Anda di halaman 1dari 87

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Profil Perusahaan

PT. Ecogreen Oleochemicals menghasilkan produk dari alam, berbahan

dasar minyak nabati daerah tropis yang ramah dengan lingkungan. Sebagai salah

satu penghasil utama oleokimia dengan jumlah yang besar, PT Ecogreen

Oleochemicals berkomitmen untuk menyediakan produk yang bermutu tinggi

dengan harga yang berdaya saing dan membangun hubungan yang erat dengan

pelanggan serta berinvestasi di sumber daya manusia. PT Ecogreen

Oleochemicals menggunakan bahan baku yang dapat diperbaharui dan tersedia

dalam jumlah yang berlimpah di Indonesia yang merupakan salah satu negara

terbesar penghasil Palm Oil/Minyak sawit di dunia.

Untuk memenuhi kebutuhan dan permintaan pelanggan, PT Ecogreen

Oleochemicals telah mendirikan pabrik diantaranya di:

a. Batam

b. Singapura

c. Jerman

d. Perancis

1. Pabrik di Indonesia (Batam)

Pabrik di Indonesia berlokasi di Batam, Kepulauan Riau. Lokasi pabrik

dekat dengan pelabuhan yang dapat mempermudah jaringan logistik. Pabrik juga

dapat menyediakan sendiri listrik dan telah tersambung langsung dengan pipa gas

alam yang mempermudah kerja prouksi. Lokasi dekat dengan terminal

CPO/CPKO. PT Ecogreen Oleochemicals (Batam Plant) adalah pabrik Fatty

6
7

Alcohol alami kedua di Indonesia. Beroprasi secara komersial tahun 1994 dengan

fasilitas tersambung langsung dengan terminal Kabil yang dapat memuat dan

membongkar barang dari kapal tanker.

Pada tahun 2007, pabrik kedua di Batam selesai dibangun dan merupakan

pabrik ketiga milik PT Ecogreen Oleochemicals. Pabrik yang menggunakan

proses teknologi Davy dari Inggris ini menerapkan teknologi proses yang

terbagi menjadi tiga tahap yaitu Oil Splitting dengan cara hidrolisa, kemudian

dilanjutkan dengan pembentukan Methylester pada reaktor tersendiri,

kemudian senyawa Methylester direaksikan dengan gas Hidrogen bertekanan

di dalam reaktor hingga terbentuk Fatty Alcohol sebagai produk akhir. Pada akhir

tahun 2015, pabrik ketiga di Batam telah selesai dibangun dan telah mulai

beroperasi pada tahun 2016 menggunakan teknologi Lurgi dengan kapasitas

hingga tiga kalilipat dibandingkan Plant EOB 1.

2. Pabrik di Singapura

Berlokasi di Jurong Island. EMPL (Singapore) Pte Ltd mulai beroperasi

sejak tahun 1988 dan memproduksi Fatty Alcohol Ethoxilate alami.

3. Pabrik di Jerman

Mulai tahun 1931, Deutsche Hydrierwerke (DHW) di Rodleben German

telah memiliki paten inisiatif sebagai penghasil Fatty Alcohol pertama di dunia

dengan teknologi katalis dan tekanan tinggi secara hidrogenasi. DHW adalah pabrik

yang sangat berpengalaman dan berspesialisasi dalam jenis Fatty Alcohol dan gula

alcohol. Pengalaman ini merupakan modal untuk inovasi sehingga mampu menjadi

perusahaan terkemuka dalam pengembangan ester, eter, gula dan turunanya

serta bahan kimia khusus lainnya. Semua produk ini dapat diubah menjadi
8

bahan yang berguna seperti emulsifier, surface active agents, chemicals modifiers,

consistency promoters, emollients, lubrication atau bahan kimia antara. Pada tahun

1991, DHW termasuk dalam perusahaan-perusahaan terbesar di dunia yang

sudah punya jaringan yang luas, punya fasilitas penelitian dan fasilitas produksi di

Oleokimia.

4. Pabrik di Prancis

Pabrik di Prancis, E&S Chimie memiliki fasillitas produksi untuk

menghasilkan Fatty Alcohol Ethoxylates, Fatty Alcohol Esther Sulfates, Fatty

Alcohol Sulfates, dan Speciality Esthers.

2.2 Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi PT Ecogreen Oleochemicals Batam dapat dilihat pada

gambar berikut:

Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT. Ecogreen Oleochemicals Batam Plant


9

Setiap divisi membawahi beberapa departemen yang akan membantu

menjalankan tugas khusus demi kemajuan perusahaan. Adapun bagian dan

tugasnya dibagi sebagai berikut:

A. Business Development membawahi beberapa departemen, yaitu:

1. R&D dan Technical Service bertugas untuk menangani keluhan

pelanggan dan melakukan penelitian dan pengujian terhdap aplikasi

produk-produk yang dihasilkan.

2. Engineering bertugas dan bertanggung jawab dalam perancangan

proses yang diminta, baik oleh departemen produksi maupun utilitas.

B. Divisi Manufacturing membawahi beberapa departemen, yaitu:

1. Quality Assurance bertugas dan bertanggung jawab dalam menjaga dan

memastikan kualitas produk yang diproduksi oleh perusahaan.

2. Production EOB-1 bertugas dalam pelaksanaan proses produksi yang terjadi

di plant EOB-1.

3. Production EOB-2 bertugas dalam pelaksanaan proses produksi yang terjadi

di plant EOB 2.

4. Production EOB-3 bertugas dalam pelaksanaan proses produksi yang terjadi

di plant EOB 3.

5. Safety, Health and Environtment bertugas untuk menjaga keamanan dan

keselamatan kerja di pabrik.

6. Utility bertugas dan bertanggung jawab dalam menyediakan sistem

pendukung (utilitas) untuk mendukung proses produksi.

7. Maintenance EOB bertugas dan bertanggung jawab dalam melakukan

perbaikan dan segala kerusakan di pabrik Batam.


10

C. Divisi Logistic & Procurement membawahi beberapa departemen,

yaitu:

1. Strategic Material Procurement bertugas dan bertanggung jawab dalam

pembelian bahan baku dalam jumlah besar.

2. Procurement & Warehouse bertugas dan bertanggung jawab dalam

pembelian selain bahan baku dan bertugas untuk menyimpan dan menjaga

kualitas, suku cadang peralatan dan berbagai material lainnya.

3. Freight & Shipping bertugas dan bertanggung jawab dalam pengaturan dan

pengiriman produk.

D. Divisi Finance and Accounting membawahi Departemen Finance &

Accounting, Departemen Operation Control dan Departemen Tax.

E. Divisi Marketing membawahi 2 departemen, yaitu:

1. Customer Services bertugas untuk mengatur pendistribusian hasil produksi

ke konsumen.

2. Production & Sales Planning Analysis bertugas sebagai penghubung antara

marketing dengan production.

Selain itu ada beberapa departemen yang langsung dibawah Presiden

Direktur, yaitu:

1. Compliance bertugas untuk menjaga pemenuhan pada aturan dan

sertifikasi sistem manajemen yang berlaku serta menjamin, mengawasi

terlaksananya aturan-aturan tersebut.


11

2. Human Resource & General Affair bertugas untuk memberikan pelayanan

dalam hal sumber daya manusia dan mengatur hal-hal yang bersifat umum

seperti, keamanan, transportasi, dan pengelolaan kantin.

3. IT bertugas untuk mengolah sistem informasi di perusahaan.

4. Internal Audit

2.2.1 Logo Perusahaan


Adapun logo dari perusahan ini beserta penjelasannya sebagai berikut,
Logo ini melambangkan inti dari bisnis PT Ecogreen Oleochemicals.

Mengingat bahan baku yang digunakan dalam proses pengolahan itu


adalah bahan nabati, maka grafik berbentuk daun digunakan sebagai
dasar dari logo tersebut

Bagian berbentuk lonjong melambangkan proses awal berupa bahan


baku dan bentuk yang bulat melambangkan produk akhir.

Jika ketiga bentuk tersebut disatukan dan dipandang dari atas, akan
muncul gambar lain dimana terlihat dua orang duduk berhadapan di
meja perundingan.

Mereka melambangkan keyakinan PT Ecogreen Oleochemicals akan


terjalinnya hubungan erat dengan para pelanggan dan keterbukaan
dalam bekerja sama untuk keuntungan kedua pihak.

Warna hijau dipilih untuk menunjukkan pengertian dan kesadaran terhadap

lingkungan.

2.2.2 Visi dan Misi Perusahaan

Adapun Visi dan Misi dari PT. Ecogreen Oleochemicals Batam adalah,

A. Visi

“Perusahaan yang terkemuka dalam industri Oleokimia”


12

B. Misi

1. Memproduksi dan memasok produk bermutu tinggi yang berdaya saing

melebihi harapan pelanggan.

2. Meningkatkan efisiensi dan mempertahankan pertumbuhan keuntungan.

3. Mengembangkan kemampuan sumber daya manusia melalui perbaikan

berkesinambungan.

2.3 Lokasi dan Tata Letak Pabrik

PT Ecogreen Oleocemichals Batam terletak di Jalan Raya Pelabuhan Kav.

1 Kabil, Nongsa, Batam, Provinsi Kepulauan Riau. Temperatur udara rata-rata

disekitar PT Ecogreen Oleochemicals sekitar 30°C dengan kelembaban sekitar

85%. Daerah Kabil terletak dibagian tenggara Pulau Batam dan berbatasan

langsung dnegan laut. Pabrik terletak sekitar 1,5 km dari dermaga atau jetty

sepanjang 410 m dengan kedalam 14 m. Letak pabrik yang dekat dengan dermaga

ini mempermudah ketersediaan bahan baku maupun utilitas serta memperlancar

proses distribusi produk baik yang akan dikirim ke dalam negri maupun diekspor

menggunakan kapal laut menuju negara-negara seperti Jepang, USA, maupun

negara-negara di Eropa.

Lahan yang dimiliki oleh PT Ecogreen Oleochemicals Batam seluas 40

hektar dan telah dimanfaatkan untuk pabrik dengan proses Lurgi (EOB 1 dan EOB

3) dan proses Davy (EOB 2) beserta bangunan pendukungnya. Saat ini ada area

yang sedang dikembangkan untuk pembangunan pabrik baru (EOMB) (sedang

dalam tahap kontruksi).

Secara garis besar, keseluruhan lahan PT Ecogreen Oleochemicals Batam

dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian, area proses dan area non-proses. Area
13

proses mencakup tempat pabrik EOB 1, EOB 2, EOB 3, sistem utilitas, termasuk

didalamnya generator listrik, boiler batubara, system pengolahan air dan sistem

pengolahan limbah, sistem kontrol (control room), tank farm (gudang penyimpanan

bahan baku dan produk serta tempat pengemasan produk), gedung multi purpose

reactor (MPR), serta pabrik EOMB yang sedang dibangun. Area mon-proses

mencakup kantor administrasi (office), kantin, laboratorium quality assurance

(QA), klinik, koperasi, bengkel, gedung engineering dan research and development

department, serta gudang bahan dan spare part atau werehouse. Di luar lokasi

pabrik terdapat hutan, lagoon sebagai sumber air untuk pabrik, housting untuk

karyawan pabrik, club house, serta jalur pipa antara pabrik dengan sepanjang 2 km.

2.4 Sumber Daya Manusia

2.4.1 Kompetensi Perusahaan

PT Ecogreen Oleochemicals Batam memiliki dua kompetensi yang terdiri

dari:

1. Kompetensi teknik (technical competency).

2. Kompetensi perilaku (behavioral competency).

Kompetensi perilaku di PT Ecogreen Oleochemicals Batam terdiri dari:

1. Kompetensi Inti (Core Competency)

Kompetensi perilaku yang diterjemahkan dari visi, misi dan nilai-nilai

perusahaan serta ingin ditunjukkan oleh seluruh karyawan disetiap

departemen, fungsi atau organisasi di PT Ecogreen Oleochemicals ada 4:

a. Achievement orientation atau Gairah Berprestasi

b. Customer service orientation atau fokus terhadap pelayanan

c. Organization commitment atau mengutamakan kepentingan perusahaan


14

d. Team work atau Kerjasama

2. Kompetensi keluarga jabatan (Job Family Competency)

Kompentensi perilaku yang berkaitan dengan spesifik fungsi didalam

keluarga jabatan dan ingin ditunjukkan oelh karyawan yang menjabat

spesifik tersebut. Terdapat 13 kompetensi keluarga jabatan di PT Ecogreen

Oleochemicals Batam:

a. Pemikiran analitis (analytical Thinking)

b. Pemikiran Komseptual (Conceptual Thinking)

c. Dampak dan Pengaruh (Information and Influence)

d. Pencarian Informasi (Information Seeking)

e. Integritas (Integrity)

f. Inisiatif (Intiative)

g. Pengertian antar pribadi (Interceptual Understanding)

h. Peduli Terhadap Kualitas dan Keteraturan (Concern to Order)

i. Kegigihan dan Ketangguhan dalam bekerja (Resilience)

j. Pengaruh (Directiveness)

k. Mengembangkan orang lain (Developing Others)

l. Fleksibilitas (Flexbility)

m. Mengembangan hubungan kerja (Relationship Building)

2.5 Produk Perusahaan

Produk utama dari PT Ecogreen Oleochemicals Batam adalah fatty alcohol

jenuh atau saturated fatty alcohol (SFA). Fatty alcohol jenuh tersebut diproduksi

dari minyak inti sawit melalui proses pengubahan menjadi metil ester atau asam

lemak. Maka, PT Ecogreen Oleochemicals Batam juga memiliki produk tengah


15

berupa metil ester dan produk samping berupa gliserin dan asam lemak. Selain itu,

PT Ecogreen Oleochemicals Batam juga memproduksi Unsaturated fatty alcohol

(UFA), dimana produksi UFA ini diproduksi pada Section Fatty Alcohol

Production EOB 1.

2.3.1 Produk Utama

Daftar produk utama PT Ecogreen Oleohemicals Batam dapat dilihat pada

tabel 2.1.

Produk SFA dapat digunakan sebagai bahan untuk industri detergen,

kosmetik, shampoo, sabun mandi, dan deodorant. Produk yang dihasilkan dapat

berupa cairan, flakes, atau pastilles. Produk dalam bentuk flakes dan pastilles

dikemas dalam kantung plastik, sedangkan produk dalam bentuk cairan dikemas

dalam drum untuk kemudian dikapalkan.

Sebagian kecil produk dari PT Ecogreen Oleochemicals Batam, yaitu

sekitar 10% dipasarkan didalam negeri dan sisanya diekspor ke Eropa, Asia,

Australia, dan Amerika Serikat. Pemasaran tersebut dikendalikan oleh Marketing

Office PT Ecogreen Oleochemicals yang terdapat di Singapore, Amerika Serikat,

dan Jerman. Produk yang kuantitasnya paling banyak dipasarkan adalah ECOROL

24 dan ECOROL 26. Produk cairan lebih banyak diminta oleh customer dari pada

produk dalam bentuk flakes dan pastilles. Customer terbesar dari PT Ecogreen

Oleochemicals Batam adalah kawasan Asia Pasifik.

Tabel 2.1 Produk utama PT Ecogreen Oleochemicals Batam


Nama Dagang Nama Produk Komponen Komposisi
Fatty Alcohol
ECOROL 6 HEXYL ALCOHOL C6 98%
ECOROL 8/98 OCTYL ALCOHOL C8 98%
ECOROL 8/98 HG OCTYL ALCOHOL C8 99%
ECOROL 10/98 DECTYL ALCOHOL C10 98%
ECOROL 10/90 DECTYL ALCOHOL C10 90%
16

ECOROL 10/97 DECTYL ALCOHOL C10 98%


ECOROL 12/98 LAURYL ALCOHOL C12 98,5%
ECOROL 12/99 LAURYL ALCOHOL C12 99%
ECOROL 14/98 MYRISTYL ALCOHOL C14 99%
ECOROL 16/98 CETYL ALCOHOL C16 99%
ECOROL 16/98F CETYL ALCOHOL FLAKES C16 99%
CETYL ALCOHOL
ECOROL 16/98P C16 99%
PASTILLES
ECOROL 18/98 STEARYL ALCOHOL C18 98%
STEARYL ALCOHOL
ECOROL 18/98P C18 98%
PASTILLES
ECOROL 18/98F STEARYL ALCOHOL
C18 99%
HG FLAKES
ECOROL 18/99F STEARYL ALCOHOL C18 99%
ECOROL 18/99P STEARYL ALCOHOL
C18 99%
HG PASTILLES
STEARYL ALCOHOL
ECOROL 18D/P C18 95%
PASTILLES
OCTYL DECTYL C8 40 – 50 %
ECOROL 80
ALCOHOL C10 50 – 60 %
OCTYL DECTYL C8 50 – 60 %
ECOROL 80
ALCOHOL C10 40 – 50 %
LAURYL MYRISTYL C12 70 – 76 %
ECOROL 24
ALCOHOL C14 23 – 30 %
LAURYL MYRISTYL C12 73 – 76 %
ECOROL 24
ALCOHOL C14 23 – 27 %
LAURYL MYRISTYL C12 72 – 76 %
ECOROL 24
ALCOHOL C14 23 – 26 %
C12 65 – 72 %
LAURYL MYRISTYL
ECOROL 26 C14 21 – 28 %
ALCOHOL
C16 4–8%
C12 65 – 72 %
LAURYL MYRISTYL
ECOROL 26 C14 21 – 28 %
ALCOHOL
C16 4 – 6,5 %
C12 65 – 70 %
LAURYL MYRISTYL
ECOROL 26 C14 23 -28 %
ALCOHOL
C16 4–8%
C12 dan C14 5%
CETYL STEARYL
ECOROL 68/30 C16 25 – 35 %
ALCOHOL
C18 65 – 75 %
C12 dan C14 5%
CETYL STEARYL
ECOROL 68/30F C16 25 – 35 %
ALCOHOL FLAKES
C18 65 – 75 %
C14 5%
CETYL STEARYL
ECOROL 68/30 C16 23 – 29 %
ALCOHOL FLAKES
C18 65 – 68 %
CETYL STEARYL C16 22 – 30 %
ECOROL 68/30
ALCOHOL C18 64 – 75 %
CETYL STEARYL C16 25 – 32 %
ECOROL 68/30F C
ALCOHOL FLAKES C18 66 – 71 %
CETYL STEARYL C12 dan C14 5%
ECOROL 68/30
ALCOHOL C16 30 – 40 %
17

C18 60 – 70 %
C12 dan C14 5%
CETYL STEARYL
ECOROL 68/30F C16 27 – 32 %
ALCOHOL FLAKES
C18 61 – 70 %
CETYL STEARYL C16 21 – 26 %
ECOROL 68/30F LG
ALCOHOL FLAKES C18 70 – 75 %
C12 dan C14 5%
CETYL STEARYL
ECOROL 68/30P C16 25 – 35 %
ALCOHOL PASTILLES
C18 65 -75 %
C12 dan C14 5%
CETYL STEARYL
ECOROL 68/50 C16 45 – 55 %
ALCOHOL
C18 45 -55 %
C12 dan C14 5%
CETYL STEARYL
ECOROL 68/50P C16 45 – 55 %
ALCOHOL PASTILLES
C18 45 -55 %
CETYL STEARYL C16 46 – 53 %
ECOROL 68/50 P
ALCOHOL PASTILLES C18 44 – 53 %
C12 dan C14 5%
CETYL STEARYL
ECOROL 68/70F C16 77 – 83 %
ALCOHOL FLAKES
C18 17 – 23 %
C12 dan C14 5%
CETYL STEARYL
ECOROL 68/70N (P) C16 77 – 83 %
ALCOHOL PASTILLES
C18 17 – 23 %
C12 dan C14 5%
CETYL STEARYL
ECOROL 68/70 P C16 70 – 75 %
ALCOHOL PASTILLES
C18 16 – 26 %
C12 dan C14 5%
CETYL STEARYL
ECOROL 68/70 C16 75 – 80 %
ALCOHOL PASTILLES
C18 17 – 23 %

2.3.2 Produk Tengah

Produk tengah berupa metil ester diproduksi oleh PT Ecogreen

Oleochemicals Batam Plant 1 (EOB 1) yang memproduksi fatty alcohol melalui

jalur metil ester. Metil ester didapatkan dari reaksi transesterifikasi minyak inti

sawit dengan metanol. Spesifikasi produk tengah tersebut terjadi pada tabel 2.2

berikut:

Tabel 2.2 Produk Tengah Ecogreen Oleochemicals Batam


Nama Dagang Nama Produk Komponen Komposisi
Methyl Ester
METHYL ESTER STEARIC OLEIC C18 95 %
18 U METHYLESTER ≤ C16 5%
METHYL ESTER STEARIC OLEIC
C18 98 %
18 W METHYLESTER
18

2.3.3 Produk Samping

Produk samping berupa gliserin diperoleh dari PT Ecogreen Oleochemicals

Batam Plant 1 dan 2 (EOB 1 dan 2) sedangkan asam lemak diperoleh dari EOB 2

yang memproduksi fatty alcohol melalui jalur asam lemak. Gliserin merupakan

hasil samping minyak inti sawit. Asam lemak didapat dari reaksi hidrolisis minyak

inti sawit, sebagian besar asam lemak dengan kandungan C12 hingga C18 diproses

lebih lanjut menjadi fatty alcohol, sedangkan asam lemak dengan kandungan C6

hingga C10 diambil sebagai produk samping. Spesifikasi produk samping tersebut

dapat dilihat pada tabel 2.3 berikut:

Tabel 2.3 Produk Samping PT Ecogreen Oleochemicals Batam


Nama Dagang Nama Produk Komponen Komposisi
Glycerine
REFINED
ECOCEROL GLYCEROL 99,7 %
GLYCERINE
Fatty Acid
ECORIC 6 CAPROIC ACID C6 60 %
CAPRYLIC C8 54 – 65 %
ECORIC 810
CAPRIC ACID C10 32 – 45 %
C16 7%
C18:0 2,5 %
ECORIC 18W/75 OLEIC ACID
C18:1 75 %
C18:2 12 %
C16 5%
C18:0 2,5 %
ECORIC 18W/80 OLEIC ACID
C18:1 80 %
C18:2 12 %
C6 5%
CAPRYLIC
ECORIC 60 C8 48 – 60 %
CAPRIC ACID
C10 35 – 45 %
C6 5%
CAPRYLIC
ECORIC 60 C8 53,8 – 57,8 %
CAPRIC ACID
C10 35 – 45 %
C16 10 %
PALMITIC OLEIC C18:0 12 %
ECORIC 68/10
ACID C18:1 67 %
C18:2 12 %
C16 20 %
PALMITIC OLEIC C18:0 15 %
ECORIC 68 SA
ACID C18:1 45 – 65 %
C18:2 10 %
Free Fatty Acid
19

ACID OIL FFA 65 %

2.6 Proses Produksi

Proses produk fatty alcohol pada plant EOB 1 menggunakan teknologi

Lurgi (Jerman) dengan 2 tahap reaksi, yaitu rekasi transesterifikasi dan reaksi

hidrogenasi. Proses produksi dimulai dengan pengolahan awal minyak bahan baku

(CPKO) untuk menghilangkan pengotor alaminya. Proses kemudian dilanjutkan

dengan reaksi pembentukan produk, pemisahan, pemurnian produk utama dan

produk samping, serta pengemasan produk.

Mengacu pada banyaknya proses yang terjadi, plant EOB 1 dibagi atas

beberapa section, dimana tiap section memiliki fungsi dan target operasi masing-

masing. Selain section yang berhubungan dengan proses produksi, pada area plant

EOB 1, juga terdapat area penyimpanan bahan baku dan produk (tank farm), serta

section pendukung terlibat langsung dengan proses produksi (section 108 dan 109).

Berikut ini dibahas mengenai prinsip proses dan kimia, deskripsi proses, dan jenis

operasi yang dijalankan pada tiap section.

2.6.1 Section 101: Pretreatment

2.6.1.1 Prinsip proses dan Kimia

Section ini bertujuan untuk memisahkan komponen pengotor (impurities)

dalam minyak umpun seperti air, gas inert, gum, fosfotida, dan warna (pigmen

alami karena dapat menimbulkan efek negatif, misalnya fouling dan heat

exchanger) pada proses berikutnya. Pemisahan air dan gas inert terlarut dilakukan

dengan penguapan, sedangkan gum dan fosfotida dengan asam fosfat. Asam fosfat

berfungsi sebagai koagulan, penurunan pH (agar koagulasi terjadi secara efektif),

dan mempresipitasikan nonhydratable phosphatides (gum). Penghilangan warna


20

(Red 10 menjadi Red 2) dilakukan dengan penambahan bleaching earth yang

memiliki kegunaan berikut:

1. Mengadsorbsi impurities seperti trace metals, moisture, insoluble,

pigmen.

2. Mengurangi proses oksidasi dengan meningkatkan ketahanan oksidasi

minyak.

3. Mengadsorbsi fosfolipid yang terpresipitasi oleh H3PO4

Penghilangan ekses H3PO4 dalam minyak setelah proses degumming tahap

pretreatment ini diakhiri dengan penyaringan endapan pengotor melalui filtrasi.

Gambar 3.1 Flow Diagram Section 101 Pretreatment

2.6.1.2 Deskripsi Proses


21

Rangkaian proses yang terjadi pada section ini ditunjukkan pada gambar

minyak mentah dari tank farm masuk section ini dengan laju alir ± 14000 kg/hr dan

dipanaskan hingga 85-95°C dalam dua uni alat penukar panas. Pemanasan

dimaksudkan supaya air lebih mudah menguap ketika minyak memasuki dryer-

degesser 101 D1 yang bertekanan 50-90 mbar. Kondisi vakum ini bertujuan untuk

memudahkan pemisahan karena penurunan titik didih komponen mengakibatkan

sebagian besar air dan gas inert menguap dengan mudah pada unit ini. Kemudian,

dilakukan pemanasan kembali hingga 96-100°C dalam dua unit alat penukar panas

untuk menghilangkan sisa air dalam minyak.

Proses dilanjutkan dengan degumming menggunakan asam fosfat.

Kebutuhan asam fosfat dipenuhi dari receiver 101 F1 yang dilengkapi dengan

dosing pump. Aliran minyak-asam fosfat lalu memasuki static mixer 101 D2 supaya

asam fosfat dan minyak tercampur merata. Campuran tersebut kemudian memasuki

retention vessel 101 D3. Pada unit ini, dilakukan pengadukan untuk

menyempurnakan pencampuran, serta ditambahkan bleaching earth. Jumlah

bleaching earth yang ditambahkan disesuaikan dengan jenis minyak umpan (untuk

CPKO 0,08 – 1 % feed: untuk CNO 1,5 – 2 % feed). Kebutuhan bleaching earth

secara teoritis dapat dihitung dengan mengukur kadar ash dalam sampel filter cake

yang terbentuk diakhir section ini. Apabila digunakan CNO sebagai feed,

penghilang warna perlu dibantu dengan penambahan karbon aktif sekitar 8 – 10 %

dari bleaching earth yang ditambahkan karean CNO memiliki warna yang lebih

pekat dibanding CPKO. Bleaching earth yang memasuki 101 F3 disuplai dari

bleaching earth tank 101 F2 yang dilengkapi dengan dosing unit.


22

Keluaran retention vessel 101 D3 dialirkan ke bleacher 101 D4 (temperatur

80 – 95°C) dilengkapi dengan agitator empat blade untuk memastikan minyak dan

bleaching earth tercampur merata. Campuran kemudian dialirkan ke tangka buffer

101 untuk meningkatkan waktu retensi (supaya pencampuran lebih merata) dan

menampung campuran sementara karena proses selanjutnya (filtrasi dengan

automatic Niagra filter) beroperasi bacth.

Ditinjau dari strukturnya, Niagara filter terdiri dari beberapa leaf yang

terdapat didalam sebuah silinder yang mengerucut pada bagian bawahnya untuk

mempermudah pembuangan filter cake. Filtrasi padatan yang terbentuk

dilangsungkan didalam 2 unit Niagara filter 101 D6, D7 yang bekerja secara

bergantian dengan tahapan proses sebagai berikut:

1. Filling

2. Circulation

3. Filtration

4. Emptying

5. Cake drying

6. Cake discharge

Tabel 3.1 Struktur Filter


Filter 101 D6 Time Filter 101 D7 Time
Filling from 101 D7 Filling from 101 D6
Filling from 101 D5 Filling from 101 D5
Recirculation 5 minutes Recirculation 5 minutes
Filtration 200 minutes Filtration 200 minutes
Stand by for 101 D7 Stand by for 101 D6
Discharge to 101 D7 Discharge to 101 D6
Air blowing 1 sec Air blowing 1 sec
Steam blowing 1800 sec Steam blowing 1800 sec
Decompression 90 sec Decompression 90 sec
Open Bottom F14 300 sec Open Bottom Flap 30 sec
Filter cake Discharge 500 sec Filter cake Discharge 500 sec
Close Bottom flap Close Bottom flap
Spare Spare
23

Stand by for 101 D6 Stand by for 101 D6

Proses filtrasi untuk 101 D6 dimulai dengan pengisian dari receiver 101 D5

dan filter 101 D7. Selanjutnya, dilakukan resirkulasi pada tekanan 2 bar untuk

precoating dan dilanjutkan dengan filtrasi. Sementara itu, filter 101 D7 berada

dalam keadaan standby, lalu mengalirkan sisa campuran ke 101 D6 dan melakukan

pembersihan aliran air dengan air blowing dan steam blowing. Air blowing

bertujuan untuk memastikan tidak ada aliran balik menuju 101 D7 karena turunnya

level pada 101 D7, sedangkan steam blowing untuk mengkompres filter cake sambil

memperkecil konsentrasi minyak pada cake. Kemudian, dilanjutkan dengan

penurunan tekanan hingga 0 bar (decompression). Setelah itu, valve bagian bawah

filter terbuka secara otomatis dan cake dikeluarkan dengan bantuan vibrator. Siklus

ini kembali diulang untuk filter 101 D7.

Minyak keluaran filter ditampung di buffer tank 101 F7 untuk

mengkompensasi variasi keluaran filter, sedangkan steam yang mengadung sedikit

air dan minyak tekondensasi di tangka 101 F5. Sebagian steam dibuang ke udara

bebas, sedangkan kondensatnya menuju slop tank 106 untuk memisahkan air dan

minyak. Sementara itu, keluaran 101 F7 dilewatkan melalui polish filter dilakukan

oleh filter bag dengan jarak pori 5 mikron. Kedua filter bekerja bergantian

berdasarkan tekanan (jika tekanan mencapai 2 bar, filter berganti). Keluaran proses

ini diteruskan ke section 102.

Sistem vakum section ini digunakan untuk mengkondisikan unit 101 D1

dryerdegasser, 101 D3 retention vessel, 101 D4 bleacher, 101 D5 buffer vessel, dan

101 F7 receiver. Sistem vakum dimulai dengan kerja vacuum pump 101 G21,

dilanjutkan dengan vacuum booster 101 G20. Sistem ini dilengkapi dengan receiver
24

101 F4 untuk menampung steam yang mungkin terkondensasi akibat akumulasi

tekanan. Kondensat dari 101 F4 berupa minyak dikembalikan ke 101 D3,

sedangkan fasa gasnya terhisap ke jet condenser 101 E5 oleh booster 101 G20 dan

dikondensasi. Kondensat dari tiap kondensor dialirkan ke receiver yang berada

pada section 102.

2.6.1.3 Jenis Operasi

Proses pada section 101 ini menggunakan mode kontinu. Variasi aliran dari

filter yang menggunakan mode partaian disimpan dalam buffer tank untuk

mengimbangi berlangsungnya mode kontinu pada keseluruhan proses. Produk

akhir dari section 101 ini langsung dialirkan ke section 102

2.6.2 Section 102: Deacidification

2.6.2.1 Prinsip proses dan kimia

Minyak hasil section 101 masih mengandung asam lemak bebas (FFA).

Keberadaan FFA pada reaktor transesterifikasi dapat merusak katalis karena FFA

dapat bereaksi dengan katalis membentuk sabun, sehingga mengakibatkan

terbentuknya buih dalam reaktor dan mengkonsumsi katalis karena katalis

berfungsi sebagai reaktan dalam rekasi penyabunan. Reaksi saponifikasi akibat

keberadaan FFA dalam umpan adalah:

RCOOH + CH3ONa RCOONa + CH3OH


Asam lemak bebas katalis sodium metilat sabun Metanol

Penghilangan FFA dilakukan pada section 102 dengan teknik stripping

dengan steam dan kondensasi kembali pada vapor scrubber. Minyak keluar section

ini ditargetkan memiliki nilai acid value (AV) 0,2 kandungan FFA sebanyak

0,0173%.
25

Rangkaian proses terjadi pada section ini ditunjukkan pada gambar. Proses

ini dimulai dengan pemanasan awal minyak di economber 102 E1, E7 dengan aliran

paralel dan dilanjutkan oil thermal heater (OTH) 102 E8. Pemanasan ini bertujuan

agar sisa air yang masih terdapat dalam minyak dapat teruapkan dengan mudah

pada flash drum 102 D6. Uap air dari 102 D6 dialirkan menuju vapor scrubber 102

D2, sedangkan fasa minyak dipanaskan kembali pada heater 102 E2 dengan OTH.

Secara keseluruhan, pemanasan dilakukan secara bertahap dan menggunakan OTH

karena pemisahan FFA pada stripping column 102 D1 akan lebih mudah apabila

target temperatur (titik didih) minyak telah tercapai (220-230°C). Untuk mencapai

target tersebut, perlu pemanasan dengan OTH karena temperature maksimum steam

dari utility hanya mencapai 210°C, sedangkan OTH dapat mencapai 300°C.

Pada stripping column 102 D1, minyak di-flash dengan spray untuk

memperluas permukaan kontak dengan life steam yang diinjeksi secara counter

corrent, sehingga FFA dapat terpisahkan sampai tercapai keadaan setimbang.

Steam diinjeksi pada jumlah sedikit untuk mempersingkat waktu kontak. Kolom

stripping ini dikondisikan pada tekanan rendah (8-10 mbar) dan temperature (245-

265°C) untuk mempermudah penguapan FFA.

Pemisahan yang terjadi didasarkan atas perbedaan titik didih minyak dengan

FFA. FFA yang bertitik didih lebih rendah akan keluar kolom bersama dengan

steam. Sementara minyak akan turun ke bawah kolom, lalu didinginkan melalui HE

101 E3, E1, 102 E1, E7 dan 102 E3. Minyak kemudian di filtrasi dengan polish 102

D3, D4 untuk menghilangkan partikel-partikel yang tersisa. Sementara itu steam

yang mengandung FFA dialirkan ke vapor scrubber 102 D2, dimana FFA tersebut

dikondensasikan dengan FFA sirkulasi 102 D2 yang sudah didinginkan di


26

condencer 102 E4. Sebagian lagi (FFA dengan nilai AV 190) ± 600 kg/hr dialirkan

menuju tank farm. Steam keluaran 102 D2 dikondensasi pada HE 102 E5 dan

ditampung pada receiver 102 D5 untuk kemudian dialirkan ke sistem pengolahan

air limbah. Sistem vakum pada section ini terdiri dari sebuah pompa vakum, tiga

unit vakum booster atau steam ejector, dan dua unit condencer.

Gambar 3.2 Flow Diagram Section 102 Deacidification

2.6.2.2 Jenis Operasi

Proses pada section 102 beroperasi secara kontinu. Produk akhir dari section

ini dimasukkan ke dalam tangka penyimpanan sementara (section 122 tank farm

area).

2.6.3 Section 103: Transesterifikasi


27

2.6.3.1 Prinsip proses dan kimia

Proses yang terjadi pada section ini, didasarkan atas reaksi kimia yang

terjadi antara trigliserida dan metanol dengan bantuan katalis basa (sodium metilat)

untuk membentuk metil ester dan gliserin.

Proses konversi terjadi dalam 2 unit mixer-settler dengan ekses metanol

80% pada temperature 60-80°C dan tekanan atmosfer. Reaksi konversi terjadi

dalam mixer, sedangkan pada settler, terjadi pemisahan metilester dan gliserin yang

tidak saling larut berdasarkan perbedaan densitas. Sekitar 60% metanol

ditambahkan pada mixer pertama, sedangkan sisanya pada reaktor kedua. Konversi

mencapai ± 85% pada mixer pertama dan ± 98% pada mixer kedua.

Ester yang terbentuk lalu dicuci dengan air untuk menghilangkan gliserin,

katalis, dan metanol yang tidak bereaksi. Selanjutnya, dilakukan pemisahan ester

dari fasa air melalui sentrifugasi. Fasa ester lalu dilewatkan pada stripper untuk

mereduksi kandungan metanolnya hingga konsentrasi final.

Sementara itu, gliserin dari settler pertama dialirkan bersama dengan air

pencuci (wash water) dan dipisahkan dari metanol dengan rektifikasi didalam

kolom metanol 103 D7. Metanol yang dipisahkan dikembalikan ke dalam proses,

sedangkan campuran gliserin dan air dari kolom 103 D7 (masih mengandung ester,

sabun, dan katalis) dialirkan menuju gliserin-water treatment. Pada proses ini,

katalis dalam pencampuran dinetralkan dengan HCl yang diikuti dengan

dekomposisi sabun selama proses asidifikasi hingga pH 2. Reaksi dekomposisi

sabun:

CH3ONa + HCl ↔ CH3OH + NaCl

RCOONa + HCl ↔ RCOOH + NaCl


28

Setelah pemisahan fasa lemaknya, larutan dinetralkan dengan

menambahkan Ca(OH)2. Kelebihan kalsium diendapkan dengan natrium karbonat,

sedangkan campuran gliserin-water murni didapatkan setelah filtrasi larutan

dengan filteraids.

Gambar 3.3 Flow Diagram Section 103 Transesterifikasi

2.6.3.2 Deskripsi Proses


29

Rangkaian proses yang terjadi pada section ini ditunjukkan pada gambar.

Minyak dipanaskan terlebih dulu di preaheater 103 E1 untuk mencapai temperature

reaksi. Kemudian, diumpankan ke reaktor (mixer) 103 D1 yang terdiri dari tiga

ruangan saling terhubung dan masing-masing dilengkapi agitator yang beroperasi

secara kontinu. Temperatur reaksi pada 103 D1 disesuaikan pada 65-85°C. Reaksi

berlangsung setelah penambahan metanol dan katalis sodium metilat (CH3ONa).

Metanol diumpankan dengan excess 80’3/0 (makeup-nya dari receiver 103 F1 dan

excess dari sirkulasi), sedangkan katalis diumpankan 0,4-0,6% dari feed oleh

receiver dengan dosing pump 103 F2 dalam bentuk larutan CH3ONa-metanol 30%.

Receiver 103 F2 diselimuti gas N2 supaya katalis tidak bersentuhan dengan udara

(khususnya 02) karena katalis CH3ONa bersifat flammable.

Selanjutnya, keluaran reaktor 103 D1 didinginkan di cooler 103 E3 hingga

63-67°C. Pendinginan dilakukan memudahkan pemisahan karena pada temperatur

rendah, pemisahan fasa berdasarkan densitas lebih mudah dilakukan. Setelah

pendinginan, dilakukan pemisahan metil ester (ME) dan gliserin pada settler 103

D2. Settler terdiri dari 2 ruangan dimana gliserin akan terkumpul dibagian yang

dekat dengan aliran masuk. Fasa berat proses pada titik ini dan dialirkan ke

separator 103 D2, D1 untuk dipisahkan dari ME yang terikut. ME ini lalu

dikembalikan ke settler 103 D2, sedangkan gliserin dialirkan ke receiver 103 F8.

Sementara itu, fasa ringan pada settler (kaya akan gliserida yang tak

bereaksi, ± 15%) didinginkan dengan heat exchanger (HE) 103 E2 hingga 60-65°C

untuk mencapai temperatur operasi reaktor 103 D3. Temperatur operasi dibuat

lebih rendah pada reaktor kedua karena reaksi transesterifikasi merupakan reaksi

eksoterm. Selanjutnya, ME direaksikan kembali dengan metanol dan katalis yang


30

baru direaktor 103 D3. Reaktor ini identik dengan reaktor 103 D1, bedanya reaktor

ini dilengkapi dengan cooling coil untuk menjaga temperatur didalam reaktor.

Keluaran reaktor 103 D3 lalu didinginkan pada HE 103 E4 45-55°C untuk

mendapatkan pemisahan ME dan gliserin yang lebih efektif di settler 103 D4.

Gliserin keluaran settler 103 D4 dikembalikan ke reaktor 103 D1 setelah

dipanaskan terlebih dahulu dalam HE 103 E2 karena masih mengandung metanol

dan katalis dengan konsetrasi tinggi.

A. Pemurnian Metil Ester

ME yang telah dipisahkan lalu dipanaskan di heater 103 E6 hingga 50-60°C

dan dicampur dengan larutan H2SO4 6% ( dari receiver 103 F3) dam demin water

sebanyak 13,5-14,5 % dari umpan (dari receiver 103 F5). Penambahn H2SO4

dilakukan untuk menghindari terbentuknya foaming selama proses berikutnya,

sedangkan demin water untuk melarutkan glycerine-water (campuran gliserin,

metanol, dan katalis, dan senyawa lain selain ME) agar mudah dipisahkan dari ME

(ME tidak larut dalam air). Campuran ini dilewatkan melalui static mixer 103 D6.

Pemisahan ME dengan glycerine-water yang terlarut terjadi di extraction vessel 103

D5 dan centrifuge 103 G33, G33 A. Glycerine-water keluaran 103 G33 lalu

dialirkan menuju receiver 103 F8. Pada kondisi aktivitas shutdown, aliran di 103

G33 ditampung sementara ke Drain tank 103 F10 untuk kemudian di treatment

kembali di 103 155 pada saat section kembali beroperasi.

Selanjutnya, ME keluaran centrifuge yang masih mengandung sedikit

metanol, didinginkan sebagaian di 103 E16 lalu dikembalikan ke 103 D5, sebagian

lagi ditampung dalam 103 F7, dipanaskan di HE 103 E13, E12 dan memasuki

stripper 103 D8 untuk menguapkan metanol. Uap produk atas stripper 103 D8
31

dikondensasi dalam condencer 103 E15, kondensat yang keluar dipisahkan di

separator 103 D9. ME rantai pendek dialirkan kembali ke stripper 103 D8,

sedangkan air yang kaya metanol dialirkan ke receiver 103 F8.

Produk bawah stripper (ME mentah untuk section selanjutnya) didinginkan

di 103 E13, E14 dan dialirkan ke tank farm (0,88% monogliserida, o,37%

trigliserida, 0,04% metanol, 0,03% air, AV 0,24).

B. Distilasi Metanol

Pada receiver 103 F8, glycerine-water dari settler 103 D2 dan separator

103 D9 dipanaskan pada HE 103 E9, E8 hingga 70-90°C. Pemanasan ini bertujuan

untuk memudahkan penguapan metanol di methanol column 103 D7. Kolom ini

menggunakan tray dibagian atas inlet feed dan packing saddle dibagian bawah.

Selain pemanasan, glycerine-water dicampur HCl 37% (dari receiver 103

F52) pada static mixer 103 D10. Penambahan HCl dimaksudkan untuk melarutkan

asam lemak dan MONG (Material Organik Non-Gliserin), serta menghindari

terjadinya foaming akibat akibat terbentuknya sabun. Pada kolom distilasi, uap

metanol yang terbentuk dikondensasi di 103 E7 dan di refluks ke receiver 103 F1,

sedangkan produk bawah (glycerine-water) didinginkan pada HE 103 E9.

C. Pemisahan Glycerine-water

Setelah didinginkan, dilakukan penambahan FeCl3, dicampur pada static

mixer 103 D50, dan dipisahkan dari impurities di separator 103 D51. Penambahan

FeCl3 dimaksudkan untuk mengikat MONG dan membentuk flok. Fatty matter

yang dipisahkan dicampurkan dengan demin water untuk mengencerkan fatty

matter dan dipanaskan dengan steam supaya mudah terpisah dari fasa air. Fasa air

ini dialirkan sebagai waste water, sedangkan separated fat ditampung di tank farm.
32

Glycerine-water lalu ditambahkan larutan NaOH-demin water untuk

mencapai optimum bagi filter aid (pH 6-7), menetralkan FeCl3 dengan membentuk

garam, serta memperbesar flok di mixing vessel 103 D52, D53. Campuran kemudian

dialirkan ke mixing tank 103 F50 dan ditambahkan filter aid untuk mengeraskan

flok supaya flok tidak pecah dan dapat tertahan pada filter press 103 D54, D55.

Filter cake yang terbentuk dibuang menuju container, sedangkan larutannya

dilewatkan pada polish filter 103 D56, D57 untuk menyaring impurities kecil yang

masih terbawa. Glycerine-water yang dihasilkan lalu dialirkan ke tank farm.

2.6.3.3 Jenis Operasi

Semua proses dalam section ini dilakukan secara kontinu, kecuali proses

filtrasi larutan glycerine-water yang dilakukan secara partaian. Produk section ini

(metil ester) dialirkan ke tank farm secara kontinu.

2.6.4 Section 104: Methylester Fractination

2.6.4.1 Prinsip proses dan kimia

Pada section ini, terjadi pemisahan secara termal fraksi metilester (ME)

pada kondisi vakum. Kolom fraksinasi dilengkapi dengan regular packing yang

sepadan dengan 22 tingkat tray secara teoritis. Evaporasi pada kolom fraksionasi

dan distilasi dipenuhi melalui falling film evaporator dengan thermal oil.

Peningkatan efektifitas proses dicapai dengan sistem heat recovery yang terdiri atas

steam generator dan heat exchanger.


33

Gambar 3.4 Flow Diagram Section 104 Methyl Ester Fractination

2.6.4.2 Deskripsi proses

Rangkaian proses yang terjadi pada section ini ditunjukkan pada gambar.

Umpan metil ester dari tank farm mula-mula dipanaskan di preheater 104 E9, E1

untuk memenuhi kebutuhan panas yang diperlukan untuk menguapkan air dan gas

dengan kondisi vakum dan temperature 80-100°C pada dryer 104 D1 ME, uap yang

terbentuk dilewatkan untuk demister 104 D4 yang dilengkapi dengan cooling

hundle untuk mengkondensasikan N1E yang terbawa. Tetesan ME tertahan pada

wire-mess demister dan kembali ke dryer. Fasa kaya ME sebagian disirkulasi

kembali ke dryer dan sebagian dipompakan ke heater 104 E2, E3. Laju alir umpan

yang disirkulasi merupakan fungsi ketinggian (level) dalam dryer.


34

Pemanasan ME dilakukan hingga mencapai temperatur titik didihnya saat

memasuki feed tray. ME mengalir melalui packing dan mengalami pertukaran

panas dan massa secara konstan dengan uap yang naik.

Produk atas (uap ME) dikondesasi pada condencer 104 E5. Uap ME yang

masih terbawa dalam aliran gas yang tidak terkondensasikan akan tertahan pada

wire mesh (penahan uap paling akhir pada tiap kolom fraksionasi, berada diatas

kondensor) dan membentuk tetesan ME yang kembali ke kolom. Tetesan ini

bersama dengan ME yang terkondensasi, sabagian di refluks ke kolom dan sebagian

lagi (disebut sebagai fraksi 1) didinginkan lebih lanjut di cooler 104 E11 sebelum

menuju tank farm.

Sebagian produk bawah dievaporasi kembali ke falling film evaporator 104

E4 dan sebagian lagi menuju kolom fraksionasi kedua 104 D5. Proses pemisahan

fraksi yang terjadi serupa dengan kolom pertama. ME produk atasnya (fraksi 2)

juga dikondensasikan dan ditampung di tank farm. Bedanya, dibagian atas kolom

104 D5 terdapat steam generator 104 E14 untuk memanaskan low pressure BFW

(Boiler Feed Water) dengan memanfaatkan laju panas produk yang tinggi.

Generator dilengkapi dengan flash pot 3 bar 103 F3 yang berfungsi untuk

menampung BFW sebelum dialirkan ke section 106.

ME produk bawah kemudian memasuki distillation still 104 D3 dimana ME

dipisahkan dari residunya. Sebagian produk bawah 104 D3 disirkulasi melalui

falling film evaporator 104 E8 dimana uap yang terbentuk akan melalui packing

dan hot stripping tray, sedangkan sisanya ditampung dan dikondensasi pada residue

receiver with cooler 104 F4 dan dialirkan lebih lanjut menuju tank fitrin sebagai

residu. Uap tersebut (produk atas) dimanfaatkan panasnya pada steam genetaror
35

104 E6 dan dikondensasi pada final condencer 104 E7 dengan WCT (Water

Cooling Tempered) supaya tidak membentuk padatan. Temperature WCT berada

sedikitnya 5°C diatas solidification point of distillate. Kondensatnya (distilasi fraksi

3) terkumpul pada downcomer dialirkan menuju tank farm.

Hampir seluruh proses pada section ini bekerja dengan kondisi vakum untuk

mempermudah pencapaian temperatur proses yang relatif tinggi. Steam jet vacuum

system terdiri dari independent vacuum booster pada tiap kolom untuk

mengkompresi uap yang tidak terkondensasi hingga 110 mbar. Kondisi vakum

kolom fraksionasi dikendalikan dengan pressure controller supaya dapat

beroperasi pada kondisi optimum. Pada distilasi, 1-tahap dan 2-tahap ejector

dipasang paralel untuk mendistilasi pada tekanan berbeda sesuai jenis umpannya.

Propelling steam dari booster dan uap dari 104 D1 dikondensasi pada

surface condencer pertama. Kondensor menggunakan cooling water yang

temperaturnya dikendalikan untuk mencegah fouling dari ME yang berpotensi leleh

tinggi. Gas yang tidak terkondensasi dikompresi hingga tekanan atmosfir dengan 2

tahap air exhauster atau ejector.

Kondensat dari surface condencer dialirkan melalui hot well 104 F5 lalu

menuju fat separator. Sebagian ME yang sudah terpisah dalam hot well, kemudian

dimasukkan ke dalam drum.

Hot well diletakkan ± 60 m dibawah surface condencer supaya air yang

berada dalam hot well tidak turut terhisap oleh sistem vakum. Selain itu, hot well

juga mencegah terhisapnya udara ke lingkungan oleh sistem vakum, sehingga level

air dalam hot well harus dijaga. Penjagaan levelair dilakukan dengan sistem bejana.
36

2.6.4.3 Jenis Operasi

Ada 2 jenis mode operasi yang dijalankan secara bergantian (sesuai

permintaan pasar) pada section ini. Apabila mode 1 dioperasikan, aliran produk

bawah dari kolom fraksionasi hanya di bypass melalui kolom fraksionasi kedua.

Akan tetapi, apabila mode 2 dioperasikan, seluruh kolom digunakan untuk

memisahkan.

Tabel 3.2 Mode Operasi


Flow Mode I Mode II Keterangan
Feed Crude ME Crude ME -
Fraksi 1 ME C6-C10 ME C6-C10 Top 104 D2
Fraksi 2 - ME C12-C16 Top 104D5
Distilasi Fraksi 3 ME C12-C18 ME C18 -

2.6.5 Section 105: Hydrogenation

2.6.5.1 Prinsip proses dan kimia

Proses yang terjadi pada section ini didasarkan pada prinsip rekasi

hidrogenasi berikut:

RCOOCH3 + H2 ↔ RCH2OH + CH3OH


Metil ester Hirogen Fatty alcohol Metanol

Umpan metil ester berasal dari section 104 direaksikan dengan hydrogen

pada sebuah reaktor fixed bech menggunakan katalis CuCr (tembaga kromat) pada

tekanan 270 – 300 bar dan temperatur 175 – 200°C. Reaksi ini merupakan reaksi

eksotermis, dimana panas yang dihasilkan bergantung pada derajat jenuh dari ME

didalam umpan. Produk reaksi ini kemudian dipisahkan dari hidrogen dalam

separator untuk digunakan kembali dalam reaksi. Selanjutnya, kedua produk


37

masing-masing dipisahkan dalam stripper dan dimurnikan sebelum menuju tank

farm. Rangkaian proses yang terjadi pada section ini ditunjukkan pada gambar.

Gambar 3.5 Flow Diagram Section 105 Hydrogenation


38

2.6.5.2 Deskripsi Proses

A. Suplai hidrogen dengan sistem kompresi

Hirdogen dari receiver 105 D18 dengan tekanan 25 bar dan temperatur 40°C

dikompresi secara bertahap menggunakan kompresor 105 G1/G2 untuk mencapai

tekanan operasi (± 280 bar). Dalam setiap tahapan peningkatan tekanan, akan

terjadi peningkatan temperatur aliran, untuk mencegah temperatur hidrogen

menjadi terlalu tinggi, tiap tahap kompresi diselingi sebuah heat exchanger untuk

mendinginkan aliran. Penurunan temperatur tidak akan menyebabkan penurunan

tekanan aliran karena aliran hidrogen diatur kontinu. Selain penurunan temperatur,

dalam tiap tahap juga diselingi sebuah separator yang berfungsi untuk memisahkan

minyak oli kompresor yang terikut dalam aliran hidrogen. Penurunan temperatur

aliran pada tahap sebelumnya akan mengakibatkan minyak oli berubah kembali

menjadi fasa kembali menjadi fasa cair, sehingga minyak akan terpisah dan berada

dibagian bawah separator.

Setelah melalui 3 tahapan kompresi, sebagian hidrogen menjadi hidrogen

make up yang akan dicampur dengan umpan metil ester ke reaktor dan sebagian

hidrogen lainnya dialirkan menuju section 109.

B. Reaksi Hidrogenasi

Metil ester dipompa dari tank farm dengan HP-feed pump 105G5/G6/G7

hingga mencapai tekanan operasi (± 280 bar). Kemudian, metil ester dicampur

dengan hydrogen make up dan dipanaskan dengan feed preheater 105 E1 hingga

mencapai temperatur reaksi (± 175°C). Keluaran preheater kembali dicampur

dengan hidrogen recycle sebelum memasuki reaktor. Pencampuran dilakukan

sebelum peningkatan temperatur dan pengendalian temperatur reaktor diatur


39

supaya tidak terjadi cracking metil ester akibat temperatur tinggi, sehingga dapat

menghindari terbentuknya produk samping seperti keton dan aldehid.

Reaksi terjadi dalam dua buah reaktor unggun tetap 105 D1, D10 yang berisi

katalis CuCr dan beroperasi secara bergantian. Satu reaktor akan beroperasi selama

sepuluh bulan. Setelah 20 bulan, kedua reaktor akan dibersihkan dan katalisnya

diganti dengan yang baru. Selain katalis, terdapat saddle ceramic berdiamater ½

inch dibagian bawah reaktor yang berfungsi untuk menyangga unggun katalis.

Keluaran reaktor didinginkan melalui pertukaran panas reaksi eksotermis

dengan hidrogen recycle yang ingin, dinaikkan temperaturnya di HP-Hidrogen

Exchanger 105 E5. Pendinginan dilakukan dilakukan untuk mempermudah proses

pemisahan produk dari reaktan yang terikut dalam aliran.

C. Pemisahan Hirdogen

Campuran berupa saturated fatty alcohol, metanol, hidrogen, uap air, dan

sedikit katalis yang terikut akan dipisahkan dalam separator 105 D12. Pemisahan

terjadi antara hidrogen yang berlebih dengan alcohol. Separator diposisikan miring

untuk memaksimalkan pemisahan antara dua fasa liquid (berupa fatty alcohol

berada di bagian bawah) dengan fasa gas (berupa ekses hidrogen berada dibagian

atas fasa liquid). Fasa gas ini dipisahkan lebih lanjut di separator 105 D14.

Separator ini juga diposisikan miring untuk memaksimalkan pemisahan.

Lalu, fasa gas bertemberatur ± 110°C menjalani dua tahap pendinginan

untuk mencegah terjadinya kerusakan alat akibat perbedaan suhu yang terlalu

drastis antara shell dan tube dalam HE. Pendinginan tahap pertama menggunakan

medium pendingin WCT hingg ± 60°C, sedangkan pendinginan tahap kedua

dengan CW (Cooling Water) hingga ± 45°C.


40

Campuran fasa gas ini dipisahkan lebih lanjut di separator 105 D14 untuk

memisahkan metanol yang terbawa. Fasa metanol lalu dialirkan ke MP-Expansion

gas cooler 105 E9, sedangkan fasa hidrogen menuju preheater 105 E34 (media

panas low steam) dan dikompresi hingga 280 bar dalam kompresor 105G3/G4.

Aliran hidrogen masuk ke separator 105 D17 untuk memisahkan oli kompresor

yang terikut. Hidrogen yang telah murni ini lalu dipanaskan di HE 105 E5 hingga

mencapai suhu reaktor. Apabila sudah mencukupi, hirdrogen hanya akan lewat

tanpa dipanaskan.

D. Pemurnian Fatty Alcohol

Fatty alcohol keluaran separator 105 D12 yang masih bertekanan tinggi (±

280 bar) diturunkan tekanannya menjadi ± 25 bar dengan expansion valve. Lalu,

mengalami dua tahap pemisahan dari fasa gasnya dalam separator 105 D13 dan

105 D39. Fatty alcohol yang bebas hidrogen lalu memasuki filter 105 D4/D5 untuk

memisahkan partikel-partikel katalis yang terbawa dengan indikasi fatty alcohol

yang berwarna kehitaman. Katalis ini terbawa akibat adanya suhu dan laju alir yang

tinggi, serta goncangan akibat perubahan laju alir umpan reaktor.

Fatty alcohol kemudian memasuki stripper 105 D36 dengan suhu bottom

sekitar 130°C dan suhu top sekitar 80°C pada tekanan 4 bar. Temperatur atas kolom

dipertahankan dengan WCT. Produk atas (metanol dan air) dicampur dengan

metanol dari separator 105 D39 dan cooler 105 E9, kemudian didinginkan di HE

105 E28 dan 105 E35 hingga menjadi cairan dan dikirim ke tank farm untuk

disimpan. Apabila dalam campuran ini masih terdapat hidrogen, maka hidrogen

akan di buang ke flare.


41

Sementara produk bawahnya didinginkan di HE 105 E18 dengan WCT, lalu

masuk ke receiver 105 F1 dan dipompa ke tank farm. Tangki 105 F1 merupakan

tangka intermediate (penampungan sementara) disekat menjadi dua bagian, dimana

satu bagian akan diisi dengan produk crude fatty alcohol dan bagian lainnya

dikondisikan dalam keadaan kosong. Apabila aliran produk crude fatty alcohol

yang dihasilkan tidak memenuhi spesifikasi (kandungan fatty alcohol lebih dari 1,2

%), maka aliran produk akan dialihkan ke bagian tangka 105 F1 yang kosong untuk

diproses ulang pada kolom stripper. Hal ini bertujuan untuk mencegah

tercampurnya antara produk yang telah dan belum memenuhi spesifikasi.

2.6.6 Section 106: Fatty Alcohol Fractination/Distilation

2.6.6.1 Prinsip proses dan kimia

Pabrik ini dirancang untuk melangsungkan pemisahan thermal dengan

umpan fatty alcohol dalam fraksi yang berbeda-beda pada tekanan vakum. Pada

kolom fraksinasi yang pertama, hidrokarbon dipisahkan, pada kolom kedua dan

ketiga, fraksi lain dipisahkan dan kemudian produk bawah dari kolom ketiga

didistilasi dalam suatu distilator kontinu. Kolom dilengkapi dengan sistem tray.

Penguapan untuk fraksinasi dan distilasi diakomodasi oleh falling film evaporator

yang menggunakan OTH. Kelayakan ekonomi dari proses ini ditingkatkan dengan

sistem pemanfaatan panas proses yang terdiri atas low pressure generator dan

pertukaran antara umpan fatty alcohol dan keluaran fraksi distilat.

2.6.6.2 Deskripsi proses

Rangkaian proses yang terjadi pada section ini ditunjukkan pada gambar.

Fraksinasi fatty alcohol dimulai dengan memanaskan umpan pada HE 106 E18

(distilat) dan heater 106 E1 untuk menguapkan air pada tekanan vakum di drier
42

106 D1. Keluaran drier yang besar laju alirnya berkali-kali laju alir umpan,

sebagian disirkulasi kembali untuk mengevaporasi uap air pada temperatur 80 –

100°C. Laju alir umpan yang masuk dalam sirkulasi merupakan fungsi ketinggian

cairan dalam dryer. Uap keluaran dryer didinginkan untuk mengkondensasi fatty

alcohol bertitik didih rendah pada demister 106 D6 yang dilengkapi dengan cooling

bundle. Tetasan fatty alcohol lalu dipisahkan pada saringan kawat. Sementara itu,

sebagian fatty alcohol keluaran drier dipanaskan hingga mencapai temperatur

kolom masukkan umpan (fractionation coloumn 106 D2). Pada kolom pertama ini,

terjadi pemisahan hidrokarbon (produk atas) dari umpan. Kondensat uap fraksi

pertama yang tertampung pada downcomer, sebagian direfluks ke kolom,

sedangkan sebagian lagi didinginkan melalui fraction 1 cooler 106 E15 dan

diteruskan ke tank farm.

Sementara itu, produk bawahnya sebagian disirkulasi melalui falling film

evaporator 106 E4 dan sebagian dipompakan ke kolom 106 D3. Laju alir keluaran

produk tersebut dikendalikan karena menentukan ketinggian cairan kolom

fraksionasi 106 D2 dan menentukan jumlah cairan yang harus selalu ada dalam

evaporator. Pemisahan lebih lanjut di kolom 106 D3 bertujuan untuk memisahkan

fraksi 2 dengan cara yang sama dengan kolom sebelumnya. Kondensat fraksi 2 yang

telah didinginkan melalui condenser dan steam generator terkumpul pada

downcomer untuk refluks sebagian lagi dipompakan menuju section 114 atau

langsung menuju tank farm setelah didinginkan melalui HE. Produk bawahnya,

sebagian disirkulasi kembali ke kolom dengan pemanasan melalui falling film

evaporator 106 E6, sedangkan sebagian lagi dialirkan ke kolom 106 D4 dengan

laju alir merupakan fungsi ketinggian cairan kolom 106 D3.


43

Kolom 106 D3 merupakan kolom dengan diameter terbesar (ID 1878 mm)

adalah 106 D3. Kapasitas yang besar ini digunkana memisahkan C12 – C14 yang

jumlahnya paling banyak, umpan yang masuk diuapkan hingga 70%, sehingga

dibutuhkan kolom yang besar untuk mencegah chanelling.

Fraksi 3 didapat dari pemisahan pada kolom 106 D4. Produk atas kolom ini

menjalani proses yang sama dengan fraksi 2 (produk atas kolom sebelumnya).

Sementara bagian produk bawahnya disirkulasi kembali ke kolom dengan

pemanasan pada falling film evaporator 106 E9 dan sebagian lagi dialirkan menuju

distillation still 106 D5 dengan laju alir merupakan fungsi ketinggian cairan dalam

kolom 106 D4.

Uap distilasi melewati packing dan dikondensasi oleh steam generator 106

E13 dan final condencer 106 E14. Distilat ini, sebagian direfluks, sedangkan

sebagian lagi dialirkan menuju 106 F1. Aliran keluaran receiver tersebut dapat

dialirkan menuju section 114 atau langsung menuju tank farm.

Sisa komponen yang tidak dapat didistilasi (residu) akan terkondensasi di

bagian bawah kolom. Sebagian residu disirkulasi dengan evaporasi melalui falling

film evaporator 106 E12, sedangkan sebagian lagi mengalir menuju residue

receiver with cooler 106 F2 karena gaya gravitasi. Pada 106 F2, residu didinginkan

dengan cooling bundle, lalu dialirkan menuju tank farm dengan laju alir merupakan

fungsi ketinggian cairan dalam receiver.

Pada bagian atas tiap kolom fraksionasi dan distilasi, terdapat condencer

yang berfungsi untuk mengkondensasi uap yang naik ke atas kolom, sehingga tidak

tertarik oleh vacuum booster karena uap tersebut dapat mengganggu kerja sistem
44

vakum dan menyebabkan tidak didapatinya produk atas pada downcomer. Sistem

vakum pada section ini sama dengan sistem vakum pada section 104.

Selain condencer, pendingin juga dilakukan dengan steam generator yang

terpasang pada kolom 106 D3, D4, dan D5. Pendinginan dilakukan dengan

mempertukarkan panas uap denga umpan boiler, sehingga digenerasi steam

bertekanan 3 barg.

2.6.6.3 Jenis Operasi

Campuran fatty alcohol dipisahkan secara kontinu menjadi fraksi potongan

rantai yang berbeda, untuk mendapatkan fraksi tertentu dijalankan mode operasi

tertentu dengan pengaturan kondisi operasi (kondisi vakum, tekanan, dan

temperatur). Ada 3 jenis mode operasi, yaitu:

Tabel 3.3 Mode Operasi


Flow Mode I Mode II Mode III
Feed C12-C18 Alkohol C12-C18 Alkohol C6-C10 Alkohol
Fraksi 1 Hidrokarbon Hidrokarbon Hidrokarbon & C6
Fraksi 2 C12 Alkohol 99% C12-C14 Alkohol C8-99 fatty alcohol
Fraksi 3 C14 Alkohol 98% C16 Alkohol 98% -
Distilat C16-C18 Alkohol C18 Alkohol 98% C10 Alkohol 98%

Untuk mencapai mode operasi yang berbeda-beda, masing-masing kolom

106 D3, D4 dilengkapi dengan sedikitnya dua feed tray, sehingga jumlah tray

teoritis dibagian atas dan bawah kolom dapat divariasikan. Refluks dikendalikan

melalui panas yang dipasok ke evaporator (jumlah dan temperatur thermal oil) dan

jumlah produk atas. Kondisi vakum distillation still dijaga konstan agar temperatur

bawah kolom tidak mempengaruhi kualitas produk.


45

2.6.7 Section 107: Methanol Recovery

2.6.7.1 Prinsip proses dan kimia

Metanol dari section 105 masih mengandung air produk reaksi dan uap dari

stripping coloumn serta senyawa fraksi ringan (titik didih tinggi) seperti ME dan

fatty alcohol. Metanol ini dikumpulkan di tank farm dan difraksinasi secara kontinu

pada section ini. Rangkaian proses yang terjadi pada section ini ditunjukkan pada

gambar.

2.6.7.2 Deskripsi Proses

Umpan methanol-water (konsentrasi 40-60%) masuk kolom distilasi 107

D1 (32 tahap) pada temperatur titik didih methanol (sekitar 55-68°C). Metanol

dengan titik didih yang lebih rendah akan menguap naik ke atas kolom, lalu

didinginkan melalui HE 107 E1, E2 dan ditampung sementara dalam methanol

overhead drum 107 F1. Produk atas ini adalah metanol dengan konsentrasi 99,9%

(moisture 0,1%). Sebagian aliran produk direfluks ke kolom dan sebagian lagi

menuju tank farm untuk digunakan dalam reaksi transesterifikasi pada section 103.

Dari tray terakhir, dilakukan pemisahan produk samping (ME dan fatty

alcohol yang tidak larut dalam air). Aliran keluaran didinginkan hingga 55-75°C

dan dipisahkan antara senyawa organik dan fasa cair dengan prinsip perbedaan

visikositas dan berat jenis pada alcohol separator 107 F2. Fasa cair yang

mengandung sedikit metanol kembali ke 107 D1, sedangkan senyawa organik

dialirkan ke stripper 105 D39 sebagai recovered fatty alcohol.

Sebagian produk bawah disirkulasi kembali dengan pemanasan melalui

reboiler 107 E4 secara thermocycle menggunakan low pressure steam. Sebagian

lagi dialirkan ke effluent separator 107 F3 dan diteruskan ke waste water treatment.
46

Dalam kondisi normal, 107 F3 hanya berisi air yang telah dipisahkan, tetapi pada

kondisi shutdown atau kegagalan alat atau start up (saat kondisi optimum belum

tercapai atau suhu kolom belum cukup tinggi untuk memisahkan campuran),

dijumpai adanya fatty alcohol dalam vessel dan dikembalikan ke section 105.

2.6.8 Section 108: Oil Thermal Heater

Penyediaan OTH bertujuan untuk mengakomodasi kebutuhan panas yang

sangat tinggi yang tidak dapat diakomodasi oleh steam (kisaran 250-300°C). OTH

amat dibutuhkan untuk memanaskan umpan beberapa peralatan yang beroperasi

pada suhu tinggi, yaitu pada section 102, 104, 106, 112 dan 116. Rangkaian proses

sederhana ditampilkan pada gambar.

Mula-mula sistem diisi dengan minyak yang berasal dari storage vessel 108

F2. Minyak kemudian dipanaskan dalam oil themal heater 108D1, D1.1 yang

bekerja secara paralel, hingga 300°C dengan menggunakan oil burner. Themal oil

dipanaskan dalam coil yang mengitari api burner. Minyak yang telah panas

kemudian disirkulasi ke peralatan yang membutuhkan pemanasan dan kembali ke

section ini.

Sistem tertutup ini dilengkapi dengan sebuah expansion vessel 108 F1 yang

berada diatas sistem yang digunakan untuk menandakan loop terisi penuh, sehingga

tidak menimbulkan kavitasi pada pompa yang dijalankan. Vessel 108 F1

dihubungkan ke 108 F2 dan diselimuti dengan aliran nitrogen kontinu untuk

mencegah kontak dengan udara (dulu menggunakan safety valve yang akan

otomatis terbuka ke udara apabila tekanan dalam vessel telah melebihi 250 bar).

Minyak yang digunakan adalah mineral oil heat transfer fluid “BP transcal

N” dari perusahaan British Petrolium. Minyak ini diganti dengan yang baru apabila
47

terjadi perubahan drastis pada performasinya yang ditandai dengan turunnya nilai

flash point karena keberadaan impurities (dapat berupa rantai pendek yang terjadi

akibat oil crack karena temperature tinggi). Media pemanas OTH dapat berupa

Aoutomotive Diesel Oil (ADO) atau NG. NG lebih disukai karena cepat menaikkan

temperatur minyak dibanding ADO. Tekanan NG dari PNG sebesar 10,4 bar.

Kemudian OTH total adalah 245000 kg/hr dengan temperatur 248°C.

2.6.9 Section 109: Hydrogen Production

2.6.9.1 Prinsip proses dan kimia

Target section ini adalah untuk memproduksi hidrogen yang digunakan

dalam reaksi hidrogenasi section 105. Produksi hidrogen dilakukan dengan

merengkah hidrokarbon atau yang dikenai steam reaforming. Proses ini

berlangsung beberapa tahap beriku:

1. Hidrogenasi atau Desulfurisasi

2. Catalytic Steam Reaforming

3. High Temperature CO Shift Coversion

4. Adsorption of Impurities (PSA)

Selain tahap-tahap tersebut, section ini juga terjadi pemanfaatan energi

panas hasil reaksi perengkahan katalitik untuk mencapai temperatur kerja reaksi

dan menghasilkan steam yang dikenal dengan waste heat recovery system.

Keterkaitan anrar proses-proses yang terjadi dalam section ini ditunjukkan dalam

gambar.

Hidrokarbon yang digunakan sebagai bahan baku dalam proses ini adalah

natural gas (NG). Pada awal beroperasinya plant EOB 1, bahan baku yang

digunakan adalah LPG (kandungan C3 dan C4). Namun, sejak tersedianya jalur
48

pipa NG dari PNG, terjadi peralihan dari LPG menjadi NG karena transportasi NG

lebih mudah dan tidak membutuhkan tempat penyimpanan, sedangkan LPG

membutuhkan feed tank yang harus dijaga tekanannya agar tidak mudah menguap.

Selain itu, biaya penggunaan NG lebih murah dibanding LPG. Walaupun demikian,

pemilihan penggunaan NG beresiko terhadap terjadinya plant shut down apabila

sewaktu-waktu ada gangguan supply NG dari PNG. Rangkaian proses sederhana

ditampilkan gambar.

Gambar 3.6 Flow Diagram Section 109 Hydogen Production


49

2.6.9.2 Deskripsi Proses

A. Hidrogenasi atau Desulfurisasi

Mula-mula, umpan NG dikompresi dengan kompresor 109 G5/6 karena

tekanan dari PNG relatif rendah (± 10 bar). Sementara itu, hydrogen recycle gas

dari section 105 dipisahkan dari minyak oli yang terbawa di oil separator 109 F5

dan filter 109 D8/9. Kemudian, NG dan hidrogen dicampur dan dipanaskan di feed

preheater 109 E2 (shifted gas) hingga ± 380°C. Campuran lalu dialirkan ke reaktor

desulfurisasi 109 D1 yang berisi dua macam katalis yaitu CoMo dan ZnO.
CoMo
Awalnya, campuran akan melewati unggun katalis CoMo, dimana gas hidrogen

bereaksi dengan sulfur yang terkandung dalam NG dan menghasilkan atom H, S

serta mengubah unsaturated carbon menjadi saturated carbon. Keberadaan

unsaturated carbon dapat merusak katalis NiO yang berperan dalam proses

catalytic steam reaforming karena ikatan rangkap mudah terpecah dan

meningkatkan temperatur secara berlebihan yang dapat merusak katalis. Proses

kemudian dilanjutkan dengan pengikatan H2S pada unggun ZnO. Keseluruhan

rekasi pada tekanan ± 34 bar dan temperatur ± 380°C sebagai berikut:

R-SH + H2 H2 S

ZnO + H2 S ZnS + H2O

Aktifitas katalis dikendalikan berdasarkan pressure drop sepanjang reaktor.

Apabila terjadi peningkatan pressure drop, maka dideteksi terjadinya penurunan

aktivitas katalis sebagai akibat dari pengecilan pori pada permukaan katalis. Target

keluaran reaktor ini adalah campuran dengan kandungan sulfur 0,5 ppm.
50

B. Catalytic Steam Reaforming

Proses ini dimulai dengan pencampuran keluaran 109 D1 dengan MP-steam

tekanan (15 bar) di mixing tube 109 D10. Penambahan steam dilakukan berlebih

untuk memastikan diperolehnya produk H2 dan mencegah CH4 terdekomposisi

menjadi karbon. Steam juga berfungsi untuk flash karbon yang terbentuk sebagai

akibat reaksi samping dari CH4 (mencegah terjadinya cooking pada katalis).

Perbandingan jumlah NG dan steam yang digunakan ditentukan oleh rasio mol

H2O/mol C. Rasio ini bergantung pada kapasitas produksi. Semakin besar kapasitas

produksi, semakin kecil rasio karena peningkatan kapasitas produksi akan

meningkatkan jumlah mol C dan mol H2O, sementara nilai mol H2O untuk flash

selalu tetap. Campuran dipanaskan di feed steam preheater 109 E6-1/2 dan

dialirkan menuju top reformer 109D7 dimana terjadi rekasi steam reforming

berikut:

CnH2n+2 + nH2O → nCO + (2n+1)H2 (Endotermis)

CO + 3H2 → CH4 + H2 O (Eksotermis)

Reaksi berlangsung pada temperatur 760 – 800°C dan tekanan 30 – 32 bar

dalam 14 buah tube yang berisi katalis Ni. Temperatur aliran masukan reformer

dijaga pada 480°C dengan mem-bypass aliran ke surface cooler 109 E7 apabila

temperatur terlampau tinggi. Sementara kebutuhan panas reaksi endotermis

dipenuhi dengan pembakaran campuran NG dan off gas (CO2, H2O, CO dan CH4)

yang menghasilkan flue gas (campuran CO2 dan CO) proses pembakarannya non-

premix burner.

Hasil reaksi berupa campuran H2, CO, CO2, serta fraksi H2O dan CH4 yang

tidak terkonversi berlangsung disebut sebagai reformed gas. Reformed gas bersuhu
51

840°C digunakan untuk memanaskan feed holler pada 109 E1 dan mengalami

pendinginan hingga ± 340°C.

C. High Temperature CO Shift Conversion

Reformed gas yang lalu dialirkan menuju top CO shift converter 109 D2

yang berisi katalis FeCrO, dimana terjadi reaksi berikut:

CO + H2 O → CO2 + H2 (Eksotermis)

Keluaran reaktor (shifted gas) yang bertemperatur 490°C lalu didinginkan,

sehingga sebagian gas akan terkondesasi, dipisahkan dalam separator dan dikirim

ke cooling tower. Shifted gas lalu dialirkan ke PSA (Pressure Swing Absorber).

D. Adsorption of Impurities (PSA)

Dalam unit PSA, terjadi pemisahan H2 dari komponen-komponen yang

tidak diinginkan atau off gas (CO2, H2O, CO dan CH4). Produk hidrogen yang

diinginkan memiliki kandungan maksimal CO + CO2 100 ppm dan CH4 0,1% mol.

Pemisahan terjadi dalam empat buah adsorber 109 D3-6 yang bekerja bergiliran

pada tingkat tekanan yang berbeda-beda dalam sebuah siklus yang kontinu.

Adsorbsi terjadi pada tekanan tinggi, sedangkan desorbsi pada tekanan rendah.

Sebuah siklus PSA terdiri dari 5 tahap:

1. Adsorbsi

Umpan gas dari bagian bawah adsorber pada tekanan tinggi. Pengotor

(CO2, H2O, CO dan CH4) akan tertahan dipermukaan adsorben. Kolom

adsorben terdiri dari molecular sieve dibagian bawah dan corbon active

di bagian atas. Laju adsorbs tiap gas berbeda-beda tergantung pada

volatilitas dan polaritas komponen. Volatilitas hidrogen lebih tinggi

dibanding komponen lainnya, sehingga bersifat nonadsorbable. Dengan


52

demikian, hidrogen akan terpisah dari pengotornya melalui proses PSA

dalam satu mode kromatografi. Ketika sebuah adsorber sudah mencapai

kapasitas adsorbsi, adsorber tersebut mengambil posisi off line, dan

umpan secara otomatis ditukar ke fresh adsorber (kolom lain yang telah

siap mengadsorbsi). Sistem ini mempertahankan laju alir umpan dan

produk menjadi konstan.

2. Cocurrent Depressurization

Pada tahap ini, terjadi recovery hidrogen yang terperangkap didalam

ruang-ruang kosong antar partikel adsorben melalui depressurized dari

arah yang sama dengan aliran umpan (cocurrent). Penurunan tekanan

terjadi dari ± 26 bar menjadi ± 15 bar.

3. Counter current depressurization

Setelah hidrogen yang diinginkan diperoleh, terjadi pelepasan unggun

dari pengotor melalui depressurizing dari arah sebaliknya hingga ± 0,6

bar. Dengan demikian, pengotor teradsorsi dan dibuang sebagai off gas.

4. Purge at low pressure

Adsorben kemudian di-purging dengan hidrogen murni (diambil dari

adsorben lain pada langkah cocurrent depressurization) pada tekanan

off gas yang dijaga konstan.

5. Repressurization

Adsorber lalu dipersiapkan kembali untuk mengadsorbsi melalui

repressurized ke 26 bar dengan hidrogen murni (diambil cocurrent

depressurization).
53

2.6.10 Section 110: Glycerine Water Evaporation

2.6.10.1 Prinsip proses dan kimia

Proses pemurnian glycerine-water 40% (hasil reaksi transesterifikasi di

section 103) dilakukan dengan sistem evaporasi empat efek dan vapor compression

untuk mendapatkan glycerine akhir dengan konsentrasi 80-85%-w. Sistem

evaporasi ini terdiri dari 3 buah falling film evaporator dan 1 buah forced

evaporator yang disusun secara seri. Masing-masing evaporator dilengkapi dengan

separator untuk memisahkan uap air dan gliserin pada kondisi vakum.

Falling film evaporator bekerja secara co-current dimana aliran steam dan

gliserin diumpankan dari atas kolom. Aliran gliserin melewati tube, sedangkan

steam melalui shell. Gliserin panas akan terkumpul dibagian bawah evaporator

(collector). Ketinggian gliserin pada collector dijaga agar terdapat ruang yang

cukup untuk menguap dan uapnya akan mengalir menuju separator.

2.6.10.2 Deskripsi Proses

Rangkaian proses yang terjadi pada section ini ditunjukkan pada gambar.

Glycerine-water menjalani pemanasan awal dengan heating coil yang terdapat pada

evaporator 110 D2.1, 110 D1.1, dan 110 D1.1A. Setelah itu terjadi proses

penguapan air dari glycerine-water dimulai dari evaporator I 110 DLIA. Proses

evaporasi pada unit ini mendapat panas dari steam yang sebelumnya telah

dikompresi dengan steam booster 110 G1. Sebagian uap dari separator 110 D1.2A

dimanfaatkan untuk memanaskan evaporator. Selanjutnya, sebagian lagi

dikompresi oleh steam booster 110 G1.


54

Pemekatan gliserin dilanjutkan dengan mengalirkannya ke unit evaporator

II 110 D1.1. Uap yang dipisahkan pada separator dimanfaatkan kembali untuk

memanaskan unit evaporator III D2.1, sedangkan aliran gliserinnya dipekatkan

kembali di evaporator 111. Uap yang telah terpisahkan dari evaporator III

dimanfaatkan sebagai media pemanas untuk evaporator IV 110 D3.1. Sementara

itu, jalur kondensat baik dari separator maupun dari evaporator disirkulasikan

kembali, baik unit evaporator yang sama atau unit evaporator selanjutnya, untuk

memekatkan konsetrasi gliserin dalam aliran.

Pada evaporator IV, terjadi proses evaporasi terakhir, dimana keluaran atas

unit ini dialirkan ke separator 110 D3.2 untuk memisahkan uap air dan gliserin.

Fasa uapnya kemudian dikondensasi di surface condencer 110 E1. Pada unit ini,

terdapat pipa yang terhubung ke atmosfer untuk membuang kelebihan tekanan.

Sebagian kondensatnya lalu ditampung pada receiver 110 F1 bersamaan dengan

kandungan gliserin yang terbawa maksimum 0,4% berat yang dialirkan menuju

waste water treatment sebagai process condensate. Sebagian kondensat 110 E1

berupa gas yang tidak terkondensasi ditarik keluar oleh vacuum pump 110 G3

menuju waste water treatment.

Sementara itu, gliserin yang diperoleh dari separator 110 D3.2 dialirkan

menuju tank farm. Konsentrasi akhir crude glycerine dikendalikan secara otomatis

oleh pengendali TDIR/T0115 yang mengukur kenaikkan titik didih cairan

(konsentrat) terhadap temperatur uap jenuh pada evaporator IV. Makin besar

perbedaan titik didih cairan dengan temperatur uap jenuh, makin tinggi konsentrasi

gliserin pada cairan. Konsentrasi gliserin 80-90% kira-kira sebanding dengan

perbedaan suhu 23-26°C.


55

2.6.11 Section 111: Glycerine Distillation and Bleaching

2.6.11.1 Prinsip proses dan kimia

Gliserin keluaran section 110 dengan konsentrasi 80-85% dipekatkan lebih

lanjut pada section ini. Proses pemekatan dilangsungkan dengan evaporasi gliserin

pada kondisi vakum dan dibantu aliran live steam untuk mengurangi tekanan parsial

dari gliserin atau titik didihnya.

Uap yang terbentuk dikondensasi dalam 2 tahap dan menghasilkan high

grade distillate 1 (glycerine 99,7%) dan lower distillate 2 (glycerine 98%). Distilat

1 kemudian dipucatkan dengan menggunakan karbon aktif. Untuk meningkatkan

jumlah produk, main still dilengkapi dengan dua residue still yang beroperasi secara

batch dan bergantian.

2.6.11.2 Deskripsi Proses

Rangkaian proses yang terjadi pada section ini ditunjukkan pada gambar.

Umpan gliserin diberi pemanasan awal dengan HE 111 E5, ditambahkan NaOH

untuk menaikkan pH 10-11 (konversi asam karboksilat yang terbentuk akibat

temperatur tinggi menjadi garam), dan menuju drier circuit 111 D1 untuk

menguapkan air dan gas inert. Keluaran drier dialirkan melalui evaporator 111 E1

dan didistilasi dalam distillation still 111 D2.2 pada tekanan 13 mbar, sehingga

gliserin dipisahkan dari residu non-destillable. 111 D2.2 dipanaskan dengan

saturated steam 15 barg max, dan menggunakan live steam untuk sirkulasi cairan

dan reduksi tekanan parsial.

Proses pemurnian dimulai ketika uap gliserin melewati lapisan packing

material dimana tetesan cairan terpisahkan dari uap secara mekanis. Kemudian, uap

akan melewati packing unit berikutnya dan melewati hot stripping section. Pada
56

bagian ini, terjadi kondensasi sebagian uap gliserin (10-14%) secara kontak

langsung dengan distilat yang relatif lebih dingin (130°C). Distilat tersebut

merupakan hasil kondensasi dari bagian atas section. Panas yang dilepaskan saat

kondensasi digunakan untuk memanaskan distilat dari 130°C menjadi 150°C.

Akibatnya, sebagian distilat teruapkan kembali.

Distilat dengan temperatur 150°C dikumpulkan dan dialirkan menuju

distillate receiver 111 F3. Dalam kasus distilasi ganda, distilat tersebut dialirkan ke

distilation still 111 D8.2 untuk menjalani distilasi ke-2, lalu dialirkan ke 111 F3.

Distilat dalam receiver 111 F3 ini disebut sebagai distilat 1. Produk ini kemudian

dialirkan secara kontinu (laju alir merupakan fungsi ketinggian tangki 111 F3)

menuju distilate cooler 111 E5 dan 111 Eb, dimana distilat didinginkan hingga

mencapai temperatur bleaching 80°C.

Distilat tersebut lalu dilewatkan pada dua dari tiga fixed-bed bleacher 111

D5, 111 D6 dan 111 D7 yang dioperasikan secara seri dan bergantian. Proses

bleaching akan berlangsung secara kontinu hingga mencapai kapasitas absorpsi

dari karbon aktif. Ketika kualitas gliserin telah mencapai batas bawah, bleacher

kemudian diganti dengan yang baru.

Bleached glycerine lalu dilewatkan pada polishing bag filter 111 D4 untuk

memisahkan partikel karbon yang berukuran kecil sebelum didinginkan hingga

temperatur akhir pada 111 E7 dan dialirkan menuju tank farm.

Diatas hot stripping section, terjadi actual condensation stage dimana uap

gliserin 90% terkondensasikan dan uap residu didinginkan hingga 100°C.

Kondensasi gliserin terjadi akibat kontak langsung dengan cooling distilate yang

diumpankan dengan menggunakan distributor ke dalam lapisan packing material.


57

Dibawah packing material, terdapat sistem pengumpul distilat yang akan

memompakan aliran distilat menuju cooler 111 E3 untuk disirkulasikan kembali ke

dalam kolom. Uap gliserin yang masih tidak terkondensasi pada bagian ini akan

dikondensasi pada cold condensation unit. Produk cold condensation unit adalah

distilat 2 dengan jumlah sekirat 8’r’o dari total produk gliserin. Distilat 2 ini

didinginkan pada cooler 111 E4 dan dikembalikan bagian atas unit ini. Distilat 2

yang terakumulasi dalam sistem sirkulasi dibuang secara kontinu. Produk ini dapat

digunakan untuk kegunaan teknis khusus atau dapat diredistilasi dengan

menggunakan renewed pretreatment.

Selain distilat 1 dan distilat 2, pada chamber terakhir dari main still 111

D2.2 dan 111 D8.2, masih terdapat fasa yang kaya akan material yang tidak dapat

didistilasi (residu). Residu yang terakumulasi ini diumpankan dengan interval ± 2

jam ke salah satu post distilation still 111 D3.1 atau 111 D3.2 secara bergantian dan

didistilasi secara batch dengan penambahan live steam untuk menurunkan tekanan

parsialnya.

Uap gliserin yang terbentuk dalam residue still 111 D3.1 atau 111 D3.2

dikondensasi di condencer 111 E2. Distilatnya langsung dikembalikan ke main still

111 D2.2 dan dicampur dengan umpan gliserin mentah untuk didistilasi kembali,

sedangkan uap yang tidak terkondensasi diumpankan ke unit cold condensation.

Sistem vakum pada distilation still serta kompresi uap air hingga 100 mbar

dipenuhi oleh steam vacuum booster 111 G7, G8. Uap air dan propelling steam

dikondensasi di sudface condencer 111 E8. Gas yang tidak terkondensasi dari 111

E8 dihisap oleh air exhauster set 111 G9 dan dikondensasi, sisanya ditekan hingga

tekanan atmosfir oleh watering pump 111 G10. Kondensat live dan propelling
58

steam yang terbentuk di surface condecer dikumpulkan ke hot well 111 F5 dan

dialirkan ke tempat pengolahan air.

Pada section 111, sering kali ditemukan terbentuk deposit garam, baik di

kolom distilasi, unit lain, bahkan tangki penyimpanan. Hal ini menyebabkan

pertukaran panas distilasi tidak optimal karena tingginya deposit garam akan

menggangu transfer panas, sehingga temperatur bottom kolom tidak akan mencapai

nilai yang diinginkan. Dengan demikian, kolom harus dibersihkan tiap 25 hari dan

reboiler 3 minggu sekali. Tingginya deposit garam ini akibat dari proses netralisasi

di section 103 yang terakumulasi dan didukung dengan kondisi section 111 yang

bertemperatur tinggi.

2.6.12 Section 112: Fatty Alcohol Fractionation

2.6.12.1 Prinsip proses dan kimia

Section ini merupakan lanjutan dari section 106, sehingga didesain

memisahkan secara thermal fatty alcohol menjadi fraksi yang lebih murni.

Pemisahan terjadi dalam dua kolom fraksinasi yang dilengkapi dengan regular

packing. Pada kolom pertama, precut dipisahkan, sedangkan pada kolom kedua,

umpan dipisahkan menjadi dua fraksi. Pada section ini, dapat dilakukan variasi

aliran, tekanan operasi, dan jumlah umpan yang dimasukkan sesuai dengan mode

operasi dijalankan.

3.12.2 Deskripsi proses

Rangkaian proses yang terjadi pada section ini ditunjukkan pada gambar.

Umpan dari tank farm dicampur terlebih dahulu dengan aliran sirkulasi dari drier

112 D1, dipanaskan pada HE 112 E1, dan di tray dalam drier untuk menguapkan
59

air dan gas dalam kondisi vakum. Aliran yang disirkulasi merupakan fungsi

ketinggian dalam drier.

Drier fatty alcohol lalu dilewatkan melalui heater 112 E2 dan diteruskan ke

kolom 112 D2. Uap yang terfraksinasi pada kolom lalu dikondensasi di condencer

112 E4 menjadi produk atas. Sebagian kondensat direfluks ke kolom, sedangkan

sebagian lagi dialirkan menuju receiver 112 F1 yang dilengkapi dengan cooling

bundle. Fraksi 1 pada 112 F1 lalu dialirkan menuju tank farm secara batch.

Sementara produk bawahnya, sebagian disiruklasi kembali melalui falling film

evaporator 112 E3 dan sebagian lagi dialirkan menuju kolom ke-2.

Pada kolom 112 D3, umpan dipisahkan menjadi 2 fraksi utama. Produk atas

yang telah terkondensasi, sebagian direfluks ke kolom, dan sebagian didinginkan

dan dialirkan lebih lanjut menuju section 114 atau ke tank farm sebagai fraksi 2.

Sementara produk bawahnya, sebagian disirkulasi kembali ke kolom

melalui evaporator dan sebagian didinginkan dan dipompakan menuju section 114

atau ke tank farm sebagai fraksi 3.

Sistem vakum untuk section ini dilengkapi dengan booster dan condencer

untuk tiap kolom. Pada kondensor pertama, propelling steam dari hooster uap air

dari feed dikondensasikan untuk mencegah terjadinya fouling akibat fatty alcohol

bertitik didih tinggi. Gas yang tidak terkondensasi dikompresi menggunakan

tekanan atmosfir dengan 2 stage ejector. Kondensat yang terbentuk dialirkan

melalui hot well 112 F2 dan dimasukkan ke fat separator.


60

2.6.12.3 Jenis Operasi

Section ini dirancang untuk fraksionasi lebih lanjut produk section 106,

sehingga didapat produk dengan tingkat kemurnia tinggi, seperti memisahkan C16

dengan C18. Section ini dapat pula menghasilkan potongan rantai tertentu. Saat ini,

ada 2 mode operasi yang digunakan, yaitu:

Tabel 3.4 Mode Operasi


Flow Mode 1 Mode 2
Feed C16-C18 Alkohol C12-C14 Alkohol
Fraksi 1 Hidrokarbon Hidrokarbon
Fraksi 2 C16 Alkohol 98% C12 Alkohol 98%
Fraksi 3 C18 Alkohol 98% C14 Alkohol 98%

2.6.13 Section 114: Carbonyl Conversion

2.6.13.1 Prinsip Operasi

Pada section ini, terjadi reduksi kandungan gugus karbonil dari fatty alcohol

hingga < 5 ppm. Gugus karbonil terbentuk akibat pemanasan fatty alcohol pada

temperatur tinggi atau akibat oksidasi produk. Gugus karbonil dikonversi menjadi

alcohol dengan menggunakan reaksi hidrogenasi katalitik. Section ini dilengkapi

dengan 5 reaktor fixed-bed, satu untuk tiap fraksi alcohol. Pada tiap reaktor,

terdapat dua lapis katalis Ni dan distributor gas/cair.

Rangkaian proses yang terjadi pada section ini ditunjukkan pada gambar.

Fatty alcohol dari section 106 dan 112 pada temperatur 130°C dipompakan dengan

pompa sentrifugal menuju reaktor 114 D1-5. Fatty alcohol dan hidrogen

didistribusikan pada lapisan atas dari katalis secara co-current trickle flow dan

direaksikan pada tekanan hidrogen 25 bar. Di bagian bawah reaktor, sebagian besar

fatty alcohol dikumpulkan. Tetesan fatty alcohol yang terkandung dalam excess

hidrogen dipisahkan dengan separator 114 D6-10. Fatty alcohol dari bawah rekator
61

dan separator dikeluarkan dan dialirkan menuju degasser 114 D15. Fatty alcohol

yang telah bebas dari hidrogen akan didinginkan melalui cooler 114 E1-5, lalu

dialirkan menuju tank farm.

Excess hydrogen dikendalikan dengan flow controller. Campuran hidrogen

dari separator didinginkan didalam 114 E6 dan didaur ulang menuju hydrogen

compressor di section 105. Hidrogen yang didaur ulang mencapai 80% excess dari

feed hidrogen.

2.6.14 Section 302: Dry Fractionation With Memrane/Winterizing

2.6.14.1 Prinsip proses dan kimia

Pada section ini, terjadi pemisahan antara metil ester C18 jenuh (stearin)

dan metil ester C18 tidak jenuh (olein). Sejak berdirinya EOB 2, section ini juga

memisahkan fatty acid C18 jenuh dan fatty acid tak jenuh. Pemisahan dilakukan

secara fisik berdasarkan prinsip perbedaan titik beku. Stearin memiliki titik beku

lebih tinggi (37,8°C) dibanding olein (-20,4°C), sehingga temperatur crystallizer

berada diantara titik beku stearin dan olein untuk memisahkan keduanya.

Kemudian, stearin (fasa padat) dipisahkan dari olein (fasa cair) dengan membrane

filter press. Hal yang sama juga diterapkan pada pemisahan fatty acid.

2.6.14.2 Deskripsi proses

Winterizing plant (pabrik fraksionasi kering) dioperrasikan secara semi

kontinu, yaitu sementara kritalisasi terjadi secara bergantian pada batch yang

berbeda dengan interval lima jam pada crystalizer R-01A/13, filtrasi terjadi secara

kontinu pada membrane filter press F1.


62

A. Kristalisasi

Umpan dari tank farm pada 40°C dialirkan ke crytallizer yang memiliki 3

lapis coil berisi etilen glikol sebagai inlet pemanas dan pendingin, serta dilengkapi

dengan agitator disetiap celah antar coil. Agitator berfungsi untuk memastikan

perpindahan kalor dari coil ke campuran merata diseluruh bagian. Kecepatan

agitator untuk metil ester dijaga konstan, sedangkan kecepatan agitator untuk fatty

acid berubah-ubah sepanjang waktu proses kristalisasi. Perlakuan berbeda ini

disebabkan oleh karakteristik senyawa yang berbeda.

Ada 2 kompartemen (atas dan bawah) dalam sebuah kolom crytallizer yang

dipisahkan dengan sejenis sekat untuk menghindari kontaminasi produk.

Kompartemen atas disebut crystallizer dan kompartemen bawah disebut drain.

Proses kristalisasi terjadi dikompartemen atas, sedangkan kompartemen bawah

(drain) berfungsi sebagai tempat penyimpanan produk hasil kristalisasi. Pada

crystallizer terdapat saluran yang dihubungkan dengan lingkungan luar untuk

menjaga agar tekanan kolom sama dengan tekanan atmosfer. Saluran ini dilengkapi

dengan silica gel untuk menghindari masuknya uap air. Proses dalam crystallizer

terdiri dari empat tahap, yaitu:

1. Coil Heating

Umpan dipanaskan hingga temperatur tertentu untuk memastikan semua

molekul homogen (tidak ada metil ester atau fatty acid yang membeku

pada permukaan coil sebagai hasil dari proses kristalisasi sebelumnya).

Media pemanas yang mengalir dalam coil adalah larutan etilen glikol.

Etilen glikol tersebut sebelumnya telah dipanaskan dengan cooling

water untuk proses metil ester dan steam untuk proses fatty acid.
63

Penggunaan media pemanas yang berbeda dikarenakan temperatur lebih

metil ester (25 – 35°C) berbeda dengan fatty acid (50 – 60°C).

Kemudian etilen glikol dialirkan kembali ke dalam coil dan etilen glikol

ini berfungsi untuk melelehkan sisa-sisa metil ester yang membeku pada

permukaan luar coil. Setelah itu, etilen glikol dialirkan kembali ke

dalam T-01 untuk kemudian dialirkan menuju chiller 302K01 yang

menggunakan freon sebagai medium pendinginnya untuk selanjutnya

digunakan pada proses filling.

2. Filling

Etilen glikol didinginkan pada chiller dengan menggunakan freon

hingga 29°C (untuk metil ester) dan -5°C (untuk fatty acid). Kemudian,

etilen glikol dialirkan ke dalam coil, sehingga proses kristalisasi siap

dimulai. Pengisian dilakukan dengan menggunakan feed pump yang

akan berhenti secara otomatis apabila ketinggian cairan telah mencapai

ketinggian tertentu.

3. Crystallization

Didalam crystallizer, umpan berlangsung didinginkan sampai titik didih

crystal point. Dimana Kristal pertama terbentuk, setelah itu suplai

pendingin dikurangi untuk mempertahankan temperatur secara kontinu,

sehingga memberikan waktu bagi pertumbuhan Kristal. Selanjutnya,

diberlakukan jast cooling yang bertujuan untuk membesarkan Kristal

dan memastikan semua stearin membeku. Titik akhir tahapa kristalisasi

untuk metil ester ±-7°C, sedangkan untuk fatty acid ±-10°C. Lamanya
64

proses dari coil heating hingga berakhirnya crystallization berkisar

antara 16-18 jam.

4. Draining

Setelah proses kristalisasi selesai, campuran stearat pada dan olein cair

(produk hasil proses kristalisasi disebut slurry) masuk dalam drain,

sebelum slurry masuk ke membrane filter press. Temperatur pada drain

harus dijaga agar stearat tidak kembali mencair.

B. Filtrasi

Pemisahan hasil kristalisasi terjadi dalam membrane filter press yang

terletak diruangan dingin untuk memastikan stearin tetap dalam wujud padat selama

proses filtrasi terjadi. Padatan (cake) stearin akan tertinggal pada lapisan

permukaan membran, sedangkan cairan olein akan melewati lapisan membran dan

terpisah dari padatan. Membran ini mempunyai ukuran pori yang diukur dengan air

permeability sebesar 5 L/dm3 per jam pada tekanan 20 minHW (196 kPa).

Produk filter press berupa stearin padat dan olein cair dengan stearin

maksimal 2% dan stearat, yaitu metil ester C18 jenuh (padat). Fatty acid dari EOB

2 juga mengandung C16, sehingga produk akhir dari fatty acid juga mengadung Cib

maksimal 2%.

Membrane filter press terdiri dari 2 bagian yaitu chamber dan membran.

Chamber merupakan kotak berlubang dari polipropilena. Pada tiap lubang, terdapat

saluran masuk dan keluar metil ester atau fatty acid (1 lubang untuk aliran masuk

dan sisanya untuk aliran keluaran). Membran merupakan lapisan berpori dimana

padatan akan tertinggal pada permukaan dan cairan akan terus melewati pori
65

membran, sehingga padatan dan cairan berpisah. Proses filtrasi berlangsung dalam

tahapan berikut:

1. Line purge, membersihkan aliran umpan dari metil ester yang meleleh (jika

diperlukan).

2. Pengisian, mengisi filter press pada tahap filtrasi awal

3. Daur ulang, membentuk fasa padatan.

4. Filtrasi, memisahkan fasa cair dan fasa padat, cairan keluar karena gaya

gravitasi

5. Squeezing, mengeluarkan sisa-sisa olein yang masih terdapat dalam cake

dengan mengisi membran dengan udara atau dengan cairan olein sisa yang

menyebabkan membran menggelembung dan menekan cake, sehingga olein

dalam cake tertekan keluar. Squeezing dilakukan empat kali, dimana olein

hasil squeezing pertama dan kedua sebagai produk, sedangkan olein hasil

squeezing ketiga dan keempat dikeluarkan sebagai olein sisa. Hal ini

dilakukan untuk memastikan cake telah benar-benar kering dan mudah

dilepaskan dari permukaan membran.

6. Pengeringan, mengeringkan fasa padat menggunakan udara kompresi.

7. Pengeluran cake, membuka filter dan mengeluarkan fasa padat dilakukan

secara manual dengan menggunakan sekop.

Setelah beberapa kali proses filtrasi dilakukan, lapisan membran akan jenuh

karena sudah terlalu banyak cake yang menempel pada lapisan (tidak dapat

dilepaskan secara manual) dan cairan olein sulit melewati pori-pori membran,

sehingga perlu dilakukan washing (pencucian).


66

Washing dilakukan menggunakan olein sisa yang dipanaskan terlebih

dahulu menggunakan etilen glikol, hingga 50-60°C. pemilihan temperatur ini

dengan pertimbang:

1. Stearin telah mencair, sehingga dapat meninggalkan permukaan membran.

2. Temperatur ini berada dalam batas toleransi polipropilena (lebih dari 80°C,

polipropilena akan mulai mengalami deformasi)

3. Pada temperatur yang terlalu tinggi, membran akan cepat rusak.

Setelah washing, dilakukan cold circulation dengan mendinginkan kembali

membrane filter press dengan olein sisa yang telah didinginkan menggunakan etilen

gilikol. Olein sisa yang digunakan untuk washing dan cold circulation pada sebuah

tangka berisi coil untuk pemanasan dan pendinginan.

Pemanasan section yang bertugas dalam unit produksi berakhir disini.

Selanjutnya, dibahas section pendukung proses produksi yang berada dalam daerah

plant EOB 1.

2.6.15 Utilitas dan Pengolahan Limbah

A. Sistem Utilitas

Sistem utilitas dari suatu pabrik mencakup segenap sistem yang berfungsi

mendukung proses inti, baik secara langsung maupun tidak langsung. Di PT

Ecogreen utilitas secara umum dikelola oleh departemen utility, tetapi ada beberapa

bagian utilitas yang dikelola sendiri oleh departemen production EOB 1. Hal ini

dikarenakan produk sistem utilitas tersebut sangat mempengaruhi kestabilan proses

produksi di plant yang bersangkutan.

Sebagai contoh, proses produksi EOB 1 membutuhkan media pemanas yang

bertemperatur sangat tinggi (250-300°C) yang tidak dapat dipenuhi oleh steam dari
67

departemen utility, sehingga EOB 1 melakukan pengolahan oil thermal heater

(OTH) pada section 108. Selain OTH, EOB 1 juga menyediakan sendiri kebutuhan

hidrogennya pada section 109.

B. Sistem Penyediaan Udara Tekanan dan Nitrogen

Sistem penyediaan udara tekanan dikelola dalam section 125, sedangkan

kebutuhan pasokan nitrogen dipenuhi dengan mengelola udara hasil section 125

pada section 124.

a) Section 125: Air Compressor

Pada section ini, dihasilkan udara bertekanan untuk berbagai keperluan

proses. Umpan section ini diambil dari udara atmosfer. Produk akhir section ini

berupa:

1. Tekanan 2-3 bar, digunakan sebagai udara pembersih, missal: blower

pada pipa, membersihkan peralatan berdebu, udara pembersih pada

filtrasi (Niagara filter dan filter press).

2. Udara Instrument

Tekanan 7,2 bar, digunakan untuk menggerakkan instrument pada plant,

missal: pneumatic control valve.

3. Udara umpan section 124

Tekanan 7,5 bar, udara ini memiliki syarat kualitas yang sama dengan

udara instrument.

Proses dimulai dengan kompresi udara atmosfer dengan dua buah

kompressor sentrifugal yang bekerja secara bergantian. Kompresor didesain dengan

kapasitas 1056 Nm3/jam pada tekanan 9,5 bar dan temperatur 30°C. Masing-masing

kompresor terdiri dari dua tahap kompresi. Udara hasil kompresi tahap 1 sudah
68

bertekanan tinggi, sehingga penurunan sedikit temperatur pada kondensor akan

mengakibatkan air pada udara terkondensasi. Kondensat tersebut akan tertahan

dalam condensate trap, sedangkan udara akan menjalani kompresi dan pendingin

tahap 2. Kombinasi dua tahap kompresi-kondensasi ini menghasilkan udara tekanan

7,7 bar dan temperatur 40°C dan moisture content yang lebih rendah dari pada udara

atmosfer.

Udara kompresi lalu memasuki air drier untuk menghasilkan udara kering

yang bebas dari kandungan air. Mulanya, udara ini di precool dengan menggunakan

prinsip pertukaran panas dengan udara keluaran air drier yang dingin. Lalu, udara

ini didinginkan lebih lanjut pada tangki glycol. Dalam tangki ini terdapat dua pipa

yang berisi udara dan Freon. Freon akan mendinginkan glycol, kemudian glycol

akan mendinginkan udara. Pendinginan ini akan menyebabkan air dalam udara

terkondensasi. Oleh karena itu, pada unit ini ada condensate trap untuk menangkap

embun (kondensat) yang terbentuk. Udara keluaran unit ini (temperatur 5°C,

tekanan 7,5 bar) ditampung pada receiver 125 F1 untuk kebutuhan udara utilitas,

receiver 125 F2, F3 untuk kebutuhan udara instrument, dan receiver 125 F4 untuk

umpan section 124.

Udara instrument memiliki syarat kualitas yang lebih tinggi dari pada udara

utilitas karena pengotor dan uap air akan menyebabkan korosi pada peralatan. Oleh

karena itu, pada keluaran 125 F2, F3 dipasang cyclone untuk memisahkan uap air

dan filter untuk menyaring debu dan kotoran yang terbawa bersama aliran udara.

b) Section 124: Nitrogen Production

Produk section ini berupa nitrogen murni untuk kebutuhan blanketing,

purging, dan pembentukan atmosfer inert. Sifat inert gas nitrogen menjadikan gas
69

ini berfungsi proteksi kerena dapat mencegah kerusakan suatu zat akibat kontak

dengan udara.

Udara umpan dari section 125 dikompresi hingga 7,5 bar saat masuk unit

Pressure Swing Absorber (PSA) yang bekerja bergantian menurut automatic

timing. O2 dan unsur-unsur lain dari umpan akan tertahan pada carbon molecular

sieve (CMS) sehingga diperoleh N2 murni. Kadar O2 keluaran PSA berkisar pada

0,56-0,61%. O2 yang tertahan akan dilepaskan ke atmosfer melalui silencer,

sedangkan nitrogen dilewatkan pada filter untuk memisahkan nitrogen dari pecahan

CMS yang ikut terbawa. Setelah itu, dialirkan ke regeneration buffer untuk

memastikan kandungan pengotor (oksigen) tidak lebih dari 0,5%-volume. Apabila

lebih dari itu, nitrogen akan diabsorpsi kembali pada PSA. Tekanan akhir nitrogen

sebelum masuk tangki penyimpanan adalah 5,4 bar.

