URAIAN KEGIATAN
PT. Asahimas Chemical (PT. ASC) adalah perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA)
yang memproduksi beberapa jenis bahan kimia dasar untuk memenuhi kebutuhan
perkembangan industri nasional agar dapat mengurangi ketergantungan pada produk impor.
PT. ASC didirikan pada tanggal 8 September 1986 dengan nilai investasi awal sebesar US $
200 juta dengan lahan seluas 24 hektar. PT. ASC diresmikan oleh Presiden Soeharto pada
tanggal 26 Agustus 1989. Sejak itu PT. ASC secara bertahap telah melakukan pengembangan
beberapa kali yang menjadikan kapasitas produksinya berlipat ganda dan meningkatkan nilai
investasinya sampai sebesar US $ 535 juta dengan luas lahan menjadi 90 hektar. Saat ini PT.
ASC merupakan pabrik Chlor Alkali-Vinyl Chloride terpadu terbesar di Asia Tenggara.
Beberapa bahan kimia dasar yang diproduksi seperti Caustic Soda (NaOH), Ethylene
Dichloride (EDC), Vinyl Chloride Monomer (VCM), Polyvinyl Chloride (PVC),
Hydrochloride Acid (HCI), dan Sodium Hypochlorite (NaClO). Produk-produk ini
merupakan bahan baku penting bagi sejumlah sektor industri di Indonesia.
Penyertaan modal PT. ASC dibentuk dengan komposisi kepemilikan modal awal sebagai
berikut:
i. Asahi Glass Co.Ltd. (Jepang) sebesar 52,5%
ii. Mitsubishi Corporation (Jepang) sebesar 11,5%
iii. PT. Rodamas Co.Ltd., (Indonesia) sebesar 18%.
iv. Ableman Finance Ltd. di British (Virgin Island) sebesar 18%
PT. ASC beroperasi selama 24 jam sehari dengan mempekerjakan lebih dari seribu orang
karyawan yang mayoritas berasal dari lingkungan sekitar perusahaan, termasuk dari daerah
Cilegon dan Serang, Banten. Hal ini dimaksudkan sebagai upaya mewujudkan kepedulian
sosial terhadap lingkungan masyarakat secara terus menerus, di samping menjalankan
program padat karya, pembangunan puskesmas, pemberian beasiswa bagi siswa berprestasi,
dan menyediakan kesempatan berusaha bagi pengusaha kecil, dll. Di bidang mutu PT. ASC
telah meraih sertifikat ISO 9001, sedangkan di bidang lingkungan PT. ASC telah meraih
sertifikat ISO 14001, dan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja PT. ASC juga telah
meraih sertifikat OHSAS 18001 serta menerapkan Sistem Manajemen K3 (SMK3). Semua
pencapaian ini membuktikan komitmen PT. ASC terhadap kualitas produknya demi
meningkatkan kepuasan pelanggan, pelestarian lingkungan hidup demi terjaganya kualitas
lingkungan di masa depan serta terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja karyawan dan
orang lain yang bekerja untuk dan atas nama PT. ASC.
Lokasi pabrik PT. Asahimas Chemical yang sangat strategis dipilih berdasarkan
pertimbangan:
Gambar 2.3. Aplikasi Produk PVC di Conference Room PT. Asahimas Chemical
(Sumber: PT. Asahimas Chemical)
BAB II
Bahan baku utama yang dibutuhkan untuk proses produksi yang dilakukan oleh PT.
ASC antara lain:
1. Etilen (Ethylene), sebanyak 200.000 ton/tahun yang dipasok dari Timur Tengah dan
domistik (PT. Chandra Asri) melalui pipa.
2. Garam Industri (Industrial Salt), sebanyak 630.000 ton/tahun yang dipasok dari
Australia dan India.
3. Tenaga Listrik, sebesar 152 MVA yang diperoleh dari Perusahaan Listrik Negara
(PLN).
4. Oksigen (Oxygen), diperoleh dari PT. Air Liquid Indonesia (Alindo) dan sebagian
diproses sendiri.
5. Air Industri, diperoleh dari PT. Krakatau Tirta Industri (KTI)
Penerimaan bahan baku dan distribusi hasil produksi, dilakukan dengan menggunakan 2
cara, yaitu :
1. Transportasi laut, yaitu dengan menggunakan fasilitas pelabuhan khusus (Jetty)
yang masing-masing mempunyai kapasitas 50.000 DWT, 30.000 DWT, dan 4.000
DWT.
