas 295.100

Sumber : www.ICIS.com, 2016

1.4 Analisa Pasar

1. Kebutuhan Pasar Dalam Negeri

Pendirian pabrik dengan kapasitas tertentu antara lain bertujuan untuk

memenuhi kebutuhan dalam negeri, membantu perkembangan industri lain

yang menggunakan produk tersebut, dan apabila memungkinkan dapat

dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan negara lain.


4

a. Data impor

Jumlah impor acetaldol di Indonesia meningkat dalam beberapa tahun

terakhir dan diperkirakan akan terus meningkat dikarenakan semakin

berkembangnya kebutuhan acetaldol. Data statistik yang didapat dari

BPS mengenai jumlah impor acetaldol dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1.2 Data impor Acetaldol Indonesia

Import
Tahun
Berat Bersih (Ton)

2011 6757,724
2012 7083,042

2013 7185,807

2014 7513,792

2015 9261,765

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2011-2015

Tabel 1.1 menunjukkan bahwa kebutuhan acetaldol cukup tinggi hal

ini disebabkan karena di Indonesia belum terdapat pabrik acetaldol

sehingga untuk memenuhi kebutuhan acetaldol diperoleh dari impor.

Konsumsi acetaldol di Indonesia diperkirakan akan terus meningkat.

Proyeksi pertumbuhan tersebut didasari semakin membaiknya

perekonomian nasional dan peningkatan daya beli masyarakat, serta

pertambahan jumlah penduduk. Peningkatan konsumsi acetaldol

didasarkan atas perkembangan industri pemakainya yang mengalami

perkembangan cukup pesat.


5

Di samping masih tingginya minat investasi pada sektor industri,

industri pemakai yang ada juga aktif melakukan perluasan pabrik.

Sehingga dengan pendirian pabrik ini diharapkan kebutuhan acetaldol

dalam industri di Indonesia dapat terpenuhi. Prediksi kapasitas pabrik

diambil berdasarkan data statistik yang diperoleh dari badan pusat

statistik (BPS) perihal data impor acetaldol di Indonesia. Peningkatan

impor acetaldol dari tahun ke tahun dapat dilihat pada grafik berikut.

10000
9000 y = 543.88x + 5928.8
Impor Acetaldol (Ton)

8000 R² = 0.7567
7000
6000
5000 Data Impor
Acetaldol
4000
3000 Linear (Data
Impor Acetaldol)
2000
1000
0
0 1 2 3 4 5 6
Tahun ke-

Gambar 1.1. Grafik Impor Acetaldol pada tahun 2011-2015

Pada grafik 1.1, sumbu x merupakan tahun ke –n

Tahun 2011 = Tahun ke-1

Tahun 2012 = tahun ke-2

Tahun 2013 = tahun ke-3

dan seterusnya sampai tahun 2021 = tahun ke-11

Berdasarkan data-data yang sudah diplotkan pada Grafik 1.1 dilakukan

pendekatan berupa garis lurus, y = mx + C


6

dimana: y = kebutuhan impor acetaldol (ton/tahun)

x = tahun ke- i

m = gradien garis miring

C = intercept

diperoleh persamaan garis lurus y = 543,88x + 5928,8 (ton/tahun).

Dari persamaan di atas diketahui bahwa kebutuhan impor acetaldol di

Indonesia pada tahun 2021 atau tahun ke-11 adalah:

y = (543,88 × 11) + 5928,8

y = 25.509,06 ton/tahun

Berdasarkan data kebutuhan tersebut, maka besarnya kapasitas pabrik

Acetaldol yang direncanakan sebesar 25.000 ton/tahun. Kapasitas

pabrik Acetaldol yang pernah berdiri adalah 1.200 s.d. 12.600

ton/tahun, seperti terlihat pada tabel 1.3. berikut:

Tabel 1.3 Produsen Acetaldol di beberapa negara


Kapasitas
No. Produsen Negara
(Ton/Tahun)
1 Sourcing Chemical Co. Ltd China 12.600
2 Xiamen Hisunny Chemical Co. Ltd China 11.350
3 Shanghai Five Ace Trading Co. Ltd China 9.800
4 Atomax Chemical Co. Ltd China 7.250
5 Hangzhou Sage Chemical Co. Ltd China 6.550
6 CHEMOS Co. Ltd Jerman 6.350
7 AK Scientific Co. Ltd USA 5.500
8 Molekula Co. Ltd. UK 3.880
9 Wuhan Fortuna Chemical Co. Ltd China 1.500
10 Dayang Chemical Co. Ltd China 1.200
Sumber : www.Chemexper.com, 2016
7

Data statistik yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS)

menunjukan bahwa di Indonesia hingga saat ini belum ada pabrik

acetaldol, sehingga untuk memenuhi kebutuhan acetaldol selama ini

masih mengimpor dari negara-negara seperti China, Jerman, Amerika

Serikat, dan United Kingdom beberapa negara lainnya.

b. Data konsumsi

Acetaldol banyak dimanfaatkan oleh industri polimer 37%, industri cat

26%, industri farmasi 8%, industri tinta 12%, dan industri kimia 17%.