C. Sistem Penyediaan Air

PT Ecogreen Oleochemicals Batam memiliki 3 sumber air untuk memenuhi

seluruh kebutuhan airnya, yaitu: air lagon, air yang dibeli dari pertamina Tongkang

(PTK), dan air dari Adira Tirta Batam (ATB). Air yang dibeli dari ATB merupakan

air bersih yang siap dipergunakan untuk kebutuhan umum. Air ini ditampung dalam

tangki penampung 501 T50. Air lagon berasal dari air hujan yang ditampung

disebuah lagon dekat pabrik. Air lagon digunakan sebagai sumber air karena

penggunaan air tanah tidak diperbolehkan. Air lagon dan air PTK merupakan air

keruh yang harus diolah terlebih dahulu sebelum dipergunakan. Pengolahan air ini

dilakukan pada section 508 dan dilanjutkan untuk memenuhi kualitas air proses

pada section 516.


70

a) Section 508: Lagon Water Treatment

Pada section ini, dilakukan pemurnian awal air yang akan menjadi umpan

bagi section 105. Volume total air yang dapat diproses bergantung pada kondisi

lagon. Ketika air lagon sedang surut, volume air diproses sekitar 600-700 m3/hari,

sedangkan pada keadaan normal, volume air yang diproses mampu mencapai

±1850 m3/hari.

Air lagon dipompakan menuju coil pipe flocculator (CPF). Sebelum masuk

CPF, ditambahkan lime, flokulan, dan koagulan ke dalam air. Lime berfungsi ganda

yakni sebagai koagulan dan pengaruh pH agar berada dalam rentang operasi

flokulan dan koagulan optimum yaitu pH 6,5-7,5. Koagulan berfungsi mengikat

dan membentuk flok, sedangkan flokulan untuk memperbesar flok, sehingga

padatan pengotor dapat dipisahkan dari air. Koagulan yang ditambahkan adalah

poly alumunium chloride (PAC), sedangkan flokulan yang digunakan adalah

polielektorlit. Didalam CPF yang berbentuk spiral, terjadi pengikat kotoran dan

pembentukan flok. CPF dibuat berbentuk spiral dengan tujuan:

1. Aliran menjadi turbulen, sehingga tidak diperlukan pengadukan untuk

membentuk flok.

2. Waktu pengikat kotoran dapat lebih lama, sehingga proses pemisahan dapat

lebih efektif dalam ruang yang terbatas.

Keluaran dari CPF, gumpalan pengotor berukuran besar akan tertahan

ketika air melewati floculant compartement. Kemudian air menuju clarifier yang

terdiri dari plate dan lamella dimana butiran pengotor kecil akan tertahan, untuk

memastikan air telah bebas dari flok yang terbentuk, air lalu disaring dengan media
71

pasir dan kerikil pada gravity sand filter. Sand filter yang telah jenuh dibersihkan

secara backwash dengan air bersih setiap 8 jam. Air keluaran section ini ditampung

dalam clear water basin dan dialirkan tangki 501 T50. Kedalam tangki ini, juga

ditambahkan air dari ATB sebelum diolah lebih lanjut pada section 501. Skema

proses sederhana ditampilkan dibawah ini.

b) Section 501: Raw Water Treatment

Section ini mengolah air keluaran section 508 dan air dari ATB untuk

menghasilkan air utilitas dan air demin. Diharapkan tidak ditemukan lagi padatan

tersuspensi, zat terlarut (gas, garam, mineral, logam, bahan organik), serta

mikroorganisme pada hasil akhir pengolahan air. Produk keluaran section ini

berupa:

1. Utility Water : digunakan untuk sebagian besar kebutuhan besar pabrik

antara lain sebagai indirect cooling water (ICW), dan pembersih plant.

2. Demineral Water : berupa air murni yang tidak mengandung mineral-

mineral seperti Ca, Mg, K, Fe, Cl, dan SiO2. Air ini digunakan untuk

kebutuhan pabrik yang khusus seperti Tempered Cooling Water (WCT) dan

Boiler Feed Water (BFW).

Berdasarkan produk yang dihasilkan, proses yang berlangsung dalam

section ini terbagi menjadi 2 proses, yaitu:

1. Pengolahan Raw Water menjadi Utility Water

Raw water (dari 501 T1 pada tekanan 4 bar abs dan temperatur 25°C)

dialirkan ke aerator basin 501 F1,2 untuk menghilangkan kandungan besi

terlarut dan gas terlarut yang bersifat korosif seperti CO2. Besi yang terlarut

dalam air biasanya terbentuk akibat karbonat atau ferosulfat dan dapat
72

menyebabkan terjadinya korosi dan scale pada alat-alat yang menggunakan

air utilitas.

Proses penghilangan besi terlarut dilakukan melalui kontak oksigen dengan

air, sehingga besi akan bereaksi membentuk oksida yang bersifat tidak larut.

Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

2Fe(HCO3)2 + 2O2 → Fe2O3 + 4 CO2 + 2H2

Cair masuk aerator, sehingga dapat dipisahkan dengan menggunakan filter.

Setelah di aerasi, raw water lalu dilewatkan pada 3 buah sand filter yang

bekerja secara parallel dengan kapasitas yang sama untuk menyaring

padatan tersuspensi dan flok besi. Kandungan maksimum Fe yang

diperbolehkan dalam utility water adalah 30 ppm. Sand filter yang telah

jenuh dibersihkan dengan cara backwash. Utility water lalu disimpan dalam

tangki 501 T2.

2. Pengolahan Utility water menjadi demin water

Utility water 501 dialirkan melalui beberapa peralatan berikut secara

berturut-turut:

a. Active Carbon Filter untuk menghilangkan bau

b. Cation Exchanger berisi resin asam Amberlite IR 120 (H2X) untuk

menghilangkan mineral.

c. Aerator untuk menghilangkan gas terlarut berupa CO2. Keluaran cation

exchanger yang bersifat asam (pH 3) akan menggeser kesetimbangan

reaksi kearah kiri dan menyebabkan penumpukan CO2 karena H2CO3

tidak stabil menurut reaksi beriku:

CO2 + H2O → H2CO3 → H+ + HCO3-


73

Penghilang CO2 dengan menghembuskan udara blower, sehingga

mengurangi tingkat keasaman air dan mengurangi beban kerja anion

exchanger.

d. Anion exchanger berisi resin basa Amerlite IRA 42 (HCO3-) untuk

menghilangkan anion yang berikatan dengan ion Cl- dan OH-

e. Mixed bed exchanger yang terdiri dari cantion exchanger dan anion

exchanger sekaligus dalam satu kolom berfungsi untuk menetralkan pH

keluaran anion exchanger dari pH 8-9 menjadi netral (±pH 7).

f. Demin water tank 501 T3 untuk menampung demin water dengan

kandungan silica maks 0,002 ppm dan konduktivitas rendah 0,2

mikroohm.

c) Section 509 : Mini Water Treatment

Section ini bertugas memasok air untuk kebutuhan domestik seperti

housting, laboratorium, klinik, dan kantin. Air dari section 501 masuk ke dalam

clarifier dan ditambahkan NaOCl (desinfektan) serta Al2SO4 (koagulan).

Kemudian, dialirkan menuju multi media sand filter yang terdiri dari berbagai

macam media (pasir, krikil, dan karbon aktif) untuk menghilangkan bau, bakteri,

dan membuat air lebih jernih.

d) Section 129 : Cooling Water System

Air pendingin dihasilkan dari section ini, terbagi menjadi dua jenis, yaitu:

1. Indirect Cooling Water

Dalam sistem ini, digunakan sirkulasi terbuka karena pendinginan

menggunakan cooling tower dimana panas yang dibawa air menyebabkan


74

sebagian air terevaporasi ke atmosfer. Air pendingin keluaran sistem ini

bertemperatur 30-32°C pada tekanan 4 bar.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam sistem ini adalah laju alir

(flow), tekanan, dan water treatment yang meliputi:

a. Anti korosif

Melalui penambahan corrosion inhibitor (Na3PO4) yang bersifat

magnetic, sehingga zat tersebut akan menempel dan melapisi dinding

pipa.

b. Anti scale

Melalui penambahan dispersant (untuk mengontrol ketebalan corrosion

inhibitor), biodispersant (mendipersi kerak yang menempel dan dinding

pipa), oxidizing biozide (membunuh mikroorganisme). Remah-remah

hasil biodispersant dibuang ke drain.

c. Anti fouling

d. Anti mikroorganisme

Melalui penambahan NaOCl untuk mematikan bakteri yang dapat

menyebabkan korosi dan scaling, serta H2SO4 dan NaOH untuk

mengontrol pH (6,8-7,4). Cooling water dari plant dan kondensat dari

section 109 masuk cooling tower 129 E2 pada temperatur ±42°C dan

tekanan 2,8 bar dengan cara di spray. Cooling tower dilengkapi dengan

tiga buah fan untuk membantu pertukaran panas. Air yang memasuki

cooling water akan terevaporasi sebagian ke atmosfer dan sisanya

tertampung di concrete water basin. Untuk menjaga ketersediaan cooling

water dalam sistem, dilakukan penambahan make up yang diambil dari


75

utility water dan dilakukan pengendalian terhadap level concrete basin,

juga dilakukan blowdown (pembuangan endapan) dan penambahan zat

kimia untuk water treatment.

2. Water Cooling Tempered (WCT)

Sistem air pendingin yang digunakan merupakan sirkulasi tertutup dengan

umpan berupa kondensat high pressure steam dari plant dan make up demin

water. Pendinginan dilakukan dengan 4 buah fan cooler melalui udara yang

dihembuskan pada dinding luar pipa, sehingga perpindahan panas terjadi

antara air dengan udara melalui dinding pipa.

Pengaturan sistem ini dilakukan pada laju alir WCT melalui penambahan

atau pengurangan WCT dengan demin water berdasarkan ketinggian cairan

dalam expansion vessel yang berada di lantai paling atas methyl ester

building. Selain pengendalian laju alir, juga dilakukan pengendalian korosi

pada sistem ini melalui penambahan corrosion inhibitor berbasis NO2

dalam bentuk garam NaNO3 700-1200 ppm sebagai pelapis dinding pipa.

Air pendinginan keluaran sistem ini bertemperatur 40-55°C pada tekanan

4,8 bar (abs). Setelah digunakan, tekanan WCT turun menjadi 3,6 bar abs

dan temperaturnya menjadi 65°C.

Tangki 129 F1 digunakan sebagai tangki penyimpanan WCT yang akan

dikeluarkan ke plant jika terjadi kekurangan, misalnya akibat adanya

kebocoran. Untuk keperluan start up, air dipanaskan terlebih dahulu melalui

booster yang menggunakan steam untuk menaikkan temperatur air.


76

D. Sistem Penyediaan Energi Listrik dan Steam

Penyediaan energi listrik pada plant EOB dipenuhi melalui turbin yang

digerakkan oleh steam, dimana steam dihasilkan dengan memanfaatkan panas

pembakaran NG/automotive diesel oil (ADO)/residue.

Proses ini terjadi pada section 502 dengan sistem back up pada section 503.

Selain kedua section tersebut, PT Ecogreen Oleochemicals Batam baru saja

menambah unit generasi steam dan OTH berbasis batubara. Proses tersebut

dipisahkan menjadi dua section baru, yaitu section 518 : Power Plant Coal Boiler

dan section 519 : Coal OTH. Namun kedua section tersebut tidak dibahas disini

karena teknologi yang digunakan masih dalam tahap commissioning.

1. Section 502 : Steam/Power Generation (Boiler)

Section ini bertugas untuk memasok kebutuhan listrik dan steam untuk

keperluan proses keseluruhan komplek plant. Steam yang dihasilkan dari section

ini dapat dikategorikan menjadi 3, yaitu:

a. Low Pressure Steam (LP-steam) bertekanan 4 bar dan temperatur

±160°C.

b. Medium Pressure Steam (MP-steam) bertekanan 15 bar dan

bertemperatur 210°C.

c. High Pressure Steam (HP-steam) bertekanan 45 bar dan bertemperatur

440°C.

Dari ketiga steam tersebut, hanya LP-steam dan MP-steam yang digunakan

dalam proses produksi plant, sedangkan HP-steam dan sebagian MP-steam

digunakan untuk menggerakkan turbin yang menggenerasi listrik. Berdasarkan unit

prosesnya, section ini dibagi dalam 2 unit utama yaitu:


77

a. Common Steam Boiler

Air demin dari tangki 501 T3 pada temperatur ±29°C dicampur dengan

kondensat yang berasal dari turbin dan keluaran proses, kemudian masuk dearator,

ditambahkan hydrazine (N2H4) yang berfungsi untuk menghilangkan kandungan O2

dari air, sehingga mencegah terjadinya korosi pada alat.

BFW (Boiler Feed Water) keluaran daerator bertemperatur ±100°C pada

tekanan 0,2 bar, dan pH 8,5-9,5. Sebagian BFW tersebut dialirkan ke section 109

dan sebagian lagi menuju preheater drum dalam boiler. Dalam preheater

temperatur dinaikkan, sehingga dapat mencegah kondensasi sulfur dipipa luar

economizer. Dari preheater BFW menuju economizer, dimana BFW mengalami

peningkatan temperatur lebih lanjut akibat pertukaran panas dengan flue gas. Flue

gas merupakan gas hasil pembakaran NG dengan udara terjadi diluar pipa air

karena jenis boiler digunakan merupakan boiler pipa air.

BFW selanjutnya masuk ke dalam steam drum. Steam drum dan lower drum

terhubung dengan evaporator, sehingga steam yang terdapat pada lower drum akan

naik, sedangkan air yang berada pada steam drum akan turun secara overflow.

Keluaran steam drum berupa saturated steam pada temperatur ±400°C

dialirkan ke superheater 1, diharapkan keluarannya berupa superheated steam pada

temperatur 380°C. Pada kenyataan, temperatur ini dapat mencapai 420-430°C.

Oleh karena itu, mencegah naiknya temperatur secara berlebihan, steam di spray

dengan BFW pada desuperheater. Kemudian steam dipanaskan lebih lanjut di

superheater 2 untuk mencapai target temperatur live steam 450°C pada tekanan 40

bar.
78

Sebanyak 70% live steam (±30-35 ton/hr) yang dihasilkan untuk

menggerakkan turbin dan sisanya untuk menghasilkan MP-steam dengan

menurunkan tekanannya hingga 15 bar melalui valve, MP-steam yang dihasilkan

dibagi menjadi 3, yakni dialirkan ke jalur proses, menggerakkan turbin kedua

bersama dengan steam dari section 109 (temperatur 205°C) dan menghasilkan LP-

steam melalui valve serta desuperheater menjadi steam 4 bar.

b. Turbine/Generator Set

HP-steam atau live steam yang dihasilkan digunakan untuk menggerakkan

2 buah turbin, sehingga generator akan berputar pada poros yang sama. Daya yang

dihasilkan generator listrik ini adalah sebesar 6,2 MW.

Turbin yang terdiri atas 2 stage yaitu extraction stage dan condensation

stage. Extraction stage menghasilkan extract steam, yang bertekanan 15 bar, yang

digunakan untuk menghasilkan LP-steam. Condensation stage menghasilkan

exhaust steam bertekanan 0,03 (tekanan ini dihasilkan oleh ejector) yang kemudian

akan didinginkan pada air cooling condencer dengan udara sebagai media

pendingin. Kondensat akan dialirkan ke aerator yang terdapat pada common boiler

steam. Pada turbin juga terdapat lup oil yang berfungsi sebagai pelumas, penyerap

panas, dan penggerak HP serta LP impulse.

Generator berfungsi untuk menghasilkan listrik bagi seluruh bagian plant.

Generator dapat menghasilkan listrik sebesar 7,2 MW pada level 6 KV dengan

kebutuhan steam ±42 ton/hr. Pada generator terdapat transmission gear yang

berfungsi untuk menyesuaikan putaran turbin dengan putaran generator.

Setelah digunakan dari jalur produksi, aliran steam yang kembali umumnya

mengandung kondensat. Keberadaan kondensat dalam jalur pipa steam merupakan


79

hal yang tidak diharapkan karena dapat mengurangi temperatur dan tekanan steam.

Oleh karena itu kondensat perlu dikeluarkan dari jalur secara berkala. Selain

dikeluarkan secara manual melalui kerangan-kerangan pelepasan, kondensat juga

dikeluarkan melalui sistem aliran pengambilan kondensat. Semua kondensat

tersebut lalu di campur, sehingga aliran total memiliki tekanan kira-kira 3 bar

dengan temperatur 130°C. sistem pengambilan kondensat ini terbagi menjadi 2

yakni: dialirkan ke condensate drum 10 D11 dan langsung dialirkan ke section 502.

Pembagian ini bertujuan agar tidak tidak terjadi akumulasi kondensat dalam section

502.

2. Section 503 : Back Up Power and Steam

Apabila terjadi kerusakan pada section 502, sehingga steam ataupun listrik

yang dihasilkan 502 tidak dapat memenuhi kebutuhan plant, maka section 503

diaktifkan. Section ini teridiri dari:

a. Boiler Mini

b. Dua buah genset SKL berbahan bakar solar dengan kapasitas 2,2 MW

c. Satu buah genset Caterpillar berbahan bakar solar dengan kapasitas 3,4

MW

d. Satu buah genset MTU berbahan bakar solar dengan kapasitas 800 Kv

E. Pengolahan Limbah

Limbah yang dihasilkan EOB berupa limbah padat, cair, dan gas. Untuk

emisi gas, EOB melaksanakan pemeriksaan pada lingkungan pada titik pantau yang

telah ditentukan setiap 6 bulan sekali. Sementara pengolahan limbah cairnya

dilakukan sendiri dalam section 507 (waste water treatmen) dan section 516

(aerobic plant). Untuk pengelolaan limbah padat, dilakukan sebagai berikut:


80

1. Limbah spent earth dan non B3 (Bahan Bahan Berbahaya) diinsinerasi pada

section 301

2. Residue gliserin dimanfaatkan oleh industry sabun

3. Spent katalis diekspor ke Estonia dan Belgi

Dintinjau dari segi pengelolaan lingkungan, sistem pengelolaan limbah di

EOB telah dilakukan dengan baik. Hal ini ditandai dengan sertifikat ISO 14001

untuk pengelolaan limbah serta manajemen lingkungannya.

a. Section 301: Incinerator

Pada incinerator limbah padat berupa filter aid, scum cake, bleahing earth,

activated carbon, dan oil sludge dibakal untuk menghilangkan kandungan minyak

yang masih tersisa didalamnya. Debu hasil pembakaran incinerator sudah tidak

berbahaya sehingga dapat dibuang ke lingkungan, sedangkan gas buang dibuang ke

lingkungan melalui cerobong (stack) pada ketinggian tidak kurang dari 20 meter,

sehingga tidak mengganggu udara sekitarnya. Tipe incinerator yang digunakan

adalah rotary kiln, dimana pada bagian dalam incinerator tipe ini, terdapat spiral

yang berfungsi untuk memastikan cake terdorong maju sampai ke burner.

b. Section 507: Waste Water Treatment

Pada section ini diolah limbah cair yang berdasarkan COD tinggi. Kadar

COD akan naik apabila mode short chains sedang dijalankan karna banyak fraksi

ringan yang terikut dalam sistem vakum. Sistem pengolahan air limbah section ini

berhubungan dengan section 516.