2. Transportasi darat, yaitu dengan fasilitas antara lain stasiun-stasiun pemuatan
barang dengan truk tangki serta kontainer-kontainer untuk kepentingan domestik
maupun ekspor.
Reaksi :
Hasil yang keluar dari proses elektrolisa yaitu gas Hidrogen (Hydrogen/H2), gas
Klorin (chlorine/Cl2) dan cairan Soda Api (caustic soda / NaOH) dengan konsentrasi ±32
wt%. Selanjutnya gas hidrogen digunakan sebagai bahan bakar pada furnace. Gas Klorin
digunakan untuk proses pembentukan Etilen di-klorida (EDC).
Cairan NaOH 32 wt% kemudian diuapkan (evaporasi) kandungan airnya sehingga
terbentuk cairan NaOH 48% di unit Triple Effect Evaporator. Produk yang terbentuk
kemudian disimpan di dalam tangki penampungan dan siap untuk dipasarkan. Sebagian dari
produk larutan NaOH 48% juga dipekatkan kembali untuk mendapatkan NaOH dalam
bentuk padatan (Flake) dengan konsentrasi sekitar 98%. Produk lain yaitu natrium
hipoklorit (NaClO) sebagai hasil samping, yang kemudian diperoleh dengan mereaksikan
gas klorin (Cl ) dengan caustic soda (NaOH).
Dalam proses Klorinasi langsung EDC dihasilkan melalui reaksi antara Etilen dan
khlorin dalam phase EDC cair, melalui reaksi:
Reaksi antara gas Etilen, oksigen dan HCl berlangsung di dalam reaktor berkatalis
padat yang terfluidisasi. Gas tersebut diumpankan melalui bagian dasar reaktor dengan
menggunakan distributor gas yang didesain secara khusus. Panas reaksi digunakan untuk
menghasilkan uap panas (steam). Steam ini kemudian digunakan pada seksi yang lain
sebagai media pemanas. Gas hasil reaksi dilewatkan melalui cyclone untuk memisahkan
partikel katalis dan gas EDC, dimana partikel-partikel padat dikembalikan lagi ke dalam
reaktor. Gas kemudian didinginkan secara mendadak (quenching), dan produk EDC akan
meninggalkan quencher melalui bagian atas, kemudian di kondensasi dan dinetralisasi.
Hasil dari proses ini dinamakan Crude EDC. Untuk pemurniannya Crude EDC ini
dikirimkan ke unit distilasi EDC.
c. Proses Perengkahan EDC
EDC kemudian dikirimkan ke seksi VCM plant untuk diproses selanjutnya dengan o
pemecahan rantai sehingga terbentuk VCM dan HCl. Reaksi terjadi pada ±500 C.
Pemanasan dilakukan dengan menggunakan bahan bakar LPG dan gas Hidrogen.
EDC direngkah (Cracked) membentuk VCM dan HCl dengan konversi 50- 55%
terhadap EDC. EDC yang tidak bereaksi dipisahkan dalam unit distilasi VCM. VCM
disimpan di dalam tangki dan HCl dikembalikan ke dalam unit Oksiklorinasi sedangkan
EDC yang tidak bereaksi dikembalikan ke dalam seksi distilasi EDC. Sebagian HCl gas
juga dikirimkan ke HCl plant untuk dijadikan HCl 33% Wt. Di ASC terdapat 3 unit HCl
plant; 2 unit di C/A plant dan 1 unit di VCM plant.
VCM yang dihasilkan dari plant VCM dipolimerisasikan di dalam reaktor sistem
Batch (curah). Bahan baku polimerisasi yaitu VCM, air non mineral (Deminarelized water),
Katalis / Inhibitor, Suspending Agent (SA) dan bahan – bahan additive tertentu dimasukkan
ke dalam reaktor bebas udara. Reaksi polimerisasi terjadi pada temperatur yang
konstan, kemudian slurry (bubur PVC) dikeluarkan dari reaktor.
d. Recovery VCM
Pada proses VCM yang tidak bereaksi baik dari seksi polimerisasi maupun seksi
demonomer diproses kembali sehingga membentuk cairan VCM. Cairan VCM kemudian
disimpan dan dapat digunakan kembali sebagai bahan baku.
e. Pengepakan (Bagging)
Pada bagian ini proses pengemasan produk PVC dilakukan kedalam kantong
kemasan (bag) dalam ukuran 25 kg dan 600 kg. ASC juga menyediakan kemasan curah
dalam bentuk peti kemas (container). Produk PVC yang dihasilkan ASC dikenal dengan
nama ASNYL.
a. Unit Penyaringan
Pada proses penyaringan, raw water disaring melalui sand filter (saringan pasir)
untuk menghilangkan suspended solid. Air kemudian dialirkan melalui carbon active untuk
mengurangi kandungan organik dan menghilangkan sisa Klorine bebas (residual free
Chlorine). Produk dari unit ini berupa Industrial Water (WI) yang disimpan dalam tangki
atmospherik.
b. Demineralizer Unit
Air hasil unit penyaringan (industrial water) digunakan sebagai bahan baku
pada proses ini. Terdapat tiga unit resin penukar ion di dalam proses demineralization, yaitu
cation exchange tower, vacuum degassifier dan anion exchange tower. Produk dari unit ini
adalah demineralize Water (WD) dan disimpan dalam tangki khusus WD. Baik filtration
unit maupun demineralizer unit perlu dilakukan proses backwash dan regenerasi untuk
mempertahankan daya gunanya. Di samping dua produk air diatas, Utility Plant juga
mensuplai Portable Water (WN). Portable Water (WN) digunakan untuk kebutuhan sanitasi
(MCK) dan juga menyediakan kebutuhan air untuk kegiatan pemadaman kebakaran.
Sejak dimulainya produksi secara komersil, ASC dapat menerobos pangsa pasar
baik dalam negeri maupun mengekspor ke negara-negara ASEAN, Australia, China, dan
Timur Tengah. Guna memenuhi permintaan pasar serta memperkuat daya saing, ASC
melaksanakan pengendalian mutu produknya secara prima. Penggendalian mutu produk
ASC dilakukan dengan teknologi yang canggih dalam laboratorium berfasilitas yang
modern dan lengkap. Kualitas dan Mutu diatur sebaik mungkin dan ASC telah mendapatkan
standar mutu ISO 9001.
Quality Assurance (QA) mempunyai tugas utama untuk mendukung Divisi Produksi
dalam memenuhi standar mutu. Standar mutu yang diatur berupa bahan baku dan produk
akhir yang dihasilkan sebelum dikirim kepada pelanggan. Selain itu, QA juga membantu
menganalisis parameter produk in-process dan memantau parameter limbah yang dihasilkan
oleh PT ASC agar sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Metode analisis yang digunakan dalam QA mulai dari analisis kimiawi sederhana
(seperti titrimetri, gravimetri, dan kolorimetri), sampai analisis yang menggunakan
instrumen sebagai alat bantunya (seperti Spektrofotometer (UV-VIS, AAS, ICPS),
Kromatografi Ion, Kromatografi Gas, dan Laser). Kemampuan deteksi alat yang dipakai
beragam, bahkan ada yang sampai level ppb (part per billion, atau 1 bagian per milyar).
Alat-alat ini dijaga tingkat reliabilitasnya dengan cara dikalibrasi secara periodik.
Ada pun metode analisis yang digunakan juga mengacu pada metode standar
nasional dan internasional yang telah diakui seperti SNI, JIS, dan ASTM. Dalam kondisi
tertentu, dengan mempertimbangkan kondisi contoh, pengembangan metode analisis juga
sering dilakukan sendiri.
Dalam hal pelaporan hasil analisis, QA telah menggunakan sistem jaringan
komputer perusahaan (APIC) sehingga hasil analisis dapat segera diketahui (real on time).
Demikian juga pengendalian produk akhir yang telah menggunakan sistem komputer
database AS-400, di mana QA memastikan bahwa hanya produk akhir yang telah memenuhi
baku mutu produk yang dapat dikirim kepada pelanggan.
Dari bahan baku yang telah diproses, PT. ASC mampu menghasilkan produk bahan
baku kimia dasar, antara lain:
Limbah yang dihasilkan PT Asahimas Chemical dibagi menjadi tiga jenis yakni
jenis cair, padat dan gas. Limbah cair PT Asahimas Chemical mengandung senyawa
organik, sedangkan limbah jenis padat yakni coke yang berasal dari unit cracking EDC
ditemukan mengendap membentuk kerak pada furnance dan limbah tarr ditemukan dalam
bentuk lumpur yang mengandung senyawa tembaga. Limbah gas biasanya mengandung
senyawa klorin (Cl2) dan HCl yang harus diolah lebih lanjut dalam unit inicinerator.
Limbah gas dihasilkan dari buangan unit operasi boiler, furnace, incinerator, dan
absorber/stripper dari unit produksi dan diolah menggunakan kolom absorber. Secara
lebih khusus, pengolahan limbah pada Plant PVC-2 dilakukan 600, waste water treatment
dan unit incinerator pada seksi 800, dan HCl recovery.
Gas klorin (limbah utama) diabsorb menggunakan cairan reflux yang mengandung
NaOH untuk menjaga pH pada range 6-8 dan Na2S2O3 untuk mengabsorp kandungan
klorin. Selain itu, terdapat sistem koleksi gas buang untuk mengumpulkan semua gas
buang yang mengandung VCM, HCl, klorin maupun chlorinated organic dan
mengirimkannya ke atmospheric vent scrubber untuk menghilangkan HCl. Air laut
sebagai utility unit scrubber harus cukup untuk membasahi packing agar penyerapan HCl
bisa optimum.
Limbah cair diolah dalam unit waste water treatment yang dibagi menjadi 7 line
seperti pada Gambar dibawah ini
Sumber: Limbah air yang terserap dalam tanah di sekitar pabrik dan air hujan
Senyawa organik yang ada berupa EDC, Tri Chloro Ethylene, VCM, dll dengan
total organik 50 ppm . Karena efek tidak begitu besar maka hanya diatur keasamannya
saja agar netral di jangkauan pH 6-9.
Proses Pengolahan Limbah: Limbah dari air tanah dan air hujan dikirim ke
kolam buffer , lalu ke kolam aerasi untuk menghilangkan senyawa organik. Setelah itu
dikirim ke selokan untuk dicampur dengan limbah yang sudah diolah lainnya.
Sumber: Limbah berasal dari VCM -1 yang berisi tembaga, senyawa organik, COD.
Umpan yang masuk ke line 2 memiliki komposisi COD 1800 ppm, Cu 23 ppm,
senyawa organik 49 ppm, SS 1037 ppm dan keasaman 12 . Kemudian setelah melewati
tahap ini komposisi sludge menjadi 10 ppm senyawa organik, 440 ppm COD, 45 ppm SS
dan 0,9 ppm Cu. (Reff: ASC – WWT Project Mass Balance)
Proses Pengolahan Limbah: Limbah dari VCM-1 dikirim ke kolam aerasi lalu
dikirim ke tangki aerasi untuk mengendapkan SS khususnya kandungan tembaga melalui
proses pengendapan flokulan. Fliltrat dialirkan ke PIT untuk mengurangi COD lagi lalu
dicampur dengan lumpur lain kemudian disaring dalam filter untuk memisahkan cake.
Line 3. WD Regenerasi
Kandungan organik cukup rendah yakni sekitar 3 ppm dengan kandungan COD
juga sekitar 20 ppm . Tingkat keasaman yang tinggi (pH 6,5 – 8,5) dan kandungan SS
1000 ppm harus diturunkan menjadi 30 ppm. (Reff: ASC - WWT Project Mass Balance)
Total limbah yang masuk memiliki kandungan senyawa organik 300 ppm , SS
265 ppm dan COD 50,4 ppm dan keasaman yang tinggi. Keluaran yang diharapkan
memiliki komposisi senyawa organik maksimal 0,005 ppm.
Line 5 dan line 6-1 Organic Acid Waste Water dan Old Incine Scrubbing
Sumber: Limbah HCl 19%, SWI (Solid Waste Incinerator), air HCl scrubbing pembakaran.
Umpan limbah dengan kandungan sejumlah Fe, SS, dan Cu, dengan total 605 ppm
, jumlah senyawa organik kurang dari 5 ppm. Setelah proses dari line ini kemudian hasilnya
tidak lebih dari 50 ppm dengan pH netral. (Reff: ASC - WWT Project Mass Balance)
Proses Pengolahan Limbah: limbah dari pendinginan HCl 19%, SWI dan limbah
dari line 5 dikirim ke kolam dan dicampur dengan limbah dari line 6-1 untuk diatur
keasamannya. Kemudian limbah dikoagulasikan menggunakan polimer, dikumpulkan jadi
satu dengan idari line 2 untuk diolah sebagai limbah industri melalui proses dehidrasi.
Cairan ini kemudian diatur pH-nya agar sesuai.
Sumber: Umpan limbah dengan kandungan COD (>700 ppm) dan senyawa lain berupa
seperti NaCl, NaHCO3, NaSO4 dalam suasana basa. Setelah pengolahan diharapkan
limbah berkurang menjadi 300 ppm dan netral.
Oleh sebab itu, upaya pencegahan terhadap kebakaran dan kecelakaan perlu
dilakukan sebagai perlindungan bagi tenaga kerja maupun asset perusahaan serta
lingkungan sekitarnya, seperti tertuang dalam Undang-Undang No 1 tahun 1970, tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja bahwa pengusaha/perusahaan wajib melindungi tenaga
kerja dan orang yang berada di lingkungannya dari kecelakaan dan gangguan kesehatan
serta menggunakan sumber-sumber produksi secara aman dan efisien.
Untuk itu dibuat beberapa program kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja,
yang masing-masing kegiatan mempunyai tujuan dan sasaran tertentu dan melibatkan
seluruh pihak, antara lain:
Joint Safety Patrol (JSP) sebulan sekali dan Regular Joint Patrol (RJP) setiap hari
2 kali (jam 10:00 & 15:00) untuk mencari tindakan tidak aman dan kondisi tidak aman di
area kerja serta potensi pencemaran yang ada agar dapat diambil tindakan perbaikan;
Dalam hal Kesehatan Kerja, juga dilakukan beberapa kegiatan yang bertujuan
memantau kondisi lingkungan kerja dan kesehatan karyawan, antara lain Walk Through
Survey (WTS) dengan maksud mengidentifikasi potensi bahaya fisika, kimia, dan biologi
yang dapat mengganggu kesehatan pekerja di tempat kerja, Pengukuran Parameter
Lingkungan Kerja, Pemeriksaan Kesehatan Karyawan tahunan (Medical Check Up), dan
Pelatihan tentang Hygiene Industri untuk membangun kesadaran kepada semua karyawan
untuk bekerja dengan baik dan benar,terutama dalam penanganan bahan kimia.
KESIMPULAN
1. Pabrik PT. Asahimas Chemical yang terletak di Cilegon memiliki tiga proses, yakni
proses Klor Alkali (Chlor Alkali) yang menghasilkan kaustik soda, proses EDC/VCM
yang menghasilkan monomer vinil klorida (VCM), dan proses PVC yang menghasilkan
polivinil klorida (PVC)
2. Bahan baku utama PT. Asahimas Chemical terdiri dari garam industri, etilen, gas klorin,
oksigen, air industry dan energy listrik sedangkan bahan baku penunjangnya terdiri dari
asam klorida, Katalis LP-EDC, dan Katalis OHC-EDC.
3. Caustic soda (NaOH), Ethylene Dichloride (EDC), Vinyl Chloride Monomer (VCM),
Polyvinyl Chloride (PVC), Hydrochloride Acid (HCI), dan Sodium Hypochlorite
(NaClO) merupakan bahan kimia dasar yang di produksi oleh PT. Asahimas Chemical.
4. PT. ASC merupakan sebuah pabrik terpadu (integrated plant) dimana produk yang
dihasilkan saling berkaitan dan digunakan pada proses-proses selanjutnya. Apabila
sebagian dari plant dalam kompleks tersebut mati akibat gangguan tertentu, maka semua
kompleks akan terkena dampaknya.
5. Sistem Utilitas yang digunakan oleh PT. Asahimas Chemical antara lain, sistem
penyediaan air, sistem penyediaan steam, sistem penyediaan bahan bakar, sistem
penyediaan tenaga listrik, dan sistem penyediaan udara bertekanan.
6. Limbah gas dihasilkan dari buangan unit operasi boiler, furnace, incinerator, dan
absorber/stripper dari unit produksi dan diolah menggunakan kolom scrubber.
Pengolahan limbah padat adalah dengan membakar tarr (chlorinated hydrocarbon) yang
merupakan produk samping dari proses pabrik VCM-1 dari hasil cracking EDC. Limbah
cair diolah dalam unit waste water treatment yang dibagi menjadi 7 line.
LAMPIRAN
1. FLOWSHEET