Maka data konsumsi acetaldol terdapat pada tabel 1.4 sebagai berikut :

Tabel 1.4 Data Konsumsi Acetaldol di Indonesia

Kapasitas
Kebutuhan
No. Nama Pabrik Produk Produksi
(Ton/tahun)
(Ton/tahun)

1 PT. Indorama Synthetics Polyester 11.580 3.500


2 PT. Indo Kordsa Teijin Polyether 12.000 3.000
3 PT. Global Fiberindo Plasticizer 18.000 4.450
4 PT. Indonesia Toray Synthetics Polyester 14.000 6.000
5 PT. Epotech Indonesia Polyether 12.000 2.300
6 PT. New Interbat Obat 5.000 850
7 PT. Dankos Farma Obat 3.500 500
8 PT. Sakata Inx Indonesia Tinta 3.800 1.700
9 PT. Sinar Asia Perkasa Tinta 2.200 600
10 PT. Propan Industrial Coating Cat 10.000 1.400
11 PT. Kansai Paint Indonesia Cat 9.000 1.800
Total Kebutuhan 26.100
Sumber : http://daftarperusahaanindonesia.com, 2016
8

2. Harga Bahan Baku dan Produk

Harga bahan baku dan produk merupakan salah satu aspek penting yang

perlu diperhatikan dalam mendirikan suatu pabrik. Supaya diperoleh

keuntungan dari suatu harga produk yang ditetapkan, perlu dilakukan

penyesuaian dengan biaya yang dibutuhkan untuk membeli bahan baku.

Pada tabel disediakan nilai harga masing-masing komponen.

Tabel 1.5 Harga Bahan Baku dan Produk

Komponen Harga (USD/kg)


Acetaldehyde 1
Katalis NaOH 0,93
Sulfuric Acid 0,85
Acetaldol 16,5
Sodium Sulfate 0,85
Sumber : www.alibaba.com, 2016

1.5 Lokasi Pabrik

Penentuan lokasi pabrik sangat penting pada suatu perancangan karena akan

berpengaruh secara langsung terhadap kelangsungan hidup pabrik. Banyak

faktor yang menjadi pertimbangan dalam menentukan lokasi pabrik. Faktor ini

dapat dibagi menjadi faktor primer dan faktor sekunder. Faktor primer terdiri

dari sumber bahan baku, daerah pemasaran dan transportasi. Faktor sekunder

terdiri dari utilitas seperti persediaan air dan sumber tenaga listrik, kemudahan

ketersediaan tenaga kerja, iklim, komunitas masyarakat, keadaan tanah dan

lain-lain.
9

Berdasarkan faktor-faktor tersebut maka pabrik yang akan didirikan berlokasi

di Kawasan Industri Cilegon, Serang-Banten dengan pertimbangan sebagai

berikut :

1. Faktor Primer

a. Sumber Bahan Baku

Lokasi pabrik dekat dengan produsen bahan baku seperti natrium

hidroksida dan asam sulfat. Natrium hidroksida dari PT. Sulfindo

Adiusaha yang berlokasi di Serang dan asam sulfat dari PT. Indonesia

Acids. Sedangkan acetaldehyde dibeli dengan mengimpor dari luar

negeri.

b. Daerah Pemasaran

Lokasi pabrik dekat dengan daerah pemasarn produk. Konsumen

terbesar Acetaldol yaitu berada di pulau Jawa.

c. Daerah Pemasaran

Jalur transportasi baik darat maupun laut yang berperan dalam

pendistribusian bahan baku maupun produk cukup memadai, untuk

transportasi darat tersedia jalan raya yang menghubungkan ke daerah-

daerah lain yang berpotensi untuk menunjang jalannya proses produksi

dan pemasaran, seperti jalan tol Merak-Jakarta. Transportasi laut dapat

melalui pelabuhan Merak. Pada tahun 2008 pelabuhan peti kemas

Bojanegara, Serang, yang akan menjadi pelabuhan peti kemas terbesar

di Indonesia rencananya akan selesai, sehingga kemungkinan

transportasi laut dialihkan dari Merak ke pelabuhan tersebut.


10

2. Faktor Sekunder Pemilihan Lokasi Pabrik

a. Penyediaan Utilitas

Untuk menjalankan proses produksi pabrik diperlukan sarana

pendukung sebagai pembangkit tenaga listrik dan air. Untuk kebutuhan

air, lokasi pabrik ini dilalui oleh sungai Ciujung sebagai sumbernya.

Sedangkan untuk listrik dapat disuplai dari PLN dan Generator.

b. Tenaga kerja

Kebutuhan tenaga kerja dapat diperoleh dari daerah serang dan

sekitarnya.

c. Kawasan Industri

Penempatan pabrik di kawasan industri sesuai Keputusan Presiden No.

41 Tahun 1996 tentang kawasan idustri. Didalamnya disebutkan

pembangunan di kawasan industri merupakan syarat untuk melakukan

pembangunan dan kegiatan produksi (pasal 15 ayat 2).

d. Kawasan Industri

Masyarakat di sekitar lokasi perlu juga diperhatikan karena pada

beberapa jenis industri masyarakat ini dapat dijadikan pegawai yang

prospektif, dan akan mempengaruhi tingkat keamanan yang

merupakan salah satu hal penting yang perlu dijadikan pertimbangan.

Cikande merupakan kawasan industri sehingga masyarakat sekitar

sudah terbiasa dengan keadaan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai