PT PETROKIMIA GRESIK
BAB I
PENDAHULUAN
1 KP kepanjangan dari Kerja Praktek yang artinya sama dengan PKL (Praktek Kerja Lapangan)
perlu untuk ditingkatkan, yang dalam hal ini salah satunya bisa disalurkan dengan
praktek kerja/KP.
Jurusan Teknik Kimia merupakan suatu ilmu pengetahuan yang muncul dan
berkembang untuk memenuhi kebutuhan tenaga ahli dan terampil dalam mengelola
sistem produksi atau sistem industri kimia, yang melibatkan komponen-komponen
manusia, material, mesin/fasilitas produksi. Dunia industri dan perguruan tinggi
merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan. Hubungan tersebut sering disebut
sebagai kemitraan. Mahasiswa khususnya mahasiswa teknik sangat memerlukan
untuk memahami kondisi nyata yang ada di dunia industri, sehingga mahasiswa
tidak hanya mengerti dan memahami teori atau melakukan praktek di laboratorium
kampus namun juga sangat perlu untuk mengerti kondisi di industri yang
sesungguhnya. Perubahan teknologi dan percepatan informasi telah mempengaruhi
aspek-aspek dalam proses produksi di perusahaan. Dengan adanya peranan
perguruan tinggi sebagai research and knowledge diharapkan mampu menjawab
tantangan dalam perubahan tersebut.
PT PETROKIMIA GRESIK merupakan perusahaan milik negara dan produsen
pupuk terlengkap yang ada di Indonesia yang memproduksi berbagai macam
pupuk, seperti: Urea, ZA , SP-36, NPK Phonska, DAP, NPK Kebomas, ZK, dan
pupuk organik yaitu Petroganik. PT Petrokimia Gresik juga telah memproduksi
produk non pupuk seperti Asam Sulfat, Asam Fosfat, ammonia, Dry Ice, Aluminum
Fluoride, dll. Beberapa anak perusahaan langsung dibawah PT Petrokimia Gresik
antara lain PT Petrosida Gresik dan PT Petrokimia Kayaku. PT Petrokimia Gresik
mempunyai 3 (tiga) lokasi pabrik, yaitu Pabrik I, Pabrik II, dan Pabrik III. Dimana
pabrik-pabrik tersebut memiliki proses produksi dan menghasilkan produk yang
berbeda-beda. Pabrik I (pabrik pupuk nitrogen) menghasilkan Amonia, ZA I/III,
Urea, CO2, Dry Ice, Petroganik dan Utility. Pabrik II (pabrik pupuk Fosfat)
menghasilkan SP-36 1&2, Phonska, Tank Yard Ammonia dan Phosphat. Sedangkan
pabrik III (pabrik Asam Fosfat) menghasilkan Asam Sulfat, Asam Phosphat
(H3PO4), Aluminum Fluoride (AlF3), dan ZA II.
I.2 TUJUAN
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan Praktek Kerja/KP ini
adalah sebagai berikut:
1.2.1 Bagi Mahasiswa
- Mengaplikasikan pengetahuan matematika, sains, dan teknik
(engineering)
- Mengetahui sistem suatu proses produksi maupun proses untuk
memenuhi suatu kebutuhan
- Berperan serta pada suatu tim yang bersifat multi-disiplin
- Mengidentifikasi, memformulasikan, dan menyelesaikan masalah-
masalah teknik
- Pemahaman tentang tanggung jawab profesional dan etika
- Berkomunikasi secara efektif
- Cakupan pengetahuan cukup luas untuk memahami pengaruh tindakan
teknis yang diambilnya terhadap masyarakat dan dunia global
- Pengetahuan tentang isu-isu kontemporer
- Memanfaatkan teknik-teknik, keahlian-keahlian, dan peralatan teknik
modern yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas-tugas profesional
1.2.2 Bagi Jurusan
- Mendapat umpan balik dari lapangan mengenai isi materi yang telah
diberikan di bangku kuliah
- Memperoleh masukan tentang masalah-masalah di tempat praktek
kerja/KP
- Mengukur pencapaian kinerja jurusan yang ditunjukkan melalui evaluasi
hasil pembelajaran oleh instansi tempat praktek kerja/KP
- Menjalin kerjasama dengan instansi tempat kerja praktek/KP
Bagi Perusahaan
- Memperoleh masukan yang dapat membantu penyelesaian studi kasus di
kalangan sesuai dengan konsentrasinya
1.3 MANFAAT
a. Bagi Mahasiswa
- Mengaplikasikan ilmu yang didapat selama di perkuliahan
- Memperluas wawasan dan pengetahuan sebelum masuk ke dunia kerja
- Memperdalam dan meningkatkan kualitas, keterampilan, dan kreatifitas
pribadi mahasiswa
- Melatih diri agar tanggap dan peka terhadap situasi lingkungan kerja
- Mengukur kemampuan mahasiswa untuk bersosalisasi dan bekerja dalam
perusahaan
- Menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman sebagai generasi
terdidik untuk terjun dalam masyarakat terutama di lingkungan industri
b. Bagi Jurusan
- Mencetak tenaga kerja yang terampil
- Sebagai bahan masukan untuk mengevaluasi sampai sejauh mana
kurikulum yang telah diterapkan
c. Bagi Perusahaan
- Memanfaatkan sumber daya manusia yang berpotensial
- Membantu menyelesaikan tugas, pekerjaan, dan permasalahan di instansi
tempat praktek kerja/KP
- Sebagai sarana untuk menempatkan hubungan kerjasama anatara
perusahaan dan jurusan
- Sebagai sarana untuk mengetahui kualitas pendidikan yang ada di
Universitas Sebelas Maret
BAB II
URAIAN SINGKAT PABRIK
pada Maret 1970. Pada tanggal 10 Juli 1972 proyek Petrokimia Gresik diresmikan
oleh Presiden Soeharto yang kemudian diabadikan sebagai hari jadi PT
Petrokimia Gresik dengan bentuk badan usahanya adalah Perusahaan Umum
(PERUM) dengan produknya yang masih berupa pupuk urea dan pupuk ZA.
Tepat tiga tahun kemudian yaitu tanggal 10 Juli 1975, Perusahaan Umum
(PERUM) berubah menjadi Perseroan dengan nama PT Petrokimia Gresik
menjadi anggota holding dengan PT Pupuk Sriwijaya terutama dalam bidang
pemasaran, keuangan, dan produksi. Sejak tahun 2012, PT Petrokimia merupakan
perusahaan holding company yang bergerak dalam produksi pupuk dan bahan-
bahan kimia. Berdasarkan SK Kementerian Hukum dan HAM Indonesia, Nomor
AHU = 17695.AH.01.02 Tahun 2012 PT Petrokimia Gresik termasuk dalam salah
satu anggota holding dari perusahaan PT Pupuk Indonesia (Pupuk Indonesia
Holding Company). Nama Petrokimia berasal dari kata “Petroleum Chemical”
disingkat menjadi “Petrochemical”, yaitu berarti bahan-bahan kimia yang
diproduksi dengan bahan baku minyak bumi dan gas. Perusahaan ini
memproduksi beberapa pupuk kimia seperti urea, SP-36, DAP, NPK Kebomas,
ZK, dan pupuk organik. Selain itu, PT Petrokimia Gresik ini bergerak di bidang
produksi pupuk dan bahan-bahan kimia seperti CO 2 cair, dry ice, ammonia, asam
sulfat, asam fosfat, purified gypsum, aluminium fluoride, dan N2 cair serta bidang
jasa baik konstruksi, engineering, maupun jasa-jasa lainnya.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 1971, status badan usaha dari
Projek Petrokimia Surabaja diubah menjadi Perusahaan Umum (PERUM).
g) Tahun 1970
Saat tahun 1972 pabrik ini memproduksi pupuk ZA berkapasitas 150.000
ton/tahun dan pupuk urea sebanyak 61.700 ton/tahun. Pabrik ini diresmikan oleh
Presiden Soeharto dengan bentuk badan usaha Perusahaan Umum (PERUM) pada
tanggal 10 Juli 1972.
h) Tahun 19775
Terjadi perubahan bentuk perusahaan dari Perusahaan Umum (PERUM)
menjadi Perseroan dengan nama PT Petrokimia Gresik (Persero) berdasarkan
Peraturan Pemerintah No.14 Tahun 1975.
i) Tahun 1997
Peraturan Pemerintah No. 28/1997 menyatakan bahwa seluruh BUMN pupuk
dijadikan satu dalam sebuah Holding Company. Begitupun PT Petrokimia
berubah status menjadi holding company bersama PT Pupuk Sriwidjaya
(PURSRI) Palembang dalam bidang pemasaran, keuangan, dan produksi.
j) Tahun 2012
Perusahaan PT Petrokimia Gresik tergabung dalam kesatuan PT Pupuk
Indonesia (Holding dengan Pupuk Indonesia). Sampai saat ini PT Petrokimia
Gresik memiliki beberapa bidang usaha antara lain produsen pupuk sebagai
bidang usaha yang utama dan jasa seperti industri pestisida, industri kimia,
industri peralatan pabrik, jasa rancang bangun, dan perekayasa, serta jasa lainnya.
SMP : 99 orang
➢ Pabrik Urea
➢ Pabrik ZA I
Tahun berdiri : 1972
Kapasitas produksi : 200.000 ton/tahun
Bahan baku : Gas ammonia dan asam sulfat
➢ Pabrik ZA III
Tahun berdiri : 1986
Kapasitas produksi : 200.000 ton/tahun
Bahan baku : Gas ammonia dan asam sulfat
➢ Pabrik ZA II
Tahun berdiri : 1984
Kapasitas produksi :5.000 ton/tahun
Bahan baku : ammonia, asam fosfat, dan CO2
e. Dalam hal terjadi keadaan darurat dan atau bencana pabrik, seluruh karyawan
wajib ikut serta melakukan tindakan penanggulangan.
C. Organisasi K3
a) Organisasi Struktural
Organisasi K3 struktural dibentuk agar dapat menjamin penerapan
K3 di PT. Petrokimia Gresik sesuai dengan Undang-Undang No.1/70
serta peraturan K3 lainnya dan penerapan K3 dapat dilaksanakan sebaik-
baiknya sehingga tercapai kondisi yang aman, nyaman dan produktif.
Organisasi stuktural yang membidangi K3 adalah bagian K3 dan
bertanggung jawab kepada Biro Lingkungan & K3.
Digunakan untuk melindungi tangan terhadap bahaya fisik, kimia, dan listrik.
6. Sepatu pengaman
Untuk melindungi kaki terhadap gangguan yang membahayakan karyawan di
tempat kerja. Sepatu pengaman yang digunakan adalah sepatu karet.
7. Baju pengaman
Untuk melindungi seluruh bagian tubuh terhadap berbagai gangguan yang dapat
membahayakan karyawan.
Selain fasilitas penunjang tersebut ada juga fasilitas untuk menunjang kinerja
karyawan. Perusahaan menyediakan berbagai fasilitas yang dapat dimanfaatkan oleh
BAB III
DESKRIPSI PROSES
Gas alam memiliki komponen utama berupa gas metan (CH 4).
Gas alam pada PT. Petrokimia Gresik diperoleh dari PT Kangean Energy
Indonesia LTD (KEIL) dan Pertamina Hulu Energi West Madura
Offshore (PHE WMO). Jumlah gas yang diperlukan oleh PT. Petrokimia
Gresik dalam sehari adalah sebesar 56,8 Million Standart Cubic Feed
Per Day (MMSCFD). Komposisi dari gas alam yang digunakan pada
pabrik ammonia ini dapat dijabarkan sebagai berikut :
Metana (CH4) 98,742% mol
Etana (C2H6) 0,432% mol
Propana (C3H8) 0,174% mol
Iso Butana (I-C4H10) 0,033% mol
Normal Butana (n-C4H10) 0,013% mol
C4+ dan C5+ 0,022% mol
Karbondioksida (CO2) 0,207% mol
Nitrogen (N2) 0,353% mol
Spesifikasi gas alam yang diperlukan dalam proses produksi ammonia
adalah sebagai berikut:
- Wujud : Gas
- Tekanan : 18,3 kg/cm2
- LHV (Lower Heating Value) : 15,6ºC
- Berat Molekul : 19,659 gr/mol
- Udara
Pada pabrik ammonia, udara digunakan sebagai udara instrumen
dan udara proses. Udara diambil langsung dari lingkungan. Pabrik
ammonia membutuhkan udara proses sebanyak 68,37 ton/jam.
2. Katalis
Katalis digunakan untuk membantu mengarahkan reaksi dan
mempercepat proses reaksi. Jenis katalis yang digunakan pada pabrik
ammonia dapat dijabarkan sebagai berikut :
- Katalis Desulfurizer
Pada alat desulfurizer merupakan fixed bed yang terdiri dari 2 bed
katalis. Katalis pada masing-masing bed itu memiliki spesifikasi
yang berbeda. Untuk bed 1 menggunakan jenis katalis Co-Mo,
sedangkan untuk bed 2 menggunakan ZnO.
- Katalis Primary Reformer
Pada primary reformer berisi katalis yang berbeda ukuran. Jenis
katalis yang digunakan adalah nickel (Ni).
- Katalis Secondary Reformer
Pada bagian atas, jenis katalis yang digunakan adalah Ni.
Sedangkan bagian bawah tidak terdapat katalis.
- Katalis High-Temperature Shift Converter
Katalis yang digunakan pada alat ini adalah besi (Fe).
- Katalis Low-Temperature Shift Converter
3. Antifoaming Agent
Selama proses absorbsi gas CO2 dengan larutan Benfield terjadi
pembentukan busa dari gas. Antifoaming agent berfungsi untuk mencegah
pembentukan busa selama proses absorbs tersebut dikarenakan busa
dapat mengganggu level control pada menara. Jenis antifoaming agent
yang digunakan di PT. Petrokimia Gresik adalah UCON 50 HB-5100
yang dibeli dari Union Carbide.
4. Steam
Steam digunakan sebagai reaktan dalam primary reformer yang
berfungsi untuk pemecahan rantai C hidrokarbon dan gas alam sehingga
dihasilkan gas H2 (steam reforming). Selain menjadi pereaktan steam
juga digunakan untuk menggerakkan turbin, pompa, kompresor dalam
unit produksi ammonia. Steam yang digunakan pada pabrik ammonia
diperoleh dari boiler B-1102 yang berada pada bagan utilitas. Apabila
terjadi kekurangan steam, maka akan ada interconnect dari service unit
yang berfungsi untuk memenuhi kekurangan steam tersebut.
5. Utilitas
Untuk membuat tiap ton produk, dibutuhkan bahan baku dan utilitas
dengan rincian sebagai berikut:
- Natural gas : feed = 5.269 Gcal
reaksi samping. Gas CO ini juga bersifat racun bagi katalis di reaktor
konverter ammonia. Sehingga, untuk mengkonversi semua CO menjadi
CO2 dilakukan reaksi lanjutan pada HTS dan LTS.
a. Desulfurisasi
Desulfurisasi merupakan langkah penghilangan senyawa sulfur
(S) yang terkandung dalam gas alam. Senyawa sulfur ini harus
dihilangkan karena dapat meracuni katalis pada down stream-nya. Di
dalam gas alam, terdapat dua jenis senyawa sulfur yaitu sulfur reaktif
dan sulfur non reaktif. Senyawa sulfur reaktif adalah sulfur yang
mudah ditangkap oleh katalis ZnO seperti gas H2S. Sedangkan sulfur
non reaktif tidak dapat langsung ditangkap oleh katalis ZnO misalnya
thiophen (R-S), dimana R dan R’ masing-masing adalah radikal
organik CH3,C2H5,C2H2, C4H4, C4H8 dll. Oleh karena itu, pada alat
desulfurizer digunakan 2 macam katalis yaitu Co-Mo dan ZnO.
Proses desulfurisasi ini dilakukan dalam 2 unit desulfurizer
vessel (108DA/DB), masing-masing berisi 4,25 m3 katalis Co-Mo dan
35,4 m3 katalis ZnO. Sebelum masuk ke desulfurizer, gas umpan
terlebih dahulu dipanaskan dalam gas preheater coil karena
penyerapan sulfur sangat bergantung pada temperatur. Penetapan
kesetimbangan K naik menjadi 2 kali lipat dibanding pada temperatur
cracking komponen dalam gas umpan. Sehingga selama prosesnya,
temperatur dijaga sekitar 350-400°C.
Dalam desulfurizer vessel, terbagi atas dua bagian. Bagian atas
berisi katalis Co-Mo dan bagian bawah berisi katalis ZnO. Gas umpan
dimasukkan melalui bagian atas vessel bersama dengan gas hidrogen
(H2) yang berasal dari syn gas compressor (103 J) yaitu aliran recycle
syn gas. Gas hidrogen ditambahkan untuk menghidrogenasi senyawa
sulfur sehingga terbentuk H2S yang mudah ditangkap oleh katalis
ZnO. Reaksi yang terjadi pada bagian atas yang berisi katalis Cobalt
Molybden (Co-Mo) dengan bantuan gas H2 adalah sebagai berikut :
3,4-3,5. Bila S/G melebihi 3,5 artinya steam yang dimasukkan lebih
banyak. Hal ini menyebabkan boros pada pemakaian steam. Tetapi
bila S/G kecil, artinya gas yang dimasukkan lebih sedikit. Hal ini
dapat menyebabkan terjadinya carbon deposit (karbon menutupi sisi
aktif katalis).
Campuran ini kemudian dipanaskan di preheater coil dengan
memanfaatkan panas keluaran dari primary reformer tekanan 40,6
kg/cm2. Selanjutnya gas dan steam dimasukkan ke dalam primary
reformer. Katalis yang digunakan adalah nikel-alumina berbentuk
packing raschig ring dengan volume 23,16 m3.
Gas alam dan steam masuk melalui tube-tube berisi katalis
(Nikel) dan bereaksi menghasilkan syn gas dengan kandungan
methana (CH4) sekitar 10-12%. Berikut reaksi di dalam primary
reformer:
Gambar III.2 Diagram Alir Proses pada Primary and Secondary Reformer
d. CO Shift Converter
Pada proses sintesa gas di reformer, tidak semua CH4
terkonversi menjadi CO2 melainkan sebagian terkonversi menjadi CO
akibat adanya reaksi samping. Gas CO ini tidak dikehendaki karena
bersifat racun bagi katalis di reaktor konverter ammonia. Sehingga
pada shift converter, CO akan diubah menjadi CO2 dan H2.
a. CO2 removal
b. Methanasi
Setelah melewati shift converter dan CO2 removal, syn gas
masih mengandung sejumlah kecil CO dan CO2. Oleh karena itu, CO
dan CO2 dikonversikan kembali menjadi CH4 yang bersifat inert bagi
katalis dalam sintesis ammonia. Methanasi dilakukan dengan
mereaksikan CO dan CO2 bersama H2 dalam methanator (106D)
dengan menggunakan katalis nikel sebanyak 26,7 m 3 pada temperatur
300°C dan tekanan 30 kg/cm2. Berikut reaksi methanasi:
CO + 3H2 → CH4 + H2O (III.12)
3. Sintesa Ammonia
Sintesa ammonia dilakukan dengan mereaksikan H2 dengan N2 pada
unit ammonia converter. Ammonia synthesis converter berbentuk
horizontal yang terdiri dari 3 bed (bed 1, 2A dan 2B) dan dilengkapi
4. Refrigerasi
Proses refrigerasi ini bertujuan untuk mengembunkan ammonia
yang terkandung dalam syn-loop sehingga menghasilkan produk
ammonia yang disesuaikan dengan kebutuhan unit urea dan ZA,
recovery ammonia dari purge dan flash, dan mendinginkan make up gas
sebelum masuk dryer. Sebelum masuk ke unit refrigerasi, gas terlebih
dahulu didinginkan temperaturnya dalam NH3 converter effluent cooler
(124C) hingga menjadi 37°C dengan tujuan untuk menyesuaikan kondisi
di chiller sehingga selisih temperaturnya tidak terlalu tinggi. Dari 124C,
gas masuk ke ammonia unitized chiller (120CF) untuk
mengkondensasikan gas ammonia yang dihasilkan di konverter.