Proses pengolahan dimulai dengan pemisahan air dari minyak berdasarkan

perbedaan densitas pada oil water separator. Minyak yang terpisah ditampung

dalam oil compartment kemudian ditampung dalam drum dan dimanfaatkan


81

sebagai bahan bakar boiler pada incinerator. Terkadang, dilakukan penambahan

asam (HCl) pada separator karena kelarutan minyak dalam air berkurang seiring

dengan penurunan pH.

Sementara itu artinya dialirkan ke CSTR dimana senyawa-senyawa organik

yang terlarut dalam air (minyak yang masih tersisa) direaksikan dengan:

1. Penambahan asam HCl untuk proses asidifikasi (memecahkan minyak

yang teremulsi) pada pH 3-5.

2. Koagulan untuk mengkoagulasi minyak yang telah terpecah tersebut

dan membentuk flok supaya lebih mudah dipisahkan

3. Lime untuk menaikkan pH (menetralkan HCl) pada range 7-7,5 agar

koagulasi berjalan efektif. Penetralan dilakukan dengan lime dibanding

NaOH karena lime lebih ramah lingkungan dan NaOH dapat

membentuk busa, sehingga membunuh bakteri di bioreactor.

Air lalu memasuki unit Coiled Pipe Flocculator (CPF) dan ditambahkan

flokulan (Nalco 8173) untuk memperbesar ukuran flok agar lebih mudah

dipisahkan. CPF yang berbentuk spiral berguna untuk menyempurnakan

pengadukan karena membuat aliran turbelan, sehingga koagulasi dan flokulasi

berjalan lebih baik. Dari CPF aliran flokulasi pada tiltable plate flocculator (TPF)

dan dimasukkan air daur ulang yang mengandung gelembung-gelembung udara,

sehingga mengakibatkan flok mengambang karena gelembung udara terserap dan

menyebabkan penurunan specific gravity.

Flok tersebut lalu di skin ke sludge compartment yang terdapat dibagian

bawah TPF dimasukkan ke filter press untuk membentuk sludge cake yang

kemudian dibakar pada incinerator.


82

Dari TPF air dialirkan ke collection pit untuk menyeragamkan kadar COD

±10.000 ppm dengan cara sirkulasi internal secara kontinu agar nilainya stabil

supaya bakteri dalam bioreactor tidak mati. Dalam collection pit, pH mengalami

penurunan karena adanya aktivitas bakteri anaerob yang mengionisasi H2O menjadi

H2. Kemudian air limbah diproses secara biologis pada section 516 yang terdiri dari

dua bagian, yaitu secara aerobic dan anaerobic.

c. Section 516: Aerobic Plant

Dari collection pit, air masuk ke conditioning tank yang berkapasitas 30 m3

untuk mengatur pH (dari pH 5 pada collection pit menjadi pH 6,8-7,5 dengan

penambahan NaOH) dan menambahkan nutrient berupa asam fosfat, urea, dan besi

klorida. Penambahan nutrient mengikuti aturan COD : N : P : Fe = 500 : 5 : 1 : 0,5.

Kemudian dialirkan ke dalam 2 buah anaerobic bioreactor yang bekerja

secara parallel. Proses pengolahan limbah secara anaerob teridiri dari empat tahap,

yaitu:

1. Hidrolisis, pada tahap ini terjadi dekompsisi senyawa organik menjadi

molekul-molekul organik sederhana dengan bantuan air.

2. Fermentasi, pada tahap ini terjadi dekomposisi kimiawi karbohidrat

secara anaerobic oleh enzim, bakteri, ragi atau kapang.

3. Acetogenesis, pada tahap ini terjadi konversi produk fermentasi menjadi

asetat, hydrogen dan karbon dioksida oleh bakteri-bakteri acetogenic.

4. Metanogenesis, pada tahap ini terjadi konversi dari asetat dan

hydrogen/karbondioksida menjadi metana.

Tabel 3.5 Komposisi Limbah


Bioreaktor Volume Total Volume Packing
1 1500 m3 725 m3
2 2300 m3 1500 m3
83

Air limbah yang keluar dari bioreaktor memiliki nilai COD sebesar 4000

ppm, kemudian dialirkan ke bioreactor filling tank 506 T2 dimana air imbah

ditampung sementara sebelum diproses secara anaerobic pada aerobic plant.

Aerobic plant terdiri dari 3 bioreaktor yang bekerja secara bergantian dan

dilengkapi sparger untuk mengalirkan gelembung-gelembung udara. Pola operasi

berlangsung selama 24 jam/siklus. Siklus operasi terjadi menurut tahap berikut:

a. Filling stage : 12 jam

b. Polishing stage : 8 jam

c. Settling stage : 2 jam

d. Decanting stage : 1,5 jam

e. Holding stage : 0,5 jam

F. Kolam Aerobik

Aliran keluaran dari aerobic plant memiliki COD sekitar 200 ppm, sebelum

air limbah yang diolah di aerobic plant dibuang ke laut, terlebih dahulu air limbah

tersebut di filter didalam sebuah alat filter press. Hal ini bertujuan untuk menyaring

sel mikroorganisme serta nutrient-nutrient. Sel mikroorganisme serta nutrient-

nutrient yang telah berhasil disaring kemudian dikembalikan ke dalam bioreaktor.

Pemantauan terhadap air limbah yang akan dibuang ke laut dilakukan setiap hari

untuk memastikan bahwa air limbah tidak akan menyebabkan kerusakan

lingkungan.

2.6.16 Maintenance

Maintenance adalah suatu departemen di PT Ecogreen Oleochemicals

Batam yang bertujuan menentukan sistem untuk pemeliharaan mesin, peralatan,


84

bangunan, dan ruang kerja yang terdapat di pabrik PT Ecogreen Oleochemicals

Batam.

Departemen maintenance dibagi menjadi 5 bagian:

A. PM

B. Instrumen

C. Electric

D. Mechanic

E. Workshop

A. Pemeliharaan Mesin dan Peralatan

1. Standar Pemeliharaan

Daftar mesin/peralatan diatur dengan pemeliharaan sesuai dengan standar

spesifikasi. Kemudian dilakukan dengan metode uji/pemeriksaan sesuai

dengan prosedur pabrikan atau instruksi karya tulis.

2. Prosedur Pemeliharaan

Pada prosedur pemeliharaan, departemen maintenance telah menetapkan

prosedur perencanaan pemeliharaan terhadap mesin/peralatan sesuai

dengan rapat intruksi kerja tertulis.

3. Jadwal Pemeliharaan

Jadwal pemeliharaan dilakukan secara berkala untuk menghindari

kerusakan secara tiba-tiba dan untuk meningkatkan efisiensi dan umur

peralatan. Jadwal ini sudah disiapkan pada saat rapat instruksi kerja tertulis.

4. Control Suku Cadang

Pada peralatan suku cadang, maintenance telah mengatur dan dilaksanakan

oleh pihak logistik berdasarkan data yang dikeluarkan oleh seksi


85

pemeliharaan bersangkutan. Dimana data tersebut dari spesifikasi alat,

tingkat persediaan minimum dan lain-lain. Pihak logistik akan

mengeluarkan daftar item yang menyataakan tingkat persediaan dan

disetujui oleh Direktur Manufacturing sebelum dilaksanakan.

B. Pemeliharaan Bangunan dan Ruang Kerja

Pada pemeliharaan bangunan dan ruang kerja dilakukan berdasarkan

permintaan dari section/department. Misalnya perbaikan ruang kerja pada section

105 Hydrogenation.

C. Pemeliharaan Kerusakan Tiba-Tiba

Dalam kasus kerusakan peralatan secara tiba-tiba selama proses, anggota

maintenance akan langsung bergerak untuk mengatasi masalah yang terjadi. Jika

masalah tersebut tidak dapat diselesaikan maka anggota maintenance akan

melaporkan kembali kepada kepala seksi maintenance. Kepala seksi maintenance

dan anggotanya akan mempelajari penyebab kerusakan dan memperbaikinya. Jika

kerusakan tidak bisa diatasi, mak pihak maintenance akan dipanggil pihak luar yang

lebih berkompeten.

2.6.17 Audit dan Control

Audit dan control adalah suatu proses sistematis yang secara objektif

memperoleh serta mengevaluasi bukti mengenai asersi tentang aktivitas untuk lebih

meyakinkan tingkat ketertarikan hubungan antara aserasi/pernyataan dengan

kenyataan kriteria yang telah ditetapkan dan menyampaikan hasilnya kepada pihak

yang memiliki ketertarikan hubungannya.

Sistem yang diadopsi PT Ecogreen Oleochemicals Batam, yaitu:

1. ISO : Quality
86

2. ISO 14001 : Enviroment

3. ISO 22000 : Food Safety

4. Halal : LPPOM MUI

5. Kosher : Ortodox Union USA

6. RSPO : From Swiss

Pengaplikasikan proses audit dan control pada PT Ecogreen Oleochemicals:

1. Persyaratan Raw Material

a. Quality : FFA, M+1, L.Color, IV

b. Enviroment : RSPO

c. Food Safety : Tidak ada Residue Pesticide

d. Halal : Tidak tercampur dengan ex babi

e. Kosher : Tidak tercampur dengan minyak/lemak hewani

2. Warehouse-Receiving CPKO

a. Quality : Warna

b. Enviroment : Tidak tumpah/kotor

c. Food Safety : Sumpit digembok

d. Halal : Tidak ada makanan

e. Kosher : Tidak ada binatang

3. TF-Storage (Product)

a. Quality : AV, CV, Temperatur

b. Enviroment : Tidak tumpah/bocor

c. Food Safety : Saling disegel

d. Halal : Tidak ada makanan

e. Kosher : Tidak ada binatang


87

4. Production (Plant Chemicals)

a. Quality : AV, CV, Temperatur, %O2

b. Enviroment : Tidak tumpah/bocor

c. Food Safety : Restriced Area

d. Halal : Tidak ada makanan

e. Kosher : Tidak ada binatang

5. Utilitas

a. Quality : Mutu N2, Power

b. Enviroment : Mutu air limbah

c. Food Safety : Kualitas air, live steam

d. Halal : Resin demin water

e. Kosher : Actived Carbon

6. HR-Training

a. Quality : Cara analisa

b. Enviroment : Peraturan

c. Food Safety : HACCP, GMP

d. Halal : Aturan halal

e. Kosher : Last 3 Cargos

7. Mechanic

a. Quality : Mutu perbaikan

b. Enviroment : Oli bekas

c. Food Safety : HACCP, GGMP

d. Halal : Aturan halal

e. Kosher : Tidak digunakan yellow grease


88

2.7 Sistem Manajemen dan Pengaturan Kerja

2.7.1 Manajemen

Dalam mewujudkan visi dan menjalankan misi diatas, PT Ecogreen

Oleochemicals Batam menerapkan manajemen sesusai dengan sertifikasi ISO,

Halal, dan kosher (layak dan boleh dikonsumsi atau dipakai dalam ajaran Yahudi,

layaknya halal dalam islam). Sertifikat ISO yang telah didapatkan oleh PT

Ecogreen Oleochemical adalah ISO 9001 tentang sistem manajemen mutu, ISO

14001 tentang sistem manajemen lingkungan, dan ISO 22000 tentang sistem

manajemen keamanan pangan. PT Ecogreen Oleochemicals Batam juga

menerapkan produksi yang tersertifikasi halal dari MUI dan Kosher yang diberikan

Orthodox Union (Amerika) demi memenuhi spesifikasi pelanggan, terutama bagi

produk yang akan dijadikan bahan makanan.

2.7.2 Pengaturan Kerja

Pengaturan kerja yang diterapkan oleh PT Ecogreen Oleochemical Batam

dibuat berdasarkan Surat Keputusan Kepala Kantor Wilayah Departemen Tenaga

Kerja Provinsi Riau No.Kep.376/W4/V/1997 yang meliputi beberapa hal antara

lain:

1. Jam kerja

2. Kerja lembur

3. Penggajian dan tunjangan

4. Hak cuti

5. Keselamatan kerja
89

2.7.3 Jam Kerja

Berdasarkan jam kerja, karyawan di PT Ecogreen Oleochemicals Batam

terbagi menjadi karyawan shift (Operator, analisis, superintendent bagian produksi,

dan sebagainya) dan karyawan non-shift (Engineer, customer service, human

resource, anggota R&D, dan sebagainya). Jadwal yang diterapkan adalah:

1. Jam kerja karyawan non-shift

a. Senin – Kamis : 08.00 – 17.00, istirahat 12.00 – 13.00

b. Jum’at : 08.00 – 17.00, istirahat 11.30 – 13.00

2. Jam kerja karyawan shift

Shift umum yang ada bagi karyawan PT Ecogreen Oleochemicals Batam

terbagi menjadi tiga:

b. Shift I : 00.00 – 08.00

c. Shift II : 08.00 – 16.00

d. Shift III : 16.00 – 24.00

Sedangkan shift khusus yang diberlakukan ketika terdapat proyek tertentu

terbagi menjadi dua:

b. Shift D (day) : 08.00 – 20.00

c. Shift N (night) : 20.00 – 08.00

2.7.4 Kerja Lembur

Kerja lembur bagi karyawan diberlakukan apabila:

1. Ada pekerjaan yang harus diselesaikan dengan segera.

2. Ada hal darurat dan ada pekerjaan-pekerjaan yang jika tidak segera

diselesaikan akan membahayakan kesehatan atau keselamatan orang.


90

3. Ada pekerjaan yang bila tidak diselesaikan akan menimbulkan kerugian

besar bagi perusahaan atau dapat mengganggu kelancaran produksi.

4. Seorang karyawan shift harus bekerja karena penggantinya tidak atau belum

dating.

2.7.5 Penggajian dan Tunjangan

1. Sistem Penggajian

Karyawan PT Ecogreen Oleochemicals Batam dibagi dalam tingkatan-

tingkatan (rank) gaji sesuai persyaratan jabatan, penilaian

kecakapan/kemampuan, dan prestasi kerja yang ditentukan oleh perusahaan.

Gaji yang dimaksud adalah gaji pokok dan tunjangan tetap.

2. Pembayaran Gaji

Pembayaran gaji dilakukan paling lambat pada tanggal terakhir dari bulan

berjalan dan apabila tanggal tersebut jatuh pada hari minggu atau hari libur

resmi, maka pembayaran gaji dimajukan ke tanggal sebelumnya.

3. Fasilitas Makan dan Transportasi

PT Ecogreen Oleochemicals Batam memberikan fasilitas makan siang dan

makan malam bagi karyawannya. Tersedia pula fasilitas trasnportasi berupa

bus karyawan bagi karyawan yang tinggal di Kota. Bus tersebut akan

menjemput karyawan di halte-halte tertentu atau mengantar kepulangan

karyawan dari pabrik menuju halte-halte tertentu pada jam-jam pergantian

shift.

2.7.6 Hak Cuti

Hak cuti secara umum (cuti tahunan maupun cuti karena sakit) diberikan

kepada semua karyawan PT Ecogreen Oleochemicals Batam. Cuti tahunan


91

diberikan kepada karyawan yang telah bekerja dari satu tahun. Cuti tahunan adalah

cuti selama total 12 hari dengan gaji penuh bagi karyawan yang mengambilnya.

2.7.7 Kesehatan dan Keselamatan Kerja

PT Ecogreen Oleochemicals Batam telah melakukan instalisasi fasilitas

penunjang kesehatan dan keselamatan kerja karyawan seperti klinik dan sistem

keadaan darurat. PT Ecogreen Oleochemicals juga mewajibkan pakaian dan

peralatan kerja yang sesuai bagi karyawan untuk dipakai dalam lingkungan kerja

perusahaan. Peralatan yang menunjang kesehatan dan keselamatan kerja karyawan

antara lain:

1. Pelindung kepala (safety helmet), wajib digunakan bagi seluruh karyawan

dan tamu yang akan memasuki area proses. Helmet umumnya digunakan

oleh karyawan bagian produksi, maintenance, safety health and

environment (SHE), dan utilitas.

2. Sepatu pengaman (safety shoes), wajib dikenakan oleh seluruh karyawan

dan tamu yang memasuki area proses untuk melindungi kaki dari bahaya

benturan dan zat kimia.

3. Sarung (hand gloves) dikenakan ketika menangani bahan kimia atau

melakukan pekerjaan berbahaya, dapat berupa sarung tangan rajut, karet,

maupun jeans.

4. Pelindug pernafasan (respirator) untuk melindungi pernapasan dari debu

(masker debu, umum dipakai karyawan yang bekerja didaerah boiler

batubara) maupun gas kimia berbahaya (masker gas, umum dipakai analis

atau karyawan yang melakukan perbaikan pada alat-alat proses).

5. Pelindung mata (goggles).


92

6. Pelindung telinga (ear protection) dikenakan karyawan atau tamu yang

berada diarea proses dengan tingkat kebisingan yang tinggi (>95 dB) dalam

kurun waktu yang lama.

7. Pelindung wajah (face shield) untuk melindungi wajah dari cipratan bahan

kimia.

8. Pelindung pengelasan (welding shield) bagi pekerja pengelasan.

9. Breathing apparatus untuk membantu pernapasan jika melakukan

pekerjaan didalam tangka.

10. Apron atau protective suit (pakaian pelindung badan).

Anda mungkin juga menyukai