Ammonia chiller memiliki 4 ruang (120CF1/CF2/CF3/CF4) yang
berupa flash drum dan beroperasi pada 4 macam level temperatur dan
tekanan yang berbeda.
Tabel III.1 Kondisi Operasi pada Amonia Chiller (120CF)
Kondisi Operasi
Kode Keterangan
Suhu Tekanan
Alat
(oC) (kg/cm2g)
tray pada bagian atas setiap bed dilengkapi demixter pad pada bagian
outlet gas dan vortex breaker.
Flash gas dari process condensate flash tank (150F), 107F dan
109F diumpankan ke low pressure ammonia scrubber (103E) dari bagian
bawah kolom. Purge gas dari 120CF diumpankan ke high pressure
ammonia scrubber (104E) melalui bagian bawah kolom. Di 103E dan
104E, gas ammonia diserap dengan menggunakan air yang masuk dari
bagian atas kolom. Temperatur dan tekanan operasi 103E yaitu 35-37°C
dan 8,5 kg/cm2 sedangkan pada 104E yaitu 45°C dan 168 kg/cm2. Hasil
bottom 103E berupa NH3 sebesar 12-15%. Berikut adalah reaksi yang
terjadi pada 103E dan 104E:
Larutan ammonia cair yang keluar dari bawah kolom 103E dan
104E selanjutnya dimasukkan ke ammonia stripper (105E) melalui
bagian atas kolom. Medium pressure steam (MPS) sebagai media
stripping diumpankan dari bagian bawah kolom. Uap NH3 yang
dihasilkan selanjutnya dikirim ke refrigerant condensor (127C) untuk
diembunkan dan di-recovery sebagai produk. Sedangkan cairan yang
keluar dari dasar kolom 105E didinginkan di 141C untuk diumpankan
kembali ke dalam scrubber 103E dan 104E.
Gas yang keluar dari puncak kolom 103E dikirim ke 101B untuk
digunakan sebagai bahan bakar (fuel gas) primary reformer. Sedangkan
gas yang keluar dari puncak kolom 104E dikirim ke hydrogen recovery
unit (103L) dimana sebagian besar H2 di-recovery dan digunakan kembali
sebagai make up gas ke syn-loop.
Hydrogen recovery unit (103L) terdiri dari feed gas heater yang
menggunakan LPS sebagai pemanas, empat buah prisma separator pada
tingkat satu dan tujuh prisma separator pada tingkat dua. Prisma
Gambar III.7 Diagram Alir Proses pada Purge Gas Recovery Unit (PGRU)
III.1.4. Spesifikasi Produk
Plant ammonia menghasilkan 2 produk. Produk utama yaitu ammonia
dan produk samping yaitu CO2. Kedua produk ini utamanya digunakan
sebagai bahan baku untuk pembuatan pupuk urea.
1. ammonia
NH3 : min. 99,5%
Minyak : maks. 10 ppm
Air : maks. 0,5%
Klasifikasi :
- ammonia untuk bahan baku urea (bentuk: cair; temperatur:
30ºC; tekanan: 20 kg/cm2)
- ammonia untuk bahan baku ZA (bentuk: gas; temperatur: 1 0C;
tekanan: 4 kg/cm2)
- ammonia dingin, disimpan dalam tangki penyimpanan TK 801
(bentuk: cair; temperatur: -33ºC; tekanan: 4,5 kg/cm2)
2. CO2
CO2 : min 99,9%
Air : maks 150 ppm
H2S : maks 0,1 ppm
Bentuk : cair
4. Unit Konsentrasi
5. Unit Prilling
6. Unit Pengolahan Proses Kondensat
Berikut adalah gambar blok diagram proses pembuatan pupuk urea:
Gambar III.8 Blok Diagram Proses Pembuatan Pupuk Urea (PT. Petrokimia
Gresik, 2014)
1. Unit Sintesis
Unit sintesis ini bertujuan untuk membentuk urea dengan
mereaksikan NH3 cair dan gas CO2 dan sirkulasi kembali larutan
karbamat yang diperoleh dari tahap recovery.
Berikut diagram alir proses unit sintesis :
2. Unit Purifikasi
Produk urea dengan kadar 48,99% wt. diuraikan dan dipisahkan
sebagai gas dari larutan urea dengan penurunan tekanan dan pemanasan
dalam 2 tahap decomposer menjadi larutan urea 70% wt. dengan
ammonia sisa 0,35% wt.
Dalam high pressure decomposer (DA201), larutan urea sintesis
dengan kadar 48,99 % wt. diturunkan dari tekanan 175 kg/cm2G menjadi
17,5 kg/cm2G dan temperatur 155°C dengan penambahan sebagian kecil
gas dari scrubber (DA102), dimana larutan urea terurai menjadi gas flash
dan larutan urea dengan kadar 62,34 % wt. kemudian dialirkan ke bawah
ke falling film heater dan larutan dipanaskan dengan steam kondensat
dari saturation drum (FA102) menuju low pressure decomposer
(DA202).
3. Unit Recovery
Gas ammonia dan CO2 dari unit purifikasi diserap dalam absorber
dengan menggunakan kondensat dari unit process condensate treatment
sebagai penyerap, larutan produk kemudian di recycle kembali ke seksi
sintesis sebagai larutan karbamat.
Gas yang terdekomposisi dari high pressure decomposer (DA201),
dan sebagian kecil dari scrubber (DA102) terdiri dari NH3 38,76% wt. ;
CO2 48,39% wt, ; dan H2O 12,85% wt. digelembungkan melalui pipa
sparger bagian bawah shell dalam high pressure absorber (EA401 B)
untuk menyerap gas. Dengan pendinginan menggunakan cooling water.
Gas yang tidak terserap oleh high pressure absorber (EA401 B)
naik ke bagian atas menuju high pressure absorber (EA401 A) untuk
didinginkan dengan cooling water dimana sisa gas terserap ke dalam
campuran larutan high pressure absorber (EA401 B). Setelah memasuki
high pressure absorber (EA401 A/EA401 B) gas yang tersisa kemudian
Gambar III.10 Diagram Alir Proses Unit Purifikasi dan Unit Recovery
Ukuran partikel
- Lolos 6 US mesh : 100%
- Lolos 6 US mesh/tertahan 18 US mesh : 97% min.
- Lolos 25 US mesh : 1% max.
4. Pengeringan kristal
5. Penampungan dan pengemasan.
Gambar II.13 Blok Diagram Produksi di Unit ZA I/III (PT. Petrokimia Gresik, 2010)
1. Persiapan Bahan Baku
Tahap ini bertujuan untuk mempersiapkan bahan baku gas ammonia
dengan temperatur 1°C dan asam sulfat untuk proses pembuatan amonium
sulfat di saturator (R301A/B/C/D).
a. Tahap Penguapan Ammonia
Bahan baku ammonia untuk pembuatan ZA dibedakan
menjadi dua jenis yaitu ammonia gas dengan temperatur 60 - 70°C
dan tekanan 3,5 – 4,5 kg/cm2g yang disuplai dari unit sintesa ammonia
serta ammonia cair dengan temperatur 1°C dari TK801. Fasa reaksi
dalam saturator adalah gas-cair (NH3 - H2SO4). Sehingga bila bahan
baku ammonia masih berupa cairan, perlu diuapkan dengan vaporizer
(01/06 E304C) yang di dalamnya dilengkapi dengan steam coil. Tube
(koil) diisi oleh steam dan ammonia masuk ke shell. Level ammonia
cair diatur pada level 50% dengan pressure 3,5-5 kg/cm2. Media
pemanas yang digunakan adalah Low Pressure Steam (10 kg/cm2g)
dengan suhu 187–190°C. Setelah kalor steam diserap maka steam
akan terkondensasi. Penggunaan ammonia cair sebagai bahan baku
dilakukan apabila produksi gas ammonia di pabrik ammonia
Gambar II.15 Diagram Alir Proses Netralisasi dan Kristalisasi pada Unit ZA I/III
(PT. Petrokimia Gresik, 2010)
Dari gambar diatas dapat dilihat bahan baku berupa gas ammonia
dialirkan langsung dari unit ammonia dalam bentuk vapor, namun apabila
unit ammonia sedang tidak beroperasi maka ammonia cair diambil dari
tangki ammonia (SP501) dan diubah fasenya dengan menggunakan
evaporator 01/06 (E304 C). Sedangkan asam sulfat dialirkan dari pabrik
III menuju tangki asam sulfat (TK200 A/B) yang selanjutnya akan
dialirkan menuju saturator menggunakan pompa asam (P305 A/B).
Air proses (kondensat dari kondensor) dari tangki (TK301)
dialirkan ke dalam saturator (R301 A/B/C/D) dengan menggunakan
pompa (P302), setelah ketinggian air ±4,0 m, uap ammonia dengan
konsentrasi 99,5% berat dialirkan ke dalam saturator (R301 A/B/C/D)
dengan kondisi temperatur 70ºC dan tekanan 3,5 - 5,5 kg/cm 2. Asam
sulfat dari tangki (TK200 AB) dengan konsentrasi 98,5% dipompakan ke
dalam saturator (R301 A/B/C/D) pada kondisi 32ºC dengan
menggunakan pompa (P305/P202). Udara pengaduk yang digunakan
diambil dari udara luar yang ditekan oleh kompresor, lalu dibersihkan
dengan separator oil sebelum dimasukkan ke dalam saturator.
Reaksi pembentukan ammonium sulfat adalah reaksi eksotermis
irreversible yang menghasilkan panas ±109,72 kkal/mol. Dengan adanya
penambahan reaktan ammonia dan asam sulfat secara terus menerus
maka pembentukan ZA akan semakin banyak dan panas yang dihasilkan
semakin tinggi. Panas yang dilepas reaksi ini menaikkan suhu campuran
sehingga terjadi pemekatan (saturation) karena panas tersebut
menguapkan sebagian air dalam larutan. Reaksi yang terus menerus akan
mengakibatkan terbentuknya kristal ZA atau (NH4)2SO4. Uap air yang
terbentuk diembunkan dengan cooling water pada heat exchanger,
kemudian dialirkan ke tangki TK301 . Air ini dapat dikembalikan ke
saturator sebagai kondensat return untuk mengatur konsentrasi dan
menyerap panas reaksi. Laju alir asam sulfat, ammonia, dan udara
disesuaikan dengan kapasitas masing-masing saturator.
Dalam kondisi start up, saturator diisi dengan larutan induk berupa
larutan ZA atau air untuk menghindari korosi akibat asam sulfat pekat.
Penggunaan air sebagai larutan induk membutuhkan waktu hingga 8 jam
sebelum kristal ZA terbentuk, sedangkan bila menggunakan larutan ZA
hanya memerlukan waktu 6 jam. Oleh karena itu, umumnya larutan induk
yang digunakan merupakan larutan ZA.
Larutan induk (mother liquor) ZA merupakan hasil pemisahan
kristal dan cairan yang terbentuk pada proses pembuatan ZA. Larutan
induk ditampung di dalam tangki D301 A/B. Larutan induk juga dapat
dibuat dengan memanfaatkan debu-debu ZA yang diserap oleh blower
C302 pada saat melewati pengering dan dicampurkan air pada wet
cyclone (D303/309) untuk dikirim ke D301 A/B. Larutan ZA yang
dihasilkan dikondisikan agar lewat jenuh sehingga dapat membentuk
kristal ZA. Kristal yang terbentuk semakin lama akan bertambah banyak.
Selama reaksi, larutan induk diumpankan secara kontinyu ke saturator
untuk menjaga perbandingan padat/cair dalam larutan jenuh di saturator
50:50. Hal ini bertujuan untuk mempercepat pembentukan kristal serta
menjaga level slurry ZA di dalam saturator. Kristal ammonium sulfat
yang terbentuk mempunyai kecenderungan mengendap di dasar
saturator, hal ini dapat mengganggu jalan keluar slurry ammonium itu
sendiri. Dengan tujuan untuk mengatasi hal tersebut maka udara murni
bertekanan 1,2 kg/cm2 dan temperatur 70ºC dihembuskan ke dalam R301
A/B/C/D.
Desain operasi saturator (R301 A/B/C/D) adalah pada temperatur
105ºC dan tekanan 1 atm, sedangkan reaksi selalu melepas panas ±109,72
kkal/mol. Dengan tujuan menjaga temperatur larutan ammonium sulfat
agar konstan ±105ºC, maka air proses dari tangki TK301 (condensate)
perlu ditambahkan secara terus menerus ke dalam saturator. Temperatur
dalam saturator dapat bertahan hampir konstan (105ºC - 113ºC) pada
kondisi normal operasi. Sebagian kecil panas ini hilang melalui dinding
saturator, sebagian besar akan menguapkan air dari larutan dan akan
dimasukkan kembali ke dalam saturator untuk menjaga temperatur
konstan. Kadar impuritas di dalam larutan induk (mother liquor) harus
4. Pe
ngeringan
Tujuan dari tahap ini adalah untuk mengurangi kadar air kristal ZA
hingga maksimal 1% berat. Kristal ZA yang dipisahkan di centrifuge
separator masih mengandung sedikit air, sehingga perlu dikeringkan
lebih lanjut. Pengering yang digunakan adalah rotary dryer (M302) yang
terdiri dari shell berbentuk silinder horizontal dengan sudut kemiringan
tertentu yang dipasang pada suatu roll sehingga silinder dapat berputar.
Dibagian dalam silinder terdapat sekat-sekat yang arahnya membujur
sejajar sumbu silinder, dan berada di sepanjang silinder. Sekat ini
berfungsi untuk mengangkat butiran bahan yang akan dikeringkan pada
saat silinder berputar. Kristal ZA yang sebelumnya telah terpisah di
centrifuge separator ditransportasikan dengan belt conveyor menuju ke
screw conveyor (M307) kemudian ke rotary dryer (M302). Sebelum
dimasukkan ke dalam pengering, kristal ditambahkan anticaking untuk
mencegah penggumpalan. Untuk pupuk bersubsidi, juga ditambahkan
BAB IV
SPESIFIKASI ALAT
IV. 1 Ammonia
IV.1.1 Alat Utama
Alat utama yang digunakan pada proses produksi ammonia antara lain:
1. Primary Reformer (101 – B)
Fungsi : Tempat pembentukan gas sintesis (H 2) yang terdiri atas tiga
bagian utama, yaitu radiant section, convection and auxiliary
boiler, proses yang terjadi adalah mengubah CH4 menjadi H2
dan CO2.
Spesifikasi :
- Tipe : Box with horizontal convection tube
- Temperatur Operasi : 798-805oC
- Tekanan Operasi : 35 kg/cm2
- Katalis : 10-12 % NiO
- Bulk density : 1,0 g/cm3
2. Secondary Reformer (103 – D)
Fungsi : Tempat untuk menyempurnakan reaksi dilengkapi dengan jaket
pendingin untuk mendinginkan temperatur sehingga terjadi
proses mengubah CH4 sisa menjadi H2 dan CO2.
Spesifikasi :
- Tipe : Bejana tekan yang api dilengkapi water jacket
- Posisi : Vertikal
- Panjang : 10,185 mm
- Diameter : 910 mm
Shell 1450 mm
Water jacket 2950 mm
- Diameter bawah : 4050 mm
Shell 4600 mm
Water jacket 4900 mm
2. Kompressor
Tabel IV.2 Macam-macam Kompresor di Pabrik ammonia
3. Desulfurizer (108-D)
IV.2. Urea
IV.2.1. Alat Utama
Alat utama yang digunakan pada proses produksi urea antara lain :
1. Reaktor (DC-101)
Fungsi : Mereaksikan gas CO2 dengan ammonia cair pada kondisi
reaksi tekanan 175 kg/cm2 temperatur 186-190ºC mejadi
larutan urea
Spesifikasi :
- Tipe : Hemispirical
- Material : Shell CS + 316 SS UG LINING
- Kapasitas : 151,7 m3
- Dimensi : 2550 x 28000 mm (ID x TT height)
- Temperatur : 220oC
- Tekanan : 184 kg/cm2
2. Stripper (DA-101)
Fungsi : memisahkan ammonia yang terikut dalan larutan urea dan
karbamat, menguraikan karbamat menjadi CO2 dan NH3
dengan stripping dan pemanasan dengan steam.
Spesifikasi :
- Tipe : Menara vertikal
- Dimensi : 2400/2300/900/11035 (ID x TT height)
- Tebal : Shell : 100 mm
Tube : 90 mm
- Material : Shell : A 516 GR 70
Head : DP-12
- Kapasitas : Shell : 11,089 m3
Tube : 30,1 m3
- Tekanan : Shell : 25 kg/cm2g
Tube : 184 kg/cm2g
- Temperatur : Shell : 240ºC
Tube : 220ºC
3. Carbamate Condenser (EA-101)
Fungsi : Mengkondensasikan hasil reaksi antara gas CO2 dan gas
ammonia yang menjadi larutan karbamat, karena terjadi
reaksi eksotermis maka panas yang dihasilkan dari reaksi
untuk memanaskan larutan urea keluaran dari stripper
(DA 101).
Spesifikasi :
- Tipe : Tangki vertical
- Dimensi : 1300 x 10300 mm (ID x Tube length)
- Material : Shell : CS
Tube : DP 12
- Temperatur : Shell : 200ºC
Tube : 220ºC
- Tekanan : Shell : 8 kg/cm2
Tube : 184 kg/cm2
4. CO2 Compressor (GB-101)
Tekanan
- Suction 0,8 kg./cm2g 4,83 kg/cm2g 21 kg/cm2g 101,1 kg/cm2g
- Discharge 5,33 kg/cm2g 22 kg/cm2g 102,3 kg3g 185 kg/cm2g
5. HP Decomposer (DA-201)
Fungsi : memisahkan karbamat menjadi gas CO2 dan gas
ammonia dengan cara penurunan tekanan dari 175
kg/cm2g menjadi 17,5 kg/cm2g dan pemanasan pada suhu
158ºC.
Spesifikasi :
- Tipe : menara vertical
- Dimensi : 1600/1050 x 6160/750 mm (ID x TT
height)
- Material : Shell : A 240 TP 329
- Temperatur : 240ºC
IV.2.2. Alat Penunjang
Beberapa alat penunjang yang digunakan pada proses produksi urea
adalah:
1. Pompa
Tabel IV.4 Macam-macam Pompa di Pabrik Urea
2. Vacuum Concentration
Tabel IV.5 Spesifikasi Vacuum Concentration Upper dan Lower
- Kapasitas : 17 ton/jam
- Suhu inlet/outlet : 105oC / 100oC
- Berat : 7500 kg
- Kecepatan : 750 – 850 rpm
3. Rotary Dryer (M-302)
Fungsi : Mengeringkan kristal ammonium sulfat
Spesifikasi :
- Tipe : Horizontal co-current rotary dryer
- Jumlah : 1 unit
- Konstruksi material : AISI 316 L untuk semua bagian yang
kontak dengan Kristal
- Kapasitas : 34.430 kg/jam
- Suhu udara inlet/outlet : 120-150ºC / 50-60ºC
- Kecepatan putaran : 3 rpm
- Dimensi : panjang 12200 mm
diameter luar 2438 mm
diameter dalam 2418 mm
- Kemiringan : 150
IV.3.2. Alat Penunjang
Beberapa alat penunjang yang digunakan pada proses produksi ZA
I/III adalah :
1. Vaporizer (E-304 A/B)
Fungsi : Mengubah fase ammonia dari cair menjadi uap
Spesifikasi :
- Tipe : drum shell dan coil steam heater
- Material : C.S
- Material handling : NH3
- Dimensi : diameter : 1800 mm
panjang : 3450 mm
- Shell NH3 : 6740 kg/jam
BAB V
UTILITAS
Karakteristik Spesifikasi
pH 7,7 - 8,5
Pada water intake Babat, pipa yang dipakai untuk mengambil air dari
jarak ±26 km memiliki diameter sebesar 28 inci. Debit air yang diambil setiap
jam atau flow rate 3000 m3/jam dengan P2105 ABC dan P2301 A/B. Untuk
memasok hard water dari water intake Babat dilengkapi dengan booster pump
yang berada di Lamongan. Setelah diproses, air tersebut memiliki spesifikasi
yang dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel V.2 Spesifikasi Air Water Intake Babat
No Karakteristik Spesifikasi
4 pH 7,5-8,5
Gambar V.2 Diagram Blok Proses Penyediaan Air (PT. Petrokimia Gresik, 2014)
Gambar V.3 Diagram Alir Proses Lime Softening Unit (LSU) (PT. Petrokimia
Gresik, 2014)
Air yang telah melalui proses pada clarifier akan keluar secara
overflow melalui bagian atas clarifier dan kemudian dialirkan menuju filter
F-2210 - 2280. Filter pada unit LSU ini berjumlah 8 buah dan masing-
masing menggunakan pasir silika sebagai media penyaring. Pasir silika
tersebut memiliki tiga lapisan yang ukurannya berbeda. Kerikil besar
(gravel, 5-7 mm) digunakan pada bagian dasar dan di atas gravel terdapat
pasir berukuran lebih kecil yaitu 3-5 mm. Pada bagian paling atas filter
terdapat pasir yang ukurannya paling kecil, yaitu sebesar 0,6 – 1 mm.
Filter dilengkapi alat vacuum yang berfungsi untuk mempercepat
laju alirfiltrat agar proses filtrasi berjalan dengan lebih cepat. Alat ini terdiri
dari pipa berbahan dasar PVC yang diatur seperti huruf U terbalik yang
memiliki saluran ventilasi udara di atasnya. Air yang melewati filter
selanjutnya mengalir melalui pipa PVC dari bagian bawah ke atas atau tepat
di lengkungan. Air akan mengalir turun memenuhi bagian pipa tersebut
akibat adanya gaya gravitasi sehingga menyebabkan udara terhisap ke
bawah. Tarikan udara ini menyebabkan udara di lengkungan pipa menjadi
vacuum sehingga mampu menghisap air dan menghasilkan proses filtrasi
yang lebih cepat.
Media filtrasi dapat menjadi jenuh karena penyumbatan pori, oleh
karena itu harus dilakukan pencucian atau backwash. Backwash adalah
proses penghembusan udara kompresi melalui bagian bawah filter sehingga
partikel yang menyebabkan penyumbatan tersebut dapat lepas dan jatuh ke
saluran pembuangan. Kompresor yang menghembuskan udara kompresi
adalah compressor C-2202 A/B. Proses backwash dilakukan selama 5-15
menit.
Setelah melalui filter, soft water kemudian mengalir ke reservoir R-
2201. Dari R-2201, soft water dipompa oleh P-2206 A/B/C ke tangki
penyimpanan air TK-1201 dengan kapasitas 15.000 m 3 dan TK-10 dengan
kapasitas 5000 m3. Soft water memiliki pH 9 dan total kesadahan maksimal
80 ppm. Air yang ditampung di TK-1201 dialirkan dengan pompa P-1203
A/B/C menuju ke Demin Plant I. Sedangkan air yang ditampung pada TK-
10 akan disalurkan ke Unit Demin Plant II di pabrik 1 serta ke pabrik 2 dan
3.
dengan udara yang lewat dari bagian samping sehingga terjadi aliran
menyilang antara udara yang masuk dengan air yang turun ke bawah.
Semakin ke bawah, suhu air semakin menurun hingga mencapai 30-32 oC.
Keunggulan dari cooling tower T-1201 adalah proses penurunan suhu
airnya lebih baik daripada T-2211, tetapi energi yang dibutuhkan lebih
besar karena memerlukan kipas yang membutuhkan energi besar.
Gambar V.5 Diagram Alir Proses Unit Demineralisasi I (PT. Petrokimia Gresik,
2014)
kandungan silika lebih sedikit yaitu maksimal 20 ppb dan kandungan ion-
ion bermuatan yang hampir mendekati 0.
Gambar V.6 Diagram Alir Proses Unit Demineralisasi II (PT. Petrokimia Gresik,
2014)
Karakteristik Spesifikasi
Tahun 1993
Seri/Tipe MS 6001
Output Power 33 MW
Kompresor 17 tingkat
Turbin 3 tingkat
Gambar V.8 Bagian-bagian Gas Turbine Generator (PT. Petrokimia Gresik, 2014)
Gambar V.9 Rangkaian pada Waste Heat Boiler (PT. Petrokimia Gresik,2014)
Air demin yang berubah fase lalu dialirkan ke high pressure steam
heater 1 dan 2 untuk dipanaskan lebih lanjut hingga mencapai suhu 465oC.
Steam yang dihasilkan selanjutnya dikirim ke unit produksi urea dengan
karakteristik sebagai berikut:
Tabel V.4 Karakteristik Steam yang Dihasilkan WHB
No Karakteristik Spesifikasi
1 Temperatur 465oC
3 Laju Alir
- Normal ± 65 ton/jam
- Maksimum ± 70 ton/jam
Gambar V.10 Flow Diagram Proses Unit Boiler (PT. Petrokimia Gresik, 2014)
Steam untuk ammonia (NH3) plant terdapat High Steam, Middle
Steam dan Low Steam. WHB digunakan untuk urea plant. Dan sebagian
Bulk Storage digunakan untuk ammonia (NH3) plant.
Air demin yang berasal dari demin plant dipompa menuju deaerator.
Di deaerator terjadi 2 proses yaitu proses mekanik merupakan proses
stripping dengan LPS dengan cara air demin disemburkan dari atas
melalui tray untuk memperluas permukaan kontak antara air demin dengan
steam yang disemburkan dari bawah dan proses kimiawi yaitu dengan
injeksi hydrazine untuk mengikat oksigen.
Outlet dari deaerator disebut boiled feed water (BFW) atau air
demin yang sudah bebas oksigen. Kemudian air BFW dipompa menuju
economizer dengan temperatur ±110º - 118ºC. Pada suction pompa
diinjeksikan amine untuk menaikkan pH pada BFW. Air BFW dipanaskan
di economizer dengan memanfaatkan gas buang dan panas dari furnace
sebelum dibuang melalui stack sehingga temperatur keluar economizer
180ºC.
BAB VI
PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
BAB VII
LABORATORIUM
bahan setengah jadi, bahan penolong dan produk dari Pabrik Amoniak, Urea,
ZA I/III, CO2, Utilitas dan Service Unit.
j. Uji Hydrazine
Hydrazine dengan para dimethyl amino benzaldehyde membentuk
ikatan kompleks berwarna kuning dan warna yang terbentuk diukur
intensitasnya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 458
nm.
k. Uji Oksigen Scavengers
Amino 4 piperazine (KH 6070) akan bereaksi dengan reagen no 2
yang akan membentuk suatu senyawa, yang nantinya akan bereaksi
dengan reagen no 1 yang akan menghasilkan warna purple (ungu
kemerahan). Ketajaman warna ini sebanding dg oksigen scavenger
yang ada di air.
l. Uji Silika
Silika dengan molibdat membentuk persenyawaan komplek kuning
kehijauan kemudian direduksi dengan ANSA (1-amino 2 naphthol 4-
sulfonic acid) menjadi senyawa kompleks berwarna biru. Warna yang
terbentuk diukur intensitasnya dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 640 nm untuk kadar ppm dan 815 nm untuk kadar ppb.
m. Uji Total Phosphate Air Boiler
Ortho phosphate dengan ammonium molybdate dalam suasana
asam membentuk phospho molybdate, kemudian direduksi dengan
amino-naphthol-sulfonic acid menjadi kompleks yang berwarna biru
molybdate. Warna yang terbentuk diukur intensitasnya dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 650 nm.
n. Uji Chlorida Metode Titrasi
Contoh air yang mengandung ion Chlorida diatur pH-nya sampai
pH 8,3 dititrasi dengan AgNO 3 memakai indikator K2CrO4 . Titik Akhir
ditunjukkan dengan warna merah bata dari AgCrO4.
o. Uji Chlorida Metode Kolorimetri
Larutan Ferri Ammonium Sulfat dan Mercury Thiocyanat
ditambahkan kedalam contoh, dimana ion Chlorida akan bereaksi
dahulu dengan filter 0.45 mikron lalu filtrat diuapkan sedang suspended
soild adalah zat yang tertahan pada filter.
u. Uji kalium dan natrium
Contoh langsung dibaca dengan menggunakan Atomic Absorption
Spectrophotometer (AAS) dengan panjang gelombang 589,6 untuk Na
dan 766,5 untuk K.
v. Uji Dissolved Oxygen (ppb) Metode Chemet’s Komparator
Oksigen terlarut mereduksi Rhodazine D yang berwarna kuning
muda menjadi merah muda dan warna yang terjadi dibandingkan
dengan komparator DO Chemet’s.
w. Uji Nitrit ( No2 )
Senyawa diazonium akan terbentuk dengan diazotasi asam
sulfanilat oleh ion nitrit pada pH 2.0-2,5 dan dengan 1-Naphthylamine
Hydrochloride akan membentuk senyawa azo yang berwarna ungu
kemerah-merahan. Dan warna yang terjadi diukur intensitasnya pada
spektrofotometer panjang gelombang 520 nm.
x. Uji Nitrat ( NO3 )
Ion Nitrat dengan brucine dalam larutan asam sulfat akan
membentuk warna kuning dari belerang dan warna yang terjadi diukur
intensitasnya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 470
nm.
y. Uji Sulfat ( SO4 )
Ion Sulfat dalam suasana asam dengan Barium Chlorida dan
gliserin membentuk suspensi yang berwarna putih. Kekeruhan yang
terjadi diukur intensitasnya dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 425 nm.
z. Cara Uji Air Uji Stability Index dan Saturation Index
Stability Index adalah angka yang dapat menunjukkan apakah air
bersifat korosif atau dapat menimbulkan kerak. Dan untuk memperoleh
Stability Index (SI) dan Saturation Index (SaI) diperlukan data analisa
antara lain Total Solid (A), Suhu (B), Calsium Hardness (C), alkali M
(D) dan pH air.
BAB VIII
TUGAS KHUSUS
INSTRUKSI KERJA
START UP CO2 REMOVAL
2. PELAKSANAAN
2.1. Jalankan Lean Sol’n Pump 108-J/ JA dan atur flow FC-1014 = ±
80 ton/jam.
2.2. Atur sirkulasi Benfield System
● 102-E (DO III) → 101-E → 133-F → 102-E (DO II) → 102-
E (DO III).
dan putar blind line steam inlet 111-C ke posisi close. Buka
MOV-1009 secukupnya.
2.4. Jalankan Semi Lean Sol’n 107-JB/ JC dan atur FC-1005 = 800
ton/jam. Atur kembali level system sehingga konstan dan cukup.
2.5. Jalankan Semi Lean Sol’n 107-JA dan atur FC-1005 = 1350
ton/jam. Atur kembali level system sehingga konstan dan cukup.
INSTRUKSI KERJA
SHUT DOWN CO2 REMOVAL.
Dilakukan oleh Operator Control Room, Operator Lapangan Steam System
dan dipimpin oleh Karu dan Kasi Amoniak.
1. PERSIAPAN
1.1. Methanator 106-D sudah di shut down kan.
1.2. Proses gas venting di PC-1005 dan posisikan Auto.
1.3. Hubungi Service Unit bahwa pengiriman proses condensate
akan di stop.
2. PELAKSANAAN
2.1. Turunkan sedikit tekanan Back Press pada PC-1030 ± 30
kg/cm2g
2.11. Drain larutan Benfield dari system ke 114-F (bila shut down
lama).
2.12. Stop Natural Gas untuk pressurized di Absorber 101-E, depress
sisa tekanan kemudian purge dengan Nitrogen.
urea (113J), pompa ammonia liquid ke tangki TK 801 (124J), dan pompa
demin BFW (104J).
Tabel VIII.3 Konsumsi Medium Pressure Steam (MPS) di Unit Ammonia IA
2020
BAB IX
PENUTUP
VIII.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil setelah melakukan kerja praktek di
Departemen Produksi IA PT Petrokimia Gresik antara lain adalah :
1. PT Petrokkimia Gresik merupakan perusahan yang bergerak di bidang
produksi pupuk, non pupuk, bahan-bahan kimia dan jasa lainnya
seperti jasa konstruksi dan engineering.
2. PT Petrokimia Gresik merupakan industry pupuk yang bernaung di
bawah PT Pupuk Indonesia Holding Company (PIHC).
3. Departemen Produksi IA terdiri dari 6 bagian antara lain : Pabrik
Amoniak I, Pabrik Urea I, Pabrik ZA I/III, Utilitas I, Candal Produksi
I, Pengantongan dan Produk Samping.
4. Bahan baku yang digunakan dalam pabrik Amoniak I adalah gas alam
yang berasal dari Pulau Kangean Madura oleh Kangean Energy
Indonesia LTD (KEIL) dan udara yang diambil dari sekitar pabrik.
5. Bahan baku untuk Pabrik Urea I adalah amoniak yang berasal dari
Pabrik Amoniak I serta CO2 yang merupakan produk samping Pabrik
Amoniak I.
6. Bahan baku untuk pabrik ZA I/III adalah amoniak yang berasal dari
Pabrik Amoniak I dan Asam Sulfat yang berasal dari Pabrik Asam
Sulfat Departemen Produksi III.
7. Bagian Utilitas I adalah bagian unit yang bertanggungjawab terhadap
penyediaan steam, air, listrik serta instrument air.
VIII.2. Saran